KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SMP WACHID HASYIM 2 SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
YULIA WAHIDATUS SHOLIHAH NIM. D71213145
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SMP WACHID HASYIM 2 SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
YULIA WAHIDATUS SHOLIHAH NIM. D71213145
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Yulia Wahidatus Sholihah, D71213145, 2017, Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Wachid Hasyim 2 Surabaya, Skripsi, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran Snowball Throwing , Hasil Belajar Siswa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa, mengetahui hasil belajar siswa, mengetahui efektif tidaknya Metode Pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa di SMP Wachid Hasym 2 Surabaya.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing variabel X dan hasil belajar siswa sebagai variabel Y. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, tes, dan angket. Hasil dari penelitian ini adalah Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa baik. Hal tersebut didasarkan kepada hasil observasi dan angket yang mencapai rata-rata 28,85 yang tergolong baik dan 29,5 yang tergolong kedalam kategori cukup baik. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan dibuktikan dengan teknik analisist t-test, diperoleh hasil > maka ditolak dan
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Kegunaan Penelitian ... 12
E. Penelitian Terdahulu... 14
G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 14
H. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan tentang metode snowball Throwing ... 20
1. Pengertian metode snowball throwing ... 21
2. Tujuan metode snowball throwing ... 23
3. Langkah – langkah metode snowball throwing ... 25
4. Kelebihan dan kelemahan snowball throwing ... 27
B.Tinjauan tentang pendidikan agama islam ... 28
1. Pengertian pendidikan agama islam ... 28
2. Tujuan pendidikan agama islam... 30
C.Tinjauan tentang hasil belajar pai ... 33
3. Pengertian hasil belajar pai ... 33
4. Jenis – jenis hsil belajar pai ... 35
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar pai ... 37
D.Keefektifitasan penggunaan Metode Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 54
E. Hipotesis ... 57
BAB III METODE PENELITIAN... 59
A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 60
B.Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian ... 61
D.Teknik Pengumpulan Data ... 69
E. Teknik Analisis Data ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 77
A.Deskrisi Data Umum Objek Penelitian ... 77
B.Penyajian Data ... 84
1. Data tentang metode snowball throwing ... 84
2. Data tentang hasil belajar siswa ... 90
3. Data pre test dan post test hasil belajar... 96
C.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 98
1. Analisis Data tentang metode pembelajaran snowball throwing ... 98
2. Analisis Data tentang hasil belajar mata pelajaran PAI di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya... 103
3. Perbandingan hasil pre test dan post test ... 107
4. Pengujian Hipotesis... 112
BAB V PENUTUP 121 1. Kesimpulan ... 121
2. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 122
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Identitas Sekolah ... 78
4.2 Struktur Organisasi Smp Wachid Hasyim 2 Surabaya Tahun 2016-2017 .. 80
4.3 Data Guru dan Karyawan SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ... 81
4.4 Data Sarana Prasarana ... 91
4.5 Data tentang Membaca Materi Pelajaran Terlebih Dahulu ... 83
4.6 Data Langsung Menerangkan Materi pada Saat Pelajaran ... 84
4.7 Data tentang Mempelajari Materi Secara Berkelompok ... 84
4.8 Data tentang Tanpa Bekelompok Langsung Mempelajari Materi ... 85
4.9 Data tentang Mengerjakan Tugas Secara Berkelompok... 86
4.10 Data tentang Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu ... 86
4.11 Data tentang Malu Bertanya kepada Guru ... 87
4.12 Data tentang Malu Bertanya kepada Guru ... 87
4.13 Data tentang Menjawab Pertanyaan dari Siswa ... 87
4.14 Data tentang Menyepelekan Pertanyaan Siswa ... 88
4.15Data tentang Tanggapan Proses Pembelajaran Snowball Throwing ... 88
4.16 Data tentang Pengungkapan Pendapat ... 89
4.17 Data tentang Menerima Informasi dari Guru ... 90
4.18 Data tentang Menghadapi Permasalahan ... 90
4.20 Data tentang Memahami Setiap Materi ... 91
4.21 Data tentang Melakukannya dengan Reflek Apabila Guru Menyuruh ... 93
4.22 Data tentang Materi Pelajaran yang Telah Diajarkan ... 92
4.23 Data tentang Cepat dalam Menjawab Pertanyaan ... 93
4.24 Data tentang Memperbaiki Nilai ... 94
4.25 Data tentang Merayakan Setiap Mendapat Nilai yang Bagus ... 94
4.26 Data pre test dan post test hasil belajar ... 95
4.27 Data tentang Metode Pembelajaran Snowball Throwing ... 97
4.28 Skor Jawaban Angket Variabel X (Metode Pembelajaran Snowball Throwing) ... 98
4.29 Kualitas Variabel X (Metode Pembelajaran Snowball Throwing pada Mata Pelajaran PAI di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya) ... 101
4.30 Data tentang Hasil Anget tentang Hasil Belajar ... 101
4.31 Hasil Jawaban Angket Variabel Y (Hasil Belajar) ... 103
4.32 Kualitas Variabel Y (Hasil Belajar Snowball Throwing pada Mata Pelajaran PAI di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya) ... 105
4.32 Nilai Hasil Pre-test ... 106
4.33 Nilai Hasil Post Test ... 108
4.34 Perbandingan Hasil Pre test dan Post test (Meningkat, Tetap dan Turun) .... 110
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat Keterangan Penelitian 3. Surat Tugas
4. Kartu Bimbingan 6. Kuesioner/ Angket
DAFTAR TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi Arab-Latin ini diambil dari Buku Pedoman Penulisan Makalah, Tesis, dan Disertasi Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel
Surabaya (Surabaya: Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2005).
No. Arab Indonesia No. Arab Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
b
t
th
j
h
kh
d
dh
r
z
s
sh
s
d
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
و
ه
ء
ي
T
z
‘
gh
f
q
k
l
m
n
w
h
’
y
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan
bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Secara umum, pengertian pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepibadian yang utama.1
Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar. Melalui belajar, seorang anak akan dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan.
Oleh karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku
atau sikap. Perubahan tingkah laku itu dapat terjadi, manakala proses pengajaran diimplementasikan di sekolah.
Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan tujuan agama Islam. Agama
Islam sebagai pedoman hidup kaum muslim tentunya tidak hanya mengatur
1
2
hubungan hamba dengan Tuhannya saja, tetapi juga menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan.
Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life.
Zuhairini dan Abdul Ghafir menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan
agama Islam adalah meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui seluruh aspek yang ada sehingga sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi tahap.2
Jadi, pada dasarnya Pendidikan Agama Islam menginginkan peserta didik yang memiliki fondasi keimanan dan ketaqwaan yang kuat terhadap
Allah, karena iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi yang disebut taqwa.
Tujuan pendidikan dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, terampil serta mandiri. Jika kita
mengamati pendidikan kita yang sekarang ini, maka kita akan mendapatkan suatu kenyataan bahwa Pendidikan Agama Islam ternyata masih jauh dari apa
yang kita harapkan, walaupun telah berbagai cara yang telah dilakukan dalam
2
3
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam. Pada dasarnya, keberhasilan Pendidikan Agama Islam dapat terwujud apabila seluruh aspek
yang berhubungan langsung dengan pendidikan dapat bekerja sama dan saling membantu dari berbagai pihak Antara lain pihak sekolah dengan orang tua siswa, lembaga dengan masyarakat dan lain sebagainya demi meningkatkan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam.
Adapun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu dapat dibagi
menjadi lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadis, Akhlak, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam sehingga dapat dikatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan hubungan
manusia dengan Allah SWT., diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas). Jadi,
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan dilakukan oleh seorang pendidik (guru), sebab guru adalah
salah satu element yang penting dalam pendidikan yang secara langsung berhubungan dengan seseorang (anak didik) oleh karena itu pendidik (guru)
4
profesional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar tercapai perkembangan anak didik secara maksimal yang positif.3
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, baik, dan berhasil apabila seseorang pendidik (guru) mampu menguasai materi dan memilih metode pengajaran yang tepat atau sesuai untuk mata pelajaran. Untuk
itu, seseorang pendidik (guru) yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian, baik
dalam penguasaan materi maupun pemilihan metode guna kelangsungan proses belajar mengajar.
Seorang pendidik maupun calon pendidik harus memiliki pengetahuan
tentang metode-metode pengajaran serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa agar siswa lebih giat lagi dalam belajar. Karakteristik guru yang baik
selalu mengadakan perbaikan dan pengajaran serta mampu memberi variasi stimulus yaitu suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga sebelum mengajar seorang guru harus dapat memilih metode yang tepat agar dalam kegiatan proses pembelajaran murid tidak merasa bosan, senantiasa
berpartisipasi dan tercipta interaksi edukatif yang mempunyai pengertian hubungan timbal balik antara pendidik (guru) dan peserta didik (murid) dalam
suatu sistem pengajaran.
3
5
Adapun komponen-komponen dasar dalam interaksi edukatif adalah: 1. Peserta didik
Seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya, yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
yang efektif. 3. Tujuan
Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, dan
afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Materi Pelajaran
Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk
mencapai tujuan. 5. Metode
Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6. Media
6
7. Evaluasi (penilaian)
Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses
dan hasilnya .4
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat SMP merupakan mata pelajaran yang mencakup materi cukup luas. Guru diharuskan menyelesaikan
target ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode, media atau alat peraga, dan
strategi belajar yang tepat. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan selain dengan penggunaan metode dan strategi yang tepat, guru juga harus mampu memahami karakteristik siswa dan
memberikan rangsangan kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran PAI di SMP.
Namun, pada kenyataannya hal tersebut tidak sesuai dengan realita yang terjadi di lapangan sekarang. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
masih banyak dilakukan secara konvensional/ tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa menjadikan hasil belajar Pendidikan Agama Islam masih
kurang dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Hal tersebut peneliti temukan pada saat melakukan observasi di SMP
Wachid Hasyim 2 Surabaya, dimana pelajaran Pendidikan Agama Islam selalu
4
7
disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan text book oriented, dengan keterlibatan siswa yang sangat minim karena siswa hanya
melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal, sehingga kurang menarik minat siswa dan membosankan yang akhirnya membuat siswa mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan.
Oleh karena itu, materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan lebih cenderung bersifat teacher centered dari pada student centered tidak
terlihat adanya upaya guru untuk mengembangkan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Target keberhasilan pengajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan guru cenderung lebih mengarah agar siswa
terampil mengerjakan soal-soal tes, baik yang terdapat pada buku ajar maupun soal-soal ujian. Akibatnya pemahaman konsep siswa rendah, keterampilan
proses dan sikap ilmiah siswa tidak tumbuh. Sehingga siswa bersikap pasif selama proses belajar mengajar dan kurangnya keberanian siswa untuk
bertanya.
Berdasarkan data di atas, dapat diidentifikasikan bahwa permasalahan yang terjadi diantaranya adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran yang dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas dan metode pembelajaran yang cocok sehingga menyebabkan kurangnya peningkatkan
8
siswa perlu dirangsang untuk aktif bertanya dan bekerja sama dalam proses pembelajaran.
Melihat keadaan tersebut, peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode snowball throwing yang tidak lepas dari metode
ceramah tetapi penulis menyarankan menggunakan metode snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang menjadikan
siswa aktif dan kreatif dalam belajar.
Metode pembelajaran snowball throwing adalah melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyapaikan pesan tersebut
kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran talking stick, tetapi
menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilemparkan-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat
bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaan.
Berkaitan dengan cara mengajar, guru harus mempunyai berbagai variasi dalam melaksanakan pembelajaran yang selanjutnya disebut dengan
metode-metode pembelajaran. Salah satu contoh dari beberapa strategi atau metode pembelajaran yang ada berupa metode pembelajaran snowball
9
masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu (4) dilempar ke siswa lain yang (5) masing-masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.5
Jadi, metode snowball throwing merupakan suatu metode yang mengarah siswa pada pembelajaran kooperatif yang dapat merubah suasana
belajar menjadi bemakna dan menyenangkan, sesuai dengan kemampuan befikir siswa serta berkaitan dengan suatu permainan dengan cara
melemparkan bola kertas. Pemberian pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bermakna dan menyenangkan tidak memisahakan pada pengalaman siswa sehari-hari dan tidak cepat lupa. Dalam proses pembelajaran menggunakan
metode snowball throwing ini melibatkan dua subjek yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun
kacakapan.
Salah satu kompentensi pedagogik guru adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses serta hasil belajar. Guru harus melaksanakan
penilaian hasil belajar untuk mengukur kemampuan dan daya serap peserta didik dan mengukur seberapa berhasilnya program pembelajaran yang telah
dirumuskan.
5
10
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.6
Dalam hal ini untuk mengukur hasil belajar peserta didik terhadap materi Pendidikan Agama Islam, guru dapat menilai melalui penilaian tertulis
berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kertas bola salju, sedangkan untuk menilai sikap dalam proses pembelajaran guru dapat menggunakan penilannya
unjuk kerja dan untuk menilai hasil karya peserta didik guru menggunakan portofolio.
Di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ini memiliki guru yang
berkompetensi pedagogik yang berbeda-beda, khususnya pada bidang Pendidikan Agama Islam. Pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dilakukan di kelas, dimana guru Pendidikan Agama Islam ini sendiri dalam mengajar masih dengan menggunakan metode ceramah dalam proses
pembelajaran. Disamping itu, untuk sekarang guru untuk dituntut lebih profesional dalam kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa harus aktif. Dan untuk itu penggunaan metode snowball throwing pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ditujukan supaya siswa tidak merasa bosan atau jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
6
11
Dengan adanya metode pembelajaran snowball throwing, penulis berharap nantinya hasil belajar siswa akan lebih meningkat daripada
sebelumnya. Hasil belajar yang dimaksud penulis disini bukan hanya dalam bentuk format nilai saja namun penulis juga melihat pada hasil belajar berupa pemahaman siswa dalam menelaah materi Pendidikan Agama Islam itu sendiri.
Dengan beberapa alasan yang telah dikemukakan penulis pada latar belakang diatas, hal ini memotivasi penulis untuk mengambil judul skripsi
Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Wachid Hasyim 2 Surabaya.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan metode pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya?
2. Bagaimana hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya?
3. Bagaimana keefektifan penggunaan metode pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan
12
C.Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka peneliti mempunyai beberapa tujuan dari penelitian antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan penggunaan metode pembelajaran snowball
throwing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid
Hasyim 2 Surabaya.
2. Untuk mengukur hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.
3. Untuk mendiskripsikan adanya penggunaan metode pembelajaran snowball
throwing efektif dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.
D.Kegunaaan Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Bagi Peneliti
1) Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih
13
2) Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi pengetahuan tentang peningkatan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan metode pembelajaran snowball throwling bagi siswa di SMP Wahid Hasyim 2 Surabaya.
3) Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti khususnya
berkaitan dengan masalah penelitian ini. b. Bagi Lembaga
Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
1) Memberikan masukan positif melalui penelitian ini untuk kemajuan proses belajar mengajar ke depan.
2) Menambah karya ilmiah dan bahan bacaan di perpustakaan UIN Sunan Ampel pada umumnya dan kepada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Prodi PAI pada khususnya.
3) Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya dalam bidang yang
sama, sekaligus diharapkan hasil penelitian berikutnya lebih sempurna.
2. Secara Praktis
Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga
14
E. Penelitian Terdahulu
Judul yang peneliti temukan di dalam penulusuran opac, berjudul: ”Efektivitas Penggunaan Metode Snowball Throwing untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Siswa di Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah 45 As Saadah Lamongan.” Oleh: M. Bihaqi (2013).
Dapat ditegaskan bahwa penerapan metode snowball throwing untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa di kelas VIII A MTS 45 As Saadah
Lamongan terdapat pengaruh yang bagus.
E.Ruang Lingkup dan keterbatasan penelitian
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut diatas akan dibatasi pada hal-hal
tersebut dibawah ini :
1. Subjek penelitian adalah pada peserta didik kelas VII di sekolah SMP
WACHID HASYIM 2 SURABAYA. 2. Metode pembelajaran snowball throwing. 3. Hasil belajar siswa.
4. Bidang studi Pendidikan Agama Islam.
F. Definisi Operasional
15
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII di SMP Wahid Hasyim 2 Surabaya.
1. Keefektifan
Keefektifan berasal dari kata dasar efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:284). Kata efektif mempunyai arti ada efek,
pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dapat membawa hasil, atau berhasil guna. Jadi, keefektifan adalah tingkat keberhasilan yang
dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Metode pembelajaran snowball throwing
a. Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal.
b. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif dan pada ahap akhir akan didapat
16
Snowball throwing adalah jenis pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola atau biasanya disebut dengan
bola salju yang tadinya kecil ketika digulung-gulung menjadi besar diibaratkan seperti mengakumulasi materi pembelajaran.
Jadi, dari penjelasan istilah diatas metode pembelajaran snowball
throwing adalah bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat
soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan. Karena
berupa permainan, Siswa harus dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat onar.
3. Hasil belajar
Hasil belajar terdiri dari dua suku kata yang memiliki arti berbeda yakni hasil dan belajar. Hasil adalah tingkat perkembangan atau dikenal
dengan istilah achievement (pencapaian) dari usaha yang dilakukan sebelumnya. Hasil berarti juga “sesuatu yang telah dicapai” yang telah
dilakukan atau dikerjakan. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman7. Hasil belajar adalah tingkat perkembangan mental yang lebih baik jika dibandingkan
dengan saat sebelum belajar.
Jadi, yang dimaksud dari hasil belajar disini adalah sesuatu yang
diperoleh siswa dari usaha belajarnya yakni belajar mata pelajaran
7
17
Pendidikan Agama Islam, yang nantinya akan dinyatakan dalam bentuk angka berupa nilai pre-tes dan post-test.
4. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai proses pembimbing, mengarahkan, dan mengajarkan anak untuk mencapai tujuan yang tetapkan
yaitu menanamkan taqwa serta menegakkan kebenaran sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Dari beberapa definisi istilah diatas, maka yang dimaksud dengan keefektifan penggunaan metode pembelajaran snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah suatu usaha pembelajaran aktif
yang dilakukan dengan metode permainan bola salju bergulir untuk memulai sebuah pelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam
mengarahkan peserta didik dengan mendorongan anak untuk aktif berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan
pengetahuan yang mereka miliki. khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Dari beberapa definisi dan penjelasan diatas, maka judul skripsi yang saya angkat adalah “Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball
Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan
18
G.Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan
penelitian ini, maka peneliti mencantumkan sistematika laporan penulisan sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan yang menguraikan A). Latar belakang
masalah, B). Rumusan masalah, C). Tujuan penelitian, D). Kegunaan penelitian, E). Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, F). Definisi
operasional, G). Sistematika pembahasan.
Bab kedua pembahasan merupakan landasan teori yang meliputi pembahasan tentang A). Tinjauan tentang snowball throwing yang meliputi; 1)
Pengertian metode snowball throwing, 2) Tujuan metode snowball throwing, 3) langkah-langkah snowball throwing, 4) Kelebihan dan kekurangan metode
Snowball Throwing. B). Tinjauan tentang hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang meliputi: 1) pengertian hasil belajar Pendidikan Agama Islam, 2)
Jenis-jenis hasil belajar, 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Pendidikan Agama Islam, 4) Indikator hasil belajar Pendidikan Agama Islam. C). Keefektifan penggunaan metode pembelajaran snowball throwing dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, dan E). Hipotesis.
Bab ketiga tentang metode penelitian yang mencakup : A). Jenis dan
19
Bab keempat memaparkan hasil penelitian dan pembahasan dari keseluruhan bab, yang meliputi: A). Deskripsi data. B). Analisis data dan
pengujian hipotesis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan tentang Metode Snowball Throwing
Dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang
berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukaan suatu pekerjaan. Sementara itu dalam bahasa Inggris, metode disebut method yang bararti cara.
Secara terminologi, Umar Muhammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan terarah yang dikerjakan oleh guru dalam
rangka memantapkan mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya. Semua itu bertujuan menolong murid-muridnya agar mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selain itu, ada yang mendefinisikan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang
harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya memberikan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah ditetapkan.8
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran seharusnya berpengaruh pada keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang
8
21
tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus mempertimbangkan
aspek keefektifan dan relevansinya dengan materi yang disampaikan. Keberhasilan penggunaan metode merupakan suatu keberhasilan proses pembelajaran yang akhirnya berfungsi sebagai kualitas pendidikan.
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar agama Islam lebih berdaya guna dan menimbulkan kesadaran peserta
didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan
belajar. Memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerjasama dalam kegiatan belajar mengajar
antara pendidik dengan peserta didik.9 1. Pengertian Metode Snowball Throwing
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan,
melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota
9
22
kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama
mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya
Metode pembelajaran snowball throwing merupakan
pengembangan dari metode diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada metode ini kegiatan belajar
diatur sebagian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan. 10
Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok dan intaraksi
antar siswa dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan dan pengalaman dan upaya menyelesaikan permasalan yang
timbul diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan. Salah satu permasalahan serius yang sering terjadi dalam proses
belajar adalah adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya dalam memahami materi pembelajaran. Guru sering mengalami kesulitan dalam menangani masalah ini. Tetapi,
melalui penerapan metode pembelajaran snowball throwing ini, siswa dapat menyampaikan pertanyaan atau permasalahannya dalam bentuk tertulis
yang nantinya akan didiskusikan bersama. Dengan demikian, siswa dapat
10
23
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Dengan metode pembelajaran snowball throwing guru
dapat melatih kesiapan siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah.
2. Tujuan Metode Snowball Throwing
PAIKEM merupakan singkatan dari pembelajaran aktif,inovasi, kreatif, efektif dan menyenangkan. PAIKEM merupakan sebuah model
pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya antara lain :
a. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
1) Melakukan pengamatan 2) Melakukan percobaan
3) Melakukan wawancara
4) Siswa belajar banyak melalui berbuat
5) Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera b. Komunikasi, bentuknya antara lain:
1) Mengemukan pendapat
2) Presentasi laporan
3) Memanjangkan hasil belajar
4) Ungkap gagasan
24
2) Tanyak jawab
3) Lempar lagi pertanyaan
4) Kesalahan makna berpulang terkoreksi 5) Makna yang terbangun semakin mantap 6) Kualitas hasil belajar meningkat.
d. Kegiatan refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/ dipikirkan.
1) Mengapa demikian?
2) Apakah hal itu berlaku untuk…..? 3) Untuk perbaikan gagasan/ maknai
4) Untuk tidak mengulangi kesalahan 5) Peluang lahirnya gagasan baru.
Dalam pembelajaran aktif, siswa diposisikan sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran aktif adalah pendekatan
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik.11 Sistem pengajarannya yang demikian, peserta didik berpikir dan memahami mata pelajaran yang demikian, peserta didik berpikir dan memahami mata
pelajaran bukan sekedar mendengar, menerima, dan mengingat-ingat. Setiap
11
25
mata pelajaran harus diolah dan diinterprestasikan sedemikian rupa sehingga masuk akal. 12
Pembelajaran aktif menuntut setiap siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran yang memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka
pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.13 Adapun tujuan dari metode snowball throwing antara lain :
a. Membuat pembelajaran menjadi menyenangkan.
b. Menjadikan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran c. Peserta didik akan lebih serius dalam belajar
d. Meningkatkan hasil belajar siswa
3. Langkah-langkah Metode Snowball Throwing
FASE TINGKAH LAKU
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran dan memotivasi.
Fase 2
Menyajikan informasi
Menyajikan informasi tentang materi pembelajaran siswa
Fase 3 - Memberikan informasi kepada siswa
12
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 240-241
13
26
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran snowball throwing
- Membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
Fase 4
Membimbing
kelompok belajar dan belajar
- Memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas
kelompok.
- Meminta ketua kelompok kembali ke
kelompok masing-masing untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggota kelompok.
- Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut
menulis pertanyaan sesuai materi yang dijelaskan guru.
- Meminta setiap kelompok untuk
menggulung dan melemparkan pertanyaan yang telah ditulis pada kertas kepada
kelompok lain.
27
dari kelompok lain pada kertas kerja tersebut.
Fase 5 Evaluasi
Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan jawaban atau pertanyaan yang
diterima dari kelompok lain.
Fase 6
Memberi penilaian/
penghargaan
Memberikan penilain terhadap hasil kerja kelompok.
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Snowball Throwing
Kelebihan dari metode snowball throwing antara lain:
a. Suasana pembelajaran menjadi menyenagkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
b. Siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain.
c. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
e. Ketiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.14
14
28
Sedangkan kelemahan dari metode snowball throwing antara lain: a. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi
sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
b. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi angggota lain untuk memahami materi.
c. Memerlukan waktu yang panjang.
d. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
e. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.15
B.Tinjauan tentang Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.16
15
Ibid., h. 177
16
29
Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Pendidikan agama juga diartikan sebagai pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yakni berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak.17
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia
muslim, bertaqwa kepada Allah SWT., berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya, sedangkan menurut A. Tafsir,
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam.
17
30
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadits, keimanan, akhlak, fiqh/
ibadah, dan sejarah kebudayaan Islam sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT., diri
sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).
Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membina, menanamkan, dan membiasakan peserta didik agar
berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam bukanlah sekedar pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata, akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat
dipraktikkan dalam perilaku sehari-hari.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
31
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Memahami ajaran agama
Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk
keperluan negara, masyarakat, dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam QS. At-Taubah (9) ayat 122:
ْم ْ م قْ ف لك ْ م ف اْ لف ً فاك ا فْ يل مْ ْلا اك ام
فئاط
ْم لعل ْم ْيل ا عج ا ْم مْ ق ا ْ يل ي لا يف ا قفتيل
ْحي
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”18
18
32
b. Keluhuran budi pekerti
Nabi Muhammad SAW. telah menunjukkan praktik-praktik budi
pekerti dan amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia.
c. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan melaksanakan ajaran Agama Islam
seutuhnya.
d. Persiapan untuk bekerja
Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar
giat bekerja dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup ditentukan oleh amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan
perbuatan yang baik (amal saleh), maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah SWT. dalam QS. Al-An’am
(6) ayat 132:
م اج د لكل
ل ْعي ا ع لفاغب كب ام ا ل ع ا
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”19
Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu dan amal. Dengan demikian,
33
dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan rasa keragaman pada diri peserta didik serta meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. sehingga didalam perilaku kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT. dan menjadikan ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya, baik dalam
hubungan dengan Allah SWT. maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia.
C.Tinjauan tentang Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan
tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang
dikemukakan Hamalik bahwa hasil belajar adalah “Perubahan tingkah laku subjek meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung
oleh Sudjana bahwa hasil belajar adalah “Perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya”.
34
pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya
yaitu proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya. Berdasarkan hasil belajar siswa dapat diketahui kemampuan dan
perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.
Rumusan tujuan Pendidikan Agama Islam ini mengandung
pengertian bahwa proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti
menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, karena penghayatan dan keyakinan siswa akan menjadi kokoh jika
dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati
ajaran Islam (sebagai tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang
35
2. Jenis-jenis Hasil Belajar PAI
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan penilaian.20
Dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional. b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
20
36
Proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa,
dalam arti menghayati dan meyakininya. c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati). Dalam tahapan psikomotorik ini dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam yang telah diinternalisasikan
dalam dirinya. Sehingga akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau
37
Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Berdasarkan pengertian
diatas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil
yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri
(faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar penting
sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.21
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain:22
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa. Apabila dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
siswa dalam kondisi fisiologis, psikologis, maupun kelelahan, dalam
21
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 130
22
38
pembelajaran tidak akan berhasil karena siswa tidak dapat menyerap pembelajaran yang disampaikan oleh guru jika kondisi jasmani dan
rohaninya kurang sehat.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, baik di sekolah, keluarga, masyarakat. Apabila siswa
dalam salah satu tempat tersebut mendapat masalah yang tidak disukai juga dapat menghambat proses pembelajaran.
Adapun pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain:
a. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: faktor fisiologis, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1) Faktor Fisiologis a) Faktor Kesehatan
Sehat bararti dalam keadaan baik seluruh badan beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh pada belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang
39
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,
istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.23 b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah
tangan, lumpuh, dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi,
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi
pengaruh kecacatannya itu.24 2) Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor yang mempengaruhi belajar antara lain yaitu:
a) Inteligensi
Untuk memberikan pengertian tentang intelegensi, J. P. Chaplin merumuskannya sebagai:
23
Sulaiman Abdullah, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempegaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 54-55
24
40
(1) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and
affectively
(2) The ability to utileze abstract concepts affectively
(3) The ability to grasp relationship and to learn quickly.
Jadi, inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga
jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan dalam menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.25
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu, siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil
dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah sesuatu yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.26
Sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara
faktor lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/ berpengaruh negatif tehadap belajar, akhinya siswa gagal dalam belajarnya.
Siswa yang mempunyai inteligensi yang normal dapat berhasil
25
Sulaiman Abdullah, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempegaruhinya, h. 56
26
41
dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan
faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor-faktor jasmaniah, psikologis, keluarga, sekolah, dan masyarakat) memberi pengaruh yang positif, jika siswa memliki inteligensi yang rendah maka ia
perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus. b) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/ hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian siswa maka timbullah kebosanan, ia tidak suka lagi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan
pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.27
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi, berbeda dengan perhatian, karena
27
42
perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan belajar yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada gaya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak
memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat manambah kegiatan belajar.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar
dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehiupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta
kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat
43
Dari uraian diatas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan
bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pasti selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Sangat penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa
belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.28 e) Motivasi
Motivasi merupakan keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
28
44
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang akan datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan setersnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat
menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadakan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
Dalam prespektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan
langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, dan memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua
dan guru.29
29
45
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya
sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak,
dan lain-lain.
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan
dan pelajaran. Dengan kata lain aak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.
Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi, kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari
kematangan dan belajar. g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau
bereaksi. Kesediaan itu timbul dari diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti
46
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada sesorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh,
sehingga darah tidak/ kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehigga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan
daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi
hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah
47
Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Tidur b) Istirahat
c) Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
d) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok
e) Rekreasi dan ibadah yang teratur f) Olahraga secara teratur
g) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna
h) Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang yang ahli misalnya dokter, konselor dan lain-lain.30
b. Faktor Eksternal, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas tentang
faktor-faktor sebagai berikut:31
30
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempegaruhinya, h. 59
31
48
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yaitu termasuk faktor ini antara lain:
a) Faktor orang tua
(1) Cara mendidik anak
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Suptjito Wirowidjojo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa:
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat/ besar artinya untuk
pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,
negara, dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya
akan berpengaruh terhadap belajar.32
Orang tua yang tidak/ kurang memperhatikan
pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak
32
49
memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya.
Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang dirumah, ia
pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Sebenarnya orang tua mengharapkan anaknya pandai, baik,
cepat berhasil, tetapi malah menjadi takut, hingga rasa harga diri kurang. Orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha
keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan sangat tergantung kepada orang tua, hingga
malas berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hingga presentasinya menurun.
Kedua sikap itu pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak
bisa benci belajar.
(2) Hubungan orang tua dan anak
50
pengertian atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan lain-lain. Kasih sayang orang tua, perhatian
atau penghargaan kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang menimbulkan emotional insecurty. Demikian juga sikap keras, kejam,acuh
tak acuh akan menyebabkan hal yang serupa. (3) Suasana rumah/ keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai/ gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu kosentrasinya, sehingga sukar untuk belajar.
Demikian juga suasana