• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hukum Islam terhadap double bonus pada operasional halal network Herba Penawar Alwahida Indonesia di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis hukum Islam terhadap double bonus pada operasional halal network Herba Penawar Alwahida Indonesia di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DOUBLE BONUS

PADA OPERASIONAL HALAL NETWORK HERBA PENAWAR

ALWAHIDA INDONESIA DI KECAMATAN KRIAN

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh : Ita Nurmilasari NIM. C72213134

UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan (field research) yang berjudul

‚Analisis Hukum Islam Terhadap Double Bonus Pada Operasional Halal Network

Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten

Sidoarjo‛ dengan rumusan masalah sebagai berikut; (1) Bagaimana praktik double bonus pada operasional halal network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo? (2) Bagaimana analisis hukum Islam

terhadap praktik double bonus pada operasional halal network Herba Penawar

Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo?

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara (interview) dan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan teknik

deskriptif dalam menjabarkan data tentang praktik double bonus pada operasional

halal network HPAI di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Selanjutnya data tersebut dianalisis dari perspektif hukum Islam dengan teknik kualitatif dalam pola pikir deduktif, yaitu dengan meletakkan norma hukum Islam sebagai rujukan dalam

menilai fakta-fakta khusus mengenai praktik double bonus pada operasional halal

network HPAI di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Praktik double bonus pada

operasional halal network HPAI di Kecamatan Krian terdapat agen aktif HPAI yang melakukan keagenan ganda dengan tujuan mendapatkan double bonus. Hal tersebut dilakukan dengan cara mendaftarkan keagenan lagi tetapi dengan menggunakan KTP dan nomor HP orang lain untuk mendapatkan Nomor ID keagenan lain. Dengan

begitu agen HPAI tersebut bisa mendapatkan double bonus yaitu Bonus Prestasi

Pribadi dan Bonus Prestasi Grup dari pembelanjaan yang dilakukannya setelah

diakumulasikan setiap bulannya. Menurut hukum Islam, praktik double bonus pada

operasional halal network HPAI di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo dapat

dilihat dari 2 aspek. Pertama, praktik peraturan larangan keagenan ganda terhadap

perolehan double bonus tidak sepenuhnya diterapkan, karena bertentangan dengan

asas amanah dan kemashlahatan. Kedua, jika dianalisis terhadap sah dan tidaknya

perolehan double bonus yang didapatkan, maka bonus tersebut tidak memenuhi

salah satu rukun dan syarat ju’a>lah yaitu ‘a>mil harus orang yang mampu

melaksanakan akad. Walaupun agen tersebut mampu melaksanakan pekerjaan, akan tetapi salah satu ID keagenan palsu yang didaftarkannya tidak melakukan pekerjaan apapun. Karena pada kenyataanya yang melakukan pekerjaan hanya satu agen saja tapi diatasnamakan ID keagenan lain yang dimilikinya.

(7)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional ... 11

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 21

(8)

F. Perbedaan Antara Akad Ju’a>lah dan Akad Ija>rah Atas

Pekerjaan ... 30

BAB III PRAKTIK DOUBLE BONUS PADA OPERASIONAL HALAL NETWORK HERBA PENAWAR ALWAHIDA INDONESIA (HPAI) DI KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO .... 37

A. Gambaran Umum tentang HPAI ... 37

7. Istilah-istilah Kepangkatan ... 46

B. Praktik Pendaftaran Keagenan dan Perolehan Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo... 48

1. Praktik Pendaftaran Keagenan ... 48

(9)

A. Praktik Double Bonus Pada Operasional Halal Network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) Di Kecamatan

Krian Kabupaten Sidoarjo ... 64

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Double Bonus Pada Operasional Halal Network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) Di Kecamatan Krian Kabupaten 68 1. Analisis Hukum Islam Terhadap Peraturan Larangan Keagenan Ganda tentang Praktik Double Bonus Pada Operasional Halal Network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo ... 68

2. Analisis Hukum Islam Terhadap Sah dan Tidaknya Double Bonus Pada Operasional Halal Network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI)di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo ... 73

BAB V PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Bagan BPG ... 56

3.2 Bagan Penjelasan Generasi ... 57

3.3 Bagan Simulasi Jalur Kepangkatan ... 58

3.4 Bagan GED ... 59

3.5 Bagan DED ... 59

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi dan memiliki peranan

yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia dan

menggerakkan roda perekonomian dalam masyarakat. Bisnis selalu

berkaitan dengan membangun relasi dan kontrak antar individu ataupun

golongan yang berujung dengan adanya kesepakatan antara kedua belah

pihak. Salah satu pola bisnis yang saat ini sangat marak dan berkembang

adalah bisnis dengan sistem Multi Level Marketing (MLM) yang

merupakan salah satu cabang dari direct selling (penjualan langsung)1.

Multi Level Marketing (MLM) adalah sebuah metode pemasaran

barang dan atau jasa dari sistem penjualan langsung melalui program

pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha

mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan

barang dan atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di

dalam kelompoknya.2

1 Kuswara, Mengenal MLM Syariah dari Halal Haram, Kiat Berwirausaha, sampai dengan Pengelolaannya, (Depok: Qultum Media, 2005), 16.

(13)

2

Tidak bisa dipungkiri, bisnis Multi Level Marketing (MLM) cukup

berperan dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Bisnis ini

dapat diandalkan oleh masyarakat yang ingin mendapatkan penghasilan

tambahan sebagai usaha sampingan atau bahkan dijadikan sebagai

pekerjaan utamanya. Banyaknya penawaran bonus yang menggiurkan,

membuat banyak orang yang ikut bergabung untuk menjalankan bisnis

Multi Level Marketing (MLM). Apalagi dengan didukung oleh kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi yang sudah sangat maju membuat

bisnis Multi Level Marketing (MLM) ini berkembang sangat cepat dalam

pembentukan jaringannya.

Selain berkembangnya bisnis Multi Level Marketing (MLM) yang

sudah penulis jelaskan sebelumnya, dalam era globalisasi ini bisnis dengan

mengusung prinsip Syariah juga semakin berkembang pesat dan banyak

diminati oleh masyarakat. Berbagai macam bisnis di Indonesia berlabelkan

Syariah pun semakin sering kita temukan belakangan ini. Salah satunya

yaitu bisnis Multi Level Marketing (MLM) yang juga menggunakan prinsip

Syariah atau yang sering kita sebut dengan Halal Network. Dengan

berbisnis secara Syariah, mereka tidak hanya menjalankan bisnis yang halal

tetapi juga akan memperoleh keuntungan secara laba dan keberkahan dalam

(14)

3

Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Syariah sangat prospektif dan

memiliki potensi besar untuk berkembang di masa depan. Hal ini

disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia adalah penganut agama

Islam. Apalagi semakin banyaknya perusahaan Multi Level Marketing

(MLM) Syariah yang banyak berkembang di Indonesia dan telah terdaftar

serta mendapatkan sertifikat DSN-MUI seperti TIENS, K-Link, UFO,

Nusantara Sukses Selalu, dan HPAI3 menjadikan bisnis tersebut sangat

efektif menarik masyarakat untuk ikut bergabung menjalankan bisnis Multi

Level Marketing (MLM) Syariah.

Perusahaan Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) adalah

perusahaan asal Malaysia yang berkembang di Indonesia dengan mengusung

sistem halal network atau yang biasa kita sebut dengan Multi Level

Marketing (MLM) Syariah dalam proses operasionalnya. Seperti

perusahaan yang menggunakan sistem Multi Level Marketing (MLM) pada

umumnya, perusahaan ini juga menerapkan sistem bonus yang

menitikberatkan pada kuantitas penjualan yang telah dicapai oleh para agen

atau member. Disamping itu bonus juga bisa didapatkan dari prestasi yang

telah dicapai karena telah menjadi pembimbing bagi anggota baru yang

bergabung menjadi membernya sampai member tersebut secara mandiri bisa

menjual banyak produk.

(15)

4

Dalam operasionalnya perusahaan Herba Penawar Alwahida Indonesia

(HPAI) menerapkan beberapa sistem bonus yang bisa didapatkan oleh para

agen tergantung pada prestasi yang telah dicapai. Bonus-bonus tersebut

dibagi menjadi 8 kategori, yaitu: Bonus Agenstok, Bonus Prestasi Pribadi

(BPP), Bonus Prestasi Group (BPG), Bonus Generasi Pangkat, Bonus

Gold-Diamon-Crown (GDC), Bonus Stabilitas Belanja (RSB), Royalti Kemajuan

Jaringan (RKJ), dan Royalti LED.

Karena banyaknya jenis bonus yang dapat diperoleh, maka dari itu

kecurangan terkadang bisa terjadi untuk menambahkan jumlah bonus yang

didapatkan sebagai member HPAI yaitu salah satunya menjadi agen ganda.

Agen ganda yang dimaksudkan disini yaitu seorang agen yang telah aktif

menjadi anggota dari HPAI akan tetapi agen tersebut mempunyai dua akun

dengan nama terdaftar yang berbeda dengan tujuan mendapatkan double

bonus. Dengan mendaftarkan KTP keluarga atau teman dan membuat surat

pernyataan untuk menggunakan akun bank atas nama agen yang

sebelumnya telah aktif menjadi anggota HPAI maka seseorang bisa menjadi

agen ganda. Dengan memakai akun bank yang sama maka perolehan bonus

juga akan menjadi dua kali lipat di rekening bank tersebut. Bonus yang

diperoleh dari pembelian untuk pribadi dan bonus prestasi yang didapatkan

(16)

5

agen baru tersebut untuk bisa secara mandiri menjual produk-produk dari

HPAI.

Berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang ‚Analisis Hukum

Islam Terhadap Double Bonus Pada Operasional Halal Network Herba

Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) Di Kecamatan Krian Kabupaten

Sidoarjo‛.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dimungkinkan dapat

muncul dalam penelitian ini, di antaranya yaitu:

a. Praktik Halal Network pada Herba Penawar Alwahida Indonesia

(HPAI) di Krian.

b. Pendaftaran Agen ganda yang dilakukan salah satu agen di Krian.

c. Pendapatan bonus yang diberikan kepada para agen.

d. Analisis Hukum Islam terhadap double bonus pada operasional Halal

Network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan

(17)

6

2. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas dan hasil

penelitian ini dapat lebih terarah, maka penulis hanya mengkaji pada

masalah:

a) Praktik double bonus pada Operasional Halal Network Herba

Penawar Alwahidah Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian

Kabupaten Sidoarjo.

b) Analisis Hukum Islam terhadap double bonus pada operasional Halal

Network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan

Krian Kabupaten Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana praktik double bonus pada operasional Halal Network Herba

Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten

Sidoarjo?

2. Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap double bonus pada

operasional Halal Network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI)

(18)

7

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada dasarnya untuk mendapatkan gambaran tentang

topik yang diteliti oleh peneliti sebelumnya agar tidak terjadi pengulangan

atau duplikasi dari kajian peneliti atau yang telah ada.4

Setelah penulis melakukan penelusuran kajian pustaka, terdapat

beberapa skripsi yang terkait dengan judul penulis yaitu :

1. Skripsi yang ditulis oleh Beni Koiril Abdillah yang berjudul ‚Praktek

Sistem Bonus Dalam Perusahaan Herba Penawar Alwahida Indonesia

(HPAI)‛5. Skripsi ini membahas tentang penerapan bonus pada

perusahaan Herba Penawar Alwahida Indonesia kota Semarang belum

sepenuhnya memenuhi kriteria Ekonomi Islam, karena masih ada celah

dimana up-line bisa mendapat keuntungan bonus tanpa melakukan

kinerja kepemimpinan sebagai up-line dengan mengatasnamakan ridha.

Namun penerapan bonus pada perusahaan Herba Penawar Al-Wahida

Indonesia kota Semarang, telah memenuhi Fatwa Dewan Syariah

Nasional, No: 75/DSN-MUI/VII/2009, Tentang Pedoman Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

4 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknik Penulisan Skripsi, (Surabaya: Fakultas syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 8.

5 Beni Khoiril Abdillah, Praktek Sistem Bonus Dalam Perusahaan Herba Penawar Alwahida

(19)

8

2. Skripsi yang ditulis oleh Bety Fadilah yang berjudul ‚Analisis Fatwa

DSN-MUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009 Terhadap Sistem Operasional

Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Kangzen Kenko Indonesia di

Surabaya‛.6 Skripsi ini membahas tentang sistem operasional Multi

Level Marketing (MLM) Kangzen Kenko Indonesia (KKI) di Surabaya

menggunakan sistem break away. Sistem ini mengembangkan

jaringannya mengutamakan kelebaran. Semakin banyak downline,

semakin besar bonus. Sistem ini memungkinkan downline untuk

melebihi upline-nya. Bonus member di awal karirnya kecil, maka

biasanya perusahaan seperti ini mengandalkan bonus perekrutan.

Sistem ini yang kemudian diadopsi oleh KKI dalam menjalankan

operasi bisnis MLM. KKI tidak menutup kemungkinan bahwa downline

akan berpenghasilan lebih besar daripada upline yang telah

mensponsorinya. Sedangkan pada analisis fatwa DSN MUI dapat

ditarik kesimpulan bahwa dikaitkan dengan 12 poin persyaratan MLM

yang tidak sesuai hanya excessive mark up dikarenakan kelebihan harga

yang terjadi tidak menjadi masalah karena setiap perusahaan berhak

mematok harga produk sesuai dengan bahan dan kegunaan dari produk

tersebut sedangkan yang sesuai dengan fatwa DSN MUI Nomor

6 Bety Fadilah, Analisis Fatwa DSN-MUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009 Terhadap Sistem

(20)

9

75/DSN-MUI/VII/2009, adalah KKI memenuhi 11 dari poin indikator

fatwa DSN-MUI.

3. Skripsi yang ditulis oleh Nurman Najib yang berjudul ‚Pelaksanaan

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Umrah/Haji Plus PT.

Arminareka Perdana Cabang Surabaya (Prespektif Fatwa DSN-MUI

No: 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah) 7. Skripsi ini membahas tentang sistem Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah (PLBS) yang dipraktekkan oleh PT. Arminareka

Perdana cabang Surabaya tidak bertentangan dengan ketentuan dalam

fatwa DSN-MUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009. Ini terlihat bahwa dalam

akad yang digunakan yaitu: jual-beli (bai’), jua’la>h, ija>rah dan waka>lah

bil ujra>h, dan produk yang dijual adalah riil berupa jasa layanan

umrah/haji plus, pembagian bonus yang diberikan berdasarkan hasil

kerja para member, tidak ada eksploitasi secara sepihak, perekrutan

anggota baru dimaksudkan untuk memperluas jaringan, dan anggota

yang telah merekrut anggota baru maka harus memberikan training

berkaitan dengan sistem kerja di PT. Arminareka Perdana cabang

Surabaya.

7 Nurman Najib, Pelaksanaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Umrah/Haji Plus PT.

(21)

10

Dalam berbagai sumber yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

judul skripsi yang penulis bahas kali ini memiliki pokok permasalahan yang

berbeda dengan beberapa judul yang telah diuraikan di atas. Penulis

bermaksud meneliti praktik perolehan double bonus yang didapatkan

dengan menjadi agen ganda oleh seorang agen yang telah aktif menjadi

anggota di HPAI. Oleh karena itu penulis mencoba mengkaji permasalahan

tersebut dengan judul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Double Bonus pada

Operasional Halal Network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di

Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo‛.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui praktik double bonus pada operasional halal

network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan

Krian Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui analisis Hukum Islam terhadap double bonus pada

operasional halal network Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI)

(22)

11

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian di atas, diharapkan dapat berguna baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini dimaksudkan dapat dijadikan bahan ilmu

pengetahuan untuk menyusun hipotesis bagi penelitian berikutnya,

khususnya yang berkaitan dengan halal network atau yang biasa kita

sebut dengan Multi Level Marketing (MLM) Syariah.

2. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk dijadikan

pedoman hukum agar tidak terjadi penyimpangan terhadap peraturan

yang berlaku dalam hukum Islam pada penerapan operasional double

bonus di HPAI. Penulis juga mengharapkan penelitian ini sebagai

sumbangsih ilmu pengetahuan terhadap perusahaan HPAI untuk

menjadi perusahaan berbasis syariah yang lebih baik lagi.

G. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah yang

terkandung dalam penelitian yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam

(23)

12

Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo‛ maka

perlu dijelaskan makna dari setiap istilah tersebut yakni sebagai berikut :

1. Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah

dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui

dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam.8 Hukum

Islam yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu fiqh yang berkaitan

dengan ju’a>lah.

2. Double Bonus adalah janji atau komitmen untuk memberikan imbalan

tertentu sebanyak dua kali lipat atas pencapaian hasil yang ditentukan

dari suatu pekerjaan yang belum pasti dapat dilaksanakan atau

dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.9 Double bonus yang

dimaksudkan penulis dalam penelitian ini yaitu bonus yang didapatkan

oleh agen aktif HPAI dari Bonus Prestasi Pribadi (BPP) dan Bonus

Prestasi Group (BPG) atau yang biasa disebut dengan bonus

kepemimpinan atas pembelian produk yang dilakukan oleh downline.

Bonus tersebut didapatkan dengan menjadi agen ganda yaitu seorang

agen yang telah aktif menjadi anggota HPAI akan tetapi agen tersebut

mempunyai dua akun dengan nama terdaftar yang berbeda. Akun

pertama dengan atas nama pribadi sebagai upline dan akun kedua atas

8 Tim Penyusun MKD, Studi Hukum Islam, (Surabaya: Uin Sunan Ampel Press, 2013), 44. 9 Muhamad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT

(24)

13

nama orang lain untuk dijadikan downline. Akan tetapi akun downline

tersebut hanya sebatas atas nama saja dan yang menggunakan akun

downline tersebut yaitu pihak upline itu sendiri.

3. Operasional Halal Network adalah pedoman dalam melakukan suatu

kegiatan10 usaha Multi Level Marketing (MLM) yang didasarkan pada

prinsip-prinsip Syariah.11 Dalam penelitian ini penulis akan membahas

operasional halal network yang ada di perusahaan H{PAI. Dari

pendaftaran menjadi agen, perolehan bonus, serta produk-produk yang

dijual apakah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

4. HPAI adalah sebuah perusahaan halal network di Indonesia yang fokus

pada produk-produk herbal12 yang menjual produk obat-obatan herbal,

makanan dan minuman kesehatan, serta produk kosmetik dan

perawatan diri yang terjamin halalnya dengan dibuktikan dimilikinya

sertifikat DSN-MUI No. 002.36.01/DSN-MUI/IV/2015.

H. Metode Penelitian

Penelitian yang akan penulis laksanakan merupakan penelitian

lapangan (field research) dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang bertujuan untuk

10 www.kaskus.co.id/pengertian-operasional diakses pada 25 Februari 2017.

11 Kuswara, Mengenal MLM Syariah dari Halal Haram, Kiat Berwirausaha, sampai dengan Pengelolaannya…, 86.

(25)

14

menghasilkan data deskriptif yang berasal dari kata-kata lisan, dari

orang-orang, atau perilaku mereka yang diamati.13

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu agen Herba Penawar

Alwahida Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

2. Data yang dikumpulkan

Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka dalam

penelitian ini data yang dikumpulkan yaitu data mengenai operasional

pada salah satu agen HPAI di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo

sebagai berikut :

a. Data mengenai cara pendaftaran untuk menjadi anggota atau agen

HPAI.

b. Data mengenai perolehan bonus dengan bergabung menjadi agen

aktif di HPAI.

c. Data mengenai peraturan keagenan HPAI.

3. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan

penelitian lapangan (field research) yang memfokuskan pada kasus

terjadi di lapangan dengan tahap merujuk pada konsep-konsep yang ada

seperti sumber dari kepustakaan maupun dari subyek penelitian sebagai

(26)

15

bahan data pendukung. Adapun sumber data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari

sumber asli14 dengan cara seperti wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Data ini diperoleh peneliti dari hasil wawancara dan

terjun ke lapangan dengan para pihak yang terlibat dalam kegiatan

halal network atau Multi Level Marketing (MLM) Syariah HPAI.

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini

yaitu salah satu agen yang melakukan praktik menjadi agen ganda

HPAI, stokis halalmart, dan produk-produk HPAI di Kecamatan

Krian Kabupaten Sidoarjo.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh orang yang telah melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada baik dari perpustakaan atau dari laporan-laporan

terdahulu.15 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

sekunder adalah literatur dan situs di internet yang berkenaan

dengan penelitian yang dilakukan untuk melengkapi dan

14 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),

103.

(27)

16

memperkuat serta memberikan penjelasan mengenai

sumber-sumber data primer.16 Sumber data yang digunakan di antaranya

yaitu:

1) Al-Qur’an dan Al-Hadist

2) Wahbah Az-Zuhaili, Terjemahan Fiqih Islam Wa Adillatuhu

3) Kuswara, Mengenal MLM Syariah dari Halal Haram , Kiat

Berwirausaha, sampai dengan Pengelolaannya

4) Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah

5) Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat

6) Abu Azzam Al Hadi, Fiqh Muamalah Kontemporer

7) Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam

8) Panduan Sukses Herba Penawar Alwahida Indonesia

9) Fatwa DSN-MUI No: 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang akad

ju’a>lah

10) Beberapa bahan pustaka lain yang berhubungan atau

mendeskripsikan landasan teori.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha untuk memperoleh data serta keterangan yang

diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

pengumpulan data sebagai berikut:

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),

(28)

17

a. Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil

suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan

penelitian.17 Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara

sengaja dan sistematis mengenai fenomena sosial dengan

gejala-gejala psikis untuk dilakukan pencatatan.18 Penggunaan teknik ini

dilakukan untuk melihat langsung proses operasional halal network

yang ada di salah satu agen HPAI di Krian.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui percakapan atau dialog tanya-jawab oleh peneliti

dan subyek penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

relevan yang dibutuhkan dalam penelitian.19 Metode ini digunakan

untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.20 Dalam

penelitian ini penulis mewawancarai salah satu agen HPAI yang

menjadi agen ganda di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, agen

stokis halalmart Krian, dan agen yang telah menjabat sebagai

Executive Director di Surabaya.

17 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 247.

18 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 62. 19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2006), 155.

(29)

18

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

melihat atau mencatat suatu laporan yang tersedia bisa berbentuk

tulisan atau gambar sebagai pelengkap data penelitian.21 Dalam

teknik ini, peneliti mendapatkan data-data yang berupa dokumentasi

seperti foto produk dan stokis halalmart HPAI, buku peraturan

keagenan HPAI, dan dokumen-dokumen lainnya sebagai

kelengkapan penelitian ini.

5. Teknik Pengolahan Data

Setelah seluruh data terkumpul maka dilakukan analisis data

secara kualitatif dengan tahapan sebagai berikut :

a. Editting, merupakan salah satu upaya untuk memeriksa kelengkapan

data yang dikumpulkan. Teknik ini digunakan untuk meneliti

kembali data-data yang diperoleh.22 Penulis memperoleh data dari

salah satu agen aktif HPAI di Krian yang diperlukan untuk meneliti

masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

21 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), 94.

22 Soeratno, Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UUP AMP YKPM,

(30)

19

direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.23 Dalam

hal ini penulis menyusun sekaligus mensistematiskan data-data yang

diperoleh dari salah satu agen aktif HPAI di Krian dalam rangka

untuk memaparkan apa yang telah dirancang sebelumnya, sehingga

siap dianalisis lebih lanjut.

c. Analyzing, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta

yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah.24 Dalam hal ini adalah data yang diperoleh dari

salah satu agen aktif HPAI di Krian, Al-Qur’an, Hadist, dan fiqh

yang berkaitan dengan ju’a@lah.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu proses penelaahan data

secara mendalam. Menurut Lexy J. Moleong proses analisis dapat

dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber,

yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan

lapangan, dokumentasi pibadi, dokumentasi resmi, gambar, dan foto.25

Setelah data yang terkumpul lengkap, maka penulis menganalisis data

ini dengan menggunakan metode sebagai berikut :

23 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 136.

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2008),

Cet Ke 7, 246.

(31)

20

a. Deskriptif Analisis, yaitu suatu analisis penelitian yang

dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang

bersifat faktual secara sistematis dan akurat.26 Penggunaan metode

ini memfokuskan penulis untuk menganalisis seluruh data tentang

perolehan double bonus pada operasional halal network yang ada di

salah satu agen HPAI di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo

sehingga bisa ditarik kesimpulan.

b. Pola pikir yang digunakan adalah pola deduktif. Pola pikir deduktif

ialah pola pikir yang berpijak pada teori-teori yang berkaitan dengan

permasalahan, kemudian dikemukakan berdasarkan fakta-fakta yang

bersifat khusus.27Dengan menggunakan pola pikir deduktif dalam

penelitian tersebut, sehingga peneliti menganalisis data yang

diambil dari ketentuan hukum Islam yang bersifat umum yaitu fiqh

yang berkaitan dengan ju’a@lah kemudian ditarik kesimpulan untuk

mendapatkan data yang bersifat khusus tentang tentang praktik

double bonus terhadap operasional halal network yang ada pada

salah satu agen HPAI di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

(32)

21

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran sederhana dan

menyeluruh terhadap penelitian ini, maka penulis membuat sistematika

yang bertujuan untuk mempermudah pembahasan. Sistematika pembahasan

penulisan penelitian ini tersusun atas lima bab yang masing-masing bab

berisi pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode

penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi tentang landasan teori yang membahas tentang

Ju’a@lah dan meliputi beberapa pembahasan yaitu pengertian, dasar hukum,

rukun dan syarat, pembatalan ju’a@lah, Fatwa DSN-MUI No:

62/DSN-MUI/XII/2007 tentang akad ju’a>lah, dan asas-asas akad.

Bab ketiga membahas tentang gambaran umum perusahaan HPAI,

Visi dan Misi perusahaan, praktek pendaftaran keagenan, dan perolehan

bonus yang bisa didapatkan oleh agen HPAI.

Bab keempat membahas tentang penjelasan Analisis Hukum Islam

Terhadap Double Bonus pada Operasional Halal Network Herba Penawar

(33)

22

Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang memuat

jawaban dari rumusan masalah dan juga saran dari peneliti terkait dengan

(34)

BAB II

KAJIAN TEORI JU’A>LAH DALAM FIQH MUAMALAH

DAN ASAS-ASAS AKAD

A. Pengertian Ju’a>lah

Secara etimologis, al-ju’lu berarti upah. Adapun secara terminologis

akad ju’a>lah atau ju’liyah dapat diartikan sebagai sesuatu yang disiapkan

untuk diberikan kepada seseorang yang berhasil melakukan perbuatan

tertentu, atau juga diartikan sebagai sesuatu yang diberikan kepada

seseorang karena telah melakukan pekerjaan tertentu. Dan menurut para ahli

hukum, akad ju’a>lah dapat dinamakan janji memberikan bonus, komisi, atau

upah tertentu.1

Menurut Abd. Rahman al-Jaziri, yang dimaksud ju’a>lah (pemberian

upah) adalah pemberian seseorang atau menyebutkan hadiah dalam jumlah

tertentu kepada orang yang mengerjakan perbuatan khusus, diketahui atau

tidak diketahui.2

Sedangkan di dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No:

62/DSN-MUI/XII/2007 menjelaskan bahwa ju’a>lah adalah janji atau komitmen

(iltizam) untuk memberikan imbalan (reward/’iwadh/ ju’l) tertentu atas

pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.3

1 Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, juz 5, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2007), 432. 2 Abd. Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqhu ‘ala@ al-Madha@hib al-Arba’ah, vol.3, (Beirut: Da@r al-Fikr,

t.tp), 326.

(35)

24

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat dipahami

bahwa ju’a>lah merupakan suatu imbalan (reward) yang diberikan kepada

seseorang atas pencapaian hasil telah melakukan pekerjaan tertentu.

B. Dasar Hukum Ju’a>lah

Jumhur Ulama sepakat bahwa hukum ju’a>lah adalah mubah. Hal ini

didasari karena ju’a>lah diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut

beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan ju’a>lah :

1. Al-Qur’an

Artinya: Penyeru-penyeru itu berkata : ‚Kami kehilangan alat takar, dan

siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan

(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya‛. (QS. Yu>suf [12]

: 72)4

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia

(36)

Nu’man telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Abu Bisyir dari Abu Al Mutawakkil dari Abu Sa’id radliallahu ‘anhu berkata; ada

rombongan beberapa orang dari sahabat Nabi SAW yang bepergian dalam suatu perjalanan hingga ketika mereka sampai di salah satu perkampungan Arab penduduk setempat mereka meminta agar bersedia menerima mereka sebagai tamu penduduk tersebut namun penduduk menolak. Kemudian kepala suku kampung tersebut terkena sengatan binatang lalu diusahakan segala sesuatu untuk menyembuhkannya

namun belum berhasil. Lalu dintara mereka ada yang berkata : ‚Wahai

rombongan, sesungguhnya kepala suku kami telah digigit binatang dan kami telah mengusahakan pengobatannya namun belum berhasil, apakah

ada diantara kalian yang dapat menyembuhkannya?‛ Maka berkata,

seorang dari rombongan: ‚Ya, demi Allah aku akan mengobati namun

demi Allah kemarin kami meminta untuk menjadi tamu kalian namun kalian tidak berkenan maka aku tidak akan menjadi orang yang mengobati kecuali bila kalian memberi upah. Akhirnya mereka sepakat dengan imbalan puluhan ekor kambing. Maka dia berangkat dan

membaca Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin (QS. Al-Fatihah) seakan

penyakit lepas dari ikatan tali padahal dia pergi tidak membawa obat

apapun. Dia berkata : ‚Maka mereka membayar upah yang telah mereka

(37)

26

kambing itu!‛ Maka orang yang mengobati berkata : ‚Jangan kalian

bagikan hingga kita temui Nabi SAW lalu kita ceritakan kejadian tersebut kepada Beliau dan kita tunggu apa yang akan beliau

perintahkan kepada kita‛. Akhirnya rombongan menghadap Rasulullah

SAW lalu mereka menceritakan peristiwa tersebut. Beliau berkata :

‚Kamu tahu darimana kalau Al-Fatihah itu bisa sebagai ruqyah (obat)?‛

Kemudian Beliau melanjutkan : ‚Kalian telah melakukan perbuatan

yang benar, maka bagilah upah kambing-kambing tersebut dan

masukkanlah aku sebagai orang yang menerima upah tersebut‛. 5

C. Rukun dan Syarat Ju’a>lah

Di antara rukun dan syarat ju’a>lah (pemberian upah) adalah sebagai

berikut:6

1. Rukun ju’a>lah

a. Ja>’il (orang yang memberi upah)

b. ‘A>mil (orang yang melaksanakan akad)

c. Pekerjaan yang dilakukan

d. Upah atau hadiah (reward/ ’iwadh/ ju’l)

e. Sighah

2. Syarat ju’a>lah

a. Orang yang menjanjikan memberikan upah (Ja>’il)

Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, seorang ja>’il (orang

yang menjanjikan upah) itu harus baligh, cakap hukum, berakal, dan

bijaksana. Maka tidak sah akad seorang ja>’il yang masih kecil, gila,

dan yang dilarang membelanjakan hartanya karena bodoh atau idiot.

5Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Riyadh: Baitul Afkar, 1998),

877.

(38)

27

Dan dalam pelaksanaannya, orang yang menjanjikan upah tersebut

boleh orang yang memberikan pekerjaan itu sendiri atau orang lain.7

b. Orang yang melaksanakan akad (‘A>mil)

Adapun ‘a>mil jika sudah ditentukan pihak yang akan

melakukannya, maka disyaratkan baginya kemampuan untuk

melakukan pekerjaan, sehingga tidak sah ‘a>mil yang tidak mampu

melakukan pekerjaan, seperti anak kecil yang tidak mampu bekerja

karena tidak ada manfaatnya.

c. Pekerjaan yang akan dilaksanakan

Pekerjaan tersebut telah selesai dilakukan dan tidak bertentangan

dengan syariat Islam.

d. Upah

Upah dalam akad ju’a>lah harus jelas dan haruslah harta yang

diketahui. Jumlah yang akan diterimakan kepada orang yang

melakukan pekerjaan tersebut sesuai dengan transaksi yang telah

ditentukan.8 Jika upah itu tidak diketahui, maka akadnya menjadi batal

disebabkan imbalan yang belum jelas.

e. Sighah

Sighah ini berisi izin untuk melaksanakan dengan permintaan

yang jelas, menyebutkan imbalan yang jelas dan adanya komitmen

untuk memenuhinya.

7 Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, juz 5, 435.

8 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),

(39)

28

Apabila seorang pelaksana akad (‘a>mil) memulai pekerjaan

ju’a>lah tanpa izin dari pemberi upah (ja>’il), atau ia memberi izin

kepada seseorang tapi yang mengerjakannya orang lain, maka orang itu

(‘a>mil) tidak berhak mendapatkan apa-apa. Hal itu karena pada kondisi

pertama orang itu bekerja dengan sukarela; dan pada kondisi kedua

orang itu tidak melakukan apa-apa. Tidak disyaratkan bagi ja>’il harus

seorang pemilik barang dalam ju’a>lah, sehingga dibolehkan bagi selain

pemilik barang untuk memberikan upah dan orang yang dapat

memenuhi dari akad ju’a>lah tersebut berhak menerima upah tersebut.9

D. Pengupahan dalam Ju’a>lah

Dalam melaksanakan pekerjaan dan besarnya pengupahan, seseorang

itu ditentukan melalui standard kompetensi yang dimilikinya, yaitu sebagai

berikut :10

1. Kompetensi teknis, yaitu pekerjaan yang bersifat keterampilan teknis.

Contoh: pekerjaan yang berkaitan dengan mekanik perbengkelan,

pekerjaan di proyek-proyek yang bersifat fisik, dan pekerjaan di bidang

industri mekanik lainnya.

2. Kompetensi sosial, yaitu pekerjaan yang bersifat hubungan

kemanusiaan. Contoh: pemasaran, hubungan kemasyarakatan, dan

sebagainya.

9 Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh…, 432.

10 Abu Azam Al Hadi, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014),

(40)

29

3. Kompetensi manajerial, yaitu pekerjaan yang bersifat pendataan dan

pengaturan usaha. Contoh: manajer, sumber daya manusia, manajer

produksi, manajer keuangan, dan sebagainya.

4. Kompetensi intelektual, yaitu tenaga di bidang perencanaan. Contoh:

konsultan, guru, dosen, dan sebagainya.

Penjelasan tentang jenis pekerjaan adalah penting dan diperlukan

ketika merekrut tenaga kerja, sehingga tidak terjadi kesalahan dan

pertentangan atau konflik industrial. Tentang batasan waktu sangat

tergantung pada pekerjaan dan kesepakatan dalam perjanjian.

Mengenai kriteria rekrutmen tenaga kerja dijelaskan dalam Al-Qur’an

sebagai berikut:

Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‚Ya bapakku ambillah

ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhanya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat

lagi dapat dipercaya‛. (QS. Al-Qasas [28] : 26)11

E. Pembatalan Ju’a>lah

Ulama yang membolehkan akad ju’a>lah bersepakat bahwa akad ini

adalah akad yang tidak mengikat, berbeda dengan akad ija>rah. Oleh karena

itu, dibolehkan bagi ja>’il dan ‘a>mil membatalkan akad ju’a>lah ini. Akan

tetapi, para ulama tersebut berbeda pendapat tentang waktu dibolehkannya

pembatalan itu. Ulama Malikiyah berpendapat bahwa boleh membatalkan

akad ju’a>lah sebelum pekerjaannya dimulai. Menurut mereka, akad ini

(41)

30

mengikat atas ja>’il, bukan ‘a>mil, dengan dimulainya pekerjaan itu. Adapun

bagi ‘a>mil yang akan diberikan upah, akad ini tidak mengikatnya dengan

sesuatu apapun, baik sebelum bekerja atau sesudahnya, maupun setelah

dimulai pekerjaan.

Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa boleh

membatalkan akad ju’a>lah kapan saja sesuai dengan keinginan ja>’il dan

‘a>mil. Jika yang membatalkan akad adalah ja>’il atau ‘a>mil sebelum

dimulainya pekerjaan yang diminta, atau yang membatalkannya adalah ‘a>mil

sesudah pekerjaannya dimulai, maka ‘a>mil tidak berhak mendapatkan

apapun dalam dua keadaan tersebut. Hal itu karena pada keadaan pertama

dia belum mengerjakan apapun, dan pada keadaan yang kedua belum

tercapai maksud ja>’il dalam akad itu. Menurut ulama Syafi’iyah adapun jika

ja>’il membatalkannya setelah pekerjaan itu dimulai, maka dia wajib

memberikan upah pada ‘a>mil sesuai dengan pekerjaannya.12

F. Perbedaan Antara Akad Ju’a>lah dan Akad Ija>rah Atas Pekerjaan

Akad Ju’a>lah berbeda dengan akad Ija>rah, perbedaan ini dapat dilihat dari

empat hal, yaitu:

1. Ja>’il tidak mendapatkan manfaat akad Ju’a>lah kecuali jika pekerjaannya

telah diselesaikan semuanya, seperti mengembalikan binatang yang

hilang dan menyembuhkan orang sakit. Sedangkan dalam akad Ija>rah,

12 Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, juz 5 (Damaskus: Dar al-Fikr, 2007), 437-

(42)

31

penyewa dapat mengambil manfaatnya sesuai dengan pekerjaan yang

telah diselesaikan oleh buruh atau orang upahan. Dengan kata lain,

manfaat dalam Ju’a>lah tidak bisa didapatkan kecuali jika pekerjaannya

telah selesai dilakukan, sedangkan manfaat dalam Ija>rah bisa didapatkan

oleh penyewa dengan sebagian pekerjaan yang telah dilakukan. Oleh

karena itu ‘A>mil dalam akad Ju’a>lah tidak berhak mendapatkan upah

kecuali setelah pekerjaannya telah selesai dilakukan. Sedangkan buruh

dalam akad Ija>rah yang telah melakukan sebagian pekerjaannya, maka

dia berhak mendapatkan upah sebesar pekerjaan yang telah

dikerjakannya.

2. Akad Ju’a>lah dibolehkan meskipun terdapat pekerjaan dan waktu yang

belum jelas. Berbeda halnya dengan Ija>rah, pekerjaan dan waktu dalam

akad Ija>rah harus sudah diketahui. Apabila waktu dalam Ija>rah sudah

ditentukan, maka buruh wajib mengerjakan dalam waktu yang

ditentukan tersebut dan tidak boleh melebihinya. Sedangkan dalam akad

Ju’a>lah, pekerjaan tersebut bisa diselesaikan tanpa terikat dengan waktu.

3. Dalam akad Ju’a>lah tidak boleh mensyaratkan mendahulukan upah,

berbeda halnya dengan akad Ija>rah yang memperbolehkan memberikan

upah meskipun pekerjaan belum selesai dilakukan.13

(43)

32

G. Asas-asas Akad Ju’a>lah

1. Asas Kebebasan Berakad (Mabda’ Hurriyah at-Ta’aqud)

Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu suatu prinsip

hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis

apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam

syariat, dan memasukkan klausula apa saja ke dalam akad yang

dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat

makan harta sesama dengan jalan yang bathil.14

Adanya asas kebebasan berakad dalam hukum Islam didasarkan

pada firman Allah surah al-Ma>idah sebagai berikut:



(perjanjian-perjanjian)‛ [QS. Al-Ma>idah (5) : 1].15

2. Asas Kesepakatan (Mabda’ ar-Radha’iyyah)

Asas kesepakatan atau konsensualisme adalah terciptanya suatu

perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para pihak.16

Dengan demikian, apabila tercapai kesepakatan maka lahirlah akad,

walaupun akad tersebut belum dilaksanakan pada saat itu.

Dalam hukum Islam asas kesepakatan ini dirumuskan sebagai

berikut:

14 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),

15.

(44)

33

Kaidah Hukum Islam : ‚ Pada asasnya akad itu adalah kesepakatan para

pihak dan akibat hukumnya adalah apa yang mereka tetapkan atas diri

mereka melalui janji‛.

3. Asas Kemashlahatan (Tidak Memberatkan)

Asas kemashlahatan dimaksudkan bahwa akad yang dibuat oleh

para pihak bertujuan untuk mewujudkan kemashlahatan bagi mereka dan

tidak boleh menimbulkan kerugian (mudharat) atau keadaan

memberatkan (masyaqqah).

Apabila dalam pelaksanaan akad terjadi suatu perubahan keadaan

yang tidak diketahui sebelumnya serta membawa kerugian yang fatal

bagi pihak bersangkutan sehingga memberatkannya, maka kewajibannya

dapat diubah dan disesuaikan kepada batas yang masuk akal.

4. Asas Amanah

Asas amanah dimaksudkan bahwa masing-masing pihak haruslah

beritikad baik dalam transaksi dengan pihak lainnya, dan tidak

dibenarkan salah satu pihak mengeksploitasi ketidaktahuan mitranya.

Dalam kehidupan masa kini banyak objek transaksi yang dihasilkan oleh

satu pihak melalui suatu keahlian dan profesionalisme yang tinggi

sehingga ketika ditransaksikan, pihak lain yang menjadi mitra transaksi

tidak benar-benar mengetahui informasi yang sebenarnya. Oleh karena

itu, dalam hukum perjanjian Islam dituntut adanya sikap amanah untuk

memberikan informasi yang sejujurnya kepada sesama mitra.17

(45)

34

H. Fatwa DSN-MUI No: 62/DSN-MUI/XII/2007

Salah satu bentuk pelayanan jasa, baik dalam sektor keuangan, bisnis

maupun sektor lainnya, yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah

pelayanan jasa yang pembayaran imbalannya (reward/’iwadh/ju’l)

bergantung pada pencapaian hasil (natijah) yang telah ditentukan. Agar

pelaksanaan pelayanan jasa tersebut sesuai dengan prinsip syariah, Dewan

Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan

fatwa tentang akad ju’a>lah sebagai dasar transaksi untuk dijadikan pedoman.

Penetapan Fatwa DSN-MUI No: 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang akad

ju’a>lah tersebut didasarkan pada beberapa ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist

sebagai berikut:

Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 279

orang lain.‛ (QS. Al-Baqarah [2]: 279).18

Qur’an Surat An-Nisa ayat 29



‚Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil)

harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku sukarela di antaramu…‛ (QS. An-Nisa [4]: 29)19

(46)

35

Hadist Nabi

)ةريره يبأ نع سم هاور( انم سي ف انَشغ نم

‚Barang siapa menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.‛

(Hadist Nabi Riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah)20

Dalam Fatwa No : 75/DSN-MUI/VII/2009 tentang Pedoman PLBS

(Penjualan Langsung Berjenjang Syariah) telah dijelaskan beberapa

ketentuan yaitu:

1. Ketentuan Umum21

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan :

a. Ju’a>lah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan

imbalan (reward/’iwadh/ju’l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah)

yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

b. Ja>’il adalah pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu atas

pencapaian hasil pekerjaan (natijah) yang ditentukan.

c. Maj’ul lah adalah pihak yang melaksanakan ju’a>lah.

2. Ketentuan Akad

Pelaksanaan akad ju’a>lah wajib memenuhi ketentuan-ketentuan

sebagai berikut:

a. Pihak Ja>’il harus memiliki kecakapan hukum dan kewenangan

(muthlaq al-tasharruf) untuk melakukan akad;

20 Al-Imam Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Riyadh:

Baitul Afkar, 1998), 55.

(47)

36

b. Objek Ju’a>lah (mahal al-‘aqd/maj’ul ‘alaih) harus berupa pekerjaan

yang tidak dilarang oleh syariah, serta tidak menimbulkan akibat yang

dilarang;

c. Hasil pekerjaan (natijah) sebagaimana dimaksud harus jelas dan

diketahui oleh para pihak pada saat penawaran;

d. Imbalan Ju’a>lah (reward/’iwadh/ju’l) harus ditentukan besarannya oleh

Ja>’il dan diketahui oleh para pihak pada saat penawaran; dan

e. Tidak boleh ada syarat imbalan diberikan di muka (sebelum

pelaksanaan objek Ju’a>lah);

3. Ketentuan Hukum22

a. Imbalan Ju’a>lah hanya berhak diterima oleh pihak maj’ullah apabila

hasil dari pekerjaan tersebut terpenuhi;

b. Pihak Ja>’il harus memenuhi imbalan yang diperjanjikannya jika pihak

maj’ullah menyelesaikan (memenuhi) prestasi (hasil pekerjaan/natijah)

yang ditawarkan.

(48)

BAB III

PRAKTIK DOUBLE BONUS PADA OPERASIONAL HALAL NETWORK HERBA PENAWAR ALWAHIDA INDONESIA (HPAI) DI KECAMATAN

KRIAN KABUPATEN SIDOARJO

A. Gambaran Umum tentang Herba Penawar Alwahida Indonesia (HPAI)

1. Profil Perusahaan

PT Herba Penawar Alwahida Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai

HPAI, merupakan salah satu perusahaan Bisnis Halal Network di Indonesia

yang fokus pada produk-produk herbal. HPAI, sesuai dengan akta pendirian

Perusahaan, secara resmi didirikan pada tanggal 19 Maret 2012.1 Konsep

halal network yang diterapkan dalam perusahaan HPAI ini yaitu segala

produk yang dijual dan transaksinya telah berdasarkan pinsip-prinsip syariah

dan telah dibuktikan dengan dimilikinya kelengkapan perizinan sertifikat

DSN-MUI No. 002.36.01/DSN-MUI/IV/2015.2

HPAI dibangun dari perjuangan panjang yang bertujuan menjayakan

produk-produk halal dan berkualitas berazaskan Thibbunnabawi3, serta

dalam rangka membumikan, memajukan, dan mengaktualisasikan ekonomi

Islam di Indonesia melalui enterpreneurship. Pendirian HPAI diprakarsai

1 Wihdah Ummah (Executive Director), Wawancara, Surabaya, 1 Mei 2017.

2 PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia, Buku Panduan Sukses HNI-HPAI, (Jakarta: 2015), 35. 3Thibunnabawi adalah segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih

(49)

38

oleh 18 orang muslim yang merupakan para pakar bisnis sekaligus pakar

herbal yaitu:4

a. H. Agung Yulianto, SE.Ak, M.Kom

b. H. Rofik Hananto, SE

c. Supriyono

d. Muhammad Iwan

e. Ust. H. Muslim M. Yatim, Lc

f. Erwin Chandra Kelana, ST

g. Zulchaidir B. Firly Ramly, S.Si

h. Helmi Herdianto

i. Wisnu Wijaya Adi Putra, ST

j. Sudarmadi

k. Amin Sugiharto, SE

l. Ir. Rudi Yanto

m. Anton Slamet, ST

n. Barjana, S.Ag

o. Bagus Hernowo

p. Adi Suprapto, SE

q. Syafruddin, S.Pd

r. Ari Maryadi

(50)

39

2. Pimpinan

a. Dewan Syariah

 DR. H. Mawardi Muhammad Saleh, MA

 Prof. Drs. H. M. Nahar Nahrawi, SH, MM (BPH DSN-MUI)

 Dr. H. Endy M. Astiwara, MA, AAAIJ, FIIS (BPH DSN-MUI)

b. Dewan Komisaris

 H. Muslim M. Yatim, Lc (Komisaris Utama)

 Erwin Chandra Kelana, ST (Komisaris)

c. Dewan Direksi

 H. Agung Yulianto, SE, Ak. M.Kom (Direktur Utama)

 H. Rofik Hananto, SE (Direktur)

 Supriyono, ST (Direktur)

3. Motto

Referensi utama produk halal dunia.

4. Visi

Menjadi referensi utama produk halal berkualitas.

5. Misi

 Menjadi perusahaan jaringan pemasaran papan atas kebanggaan Ummat.

 Menjadi wadah perjuangan penyediaan Produk Halal bagi ummat Islam.

 Menghasilkan pengusaha-pengusaha muslim yang dapat dibanggakan,

(51)

40

6. 5 PILAR (P.A.S.T.I)5

Lima pilar perusahaan, yaitu Produk, Agenstok, Support System,

Teknologi, dan Integritas Manajemen (PASTI), telah berhasil terkonstruksi

dengan kokoh. Lima Pilar ini, insya Allah, siap menopang berdirinya

bangunan megah, tinggi dan kokoh, yaitu HPAI.

a. Produk

HPAI fokus pada kualitas produk, yang berlandaskan alamiah,

ilmiah dan ilahiah. Produk HPAI yang dijual adalah produk kualitas

terbaik. Standar kualitas produk HPAI dibuktikan dengan produk-produk

yang memiliki kelengkapan perizinan dan sertifikat halal MUI.

HPAI sebagai perusahaan Bisnis Halal Network fokus pada bisnis

produk-produk herbal yang terdiri dari produk-produk obat, suplemen,

minuman kesehatan, dan kosmetik. Masing-masing jenis produk tersebut

memiliki khasiat, dan manfaat yang tidak perlu diragukan lagi karena

telah dibuktikan langsung oleh Agen HPAI.

Dalam hal produk, HPAI tidak hanya bermaksud profit oriented,

namun juga memiliki tujuan-tujuan mulia yaitu;

1) Halal Berkualitas

(52)

41

Dalam hal penyediaan produk-produk herbal, HPAI tidak

menjual produk melainkan produk tersebut adalah terjamin halal, dan

memiliki kualitas terbaik.

2) Kesehatan

HPAI ikut serta meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia

dengan produk-produk obat herbal, dan suplemen yang berkualitas,

serta aman dikonsumsi. Produk herbal HPAI dapat berfungsi dua,

yaitu sebagai obat, dan suplemen. Produk herbal dapat menjadi

perantara kesembuhan pasien dengan dosis yang tepat, dan produk

herbal dapat membantu menjaga dan meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat dengan cara konsumsi teratur sesuai dosis.

3) Tepat Guna SDA

HPAI ikut serta dalam memanfaatkan sumber daya alam flora

dan fauna Indonesia yang sangat kaya dengan cara yang tepat, dan

adil. Pengelolaan sumber-sumber daya alam tersebut tentu

pemanfaatannya kembali lagi kepada masyarakat Indonesia.

4) Ekonomi Nasional

HPAI dalam hal produk, ikut serta menyumbang pembangunan

ekonomi nasional dengan menggandeng para pengusaha kecil

menengah untuk menjadi partner dalam hal produksi herbal

(53)

42

sistem produksi, sehingga kualitas setiap produk HPAI dapat

terpantau langsung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu agen stokis yang ada

di Krian menjelaskan bahwa:6

‚HPAI dalam pemasarannya menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari, jadi setiap tahun pasti keluar produk-produk baru. Berharap dengan semakin banyaknya jenis produk yang dikembangkan HPAI bisa memenuhi segala kebutuhan masyarakat dan yang paling penting bisa berhijrah dari produk non muslim, produk yang tidak halal ke produk muslim, halal dan berkualitas.‛

Eva Nadzifah salah satu Agen Stokis di Krian yang menjual

produk-produk HPAI menjelaskan ada 3 jenis produk-produk yang dijual oleh beliau,

diantaranya:

1) Produk obat-obatan herbal yang terdiri dari Andrographis Centella,

Bilberry, Carnocap, Deep Squa, Diabextrac, Gamat Kapsul,

Ginextrac, Habbatussauda HPAI, Harumi, Langsingin, Laurik,

Magafit, Kapsul Mengkudu, Minyak Herba Sinergi, Mustika Dara,

N-Green, Pegagan HS, Procumin Rich Vit E, Procumin Propolis, Siena

(Jati Cina), Spirulina, Truson.

2) Produk makanan dan minuman kesehatan yang terdiri dari Etta Goat

Milk, Extra Food, Health Coffe HPAI, Janna Tea Cool, Janna Tea Hot,

Kopi 7 Elemen, Madu Asli Multiflora, Madu Asli Premium, Madu

Sapu Jagat, Minyak Zaitun, Sari Kurma Healthy Dates, Stimfibre.

(54)

43

3) Produk kosmetik dan perawatan diri yang terdiri dari Beauty Care

Set, Beauty Day Cream, Beauty Night Cream, Body Wash, Fcial

Wash, Deep Beauty, Hibis, Pasta Gigi Herbal HPAI, Sabun Kolagen,

Sabun Madu Transparan, dan Sabun Propolis Transparan.

b. Agenstok

Agenstok HPAI merupakan jalur distribusi ritel dari produk-produk

HPAI. Rangkaian jalur distribusi tersebut secara berurutan dari yang

terbesar, yaitu: Business Center (BC), Pusat Agency (PA), Pusat Stokis

Daerah (PSD), dan Stokis yang tersebar hampir di seluruh propinsi di

wilayah Indonesia bahkan dapat dikembangkan ke luar negeri.

c. Support System

Manajemen HPAI bersama CELLS (Cooperation of Executive

Loyal Leaders = Perhimpunan Kesatuan & Kerjasama Para Leader Setia

& Agen HPAI) telah menciptakan Support System HPAI yang baku,

mudah dan praktis untuk mendukung dan memudahkan para agen HPAI

dalam mengembangkan bisnis Halal Network HPAI. HPAI bersama

dengan CELLS berinvestasi membangun sistem dalam rangka suksesi

Marketing Plan, kami menyebutnya sebagai Support System. HPAI

Support System adalah metode, konsep, dan cara kerja agen HPAI untuk

mencapai kesuksesan bisnis di HPAI dalam satu sistem kerja yang

(55)

44

d. Teknologi

HPAI fokus pada teknologi yang mampu mendorong serta

meningkatkan kinerja perusahaan dalam hal pelayanan, kemudahan akses

informasi, dan transaksi yang real time sehingga membantu jalan agen,

dan stakeholder mencapai kesuksesan dalam berbisnis bersama HPAI.

HPAI membangun beberapa instrumen teknologi yang disebut sebagai

HSIS, AVO, dan SMS Center.

1) HSIS (HPAI Sales Integrated System)

HSIS mengintegrasikan transaksi online dengan berbagai fitur

dan informasi yang dapat diakses secara real time mengenai

pertumbuhan omset, ketersediaan saldo produk, dan perkembangan

jumlah agen per hari.

2) AVO (Agent Virtual Office)

AVO adalah personal page member yang dapat digunakan oleh

seluruh agen HPAI untuk dapat mengetahui perkembangan jaringan,

dan personal statement.

3) SMS Center

SMS Center berfungsi sebagai layanan informasi terpusat yang dapat

dijangkau oleh seluruh agen HPAI hingga ke tingkat daerah. SMS

(56)

45

agen HPAI dalam hal pembaruan informasi mengenai program dan

promo perusahaan.

e. Integritas Manajemen

HPAI terus meningkatkan profesionalismenya. Terus

menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap produk yang

dipasarkannya. Selalu berusaha memberi pelayanan yang terbaik.

Profesionalisme staff dan karyawan yang tinggi, terbentuk dari nilai-nilai

moral dan etika dalam perusahaan yang baik. Kesatuan dan kekompakan

disetiap lini perusahaan ini saling menguatkan, sehingga kewibawaan

sebuah perusahaan dan potensi yang luar biasa terpancarkan. Hal ini

sudah sukses diwujudkan, dan kesuksesan HPAI memunculkan empat

nilai integritas yang dimilikinya, yaitu: kejujuran, ketulusan, keadilan

dan kepercayaan.

1) Kejujuran

Dimensi nilai kejujuran, HPAI menunjukkan sebuah perusahaan

yang dalam mengembangkan strategi pemasaran selalu berkata apa

adanya dan tidak melakukan kebohongan, serta bersifat terbuka.

2) Ketulusan

HPAI menunjukkan tidak adanya keterpaksaan dalam

menerapkan suatu tindakan dalam strategi Bisnis Halal Network

(57)

46

3) Keadilan

HPAI memperlakukan konsumen sesuai dengan haknya. HPAI

menerapkan nilai integritas akan memperlakukan konsumen atau

pemangku kepentingan lain tidak semena-semena dan memberikan

apa yang sudah menjadi haknya tanpa berkeinginan untuk melakukan

pengurangan.

4) Kepercayaan

Nilai integritas HPAI lainnya adalah nilai kepercayaan.

Integritas menciptakan suatu kepercayaan bagi orang lain.

Kepercayaan berarti memberikan sesuatu kepada orang lain untuk

dikerjakan sesuai dengan ekspektasi yang dimiliki.

7. Istilah-istilah Kepangkatan7

a. Agen Biasa (AB)

Memiliki akumulasi ≤ 3.000 Poin Group dan mendapatkan bonus pribadi

sebesar 10-17%.

b. Manager (M)

Memiliki akumulasi ≥ 3.000 Poin Group dan mendapatkan bonus pribadi

sebesar 20%.

c. Senior Manager (SM)

(58)

47

Diraih dengan memiliki 3 Manager dan mendapatkan bonus pribadi

sebesar 23%.

d. Executive Manager (EM)

Diraih dengan memiliki 6 Manager dan mendapatkan bonus pribadi

sebesar 26%.

e. Director (D)

Diraih dengan memiliki 2 Senior Manager dan 4 Manager dan

mendapatkan bonus pribadi sebesar 29%.

f. Senior Director (SD)

Diraih dengan memiliki 4 Senior Manager dan 2 Manager dan

mendapatkan bonus pribadi sebesar 32%.

g. Executive Director (ED)

Diraih dengan memiliki 6 Senior Manager dan mendapatkan bonus

sebesar 35%.

h. Gold Executive Director (GED)

Diraih dengan memiliki 6 Senior Manager dan mendapatkan bonus

pribadi sebesar 35%.

i. Diamond Executive Director (DED)

Diraih dengan memiliki 6 Senior Manager dan mendapatkan bonus

pribadi sebesar 35%.

(59)

48

Diraih dengan memiliki 6 Senior Manager dan mendapatkan bonus

pribadi sebesar 35%.

B. Praktik Pendaftaran Keagenan dan Perolehan Bonus Herba {Penawar Alwahida

Indonesia (HPAI) di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo

1. Praktik Pendaftaran Keagenan

Dalam peraturan keagenan pada Pasal 4 menjelaskan beberapa hal

terkait menjadi agen HPAI yaitu ;8

a. Pemohon yang dapat menjadi Agen adalah perseorangan atau Badan

Usaha atau lembaga. Untuk pemohon yang berbentuk Badan Usaha atau

lembaga diatur sebagai berikut :

1) Badan usaha atau lembaga harus diwakili oleh salah seorang pimpinan

yang sedang menjabat di badan usaha atau lembaga tersebut;

2) Berlaku atas wakil badan usaha atau lembaga tersebut peraturan

keagenan HPAI.

b. Untuk menjadi Agen harus disponsori oleh seseorang atau badan usaha

atau lembaga yang telah dan masih menjadi Agen.

c. Pemohon wajib mengisi dan melengkapi Formulir Pendaftaran Agen resmi

yang disediakan oleh HPAI. Formulir wajib diisi dengan lengkap dan

benar.

(60)

49

d. Seorang calon agen yang telah mengisi dan menandatangani Formulir

Pendaftaran Agen resmi, berarti Agen tersebut telah sepakat untuk

mematuhi ketentuan yang terdapat dalam peraturan keagenan ini berikut

perubahan-perubahan yang dilakukan dari waktu ke waktu. Dan pemohon

dianggap sah sebagai Agen setelah mendapatkan Nomor Agen HPAI.

Sedangkan dalam Peraturan Keagenan Pasal 5 tentang Pendaftaran

Keagenan dijelaskan bahwa ;

a. Pemohon (calon Agen) harus sudah berusia 17 (tujuh belas) tahun dan atau

sudah pernah menikah dan telah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP)

pada saat permohonan diajukan.

b. Pemohon akan dikenakan biaya pendaftaran sesuai ketentuan yang

berlaku.

c. Nama Agen harus sama dengan nama yang tercantum di rekening Bank

Agen yang bersangkutan.

d. Apabila Agen tidak menggunakan rekening Bank sendiri, maka Agen

tersebut wajib menyertakan surat pernyataan.

e. Apabila data rekening Bank, alamat atau Sponsor tidak lengkap, maka

Perusahaan berhak untuk menolak keanggotaan Agen tersebut.

f. Dilarang dengan alasan apapun mendaftarkan ulang Agen aktif.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada salah satu agen di

Gambar

Tabel
Gambar  Halaman
Gambar 3.1 : Bagan BPG
Gambar 3.2 dan Tabel 3.1 : Bagan Penjelasan Generasi dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, ada keterbatasan pada lingkup audit jika auditor tidak dapat dalam (1) memperoleh surat rep atau (2) mendukung representasi manajemen yang bersifat material bagi

Guru muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di masing-masing Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten OKU Timur merupakan guru mata pelajaran lain yang memiliki jam mengajar

Pemasyarakatan perlu melakukan evaluasi pada semua Bapas dan menghitung kembali berapa kebutuhan tenaga fungsionalnya, dengan mempertimbangkan sebaran pada tiap-tiap

lain, dan pelanggar sebelumnya telah menerima Surat Peringatan ke-1 (SP-1) untuk kasus yang sama. Pelanggaran Ringan adalah melakukan pelanggaran berupa mengurangi sebagian

informasi dan komunikasi yang efektif. Siswa akan mampu bagaimana menemukan, dan memilih informasi yang tepat, menggunakan informasi tersebut, mengolah dan menciptakan

Arsip Komando Pelaksana Transmigrasi Angkatan Darat Korem 043 Garuda Hitam, Salinan Notulen Hasil Rapat Antara Kepala Kampung Hurun, Trans-AD dan Pejabat Kabupaten

Pada gambar 3 dapat dilihat arsitektur sistem yang akan dibangun, terdapat tiga aplikasi antar muka untuk mengakses layanan web service antara lain adalah aplikasi

Anduring, Kalumbuk, Kuranji, Pasar Ambacang, Ampang, Gunung Sarik, Korong Gadang, Lubuk Lintah (Kecamatan Kuranji) Terlaksananya Kegiatan Pemeliharaan Rutin Kendaraan Dinas