• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dokumen"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN

MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI

Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi

PERILAKU SEKSUAL REMAJA DAN PENCEGAHAN

PENULARAN HIV/AIDS

Silvia Anita Yuningsih *

*Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al - Insyirah Pekanbaru, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan/Lektor

Abstract

PERILAKU SEKSUAL REMAJA DAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS Silvia Anita Yuningsih

ABSTRAK

Remaja merupakan sasaran dampak dan merupakan kelompok yang potensial, untuk perubahan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan penularan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dengan metode penelitian analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden yang lebih banyak berumur 16 tahun 48%, jenis kelamin perempuan 60%, sumber informasi yang banyak didapat responden melalui media cetak 38% dan pengetahuan cukup 39,2%, sikap positif 51,1%, aktivitas sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2%, mengikuti gaya hidup dengan menonton blue film 11,4%, dan tidak mendapat dukungan dari guru dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3% sehingga responden lebih banyak yang memiliki perilaku beresiko yaitu 58,4%. Variabel yang berhubungan adalah variabel sumber informasi (p. value 0,034), variabel pengetahuan (p. value 0,002) dan variabel sikap (p. value 0,008) sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah variabel umur, jenis kelamin, aktifitas sosial, gaya hidup dan dukungan dari guru sedangkan faktor yang paling dominan terhadap perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel pengetahuan dan sikap. Kata kunci : Perilaku seksual, remaja, HIV/AIDS.

PENDAHULUAN

Remaja merupakan sasaran dampak dan merupakan kelompok yang potensial, untuk perubahan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan penularan HIV/AIDS. Pengetahuan remaja mengenai pencegahan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS masih bercampur antara pengetahuan yang benar dan mitos yang salah. Kasus HIV/AIDS berdasarkan kumulatif golongan umur di Kota

(2)

sebanyak 19 kasus, salah satu yang menjadi sasaran utama dari sosialisasi tentang penyakit ini adalah remaja, dalam hal ini anak SMA/SMK. Pengidap HIV/AIDS di kalangan remaja yakni usia 15-19 tahun sejak Januari-Desember 2014 telah mencapai 20 kasus yang terdiri atas 14 kasus HIV dan 6 kasus AIDS. Sekolah merupakan tempat yang tepat bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai pendidikan kesehatan reproduksi remaja, terutama dalam upaya pencegahan penularan dari HIV/AIDS, oleh karena itu peneliti tertarik untuk dapat mengetahui tentang perilaku seksual remaja dan pencegahan penularan HIV/AIDS.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik, jenis penelitian explanatory research dengan teknik pengumpulan data secara cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja yang sedang duduk di bangku SMA, dengan sampel penelitian yaitu remaja (siswa/siswi SMA) yang berada

dikelas X dan XI yang berasal dari 19 Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta yang ada di Kota Pekanbaru dengan teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dalam penelitian ini jumlah sampel diperoleh sebanyak 1.818 sampel.

HASIL PENELITIAN

Analisan univariat menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang berumur 16 tahun 48% dengan jenis kelamin perempuan 60% dan responden yang mendapatkan informasi dari media cetak tentang pencegahan penularan HIV/AIDS sebanyak 38%. Responden lebih banyak yang memiliki

pengetahuan baik 42% dengan sikap positif yaitu 51,5% kemudian responden yang menjawab

aktivitas sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2% lebih banyak dibandingkan dengan drugs, clubbing (dugem), berkencan dengan pacar dan party (miras). Gaya hidup responden lebih banyak yang menonton blue film yaitu 11,4%, pergi ke tempat karaoke dengan pacar 6,1%, mendengarkan music disco pada saat clubbing 5,1%, berpakaian yang serba mini dan ketat 3,5% dan melihat majalah pornografi 2,5%. Responden yang tidak mendapatkan dukungan dari guru dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3%. Analisa bivariat menunjukkan bahwa analisis hubungan umur responden 16 tahun dengan perilaku seksual beresiko 56,7% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual yang tidak beresiko 43,3%, dengan nilai p value sebesar (0,116) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku seksual pada remaja terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan responden yang berjenis kelamin perempuan dengan perilaku seksual beresiko 58,8% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual yang tidak beresiko 41,2%, dengan nilai p value

sebesar (0,637) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin responden dengan perilaku seksual pada remaja terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan sumber informasi dari media cetak dengan perilaku seksual beresiko 60,2% lebih banyak

(3)

dengan perilaku beresiko 53,1% dengan nilai p value sebesar (0,225) yang artinya tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan perilaku seksual pada remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan responden yang mendapatkan dukungan dari guru dengan perilaku seksual beresiko sebanyak 60,8% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual tidak beresiko yaitu 39,2%, dengan nilai p value sebesar (0,157) yang artinya tidak ada hubungan dukungan dari guru dengan perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.

Analisis multivariat Hasil uji analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan analisis Regresi Logistik dengan metode backward : LR yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS sebagai berikut : variabel pengetahuan dengan signifikansi

p. 0,001 dan OR Exp (B) : 1.239 merupakan prediktor yang paling dominan terhadap terhadap perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. Ini berarti bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang, mempunyai kemungkinan 1 kali melakukan perilaku seksual yang beresiko dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan variabel sikap dengan signifikansi p. 0,002 (p 0,05) OR Exp (B) : 0.737, ini berarti bahwa

responden dengan sikap negatif mempunyai kemungkinan 0,7 kali melakukan perilaku seksual yang beresiko dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif.

KESIMPULAN

Hasil univariat menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur lebih banyak yang berumur 16 tahun yaitu 48% dibandingkan dengan responden yang berumur 17, 15, 18, 19, dan 20 tahun dengan jenis kelamin perempuan 60%, sumber informasi yang banyak didapat responden melalui media cetak yaitu 38% dengan pengetahuan cukup 39,2%, sikap positif 51,1%, aktivitas sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2%, mengikuti gaya hidup dengan menonton blue film 11,4%, dan tidak mendapat dukungan dari guru dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3% sehingga responden lebih banyak yang memiliki perilaku beresiko yaitu 58,4%. Variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel sumber informasi dengan nilai p. value 0,034, variabel pengetahuan nilai p. value 0,002 dan variabel sikap dengan nilai p. value 0,008 sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah variabel umur, jenis kelamin, aktifitas sosial, gaya hidup dan dukungan dari guru. Faktor yang paling dominan terhadap perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel pengetahuan dan sikap.

DAFTAR PUSTAKA

Alifah, Khoridatul. 2015. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja terhadap pencegahan dan penularan HIV/AIDS pada pelajar SMA se Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Skripsi.

Desrilina. 2013. Perilaku seks siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Skripsi. Lexi, Sri Agnes. 2015. Perilaku Seksual Remaja terhadap Pencegahan dan Penularan HIV/AIDS di SMA se Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru tahun 2015. Skripsi.

Suryana, B dan Abral. 2012. Teacher s Perception and The Role in HIV/AIDS Prevention in The Students of Senior High School in Pontianak Municipality. Pontianak.

Suryoputro, Antono, dkk. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Jurnal Makara, Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2006: 29-40

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis secara keruangan agihan kesesuaian lahan untuk lokasi jalur jalan tol yang berdasarkan satuan lahan di daerah penelitian, diperoleh agihan sebagai berikut,

Jenis penelitian yang digunakan berupa penelitian deskriptif komparatif, yaitu dengan meneliti laporan keuangan per-tahun dengan mengunakan metode RGEC, di mana pada laporan

Dari pengertian lisensi yang termuat di dalam kedua ketentuan UUHC tersebut di atas dapat dikatakan bahwa lisensi adalah ijin yang diberikan oleh pemegang hak

Komitmen organisasi merupakan data primer yang diukur dengan skala likert. yang mencerminkan rasa identifikasi (nilai-nilai organisasi), keterlibatan

Skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Negara Dalam Pencemaran Laut di Wilayah Negara Lain (Studi Kasus tumpahnya minyak dari.. Kapal Asing di Perairan Indonesia)”

Saat manajer proyek harus mengatur beberapa proyek kecil ataupun besar, ambang rasa manajer proyek secara cepat bangkit sehingga ia mau tidak mau harus dapat mendetailkan setiap

Barulah pada tanggal 29 September, tampaknya ada sesuatu yang dapat dianggap lebih konkret, dengan munculnya Brigjen Mustafa Sjarif Soepardjo melaporkan kepada

Satu di antarannya dilakukan oleh kurniawan (1999) yang mengnvestigasi pemanfaatan beberapa laboratorium bahasa di beberapa SMA di kota madya Bengkulu, hasil