• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

KAJI AN EKON OM I REGI ON AL

Pr opin si Su m a t e r a Se la t a n

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang M aha Esa karena berkat rahmat dan

karunia-Nya ” Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008” dapat

dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa

indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,

dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank

Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,

hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada

masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih

meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar

bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang M aha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya

serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam

pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada

umumnya.

Palembang, Juli 2008

Ttd

Zainal Abidin Hasni

(3)

Halaman ini sengaja dikosongkan

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

INDIKATOR EKONOM I xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL 9

1.1. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Tahunan (yoy) 9

SUPLEM EN 1 PERKEM BANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON 11

1.2. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Triw ulanan (qtq) 16

1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan 23

1.4. Struktur Ekonomi 24

1.5. Perkembangan Ekspor Impor 26

1.5.1. Perkembangan Ekspor 26

1.5.2. Perkembangan Impor 28

SUPLEM EN 2 OPTIM ISM E KEYAKINAN KONSUM EN PALEM BANG SEM AKIN

M ENURUN 30

BAB II PERKEM BANGAN INFLASI PALEM BANG 39

2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 39

2.2. Inflasi Bulanan (mtm) 43

2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang 46

SUPLEM EN 3 RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOM ODITAS-KOM ODITAS

PENYUM BANG INFLASI PALEM BANG DAN PROSES PEM BENTUKAN

(5)

BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN DAERAH 57

3.1. Kondisi Umum 57

3.2. Kelembagaan 58

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 59

3.3.1. Penghimpunan DPK 59

3.3.2. Penghimpunan DPK M enurut Kabupaten/Kota 60

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 61

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 61

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Penggunaan 63

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Kabupaten 64

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha M ikro Kecil M enengah 65

3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan 66

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 66

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 66

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 67

3.7. Kelonggaran Tarik 68

3.8. Resiko Likuiditas 68

3.9. Perkembangan Perbankan Syariah 69

Suplemen 4 KREDIT/PEM BIAYAAN PERBANKAN SUM SEL TRIWULAN II 2008 LEBIH

EKSPANSIF 71

BAB IV PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH 79

4.1. Realisasi APBD 2007 79

4.2. Dana Bagi Hasil Pajak 81

4.3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 82

BAB V PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN 85

5.1. Perkembangan Kliring 85

5.2. Perkembangan Perkasan 86

(6)

BAB VI PERKEM BANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 91

6.1. Ketenagakerjaan 91

6.2. Pengangguran 93

6.3. Pendapatan per Kapita 95

6.4. Jumlah Penduduk M iskin Sumsel 96

6.5. Nilai Tukar Petani (NTP) 97

6.3. Indeks Pembangunan M anusia (IPM ) 99

BAB VII PERKIRAAN EKONOM I DAN INFLASI DAERAH 101

7.1. Pertumbuhan Ekonomi 101

7.2. Inflasi 102

7.3. Perbankan 103

(7)

Halaman ini sengaja dikosongkan

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 (persen) 10

Tabel 1.2 Kenaikan Biaya Input Sektor Properti 15

Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Triw ulan (qtq) PDRB Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 (persen) 19

Tabel 1.4 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera

Selatan (dalam Ha) 19

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 23

Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Triw ulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 24

Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun

2007-2008 25

Tabel 1.8 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun

2007-2008 26

Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera

Selatan (USD) 26

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan (mtm) Tertinggi di Kota

Palembang Triw ulan II 2008 45

Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp

Juta) 60

Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun) 61

Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi

Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 64

Tabel 3.4 Perkembangan Bank Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 70

Tabel 4.1 Perbandingan Realisasi APBD Sumsel TA. 2006 dan TA. 2007

(Rp M iliar) 79

Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan 2007 80

Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera

Selatan 86

Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp M iliar) 87

Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp M iliar) 88

Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi Triw ulan II 2007–Triw ulan II

(9)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008

viii

Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen) 93

Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar

Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 95

Tabel 6.4 Jumlah Penduduk M iskin Sumsel M enurut Kabupaten/Kota Tahun

2004-2007 97

Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-M ei

2008 serta Persentase Perubahannya 98

Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan M odal Petani 99

Tabel 6.7 IPM 2005 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 100

Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan Ekonomi Sumsel Pada Tw III

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK

2000 Dengan M igas 9

Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel 16

Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triw ulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK

2000 Dengan M igas 16

Grafik 1.4 Perkembangan Curah Hujan di Sumsel 17

Grafik 1.5 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 17

Grafik 1.6 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 17

Grafik 1.7 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 17

Grafik 1.8 Perkembangan Harga M inyak di Pasar Internasional 17

Grafik 1.9 Pertumbuhan Triw ulanan (qtq) Kinerja Sub Sektor Pertanian Triw ulan II

2008 (persen) 18

Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KWH) 20

Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel 21

Grafik 1.12 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiw a) 22

Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan

Triw ulan II 2008 22

Grafik 1.14 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan 24

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 27

Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 27

Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara

Tujuan 27

Grafik 1.18 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

Tw II 2008 27

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan 28

Grafik 1.20 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan 28

Grafik 1.21 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara

Asal 29

Grafik 1.22 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

Tw II 2008 29

(11)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008

x

Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran

Triw ulan II 2008 40

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Terigu di Pasar Internasional 41

Grafik 2.4 Perkembangan Harga Beras di Pasar Internasional 41

Grafik 2.5 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional 41

Grafik 2.6 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 41

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di

Palembang 42

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang 43

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) per Kelompok Barang dan Jasa di

Palembang 44

Grafik 2.10 Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008 45

Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun

2007-2008 (persen) 46

Grafik 2.12 Perkembangan Harga M inyak Goreng Berdasarkan SPH di Palembang

(Rp/Kg) 46

Grafik 2.13 Perkembangan Harga Beras Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg) 47

Grafik 2.14 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 48

Grafik 2.15 Pergerakan Harga M inyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang

(Rupiah/Kg) 48

Grafik 2.16 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang

(Rupiah/Kg) 49

Grafik 2.17 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram) 49

Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota

Palembang (Juni 2007-Juni 2008) 50

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera

Selatan 57

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan 58

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan 59

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw II 2008 di Propinsi Sumatera Selatan 59

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw II

2008 62

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit M enurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan 63

Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Penggunaan Propinsi

(12)

Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw

II 2008 Berdasarkan Wilayah 64

Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UM KM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan

M enurut Penggunaan 65

Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UM KM M enurut Plafond Kredit 65

Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumsel 66

Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perbankan Sumsel 67

Grafik 3.13 Perkembangan NPL Perbankan Propinsi Sumatera Selatan 67

Grafik 3.14 Persentase NPL Perbankan Sumsel Tw II 2008 Berdasarkan Sektor

Ekonomi 67

Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 68

Grafik 3.16 Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel 68

Grafik 3.17 Perkembangan Perbankan Syariah di Sumsel (Rp M iliar) 69

Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2007 Propinsi

Sumatera Selatan 81

Grafik 4.2 Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2007 Propinsi

Sumatera Selatan 81

Grafik 4.3 Pangsa DBH Pajak Prop. Sumatera Selatan 82

Grafik 4.4 Pangsa DBH Pajak Berdasarkan Wilayah 82

Grafik 4.5 Pangsa DBH SDA Propinsi Sumatera Selatan 83

Grafik 4.6 Pembagian DBH SDA Berdasarkan Wilayah 83

Grafik 5.1 Perkembangan Perputaran Kliring Sumsel 85

Grafik 5.2 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008 87

Grafik 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun

2007-2008 89

Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja M enurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi

Sumsel Triw ulan II 2008 92

Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran)

M enurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triw ulan II 2008 94

Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 95

Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu 96

Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai

Tukar Petani 98

Grafik 7.1 Perbandingan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Persentase

Responden Yang M emperkirakan Peningkatan Harga 3 Bulan Yang

(13)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008

xii

Halaman ini sengaja dikosongkan

(14)

INDIKATOR EKONOM I

A. INFLASI DAN PDRB

TW II TW III TW IV TW I TW II

159.64 164.83 170.24 175.54 112.66*

6.82 9.24 8.20 10.87 13.96*

13,676 14,474 14,115 14,059 14,356 2,786 3,229 2,697 2,693 2,880 3,363 3,351 3,411 3,368 3,385 2,401 2,499 2,530 2,504 2,514

65 68 69 69 70

1,021 1,062 1,083 1,068 1,083 1,864 1,982 1,958 1,949 1,998

612 650 682 682 690

546 557 562 585 589

1,017 1,078 1,122 1,141 1,147

5.67 5.46 7.01 8.17 4.97

5.22 5.83 (2.48) (0.40) 2.12

632.90 648.58 727.18 772.80 464.65

28.30 72.32 25.61 47.22 36.83

Volume ekspor nonmigas (ribu ton) 1,072.70 943.00 860.03 884.28 437.59 63.01 105.53 82.69 98.62 72.22

* ) Tahun dasar 2007

2007

M AKRO

Indeks Harga Konsumen

Laju Inflasi - Tahunan (yoy)

INDIKATOR

- Bangunan

- Perdagangan, hotel dan rest oran PDRB - harga konstan (miliar Rp) - Pertanian

- Pertambangan & penggalian

Volume impor nonmigas (ribu ton) Pertumbuhan PDRB

- Tahunan (yoy) % - Triw ulanan (qtq) %

2008

Nilai Impor nonmigas (USD Juta) Nilai ekspor nonmigas (USD Juta) - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persew aan dan jasa - Jasa

(15)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008

xiv

B. PERBANKAN

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II* Total Perbankan

Total Aset (Triliun Rp) 27.86 30.04 32.89 31.04 32.48

DPK (Triliun Rp) 20.89 22.03 24.14 23.20 23.29 - Tabungan 7.86 8.64 10.18 10.17 10.43 - Giro 4.98 5.27 4.76 4.49 4.60 - Deposito 8.06 8.13 9.20 8.54 8.27

Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87 - M odal Kerja 6.96 7.45 8.05 7.72 8.53 - Investasi 3.65 3.22 3.27 3.64 4.05 - Konsumsi 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29

Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Sektor ekonomi 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87 Pertanian 1.89 2.16 2.04 2.13 2.33 Pertambangan 0.32 0.02 0.03 0.04 0.08 Perindustrian 2.52 1.98 2.48 2.36 2.94 Perdagangan 3.20 3.43 3.69 3.77 4.17 List rik, Gas dan Air 0.37 0.44 0.42 0.39 0.39 Konst ruksi 0.98 1.24 1.19 1.18 1.23 Pengangkut an 0.24 0.23 0.25 0.25 0.26 Jasa Dunia Usaha 0.84 0.96 0.99 1.01 0.93 Jasa Sosial M asyarakat 0.26 0.21 0.22 0.23 0.24 Lain-lain 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29

Kredit UM KM (Juta Rp) 9.41 10.24 10.61 11.33 12.12 - M odal Kerja 3.60 4.06 4.24 4.31 4.59 - Investasi 1.07 1.14 1.16 1.20 1.29 - Konsumsi 4.73 5.05 5.21 5.82 6.24

LDR 73.59% 71.49% 68.67% 74.23% 81.03%

NPL Gross 2.55% 1.84% 1.73% 1.94% 1.97%

NPL Nett 0.74% 0.25% 0.42% 0.48% 1.05%

NPL Kredit UM KM 2.59% 2.16% 2.14% 2.29% 2.38%

% Kelongaran Tarik 12.76% 2.98% 14.59% 14.21% 13.96%

INDIKATOR 2007 2008

(16)

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*

Total Aset (Triliun Rp) 0.29 0.32 0.34 0.39 0.37

DPK (Triliun Rp) 0.22 0.24 0.26 0.31 0.29 - Tabungan 0.07 0.08 0.09 0.11 0.10 - Deposito 0.15 0.17 0.17 0.20 0.19

Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 0.17 0.19 0.21 0.22 0.24 - M odal Kerja 0.10 0.11 0.11 0.12 0.13 - Investasi 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 - Konsumsi 0.06 0.07 0.08 0.08 0.10

LDR 76.82% 79.76% 79.24% 71.66% 83.13%

Nominal NPL (Triliun Rp) 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

NPL 12.70% 8.79% 8.06% 7.41% 7.33%

Total Aset (Triliun Rp) 0.64 0.72 0.80 0.84 0.87 DPK (Triliun Rp) 0.34 0.40 0.52 0.54 0.54 - Tabungan 0.17 0.19 0.27 0.28 0.31 - Giro 0.03 0.04 0.04 0.05 0.04 - Deposito 0.14 0.17 0.21 0.21 0.18 Pembiayaan (Triliun Rp) 0.48 0.57 0.64 0.74 0.81

FDR 141.66% 142.34% 123.44% 137.42% 150.41%

Jaringan Kantor (Unit) 6 6 6

INDIKATOR 2007

* ) Data LBU M ei 2008

2008

BPR/ BPRS

Perbankan Syariah

C. SISTEM PEM BAYARAN

2007 2007 2007 2008 2008

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

1. Perputaran Kliring:

a. Nominal (Rp juta) 4,753,038 5,344,283 5,674,793 6,043,615 6,820,688

b. Warkat (lembar) 148,396 168,762 178,616 184,740 193,385

2. Perputaran perhari

a. Nominal (Rp juta) 237,652 83,504 94,580 100,727 108,265

b. Warkat (lembar) 7,420 2,637 2,977 3,079 3,070

3. Penolakan cek/ BG

a. Nominal (Rp juta) 18,328 45,072 50,898 49,211 63,882

b. Warkat (lembar) 935 1,225 1,705 1,589 1,731

Jumlah hari 62 64 60 60 63

4. Penolakan cek/ BG

> Nominal (% ) 0.39% 0.84% 0.90% 0.81% 0.94%

> Warkat (% ) 0.63% 0.73% 0.95% 0.86% 0.90%

5. M utasi kas (juta rupiah)

a. Aliran uang masuk/inflow 332,170 687,220 1,776,091 1,092,299 986,835

b. Aliran uang keluar/outflow 2,283,922 2,848,4771,194,424 1,414,098 2,693,779

Net Flow : Inflow (Outflow ) (507,204)(1,951,752) (321,799)(1,072,387) (1,706,945)

(17)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008

xvi

(18)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triw ulan

II 2008 diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49

persen tanpa migas. Pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih

rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 8,17 persen (dengan migas) atau 10,39 persen (tanpa migas).

Secara triw ulanan (qtq), ekonomi Sumsel diperkirakan

mengalami pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau

sebesar 2,58 persen (tanpa migas). M eskipun perekonomian

mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan meningkatnya

keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy)

masih didominasi oleh konsumsi dan peningkatan ekspor.

Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61 persen (yoy). Secara

triw ulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan.

Komponen yang mengalami petumbuhan paling tinggi adalah ekspor

yang tercatat meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor

ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja di sektor pertanian

(terutama sub sektor perkebunan saw it dan karet).

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOM I REGIONAL

PROPINSI SUM ATERA SELATAN

TRIWULAN II 2008

Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada tw -II diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49 perse (tanpa migas).

(19)

Berdasarkan kelompok sektor, PDRB triw ulan II Sumsel masih

ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor

pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64 persen.

Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,54 persen

dari sebesar 25,89 persen pada triw ulan sebelumnya. Sedangkan

pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada

triw ulan sebelumnya menjadi 30,82 persen.

Ekspor Sumsel pada Tw -II 2008 (data hingga M ei 2008) tercatat

sebesar USD 464,65 juta atau menurun sebesar 26,58 persen

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sementara

dibanding triw ulan sebelumnya (qtq), ekspor pada Tw -II menurun

sebesar 39,87 persen. Berdasarkan komoditasnya, pangsa nilai ekspor

terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen kemudian

diikuti oleh komoditas saw it sebesar 13,44 persen. Berdasarkan

volume, ekspor pada tercatat sebesar 437.592 ton atau menurun

sebesar 59,21 persen dibanding triw ulan yang sama tahun

sebelumnya (yoy) atau menurun sebesar 50,51 persen dibanding

triw ulan sebelumnya (qtq).

Realisasi impor pada Tw -II tercatat sebesar USD36,83 juta,

meningkat sebesar 30,15 persen dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya (yoy), namun tercatat menurun sebesar 21,99 persen

dibanding triw ulan sebelumnya (qtq).

Perkembangan Inflasi

Sejak 1 Juli 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di

Indonesia menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar

2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007.

Inflasi tahunan kota Palembang pada Triw ulan II 2008 mencapai 13,96

persen (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan inflasi pada

triw ulan sebelumnya yang mencapai 10,87 persen. Adapun secara

bulanan (mtm), pada bulan Juni 2008 Kota Palembang tercatat

mengalami inflasi sebesar 3,41 persen.

(20)

Berdasarkan kelompok barang, inflasi tahunan tertinggi terjadi

pada bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen, diikuti oleh kelompok

sandang sebesar 17,43 persen, kelompok makanan jadi sebesar 12,73

persen, dan kelompok perumahan sebesar 11,19 persen. Kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga mencatat laju inflasi sebesar 10,37

persen, kelompok kesehatan sebesar 9,49 persen, sedangkan kelompok

transportasi tercatat sebesar 6,69 persen.

Hasil pemantauan harga yang dilakukan KBI Palembang secara

independen melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Palembang

menunjukkan perkembangan harga yang tidak jauh berbeda dengan

hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini

menunjukkan bahw a hasil SPH Kota Palembang dapat dijadikan salah

satu barometer dalam melihat perkembangan inflasi di kota Palembang

Perkembangan Perbankan Daerah

Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada

triw ulan II 2008 (M ei 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan

perkembangan positif. Jumlah aset perbankan Sumsel meningkat

sebesar 16,58 persen dari triw ulan yang sama pada tahun sebelumnya

(yoy), yaitu dari Rp28,86 triliun menjadi Rp32,48 triliun. Penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 11,49 persen dari Rp20,89

triliun pada triw ulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp23,29

triliun atau meningkat sebesar Rp2,40 triliun. Penyaluran

kredit/pembiayaan mengalami peningkatan dari Rp15,38 triliun pada

triw ulan yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp18,87 triliun

atau meningkat sebesar 22,76 persen.

Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di w ilayah Sumsel pada

triw ulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen, meningkat relatif tinggi

dari LDR pada triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 74,23 persen.

NPL gross (belum memperhitungkan PPAP) pada triw ulan II 2008 (M ei

2008) tercatat sebesar 1,97 persen dari total kredit yang disalurkan.

Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen.

Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triw ulan II 2008 (M ei 2008) menunjukkan perkembangan positif.

Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR)

(21)

Perkembangan Keuangan Daerah

Realisasi penerimaan pemerintah pada tahun 2007 mencapai 94,46

persen, kondisi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan

realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 586,79 persen.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 94,52 persen atau

sebesar Rp2,14 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang

tercatat sebesar 175,96 persen. Secara nominal, realisasi belanja

Pemprop Sumsel tahun 2007 berada diatas rata-rata realisasi

penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Sumsel tercatat sebesar 91,03

persen atau sebesar Rp2,33 triliun dengan realisasi belanja terbesar

pada belanja hibah dan belanja bantuan keuangan yang mencapai

100 persen.

Sumber pembiayaan untuk kegiatan operasional Pemerintah

Propinsi Sumsel sebagian besar bersumber dari dana perimbangan

yang mencapai 55,02 persen dari total belanja yang dikeluarkan. PAD

Propinsi Sumsel yang mencapai Rp847,97 miliar tercatat menyumbang

36,42 persen pembiayaan belanja daerah.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perputaran kliring di Sumsel pada Tw -II menunjukkan peningkatan dari

segi jumlah w arkat maupun nominalnya baik secara tahunan maupun

triw ulanan. Pada Tw -II jumlah w arkat yang dikliringkan tercatat

sebanyak 193.385 lembar dengan nominal sebesar Rp6,82 triliun.

Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw -II mencatat inflow sebesar

Rp0,99 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan triw ulan

II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp0,33 triliun. Outflow tercatat

sebesar Rp2,69 triliun atau meningkat sebesar 17,95 persen

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang

sebesar Rp2,28 triliun. Dengan melihat angka inflow dan outflow ,

net-outflow pada triw ulan II 2008 tercatat sebesar Rp1,70 triliun,

sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat

mengalami net-outflow sebesar Rp1,95 triliun.

Perputaran kliring

(22)

Pe r k e m b a n g a n Ke t e n a g a k e r j a a n D a e r a h d a n Ke se j a h t e r a a n

Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel pada Tw -II 2008 masih tetap

belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti. Lambannya

transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder,

produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta pertumbuhan

angkatan kerja yang lebih besar dari pertumbuhan lapangan kerja,

menyebabkan pengangguran masih menjadi persoalan yang dilematis di

Sumsel.

Jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.205.147 orang atau

meningkat sebesar 1,36 persen dibandingkan t riw ulan sebelum nya

yang sebanyak 3.162.257 orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja

tersebut diiringi oleh sedikit peningkat an Tingkat Part isipasi

Angkat an Kerja (TPAK) dari 69,81 persen pada Tw -I 2008 m enjadi

69,99 persen pada Tw -II 2008.

Dari tahun 2007 hingga saat ini tingkat pengangguran terbuka

(TPT) mengalami fluktuasi. Tingkat pengangguran terbuka pada Tw -II

2008 tercatat sebesar 8,05 persen, mengalami penurunan dari Tw -I yang

sebesar 8,45 persen. Sepert i halnya TPT, t ingkat set engah

pengangguran juga m engalam i sedikit penurunan. Tingkat

pengangguran pada Tw -I 2008 yang sebesar 37,65 persen m enjadi

sebesar 37,19 persen pada Tw -II 2008.

Pad a Tw - II p e n d ap at an regional per kapita Sumsel atas dasar

harga berlaku (dengan migas) tercatat sebesar Rp4.050.657 atau

meningkat sebesar 10,78 persen dibandingkan triw ulan sebelumnya yang

sebesar Rp3.656.596. Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk

salah satu propinsi yang kaya di Indonesia, tetapi jumlah penduduk

miskin di Sumatera Selatan termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin

tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten M usi

Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600 orang, sedangkan jumlah penduduk

miskin terendah terdapat di Kota Prabumulih yaitu sebanyak 10.000

orang.

(23)

Perkembangan nilai tukar petani selama Juni 2007 sampai M ei

2008 cukup fluktuatif. Nilai tukar petani pada Tw -II 2008 (M ei 2008)

mengalami penurunan dari Tw -I yaitu dari sebesar 105,17 menjadi

sebesar 102,39. Penurunan nilai tukar terjadi karena kenaikkan indeks

harga yang dibayar petani melebihi kenaikan indeks harga yang

diterima petani. Indeks yang diterima petani mengalami penurunan

dari 113,32 pada Tw -I menjadi 110,37 pada Tw -II, sedangkan Indeks

yang Dibayar Petani mengalami kenaikan dari 105,85 pada Tw -I

menjadi 107,80 pada Tw -II.

Dari 30 propinsi yang diukur IPM -nya, Propinsi Sumsel

menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2

pada tahun 2005. Nilai tersebut sebagai akumulasi dari angka harapan

hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang

disesuaikan sebesar Rp 610.300. Berdasarkan penilaian per w ilayah

kabupaten/kota, kota Palembang sebagai ibu kota Propinsi tercatat

memiliki peringkat IPM paling tinggi di Sumsel atau secara nasional

menempati ranking IPM ke-59 dengan indeks sebesar 73,6.

Sedangkan w ilayah yang memiliki IPM terendah di Sumsel yaitu

kabupaten M usi Raw as yang menempatin peringkat ke-367 dengan

indeks sebesar 65,00.

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih tetap tergantung dari

sektor primer terutama sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh

faktor musiman. Pada triw ulan III diperkirakan kinerja sektor pertanian

akan mengalami peningkatan dibanding dengan Tw -II terkait dengan

peningkatan kinerja sub sektor tanaman perkebunan.

Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi ekonomi

terkini, pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triw ulan III 2008

diperkirakan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara

triw ulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen.

Propinsi Sumsel menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2 pada tahun 2005.

Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triw ulan III 2008

(24)

M empertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan

pergerakan harga barang dan jasa, perkembangan inflasi pada

triw ulan mendatang diperkirakan akan berada pada level yang

moderat dan meningkat dibanding Tw -II terkait dengan masih

terasanya dampak kenaikan BBM dan menjelang bulan Ramadhan.

Tekanan inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan

makanan, kelompok makanan jadi, serta kelompok sandang.

Kelompok bahan makanan diperkirakan masih tetap menjadi pemicu

inflasi terkait dengan kenaikan harga beberapa komoditas pangan

seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng meskipun

kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw -II.

Inflasi tahunan pada triw ulan III 2008 diperkirakan masih berada

pada level double digit. Hal yang masih perlu diw aspadai hingga saat

ini adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa, faktor distribusi, dan

lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu. Berdasarkan hasil

proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta

determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka tekanan inflasi

triw ulanan (qtq) pada triw ulan III 2008 diperkirakan mencapai 4,90 ±

0,5 persen.

(25)
(26)

9 1.1. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Tahunan (yoy)

Pada triw ulan II 2008 (Tw -II) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera

Selatan atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 diperkirakan sebesar Rp14,36 triliun

(dengan migas) atau Rp11,04 triliun (tanpa migas). Sementara itu PDRB atas dasar harga

berlaku tercatat sebesar Rp33,92 triliun (dengan migas) atau Rp21,91 triliun (tanpa migas).

Grafik 1.1

PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan M igas

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Tumbuhnya perekonomian Sumsel di triw ulan II 2008 dikonfirmasi oleh hasil liaison

ke beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahw a kendati telah terjadi kenaikan harga

BBM , perekonomian Sumsel masih mampu tumbuh karena ditopang oleh sektor primer dan

sektor lainnya yang tidak terpengaruh dampak langsung dari kenaikan BBM . Hal tersebut

PERKEM BANGAN EKONOM I

M AKRO REGIONAL

Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)

Pertumbuhan ekonomi

tahunan (yoy) Sumatera Selatan

diperkirakan sebesar 4,97 persen

(dengan migas) atau 6,49 persen

(tanpa migas). Pertumbuhan

ekonomi tahunan tersebut lebih

rendah dibandingkan dengan

triw ulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 8,17 persen (dengan migas)

atau 10,39 persen (tanpa migas).

Secara tahunan, semua sektor

ekonomi mencatat pertumbuhan

dengan pertumbuhan terendah

terjadi pada sektor pertambangan

(27)

ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang

menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan

yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan,

perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik.

Cukup baiknya kondisi usaha contact liaison lebih banyak tertolong oleh terus membaiknya

harga komoditas-komoditas primer di pasar internasional, misalnya crude palm oil (CPO),

crumb rubber, dan batu bara. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi

internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha.

Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha,

antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii)

kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk (NPK dan

phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.

Pada Tw -II 2008 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan ekonomi tahunan

tertinggi adalah sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 12,80

persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa 12,76 persen, serta sektor keuangan, persew aan, dan

jasa perusahaan sebesar 7,90 persen.

Pertumbuhan pada sektor

pengangkutan dan komunikasi

terutama disumbang oleh

pertumbuhan sub sektor

komunikasi yang tumbuh sebesar

26,58 persen. Pertumbuhan

sektor ini ditandai dengan

semakin beragamnya produk dan

jasa telekomunikasi yang

sekarang ini memasuki pasar

Sumsel. Saat ini di Sumsel tercatat

sedikitnya 3 operator layanan

telepon berbasis GSM (Global

System for M obile) dan 4 operator

layanan telepon berbasis CDM A

(Code Division M ultiple Access).

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)

PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)

2007 2008

Listrik, Gas & Air

Bersih 6.66 8.08 7.95 7.22 6.83

Keu., Persew aan & Jasa

Perusahaan

8.45 10.02 10.05 9.94 7.90

Jasa-jasa 6.68 9.84 13.96 14.64 12.76

(28)

11

PERKEM BANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON*

Perkembangan usaha pada contact liaison di triw ulan II-2008 menunjukkan arah yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan, perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha. Kondisi tersebut, salah satunya, yang menyebabkan beroperasinya usaha di baw ah kapasitas terpasang (tidak lebih dari 80 persen). Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha, antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii) kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk

(NPK dan phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.

Permintaan pasar terhadap produk contact liaison saat ini cukup besar. Hal ini terbukti dari permintaan pasar domestik beberapa produk di sektor bangunan dan industri otomotif selama Tw -II 2008 menunjukkan peningkatan. Produk-produk yang mengalami peningkatan antara lain minyak goreng, batu bara, juga pada beberapa contact liaison di industri perbankan, perhotelan, bangunan, dan transportasi. M eningkatnya pertumbuhan permintaan sektor perumahan antara lain didukung oleh tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah yang masih menarik. Namun, dengan kecenderungan meningkatnya laju inflasi, benchmark BI rate juga mengalami koreksi naik yang sampai akhir Juni mencapai 8,50% atau naik 50 basis point dan dikhaw atirkan berimbas pada kenaikan suku bunga kredit secara umum.

Contact Liaison di industri

perhotelan mengatakan bahw a

occupancy rate ditunjang oleh tamu-tamu

yang datang untuk kegiatan bisnis, bukan karena program Visit M usi 2008. Pada sektor industri transportasi kota, yakni jasa taksi, kendati telah terjadi kenaikan harga BBM (Tabel 1) namun permintaan jasa angkutan taksi tetap besar dikarenakan masih banyak pangsa pasar yang belum tergarap. Sektor perbankan juga cenderung baik, terbukti dari pertumbuhan penyaluran kredit yang berkisar sekitar 30% .

Suplemen 1

Grafik 1

Suku Bunga Kredit;BI rate; Inflasi

-1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 [BI rat e dan Kredit Konsusmsi rat e % ] [Inf lat ion rat e % ] Rat e Kredit Konsumsi [RHS] Inf las Rat ei [RHS]

Tabel 1

Kenaikan BBM Bersubsidi

Premium M. Tanah Solar Rata-Rata Kenaikan % 1 Feb 2005 1810 1800 1650

1 Mar 2005 2400 2200 2100 27.38 1 Oct 2005 4500 2000 4300 61.19 24 Mei 2008 6000 2300 5500 27.78

(29)

Permintaan pasar luar negeri masih didominasi sektor ekonomi yang berbasis SDA seperti sub sektor perkebunan, industri pengolahan, dan pertambangan. Penjualan batu bara untuk pasar ekspor sebesar 34,7% dan selebihnya untuk penjualan domestik. Namun, usaha untuk meningkatkan volume penjualan terkendala oleh terbatasnya daya angkut kereta api dari Tanjung Enim menuju Pelabuhan Laut Tarahan di Lampung. Keterbatasan tersebut dapat ditanggulangi dengan penambahan kereta dengan gerbong yang cukup. M enurut contact liaison di industri pengolahan CPO, pengenaan pajak ekspor CPO secara progresif mengakibatkan pengusaha tidak dapat memaksimalkan keuntungan yang dikarenakan tingginya harga CPO di pasar internasional.

Rata-rata kondisi kapasitas utilisasi contact liaison selama Tw -II 2008 tidak lebih dari 80% . Penggunaan kapasitas produksi terpasang, khususnya di sektor industri pengolahan terhambat oleh sulitnya mendapatkan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) untuk diolah menjadi saw it, kesulitan perluasan lahan perkebunan, dan adanya pabrik tanpa kebun (petani plasma menjual CPO kepada inti secara ilegal) karena rendahnya law enforcement. Kekurangan bahan baku serta tingginya biaya produksi dikarenakan mahalnya biaya listrik juga mempengaruhi industri crumb rubber.

Investasi juga masih diminati oleh para contact liaison. Ini terbukti sekitar 70%

contact liaison di Tw -II berencana untuk melakukan investasi di tahun 2008 dan 2009

dalam bentuk: (i) perluasan jaringan kantor, (ii) pengadaan sarana transportasi, (iii) investasi pemanfaatan limbah sebagai alternatif bahan bakar dalam rangka efisiensi, (iv) pembelian

mesin untuk meningkatkan pelayanan kepada customer. Sebagian besar pembiayaan di Tw

-II ini menggunakan dana non-perbankan dan hanya 40% yang menggunakan dana perbankan untuk keperluan investasi dan modal kerja mereka. Suku bunga kredit rupiah dan valas dinilai oleh contact liaison masih relatif tinggi. Jumlah tenaga kerja yang digunakan relatif stabil. Rekrutmen tenaga kerja dilakukan antara lain dikarenakan: tenaga kerja yang pensiun, mengundurkan diri, dan habis masa kontrak kerjanya.

Grafik 2

Harga Dunia Beberapa Komoditas Pilihan

5

USD/ bbl; UScents/ pound USD/ M ton

0

(30)

13 Di sektor industri pengolahan, umumnya perputaran bahan baku sangat cepat.

(31)

Namun demikian, dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada

triw ulan sebelumnya, sub sektor telekomunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan.

Demikian pula dengan sub sektor pengangkutan yang tumbuh sebesar 4,76 persen, juga

mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,86 persen. Dari hasil liaison yang dilakukan KBI Palembang

diperoleh informasi bahw a kondisi usaha di sub sektor pengangkutan (khususnya angkutan

darat) cukup baik dengan peningkatan margin keuntungan rata-rata sebesar 10 persen.

Pertumbuhan ekonomi di sektor jasa-jasa secara umum sangat dipengaruhi oleh

peningkatan aktivitas jasa pemerintahan yang didorong oleh peningkatan belanja pegaw ai.

Salah satu faktor penyebab percepatan pertumbuhan sektor ini adalah pencairan rapel

kenaikan gaji PNS pada triw ulan ini.

Sektor keuangan, persew aan dan jasa perusahaan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masing-masing tercatat tumbuh sebesar 7,90

persen dan 7,21 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya

pertumbuhan tahunan sektor keuangan tercatat mengalami perlambatan. M elambatnya

pertumbuhan ekonomi tahunan di sektor keuangan, persew aan, dan jasa dibandingkan

pertumbuhan tahunan pada triw ulan sebelumnya tidak terlepas dari menurunnya kinerja

sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan dengan sektor keuangan, persew aan,

dan jasa. Sub sektor hotel tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 17,21 persen.

Sekt or lain yang mengalami pert umbuhan cukup baik adalah sektor listrik, gas

dan air bersih, sektor bangunan, dan sektor industri pengolahan yang masing-masing

tumbuh sebesar 6,83 persen, 6,10 persen, dan 4,68 persen. Pertumbuhan ekonomi di sektor

industri pengolahan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian yang merupakan bahan

baku bagi mayoritas industri pengolahan di Sumsel. Seiring dengan kondisi pada sub sektor

tanaman perkebunan, sektor industri pengolahan Sumsel yang mayoritas menggunakan

bahan baku dari tanaman perkebunan mengalami kondisi yang cukup baik. Dari hasil liaison

diperoleh informasi bahw a tingginya permintaan CPO dari pasar domestik maupun

internasional menjadi pendorong pertumbuhan di sektor ini. Namun demikian terdapat

beberapa kendala berupa : kenaikan harga BBM , kenaikan harga pupuk (NPK dan Phospat),

(32)

15 Sektor bangunan yang pada triw ulan I tumbuh sebesar 7,59 persen masih

terkendala dengan peningkatan harga bahan bangunan maupun biaya lain terkait dengan

kenaikan harga BBM pada akhir bulan M ei 2008. Hal tersebut terkonfirmasi oleh kegiatan

liaison program yang menunjukkan bahw a

selain peningkatan harga bahan bangunan

yang rata-rata di atas 10 persen, juga terjadi

kenaikan antara lain, upah pekerja, biaya

perijinan, birokrasi serta keterbatasan lahan

dan akses listrik PLN yang masih sulit.

Berdasarkan hasil Survei Harga Properti

Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank

Indonesia diperoleh informasi mengenai

terjadinya kenaikan harga jual rumah rata-rata

sebesar 4-5 persen sebagai imbas dari

kenaikan harga bahan bangunan.

Sektor pertanian pada Tw -II 2008 tumbuh sebesar 3,37 persen. Pertumbuhan

tahunan pada triw ulan ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan

tahunan triw ulan sebelumnya yang disebabkan karena kontraksi pertumbuhan pada sub

sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan. Sub sektor tanaman bahan

makanan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,95 persen yang

disebabkan karena kondisi pasca panen yang terjadi di w ilayah sentra beras Sumsel,

sedangkan kontraksi yang dialami sub sektor kehutanan lebih disebabkan karena semakin

terbatasnya hutan areal produksi sehingga menyulitkan dalam mendapatkan bahan baku.

Sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan

tahunan yang paling rendah yakni sebesar 0,64 persen. Rendahnya pertumbuhan tahunan

di sektor ini disebabkan karena ketidakoptimalan kapasitas produksi yang terjadi di sub

sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang tumbuh sebesar 0,12 persen maupun di

sub sektor pertambangan tanpa migas yang tercatat mengalami pertumbuhan tahunan

sebesar 2,30 persen. Rendahnya produksi di sub sektor pertambangan migas lebih

disebabkan karena faktor usia sumur yang sudah tua dan tidak adanya penemuan sumur

baru, sedangkan rendahya pertumbuhan di sub sektor pertambangan non migas (terutama

Tabel 1.2

Kenaikan Biaya Input Sektor Properti

No Komponen

(33)

batu bara) seperti yang terkonfirmasi

pada kegiatan liaison adalah adanya

kendala pada pengiriman hasil

produksi sehingga produksi batu bara

cenderung stagnan. Saat ini

pengiriman batu bara terkendala

dengan keterbatasan daya tampung

kereta api yang mengangkut batu

bara tersebut ke pelabuhan.

1.2. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Triw ulanan (qtq)

Secara triw ulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw -II diperkirakan mengalami

pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau sebesar 2,58 persen (tanpa migas).

M eskipun perekonomian mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan

meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian (lihat Suplemen 2.

Optimisme Keyakinan Konsumen Palembang Semakin M enurun). Sektor pertanian

diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi triw ulanan tertinggi yakni sebesar 6,95

persen yang disebabkan peningkatan pertumbuhan triw ulanan yang cukup tinggi pada sub

sektor tanaman perkebunan yang tumbuh sebesar 37,04 persen.

Tingginya pertumbuhan

ekonomi triw ulanan pada sub sektor

tanaman perkebunan tidak terlepas

dari faktor cuaca yang kondusif

terutama untuk penyadapan karet

maupun saw it. Selain itu, harga CPO

(crude palm oil) dan harga karet

mentah yang tinggi di pasar

internasional tetap menjadi insentif

bagi sub sektor perkebunan. Dari hasil

liaison yang dilakukan KBI Palembang

diperoleh informasi bahw a

Grafik 1.3

PDRB dan Laju Pertumbuhan Triw ulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan M igas

13.68

Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq)

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan Grafik 1.2

Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel

Premium Solar M. Tanah

(34)

17 permintaan terhadap CPO dipastikan

akan tetap tinggi terkait dengan

kebutuhan CPO dunia yang sangat tinggi

baik untuk diolah menjadi minyak

goreng, bahan baku biodiesel, dan bahan

baku komoditas-komoditas lainnya.

Grafik 1.5

Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional

337.15

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2007 2008

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.6

Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional

750.04

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2007 2008

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.7

Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional

87.18

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2007 2008

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.8

Perkembangan Harga M inyak di Pasar Internasional

125.66

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2007 2008

Sumber: DSM Bank Indonesia Grafik 1.4

Perkembangan Curah Hujan di Sumsel

0

Curah Hujan Hari Hujan

(35)

Karet dan saw it masih tetap menjadi primadona komoditas hasil perkebunan di

Sumsel. Pada Tw -II, curah hujan yang mulai berkurang menyebabkan produksi karet agak

meningkat. Sementara itu, untuk saw it, kondisi cuaca cukup mendukung produksi namun

berdasarkan informasi dari para pelaku usaha masih terdapat beberapa kendala yang

dihadapi dan membatasi keuntungan yakni berupa peraturan perpajakan, yakni: (1) dasar

penetapan pajak penghasilan (PPH) yang sebesar 25 ton/hektar/tahun dirasakan

memberatkan. Hal tersebut dikarenakan tingkat produksi lahan pada musim kemarau

biasanya hanya mencapai 20 ton/hektar/tahun, (2) dasar penetapan pajak alat berat yang

dirasakan tidak fair karena alat yang lama dan yang baru dasar perhitungannya sama.

Grafik 1.9

Pertumbuhan Triw ulanan (qtq)

Kinerja Sub Sektor Pertanian Triw ulan II 2008 (persen)

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Rata-rata harga CPO dunia pada selama Tw -II tercatat sebesar USD1.103,98/metrik

ton, meningkat sebesar 43,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

(yoy). Namun demikian apabila dibandingkan triw ulan sebelumnya tercatat mengalami

penurunan sebesar 3,88 persen dari sebesar USD1.148,52/metrik ton. Sementara itu, harga

karet dunia masih menunjukkan trend peningkatan, dimana pada triw ulan ini tercatat

sebesar USD337,15 sen/kg atau meningkat sebesar 39,60 persen dibandingkan harga pada

triw ulan II 2007 (yoy) yang sebesar USD241,52 sen/kg atau meningkat sebesar 13,08

persen dibanding harga pada triw ulan sebelumnya (qtq) yang sebesar USD298,16 sen/kg. -25.95

-6.57

13.38 6.18

(36)

19 Sub sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada sektor pertanian adalah

sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan sub sektor peternakan dan

hasil-hasilnya. Kontraksi sebesar 25,95 persen di sub sektor tabama disebabkan karena telah

lew atnya masa panen raya yang terjadi pada bulan M aret 2008.

Informasi yang diperoleh

dari kegiatan liaison

menunjukkan terjadinya

kegagalan panen akibat

peredaran pupuk dan bibit palsu

di sejumlah sentra beras seperti

Pagar Alam dan Banyuasin.

Tercatat lebih dari 2.588 Ha

saw ah di kedua w ilayah tersebut

mengalami puso. Penurunan

produksi tanaman bahan

makanan (khususnya padi) terjadi

di hampir seluruh w ilayah

kabupaten/kota yang berada di

w ilayah Sumsel.

Tabel 1.3

Laju Pertumbuhan Triw ulan (qtq)

PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)

2007 2008

Keu., Persew aan & Jasa

Perusahaan

2.64 1.97 0.99 4.01 0.74

Jasa-jasa 2.16 5.98 4.07 1.74 0.49

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Tabel 1.4

Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)

LT LP LT LP LT LP LT LP LT LP

1 P alem bang 45 47 2,583 5 1,868 38 1,371 4,2 28 86 1,3 02

2 M usi B an yuasin 4,765 22,004 3,952 17,464 4,912 28 4 5,646 8,4 21 35 ,625 5,3 64

3 B an yuasin 29,391 101,004 18,398 33,287 18,732 5,950 2,139 35,274 115,236 2,0 32

4 O gan Ilir 267 2,120 11,632 799 19,514 78 15,260 29,589 1,702 14,497

5 O gan K om ering Ilir 7,958 44,487 33,052 16,008 16,532 1,279 8,875 47,105 49 ,783 8,4 31

6 O K U T im ur 24,255 41,916 35,387 18,596 14,438 6,303 18,410 47,334 25 ,773 17,490

7 O gan K om ering U lu 1,188 5,086 908 3,064 507 16 2 171 1,3 44 8,494 162

8 O K U S e latan 4,050 5,416 5,224 2,513 1,199 1,180 2,987 6,1 02 6,195 2,8 38

9 M uara E nim 4,192 16,262 10,562 7,462 11,429 24 7 4,564 20,891 16 ,411 4,3 36

1 0 L ahat 6,050 13,932 4,527 5,860 1,919 90 1 7,904 6,1 24 19 ,508 7,5 09

Jum la h 101,892 282,145 134,832 123,080 97,629 19,830 87,502 220,83 8 307,852 83,127

Tw III Tw IV

R E A LIS AS I S AS A R A N

Tw I Tw II*

N o K abupaten / K ota Juni

(37)

M enyikapi turunnya produksi beras pada triw ulan II ini, pemerintah daerah c.q

Bulog telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar 9,30 persen dari

Rp4.300/kg menjadi Rp.4.700/kg untuk dapat lebih banyak menyerap beras dari petani.

Namun demikian, peningkatan HPP tersebut juga disertai dengan peningkatan kualifikasi

beras yang diterima Bulog yakni dengan menurunkan kadar maksimal beras broken menjadi

sebesar 15 persen, dan bulir kuning rusak menjadi 3 persen sehingga tetap menyulitkan

bagi petani untuk memenuhinya. Berdasarkan hasil SKDU di beberapa sentra beras Sumsel

seperti Belitang diperoleh informasi bahw a para petani lebih memilih untuk menjual

beras/gabah kepada para tengkulak karena faktor administrasi yang tidak rumit dan dapat

segera mendapatkan uang tunai untuk keperluan sehari-hari.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada Tw -II mencatat

pertumbuhan triw ulanan sebesar 2,54 persen. Periode bulan Juni s.d Juli merupakan

puncak dari tingkat hunian hotel di Palembang. M ulai dicairkannya APBD untuk kegiatan

rutin dan banyaknya event-event bertaraf nasional maupun internasional seperti Festival

Sriw ijaya telah mendorong tingkat hunian hotel hingga mencapai 80 persen. Namun

demikian, kalangan perhotelan mengemukakan bahw a peningkatan tingkat hunian lebih

terkait dengan menggeliatnya aktivitas bisnis, bukan karena Program Visit M usi 2008.

Sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor bangunan

sama-sama mencatat pertumbuhan triw ulanan

sebesar 1,41 persen. Pertumbuhan sektor

listrik, gas, dan air bersih selain

disebabkan karena faktor siklikal juga

disebabkan karena kenaikan harga

komoditas gas (LPG) terkait dengan

kenaikan BBM pada akhir Juni 2008 yang

menyebabkan terjadinya kelangkaan

komoditas tersebut.

Grafik 1.10

Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KW H)

0

(38)

21

Kondisi sektor bangunan sampai dengan triw ulan II 2008 masih cukup baik

dengan tingkat penjualan tahunan berkisar 10-20 persen untuk RSH dan sebesar 10 persen

untuk Rumah Sederhana. Namun demikian masalah kenaikan harga bahan bangunan, serta

kenaikan harga BBM dan kesulitan pengadaan sambungan listrik dan PAM menjadi kendala

bagi pengusaha di sektor bangunan. Selain itu, melonjaknya harga tanah sebagai akibat

dari kenaikan NJOP yang signifikan turut memberikan andil dalam peningkatan biaya

produksi.

Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia,

sampai dengan bulan triw ulan II

2008 diprediksi terjadinya

peningkatan penjualan semen

sebesar 1,54 persen (qtq).

M eningkatnya konsumsi semen

ini tidak terlepas dari kebutuhan

perumahan yang tetap tinggi

kendati masih terdapat

kendala-kendala seperti telah

disampaikan sebelumnya.

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 1,25 persen dibanding

triw ulan sebelumnya. Peningkatan di sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub

sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 4,35 persen. Tingkat permintaan masyarakat yang

tetap tinggi terhadap jasa komunikasi serta promosi yang gencar dari operator layanan

komunikasi dengan perang tarif antar operator diyakini menjadi penyebab tumbuhnya sub

sektor ini. Kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan rata-rata

sebesar 25 persen membuat pertumbuhan di sektor transportasi (khususnya transportasi

darat) menurun, begitupun halnya dengan transportasi udara yang terpaksa menaikkan

harga tiket penerbangan sehingga menyebabkan pertumbuhan di sub sektor transportasi

mengalami penurunan sebesar 0,83 persen.

Grafik 1.11

Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel

226,950

275,729 271,458 263,997 268,073

(2.75)

Jumlah (ton) Pertumbuhan (qtq)

(39)

Sektor keuangan, persew aan dan jasa perusahaan,

tumbuh sebesar 0,74 persen atau

mengalami perlambatan

pertumbuhan triw ulanan

dibandingkan triw ulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,01 persen.

Sekt or jasa-jasa, tumbuh sebesar

0,49 persen atau lebih rendah

dibanding triw ulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 1,74 persen.

Di sektor pertambangan dan penggalian, tingginya harga minyak bumi di pasar

dunia yang berada pada kisaran di atas USD120/barel (bahkan pada bulan Juni 2008

sempat menembus USD133,93/barel) merupakan satu-satunya insentif bagi sektor ini. Dari

sisi produksi, tidak adanya penemuan sumur baru dan juga faktor usia sumur yang ada

relatif sudah tua menjadi penyebab produksi minyak mentah tidak mengalami peningkatan

yang berarti. Pada triw ulan ini sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami

pertumbuhan triw ulanan (qtq) sebesar 0,48 persen.

Sektor industri pengolahan

tercatat sebagai sektor ekonomi yang

mengalami pertumbuhan terendah pada

triw ulan II 2008 yakni sebesar 0,40 persen.

Tingginya pertumbuhan di sub sektor

tanaman perkebunan yang merupakan

mayoritas bahan baku industri pengolahan

di Sumsel tidak menyebabkan

pertumbuhan yang signifikan pada sektor

ini karena terdapatnya beberapa kendala

berupa : kenaikan harga BBM , kenaikan

harga pupuk (NPK dan Phospat), perda

yang tidak kondusif serta kesulitan

perizinan untuk ekspansi lahan.

Grafik 1.13

Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan

Triw ulan II 2008

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiw a)

375.83

Penumpang Domestik Penumpang Internasional

(40)

23 1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan

Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada Tw -II masih didominasi

oleh konsumsi dan peningkatan ekspor. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61

persen (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi sw asta nirlaba, serta

konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 7,04 persen, 8,38 persen dan 12,08 persen.

M enurut pangsanya, konsumsi pemerintah tercatat mengalami pertumbuhan yang paling

tinggi yang diperkirakan sebagai akibat dari mulai cairnya anggaran belanja pemerintah pada

triw ulan berjalan.

Tabel 1.5

Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (persen)

II III IV I II

1. Konsumsi Rumah Tangga 7.99 7.74 6.92 7.36 7.04 2. Konsumsi Lembaga Sw asta Nirlaba 4.40 5.58 7.77 8.36 8.38 3. Konsumsi Pemerintah 5.02 7.21 9.15 9.31 12.08 4. Investasi 76.49 45.55 0.16 (0.15) (14.38) 5. Ekspor Barang dan Jasa (8.53) (8.68) 10.60 13.82 11.99 6. Impor Barang dan Jasa 14.86 6.55 8.88 9.67 8.66 TOTAL 5.67 5.46 7.01 8.17 4.97

Penggunaan 2007 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dari kegiatan perdagangan, ekspor tumbuh sebesar 11,99 persen, melambat

dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,82 persen.

Sementara itu, impor mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 8,66 persen, melambat

dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,67 persen.

Secara triw ulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan.

Komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah ekspor yang tercatat

meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor ini tidak terlepas dari peningkatan

(41)

Tabel 1.6

Pertumbuhan Ekonomi Triw ulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (persen)

II III IV I II

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

1.4. Struktur Ekonomi

Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni

sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64

persen. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 43,12 persen. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada

sektor pertanian dari sebesar 19,16 persen menjadi 20,06 persen.

Sektor sekunder mengalami

penurunan pangsa menjadi 25,54

persen dari triw ulan sebelumnya yang

sebesar 25,89 persen. Penurunan

pangsa sektor sekunder tersebut

disebabkan penurunan pangsa pada

sub sektor industri pengolahan dan

sektor bangunan. Sektor industri

pengolahan mengalami penurunan

dari triw ulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 17,81 persen menjadi 17,51 persen. Sektor bangunan mengalami

penurunan pangsa menjadi sebesar 7,54 persen dari sebesar 7,60 persen pada triw ulan

sebelumnya. Sedangkan sektor LGA tercatat tidak mengalami perubahan pangsa yakni

tetap sebesar 0,49 persen.

Grafik 1.14

Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan

0

(42)

25 Tabel 1.7

Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008

II III IV I II

1 . Pe r t a n ia n 2 0 .3 7 % 2 2 .3 1 % 1 9 .1 1 % 1 9 .1 6 % 2 0 .0 6 % 2 . Pe r t a m b a n g a n 2 4 .5 9 % 2 3 .1 5 % 2 4 .1 7 % 2 3 .9 6 % 2 3 .5 8 % Se k t o r Prim e r 4 4 .9 7 % 4 5 .4 6 % 4 3 .2 8 % 4 3 .1 2 % 4 3 .6 4 %

3 . In d u st r i 1 7 .5 6 % 1 7 .2 6 % 1 7 .9 2 % 1 7 .8 1 % 1 7 .5 1 % 4 . List r ik , G a s, A ir 0 .4 8 % 0 .4 7 % 0 .4 9 % 0 .4 9 % 0 .4 9 % 5 . Ba n g u n a n 7 .4 6 % 7 .3 4 % 7 .6 7 % 7 .6 0 % 7 .5 4 % Se k t o r Se k u n d e r 2 5 .5 0 % 2 5 .0 7 % 2 6 .0 9 % 2 5 .8 9 % 2 5 .5 4 %

6 . Pe r d a g a n g a n 1 3 .6 3 % 1 3 .6 9 % 1 3 .8 7 % 1 3 .8 6 % 1 3 .9 2 % 7 . Pe n g a n g k u t a n 4 .4 8 % 4 .4 9 % 4 .8 3 % 4 .8 5 % 4 .8 1 % 8 . K e u a n g a n 3 .9 9 % 3 .8 5 % 3 .9 8 % 4 .1 6 % 4 .1 0 % 9 . Ja sa - Ja sa 7 .4 4 % 7 .4 5 % 7 .9 5 % 8 .1 2 % 7 .9 9 % Se k t o r Te rsie r 2 9 .5 3 % 2 9 .4 7 % 3 0 .6 4 % 3 0 .9 9 % 3 0 .8 2 %

T o t a l 1 0 0 % 1 0 0 % 1 0 0 % 1 0 0 % 1 0 0 %

Se k t o r 2 0 0 7 2 0 0 8

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada triw ulan

sebelumnya menjadi 30,82 persen. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya penurunan

pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor ini, kecuali sub sektor PHR yang tumbuh

menjadi 13,92 persen dari triw ulan sebelumnya yang sebesar 13,86 persen.

Dari sisi penggunaan, secara struktural konsumsi masih memperlihatkan peran

yang sangat dominan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Selatan pada

Tw -II 2008. Kontribusi konsumsi pada Tw -II yang mencapai 68,76 persen sedikit meningkat

dibandingkan triw ulan sebelumnya yang sebesar 68,57 persen. Kontribusi konsumsi rumah

tangga tercatat sebesar 59,82 persen, meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang

sebesar 59,76 persen terkait dengan peningkatan harga-harga barang konsumsi. Demikian

pula dengan konsumsi pemerintah yang meningkat menjadi sebesar 7,81 persen dari

sebesar 7,68 persen pada triw ulan sebelumnya seiring dengan siklus realisasi anggaran

pemerintah sebagai stimulus fiskal. Adapun konsumsi sw asta nirlaba tidak mengalami

(43)

Tabel 1.8

Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008

II III IV I II

86.15% 85.23% 84.31% 85.58% 84.32% 6 7 .0 8 % 6 5 .2 0 % 6 8 .8 4 % 6 8 .5 7 % 6 8 .7 6 % 1 . Ko n su m si Ru m ah Tan g g a 5 8 .6 6 % 5 6 .8 7 % 5 9 .8 8 % 5 9 .7 6 % 5 9 .8 2 % 2 . Ko n su m si Lem b ag a Sw ast a

Nirlab a 1 .1 0 % 1 .0 7 % 1 .1 4 % 1 .1 4 % 1 .1 4 % 3 . Ko n su m si Pem erin t ah 7 .3 1 % 7 .2 6 % 7 .8 3 % 7 .6 8 % 7 .8 1 % 1 9 .0 7 % 2 0 .0 3 % 1 5 .4 7 % 1 7 .0 1 % 1 5 .5 6 % 13.85% 14.77% 15.69% 14.42% 15.68% 4 2 .3 5 % 4 2 .3 9 % 4 4 .5 9 % 4 4 .0 7 % 4 5 .1 8 % 2 8 .5 0 % 2 7 .6 2 % 2 8 .9 1 % 2 9 .6 5 % 2 9 .5 0 %

2007

b . Im p o r Baran g d an Jasa I. Kom ponen Int ernal

II. Kom ponen Ekst ernal Penggunaan

a. Ko m p o n en Ko n su m si

b . In vest asi

a. Eksp o r Baran g d an Jasa

2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Pangsa investasi pada triw ulan ini tercatat menurun apabila dibandingkan dengan

triw ulan sebelumnya maupun tahun sebelumnya, penurunan pangsa investasi tidak terlepas

dari kontraksi pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat dari kondisi infrastruktur yang

dipandang masih menjadi kendala bagi pengembangan usaha.

1.5. Perkembangan Ekspor Impor

1.5.1. Perkembangan Ekspor

Ekspor Sumsel pada Tw -II 2008 (data hingga M ei 2008) tercatat sebesar USD 464,65 juta

atau menurun sebesar 26,58 persen dibanding triw ulan yang sama tahun sebelumnya yang

sebesar USD632,90 juta. Sementara dibanding triw ulan sebelumnya, ekspor pada Tw -II

menurun sebesar 39,87 persen (qtq) dari sebesar USD772,80 juta. Berdasarkan

komoditasnya, pangsa nilai ekspor terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen

kemudian diikuti oleh komoditas saw it sebesar 13,44 persen.

Tabel 1.9

Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD)

Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08

Total Ekspor 632,898,254 648,583,422 727,180,190 772,802,373 464,650,483

Karet 351,773,134 407,154,547 358,308,018 445,838,259 348,419,834

Batubara 3,677,773 8,163,435 9,233,233 6,952,998 9,350,431

Saw it 101,583,724 56,559,220 148,016,517 247,905,355 62,436,599

Lain-lain 175,863,623 176,706,220 211,622,422 72,105,761 44,443,619

Gambar

Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB
Grafik 1.4 Perkembangan Curah Hujan di Sumsel
Tabel 1.4 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)
Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Semen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi minyak mint dari daun mint (Mentha arvensis Linn) segar dilakukan dengan metode distilasi uap selama 1 jam,

Dengan tangan yang dimasukkan ke dalam cavum uteri untuk mencari sebab kegagalan cunam, lingkaran konstriksi, mudah dapat diraba.. Dengan narkosis dalam, lingkaran tersebut

Memanfaatkan perkembangan aplikasi smartphone berbasis android dan arduino, maka dapat dibuat sebuah alat pengendali seperti saklar elektronik yang membantu masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden, profitabilitas, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi

Sedangkan al-T{abari> dalam tafsirnya mengemukakan bahwa, berkaitan dengan qira>’ah ganda pada lafadz ‚la>mastum‛ beliau memilih sikap untuk mentarjih

Tentu saja dengan tujuan penting tersebut diharapkan institusi keuangan islam yang berkembang di seluruh dunia memiliki acuan yang tepat dalam menyusun

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran sebagaimana Berita Acara Evaluasi Dokumen Penawaran nomor 027/LS.PPBJ/60-Par/X/13 tanggal 18 Oktober 2013 serta Pengumuman

[r]