Permasalahan dan Tantangan BPR/BPRS
Perkembangan Industri BPR
77,376 89,878 101,713 105,867 50,520 58,750 67,266 70,238 59,176 68,391 74,807 79,764 20,000.00 40,000.00 60,000.00 80,000.00 100,000.00 120,000.00Desember 2013 Desember 2014 Desember 2015 Juni 2016
Perkembangan Keuangan BPR ( milyar)
Total Aset
Dana Pihak Ketiga
Kredit yg Diberikan
Laju pertumbuhan periode 2011-2015 meningkat 16% dan sampai akhir Juni 2016 mencapai Rp105
triliun (1,6% dari total aset bank umum).
Dana pihak ketiga meningkat sampai Juni 2016 mencapai Rp70 triliun (70% dalam bentuk deposito).
BPRKU Modal Inti ∑BPR Total
a. MI < 1 M 161
b. MI 1 - <3 M 442
c. MI 3 - <6 M 466
d. MI 6 - <15 M 354
BPRKU 1 MI < 15 M 1.423
BPRKU 2 MI 15 - <50 M 174
BPRKU 3 MI >= 50 M 37
Jumlah 1.634
BPRKU Modal Inti ∑BPR
Total
a. MI < 1 M 22
b. MI 1 - <3 M 52
c. MI 3 - <6 M 41
d. MI 6 - <15 M 34
BPRKU 1 MI < 15 M 149
BPRKU 2 MI 15 - <50 M 9
BPRKU 3 MI >= 50 M 5
Jumlah 163
•
Sesuai dengan POJK No. 12/POJK.03/2016 tentang
kegiatan usaha dan wilayah jaringan kantor bank
perkreditan rakyat berdasarkan modal inti, BPR
yang
tidak
dapat
memenuhi
ketentuan
permodalan akan dikenakan sanksi pembatasan
• Dari jumlah BPR/S sebanyak 1.797 sebagian besar (1.184 BPR/68%) memiliki Modal Inti (MI) yang terbatas (di bawah Rp 6 M)
• BPR/S dengan MI di bawah Rp 6 M memiliki :
- kinerja cenderung buruk, tercermin dari : NPL/NPF tinggi, BOPO tinggi, ROA rendah (negative)
Kinerja BPR berdasarkan MI
Keterbatasan Modal
• Kurangnya kemampuan PSP dalam menambah
modal
• PSP kurang memiliki komitmen dalam
pengembangan BPR
• Ekspansi kredit tidak diimbangi dengan
penguatan modal
Akibatnya
• Ketidakmampuan merekrut SDM yang berkualitas dan mengembangkan SDM yang berintegritas
• Tidak mampu dalam pengadaan IT yang handal
• Tidak mampu mengelola secara professional/governance
• Tidak mampu mengembangkan produk dan layanan yang bersaing
Tidak
tercapainya
economic of
scale
Mismanagement
dan fraud
Kinerja BPR buruk
bahkan mengalami
kerugian
3 4 2 1BPRS
∑
BPR
DIR < 1
KOM < 1
DIR & KOM < 1
DIR < 2
KOM < 2
<15 M
149
38
16
8
108
99
15- <50 M
9
1
0
0
6
3
>=50 M
5
1
0
0
1
3
Total
163
40
16
8
115
105
posisi Juli 2016
Pemenuhan Jumlah Pengurus
Kekurangan jumlah pengurus mengakibatkan timbulnya fraud, mismanagement,
keterbatasan pengembangan BPR karena minimnya pengawasan dan ide-ide baru
untuk mengembangkan BPR oleh pengurus
BPRK
Kekurangan Jumlah Pengurus
Memenuhi
∑ BPR
1 Dir
1 Kom
2 Dir
2 Kom
Min 2
%
Min 3
BPR KU 1
1.423
288
210
1.009
70,91
BPR KU 2
174
13
18
142
81,61
BPR KU 3
37
1
2
22
22
35
94,59
10
Total *)
1.634
302
230
22
22
1.186
72,58
10
Permasalahan SDM BPR dengan modal terbatas :
Kekurangan pengurus
SDM banyak namun terkonsentrasi pada low management dengan kompetensi terbatas
Kompetensi dan pengalaman calon pegawai kurang Kecilnya gaji dan fasilitas yang ditawarkan BPR
Bekerja di BPR belum menjadi pilihan
BPR KU 1 belum memenuhi ketentuan jumlah Direksi sebanyak 20%, jumlah Komisaris 15%
KU 1 memiliki SDM dengan tingkat pendidikan mayoritas SMA
BPR
Presentase Tingkat Pendidikan SDM
Jumlah SDM
S3
S2
S1
D3
SLTA
< SLTA
BPRKU 1
0,1%
0,7%
38,9%
11,6%
44,8%
4,0%
39.994
BPRKU 2
0,1%
0,9%
45,3%
9,6%
40,1%
4,1%
1.539
BPRKU 3
0,0%
1,3%
47,8%
9,4%
38,9%
2,6%
7.915
Total
0,1%
0,8%
42,0%
10,7%
42,6%
3,8%
69.658
No. Perkembangan
Tahun
2014 2015 Agustus 2016
1 BPRK CIU 6 3 7
2 BPRS CIU 0 1 1
Tahun Jumlah BPRK
Jumlah BPRS
Fraud Self Liquidation MisManagement
BPRK BPRS BPRK BPRS BPRK BPRS
2011 14 0 14 0 0 0 0 0
2012 3 1 1 0 2 0 0 1
2013 10 1 8 0 1 0 1 1
2014 6 0 5 0 0 0 1 0
2015 3 1 2 0 0 0 1 1
2016 7 1 5 1 0 0 2 0
Total 43 4 35 1 3 0 5 3
Persentase 100% 100% 81% 25% 7% 0% 12% 75%
Penyebab BPR CIU
16 BPR (89%)
memiliki MI < Rp3M
Terjadi fraud (deposito fiktif, rekayasa kredit,
penggelapan angsuran kredit, rekayasa pemberian kredit, penggelapan hasil penjualan AYDA)
Lemahnya internal control (tidak memiliki SPI) Intervensi PSP
Fraud
merupakan
faktor dominan
yang menyebabkan
BPR dilikuidasi
Cabut izin usaha terhadap BPR yang bermasalah merupakan upaya untuk
menciptakan industri BPR yang sehat sehingga
dapat melayani
KELEMAHAN DALAM SISTEM IT
Beberapa kelemahan yang terdapat dalam system IT yang dapat mengakibatkan terjadinya fraud atau error :
1. Sistem tidak dapat memvalidasi data yang telah diinput.
2. Sistem yang dimiliki masih memungkinkan untuk diintervensi atau dimanipulasi. 3. Tidak ada otorisasi baik untuk kegiatan operasional harian maupun khusus.
4. Tidak ada limit jumlah transaksi yang dapat dilakukan Teller tanpa melalui otorisasi.
0% 0% 4%
19%
75% 2%
Tidak Mengisi
Manual
Manual & Spreadsheet
Komp. Parsial
Komp. Terintegrasi
Lainnya
•
Sistem
Pengelolaan
Transaksi dan Administrasi
yang
umum
diterapkan
pada
BPR
adalah
Komputerisasi, sekitar 94%
BPR menggunakan sistem
komputerisasi.
GAMBAR LACK
DAMPAK DARI KELEMAHAN BPR
1. Terbatasnya produk dan
layanan yang disediakan
2. Sulitnya mendapatkan
sumber dana murah
tingginya biaya dana
3. Tidak tercapainya
economic
of scale
menyebabkan
inefisiensi
4. Biaya overhead yang tinggi
disebabkan oleh biaya
Komponen Biaya Dana BPRK Nominal Share Beban bunga kontraktual
i. Tabungan 487.453 11,23%
ii. Deposito 2.652.178 61,12% iii. Simpanan dari bank lain 175.166 4,04%
iv. Pinjaman yang diterima 0,00%
a. Dari Bank Indonesia 88 0,00%
b. Dari Bank Lain 855.619 19,72% c. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank 31.135 0,72%
v. Pinjaman Subordinasi 4.442 0,10%
vi. Lainnya 90.217 2,08%
Komponen Biaya Dana BPR/BPRS
Nominal dalam Rp juta
Komponen Biaya Dana BPRS Jumlah Share
A. Pihak Ketiga Bukan Bank:
1.Tabungan Mudharabah 19.784 6,41%
2.Deposito Mudharabah 179.689 58,23%
3.Lainnya 5.514 1,79%
B. Bank-Bank Lain
1.Tabungan Mudharabah 2.368 0,77% 2.Deposito Mudharabah 23.065 7,47%
3.Lainnya 78.171 25,33% Jumlah Bagi Hasil 308.590 100,00%
Biaya dana terbesar bersumber dari dana mahal bunga deposito dan pinjaman dari bank lain
Struktur Sumber Dana BPRK Nominal Share
Tabungan 21.326.849 24,18%
Deposito 50.247.898 56,97%
Penempatan dariBank Lain 3.647.612 4,14%
Pinjaman Bank Lain 12.983.374 14,72%
Total Sumber Dana BPR 88.205.733 100,00%
Kurangnya produk dan layanan
keterbatasan sumber dana
Komponen Biaya Overhead BPR/BPRS
Komponen Biaya Nominal % Biaya Overhead 5.066.931
1. Biaya Tenaga Kerja 2.795.515 55,17 2. Biaya Pendidikan dan Pelatihan 116.837 2,31 3. Biaya Penelitian dan Pengembangan 1.636 0,03 4. Biaya Sewa 225.369 4,45 5. Biaya Pemasaran 173.009 3,41 6. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan 97.904 1,93 7. Biaya Kerugian Kredit 652.514 12,88 8. Biaya Penyusutan/Amortisasi Aset dan Inventaris 188.909 3,73 9. Biaya Overhead Lainnya : 0,00 a. Biaya Barang/Jasa dan Administrasi 650.296 12,83 b. Lainnya 164.943 3,26
BPR memiliki biaya tenaga kerja yang tinggi disebabkan oleh sistem jemput bola, tercermin dari rekening tabungan sebanyak 10.401.949 dengan saldo rata-rata sebesar Rp2 juta dan rekening kredit mikro sebanyak 1.474.538 dengan rata-rata baki debet sebesar Rp14 juta
JenisKredit BPR Nominal
Jml Rek %
UMKM 1.638.944 54,29 37.209.673
Mikro 1.464.508 48,51 20.462.993
Kecil 149.166 4,94 8.820.325
Menengah 25.270 0,84 7.926.355
Non-UMKM 1.380.167 45,71 42.037.307
TOTAL 3.019.111 100,00 79.246.980
Nama Rekening Jumlah Share A. Beban Bonus Titipan Wadiah: 14.046 3,21% B. Premi: 10.730 2,45% C. Tenaga Kerja 237.682 54,38% D. Pendidikan Dan Pelatihan 9.569 2,19% E. Penelitian Dan Pengembangan 808 0,18% F. Sewa 15.549 3,56% G. Promosi 11.197 2,56% H. Pajak-pajak (tidak termasuk pajak penghasilan) 1.837 0,42%
I.
Pemeliharaan Dan Perbaikan Aktiva Tetap Dan
Inventaris 7.605 1,74% J. Penyusutan/Penyisihan/Amortisasi 56.501 12,93% K. Biaya Barang Dan Jasa 40.026 9,16% L. Lainnya 31.546 7,22% Beban Operasional 437.095 100,00%
Penurunan suku
bunga kredit
menjadi single digit
Penyaluran KUR
dengan bunga 9%
Kewajiban
Penyaluran Kredit
UMKM oleh Bank
Umum
LAKU PANDAI
Masyarakat
Ekonomi Asean
Persaingan dengan
LK lain (Koperasi,
LKM)
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
1. Per 30 Desember 2015, suku bunga 9% dimana selisih antara bunga yang seharusnya diterima bank
dengan bunga yang dibayar oleh debitur menjadi subsidi pemerintah (berkisar antara 3-7%)
2. Skema : KUR Mikro (maksimal Rp25jt), KUR Retail (maksimal Rp500jt), dan KUR TKI (maksimal Rp25jt)
3. Menggunakan online system SIKP (Sistem Informasi Kredit Program) sebagai basis data UMKM.
TARGET 2016 : 100
–
120 T
•
Subsidi pemerintah dalam bentuk bunga akan meningkatkan minat masyarakat
terhadap KUR.
Jenis Usaha Posisi Juli 2016
Suku bunga ≤ 9% Suku bunga > 9% TOTAL
Rek Nominal Nomin al/Rek
Rek Nominal Nomin al/Rek
% Rek Nominal Nominal /Rek
Mikro 31.411 577.464 18 1.433.097 19.885.529 14 26 1.464.508 20.462.993 14
Kecil 5.963 350.507 59 143.203 8.469.818 59 11 149.166 8.820.325 59
Menengah 642 238.366 371 24.628 7.687.989 312 10 25.270 7.926.355 314
Non UMKM 41.221 2.176.840 53 1.338.946 39.860.467 30 53 1.380.167 42.037.307 30
Jumlah 79.237 3.343.178 42 2.939.874 75.903.802 26 100 3.019.111 79.246.980 26 Terdapat potensi perpindahan kredit dari BPR ke Bank Umum bagi kredit BPR dengan suku bunga di atas 9% sebesar Rp76 T, terutama pada kredit mikro yang menjadi pangsa pasar KUR sebesar Rp 19,9 T (26% dari total kredit).
dalam Rp juta
POTENSI PERPINDAHAN KREDIT BPR
KE SKIM KUR
Melalui PBI No. 14/22/PBI/2012, Bank Indonesia mewajibkan setiapBank Umum
untuk menyalurkan Kredit atau pembiayaan UMKM paling rendah 20% dari total
kredit atau pembiayaan yang disalurkan, dengan tahapan sebagai berikut :
TANTANGAN
PERSAINGAN
DI
PASAR
KREDIT
PELUANG
Tahun
Ketentuan
Penyaluran
Kredit
UMKM
Bagi
Bank
Umum
2015
Paling Kurang 5%
dari
total
kredit
atau
pembiayaan
2016
Paling Kurang 10%
dari
total
kredit
atau
pembiayaan
2017
Paling Kurang 15%
dari
total
kredit
atau
pembiayaan
2018
Paling Kurang 20%
dari
total
kredit
atau
pembiayaan
KEWAJIBAN
PEMBERIAN
KREDIT
UMKM
LAKU PANDAI (POJK
No.
19
Tahun
2014)
Kegiatan Laku Pandai (POJK No.19 Tahun 2014)
Produk
•Tabungan Basic Saving Account;
•Kredit mikro;
•Asuransi mikro;
•Produk lainnya berdasarkan persetujuan OJK
Agen
•Perorangan
•Badan Hukum
Laku Pandai menjadi pesaing utama BPR karena
produk yang ditawarkan (tabungan BSA dan
kredit mikro) sama dan menggunakan
mekanisme yang lebih agresif (jemput bola).
BPR KU 3 memiliki kesempatan untuk menjadi
penyelenggara LAKU PANDAI dengan
persyaratan tertentu, sedangkan BPR KU 1 dan
KU 2 hanya boleh menjadi agen
Posisi Juni 2016
*) Berdasarkan kantor Bank Umum yang ada di wilayah KR Sumber : DPNP
Masyarakat Ekonomi Asean
Aliran barang, jasa, investasi,
tenaga kerja terdidik dan aliran
modal yang lebih bebas.
Peraturan kompetisi, perlindungan
konsumen, hak atas kekayaan
intelektual,
pengembangan
infrastruktur, perpajakan dan
e-commerse,
dibuat
untuk
meningkatkan daya saing
DENGAN ADANYA MEA, MAKA :
Terbukanya akses pemodal asing akan meningkatkan
permodalan Bank Umum maupun LKNB lain yang boleh
dimiliki asing, namun peluang tersebut tertutup bagi
BPR/S yang tidak boleh dimiliki asing.
Menguatnya permodalan Bank Umum maupun LKNB
lain akan meningkatkan daya saing, di samping
brand
awareness
masyarakat terhadap BPR/S yang masih
rendah sehingga BPR/S akan semakin sulit bersaing.
Pelaku pasar dalam negri yang merupakan pangsa
pasar BPR banyak bersaing dengan produk impor
Redesign Posisi BPR
1. Apakah BPR telah menjalankan peran sesuai dengan tujuan pendirian sebagaimana diamanatkan dalam UU Perbankan?
2. Apakah ketentuan yang mengatur BPR berdampak positif atau justru merupakan penghambat dalam mendorong kinerja dan kontribusi BPR dalam perekonomian daerah?
3. Mampukah BPR beradaptasi dengan perubahan yang cepat dalam sistem keuangan dan menghadapi perkembangan teknologi saat ini?
4. Perlukah dilakukan redesign posisi BPR dalam sistem keuangan atau deregulasi terhadap industri BPR?
5. Apabila posisi BPR semakin lemah dan kontribusi BPR dalam sistem keuangan sulit untuk ditingkatkan, masihkah keberadaan BPR diperlukan dalam perekonomian Indonesia?
A
RAH
P
ENGEMBANGAN
BPR
REGULASI/ KEBIJAKAN
ASPEK BISNIS
KERJASAMA
KERJASAMA
• Bank Umum: Dukungan (1) infrastruktur, a.l. networking, capacity building, dan (2) kerjasama jasa-jasa perbankan, a.l. sistem pembayaran, e-cash, j-b bank notes
• IKNB: produk keuangan non bank
• Persh Sekuritas: produk pasar modal
• Pemerintah: (1) BPN: Pembuatan akta/serifikat agunan debitur, (2) Kemendagri: Akses Identitas Tunggal
• Perusahaan ICT:
REGULASI/KEBIJAKAN
• Penguatan permodalan, GCG & MR
• Dukungan akselerasi aspek bisnis yang ingin dikembangkan BPR
ASPEK BISNIS
• Branding/ positioning
• Peningkatan aneka layanan jasa-jasa perbankan
• Efisiensi
• Penurunan cost of fund
• Penambahan nasabah
Perusahaan ICT
OJK
Lembaga Pendidikan • Perijinan• Dukungan Kebijakan/ regulasi
• Perizinan
• Dukungan regulasi
• Capacity building • E-learning • Sertifikasi Lembaga Negara Terkait (a.l BPN, Kemendagri) Bank Indonesia Lembaga Pendidikan • E-banking
• Capacity Building
• Penyediaan/ Sinergi/ standarisasi infrastruktur
• Networking
• Marketing
B P R
Pemerintah Daerah
Bank Umum IKNB Sekuritas
• Etalase produk keuangan
• Liquidity Support
• Capacity Building
• Dukungan Infrastruktur
• Lingkage Programs
• Share bisnis
• Capacity building
• Pembuatan serifikat agunan debitur
• Single Identity