KAJI AN EKON OM I REGI ON AL
Pr opin si Su m a t e r a Se la t a n
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang M aha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya ” Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008” dapat
dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa
indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,
dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank
Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,
hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada
masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih
meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Semoga Tuhan Yang M aha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya
serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam
pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya.
Palembang, Juli 2008
Ttd
Zainal Abidin Hasni
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK ix
INDIKATOR EKONOM I xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB I PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL 9
1.1. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Tahunan (yoy) 9
SUPLEM EN 1 PERKEM BANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON 11
1.2. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Triw ulanan (qtq) 16
1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan 23
1.4. Struktur Ekonomi 24
1.5. Perkembangan Ekspor Impor 26
1.5.1. Perkembangan Ekspor 26
1.5.2. Perkembangan Impor 28
SUPLEM EN 2 OPTIM ISM E KEYAKINAN KONSUM EN PALEM BANG SEM AKIN
M ENURUN 30
BAB II PERKEM BANGAN INFLASI PALEM BANG 39
2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 39
2.2. Inflasi Bulanan (mtm) 43
2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang 46
SUPLEM EN 3 RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOM ODITAS-KOM ODITAS
PENYUM BANG INFLASI PALEM BANG DAN PROSES PEM BENTUKAN
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN DAERAH 57
3.1. Kondisi Umum 57
3.2. Kelembagaan 58
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 59
3.3.1. Penghimpunan DPK 59
3.3.2. Penghimpunan DPK M enurut Kabupaten/Kota 60
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 61
3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 61
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Penggunaan 63
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Kabupaten 64
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha M ikro Kecil M enengah 65
3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan 66
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 66
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 66
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 67
3.7. Kelonggaran Tarik 68
3.8. Resiko Likuiditas 68
3.9. Perkembangan Perbankan Syariah 69
Suplemen 4 KREDIT/PEM BIAYAAN PERBANKAN SUM SEL TRIWULAN II 2008 LEBIH
EKSPANSIF 71
BAB IV PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH 79
4.1. Realisasi APBD 2007 79
4.2. Dana Bagi Hasil Pajak 81
4.3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 82
BAB V PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN 85
5.1. Perkembangan Kliring 85
5.2. Perkembangan Perkasan 86
BAB VI PERKEM BANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 91
6.1. Ketenagakerjaan 91
6.2. Pengangguran 93
6.3. Pendapatan per Kapita 95
6.4. Jumlah Penduduk M iskin Sumsel 96
6.5. Nilai Tukar Petani (NTP) 97
6.3. Indeks Pembangunan M anusia (IPM ) 99
BAB VII PERKIRAAN EKONOM I DAN INFLASI DAERAH 101
7.1. Pertumbuhan Ekonomi 101
7.2. Inflasi 102
7.3. Perbankan 103
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Propinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 (persen) 10
Tabel 1.2 Kenaikan Biaya Input Sektor Properti 15
Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Triw ulan (qtq) PDRB Propinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 (persen) 19
Tabel 1.4 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera
Selatan (dalam Ha) 19
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 23
Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Triw ulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 24
Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun
2007-2008 25
Tabel 1.8 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun
2007-2008 26
Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera
Selatan (USD) 26
Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan (mtm) Tertinggi di Kota
Palembang Triw ulan II 2008 45
Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp
Juta) 60
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun) 61
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi
Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 64
Tabel 3.4 Perkembangan Bank Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 70
Tabel 4.1 Perbandingan Realisasi APBD Sumsel TA. 2006 dan TA. 2007
(Rp M iliar) 79
Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan 2007 80
Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera
Selatan 86
Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp M iliar) 87
Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp M iliar) 88
Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi Triw ulan II 2007–Triw ulan II
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008
viii
Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen) 93
Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar
Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 95
Tabel 6.4 Jumlah Penduduk M iskin Sumsel M enurut Kabupaten/Kota Tahun
2004-2007 97
Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-M ei
2008 serta Persentase Perubahannya 98
Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan M odal Petani 99
Tabel 6.7 IPM 2005 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 100
Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan Ekonomi Sumsel Pada Tw III
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK
2000 Dengan M igas 9
Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel 16
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triw ulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK
2000 Dengan M igas 16
Grafik 1.4 Perkembangan Curah Hujan di Sumsel 17
Grafik 1.5 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 17
Grafik 1.6 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 17
Grafik 1.7 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 17
Grafik 1.8 Perkembangan Harga M inyak di Pasar Internasional 17
Grafik 1.9 Pertumbuhan Triw ulanan (qtq) Kinerja Sub Sektor Pertanian Triw ulan II
2008 (persen) 18
Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KWH) 20
Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel 21
Grafik 1.12 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiw a) 22
Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan
Triw ulan II 2008 22
Grafik 1.14 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan 24
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 27
Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 27
Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara
Tujuan 27
Grafik 1.18 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
Tw II 2008 27
Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan 28
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan 28
Grafik 1.21 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara
Asal 29
Grafik 1.22 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
Tw II 2008 29
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008
x
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran
Triw ulan II 2008 40
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Terigu di Pasar Internasional 41
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Beras di Pasar Internasional 41
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional 41
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 41
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di
Palembang 42
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang 43
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) per Kelompok Barang dan Jasa di
Palembang 44
Grafik 2.10 Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008 45
Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun
2007-2008 (persen) 46
Grafik 2.12 Perkembangan Harga M inyak Goreng Berdasarkan SPH di Palembang
(Rp/Kg) 46
Grafik 2.13 Perkembangan Harga Beras Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg) 47
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 48
Grafik 2.15 Pergerakan Harga M inyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang
(Rupiah/Kg) 48
Grafik 2.16 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang
(Rupiah/Kg) 49
Grafik 2.17 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram) 49
Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota
Palembang (Juni 2007-Juni 2008) 50
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera
Selatan 57
Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan 58
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan 59
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw II 2008 di Propinsi Sumatera Selatan 59
Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw II
2008 62
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit M enurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan 63
Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Penggunaan Propinsi
Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw
II 2008 Berdasarkan Wilayah 64
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UM KM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan
M enurut Penggunaan 65
Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UM KM M enurut Plafond Kredit 65
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumsel 66
Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perbankan Sumsel 67
Grafik 3.13 Perkembangan NPL Perbankan Propinsi Sumatera Selatan 67
Grafik 3.14 Persentase NPL Perbankan Sumsel Tw II 2008 Berdasarkan Sektor
Ekonomi 67
Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 68
Grafik 3.16 Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel 68
Grafik 3.17 Perkembangan Perbankan Syariah di Sumsel (Rp M iliar) 69
Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2007 Propinsi
Sumatera Selatan 81
Grafik 4.2 Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2007 Propinsi
Sumatera Selatan 81
Grafik 4.3 Pangsa DBH Pajak Prop. Sumatera Selatan 82
Grafik 4.4 Pangsa DBH Pajak Berdasarkan Wilayah 82
Grafik 4.5 Pangsa DBH SDA Propinsi Sumatera Selatan 83
Grafik 4.6 Pembagian DBH SDA Berdasarkan Wilayah 83
Grafik 5.1 Perkembangan Perputaran Kliring Sumsel 85
Grafik 5.2 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008 87
Grafik 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun
2007-2008 89
Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja M enurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi
Sumsel Triw ulan II 2008 92
Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran)
M enurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triw ulan II 2008 94
Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 95
Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu 96
Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai
Tukar Petani 98
Grafik 7.1 Perbandingan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Persentase
Responden Yang M emperkirakan Peningkatan Harga 3 Bulan Yang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008
xii
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOM I
A. INFLASI DAN PDRB
TW II TW III TW IV TW I TW II
159.64 164.83 170.24 175.54 112.66*
6.82 9.24 8.20 10.87 13.96*
13,676 14,474 14,115 14,059 14,356 2,786 3,229 2,697 2,693 2,880 3,363 3,351 3,411 3,368 3,385 2,401 2,499 2,530 2,504 2,514
65 68 69 69 70
1,021 1,062 1,083 1,068 1,083 1,864 1,982 1,958 1,949 1,998
612 650 682 682 690
546 557 562 585 589
1,017 1,078 1,122 1,141 1,147
5.67 5.46 7.01 8.17 4.97
5.22 5.83 (2.48) (0.40) 2.12
632.90 648.58 727.18 772.80 464.65
28.30 72.32 25.61 47.22 36.83
Volume ekspor nonmigas (ribu ton) 1,072.70 943.00 860.03 884.28 437.59 63.01 105.53 82.69 98.62 72.22
* ) Tahun dasar 2007
2007
M AKRO
Indeks Harga Konsumen
Laju Inflasi - Tahunan (yoy)
INDIKATOR
- Bangunan
- Perdagangan, hotel dan rest oran PDRB - harga konstan (miliar Rp) - Pertanian
- Pertambangan & penggalian
Volume impor nonmigas (ribu ton) Pertumbuhan PDRB
- Tahunan (yoy) % - Triw ulanan (qtq) %
2008
Nilai Impor nonmigas (USD Juta) Nilai ekspor nonmigas (USD Juta) - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persew aan dan jasa - Jasa
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008
xiv
B. PERBANKAN
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II* Total Perbankan
Total Aset (Triliun Rp) 27.86 30.04 32.89 31.04 32.48
DPK (Triliun Rp) 20.89 22.03 24.14 23.20 23.29 - Tabungan 7.86 8.64 10.18 10.17 10.43 - Giro 4.98 5.27 4.76 4.49 4.60 - Deposito 8.06 8.13 9.20 8.54 8.27
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87 - M odal Kerja 6.96 7.45 8.05 7.72 8.53 - Investasi 3.65 3.22 3.27 3.64 4.05 - Konsumsi 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Sektor ekonomi 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87 Pertanian 1.89 2.16 2.04 2.13 2.33 Pertambangan 0.32 0.02 0.03 0.04 0.08 Perindustrian 2.52 1.98 2.48 2.36 2.94 Perdagangan 3.20 3.43 3.69 3.77 4.17 List rik, Gas dan Air 0.37 0.44 0.42 0.39 0.39 Konst ruksi 0.98 1.24 1.19 1.18 1.23 Pengangkut an 0.24 0.23 0.25 0.25 0.26 Jasa Dunia Usaha 0.84 0.96 0.99 1.01 0.93 Jasa Sosial M asyarakat 0.26 0.21 0.22 0.23 0.24 Lain-lain 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29
Kredit UM KM (Juta Rp) 9.41 10.24 10.61 11.33 12.12 - M odal Kerja 3.60 4.06 4.24 4.31 4.59 - Investasi 1.07 1.14 1.16 1.20 1.29 - Konsumsi 4.73 5.05 5.21 5.82 6.24
LDR 73.59% 71.49% 68.67% 74.23% 81.03%
NPL Gross 2.55% 1.84% 1.73% 1.94% 1.97%
NPL Nett 0.74% 0.25% 0.42% 0.48% 1.05%
NPL Kredit UM KM 2.59% 2.16% 2.14% 2.29% 2.38%
% Kelongaran Tarik 12.76% 2.98% 14.59% 14.21% 13.96%
INDIKATOR 2007 2008
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
Total Aset (Triliun Rp) 0.29 0.32 0.34 0.39 0.37
DPK (Triliun Rp) 0.22 0.24 0.26 0.31 0.29 - Tabungan 0.07 0.08 0.09 0.11 0.10 - Deposito 0.15 0.17 0.17 0.20 0.19
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 0.17 0.19 0.21 0.22 0.24 - M odal Kerja 0.10 0.11 0.11 0.12 0.13 - Investasi 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 - Konsumsi 0.06 0.07 0.08 0.08 0.10
LDR 76.82% 79.76% 79.24% 71.66% 83.13%
Nominal NPL (Triliun Rp) 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
NPL 12.70% 8.79% 8.06% 7.41% 7.33%
Total Aset (Triliun Rp) 0.64 0.72 0.80 0.84 0.87 DPK (Triliun Rp) 0.34 0.40 0.52 0.54 0.54 - Tabungan 0.17 0.19 0.27 0.28 0.31 - Giro 0.03 0.04 0.04 0.05 0.04 - Deposito 0.14 0.17 0.21 0.21 0.18 Pembiayaan (Triliun Rp) 0.48 0.57 0.64 0.74 0.81
FDR 141.66% 142.34% 123.44% 137.42% 150.41%
Jaringan Kantor (Unit) 6 6 6
INDIKATOR 2007
* ) Data LBU M ei 2008
2008
BPR/ BPRS
Perbankan Syariah
C. SISTEM PEM BAYARAN
2007 2007 2007 2008 2008
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
1. Perputaran Kliring:
a. Nominal (Rp juta) 4,753,038 5,344,283 5,674,793 6,043,615 6,820,688
b. Warkat (lembar) 148,396 168,762 178,616 184,740 193,385
2. Perputaran perhari
a. Nominal (Rp juta) 237,652 83,504 94,580 100,727 108,265
b. Warkat (lembar) 7,420 2,637 2,977 3,079 3,070
3. Penolakan cek/ BG
a. Nominal (Rp juta) 18,328 45,072 50,898 49,211 63,882
b. Warkat (lembar) 935 1,225 1,705 1,589 1,731
Jumlah hari 62 64 60 60 63
4. Penolakan cek/ BG
> Nominal (% ) 0.39% 0.84% 0.90% 0.81% 0.94%
> Warkat (% ) 0.63% 0.73% 0.95% 0.86% 0.90%
5. M utasi kas (juta rupiah)
a. Aliran uang masuk/inflow 332,170 687,220 1,776,091 1,092,299 986,835
b. Aliran uang keluar/outflow 2,283,922 2,848,4771,194,424 1,414,098 2,693,779
Net Flow : Inflow (Outflow ) (507,204)(1,951,752) (321,799)(1,072,387) (1,706,945)
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008
xvi
Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triw ulan
II 2008 diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49
persen tanpa migas. Pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih
rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 8,17 persen (dengan migas) atau 10,39 persen (tanpa migas).
Secara triw ulanan (qtq), ekonomi Sumsel diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau
sebesar 2,58 persen (tanpa migas). M eskipun perekonomian
mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan meningkatnya
keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy)
masih didominasi oleh konsumsi dan peningkatan ekspor.
Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61 persen (yoy). Secara
triw ulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan.
Komponen yang mengalami petumbuhan paling tinggi adalah ekspor
yang tercatat meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor
ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja di sektor pertanian
(terutama sub sektor perkebunan saw it dan karet).
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOM I REGIONAL
PROPINSI SUM ATERA SELATAN
TRIWULAN II 2008
Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada tw -II diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49 perse (tanpa migas).
Berdasarkan kelompok sektor, PDRB triw ulan II Sumsel masih
ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor
pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64 persen.
Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,54 persen
dari sebesar 25,89 persen pada triw ulan sebelumnya. Sedangkan
pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada
triw ulan sebelumnya menjadi 30,82 persen.
Ekspor Sumsel pada Tw -II 2008 (data hingga M ei 2008) tercatat
sebesar USD 464,65 juta atau menurun sebesar 26,58 persen
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sementara
dibanding triw ulan sebelumnya (qtq), ekspor pada Tw -II menurun
sebesar 39,87 persen. Berdasarkan komoditasnya, pangsa nilai ekspor
terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen kemudian
diikuti oleh komoditas saw it sebesar 13,44 persen. Berdasarkan
volume, ekspor pada tercatat sebesar 437.592 ton atau menurun
sebesar 59,21 persen dibanding triw ulan yang sama tahun
sebelumnya (yoy) atau menurun sebesar 50,51 persen dibanding
triw ulan sebelumnya (qtq).
Realisasi impor pada Tw -II tercatat sebesar USD36,83 juta,
meningkat sebesar 30,15 persen dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya (yoy), namun tercatat menurun sebesar 21,99 persen
dibanding triw ulan sebelumnya (qtq).
Perkembangan Inflasi
Sejak 1 Juli 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di
Indonesia menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar
2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007.
Inflasi tahunan kota Palembang pada Triw ulan II 2008 mencapai 13,96
persen (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan inflasi pada
triw ulan sebelumnya yang mencapai 10,87 persen. Adapun secara
bulanan (mtm), pada bulan Juni 2008 Kota Palembang tercatat
mengalami inflasi sebesar 3,41 persen.
Berdasarkan kelompok barang, inflasi tahunan tertinggi terjadi
pada bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen, diikuti oleh kelompok
sandang sebesar 17,43 persen, kelompok makanan jadi sebesar 12,73
persen, dan kelompok perumahan sebesar 11,19 persen. Kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga mencatat laju inflasi sebesar 10,37
persen, kelompok kesehatan sebesar 9,49 persen, sedangkan kelompok
transportasi tercatat sebesar 6,69 persen.
Hasil pemantauan harga yang dilakukan KBI Palembang secara
independen melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Palembang
menunjukkan perkembangan harga yang tidak jauh berbeda dengan
hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini
menunjukkan bahw a hasil SPH Kota Palembang dapat dijadikan salah
satu barometer dalam melihat perkembangan inflasi di kota Palembang
Perkembangan Perbankan Daerah
Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada
triw ulan II 2008 (M ei 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan
perkembangan positif. Jumlah aset perbankan Sumsel meningkat
sebesar 16,58 persen dari triw ulan yang sama pada tahun sebelumnya
(yoy), yaitu dari Rp28,86 triliun menjadi Rp32,48 triliun. Penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 11,49 persen dari Rp20,89
triliun pada triw ulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp23,29
triliun atau meningkat sebesar Rp2,40 triliun. Penyaluran
kredit/pembiayaan mengalami peningkatan dari Rp15,38 triliun pada
triw ulan yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp18,87 triliun
atau meningkat sebesar 22,76 persen.
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di w ilayah Sumsel pada
triw ulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen, meningkat relatif tinggi
dari LDR pada triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 74,23 persen.
NPL gross (belum memperhitungkan PPAP) pada triw ulan II 2008 (M ei
2008) tercatat sebesar 1,97 persen dari total kredit yang disalurkan.
Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen.
Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triw ulan II 2008 (M ei 2008) menunjukkan perkembangan positif.
Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR)
Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi penerimaan pemerintah pada tahun 2007 mencapai 94,46
persen, kondisi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan
realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 586,79 persen.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 94,52 persen atau
sebesar Rp2,14 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang
tercatat sebesar 175,96 persen. Secara nominal, realisasi belanja
Pemprop Sumsel tahun 2007 berada diatas rata-rata realisasi
penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Sumsel tercatat sebesar 91,03
persen atau sebesar Rp2,33 triliun dengan realisasi belanja terbesar
pada belanja hibah dan belanja bantuan keuangan yang mencapai
100 persen.
Sumber pembiayaan untuk kegiatan operasional Pemerintah
Propinsi Sumsel sebagian besar bersumber dari dana perimbangan
yang mencapai 55,02 persen dari total belanja yang dikeluarkan. PAD
Propinsi Sumsel yang mencapai Rp847,97 miliar tercatat menyumbang
36,42 persen pembiayaan belanja daerah.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Perputaran kliring di Sumsel pada Tw -II menunjukkan peningkatan dari
segi jumlah w arkat maupun nominalnya baik secara tahunan maupun
triw ulanan. Pada Tw -II jumlah w arkat yang dikliringkan tercatat
sebanyak 193.385 lembar dengan nominal sebesar Rp6,82 triliun.
Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw -II mencatat inflow sebesar
Rp0,99 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan triw ulan
II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp0,33 triliun. Outflow tercatat
sebesar Rp2,69 triliun atau meningkat sebesar 17,95 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang
sebesar Rp2,28 triliun. Dengan melihat angka inflow dan outflow ,
net-outflow pada triw ulan II 2008 tercatat sebesar Rp1,70 triliun,
sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat
mengalami net-outflow sebesar Rp1,95 triliun.
Perputaran kliring
Pe r k e m b a n g a n Ke t e n a g a k e r j a a n D a e r a h d a n Ke se j a h t e r a a n
Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel pada Tw -II 2008 masih tetap
belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti. Lambannya
transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder,
produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta pertumbuhan
angkatan kerja yang lebih besar dari pertumbuhan lapangan kerja,
menyebabkan pengangguran masih menjadi persoalan yang dilematis di
Sumsel.
Jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.205.147 orang atau
meningkat sebesar 1,36 persen dibandingkan t riw ulan sebelum nya
yang sebanyak 3.162.257 orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja
tersebut diiringi oleh sedikit peningkat an Tingkat Part isipasi
Angkat an Kerja (TPAK) dari 69,81 persen pada Tw -I 2008 m enjadi
69,99 persen pada Tw -II 2008.
Dari tahun 2007 hingga saat ini tingkat pengangguran terbuka
(TPT) mengalami fluktuasi. Tingkat pengangguran terbuka pada Tw -II
2008 tercatat sebesar 8,05 persen, mengalami penurunan dari Tw -I yang
sebesar 8,45 persen. Sepert i halnya TPT, t ingkat set engah
pengangguran juga m engalam i sedikit penurunan. Tingkat
pengangguran pada Tw -I 2008 yang sebesar 37,65 persen m enjadi
sebesar 37,19 persen pada Tw -II 2008.
Pad a Tw - II p e n d ap at an regional per kapita Sumsel atas dasar
harga berlaku (dengan migas) tercatat sebesar Rp4.050.657 atau
meningkat sebesar 10,78 persen dibandingkan triw ulan sebelumnya yang
sebesar Rp3.656.596. Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk
salah satu propinsi yang kaya di Indonesia, tetapi jumlah penduduk
miskin di Sumatera Selatan termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin
tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten M usi
Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600 orang, sedangkan jumlah penduduk
miskin terendah terdapat di Kota Prabumulih yaitu sebanyak 10.000
orang.
Perkembangan nilai tukar petani selama Juni 2007 sampai M ei
2008 cukup fluktuatif. Nilai tukar petani pada Tw -II 2008 (M ei 2008)
mengalami penurunan dari Tw -I yaitu dari sebesar 105,17 menjadi
sebesar 102,39. Penurunan nilai tukar terjadi karena kenaikkan indeks
harga yang dibayar petani melebihi kenaikan indeks harga yang
diterima petani. Indeks yang diterima petani mengalami penurunan
dari 113,32 pada Tw -I menjadi 110,37 pada Tw -II, sedangkan Indeks
yang Dibayar Petani mengalami kenaikan dari 105,85 pada Tw -I
menjadi 107,80 pada Tw -II.
Dari 30 propinsi yang diukur IPM -nya, Propinsi Sumsel
menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2
pada tahun 2005. Nilai tersebut sebagai akumulasi dari angka harapan
hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang
disesuaikan sebesar Rp 610.300. Berdasarkan penilaian per w ilayah
kabupaten/kota, kota Palembang sebagai ibu kota Propinsi tercatat
memiliki peringkat IPM paling tinggi di Sumsel atau secara nasional
menempati ranking IPM ke-59 dengan indeks sebesar 73,6.
Sedangkan w ilayah yang memiliki IPM terendah di Sumsel yaitu
kabupaten M usi Raw as yang menempatin peringkat ke-367 dengan
indeks sebesar 65,00.
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih tetap tergantung dari
sektor primer terutama sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh
faktor musiman. Pada triw ulan III diperkirakan kinerja sektor pertanian
akan mengalami peningkatan dibanding dengan Tw -II terkait dengan
peningkatan kinerja sub sektor tanaman perkebunan.
Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi ekonomi
terkini, pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triw ulan III 2008
diperkirakan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara
triw ulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen.
Propinsi Sumsel menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2 pada tahun 2005.
Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triw ulan III 2008
M empertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan
pergerakan harga barang dan jasa, perkembangan inflasi pada
triw ulan mendatang diperkirakan akan berada pada level yang
moderat dan meningkat dibanding Tw -II terkait dengan masih
terasanya dampak kenaikan BBM dan menjelang bulan Ramadhan.
Tekanan inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan
makanan, kelompok makanan jadi, serta kelompok sandang.
Kelompok bahan makanan diperkirakan masih tetap menjadi pemicu
inflasi terkait dengan kenaikan harga beberapa komoditas pangan
seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng meskipun
kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw -II.
Inflasi tahunan pada triw ulan III 2008 diperkirakan masih berada
pada level double digit. Hal yang masih perlu diw aspadai hingga saat
ini adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa, faktor distribusi, dan
lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu. Berdasarkan hasil
proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta
determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka tekanan inflasi
triw ulanan (qtq) pada triw ulan III 2008 diperkirakan mencapai 4,90 ±
0,5 persen.
9 1.1. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Tahunan (yoy)
Pada triw ulan II 2008 (Tw -II) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera
Selatan atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 diperkirakan sebesar Rp14,36 triliun
(dengan migas) atau Rp11,04 triliun (tanpa migas). Sementara itu PDRB atas dasar harga
berlaku tercatat sebesar Rp33,92 triliun (dengan migas) atau Rp21,91 triliun (tanpa migas).
Grafik 1.1
PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan M igas
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Tumbuhnya perekonomian Sumsel di triw ulan II 2008 dikonfirmasi oleh hasil liaison
ke beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahw a kendati telah terjadi kenaikan harga
BBM , perekonomian Sumsel masih mampu tumbuh karena ditopang oleh sektor primer dan
sektor lainnya yang tidak terpengaruh dampak langsung dari kenaikan BBM . Hal tersebut
PERKEM BANGAN EKONOM I
M AKRO REGIONAL
Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Pertumbuhan ekonomi
tahunan (yoy) Sumatera Selatan
diperkirakan sebesar 4,97 persen
(dengan migas) atau 6,49 persen
(tanpa migas). Pertumbuhan
ekonomi tahunan tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan
triw ulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 8,17 persen (dengan migas)
atau 10,39 persen (tanpa migas).
Secara tahunan, semua sektor
ekonomi mencatat pertumbuhan
dengan pertumbuhan terendah
terjadi pada sektor pertambangan
ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang
menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan
yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan,
perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik.
Cukup baiknya kondisi usaha contact liaison lebih banyak tertolong oleh terus membaiknya
harga komoditas-komoditas primer di pasar internasional, misalnya crude palm oil (CPO),
crumb rubber, dan batu bara. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi
internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha.
Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha,
antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii)
kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk (NPK dan
phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.
Pada Tw -II 2008 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan ekonomi tahunan
tertinggi adalah sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 12,80
persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa 12,76 persen, serta sektor keuangan, persew aan, dan
jasa perusahaan sebesar 7,90 persen.
Pertumbuhan pada sektor
pengangkutan dan komunikasi
terutama disumbang oleh
pertumbuhan sub sektor
komunikasi yang tumbuh sebesar
26,58 persen. Pertumbuhan
sektor ini ditandai dengan
semakin beragamnya produk dan
jasa telekomunikasi yang
sekarang ini memasuki pasar
Sumsel. Saat ini di Sumsel tercatat
sedikitnya 3 operator layanan
telepon berbasis GSM (Global
System for M obile) dan 4 operator
layanan telepon berbasis CDM A
(Code Division M ultiple Access).
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)
PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)
2007 2008
Listrik, Gas & Air
Bersih 6.66 8.08 7.95 7.22 6.83
Keu., Persew aan & Jasa
Perusahaan
8.45 10.02 10.05 9.94 7.90
Jasa-jasa 6.68 9.84 13.96 14.64 12.76
11
PERKEM BANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON*
Perkembangan usaha pada contact liaison di triw ulan II-2008 menunjukkan arah yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan, perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha. Kondisi tersebut, salah satunya, yang menyebabkan beroperasinya usaha di baw ah kapasitas terpasang (tidak lebih dari 80 persen). Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha, antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii) kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk
(NPK dan phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.
Permintaan pasar terhadap produk contact liaison saat ini cukup besar. Hal ini terbukti dari permintaan pasar domestik beberapa produk di sektor bangunan dan industri otomotif selama Tw -II 2008 menunjukkan peningkatan. Produk-produk yang mengalami peningkatan antara lain minyak goreng, batu bara, juga pada beberapa contact liaison di industri perbankan, perhotelan, bangunan, dan transportasi. M eningkatnya pertumbuhan permintaan sektor perumahan antara lain didukung oleh tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah yang masih menarik. Namun, dengan kecenderungan meningkatnya laju inflasi, benchmark BI rate juga mengalami koreksi naik yang sampai akhir Juni mencapai 8,50% atau naik 50 basis point dan dikhaw atirkan berimbas pada kenaikan suku bunga kredit secara umum.
Contact Liaison di industri
perhotelan mengatakan bahw a
occupancy rate ditunjang oleh tamu-tamu
yang datang untuk kegiatan bisnis, bukan karena program Visit M usi 2008. Pada sektor industri transportasi kota, yakni jasa taksi, kendati telah terjadi kenaikan harga BBM (Tabel 1) namun permintaan jasa angkutan taksi tetap besar dikarenakan masih banyak pangsa pasar yang belum tergarap. Sektor perbankan juga cenderung baik, terbukti dari pertumbuhan penyaluran kredit yang berkisar sekitar 30% .
Suplemen 1
Grafik 1
Suku Bunga Kredit;BI rate; Inflasi
-1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 [BI rat e dan Kredit Konsusmsi rat e % ] [Inf lat ion rat e % ] Rat e Kredit Konsumsi [RHS] Inf las Rat ei [RHS]
Tabel 1
Kenaikan BBM Bersubsidi
Premium M. Tanah Solar Rata-Rata Kenaikan % 1 Feb 2005 1810 1800 1650
1 Mar 2005 2400 2200 2100 27.38 1 Oct 2005 4500 2000 4300 61.19 24 Mei 2008 6000 2300 5500 27.78
Permintaan pasar luar negeri masih didominasi sektor ekonomi yang berbasis SDA seperti sub sektor perkebunan, industri pengolahan, dan pertambangan. Penjualan batu bara untuk pasar ekspor sebesar 34,7% dan selebihnya untuk penjualan domestik. Namun, usaha untuk meningkatkan volume penjualan terkendala oleh terbatasnya daya angkut kereta api dari Tanjung Enim menuju Pelabuhan Laut Tarahan di Lampung. Keterbatasan tersebut dapat ditanggulangi dengan penambahan kereta dengan gerbong yang cukup. M enurut contact liaison di industri pengolahan CPO, pengenaan pajak ekspor CPO secara progresif mengakibatkan pengusaha tidak dapat memaksimalkan keuntungan yang dikarenakan tingginya harga CPO di pasar internasional.
Rata-rata kondisi kapasitas utilisasi contact liaison selama Tw -II 2008 tidak lebih dari 80% . Penggunaan kapasitas produksi terpasang, khususnya di sektor industri pengolahan terhambat oleh sulitnya mendapatkan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) untuk diolah menjadi saw it, kesulitan perluasan lahan perkebunan, dan adanya pabrik tanpa kebun (petani plasma menjual CPO kepada inti secara ilegal) karena rendahnya law enforcement. Kekurangan bahan baku serta tingginya biaya produksi dikarenakan mahalnya biaya listrik juga mempengaruhi industri crumb rubber.
Investasi juga masih diminati oleh para contact liaison. Ini terbukti sekitar 70%
contact liaison di Tw -II berencana untuk melakukan investasi di tahun 2008 dan 2009
dalam bentuk: (i) perluasan jaringan kantor, (ii) pengadaan sarana transportasi, (iii) investasi pemanfaatan limbah sebagai alternatif bahan bakar dalam rangka efisiensi, (iv) pembelian
mesin untuk meningkatkan pelayanan kepada customer. Sebagian besar pembiayaan di Tw
-II ini menggunakan dana non-perbankan dan hanya 40% yang menggunakan dana perbankan untuk keperluan investasi dan modal kerja mereka. Suku bunga kredit rupiah dan valas dinilai oleh contact liaison masih relatif tinggi. Jumlah tenaga kerja yang digunakan relatif stabil. Rekrutmen tenaga kerja dilakukan antara lain dikarenakan: tenaga kerja yang pensiun, mengundurkan diri, dan habis masa kontrak kerjanya.
Grafik 2
Harga Dunia Beberapa Komoditas Pilihan
5
USD/ bbl; UScents/ pound USD/ M ton
0
13 Di sektor industri pengolahan, umumnya perputaran bahan baku sangat cepat.
Namun demikian, dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada
triw ulan sebelumnya, sub sektor telekomunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan.
Demikian pula dengan sub sektor pengangkutan yang tumbuh sebesar 4,76 persen, juga
mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 6,86 persen. Dari hasil liaison yang dilakukan KBI Palembang
diperoleh informasi bahw a kondisi usaha di sub sektor pengangkutan (khususnya angkutan
darat) cukup baik dengan peningkatan margin keuntungan rata-rata sebesar 10 persen.
Pertumbuhan ekonomi di sektor jasa-jasa secara umum sangat dipengaruhi oleh
peningkatan aktivitas jasa pemerintahan yang didorong oleh peningkatan belanja pegaw ai.
Salah satu faktor penyebab percepatan pertumbuhan sektor ini adalah pencairan rapel
kenaikan gaji PNS pada triw ulan ini.
Sektor keuangan, persew aan dan jasa perusahaan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masing-masing tercatat tumbuh sebesar 7,90
persen dan 7,21 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya
pertumbuhan tahunan sektor keuangan tercatat mengalami perlambatan. M elambatnya
pertumbuhan ekonomi tahunan di sektor keuangan, persew aan, dan jasa dibandingkan
pertumbuhan tahunan pada triw ulan sebelumnya tidak terlepas dari menurunnya kinerja
sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan dengan sektor keuangan, persew aan,
dan jasa. Sub sektor hotel tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 17,21 persen.
Sekt or lain yang mengalami pert umbuhan cukup baik adalah sektor listrik, gas
dan air bersih, sektor bangunan, dan sektor industri pengolahan yang masing-masing
tumbuh sebesar 6,83 persen, 6,10 persen, dan 4,68 persen. Pertumbuhan ekonomi di sektor
industri pengolahan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian yang merupakan bahan
baku bagi mayoritas industri pengolahan di Sumsel. Seiring dengan kondisi pada sub sektor
tanaman perkebunan, sektor industri pengolahan Sumsel yang mayoritas menggunakan
bahan baku dari tanaman perkebunan mengalami kondisi yang cukup baik. Dari hasil liaison
diperoleh informasi bahw a tingginya permintaan CPO dari pasar domestik maupun
internasional menjadi pendorong pertumbuhan di sektor ini. Namun demikian terdapat
beberapa kendala berupa : kenaikan harga BBM , kenaikan harga pupuk (NPK dan Phospat),
15 Sektor bangunan yang pada triw ulan I tumbuh sebesar 7,59 persen masih
terkendala dengan peningkatan harga bahan bangunan maupun biaya lain terkait dengan
kenaikan harga BBM pada akhir bulan M ei 2008. Hal tersebut terkonfirmasi oleh kegiatan
liaison program yang menunjukkan bahw a
selain peningkatan harga bahan bangunan
yang rata-rata di atas 10 persen, juga terjadi
kenaikan antara lain, upah pekerja, biaya
perijinan, birokrasi serta keterbatasan lahan
dan akses listrik PLN yang masih sulit.
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti
Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia diperoleh informasi mengenai
terjadinya kenaikan harga jual rumah rata-rata
sebesar 4-5 persen sebagai imbas dari
kenaikan harga bahan bangunan.
Sektor pertanian pada Tw -II 2008 tumbuh sebesar 3,37 persen. Pertumbuhan
tahunan pada triw ulan ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan
tahunan triw ulan sebelumnya yang disebabkan karena kontraksi pertumbuhan pada sub
sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan. Sub sektor tanaman bahan
makanan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,95 persen yang
disebabkan karena kondisi pasca panen yang terjadi di w ilayah sentra beras Sumsel,
sedangkan kontraksi yang dialami sub sektor kehutanan lebih disebabkan karena semakin
terbatasnya hutan areal produksi sehingga menyulitkan dalam mendapatkan bahan baku.
Sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan
tahunan yang paling rendah yakni sebesar 0,64 persen. Rendahnya pertumbuhan tahunan
di sektor ini disebabkan karena ketidakoptimalan kapasitas produksi yang terjadi di sub
sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang tumbuh sebesar 0,12 persen maupun di
sub sektor pertambangan tanpa migas yang tercatat mengalami pertumbuhan tahunan
sebesar 2,30 persen. Rendahnya produksi di sub sektor pertambangan migas lebih
disebabkan karena faktor usia sumur yang sudah tua dan tidak adanya penemuan sumur
baru, sedangkan rendahya pertumbuhan di sub sektor pertambangan non migas (terutama
Tabel 1.2
Kenaikan Biaya Input Sektor Properti
No Komponen
batu bara) seperti yang terkonfirmasi
pada kegiatan liaison adalah adanya
kendala pada pengiriman hasil
produksi sehingga produksi batu bara
cenderung stagnan. Saat ini
pengiriman batu bara terkendala
dengan keterbatasan daya tampung
kereta api yang mengangkut batu
bara tersebut ke pelabuhan.
1.2. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Triw ulanan (qtq)
Secara triw ulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw -II diperkirakan mengalami
pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau sebesar 2,58 persen (tanpa migas).
M eskipun perekonomian mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan
meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian (lihat Suplemen 2.
Optimisme Keyakinan Konsumen Palembang Semakin M enurun). Sektor pertanian
diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi triw ulanan tertinggi yakni sebesar 6,95
persen yang disebabkan peningkatan pertumbuhan triw ulanan yang cukup tinggi pada sub
sektor tanaman perkebunan yang tumbuh sebesar 37,04 persen.
Tingginya pertumbuhan
ekonomi triw ulanan pada sub sektor
tanaman perkebunan tidak terlepas
dari faktor cuaca yang kondusif
terutama untuk penyadapan karet
maupun saw it. Selain itu, harga CPO
(crude palm oil) dan harga karet
mentah yang tinggi di pasar
internasional tetap menjadi insentif
bagi sub sektor perkebunan. Dari hasil
liaison yang dilakukan KBI Palembang
diperoleh informasi bahw a
Grafik 1.3
PDRB dan Laju Pertumbuhan Triw ulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan M igas
13.68
Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan Grafik 1.2
Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel
Premium Solar M. Tanah
17 permintaan terhadap CPO dipastikan
akan tetap tinggi terkait dengan
kebutuhan CPO dunia yang sangat tinggi
baik untuk diolah menjadi minyak
goreng, bahan baku biodiesel, dan bahan
baku komoditas-komoditas lainnya.
Grafik 1.5
Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional
337.15
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2007 2008
Sumber: DSM Bank Indonesia
Grafik 1.6
Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional
750.04
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2007 2008
Sumber: DSM Bank Indonesia
Grafik 1.7
Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional
87.18
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2007 2008
Sumber: DSM Bank Indonesia
Grafik 1.8
Perkembangan Harga M inyak di Pasar Internasional
125.66
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2007 2008
Sumber: DSM Bank Indonesia Grafik 1.4
Perkembangan Curah Hujan di Sumsel
0
Curah Hujan Hari Hujan
Karet dan saw it masih tetap menjadi primadona komoditas hasil perkebunan di
Sumsel. Pada Tw -II, curah hujan yang mulai berkurang menyebabkan produksi karet agak
meningkat. Sementara itu, untuk saw it, kondisi cuaca cukup mendukung produksi namun
berdasarkan informasi dari para pelaku usaha masih terdapat beberapa kendala yang
dihadapi dan membatasi keuntungan yakni berupa peraturan perpajakan, yakni: (1) dasar
penetapan pajak penghasilan (PPH) yang sebesar 25 ton/hektar/tahun dirasakan
memberatkan. Hal tersebut dikarenakan tingkat produksi lahan pada musim kemarau
biasanya hanya mencapai 20 ton/hektar/tahun, (2) dasar penetapan pajak alat berat yang
dirasakan tidak fair karena alat yang lama dan yang baru dasar perhitungannya sama.
Grafik 1.9
Pertumbuhan Triw ulanan (qtq)
Kinerja Sub Sektor Pertanian Triw ulan II 2008 (persen)
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Rata-rata harga CPO dunia pada selama Tw -II tercatat sebesar USD1.103,98/metrik
ton, meningkat sebesar 43,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
(yoy). Namun demikian apabila dibandingkan triw ulan sebelumnya tercatat mengalami
penurunan sebesar 3,88 persen dari sebesar USD1.148,52/metrik ton. Sementara itu, harga
karet dunia masih menunjukkan trend peningkatan, dimana pada triw ulan ini tercatat
sebesar USD337,15 sen/kg atau meningkat sebesar 39,60 persen dibandingkan harga pada
triw ulan II 2007 (yoy) yang sebesar USD241,52 sen/kg atau meningkat sebesar 13,08
persen dibanding harga pada triw ulan sebelumnya (qtq) yang sebesar USD298,16 sen/kg. -25.95
-6.57
13.38 6.18
19 Sub sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada sektor pertanian adalah
sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan sub sektor peternakan dan
hasil-hasilnya. Kontraksi sebesar 25,95 persen di sub sektor tabama disebabkan karena telah
lew atnya masa panen raya yang terjadi pada bulan M aret 2008.
Informasi yang diperoleh
dari kegiatan liaison
menunjukkan terjadinya
kegagalan panen akibat
peredaran pupuk dan bibit palsu
di sejumlah sentra beras seperti
Pagar Alam dan Banyuasin.
Tercatat lebih dari 2.588 Ha
saw ah di kedua w ilayah tersebut
mengalami puso. Penurunan
produksi tanaman bahan
makanan (khususnya padi) terjadi
di hampir seluruh w ilayah
kabupaten/kota yang berada di
w ilayah Sumsel.
Tabel 1.3
Laju Pertumbuhan Triw ulan (qtq)
PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)
2007 2008
Keu., Persew aan & Jasa
Perusahaan
2.64 1.97 0.99 4.01 0.74
Jasa-jasa 2.16 5.98 4.07 1.74 0.49
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Tabel 1.4
Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)
LT LP LT LP LT LP LT LP LT LP
1 P alem bang 45 47 2,583 5 1,868 38 1,371 4,2 28 86 1,3 02
2 M usi B an yuasin 4,765 22,004 3,952 17,464 4,912 28 4 5,646 8,4 21 35 ,625 5,3 64
3 B an yuasin 29,391 101,004 18,398 33,287 18,732 5,950 2,139 35,274 115,236 2,0 32
4 O gan Ilir 267 2,120 11,632 799 19,514 78 15,260 29,589 1,702 14,497
5 O gan K om ering Ilir 7,958 44,487 33,052 16,008 16,532 1,279 8,875 47,105 49 ,783 8,4 31
6 O K U T im ur 24,255 41,916 35,387 18,596 14,438 6,303 18,410 47,334 25 ,773 17,490
7 O gan K om ering U lu 1,188 5,086 908 3,064 507 16 2 171 1,3 44 8,494 162
8 O K U S e latan 4,050 5,416 5,224 2,513 1,199 1,180 2,987 6,1 02 6,195 2,8 38
9 M uara E nim 4,192 16,262 10,562 7,462 11,429 24 7 4,564 20,891 16 ,411 4,3 36
1 0 L ahat 6,050 13,932 4,527 5,860 1,919 90 1 7,904 6,1 24 19 ,508 7,5 09
Jum la h 101,892 282,145 134,832 123,080 97,629 19,830 87,502 220,83 8 307,852 83,127
Tw III Tw IV
R E A LIS AS I S AS A R A N
Tw I Tw II*
N o K abupaten / K ota Juni
M enyikapi turunnya produksi beras pada triw ulan II ini, pemerintah daerah c.q
Bulog telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar 9,30 persen dari
Rp4.300/kg menjadi Rp.4.700/kg untuk dapat lebih banyak menyerap beras dari petani.
Namun demikian, peningkatan HPP tersebut juga disertai dengan peningkatan kualifikasi
beras yang diterima Bulog yakni dengan menurunkan kadar maksimal beras broken menjadi
sebesar 15 persen, dan bulir kuning rusak menjadi 3 persen sehingga tetap menyulitkan
bagi petani untuk memenuhinya. Berdasarkan hasil SKDU di beberapa sentra beras Sumsel
seperti Belitang diperoleh informasi bahw a para petani lebih memilih untuk menjual
beras/gabah kepada para tengkulak karena faktor administrasi yang tidak rumit dan dapat
segera mendapatkan uang tunai untuk keperluan sehari-hari.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada Tw -II mencatat
pertumbuhan triw ulanan sebesar 2,54 persen. Periode bulan Juni s.d Juli merupakan
puncak dari tingkat hunian hotel di Palembang. M ulai dicairkannya APBD untuk kegiatan
rutin dan banyaknya event-event bertaraf nasional maupun internasional seperti Festival
Sriw ijaya telah mendorong tingkat hunian hotel hingga mencapai 80 persen. Namun
demikian, kalangan perhotelan mengemukakan bahw a peningkatan tingkat hunian lebih
terkait dengan menggeliatnya aktivitas bisnis, bukan karena Program Visit M usi 2008.
Sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor bangunan
sama-sama mencatat pertumbuhan triw ulanan
sebesar 1,41 persen. Pertumbuhan sektor
listrik, gas, dan air bersih selain
disebabkan karena faktor siklikal juga
disebabkan karena kenaikan harga
komoditas gas (LPG) terkait dengan
kenaikan BBM pada akhir Juni 2008 yang
menyebabkan terjadinya kelangkaan
komoditas tersebut.
Grafik 1.10
Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KW H)
0
21
Kondisi sektor bangunan sampai dengan triw ulan II 2008 masih cukup baik
dengan tingkat penjualan tahunan berkisar 10-20 persen untuk RSH dan sebesar 10 persen
untuk Rumah Sederhana. Namun demikian masalah kenaikan harga bahan bangunan, serta
kenaikan harga BBM dan kesulitan pengadaan sambungan listrik dan PAM menjadi kendala
bagi pengusaha di sektor bangunan. Selain itu, melonjaknya harga tanah sebagai akibat
dari kenaikan NJOP yang signifikan turut memberikan andil dalam peningkatan biaya
produksi.
Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia,
sampai dengan bulan triw ulan II
2008 diprediksi terjadinya
peningkatan penjualan semen
sebesar 1,54 persen (qtq).
M eningkatnya konsumsi semen
ini tidak terlepas dari kebutuhan
perumahan yang tetap tinggi
kendati masih terdapat
kendala-kendala seperti telah
disampaikan sebelumnya.
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 1,25 persen dibanding
triw ulan sebelumnya. Peningkatan di sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub
sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 4,35 persen. Tingkat permintaan masyarakat yang
tetap tinggi terhadap jasa komunikasi serta promosi yang gencar dari operator layanan
komunikasi dengan perang tarif antar operator diyakini menjadi penyebab tumbuhnya sub
sektor ini. Kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan rata-rata
sebesar 25 persen membuat pertumbuhan di sektor transportasi (khususnya transportasi
darat) menurun, begitupun halnya dengan transportasi udara yang terpaksa menaikkan
harga tiket penerbangan sehingga menyebabkan pertumbuhan di sub sektor transportasi
mengalami penurunan sebesar 0,83 persen.
Grafik 1.11
Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel
226,950
275,729 271,458 263,997 268,073
(2.75)
Jumlah (ton) Pertumbuhan (qtq)
Sektor keuangan, persew aan dan jasa perusahaan,
tumbuh sebesar 0,74 persen atau
mengalami perlambatan
pertumbuhan triw ulanan
dibandingkan triw ulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 4,01 persen.
Sekt or jasa-jasa, tumbuh sebesar
0,49 persen atau lebih rendah
dibanding triw ulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 1,74 persen.
Di sektor pertambangan dan penggalian, tingginya harga minyak bumi di pasar
dunia yang berada pada kisaran di atas USD120/barel (bahkan pada bulan Juni 2008
sempat menembus USD133,93/barel) merupakan satu-satunya insentif bagi sektor ini. Dari
sisi produksi, tidak adanya penemuan sumur baru dan juga faktor usia sumur yang ada
relatif sudah tua menjadi penyebab produksi minyak mentah tidak mengalami peningkatan
yang berarti. Pada triw ulan ini sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami
pertumbuhan triw ulanan (qtq) sebesar 0,48 persen.
Sektor industri pengolahan
tercatat sebagai sektor ekonomi yang
mengalami pertumbuhan terendah pada
triw ulan II 2008 yakni sebesar 0,40 persen.
Tingginya pertumbuhan di sub sektor
tanaman perkebunan yang merupakan
mayoritas bahan baku industri pengolahan
di Sumsel tidak menyebabkan
pertumbuhan yang signifikan pada sektor
ini karena terdapatnya beberapa kendala
berupa : kenaikan harga BBM , kenaikan
harga pupuk (NPK dan Phospat), perda
yang tidak kondusif serta kesulitan
perizinan untuk ekspansi lahan.
Grafik 1.13
Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan
Triw ulan II 2008
Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiw a)
375.83
Penumpang Domestik Penumpang Internasional
23 1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada Tw -II masih didominasi
oleh konsumsi dan peningkatan ekspor. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61
persen (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi sw asta nirlaba, serta
konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 7,04 persen, 8,38 persen dan 12,08 persen.
M enurut pangsanya, konsumsi pemerintah tercatat mengalami pertumbuhan yang paling
tinggi yang diperkirakan sebagai akibat dari mulai cairnya anggaran belanja pemerintah pada
triw ulan berjalan.
Tabel 1.5
Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (persen)
II III IV I II
1. Konsumsi Rumah Tangga 7.99 7.74 6.92 7.36 7.04 2. Konsumsi Lembaga Sw asta Nirlaba 4.40 5.58 7.77 8.36 8.38 3. Konsumsi Pemerintah 5.02 7.21 9.15 9.31 12.08 4. Investasi 76.49 45.55 0.16 (0.15) (14.38) 5. Ekspor Barang dan Jasa (8.53) (8.68) 10.60 13.82 11.99 6. Impor Barang dan Jasa 14.86 6.55 8.88 9.67 8.66 TOTAL 5.67 5.46 7.01 8.17 4.97
Penggunaan 2007 2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Dari kegiatan perdagangan, ekspor tumbuh sebesar 11,99 persen, melambat
dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,82 persen.
Sementara itu, impor mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 8,66 persen, melambat
dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,67 persen.
Secara triw ulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan.
Komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah ekspor yang tercatat
meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor ini tidak terlepas dari peningkatan
Tabel 1.6
Pertumbuhan Ekonomi Triw ulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (persen)
II III IV I II
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
1.4. Struktur Ekonomi
Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni
sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64
persen. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 43,12 persen. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada
sektor pertanian dari sebesar 19,16 persen menjadi 20,06 persen.
Sektor sekunder mengalami
penurunan pangsa menjadi 25,54
persen dari triw ulan sebelumnya yang
sebesar 25,89 persen. Penurunan
pangsa sektor sekunder tersebut
disebabkan penurunan pangsa pada
sub sektor industri pengolahan dan
sektor bangunan. Sektor industri
pengolahan mengalami penurunan
dari triw ulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 17,81 persen menjadi 17,51 persen. Sektor bangunan mengalami
penurunan pangsa menjadi sebesar 7,54 persen dari sebesar 7,60 persen pada triw ulan
sebelumnya. Sedangkan sektor LGA tercatat tidak mengalami perubahan pangsa yakni
tetap sebesar 0,49 persen.
Grafik 1.14
Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan
0
25 Tabel 1.7
Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008
II III IV I II
1 . Pe r t a n ia n 2 0 .3 7 % 2 2 .3 1 % 1 9 .1 1 % 1 9 .1 6 % 2 0 .0 6 % 2 . Pe r t a m b a n g a n 2 4 .5 9 % 2 3 .1 5 % 2 4 .1 7 % 2 3 .9 6 % 2 3 .5 8 % Se k t o r Prim e r 4 4 .9 7 % 4 5 .4 6 % 4 3 .2 8 % 4 3 .1 2 % 4 3 .6 4 %
3 . In d u st r i 1 7 .5 6 % 1 7 .2 6 % 1 7 .9 2 % 1 7 .8 1 % 1 7 .5 1 % 4 . List r ik , G a s, A ir 0 .4 8 % 0 .4 7 % 0 .4 9 % 0 .4 9 % 0 .4 9 % 5 . Ba n g u n a n 7 .4 6 % 7 .3 4 % 7 .6 7 % 7 .6 0 % 7 .5 4 % Se k t o r Se k u n d e r 2 5 .5 0 % 2 5 .0 7 % 2 6 .0 9 % 2 5 .8 9 % 2 5 .5 4 %
6 . Pe r d a g a n g a n 1 3 .6 3 % 1 3 .6 9 % 1 3 .8 7 % 1 3 .8 6 % 1 3 .9 2 % 7 . Pe n g a n g k u t a n 4 .4 8 % 4 .4 9 % 4 .8 3 % 4 .8 5 % 4 .8 1 % 8 . K e u a n g a n 3 .9 9 % 3 .8 5 % 3 .9 8 % 4 .1 6 % 4 .1 0 % 9 . Ja sa - Ja sa 7 .4 4 % 7 .4 5 % 7 .9 5 % 8 .1 2 % 7 .9 9 % Se k t o r Te rsie r 2 9 .5 3 % 2 9 .4 7 % 3 0 .6 4 % 3 0 .9 9 % 3 0 .8 2 %
T o t a l 1 0 0 % 1 0 0 % 1 0 0 % 1 0 0 % 1 0 0 %
Se k t o r 2 0 0 7 2 0 0 8
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada triw ulan
sebelumnya menjadi 30,82 persen. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya penurunan
pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor ini, kecuali sub sektor PHR yang tumbuh
menjadi 13,92 persen dari triw ulan sebelumnya yang sebesar 13,86 persen.
Dari sisi penggunaan, secara struktural konsumsi masih memperlihatkan peran
yang sangat dominan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Selatan pada
Tw -II 2008. Kontribusi konsumsi pada Tw -II yang mencapai 68,76 persen sedikit meningkat
dibandingkan triw ulan sebelumnya yang sebesar 68,57 persen. Kontribusi konsumsi rumah
tangga tercatat sebesar 59,82 persen, meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang
sebesar 59,76 persen terkait dengan peningkatan harga-harga barang konsumsi. Demikian
pula dengan konsumsi pemerintah yang meningkat menjadi sebesar 7,81 persen dari
sebesar 7,68 persen pada triw ulan sebelumnya seiring dengan siklus realisasi anggaran
pemerintah sebagai stimulus fiskal. Adapun konsumsi sw asta nirlaba tidak mengalami
Tabel 1.8
Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008
II III IV I II
86.15% 85.23% 84.31% 85.58% 84.32% 6 7 .0 8 % 6 5 .2 0 % 6 8 .8 4 % 6 8 .5 7 % 6 8 .7 6 % 1 . Ko n su m si Ru m ah Tan g g a 5 8 .6 6 % 5 6 .8 7 % 5 9 .8 8 % 5 9 .7 6 % 5 9 .8 2 % 2 . Ko n su m si Lem b ag a Sw ast a
Nirlab a 1 .1 0 % 1 .0 7 % 1 .1 4 % 1 .1 4 % 1 .1 4 % 3 . Ko n su m si Pem erin t ah 7 .3 1 % 7 .2 6 % 7 .8 3 % 7 .6 8 % 7 .8 1 % 1 9 .0 7 % 2 0 .0 3 % 1 5 .4 7 % 1 7 .0 1 % 1 5 .5 6 % 13.85% 14.77% 15.69% 14.42% 15.68% 4 2 .3 5 % 4 2 .3 9 % 4 4 .5 9 % 4 4 .0 7 % 4 5 .1 8 % 2 8 .5 0 % 2 7 .6 2 % 2 8 .9 1 % 2 9 .6 5 % 2 9 .5 0 %
2007
b . Im p o r Baran g d an Jasa I. Kom ponen Int ernal
II. Kom ponen Ekst ernal Penggunaan
a. Ko m p o n en Ko n su m si
b . In vest asi
a. Eksp o r Baran g d an Jasa
2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Pangsa investasi pada triw ulan ini tercatat menurun apabila dibandingkan dengan
triw ulan sebelumnya maupun tahun sebelumnya, penurunan pangsa investasi tidak terlepas
dari kontraksi pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat dari kondisi infrastruktur yang
dipandang masih menjadi kendala bagi pengembangan usaha.
1.5. Perkembangan Ekspor Impor
1.5.1. Perkembangan Ekspor
Ekspor Sumsel pada Tw -II 2008 (data hingga M ei 2008) tercatat sebesar USD 464,65 juta
atau menurun sebesar 26,58 persen dibanding triw ulan yang sama tahun sebelumnya yang
sebesar USD632,90 juta. Sementara dibanding triw ulan sebelumnya, ekspor pada Tw -II
menurun sebesar 39,87 persen (qtq) dari sebesar USD772,80 juta. Berdasarkan
komoditasnya, pangsa nilai ekspor terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen
kemudian diikuti oleh komoditas saw it sebesar 13,44 persen.
Tabel 1.9
Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD)
Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08
Total Ekspor 632,898,254 648,583,422 727,180,190 772,802,373 464,650,483
Karet 351,773,134 407,154,547 358,308,018 445,838,259 348,419,834
Batubara 3,677,773 8,163,435 9,233,233 6,952,998 9,350,431
Saw it 101,583,724 56,559,220 148,016,517 247,905,355 62,436,599
Lain-lain 175,863,623 176,706,220 211,622,422 72,105,761 44,443,619