• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN CARA MENGKRITIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI CRITICAL INCIDENT PADA SISWA KELAS VI MI AL-HIDAYAH BENOWO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN CARA MENGKRITIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI CRITICAL INCIDENT PADA SISWA KELAS VI MI AL-HIDAYAH BENOWO SURABAYA."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN CARA MENGKRITIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI

STRATEGI CRITICAL INCIDENT PADA SISWA KELAS VI MI AL-HIDAYAH BENOWO SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

NUR HAFZA KUSUMANINGRUM NIM. D97212106

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nur Hafza Kusumaningrum, 2016. Peningkatan Kemampuan Cara Mengkritik Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi Critical Incident Pada Siswa Kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya. Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing, M. Bahri Musthofa M.Pd.I, M.Pd.

Kata Kunci : Kemampuan Cara Mengkritik Bahasa Indonesia, Strategi Critical Incident.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan mengkritik yang dimiliki siswa yang terbilang rendah, baik dari segi keinginan mengungkapkan kritik, maupun kualitas kritik. Hal ini tercermin dari nilai rata-rata pada saat sebelum dilakukannya penelitian jauh dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM. Melalui penerapan strategi Critical Incident diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengkritik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum menggunakan strategi Critical Incident kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya. (2) Mengetahui penerapan strategi Critical Incident pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IV MI Al-Hidayah Benowo Surabaya. (3) Mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengkritik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan strategi Critical Incident kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan penilaian. Data yang terkumpul kemudian dianalisis. Penelitian ini dilakukan di kelas VI MI Al-Hidayah kecamatan Pakal Surabaya kabupaten Surabaya tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta didik 15 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan : 1) Tingkat kemampuan siswa dalam mengkritik pra siklus masih terbilang rendah karena dapat diketahui dari skor rata-rata kelas masih sebesar 67,13, sedangkan nilai KKM 70. 2) Penerapan strategi

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK . ... vii

KATA PENGANTAR………...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL………..xiii

DAFTAR GAMBAR……….xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tindakan yang Dipilih ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G.Definisi Operasional ... 9

BAB II : KAJIAN TEORI A.Tinjauan Tentang Kemampuan ... 12

1. Definisi Kemampuan ... 12

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan ... 14

3. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kritis ... 14

B.Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 17

1. Hakikat Bahasa ... 17

(8)

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 19

4. Fungsi Bahasa Indonesia ... 21

5. Keterampilan Pembelajaran Bahasa Indonesia (SD/MI) ... 21

C.Kritik ... 23

1. Pengertian Kritik ... 23

2. Teknik Mengkritik ... 24

3. Sikap Dalam Menghadapi Kritik ... 26

D.Strategi Pembelajaran ... 27

1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 27

2. Perbedaan Strategi Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran ... 30

E. Strategi Pembelajaran Critical Incident ... 31

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Critical Incident ... 31

b. Langkah-Langkah Critical Incident ... 32

c. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Critical Incident ... 34

BAB III : METODE DAN RENCANA PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 35

B.Setting Subjek Penelitian ... 37

C.Variabel yang Diteliti ... 38

D.Rencana Tindakan ... 39

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Analisis Data ... 47

G.Indikator Kinerja ... 49

H.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 50

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 52

1. Tahap Pra Siklus ... 52

2. Siklus I ... 56

3. Siklus II ... 76

B.Pembahasan ... 96

(9)

2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 99 3. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Cara Mengkritik Setiap Siklus103

BAB V : PENUTUP

A.Simpulan ... 104 B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Salah satu factor yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidikan bukan hanya berlaku selama bersekolah tetapi pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di lingkungan keluarga, masyarakat serta di sekolah. Oleh karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan yang berlangsung di sekolah pada dasarnya untuk melatih, mendidik, membina agar peserta didik mampu berpikir. Melalui latihan berpikir inilah mereka memperoleh berbagai macam pengetahuan dalam memecahkan masalah yang timbul baik itu masalah yang terdapat di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

Masalah pendidikan bahasa mencakup masalah-masalah linguistic atau kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Masalah linguistic yang menjadi focus penelitian pendidikan bahasa di antaranya adalah fenomena-fenomena linguistic yang berkait dengan penutur bahasa dan penggunaan bahasa. Adapun masalah keterampilan berbahasa yang menjadi focus penelitian bahasa mencakup keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan.

(11)

memecahkan masalah pendidikan bahasa. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan proses berbicara dan kemampuan mengkritik/memuji siswa.1

Dalam pengajaran di sekolah pun, khususnya pengajaran Bahasa Indonesia, guru senantiasa berusaha agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam berbicara formal. Kemampuan mengkritik/memuji dengan bahasa yang santun merupakan kompetensi berbicara formal pada jenjang MI/SD.

Sama halnya dengan yang terjadi di MI Al-Hidayah Benowo Surabaya bahwa tingkat kemampuan belajarnya masih belum maksimal. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, guru hanya seringkali menjelaskan materi yang dipelajari. Sehingga peserta didik tidak dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik dan membuat pemahaman peserta didik menjadi rendah dan kurang maksimal.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 diketahui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengkritik, banyak peserta didik yang masih terlihat bingung cara mengkritik dengan menggunakan bahasa yang benar. Karena kemampuan mengkritik yang dimiliki siswa terbilang rendah, baik dari segi keinginan mengungkapkan kritik, maupun kualitas kritik.2

Dalam kegiatan yang dilaksanakan peneliti di MI Al-Hidayah Benowo Surabaya, lebih dari 55% kemampuan mengkritik siswa yang rendah pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Indikasi yang terlihat adalah wajah yang kurang bersemangat, sibuk dengan kegiatan lain yakni

1

Syamsuddin A.R dan Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011). Hal: 3-4

2

(12)

bermain dan berbincang dengan teman-temannya, serta tidak terselesaikannya tugas-tugas yang diberikan sehingga tugas tersebut berlanjut tugas rumah (PR)

Model pembelajaran yang demikian, lebih cenderung dari asumsi dasar bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia hanya dimaksudkan untuk mentransfer pengetahuan atau konsep dari guru ke siswa. Proses belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal. Akibatnya, guru mungkin merasa sudah mengajarkan namun siswa belum memahami apa yang sudah diajarkan oleh guru. Guru harus mampu mewujudkan langkah-langkah pembelajaran yang mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mencoba salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa, perlu dikembangkannya suatu strategi pembelajaran yang tepat. Adapun upaya peningkatan kemampuan Mengkritik Sesuatu yaitu dengan menggunakan pembelajaran Critical Incident.

(13)

secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.3

Penelitian dan metode yang digunakan mempunyai manfaat serta pandangan baru cara mengajar khususnya penelitian yang diambil yaitu, pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengkritik. Metode yang diambil dari peneliti yaitu menggunakan strategi Critical Incident, serta materi yang diambil tentang mengkritik. Dengan peserta didik mengingat pengalaman penting masing-masing pasti bisa dapat lebih memahami materi yang diberikan. Ketika peserta didik mengingat pengalaman masing-masing dengan mudahnya bisa lebih kreatif lagi tentunya dalam berpikir.

Dari paparan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN CARA

MENGKRITIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI CRITICAL INCIDENT PADA SISWA KELAS VI MI AL-HIDAYAH BENOWO SURABAYA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

3

(14)

1. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam mengkritik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum menggunakan strategi Critical Incident kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya?

2. Bagaimana penerapan strategi Critical Incident pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya?

3. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam mengkritik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan strategi Critical Incident kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya?

C. Tindakan yang Dipilih

Untuk meningkatkan pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesi materi Mengkritik di MI Al-Hidayah Benowo Surabaya peneliti memilih strategi Critical Incident terhadap peningkatan tingkat kemampuan cara mengkritik siswa karena Critical Incident memiliki strategi yang membuat peserta didik tidak bosan dengan pembelajaran dan memacu siswa untuk berani berbicara dan mengutarakan pendapatnya di depan kelas Dengan itu peneliti memberi judul “Peningkatan Kemampuan Cara Menkritik Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi

Critical Incident Pada Siswa Kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya”.

D. Tujuan Penelitian

(15)

1. Mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengkritik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum menggunakan strategi Critical Incident kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya.

2. Mengetahui penerapan strategi Critical Incident pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IV MI Al-Hidayah Benowo Surabaya 3. Mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengkritik pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan strategi Critical Incident kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya.

E. Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bisa tujuan yang akan dicapai, maka dari latar belakang masalah di atas dibuat lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya semester ganjil tahun ajaran 2015-2016 mata pelajaran Bahasa Indonesia

2. Implementasi (pelaksanaan) penelitian ini menggunakan strategi

Critical Incident, untuk meningkatkan tinkat kemampuan cara mengkritik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya.

3. Kompetensi Dasar :

 Menanggapi (mengkritik/memuji) sesuatu hal disertai alasan

(16)

 Menjelaskan pengertian mengkritik

 Menjelaskan cara mengkritik sesuatu hal disertai alasan dengan

bahasa yang baik.

 Menyampaikan kritikan mengenai suatu hal.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru dapat mengetahui langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Critical Incident dengan pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan sistem pengajarannya, sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan .

c. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan dikelas

2. Bagi Siswa

a. Dalam proses belajar mengajar menumbuhkan minat belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia, sehingga Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa.

(17)

3. Bagi Sekolah

Adapun manfaat bagi sekolah tersebut adalah dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang bersangkutan. Sehingga guru dapat memvariasi proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode yang menyenangkan.

4. Bagi Peneliti

a. Mendapatkan pengalaman dalam proses pencarian permasalahan yang kemudian dicarikan pemecahannya.

b. Memberikan dorongan dan semangat bagi peneliti lain untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi dunia pendidikan.

G. Definisi Operasional

Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN CARA MENGKRITIK PADA

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI

CRITICAL INCIDENT PADA SISWA KELAS VI MI AL-HIDAYAH BENOWO SURABAYA”.

1. Peningkatan

Proses dari yang tidak baik menjadi yang lebih baik, perubahan, cara meningkatkan usaha

2. Kemampuan

(18)

3. Bahasa Indonesia

Suatu keterampilan berkomunikasi berbahasa yang mempunyai empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

4. Mengkritik

Kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya.

5. Critical Incident

Salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa sejak dimulainya pembelajaran yaitu strategi yang mana siswa harus mengingat dan mendeskripsikan pengalaman masa lalunya yang sesuai dengan topic materi yang disampaikan

6. Peningkatan Kemampuan Cara Mengkritik

Perubahan yang lebih baik dengan kesanggupan dan kepandaian individu atau murid dalam mengungkapkan tanggapan, pendapat yang dapat disertai dengan alasan dengan pertimbangan baik buruknya sesuatu kepada orang lain secara lisan.

7. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Pelajaran yang harus diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan mencakup keterampilan berkomunikasi berbahasa yang mempunyai empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

(19)

(20)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Kemampuan (Ability) 1. Definisi Kemampuan

Di dalam kamus bahasa Indonesa, kemampuan berasal dari kata “mampu”

yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Sesorang dikatakan mampu apabila ia tidak melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek.

Adapun menurut Akhmat Sudrajat, ability adalah menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.1

Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi. Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang berarti ability, power, authotity, skill,

knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata kompetensi dari

1

Sriyanto, Pengertian Kemampuan, (23 Desember 2010), http://ian43.wordpress.com/2010/12/23/pengertian-kemampuan/

4Suja’I,

Inovasi Pembelajaran Bahasa, (Semarang: Walisongo Press, 2008), hal 14-15

(21)

kata competent yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya, sehingga ia mempunyai kewenangan atau otoritas untuk melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.

Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang terbentuk dalam pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar ini, kompetensi dapat berarti pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.2

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemammpuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Robbins menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua factor, yaitu:3 1. Kemampuan Intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah.

2. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.

3

(22)

3. Ciri-Ciri Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis dapat diajarkan di sekolah melalui cara-cara langsung dan sistematis. Dengan memunculkan kemampuan-kemampuan berpikir kritis siswa akan melatih siswa untuk mampu bersikap rasional dan memilih alternative pilihan yang terbaik bagi dirinya. Kemampuan berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan siswa dalam menghimpun berbagai informasi lalu membuat kesimpulan evaluative dari berbagai informasi tersebut (Dede Rosyada, 2004: 170).

Alec Fisher (2009: 7) menyebutkan ciri-ciri kemampuan berpikir kritis sebagai berikut:

1. Mengenal masalah

2. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu 3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan

4. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan 5. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas 6. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan

7. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah

8. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan 9. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil 10.Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang

lebih luas.

(23)

1. Pandai mendeteksi masalah

2. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan 3. Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat

4. Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan informasi

5. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis

6. Dapat membedakan di antara kritik membangun dan merusak

7. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari kata yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan

8. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.

Dari penjelasan di atas terkait ciri-ciri kemampuan berpikir kritis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri berpikir kritis meliputi:

1. Kemampuan mengidentifikasi. Pada tahapan ini terdiri atas mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, mampu menentukan pikiran utama dari suatu teks atau script, dan dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu pernyataan.

2. Kemampuan mengevaluasi. Hal ini terdiri atas dapat membedakan informasi relevan dan tidak relevan, mendeteksi penyimpangan, dan mampu mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

(24)

4. Kemampuan mengemukakan pendapat. Hal ini terdiri atas dapat memberikan alasan yang logis, mampu menunjukkan fakta-fakta yang mendukung pendapatnya, dan mampu memberikan ide-ide atau gagasan yang baik.

B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 1. Hakikat Bahasa

Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi , digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Bahasa tulisan yang walapun dalam dunia modern sangat penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak lain adalah rekaman visual dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-tanda baca dari bahasa lisan. Dalam dunia modern, penguasaan terhadap bahasa lisan dan bahasa tulisan sama pentingnya. Jadi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari dengan sungguh-sungguh.4

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.5

Belajar bahasa yaitu melatih siswa mebaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan mengapresiasikan sastra yang sesungguhnya.

2. Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar

4

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 1-2

5

(25)

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjembatani, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.

Menurut pasal 1 butir 20 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat mengakibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:

a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.

b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;

d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;

(26)

f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan darah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.6

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secar lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan social.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.7

6

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 B, hal 317

7

(27)

Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa di sekolah dasar diharapkan siswa mendapat bekal yang matang untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya dan hidup bermasyarakat. Dalam bidang pengetahuan siswa memiliki pemahaman dasar-dasar kebahasaan terutama bahasa baku serta mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

4. Fungsi Bahasa Indonesia

Tujuan dan fungsi pembelajaran bahasa Indonesia adalah merupakan salah satu alat penting untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional, antara lain:

1. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

2. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia lisan dan tulisan. 3. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis, rasional, dan

praktis.

4. Memupuk dan mengembangkan ketrampilan untuk memahami, mengungkapkan dan menikmati keindahan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

5. Keterampilan Pembelajaran Bahasa Indonesia (SD/MI)

Keterampilan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Aspek mendengarkan

Keterampilan mendengarkanadalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan.8

8

(28)

b. Aspek berbicara

Keterampilan bicara adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa itu dalam berbicara atau mengarang. Kemampuan memahami tuturan orang lain disebut penguasaan reseptif

c. Aspek membaca

Keterampilan membaca adalah kecepatan dan pemahaman isi. Factor-faktor penentu kemampuan membaca ada 6 macam, yaitu (1) kompetensi berbahasa, (2) kemampuan mata, (3) penentu informasi focus, (4) teknik-teknik dan metode-metode membaca, (5) fleksibilitas membaca, dan (6) kebiasaan membaca.9

d. Aspek menulis

Keterampilan menulis adalah kemampuan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik tersebut.10

Kemampuan berbahasa seseorang belum tentu mencakup keempat kemampuan tersebut. Seandainya kemampuan berbahasa seseorang mencakup keempat kemampuan tersebut, tingkat kemampuan tiap-tiap aspek tidak sama. Seseorang mungkin mampu mendengarkan atau membaca, tetapi tidak mampu berbicara dan menulis. Kemampuan reseptif seseorang pada umumnya lebih tinggi dari pada kemampuan produktiif.11

9

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, hal 200

10

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, hal 21

11

(29)

C. Kritik

1. Pengertian Kritik

Kritik adalah kecaman atau tanggapan pembahasan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu karya, pendapat, tindakan, atau keadaan. Dari definisi ini tampak bahwa kritik memiliki bagian yang lain yaitu tanggapan dan saran. Saran adalah pendapat, usul, anjuran yang dikemukakan untuk semula. Saran/kritik harus disertai dengan rasional/alasan yang mendukung untuk meyakinkan kebenaran saran/kritik yang kita berikan. Bukanlah sebuah kritik yang baik apabila kita hanya mengungkapkan kekurangan tanpa memberikan pertimbangan baik dan buruk atau saran perbaikan.

Tanggapan adalah respon seseorang terhadap berbagai kejadian dalam bentuk verbal. Tanggapan harus (1) sesuai dengan yang ditanggapi, (2) logis/masuk akal, (3) realistis (dapat dilakukan sesuai dengan kondisi yang dimiliki). Tanggapan dibuat dengan cara:

1) Menentukan focus informasi/pendapat/fakta yang akan ditanggapi 2) Menyatakan sikap/pandangan dalam tanggapan

3) Melengkapi tanggapan dengan bukti yang sesuai

4) Mengungkapakn tanggapan dalam bentuk kalimat saran12 َنيذلا

kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab : 58]

12

(30)

Dari firman Alloh di atas bahwasanya orang-orang mu’min dan mu’minat yang menyakiti tanpa kesalahan yang mereka perbuat maka akan memikul kebohongannya dan dosa yang nyata.

Jadi kita sebagai orang mu’min yang baik harus menjaga ucapannya yaitu dengan berbicara dan mengkritik orang-orang mu’min lainnya dengan baik dan memikirkan alasannya yang tidak menyinggung perasaan orang-orang mu’min lainnya.

2. Teknik Mengkritik

Tujuan utama mengkritik sebaiknya berupa memperbaiki kualitas seseorang. Karena hal ini berkenaan dengan harga diri seseorang, maka harus disampaikan dengan benar. Karena kalau tidak, orang yang dikritik bisa salah mempersepsikan, dan dapat tersinggung atau marah. Supaya hubungan akrab tetap terjaga ada beberapa teknik sebagai berikut:

a) Perhatikan siapa yang dikritik.

Hubungan yang berbeda, tentu berbeda cara pendekatannya. Misal, cara berbicara dengan saudara kandung berbeda dari cara bicara dengan teman.

b) Perhatikan intonasi suara dan nadanya.

Sebisa mungkin diucapkan dengan kalimat yang enak didengar, dan nada suara yang ramah, bukan menuduh.

c) Jangan pernah mengkritik orang di depan banyak orang.

(31)

tepat dan pribadi. Hal ini pun akan mempengaruhi penilaian orang lain kepada kita. Jika kita berani mengkritik orang lain dihadapan orang banyak, orang-orang pun akan takut untuk berteman atau berada didekat kita.

d) Perhatikan situasi dan kondisi orang yang dikritik.

Supaya maksud baik tidak salah artikan, perhatikan suasana hati orang tersebut. Jika ia sedang terlihat sedih, marah, atau tidak bersemangat, sebaiknya tunda dulu sampai suasana hatinya sedang baik dan dalam keadaan santai. Jika tidak, emosinya bisa meninggi, dan kritikkan tersebut justru akan menjadi bibit pertengkaran.

e) Sebelum mengkritik seseorang, ketahuilah masalah persoalan dengan sebaik-baiknya.

Lihat segala kemungkinan, pelajari hal tesebut dari berbagai sisi. Ini penting untuk menghindari kesalahan persepsi, juga memastikan agar kritik kita tepat sasaran.

3. Sikap Dalam Menghadapi Kritik

Beberapa cara sikap yang dapat kita lakukan dalam menghadapi atau menanggapi kritik sebagai berikut:

a) Diam sediam-diamnya, artinya dalam menerima kritik kita hanya diam, tidak merespon dan tidak melakukan apapun setelah kritik tersebut berlalu dari telinga kita.

(32)

kita perdengarkan dan melakukan apa-apa yang disampaikan oleh kritikus tersebut.

c) Bertahan, untuk tipe yang ini kita tidak diam dan tidak akan pernah melakukan apa-apa yang disampaikan oleh kritikus. Kita melakukan penyangkalan dan melakukan perlawanan dengan argument-argument.

d) Serangan balik, artinya mementah kembali apa yang disampaikan oleh kritikus dengan sewajarnya.

e) Diskusi.

f) Ucapan Terima Kasih

Dari enam langkah di atas merupakan cara terbaik untuk menghadapi atau menanggapi sebuah kritik, tentunya kita harus melihat motif dan tujuan dari kritik yang disampaikan, sehingga kita bisa mengambil keputusan sikap mana yang hendak digunakan.

D. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara. Sedangkan secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi ini diartikan sebgaai pola-pola umum untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.13

Di dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai “a plan method or series

of activities designed to achieves a particular education goal”.jadi strategi

13

(33)

pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Wina Sanjaya istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya, dipakai dalam banyak konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum aktivitas guru-peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan guru-peserta didikdi dalam bermacam-macam peristiwa belajar.14

Sedangkan kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajare dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).15

Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai poluler semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini pembelajaran diartikan sebagai pola interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik adgar tejadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar

14

Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani, 2012), hal 1-2

15

(34)

dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasinya, sering kali kata pembelajaran ini diidentikkan dengan kata mengajar.16

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui.

Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambahi awalan “pe” dan

akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara

mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Jadi pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau guru dan peserta didik atau siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu yaitu agar anak memperoleh baik ilmu pengetahuan, kemahiran atau keterampilan serta sikap atau tabiat yang baik.

Dari uraian strategi, pembelajaran dan strategi pembelajaran di atas maka dapat dditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran yaitu suatu perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan tertentu.

2. Perbedaan Strategi Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran

Strategi pembelajaran dan metode pembelajaran adalah dua hal yang saling berkaitan. Strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara pembentukan atau pengertian peserta (penerima informasi) terhadap suatu penyajian informasi/bahan ajar. Terhadap tiga syarat utama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pertama

16

(35)

adalah siswa yang berperan sebagai penerima informasi, kedua adalah materi bahan yang akan disampaikan dan yang ketiga adalah pengajar selaku pengantar dan penyampai bahan ajar.17

Secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus metode pembelajaran diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Selain itu, metode juga merupakan berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.18

Jadi strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan dan disampaikan kepada peserta didik dengan metode pembelajaran.

E. Strategi Pembelajaran Critical Incident

Menurut Hisyam, dkk (2008), terdapat banyak strategi pembelajaran aktif. Salah satunya adalah strategi Critical Incident. Strategi pembelajaran critical incedent masuk ke dalam model pelaksanaan pengajaran langsung. Yaitu salah satu proses pembelajaran yang bersifat teacher centered. Menurut Arends, model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.19

17

Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar, (Bandung:Yrama Widya,2013), hal 1

18

Zainal Aqib, Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif), (Bandung:Yrama Widya, 2013), hal 102

19

(36)

Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Kardi dan Nur adalah sebagai berikut:

1. Adanya tujuan pembelajaran yang ditunjukkan di awal pembelajaran

2. Pengaruh model pada siswa terlihat jelas dalam penggambaran proses belajar 3. Guru berperan penting dalam membangun pemahaman siswa.

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Critical Incident

Strategi Critical Incident adalah salah satu strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Strategi ini digunakan untuk memulai pelajaran, yaitu dengan cara meminta siswa untuk mengingat dan mendeskripsikan tentang pengalaman mereka yang berhubungan dengan topic atau materi pelajaran pada saat itu. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan siswa secara aktif sejak awal pembelajaran berlangsung dengan cara merefleksikan pengalaman mereka, sehingga yang akan terjadi adalah proses belajar konstruktifistik, karena siswa tidak langsung diberikan suatu konsep untuk difahami melainkan mereka yang mengkonstruk atau membangun konsep tentang suatu hal dengan caranya sendiri melalui pengalaman real yang mereka alami secara langsung. Jadi, peran guru dalam mengantarkan pemahaman siswa agar sesuai sangatlah penting.

b. Langkah-Langkah Critical Incident

Adapun sintaks atau tahapan pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, sepert berikut:

(37)

Peran guru: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar

2. Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Peran guru: Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

3. Fase 3: Membimbing pelatihan

Peran guru: Guru merencakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal 4. Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Peran guru: Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

5. Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Peran guru: Guru mempersiapkan kesempatan melakuakn pelatihan lanjutan, dengan perhattian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh melalui strategi Critical Incident adalah:20

1. Sampaikan pada siswa tentang topic atau materi yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini

2. Beri kesempatan pada siswa beberapa menit untuk mengingat-ingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang ada

3. Tanyakan pengalaman yang tidak terlupakan menurut mereka

4. Sampaikan materi pelajaran dan kaitkan pengalaman-pengalaman siswa dengan materi yang akan disampaikan.

20

(38)

c. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Critical Incident

Setiap strategi pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu pula strategi critical incident (pengalaman penting) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Strategi critical incident mempunyai kelebihan dan kekuranagn antara lain:

a) Strategi ini sangat cocok jika diterapakn untuk materi-materi yang bersifat praktis, tetapi strategi ini tidak cocok digunakan untuk materi yang bersifat teoritis.

b) Strategi ini juga mempunyai kelebihan yaitu untuk mengaktifkan siswa sejak dimulainya pembelajaran.

c) Strategi ini juga baik digunakan untuk tujuan pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk lebih berempati.

(39)

BAB III

METODE DAN RENCANA PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang berjudul : “Peningkatan Kemampuan Cara Mengkritik Pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi Critical Incident Siswa kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya” ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bermakna penelitian yang didesain untuk membantu guru mngetahui apa yang sebernarnya terjadi di dalam kelasnya. Informasi ini bermanfaat untuk mengambil keputusan yang bijak tentang metode atau media yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi siswa, kelas, sekolah secara keseluruhan.

Penelitian Tindakan Kelas ini memadukan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.1 Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang menghasilkan data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tantang suasana pembelajaran. Data ini berupa lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan aktivitas guru, wawancara pada beberapa siswa dan guru kolaborasi. Termasuk penelitian kualitatif karena peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama, terjun ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan wawancara.

1

Lexy J.Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 6

(40)

Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model Kurt Lewin. Yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu:2 1. Planning (perencanaan), adalah proses menentukan program kebaikan yang

berangkat dari suatu ide gagasan peneliti.

2. Acting (tindakan), adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.

3. Observing (observasi), pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan.

4. Reflecting (refleksi), adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.

2

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD,SLB, TK, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2009), hlm. 21

SIKLUS I

SIKLUS II

Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Perencanaan Tindakan Ulang Observasi

(41)

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut model Kurt Lewin

B. Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus penelitian sebagai berikut :

a. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015-2016. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil pada bulan Oktober 2015 – Januari 2016.

c. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan pemahaman siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan strategi Critical Incident.

2. Subjek Penelitian

Pelaksanaan Tindakan

(42)

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswi perempuan.

C. Variable yang Diteliti

Variable-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Variable Input : Siswa kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya. 2. Variable Proses : Penerapan strategi pembelajaran Critical Incident

3. Variable Output :Peningkatan Kemampuan Cara Mengkritik Siswa dengan Menggunakan Strategi Critical Incident Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya.

D. Rencana Tindakan

Model penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah modal Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok yaitu: (1) Perencanaan (Planning), (2) Tindakan (Action), (3) Pengamatan (Observation), dan (4) Refleksi (Reflection).

Siklus 1

Siklus 1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. a. Perencanaan (Planning)

(43)

1) Rencana pelaksanaan pembelajaran

Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan strategi Critical Incident pada pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kemampuan cara mengkritik.

2) Materi pelajaran

Materi pelajaran bersumber dari buku paket dan lembar kerja siswa. Selain itu, peneliti juga memberikan materi pelajaran mengkritik dengan menggunakan strategi

Critical Incident. 3) Soal-soal evaluasi

Soal-soal evaluasi merupakan lembar kerja siswa yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa sesuai tugas yang tercantum secara lisan maupun tulisan. Hasil dari non tes tersebut, kemudian dianalisis dan evaluasi. Berdasarkan analisis hasil evaluasi dapat diketahui ketuntasan belajar siswa.

4) Instrumen penilaian (lembar observasi)

Instrumen penilaian berupa pedoman observasi dan wawancara yang digunakan untuk proses pembelajaran yang telah dilakukan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tindakan dilakukan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun rincian rencana pelaksanaan pembelajarannya meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. RPP siklus I (terlampir pada lampiran nomer 1 ).

(44)

Dalam kegiatan pengamatan peneliti dan guru mengumpulkan serta menyusun data yang diperoleh dari proses pembelajaran. Fokus pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran

Kegiatan pengamatan aktivitas guru dalam mengelolah proses pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan strategi Critical Incident pada materi Mengkritik dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru yang telah disusun dalam proses pembelajaran berlangsung.

2. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran

Pengamatan aktivitas peserta didik dilakukan oleh peneliti dengan menggunaan lembar observasi aktivitas siswa yang telah disusun oleh peneliti dalam proses pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi (Reflecting)

Menganalisa dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Permasalahan yang muncul pada pembelajaran siklus 1 kemudian diidentifikasi dan dicari penyelesaiannya untuk dijadikan acuan pada tahap perencanaan siklus selanjutnya.

Setelah itu dilakukan modifikasi pada perencanaan pembelajaran pada siklus kedua sebagai hasil proses dan peningkatan kemampuan cara mengkritik.

Siklus 2

(45)

berhasil maka akan dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya sampai dirasa sudah berhasil mencapai tujuan yang harapkan.

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari hasil deskripsi wawancara dan observasi. Sedangkan data kuantitatif berasal dari pengambilan data hasil tes kognitif / pengetahuan. 1. Sumber Data

Sumber data dalam PTK adalah sebagai berikut : a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa dalam Mengkritik, aktivitas siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, kendala dan harapan siswa dalam pembelajaran.

b. Guru

Untuk memperoleh informasi tentang proses pembelajaran pra siklus, memperoleh data tentang nilai hasil belajar, karakter siswa, dan melihat tingkat keberhasilan penerapan strategi Critical Incident dan keefektifan strategi tersebut untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam Mengkritik ketika pembelajaran berlangsung.

c. Teman sejawat / kolaborator

(46)

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan semaksimal mungkin agar bisa mendapatkan data yang valid, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

a. Catatan lapangan (Field Note)

Catatan lapangan adalah uraian tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan peneliti selama pengumpulan dan refleksi data dalam sebuah studi kualitatif. Setiap kembali dari observasi, wawancara, atau pekerjaan penelitian lainnya, peneliti biasanya menuliskan apa yang terjadi, menggambarkan sebuah deskripsi tentang orang, objek, tempat, peristiwa, aktivitas, dan percakapan. Di samping itu, peneliti juga akan merekam ide-ide, strategi, refleksi, dan dugaan, serta pola-pola yang muncul.3

Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

1) Aktivitas guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan strategi

Critical Incident.

2) Aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan strategi

Critical Incident.

Aspek yang diamati untuk diberikan penilaian terhadap aktvitas siswa dalam kelompok meliputi :

1) Keaktifan baik dalam kelas maupun kelompok

Keaktifan siswa baik dalam kelas maupun kelompok sangat berperan pada keberhasilan pembelajaran. Siswa yang pasif akan sulit menerima pesan dan informasi yang disajikan guru.

2) Kekompakan dengan anggota kelompok

3

(47)

Kerjasama yang baik atau kekompakan dalam setiap anggota kelompok sangat membantu terciptanya rasa antusias pada pembelajaran yang dilakukan.

3) Motivasi

Motivasi dalam diri manusia sangat berpengaruh dalam berbagai kegiatan termasuk pembelajaran. Motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran akan mendukung siswa dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.

4) Disiplin

Kedisiplinan sangat penting dalam pembelajaran. Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah wujud sikap yang menunjukkan keseriusan belajar siswa terhadap suatu materi pembelajaran.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.4 Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang kendala siswa dalam belajar, penerapan pemahaman siswa, hasil belajar siswa, media yang digunakan guru dalam pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara.

(Format panduan wawancara terlampir)

c. Dokumentasi

4

Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya,

(48)

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. Untuk mendapat kebenaran data yang valid maka peneliti perlu melihat arsip-arsip dari administrasi guru mata pelajaran yang meliputi data mulai dari sebelum siswa belajar sampai sesudahnya.

Teknik pengumpulan data seperti ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah dilakukannya pemberian tindakan.

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini, diantaranya hasil tes siswa, nilai tes siswa, instrumen penelitian kemampuan siswa dalam materi mengkritik, instrumen pengamatan aktifitas siswa.

d. Evaluasi / penilaian

Tes digunakan untuk melengkapi data mengenai pemahaman atau tingkat hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.5

Tes diberikan dalam dua tahap yaitu tes awal atau pre test sebelum pelaksanaan tindakan, digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik sehingga dapat memenuhi syarat heterogen dalam pembentukan kelompok dan tes dilakukan pada akhir pelaksanaan dalam setiap siklus digunakan untuk

5

(49)

mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik. Tes tersebut diberikan kepada peserta didik guna mendapatkan data kemampuan siswa tentang cara Mengkritik melalui strategi Critical Incident.

Dalam menganalisis tingkat keberhasilan belajar siswa pada tiap siklus, dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tes melalui kegiatan membuat pertanyaan dan bertukar pertanyaan untuk menjawab pertanyaan dari teman yang lain dan mengerjakan soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang Mengkritik.

F. Analisis Data

Analisis data diambilkan dari nilai yang diperoleh dari evaluasi pembelajaran harian dan lembar observasi. Selanjutnya, data dari masing-masing siklus dibuat dalam tabel sehingga akan terlihat secara keseluruhan. Analisa data untuk tujuan tindakan dilakukan dengan membandingkan isi catatan yang dilakukan kolaborator (guru pengampu) dan peneliti dengan harapan unsur kesubyektifitasan dapat dikurangi.

(50)

Penilaian tes ini dilakukan dua kali yakni tes sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Sedangkan untuk mengetahui rata-rata nilai peningkatan kemampuan cara mengkritik siswa, penilaian unjuk kerja digunakan rumus:

Keterangan: X = Nilai rata-rata

ΣX = Jumlah semua nilai tes siswa ΣN = Jumlah siwa

Untuk menentukan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam kelompok kelas dapat digunakan rumus:6

Analisis ini dilakukan pada setiap siklus ditahap refleksi. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya. Hasil penilaian yang telah diperoleh tersebut dikelompokkan ke dalam bentuk penskoran nilai siswa. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, bahwa tingkat pencapaian untuk hasil belajar adalah 75%, dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar yang dikelompokkan ke dalam lima kategori berikut:

Tabel 3.2

6

Haris Supatno, Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru/ PLPG 2008, (Surabaya: Departemen UNESA,2008), hal.185

X = ΣX ΣN

(51)

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Tingkat Keberhasilan (%) Arti

81-100 % Tinggi sekali

61-80 % Tinggi

41-60 % Cukup

21-40 % Rendah

<21 % Rendah sekali

G. Indikator Kinerja

Untuk menunjukan tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran maka diperlukan indikator sebagai acuan penelitian. Maka ditetapkan indikator sebagai berikut: 1. Kondisi sesudah penelitian ini dilakukan diharapkan keaktifan belajar siswa dapat

meningkat. Diukur dari nilai rata-rata tes sebelum dan sesudah tindakan. 2. Meningkatnya nilai rata-rata kemampuan siswa.

3. Meningkatnya jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai di atas 70 dalam aspek kemampuan belajar siswa. Sebelumnya hanya 50% siswa yang hanya dapat mencapai nilai di atas 70. Sesudah tindakan penelitian diharapkan lebih dari 75% siswa dapat mencapai nilai di atas 70

4. RPP dikatakan berhasil diterapkan apabila nilai rata-rata siswa dalam kegiatan pemahaman dan hasil belajar siswa, mengalami peningkatan dari kegiatan yang dilakukan sebelumnya.

(52)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan secara kolaboratif, antara guru kelas sebagai guru pendamping dan mahasiswa sebagai peneliti. Tugas guru

mendampingi peneliti dalam menerapkan penggunaan strategi Critical Incident pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun rincian tugas guru dan mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Guru

a. Nama : Darul Mughniyah, S.Pd.I b. Jabatan : Guru Bahasa Indonesia c. Tugas :

1) Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran 2) Mengamati pelaksanaan penelitian

3) Terlibat dalam perencanaan, observasi, dan merefleksi pada tiap-tiap siklus. 2. Peneliti

a. Nama : Nur Hafza Kusumaningrum b. NIM : D97212106

c. Status : Mahasiswa d. Tugas :

1) Menyusun perencanaan pembelajaran, menyusun instrumen penelitian, dan membuat lembar observasi,

2) Menyebarkan dan menilai instrumen penilaian siswa 3) Menilai hasil tugas dan evaluasi akhir materi

4) Pelaksana kegiatan pembelajaran

(53)

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil dari penelitian yang terkait dengan “Peningkatan Kemampuan Cara Mengkritik Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi Critical Incident Pada Ssiswa Kelas VI MI Al-Hidayah Benowo Surabaya”.

Lokasi penelitian ini dilakukan di MI Al-Hidayah Surabaya yang bertempat di Jl. Bandarsari Kecamatan Pakal Kabupaten Surabaya. Jumlah seluruh siswa yang ada di MI Al-Hidayah adalah 95 dan memiliki guru sebanyak 11 orang termasuk kepala sekolah.

MI Al-Hidayah memiliki visi yakni terwujudnya lulusan MI-Al-Hidayah insane yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu mengimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sedangkan misi MI Al-Hidayah yakni mengupayakan pendidikan islam yang unggul dan berkualitas dengan meningkat pemahaman dan pengalaman ajaran-ajaran islam. Mengusahakan lukusan MI Al-Hidayah mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tercipta insane-insan yang berkualitas.

A.Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan penilaian. Observasi dilakuakn untuk mengamati aktifitas guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang sedang berlangsung. Selain observasi, data yang diperoleh dari

(55)

wawancara kepada guru mara pelajaran Bahasa Indonesia untuk menemukan gambaran tentang kemampuan cara mengkritik siswa yakni dalam menyampaikan kritikan dengan bahasa yang santun diserati alasannya sebelum penerapan strategi Critical Incident. Untuk penyajian data peneliti mengelompokkan tahap-tahap menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Tahap Pra Siklus 2. Tahap Siklus I, dan 3. Tahap Siklus II

Berikut penyajian data pada tiap-tiap tahapnya: 1. Tahap Pra Siklus

Pelaksanaan kegiatan Pra Siklus dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ibu Darul Mughniyah, S.Pd.I. Pelaksanaan kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin pada tanggal 11 Januari 2015. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terkait strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia serta hasil ulangan kelas VI MI Al-Hidayah Surabaya dan penerapannya sehari-hari pada materi Mengkritik disertai alasannya.

(56)

Dan ketika guru meminta siswa memberikan kritik terhadap cerita yang ada di dalam buku, mereka mengalami kesulitan. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan hasil ulangan harian siswa dan melihat keseharian siswa ketika dalam mengkritik. Dimana banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebesar 70.1 Sedangkan hasil belajar siswa kelas VI MI Al-Hidayah Surabaya dikatakan tuntas, jika nilai siswa sesuai dengan KKM yang ditentukan yaitu 70. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan harian siswa kelas VI. Diketahui bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan. Hal ini dilihat dari jumlah siswa yang belum tuntas lebih banyak daripada jumlah siswa yang tuntas.

Data wawancara tersebut, di atas juga didukung oleh dokumentasi nilai yang diberikan guru kepada peneliti dengan hasil nilai ulangan harian. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Hasil Ulangan harian Siswa Kelas VI

No Nama Siswa Skor Hasil Belajar Keterangan

1 Achmad Hanafi 67 Tidak Tuntas

2 Aminatus Sa’diyah 64 Tidak Tuntas

3 Anis Fauziah 75 Tuntas

4 Anita Choirunnisa’ 65 Tidak Tuntas

5 Aulia Aziza Nuari 60 Tidak Tuntas

6 Bahaudin 67 Tidak Tuntas

7 Dea Ananda Putri 70 Tuntas

8 Evi Amaliyah 62 Tidak Tuntas

9 Fitri Indah Nurutami 60 Tidak Tuntas

10 M. Dimas Amrilloh 65 Tidak Tuntas

11 M.Ridwan 78 Tuntas

12 M.Waqi’ 72 Tuntas

13 Mubarok 75 Tuntas

14 Muhammad Nur Ilyas 60 Tidak Tuntas

15 Rayhan Nur Wahid 67 Tidak Tuntas

1

(57)

Jumlah 1007

Jumlah siswa secara keseluruhan ( ) : 15 Siswa Jumlah siswa yang sudah tuntas : 5 Siswa Jumlah siswa yang tidak tuntas : 10 Siswa Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas VI ( )

Prosentase ketuntasan =

=

x 100% = 33%

Prosentase siswa yang tidak tuntas = 100% - 33 % = 67%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas VI adalah 67,13 dari 15 siswa, hanya 5 siswa mencapai KKM dengan prosentase ketuntasan 33%. Sedangkan 10 siswa yang belum mencapai KKM dengan prosentase siswa yang tidak tuntas 67%. Dari prosentase ketuntasan yang didapatkan oleh siswa keberhasilan belajar siswa <55% yang menunjukkan kriteria TT (Tidak Tuntas) atau gagal. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang tuntas lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang belum tuntas. Nilai tertinggi dari ulangan harian siswa adalah nilai 78 dan nilai terendah adalah nilai 60. Dikarenakan nilai ulangan harian siswa banyak yang belum tuntas maka perlu adanya tindakan perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan strategi pembelajaran Critical Incident yang diharapkan tingkat kemampuan dan hasil belajar siswa meningkat atau sesuai KKM yang telah ditentukan yaitu 70

(58)

Pada penelitian tindakan kelas ini, siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dalam waktu 2x35 menit. Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan sebelum melakukan tindakan pada siklus I, berikut ini merupakan kegiatan yang dilakukan:

1) Menyiapkan RPP yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah yang dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Dalam rencana pembelajaran ini peneliti menggunakan strategi Critical Incident.

2) Menyiapkan instrument pengumpulan data:

a) Lembar observasi aktifitas guru selama proses pembelajaran. b) Lembar observasi aktifitas siswa selama proses pembelajaran.2

3) Menyiapkan beberapa media sebagai motivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan dan keberhasilan hasil belajar dalam penerapan strategi pembelajaran

Critical Incident. b. Tindakan (Acting)

Pelaksanaan PTK ini dilakukan di MI Al-Hidayah Benowo Surabaya dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia materi mengkritik disertai alasannya semester ganjil pelajaran 2015/2016. Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2016. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI MI Al-Hidayah Surabaya dengan jumlah 15 siswa yang terdiri dari 7 perempuan dan 8 laki-laki.

2

(59)

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana pembelajaran yang telah dirancang untuk pembelajaran di kelas dan guru sebagai observer atau pengamat dari proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Proses belajar mengajar yang dilakukan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Berikut ini adalah deskripsi kegiatan guru dan kegiatan siswa ketika proses pembelajaran pada siklus I.

Kegiatan awal pembelajaran guru melakukan pengondisian kelas dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdo’a. Dilanjutkan guru mengabsensi

kehadiran siswa. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pertemuan sebelumnya yaitu tentang sinonim dan antonym dan setelah para siswa sudah mengingat pelajaran sebelum kemudian dilanjutkan materi selanjutnya yaitu tentang “Mengkritik disertai alasan”. Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk menggali kemampuan awal siswa “Siapa di sini yang mempunyai cerita pengalaman menarik?”.

Ada beberapa siswa yang antusias dan mengangkat tangan yang mempunyai pengalaman menarik. Guru menunjuk 2 siswa untuk menceritakan sedikit pengalaman menarik mereka. Sebelum masuk dalam materi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu menyampaikan kritikan dengan menggunakan bahasa yang baik serta santun dan menyampaikan kritikan mengenai suatu hal disertai alasan dengan baik dan benar.

Gambar

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut model Kurt Lewin
tabel sehingga akan terlihat secara keseluruhan. Analisa data untuk tujuan tindakan
  Tabel 3.2
Tabel 4.1  Hasil Ulangan harian Siswa Kelas VI
+7

Referensi

Dokumen terkait

pemotongan vidio dimana dalam proses konstruksi pesan, penulis menyesuaikan konten yang dibangun melalui story line.. Proses Penyetaraan Audio Sumber : Penulis. Pada tahap

(Wawancara dengan Staf Analisis Kredit UED-SP Kayu Beimbai Desa Teluk Bunian, 26 Februari 2015). Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pengelola

sendiri terhadap masalah yang dihadapinya. Konselor sebagai partner dan pencipta situasinya untuk bisa berkembang sendiri. Dilihat dari situasi konseli, ia merasa sulit

Media tradisional di Bali dan Sulawesi Tengah pada titik tertentu mempunyai kesamaan, yaitu berakar dari ritual adat dan keagamaan masyarakat setempat, kemudian

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana (2012) pada siswa SD di Desa Mudal yang menunjukkan ada hubungan antara kejadian anemia gizi besi

Kesejahteraan hidup akan lebih sempurna apabila pengurusan harta dapat dilaksanakan mengikut prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh agama Islam berteraskan maqasid

jawab para pegawai yang dijalankan dengan baik dan rincian tugas yang disesuaikan dengan jabatan masing- masing dapat diterapkan secara optimal; (b) Tanggung

Dengan demikian menunjukan bahwa pada kelompok perlakuan mempunyai persentasi yang lebih besar dari pada kelompok kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh