• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Ini memang bukan gambaran yang indah. Angka ini merupakan indikator sensitif terhadap ketersediaan pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal yang juga berkaitan erat dengan pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan keadaan gizi keluarga. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001).

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah setiap kematian yang ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam dua bulan setelah persalinan. Persalinan adalah rangkaian kejadian yang terjadi pada organ genitalia yang bertujuan untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang viabel dari uterus ke dunia luar melalui vagina. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P utama, yaitu:

1. Kekuatan ibu (power) 2. Keadaan jalan lahir (passage) 3. Keadaan janin (passanger)

(terdapat dua faktor-faktor P lainnya: psychology, physician, position)

Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Secara klinis his persalinan tersebut meliputi: Frekuensi his minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit dan sifatnya kuat, Lama setiap his biasanya berdurasi 40-60 detik, Tekanan intrauterin: 40-60 mmHg. His yang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuan persalinan. Tanda his yang normal adalah:

1. Fundal dominan 2. Simetris

3. Makin lama, makin kuat, makin sering 4. Relaksasi baik.

(2)

2 BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KELAINAN HIS

Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.

Kelainan his dapat menimbulkan kesulitan, yaitu : 1. Kematian atau jejas kelahiran

2. Bertambahnya resiko infeksi

3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda: nadi dan suhu meningkat, pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.

Kelainan his dapat didukung oleh pemeriksaan: 1. KTG

2. USG

Kelainan his dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Insersia uteri hipotoni (disfungsi uteri hipotonik): kontraksi uterus terkoordinasi tetapi tidak adekuat dalam membuat kemajuan persalinan. Dapat disebabkan oleh: panggul sempit, kelainan letak kepala, penggunaan analgesia terlalu cepat, hidramnion, gemelli, ibu merasa takut, salah memimpin persalinan.

Di sini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama , hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama

(3)

3 sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder seperti yang digambarkan di atas jarang ditemukan, kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

2. Tetania uteri

Walaupun pada golongan coordinated hypertonic uterine contraction bukan merupakan penyebab distosia, namun hal ini dibicarakan juga di sini dalam rangka kelainan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam, dinamakan partus presipitus: sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitus bagi ibu ialah perineum, sedangkan bayi bias mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.

Batas antara bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi sangat jelas dan meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran dinamakan lingkaran retraksi patologik atau lingkaran Bandl. Ligamenta rotunda menjadi tegang serta lebih jelas teraba, penderita merasa nyeri terus menerus dan menjadi gelisah. Akhirnya, apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan; terjadilah ruptura uteri.

3. Insersia uteri hipertoni (disfungsi uteri hipertonik/disfungsi uteri inkoordinasi) : kontraksi uterus tidak terkoordinasi, his kuat tetapi tidak membuat kemajuan persalinan. Dapat disebabkan oleh: pemberian oksitosin berlebihan.

Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim.

Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:  faktor usia penderita relatif tua

 pimpinan persalinan

 karena induksi persalinan dengan oksitosin  rasa takut dan cemas.

(4)

4 B. HIS YANG TIDAK TERKOORDINASI

Di sini sifat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Di samping itu tonus otot uterus yang menarik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai uncoordinated hypertonic uterine contraction.

Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :  Faktor usia penderita relatif tua

 Pimpinan persalinan

 Karena induksi persalinan dengan oksitosin  Rasa takut dan cemas

Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavumuteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi di mana-mana, akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan segmen bawah uterus. Lingkaran konstriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Oleh sebab itu jika pembukaan belum lengkap, biasanya tidak mungkin mengenal kelainan ini dengan pasti.

Adakalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala terus menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks

(5)

5 bisa robek, dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu, setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya di rumah sakit.

Kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis karena belum ada obat yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Usaha-usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti morphin, pethidin dan lain-lain. Akan tetapi persalinan tidak boleh berlangsung berlarut-larut apalagi kalau ketuban sudah pecah. Dalam hal ini pada pembukaan belum lengkap,perlu dipertimbangkan seksio sesarea. Lingkaran konstriksi dalam kala I biasanya tidak diketahui, kecuali kalau lingkaran ini terdapat di bawah kepala anak sehingga dapat diraba melalui kanalis servikalis. Jikalau diagnosis lingkaran konstriksi dalam kala I dapat dibuat persalinan harus diselesaikan sengan seksio sesarea. Biasanya lingkaran konstriksi dalam kala II baru diketahui, setelah usaha melahirkan janin dengan cunam gagal.

Dengan tangan yang dimasukkan ke dalam cavum uteri untuk mencari sebab kegagalan cunam, lingkaran konstriksi, mudah dapat diraba. Dengan narkosis dalam, lingkaran tersebut kadang-kadang dapat dihilangkan, dan janin dapat dilahirkan dengan cunam. Apabila tindakan ini gagal dan janin masih hidup, terpaksa dilakukan seksio sesarea. Pada distosis servikalis primer dimbil sikap seperti pada incoordinate uterine action. Pada distosia servikalis sekunder harus dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks robek, yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah

(6)

6 BAB III

TINJAUAN KASUS FORMAT PENGKAJIAN INC

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN HIS YANG TIDAK TERKOORDINASI Tanggal pengkajian : 02-05-2012 Tempat Pengkajian : BPS Bd. Ernawati Jam : 13.00 WIB No. Medrek : 18586

I. Pengkajian Data

A. DATA SUBJEKTIF (S)

1. Identitas

Nama Pasien : Ny. D Nama Suami : Tn. A

Umur : 18 th Umur : 20 th

Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan Alamat Rumah : Cikampek Alamat Rumah : Cikampek Golongan darah : - Golongan darah : -

2. Keluhan Utama

Ibu mengaku hamil anak pertama, tidak pernah keguguran dengan usia kehamilan 9 bulan, mengeluh mules-mules sejak kemarin, dan mengaku belum keluar lendir darah, belum keluar air-air dan masih merasakan gerakan janin.

3. Riwayat Kehamilan sekarang G1PoAo : 40 minggu HPHT : 27 – 07 – 2011 Taksiran Persalinan : 02 – 05 – 2012

Haid : Teratur Lamanya : 5 hr Banyaknya : 2x ganti pembalut

(7)

7 Gerakan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir : >10 kali/hari, kuat

Imunisasi : TTI Tanggal : 16-11-2011 Tempat : Bidan TT2 Tanggal : 15-12-2011 Tempat : Bidan 4. Aktivitas sehari-hari

1. Diet

A. Pola Nutrisi

Ibu terakhir makan jam 07.30 WIB banyaknya 1 piring sedang Jenis makanan : Nasi, lauk pauk, sayur

Makanan yang dipantang : tidak ada

Alergi terhadap makanan : tidak ada

B. Hidrasi

Ibu terakhir minum 5 menit yang lalu, banyaknya 80 cc Jenis minuman yang terakhir diminum : Air putih

Jenis minuman yang ibu sukai : Minuman manis C. Istirahat dan tidur

Tidur malam terakhir : 5 jam Tidur siang terakhir : - D. Personal hygiene

Mandi terakhir jam 07.00 WIB

Pola mandi : 2 kali/hari Gosok gigi : 2 kali/hari Ganti pakaian dalam : 2 kali/hari

Vulva hygiene : Setelah selesai BAK dan BAB E. Hubungan seksual

Hubungan seksual terakhir : Lupa Keluhan : Tidak ada

(8)

8 F. Eliminasi

BAK terakhir pada jam 11.00 WIB, banyaknya : 50 cc

BAB terakhir pada jam 05.00, konsistensi lunak, warna kuning Keluhan / Masalah : Tidak ada

5. Riwayat Kesehatan

1. Penyakit yang pernah atau sedang diderita : Tidak ada 2. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada 3. Perilaku kesehatan

a. Penggunaan alkohol/obat-obat sejenis : Tidak b. Obat-obatan/jamu yang sedang sering diminum : Tidak

c. Merokok : Tidak

4. Riwayat kontrasepsi

Jenis kontrasepsi yang terakhir digunakan : Tidak ada

Alasan : Tidak ada

Rencana KB yang akan datang : tidak pernah 6. Riwayat sosial

Kehamilan ini diinginkan/direncanakan : Tidak

Status perkawinan : Nikah Nikah ke : 1 Lamanya : 1 thn Pengambilan keputusan dalam keluarga : Keluarga

Pendamping saat persalinan : Ibu Kandung Dukungan keluarga : Baik

Pendonor darah : belum tahu

Hubungan klien dengan suami dan anggota keluarga: Baik Rencana menyusui : ASI eksklusif

Keluarga yang tinggal serumah:

No. Nama L/P Usia Hubungan keluarga

Pendidika

n Pekerjaan Ket. 1 Tn. A L 20 th Suami SMA Karyawan

2 Ny. B P 40 th Ibu SD IRT

(9)

9

B. DATA OBJKEKTIF (O)

1. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : CM Keadaan emosional : Takut 2. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 120/90 mmHg Nadi : 86 x/menit, Regular Suhu tubuh : 37 oC

Pernafasan : 22 kali/menit, Regular 3. Tinggi badan : 157 cm

4. Lingkar lengan : 20 cm 5. Berat badan

Berat badan sebelum hamil : 45 kg

Berat badan sekarang : 56 kg IMT : 18,25 Kenaikan BB selama hamil : 11 kg

6. Pemeriksaan Fisik a. Kepala

Inspeksi

Warna rambut : Hitam kecoklatan

Kebersihan : Bersih, Tidak ada ketombe

Palpasi

Benjolan : Tidak ada Keadaan rambut : Tidak rontok b. Muka

Inspeksi

Pucat : Tidak ada

Palpasi

Oedema : Tidak ada c. Mata

Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih

d. Hidung

Pengeluaran : Tidak ada Polip : Tidak ada

(10)

10 e. Mulut

Lidah : Merah muda Bibir : Lembab Stomatitis : Tidak ada Gigi : Bersih Caries : Tidak ada Gigi palsu : Tidak f. Telinga

Kebersihan : Bersih Pengeluaran : Tidak ada Kelainan : Tidak ada g. Leher

Pembengkakkan Vena Jugularis : Tidak ada Pembengkakkan KGB : Tidak ada Pembesaran kelenjar Tiroid : Tidak ada h. Dada

Inspeksi

Payudara : Simetris Puting susu : Menonjol

Hiperpigmentasi : Ya Retraksi : Tidak ada Lecet : Tidak ada

Palpasi

Benjolan/Tumor : Tidak ada Kolostrum : Tidak ada Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Axila: Tidak ada j. Abdomen

Inspeksi

Striae : Tidak ada Bekas luka operasi : Tidak ada

Palpasi

TFU : 30 cm

Leopold I : Teraba lunak, kurang bulat, tidak melenting Leopold II : Kiri : Teraba keras, memanjang dan ada tahanan

Kanan : Teraba bagian-bagian kecil dari janin Leopold III : Teraba keras, bulat, melenting, sudah masuk PAP Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 3/5

His : 3x/10mnt, durasi 30dtk, interval 5mnt, intensitas sgt kuat Nyeri tekan : Tidak ada

Auskultasi

DJJ : 130 kali/menit

(11)

11 k. Ekstremitas

Atas

Oedema : Tidak ada Kuku : Bersih, pendek

Kapilari Refil : Kembali dalam 2 detik

Bawah

Oedema : Tidak ada Kuku : Bersih, pendek

Kapilari Refil : Kembali dalam 2 detik Varises : Tidak ada

Reflek patela : Normal l. Genetalia

Kebersihan : Bersih Oedema : Tidak ada Varises : Tidak ada Pengeluaran pervaginan : Lendir tanpa darah

Luka parut : Tidak ada

Pemeriksaan dalam jam 13.00 WIB Vulva/vagina : Tidak ada kelainan Portio : Tebal dan Kaku Pembukaan : 1 cm

Ketuban : Utuh

Presentasi : Kepala Denominator : - Penurunan Bagian Terendah Janin

Hodge : H II Station : - 2 Molase : 0 Bagian-bagian yang menyertai : Tidak ada

m. Anus

Haemorhoid Eksterna : Tidak ada Haemoroid Interna : Tidak ada 7. Data Penunjang

Laboratorium: Darah : Hb : - Urine : Protein : -

(12)

12

C. ASSESSMENT

 Diagnosa

Ibu G1PoAo gravida 40 minggu Parturien Kala I Fase Laten dengan Hipertoni Janin hidup intrauterin tunggal, presentasi kepala, puki, H II, St -2, M 0 normal

 Masalah potensial : Distosia Persalinan

 Antisipasi Masalah : Observasi Kemajuan Persalinan

D. PLANNING

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik-baik saja dan bayi dalam keadaan baik.

Ibu dan keluarga terlihat mengerti.

2. Menganjurkan kepada ibu agar mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna seperti roti, bubur, biskuit dan lain-lain. Dan menganjurkan pada ibu agar minum yang banyak seperti teh manis dan air putih agar ibu cukup tenaga saat meneran.

Ibu terlihat mengerti dan mau mengkonsumsi makanan yang dianjurkan oleh bidan. 3. Menganjurkan kepada ibu untuk berbaring dalam posisi sim ke kiri untuk mempercepat

penurunan kepala bayi.

Ibu terlihat mengerti dan mau melakukannya apa yang dianjurkan oleh bidan.

4. Menganjurkan pada Ibu untuk tidak meneran, dan mengatur nafas panjang saat terjadi his.

Ibu terlihat mengerti dan mau mengikuti apa yang dianjurkan oleh bidan.

5. Menanyakan kepada ibu dan keluarga tentang siapa yang akan menemani saat persalinan.

Ibu memilih ibunya untuk menemaninya.

6. Menanyakan pada ibu tentang persiapan perlengkapan bayi dan ibu setelah melahirkan. Perlengkapan ibu sudah siap.

7. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB. Ibu terlihat mengerti dan mau melakukannya.

(13)

13 CATATAN PERKEMBANGAN 1

Tanggal pengkajian : 02-05-2012 Jam : 17.00 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Keluhan yang dirasakan:

Ibu mengeluh mulas-mulas yang semakin sering, lama dan kuat.

B. DATA OBYEKTIF

Keadaan Umum : Baik Kesadaran : CM Keadaan Emosional : Kesakitan Tekanan Darah : 110/80mmHg, Nadi : 84x/menit, Suhu : 36,4 C, Respirasi : 22x/menit His : Frekuensi : 4x/10 menit, Durasi : 45 detik, Interval : 2 mnt, Intensitas : Sangat Kuat DJJ : 144x/ menit

Periksa Dalam

Vulva / Vagina : Tidak ada kelainan Portio : Tebal dan Kaku Pembukaan : 3 cm

Keadaan Ketuban : Utuh

Presentasi : Kepala Denominator : UUK Turunnya bagian terendah

Hodge : II Station : +2 Molase : 0 Bagian lain yang menyertai : Tidak ada

C. ASSESSMENT

 Diagnosa

Ibu G1PoAo gravida 40 minggu Parturien Kala I Fase Laten dengan Hipertoni Janin hidup intrauterin tunggal, presentasi kepala, puki, H II, St -2, M 0 normal

 Masalah potensial : Distosia Persalinan

 Antisipasi Masalah : Observasi Kemajuan Persalinan

D. PLANNING

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik-baik saja dan bayi dalam keadaan baik.

(14)

14 2. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dan memantau kesejahteraan janin

dengan memeriksa dan menghitung Denyut Jantung Janin. Sudah dilakukan.

3. Menganjurkan kepada ibu agar mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna seperti roti, bubur, biskuit dan lain-lain. Dan menganjurkan pada ibu agar minum yang banyak seperti teh manis dan air putih agar ibu cukup tenaga saat meneran.

Ibu terlihat mengerti dan mau mengkonsumsi makanan yang dianjurkan oleh bidan. 4. Menganjurkan kepada ibu untuk berbaring dalam posisi sim ke kiri untuk mempercepat

penurunan kepala bayi.

Ibu terlihat mengerti dan mau melakukannya apa yang dianjurkan oleh bidan.

5. Menganjurkan pada Ibu untuk tidak meneran, dan mengatur nafas panjang saat terjadi his.

Ibu terlihat mengerti dan mau mengikuti apa yang dianjurkan oleh bidan. 6. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB.

(15)

15 CATATAN PERKEMBANGAN 2

Tanggal pengkajian : 02-05-2012 Jam : 22.00 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Keluhan yang dirasakan:

Ibu mengeluh mulas-mulas yang semakin sering, lama dan kuat.

B. DATA OBYEKTIF

Keadaan Umum : Baik Kesadaran : CM Keadaan Emosional : Menangis Kesakitan Tekanan Darah : 100/80mmHg, Nadi : 84x/menit, Suhu : 36,4 C, Respirasi : 22x/menit His : Frekuensi : 4x/10 menit, Durasi : 45 detik, Interval : 2 mnt, Intensitas : Sangat Kuat DJJ : 130x/ menit

Periksa Dalam

Vulva / Vagina : Tidak ada kelainan Portio : Tebal dan Kaku Pembukaan : 2 cm

Keadaan Ketuban : Utuh

Presentasi : Kepala Denominator : UUK Turunnya bagian terendah

Hodge : II Station : +2 Molase : 0 Bagian lain yang menyertai : Tidak ada

C. ASSESSMENT

 Diagnosa

Ibu G1PoAo gravida 40 minggu Parturien Kala I Memanjang dengan Hipertoni Janin hidup intrauterin tunggal, presentasi kepala, puki, H II, St -2, M 0 normal

 Masalah potensial : Distosia Persalinan, Fetal Distress

 Antisipasi Masalah : Rujuk

D. PLANNING

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami persalinan yang memanjang dari seharusnya, yang dapat menyebabkan prognosis yang buruk pada ibu dan janin jika persalinan tetap dibiarkan di BPS.

(16)

16 2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga untuk melakukan persalinan di fasilitas memadai agar dilakukan intervensi yang diperlukan dalam pertolongan persalinan dan bayi.

Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan bidan.

3. Mempersiapkan keluarga dalam merujuk berupa perlengkapan bersalin dan baju bayi, kendaraan yang akan dipakai, dan tempat rujukan yang diinginkan.

Keluarga bersiap dan memilih menggunakan ambulans dalam merujuk, tujuan tempat rujukan RSUD.

4. Mempersiapkan ibu dalam merujuk yaitu memasang infus RL kosong dan menulis surat rujukan, serta mengantarkan ibu sampai ke tempat rujukan.

5. Menganjurkan kepada ibu untuk berbaring dalam posisi sim ke kiri agar aliran darah ke janin lancar.

Ibu melakukan apa yang dianjurkan oleh bidan.

6. Menganjurkan pada Ibu untuk tidak meneran, dan mengatur nafas panjang saat terjadi his.

(17)

17 BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

His yang tidak terkoordinasi adalah dimana tonus otot terus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Di samping itu tonus otot uterus yang menarik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai uncoordinated hypertonic uterine contraction.

Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :  Faktor usia penderita relatif tua

 Pimpinan persalinan

 Karena induksi persalinan dengan oksitosin  Rasa takut dan cemas

Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavumuteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi di mana-mana, akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan segmen bawah uterus. Lingkaran konstriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Oleh sebab itu jika pembukaan belum lengkap, biasanya tidak mungkin mengenal kelainan ini dengan pasti.

(18)

18 4.2 SARAN

Sebagai tenaga kesehatan baiknya bidan dapat mendeteksi kelainan, komplikasi, serta mengidentifikasi masalah potensial dalam setiap pertolongan persalinan agar prognosis yang buruk dapat dihindari dengan penanganan yang tepat. Bidan dapat mendeteksi kelainan his dengan observasi dan mampu meyakinkan keluarga dan pasien untuk melakukan rujukan ke tempat dengan fasilitas pertolongan persalinan dan bayi yang memadai. Akhirnya bidan dapat membantu mengurangi Angka Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi.

Referensi

Dokumen terkait

Regresi linier majemuk/berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dua variabel independen yaitu tingkat kepatuhan wajip pajak dan pemeriksaan

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, sumber segala kebenaran, sang kekasih tercinta yang tidak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi hamba-Nya, Allah Subhana Wata‟ala

Melalui kegiatan observasi di kelas, mahasiswa praktikan dapat. a) Mengetahui situasi pembelajaran yang sedang berlangsung. b) Mengetahui kesiapan dan kemampuan siswa dalam

Dua hal yang dipelajari penulis dengan pendekatan kemosistematika dalam peng- amatan adalah: (1) ketetapan karakter pada kelompok besar tetumbuhan yang memiliki arti dalam

Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Masyarakat Kampung Bali, yang penelitiannya meliputi wawancara pada Masyarakat Suku Bali di Desa Cipta Dharma atau

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana