Penggunaan Sig Untuk Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami
Di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol
Kabupaten Donggala
NURFAIDA A 351 11 036
JURNAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul : Penggunaan SIG untuk Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami di
Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala
Penulis : Nurfaida
Stambuk : A 351 11 036
Telah diperiksa dan disetuji untuk diterbitkan
Pembimbing I Pembimbing II
Widyastuti, S.Si.,M.Si Rahmawati, S.Si.,M.Sc Nip. 19760505 200801 2 039 Nip. 19850803 201504 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan P.IPS FKIP Koordinator Program Studi Universitas Tadulako Pendidikan Geografi
Drs. Charles Kapile, M.Hum Nurvita, S.Pd.,M,Pd
ABSTRAK
Nurfaida, 2015. Penggunaan SIG untuk Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala, Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Widyastuti., (II) Rahmawati.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh sejarah terjadinya bencana tsunami di Desa Tonggolobibi pada tahun 1960. Menyadari bahwa bencana tsunami dapat terulang pada kurun waktu yang tidak dapat ditentukan. Bencana tsunami merupakan bencana yang dapat memakan banyak korban baik berupa korban jiwa maupun materi. Salah satu mitigasi bencana yang dapat mengurangi jatuhnya korban jiwa adalah mengevakuasi penduduk ke tempat yang aman, untuk mengevakuasi penduduk dibutuhkan peta jalur evakuasi yang dapat mengarahkan penduduk ke shelter. Tujuan dari penelitian ini yaitu pemetaan jalur evakuasi bencana tsunami, menganalisis pemataan jalur evakuasi bencana tsunami menggunakan SIG dan menganalisis penentuan shelteruntuk bencana tsunami. Teknik analisis dalam penelitian ini mengguanakan network analysis, yaitu menganalisis melalui software ArcGIS 10.1 dengan menggunakan peta dasar berupa peta jaringan jalan, peta administrasi desa dan peta ketinggian tempat serta data berupa data monografi desa untuk menentukan rute yang efisien menujushelter.
Hasil peta jalur evakuasi, dalam peta jalur evakuasi bencana tsunami menghasilkan 2 jalur evakuasi dengan masing-masing panjang jalur yaitu 2225,5 meter dan 2643,9 meter serta 2 shelter evakuasi bencana tsunami yang berada masing-masing pada titik koordinat 00027’58” dan 119058’94” dan koordinat 00027’18” dan 119057’49”.
Penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses evakuasi pada saat terjadinya bencana tsunami.
ABSTRACT
Nurfaida, 2015. The use of GIS for mapping Tsunami Evacuation Line Tonggolobibi Village Sojol Sub District of Donggala, Thesis, Geography Education Study Program, Social Sciences Department, Teacher Training and education Faculty, Tadulako University. Under he Supervisor of (I) Widyastuti., (II) Rahmawati.
The background of this research is based on the tsunami history in Tonggolobibi village in 1960. It is to realize that tsunami can occur in particular time. The tsunami is a disaster that claimed many victims and detrimental material. One of the disaster mitigation that can decrease the amont of the victims is to evacuate the society to the safe area. In evacuating procces, it is needed evacuation route map which is able give direction to shelter. The objective of the research is for mapping tsunami evacuation route, to analyze the mapping of tsunami evacuation route through GIS and analyze determination of shelter for tsunami. The technique of data analysis is network analysis. It is analyzed by software with the use of based map such as roud map, village administration map and elevation maps as well as data such as the village monograph data to determine an efficient route to the shelter. The result of the evacuation route maps, in a tsunami evacuation route map generating two evacuation route path with eachpath lenghth is 2225.5 meters and 2643.9 meters and olso two shelter tsunami evacuation shelter which is located respectively in the point of coordinates 00027’58” and 119058’94” and coordinate 00027’18” and 119057’49”.
This reasearch can be used to help the evacuation process during the tsunami disaster.
I. PENDAHULUAN
Secara histografi, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara rawan bencana yang
melanda secara terus menerus. Baik yang disebabkan oleh faktor alam yaitu gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, banjir dan gunung meletus dan yang disebabkan oleh faktor non alam
seperti wabah penyakit dan kegagalan teknologi. Salah satu daerah yang sering dilanda
bencana yaitu daerah Sulawesi dan khususnya di Sulawesi Tengah Kabupaten donggala
Menurut Badan Statistik Kabupaten Donggala tahun 2014, Kabupaten Donggala
merupakan salah satu daerah yang ada di Sulawesi Tangah yang luas daerah sekitar 5.275.69
km2. Ibu kota kabupaten ini terletak di desa Banawa. Perbatasan wilayah Kabupaten
Donggala di sebelah timur berbatasan dengan Parigi Moutong dan Kabupaten Sigi, disebelah
barat berbatasan dengan selat Makassar dan wilayah Provinsi Sulawesi Barat, disebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Toli-Toli dan disebelah selatan beratasan dengan Provinsi
Sulawesi Barat, Kabupaten Sigi dan Kota Palu.
Kabupaten Donggala sejak berdiri juga pernah mengalami beberapa bencana terutama
bencana gempa bumi, banjir dan tsunami, namun bencana tsunami adalah bencana yang
paling banyak membuat kerugian bagi masyarakat. Tsunami adalah bencana alam yang
perkiraan waktu tertentu datangnya bencana tsunami tersebut tidak diketahui namun
kemungkinan besar bencana tsunami akan berulang lagi jika peristiwa tersebut pernah terjadi
dimasa lalu. Tsunami yang pernah terjadi di Donggala pada tahun 1927 gempa yang
menimbulkan tsunami ini terjadi di daerah Watusampu yang mana gempa yang berkekuatan
6,5 Skala Richter. Pada tahun 1938 gempa di Donggala menimbulkan tsunami dengan tinggi
gelombang mencapai 4 meter, gempa di daerah Tambu terjadi pada tahun 1968, serta gempa
yang terjadi di Desa Tonggolobibi 1996 yang menimbulkan tsunami dengan tinggi
gelombang mencapai 4 meter (Abdullah 12:2008)
Bencana yang terjadi di Kabupaten Donggala khususnya di Desa Tonggolobibi ini
tentunya memakan banyak korban dan membuat kerugian pada masyarakat Kabupaten
Donggala pada umumnya dan masyarakat Desa Tonggolobibi pada khususnya, mengingat
desa ini adalah desa yang terbanyak jumlah pendudukannya pada Kecamatan Sojol yaitu
sebanyak 4.042 jiwa pada tahun 2010. Adanya bencana alam yang akan merugikan
masyarakat maka masyarakat harus siap siaga dan waspada terhadap setiap ancaman dari
bencana yang akan dihadapi. Namun sikap tersebut harus disertai pemahaman yang benar
termasuk pamahaman tentang tata cara menyalamatkan diri, karena pemahaman yang keliru
jalur evakuasi sebelum bencana atau saat terjadinya bencana. Jalur evakuasi ini akan
memudahkan masyarakat untuk menghindari bencana yang akan terjadi di daerah Kabupaten
Donggala. Masyarakat memerlukan jalur ini agar pada saat terjadi bencana masyarakat dapat
pergi ke tempat evakuasi dengan cepat serta melewati jalan yang benar sesuai dengan jalur
evakuasi sehingga mengurangi resiko ancaman tsunami dan hal tersebut dapat mengurangi
resiko jatuhnya korban jiwa jika bencana tsunami terjadi.
Jalur evakuasi ini memiliki fungsi yang sangat penting pada tiap daerah, sehingga
menjadi alasan untuk membuat jalur evakuasi pada daerah Kabupaten Donggala, cara
membuat peta jalur evakuasi bencana yaitu menggunakan SIG. SIG memiliki keunggulan
dalam pemetaan jalur evakuasi yaitu peta yang dihasilkan berbasis geografis dengan
memanfaatkan teknologi komputer sehingga peneliti ingin melakukan penelitian yang
berjudul “Penggunaan SIG untuk Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami Di Desa
Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala”.
Brdasarkan latar belakang bahwa tsunami di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol
Kabupaten Donggala memakan korban jiwa dan dapat merugikan masyarakat. Di daerah ini
memerlukan mitigasi bencana tsunami berupa jalur evakuasi. Pembuatan jalur evakuasi
tsunami tersebut menggunakan Sistem Informasi Geografis sehigga memberikan informasi
berupa data berbasis geografis. Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana kegunaan SIG untuk pemetaan jalur evakusi bencana di Desa
Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala?
Manfaat dari penelitian ini adalah (1) Bagi pendidikan yaitu menambah khasana ilmu
pengetahuan pada bidang pengindraan jauh umumnya dan pada bidang pemetaan khususnya
serta sebagai proses dari pembelajaran yang lebih mendalam untuk fenomena-fenomena yang
terjadi di lapangan dan sebagai literatur penunjang dalam penelitian sejenis atau penelitian
lanjutan, (2) Bagi pemerintah yaitu dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan
terkait tentang mitigasi bencana yang ada di wilayah Kabupaten Donggala umumnya dan
Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol khususnya, (3) Bagi masyarakat yaitu mempermudah
masyarakat pada saat terjadi bencana di Kabupaten Donggala agar dapat mengurangi resiko
bencana (4) Bagi peneliti adalah dapat meningkatkan pengetahuan dan agar dapat
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dipakai adalah kombinasi antara pemetaan dan analisis peta
dengan menggunakan kerangka metode SIG (Sistem Informasi Geografis). Pada penelitian
ini peneliti akan membuat peta jalur evakuasi bencana tsunami di Desa Tonggolobibi. Pada
pembuatan peta digunakan metode network analysis pada aplikasi SIG berupa software
ArcGis 10.1.
Lokasi Penelitian Desa Tonggolobibi di Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala. Desa
Tonggolobibi berada pada titik koordinat 00°28'22" S dan 119°58'32" E Desa Tonggolobibi
terletak di wilayah pantai barat Kabupaten Donggala.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian
3.1.1. Deskripsi Parameter Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat di Desa Tonggolobibi sangat beragam dengan persentase yang
beragam pula. Peta ketinggian tempat adalah parameter berikutnya karena ketinggian tempat
digunakan untuk menentukan titik evakuasi ataushelter yang akan dituju oleh penduduk saat
sebelum terjadinya tsunami yaitu berada pada ketinggian >15 meter diatas permukaan laut.
Haryadi Permana (2007:4) menyatakan bahwa pada klasifikasi daerah rawan tsunami zonasi
kerawanan tsunami dapat ditentukan dari garis kontur suatu daerah yaitu pada ketinggian
1-15 meter merupakan tempat yang masih rawan tsunami dan pada ketinggian >1-15 meter
merupakan tempat yang aman.
Berdasarkan ketinggian tempat dihasilkan zona berisiko adalah zona yang berada
dalam bahaya tsunami, asumsinya bahwa zona yang bersisiko tinggi berada pada ketinggian
>15 meter diatas permukaan laut yang sesuai dengan zonasi kerawanan tsunami. Berdasarkan
klasifikasi praktis daerah rawan tsunami terdapat beberapa zonasi ketinggian yaitu 0-5 meter
beresiko sangat tinggi, 5-10 meter beresiko tinggi, 10-15 meter aman sementara dan >15
meter aman dengan demikian dapat diasumsikan 3 zona beresiko tsunami.
3.1.2. Deskripsi Parameter Jaringan Jalan
Peta jaringan jalan menjadi parameter karena di dalam atribut peta jaringan jalan
terdapat kelas jalan, lebar jalan dan panjang jalan yang mana pada pembuatan peta jalur
evakuasi akan memperhitungkan panjang jalur yang akan ditempuh oleh penduduk Desa
Tonggolobibi. Parameter jalur yang akan ditempuh oleh penduduk untuk sampai ke shelter
Tabel 3.1. Parameter Jaringan Jalan
Jalur evakuasi Kelas jalan Lebar jalan Panjang jalur Jalur 1 Jalan Provinsi 456 cm (4,56 m) 2225,5 Meter
Jalur 2 Jalan Lain 290 cm (2,9 m) 2643,9 Meter
Sumber: Data yang telah diolah
3.1.3. Deskripsi Parameter Data Monografi
Peta administrasi dan data monografi desa dijadikan parameter untuk menentukan
jumlah penduduk yang akan dievakuasi ke shelter yang telah ditentukan. Pada penelitian ini
tidak semua jumlah penduduk Desa Tonggolobibi yang dievakuasi dikarenakan sebagain
kecil penduduk telah berada di tempat yang memiliki ketinggian >15 meter di atas
permukaan laut sehingga tidak perlu adanya evakuasi pada tempat tersebut.
Asumsinya, kedua titik menjadi titik awal evakuasi dari keseluruhan penduduk yang
diidentifikasi akan menjadi korban tsunami dengan menganalisis daerah dengan titik
ketinggian kurang dari 15 meter di atas permukaan laut. Jumlah penduduk yang diperkirakan
akan menjadi korban bencana tsunami dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk
Sumber. Data monografi Desa Tonggolobibi tahun 2011
Berdasarkan tabel di atas maka jumlah penduduk yang diperkirakan menjadi korban
bencana tsunami adalah 2430 Jiwa.
3.2. Pembahasan
3.2.1. Penggunaan SIG dalam Pemetaan Jalur
Penggunaan SIG dalam membuat peta jalur evakuasi bencana tsunami di Desa
Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kanupaten Donggala, penulis menggunakan softwere berupa
ArcGis 10.1 yang mana di dalam softwere terseabut menyajikan aplikasi yang dapat
memudahkan dalam pembuatan peta jalur yaitunetwork analysis. Pada pembuatan peta jalur
evakuasi bencana ini dihasilkan 2 jalur evakuasi dan 2 shelter yang akan dituju oleh
masyarakat sesaat sebelum terjadinya bencana tsunami di Desa Tonggolobibi.
Pemetaan jalur evakuasi bencana tsunami dilakukan dengan menggunakan Network
Analysis pada softwere ArcGis 10.1 dengan mengaktifkan network dataset melalui
facility analysis dengan menggunakan satu titik insiden yaitu titik awal yang dihasilkan
adalah satu jalur evakuasi yang sesuai dengan parameter yang telah diolah.
Pemetaan jalur evakuasi dengan menggunakan SIG membantu memudahkan untuk
membuat peta yang menyajikan infomasi baru berupa jalur evakuasi yang dapat dilalui pada
saat akan terjadi tsunami. Pada penggunaan SIG dalam pemetaan jalur evakuasi dipilih salah
satu softwerepemetaan yaitu ArcGis 10.1, pemilihan softwere tersebut dikarenakan softwere
ArcGis 10.1 menyediakan aplikasi Network Analysis yang dapat memudahkan menemukan
jalur terdekat. Penggunaan aplikasi ini dilakukan dengan cara memasukan beberapa
parameter yang dibutuhkan untuk menganalisis jalur tersebut. Selain menyediakan network
analysis, software tersebut merupakan salah satu softwere yang telah dikenal oleh peneliti
pada beberapa mata kuliah geografi, oleh sebab itu peneliti lebih mudah dalam
mengoperasikansoftweretersebut.
3.2.2. Pemilihan Shelter untuk Bencana Tsunami Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala
Memilih shelter yang akan dituju oleh penduduk Desa Tonggolobibi perlu adanya
identifikasi shelter. Identifikasi shelter merupakan langkah awal sebelum menetapkan lokasi
tersebut sebagai shelter dengan kriteria kelayakan kapasitas dan kualitas shelter. Identifikasi
shelter tercantum pada Tabel 3.3
permukaan laut 3. Jarak capaian dari
pemukiman
Akses mudah
dijangkau dengan kebutuhan air dan listrik yang memadai 4. Jaringan jalan Akses jalan mudah
dengan lebar jalan 2,90 meter
5. Sarana komunikasi Akses jaringan telepon
Sumber : Hasil analisis data lapangan dan data sekunder
Shelter 1 berada pada wilayah yang memiliki luas 118mx78,25m. Berdasarkan luas
shelter tersebut dapat dibagun tenda untuk para korban bencana tsunami yaitu tenda pleton
yang memiliki ukuran 6mx14m dengan kapasitas 40orang-60orang dan tenda yang dapat
dibangun dengan luas lokasi tersebut yaitu sebanyak 40 tenda, 4 tenda sebagai dapur, 4 tenda
kesehatan dan 32 tenda pengungsian. Dengan luas sirkulasi pejalan kaki dan barang antar
tenda yaitu 3 meter asumsi tersebut didasarkan lebar tubuh seseorang yaitu 60 cm dan jika
membawa barang dapat mencapai 1,1 meter sehingga jika seseorang berjalan berlawanan
arah dapat menggunakan lebar jalan hingga 2,2 meter (Ernst Neufert 1992 : 33), sehingga
asumsi sirkulasi pejalan kaki yaitu minimal 3 meter. shelter 1 ini dapat menampung seluruh
penduduk yang teridentifikasi akan menuju shelter 1 dengan demikian dapat dibuat rencana
denah penempatan tenda agar memudahkan pembuatan tendah pada saat dilakukan evakuasi
dishelter 1.Denah rencanashelter 1ditampilkan pada gambar 3.1.
Shelter 2 berada pada wilayah tanpa tutupan lahan yang luas wilayahnya adalah
1000meterx68,45 meter. Berdasarkan luas shelter2 maka dapat dibangun tenda pengungsian
yaitu sebanyak tenda 30 tenda dengan 3 tenda sebagai tenda dapur, 2 tenda kesahatan dan 25
tenda sebagai tempat pengungsian luas sirkulasi pejalan kaki dengan membawa barang antar
tenda yaitu 3 meter. Jumlah tenda yang dapat dibangun tersebut dapat menampung seluruh
penduduk yang akan mengungsi yaitu sebanyak 1.015 Jiwa penduduk. Berdasarkan luas
shelter dan jumlah tenda yang dapat dibangun dilokasi tersebut maka dapat dibuat rencana
pembuatan tenda yang sesuai dengan luas dan besaran dari tenda yang akan dibangun. Denah
rencanashelter2 itampilakn pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Denah rencanashelter2
3.2.3. Pemilihan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala
Berdasarkan parameter-parameter yang telah ditentukan yaitu peta ketinggian tempat,
peta jaringan jalan dan data monografi, kemudian dimasukan pada atribut yang digunakan
pada aplikasi Network Analysisdihasilkan 2 jalur evakuasi yang masing-masing menuju ke
shelteryang berbeda.
Tabel 3.4. Jalur Evakuasi Bencana Tsunami Desa Tonggolobibi No Jalur Evkuasi Lebar Jalur Panjang Jalur Waktu Tempuh
1 Jalur 1 4,56 meter 2225,5 ± 14 menit
2 Jalur 2 2,90 meter 2643,9 ± 18 menit
Menurut Edward (1992) dalam Nia Rahmadhani (2014) bahwa beberapa orang berlari
bergerombolan dalam 20 menit dapat menempuh jarak sejauh 3225,81 meter dan
memepertimbangkan perbedaan kekautan manusia (usia dan jenis kelamin) maka panjang
jalur evakuasi harus kurang dari 3225,81 meter. Panjang Jalur 1 dan Jalur 2 yang dijadikan
sebagai jalur evakuasi di Desa Tonggolobibi telah memenuhi kreteria panjang jalur evakuasi
tsunami karena panjang Jalur 1 dan Jalur 2 yaitu kurang dari jarak maksimum segerombolan
orang berlari yaitu jarak maksimumnya adalah 3225,81 meter.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
1. Pemetaan jalur evakuasi di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Pada penggunaan SIG software
yang dipilih untuk membuat peta jalur evakuasi bencana tsunami adalah ArcGis 10.1.
PadaArcGistelah tersedia aplikasi yang dapat memudahkan untuk membuat sebuah jalur
sesuai dengan parameter yang akan digunakan.
2. Shelter yang telah dipilih yang akan menjadi tujuan penduduk yaitu 2 shelter yang
masing-masing berada pada titik koordinat yang berbeda. Titik A berada pad titik
koordinat 00027’58” dan 119058’94” dan Titik B berada pada titik koordinat 00027’18”
dan 119057’49”.
3. Jalur evakuasi bencana tusnami di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten
Donggala menghasilkan 2 jalur yang akan ditempuh menuju titik evakuasi ataushelter.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan saran-saran untuk penelitian
selanjutnya yaitu sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan sosialisai yang intensif di Desa Tonggolobibi mengingat karena pada
sejarah desa ini pernah terjadi bencana tsunami. Sosialisa tersebut berupa pengenalan
peta jalur evakuasi agar pada saat sebelum terjadi bencana tsunami penduduk lebih
terarah dalam tindakan menyelamatkan diri.
2. Pada jalur evakuasi perlu adanya penanda atau rambu-rambu untuk menunjukan arah
evakuasi agar memudahkan penduduk mengenali jalur evakuasi.
3. Pada jalur evakuasi bencana tsunami di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol Kabupaten
4. Pembelajaran mengenai Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan berbagai
aplikasi yang berbeda agar dapat meningkatkan sumber daya manusia yang terampil
dalam mengolah berbagai data spasial yang telah ada dan dapat menghasilkan data
spasial yang baru
V. DAFTAR RUJUKAN
Abdullah. 2008. Mitigasi Bencana Disertai Contoh Kejadian Di Sulteng. Palu : Tidak diterbitkan
Anonim. 2011.Kecamatan Sojol dalam Angka.Donggala : BPS Kabupaten Donggala.
Haryadi, Permana, dkk. 2007. Pedoman Pembuatan Jalur Evakuasi bencana Tsunami.
Jakarta : Kementerian Negara Riset dan Teknologi.