• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengidentifikasi Faktor Internal dan Eksternal dengan Analisis SWOT pada Perusahaan Konveksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mengidentifikasi Faktor Internal dan Eksternal dengan Analisis SWOT pada Perusahaan Konveksi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Mengidentifikasi Faktor Internal

dan Eksternal dengan Analisis

SWOT pada Perusahaan Konveksi

Pukul 03:00 pm. Ngantuk, faktor internal, adalah kelemahan yang menentukan peluang buku habis dibaca atau tidak. Tugas yang akhirnya "disubkontrakkan" atau "to do bear" (ditanggungkan) kepada pihak lain menjadi cikal bakal nama Teddy Bear. LOL!

Makalah Matakuliah Strategi Kebijakan Bisnis:

Mengidentifikasi Faktor internal dan Eksternal dengan Analisis

SWOT pada

Perusahaan Konveksi

Oleh: Ulfah Wahyuli

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh

laba yang sebesar-besarnya, meningkatkan volume penjualan dan

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk memastikan bahwa

(2)

oleh perusahaan maka diperlukan perencanaan strategi bisnis, dengan

memperhatikan misi perusahaan.

Strategi untuk suatu perusahaan adalah rencana jangka panjang.

Strategi ini adalah: rencana yang disatukan, artinya mengikat semua

bagian perusahaan menjadi satu; menyeluruh, artinya meliputi semua

aspek penting perusahaan; dan terpadu, artinya semua bagian rencana

serasi satu samal lain dan bersesuaian.

Strategi menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan

tantangan lingkungannya. Sehingga sebelum perusahaan dapat memulai

perumusan strateginya, manajemen terlebih dahulu harus mengamati

lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang

mungkin terjadi dan mengamati lingkungan internal untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan yang juga akan

menentukan apakah perusahaan mampu mengambil keuntungan dari

peluang-peluang yang ada sambil menghindari ancaman-ancaman.

Setiap perusahaan berhadapan dengan sejumlah pesaing sekaligus

pemerintah, pemasok/penyalur bahan, pemilik, serikat buruh, dan

lain-lain. Perusahaan ini dapat berukuran besar dan menengah maupun

perusahaan lebih kecil dan menggunakan strategi yang dianggapnya

paling efektif untuk mencapai sasarannya. Seperti yang dilakukan

(3)

merupakan perusahaan keluarga (industri rumah tangga), sehingga

berhasil memasuki industri sedang (industri konveksi) sampai menengah

ke atas.

Suatu perusahaan konveksi “X” produk kaos olahraga, seperti yang

dialami perusahaan konveksi lainnya dewasa ini, menghadapi persaingan

antar perusahaan sejenis yang semakin ketat. Dalam mencapai tujuan

perusahaannya, meningkatkan volume penjualan, harus memiliki strategi

bisnis yang efektif dengan mengamati lingkungan eksternal (faktor

eksternal) dan lingkungan internal (faktor internal), yaitu dengan

menggunakan analisis lingkungan SWOT (Strengths, Weaknesses,

Oportunities, dan Threats).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakn, maka penulis

merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1) Apakah kelemahan dan kekuatan (faktor internal) perusahaan

konveksi?

2) Apakah peluang dan ancaman (faktor eksternal) perusahaan

(4)

3) Bagaimanakah analisis SWOT dengan mengevaluasi faktor

eksternal dan faktor internal?

KAJIAN PUSTAKA

Mengidentifikasi Industri Konveksi

Berdasarkan produksi yang dihasilkan maka industri konveksi

termasuk di dalam kelompok Industri primer, yaitu industri yang

menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih

lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau

digunakan secara langsung.

Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan

kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya maka industri

konveksi termasuk di dalam kelompok Industri berorientasi pada bahan

baku, yaitu jika industri konveksi yang didirikan berdekatan dengan

tempat tersedianya bahan baku (industri tekstil).

Berdasarkan proses produksi maka industri konveksi termasuk di

dalam kelompok Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang

setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat

(5)

Berdasarkan cara pengorganisasian (modal, tenaga kerja, produk

yang dihasilkan, dan pemasarannya) maka industri konveksi termasuk di

dalam kelompok Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri:

modal relatif besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja

antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya

relatif lebih luas (berskala regional).

Berdasarkan tenaga kerja yang diperlukan maka industri konveksi

termasuk di dalam kelompok Industri sedang, yaitu industri yang

menggunakan tenaga kerja sekitar 20 orang (atau 9 orang menurut

sumber lain) sampai 99 (20 orang menurut sumber lain). Ciri industri

sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki

keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan

manajerial tertentu

Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dimana industri konveksi termasuk di dalam kelompok Industri tekstil, yaitu industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari seperti: benang, kain, dan pakaian jadi.

Perbedaan Perusahaan Konveksi dan Perusahaan Garment

Perusahaan konveksi dan perusahaan garment memiliki persamaan

(6)

Trim), yaitu: proses memotong (cutting), proses menjahit (making), dan

proses merapikan (Trimming) seperti memasang kancing, membordir dan

lain sebagainya.

Perusahaan konveksi dan perusahaan garment memiliki perbedaan

dalam proses produksinya. Di perusahaan konveksi, semua karyawan

mengerjakan proses yang sama. Ketika sedang proses memotong kain,

maka semua karyawan memotong kain saja. Kemudian, ketika memasuki

proses menjahit, maka semua karyawan menjahit, dan seterusnya.

Sedangkan di perusahaan garment, setiap karyawan mengerjakan proses

produksi secara keseluruhan, mulai dari mulai memotong sampai menjadi

satu produk pakaian utuh. Jika satu produk selesai maka dapat

dilanjutkan mengerjakan produk berikutnya.

Berbeda dengan perusahaan konveksi, perusahaan garment memiliki

jumlah pekerja dan peralatan lebih banyak sehingga dapat memproduksi

pakaian dan memenuhi permintaan lebih banyak pula. Dengan

kemampuan modal, skill dan peralatan yang lebih canggih, ada

perusahaan garment yang dapat mengerjakan sendiri proses mengolah

kapas menjadi benang dan benang menjadi kain. Dibandingkan

perusahaan konveksi, perusahaan garment memiliki segmen pasar yang

lebih luas termasuk pasar global. Biasanya perusahaan mengerjakan

(7)

dan internasional/vendor tertentu. Dengan perjanjian yang ketat maka

pesanan harus dilaksanakan tepat waktu. Perusahaan membagi pesanan

yang tidak mungkin lagi diselesaikan oleh perusahaan sendiri kepada

perusahaan yang lain. Perusahaan yang mengerjakan pesanan-pesanan

yang “disubkontrakkan” atau “dikonveksikan” ini disebut perusahaan

konveksi yang kemudian menjadi cikal bakal industri konveksi di

Indonesia.

Nama-nama Perusahaan konveksi di Indonesia, antara lain: Victory

Dominion Konveksi (Bandung, Jawa Barat), Konveksi Melati (Surakarta,

Jawa Tengah), Konveksi Mitra Padila (Jakarta Timur, Gelora Konveksi

(Surakarta, Jawa Tengah), Konveksi Serikat Pekka-Pemkab Aceh Barat

Daya (Kuala Batee, Aceh Barat Daya), dan Konveksi Ababil (Madiun, Jawa

Timur).

Peluang Bisnis Perusahaan Konveksi

Bisnis konveksi sangat populer di Indonesia karena produk yang

dihasilkan adalah bermacam-macam pakaian (kaos, jaket, baju, dan

sebagainya) yang merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga peluang

pasar selalu ada. Pelaku bisnis ini dengan cepat menambah jenis

produksinya seperti topi, tas dan sepatu, mulai dari bahan baku batik

(8)

Memulai bisnis ini juga cukup mudah. Perusahaan konveksi dapat

memulai bisnis konveksinya hanya dengan modal dua atau tiga unit mesin

jahit yang tidak terlalu mahal harganya di sebuah rumah yang tidak

terlalu luas. Dengan mendapatkan kesempatan mengerjakan pesanan

merek global dari perusahaan besar (garment) maka perusahaan konveksi

secara tidak langsung memasuki pasar luar negeri.

Faktor Internal

Faktor internal merupakan lingkungan internal yang terdiri dari

kekuatan dan kelemahan yang ada didalam organisasi tetapi biasanya

tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak.

Lingkungan internal terdiri dari keuangan dan Akuntansi, SDM,

Pemasaran, Operasi, dan Penelitian/Pengembangan.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan lingkungan bisnis yang melengkapi

operasi perusahaan yang daripadanya muncul peluang dan ancaman.

Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro,

yang membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup.

Lingkungan industri atau lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen

(9)

perusahaan dan pada gilirannya akan dipengaruhi oleh perusahaan.

Elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok,

komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok

kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Lingkungan kerja

perusahaan umumnya adalah industri dimana perusahaan dioperasikan.

Lingkungan bisnis makro atau lingkungan sosial terdiri dari kekuatan

umum yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas

jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi

keputusan-keputusan jangka panjang. Perusahaan-perusahaan besar

membagi membagi lingkungan sosial dalam satu wilayah geografis

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths) dan peluang (opportunities) namun secara bersamaan

dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

(10)

pengembangan misi tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan.

Dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis

faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman). Dalam kondisi yang ada saat ini analisis SWOT

membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weaknesses). Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara

menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat

faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT.

(11)

PEMBAHASAN

Identifikasi Lingkungan Internal dan eksternal

Gambar 2: Kerangka SWOT Perusahaan Konveksi “A”

Evaluasi Faktor Internal (Matrik EFI)

Di bawah ini merupakan hasil dari pengolahan matrik internal faktor Evaluation. Untuk menentukan rating dan bobot merupakan hasil konsultasi dengan pemilik perusahaan. Dan untuk penilaian nilai skor kalikan rata-rata rating dengan rata-rata bobotnya, begitupun matrik eksternal Faktor Evaluation.

(12)

Cara Mengisi Tabel

Daftarkan kekuatan dan kelemahan pada kolom 1. Bobot

masing-masing faktor pada kolom 2 berdasarkan pengaruh yang mungkin dari

faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Bobot total harus

berjumlah 1,00. Rating masing-masing. Rating masing-masing faktor

pada kolom 3 berdasarkan respon perusahaan terhadap faktor tersebut.

Kalikan bobot masing-masing faktor dengan ratingnya untuk

mendapatkan skor terbobot (bobot x rating) dari masing-masing faktor

pada kolom 4. Akumulasi skor terbobot untuk mendapatkan skor terbobot

total untuk perusahaan pada kolom 4. Hal ini menginformasikan

bagaimana perusahaan merespon faktor-faktor strategis di dalam

(13)

Evaluasi Faktor Eksternal (Matrik EFE)

Matrik Evaluasi Faktor Eksternal digunakan untuk mengevaluasi

faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang dan

ancaman yang dimiliki perusahaan.

Tabel 2: Matrik Evaluasi Faktor Eksternal

Cara Mengisi Tabel

Daftarkan Peluang dan Ancaman pada kolom 1. Bobot

masing-masing faktor pada kolom 2 berdasarkan pengaruh yang mungkin dari

faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Bobot total harus

berjumlah 1,00. Rating masing-masing. Rating masing-masing faktor

pada kolom 3 berdasarkan respon perusahaan terhadap faktor tersebut.

(14)

mendapatkan skor terbobot (bobot x rating) dari masing-masing faktor

pada kolom 4. Akumulasi skor terbobot untuk mendapatkan skor terbobot

total untuk perusahaan pada kolom 4. Hal ini menunjukkan seberapa baik

perusahaan menanggapi faktor-faktor strategis di dalam lingkungan

eksternalnya.

Matrik Space Analisis

Selanjutnya setelah menggunakan model analisis Matrik IE, perusahaan itu dapat menggunakan Matrik Space untuk mempertajam analisisnya. Tujuannya adalah agar perusahaan dapat melihat posisinya dan arah perkembangan selanjutnya. Berdasarkan Matrik Space, Analisis dapat memperlihatkan dengan jelas garis yang bersifat positif baik untuk kekuatan Keuangan (KU) maupun kekuatan industri (KI). Hal ini menunjukan bahwa perusahaan itu secara finansial relatif cukup kuat sehingga dia dapat mendayagunakan kompetitifnya secara optimal melalui tindakan yang cukup agresif untuk merebut pasar.

(15)
(16)

Matrik SWOT

Kita dapat membuat sekumpulan strategi yang mungkin bagi perusahaan konveksi berdasarkan kombinasi tertentu dari empat kumpulan faktor tersebut. Kita menghasilkan Strategi SO dengan memikirkan cara-cara tertentu yang perusahaan dapat menggunakan kekuatan-kekuatannya untuk mengambil manfaat dari peluang-peluang yang ada. Kita mempertimbangkan kekuatan-kekuatan perusahaan untuk menghindari ancaman-ancaman untuk mendapatkan Strategi ST. Kita mengembangkan Strategi WO untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada dengan mengatasi berbagai kelemahan perusahaan. Akhirnya kita mendapatkan Strategi ST sebagai strategi bertahan untuk meminimasikan kelemahan dan menghindari ancaman

Gambar 4: Matriks SWOT (TOWS)

PENUTUP

(17)

1. Faktor internal perusahaan konveksi adalah (1) peralatan yang

digunakan semi tradisional, perluasan perusahaan terbatas, iklan

dan promosi tidak rutin, R&D masih dilakukan manual dan

kurang mengglobal (Kelemahan); dan (2) top manager

berpengalaman, pangsa pasar tinggi, perusahaan terbuka bagi

mahasiswa, lokasi strategis dan berorientasi internasional

(kekuatan).

2. Faktor eksternal perusahaan konveksi adalah (1) cepatnya

pertumbuhan penduduk, kemajuan teknologi, perubahan ngaya

hidup masyarakat, konsumen yang loyal, hubungan baik

dengan pemasok (Peluang); dan (2) Pesaing baru, peraturan

pemerintah, kenaikan BBM, perekonomian tidak stabil, dan

persediaan bahan baku langka (ancaman)

3. Berdasarkan analisa SWOT dengan mengevaluasi faktor internal

dan eksternal dengan menggunakan matrik EFI dan EFE dan

diformulasikan kedalam matrik space bahwa posisi perusahaan

pada saat ini berada pada posisi yang Agresif.

(18)

Hunger, J. David. and Wheelen, Thomas L. 2000. Manajemen Srategis. Prentice Hall.

Jauch, Lawrence R. and Glueck, William F. 1988. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Terjemahan Henry Sitanggang. 1997 Jakarta. Penerbit Erlangga.

Winarni. Wisnubroto, Petrus. and Suyatno, Perencanaan Strategi Pemasaran melalui Metode SWOT dan BCG guna menghadapi Persaingan dan Menganalisis Peluang Bisnis. Jurnal diterbitkan. Jogyakarta: Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Jogyakarta.

Ahirra, Anne Bisnis Konveksi, Peluang usaha yang Tidak ada Matinya.

Gambar

Gambar 1: Kerangka SWOT, Matrik dua kali dua
Gambar 2: Kerangka SWOT Perusahaan Konveksi “A”
Tabel 2: Matrik Evaluasi Faktor Eksternal
Gambar 3: Hasil pengolahan Matrik Space
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian ISPA.Penelitian ini dilaksanakan di Poli Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

signifikan pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning dengan permainan. terhadap hasil belajar Matematika siswa

resistensi metabolik dipertimbangkan sebagai mekanisme utama resistensi terhadap organofosfat. Resistensi dapat terjadi jika terjadi peningkatan aktivitas enzim atau

Meskipun demikian, sekurangnya terdapat sepuluh orang perempuan yang melakukan migrasi tipe ini, dan karena mereka bermigrasi ke tempat yang tidak ada pihak yang berhubungan saudara

Sumber pendanaan yang memiliki present value cash outflow yang lebih kecil, maka alternatif pendanaan itulah yang akan digunakan oleh perusahaan dalam pengadaan

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah

Setelah peneliti melakukan uji coba, merevisi alat ukur, dan menyusun kembali aitem-aitem yang diterima pada saat uji coba, maka peneliti mengambil data

Kegiatan Usaha Bergerak dalam bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas Jumlah Saham yang ditawarkan 210.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal