• Tidak ada hasil yang ditemukan

2014 2926 ped Panduan Pelaksanaan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2014 2926 ped Panduan Pelaksanaan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PELAKSANAAN

SURVEI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN

(SPTK) 2014

(2)
(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Landasan Hukum ... 2

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan ... 2

1.5. Data yang Dikumpulkan ... 3

1.6. Jadwal Kegiatan ... 3

1.7. Dokumen yang Digunakan ... 4

1.8. Arus Dokumen ... 5

1.9. Statistik yang Dihasilkan ... 6

1.10. Pembiayaan ... 6

BAB II METODOLOGI ... 7

2.1. Kerangka Sampel ... 7

2.2. Desain Sampling ... 7

2.3. Sampling PlanTable dan Design Weight ... 8

2.4. Estimator Karakteristik ... 9

2.5. Responden di Rumah Tangga ... 9

2.6. Mekanisme Pencacahan ... 10

2.7. Mekanisme Pengolahan Data ... 10

BAB III ORGANISASI LAPANGAN ... 13

3.1. Struktur Organisasi ... 13

3.2. Tugas dan Tanggung Jawab ... 15

3.3. Persyaratan Petugas ... 17

3.4. Pelatihan Petugas Pencacahan ... 18

3.5. Pemeriksaan Dokumen ... 19

3.6. Supervisi ... 19

BAB IV TEKNIK WAWANCARA DAN TATA CARA PENGISIAN KUESIONER ... 21

4.1. Teknik Wawancara ... 21

4.2. Tata Cara Pengisian Kuesioner ... 23

BLOK I. PENGENALAN TEMPAT ... 23

BLOK II. RINGKASAN KETERANGAN RUMAH TANGGA ... 25

BLOK III. KETERANGAN PENCACAHAN DAN PEMERIKSAAN ... 25

BLOK IV. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA ... 25

BLOK V. KESEHATAN ... 30

BLOK VI. PENDIDIKAN... 39

BLOK VII. PEKERJAAN DAN PENDAPATAN ... 41

(4)

ii

BLOK IX. KEHIDUPAN KELUARGA ...59

BLOK X. KEHIDUPAN SOSIAL ...62

BLOK XI. WAKTU LUANG ...68

BLOK XII. PERUMAHAN DAN ASET ...70

BLOK XIII. AFEKSI DAN KEPUASAN HIDUP ...78

BLOK XIV. PARTISIPASI POLITIK WARGA NEGARA ...79

BLOK XV. KEBAHAGIAAN HIDUP ...80

(5)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan SPTK 2014 ... 3

Tabel 1.2. Nama Dokumen yang Digunakan Dalam SPTK 2014 ... 4

(6)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Arus Dokumen dan Data SPTK 2014 ... 5

Gambar 2.1. Skema Kerangka Sampel SPTK 2014 ... 7

Gambar 2.2. Mekanisme Pengolahan Data di BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan BPS Pusat ... 11

Gambar 3.1. Struktur Organisasi SPTK 2014 di BPS Pusat...13

Gambar 3.2. Operasional Lapangan SPTK 2014 di BPS Provinsi ...14

(7)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alokasi Sampel Kabupaten/Kota, Blok Sensus dan Rumah Tangga SPTK

2014 ... 83

Lampiran 2. Alokasi Petugas, Innas dan Kelas Pelatihan SPTK 2014 ... 84

Lampiran 3. Alokasi Dokumen menurut Provinsi ... 85

Lampiran 4. Peta BS SP2010-WB ... 86

Lampiran 5. VSEN14.DSBS ... 87

Lampiran 6. SPTK14.DSRT ... 88

Lampiran 7. SPTK2014.RT ... 90

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada alinea keempat menyebutkan bahwa ‘...untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan...’. Konstitusi negara Indonesia secara jelas menyatakan bahwa salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum (public well-being). Konsekuensinya, pemerintah Indonesia memiliki tugas dan kewajiban untuk menjamin dan mendorong upaya peningkatan dan pencapaian kesejahteraan (well-being) bagi setiap warga negaranya.

Pembangunan nasional pada era tahun 1970-an lebih difokuskan pada upaya peningkatan kesejahteraan warga negara melalui pembangunan ekonomi yang intensif. Sementara itu, pembangunan sosial, yang juga sangat terkait dengan kesejahteraan masyarakat seperti: pendidikan, kesehatan, nutrisi, dan sebagainya, ternyata masih relatif sedikit mendapat perhatian pemerintah. Pembangunan sosial mendapatkan perhatian yang lebih besar oleh pemerintah sejak akhir tahun 1980-an, meskipun hingga saat ini masih tetap didominasi oleh pembangunan ekonomi. Peningkatan perhatian pemerintah pada pembangunan sosial, didasari oleh adanya kesadaran terhadap berbagai keterbatasan pada indikator ekonomi, yang berbasis moneter (monetary-based indicators), dalam kaitannya dengan evaluasi terhadap tingkat kemajuan dan perkembangan kesejahteraan masyarakat.

Konsep memajukan kesejahteraan umum, menurut konstitusi Indonesia, merupakan konsep yang menggambarkan sebuah proses pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat yang sekaligus menggambarkan perkembangan sosial masyarakat (progress of society). Konsep kesejahteraan, sebagaimana dinyatakan oleh para pendiri negara Indonesia, tampaknya tidak hanya untuk menggambarkan kondisi kemakmuran material (welfare, being-well atau prosperity), tetapi juga mengarah kepada konsep kebahagiaan (happiness). Kebahagiaan memiliki makna dan cakupan yang tidak hanya terbatas pada kondisi kehidupan yang menyenangkan (pleasant life) dan kondisi kehidupan yang baik (being-well atau good life), tetapi juga pada kondisi kehidupan yang bermakna (meaningful life). Dalam konteks ini, konsep kebahagiaan menjadi topik pembangunan nasional yang mendapat perhatian lebih besar dibandingkan dengan konsep kesejahteraan material maupun kemakmuran ekonomi.

(10)

pengamatan dan penilaian kondisi obyektif. Sebaliknya, data yang dikumpulkan pada SPTK 2014 mencakup pengamatan dan penilaian obyektif yang dilengkapi dengan data yang merupakan hasil penilaian responden yang sifatnya subyektif. Oleh karena itu, pencacahan SPTK 2014 perlu dilaksanakan oleh petugas yang memiliki kemampuan dan pengalaman berwawancara yang baik dan persuasif serta berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya sehingga non sampling error dan non respons dapat ditekan seminimal mungkin.

Untuk menjamin kelancaran kegiatan pencacahan lapangan maka disiapkan panduan bagi para petugas dan penanggung jawab SPTK di pusat maupun di daerah. Buku ini berisi penjelasan teknis pelaksanaan SPTK 2014 yang wajib dipedomani oleh semua pihak yang terkait dengan kegiatan pengumpulan data di lapangan.

1.2. Tujuan

Secara umum, buku ini disusun untuk memberikan penjelasan rinci tentang pelaksanaan kegiatan SPTK 2014. Sementara itu, tujuan khususnya adalah:

1. Menjelaskan metodologi terkait kerangka sampel dan desain penarikan sampel untuk kegiatan SPTK 2014.

2. Memberikan panduan mengenai pelaksanaan teknis pengumpulan data dan pengorganisasian lapangan bagi penanggung jawab kegiatan SPTK 2014 di daerah, baik BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota. Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berjalan dengan lancar, dan memperoleh data berkualitas.

3. Memberikan panduan cara berwawancara yang baik dan cara pengisian kuesioner bagi petugas pencacah.

4. Memberikan petunjuk mengenai tahapan pengolahan data.

1.3. Landasan Hukum

SPTK 2014 dilaksanakan dengan landasan hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik;

3. Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen;

4. Keputusan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPS.

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan

(11)

1.5. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam SPTK 2014 dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

a. Keterangan umum anggota rumah tangga meliputi nama, hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin, umur, status perkawinan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan;

b. Keterangan individu responden terpilih meliputi: kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan, lingkungan dan keamanan, kehidupan keluarga, kehidupan sosial, waktu luang dan partisipasi berpolitik, serta penilaian subyektif mengenai tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup.

c. Keterangan perumahan dan aset rumah tangga mencakup: status penguasaan dan luas bangunan tempat tinggal, kualitas bangunan rumah (lantai, dinding, dan atap), fasilitas rumah (sumber penerangan utama, bahan bakar utama untuk memasak, tempat buang air besar, dan sumber air minum ) dan kepemilikan aset rumah tangga untuk kenyamanan hidup.

1.6. Jadwal Kegiatan

Pelaksanaan SPTK 2014 mencakup berbagai kegiatan yang dilaksanakan di BPS Pusat dan BPS Daerah. Jadwal pelaksanaan seluruh kegiatan SPTK 2014 secara rinci disajikan pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan SPTK 2014

No. Uraian Kegiatan Jadwal Pelaksanaan

(1) (2) (3)

Persiapan

1. Finalisasi Instrumen 1 - 17 April

2. Workshop Intama 15 – 17 April

3. Pelatihan Innas 7 – 9 Mei

4. Pelatihan Petugas Lapangan 26 Mei – 5 Juni

Pelaksanaan

5. Pencacahan 23 Juni – 18 Juli

6. Pengawasan/Pemeriksaan 23 Juni – 18 Juli

7. Supervisi Lapangan 23 Juni – 18 Juli

Pengolahan

8. Pengolahan Data di BPS Kabupaten/Kota 21 Juli – 22 Agustus

9. Kompilasi Data di BPS Provinsi 25 Agustus – 5 September

10. Kompilasi Data di BPS Pusat 8 – 19 September

11. Validasi Data di BPS Pusat 22 September – 3 Oktober

Penyusunan Laporan

12. Penghitungan Indeks Kebahagiaan 1 – 17 Oktober

13. Penyusunan Publikasi Hasil SPTK 2014 20 Oktober – 30 November

(12)

1.7. Dokumen yang Digunakan

Untuk memperlancar pengumpulan data di lapangan maka petugas diharapkan membawa dan mempelajari secara seksama sejumlah dokumen SPTK 2014. Secara lengkap, jenis dokumen dan penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2. Nama Dokumen yang Digunakan Dalam SPTK 2014

No. Nama

2. VSEN14.DSBS Daftar Sampel Blok Sensus (DSBS)

3. SPTK14.DSRT Daftar Sampel Rumah Tangga

Pencacah Pencacah Dikirim dari

BPS Provinsi

6. Buku Pedoman Penjelasan umum SPTK 2014, metodologi dan organisasi lapangan serta tata cara pengisian kuesioner

Pencacah Pencacah Dikirim dari

(13)

1.8. Arus Dokumen

BPS Pusat sudah mengirimkan dokumen VSEN14.DSBS, SPTK14.DSRT, SPTK2014.RT, alat bantu pencacahan dan buku pedoman pelaksanaan pencacahan dalam bentuk softcopy yang dapat diunduh dari file-lib. Seluruh instrumen tersebut dicetak oleh BPS Provinsi dan selanjutnya dialokasikan ke BPS Kabupaten/Kota untuk dibagikan ke masing-masing petugas lapangan. Sementara peta blok sensus SP2010-WB disediakan oleh BPS Kabupaten/Kota.

Setelah pelaksanaan lapangan selesai, semua dokumen yang digunakan oleh petugas pencacah (kecuali buku pedoman dan alat bantu) harus diserahkan kepada BPS Kabupaten/Kota untuk diperiksa dan dilanjutkan dengan proses pengolahan data. Jika proses pengolahan data di BPS Kabupaten/kota telah selesai, maka dokumen akan disimpan di BPS Kabupaten/Kota. Data hasil pengolahan kemudian dikirimkan ke BPS Provinsi untuk dikompilasi. BPS Provinsi juga akan melakukan kompilasi terhadap seluruh data yang telah dikirimkan oleh semua kabupaten/kota. Hasil kompilasi data, dalam bentuk soft file, dikirimkan ke BPS Pusat.

Gambar 1.1. Arus Dokumen dan Data SPTK 2014

Hardcopy:

Peta BS SP2010-WB disiapkan oleh BPS Kabupaten/Kota.

BPS Pusat

BPS Provinsi

(14)

1.9. Statistik yang Dihasilkan

Statistik yang dihasilkan dari SPTK 2014 adalah statistik/indikator kepuasan hidup dan kebahagiaan yang dapat dianalisis berdasarkan karakteristik demografi penduduk, pendidikan, kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan perumahan dan sebagainya.

a. Indikator kepuasan hidup/kebahagiaan menurut karakteristik demografi responden. Indikator ini dapat diperoleh dengan membandingkan tingkat kepuasan dan kebahagiaan penduduk yang terhadap beberapa kriteria, seperti klasifikasi wilayah, kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan dan pendidikan.

b. Indikator kepuasan hidup/kebahagiaan menurut kondisi kesehatan. Indikator ini dapat disusun dengan membandingkan persentase penduduk dengan tingkat kepuasan hidup dan tingkat kebahagiaan tertentu menurut kesehatan fisik (status kesehatan dan kesulitan fungsional) dan kesehatan mental (intensitas emosi positif dan gejala depresi).

c. Indikator kepuasan hidup/kebahagiaan menurut kondisi ekonomi. Dengan melihat dan membandingkan tingkat kepuasan hidup dan kebahagiaan penduduk menurut pendapatan, status pekerjaan dan lapangan usaha, serta kondisi perumahan maka dapat diketahui pola dan tingkat kepuasan hidup serta kebahagiaan penduduk dengan status ekonomi yang berbeda.

d. Indikator kepuasan hidup/kebahagiaan menurut jumlah waktu luang. Indikator ini dapat disusun dengan membandingkan persentase penduduk dengan tingkat kepuasan hidup dan tingkat kebahagiaan tertentu menurut banyaknya waktu luang yang dimiliki.

1.10. Pembiayaan

(15)

BAB II

METODOLOGI

2.1. Kerangka Sampel

Kerangka sampel Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan 2014 (SPTK 2014) merupakan kerangka sampel Susenas 2014 Triwulan 2. Kerangka sampel yang digunakan pada SPTK 2014 terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1. Pertama, kerangka sampel pemilihan daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010 yang disertai dengan informasi banyaknya rumah tangga hasil listing SP2010 (Daftar RBL1), muatan blok sensus dominan (pemukiman biasa, pemukiman mewah, pemukiman kumuh), informasi daerah sulit/tidak sulit, dan klasifikasi desa/kelurahan (rural/ urban).

2. Kedua, kerangka sampel pemilihan daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih.

3. Ketiga, kerangka sampel pemilihan daftar rumah tangga biasa tidak termasuk institutional household (panti asuhan, barak polisi/militer, penjara, dsb) dalam setiap blok sensus sampel terpilih Susenas triwulan 2.

2.2. Desain Sampling

Sampel blok sensus SPTK 2014 adalah blok sensus terpilih Susenas 2014 Triwulan 2 dan dirancang untuk estimasi provinsi. Metode sampling yang digunakan yaitu penarikan sampel empat tahap berstrata (four stages stratified sampling). Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap pertama, memilih wilcah dari secara pps-wor (Probability Proportional

to Size) dengan size banyaknya rumah tangga SP2010 (Mi). Wilcah terpilih tersebut

sebanyak 30.000 selanjutnya dijadikan master sampel atau primary sampling unit (PSU).

2. Tahap kedua, memilih satu BS pada setiap wilcah terpilih secara pps dengan size jumlah rumah tangga SP2010-RBL1.

3. Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih Susenas Triwulan 2, dipilih sejumlah rumah tangga biasa (m =20) secara sistematik berdasarkan hasil pemutakhiran rumah tangga SP2010. Jumlah 10 rumah tangga untuk Susenas dan 10 rumah tangga untuk SPTK. Proses pemilihan rumah tangga sebanyak 20 tersebut dilakukan dengan program aplikasi yang sudah disiapkan BPS Pusat. Program aplikasi ini merupakan bagian dari program entri hasil pemutakhiran dan penarikan sampel Susenas 2014.

4. Tahap keempat, selanjutnya responden untuk setiap rumah tangga terpilih adalah kepala rumah tangga atau pasangannya.

(16)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Sampel SPTK 2014

2.3.

Sampling Plan Table

dan

Design Weight

Tabel 2.1. Tahapan Sampling yang Digunakan Dalam SPTK 2014

Tahap/

(17)

2.4. Estimator Karakteristik

Estimasi karakteristik rumah tangga

Misalkan dan adalah nilai-nilai karakteristik X dan Y untuk rumah tangga k, blok sensus j, wilcah i, strata h, kabupaten/kota d hasil pencacahan triwulan t, dan diketahui total rumah tangga dari sumber sekunder (misalnya hasil proyeksi) pada strata

h triwulan t yang dinyatakan sebagaiM~dht , maka estimasi total X, Y, dan rasioY/X berikut

variansnya adalah sebagai berikut:

2.5. Responden di Rumah Tangga

Rumah Tangga Biasa :

Rumah tangga biasa adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh banguan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika kepengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama menjadi satu.

Penentuan Responden :

Penentuan responden didasarkan kepada kondisi saat pencacahan. Responden adalah kepala rumah tangga atau pasangannya. Penentuan responden untuk SPTK 2014 ini didasarkan kepada pemahaman bahwa tingkat kebahagiaan rumah tangga tercermin dari kebahagiaan individu atau anggota rumah tangga di rumah tangga yang sudah memiliki pengalaman hidup terkait sejumlah domain kehidupan yang esensial. Oleh karena itu, responden yang cocok untuk mewakili rumah tangga tersebut adalah kepala rumah tangga atau pasangannya.

Anggota Rumah Tangga :

(18)

Perhatian:

Pencacah tidak boleh melakukan penggantian sampel rumah tangga

2.6. Mekanisme Pencacahan

Pengumpulan data pada rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara langsung (tatap muka) antara pencacah dengan responden dengan menggunakan kuesioner SPTK 2014. Responden adalah salah satu anggota rumah tangga yang telah dewasa dan memiliki kompetensi untuk memberikan informasi mengenai keterangan anggota rumah tangga pada Blok IV. Sementara itu, keterangan kebahagiaan pada Blok V sampai dengan blok XV hanya boleh ditanyakan kepada kepala rumah tangga atau pasangannya sebagai responden.

Sebelum melakukan wawancara, pencacah harus mencari rumah tangga sampel yang tercantum pada SPTK14.DSRT dengan berbekal peta blok sensus SP2010-WB. Adanya selang waktu antara pemutakhiran rumah tangga yang dilakukan oleh petugas Susenas dan saat pencacahan lapangan SPTK 2014 memungkinkan tidak ditemuinya rumah tangga karena berbagai alasan. Berikut beberapa kasus yang mungkin ditemui pada saat pencacahan :

1. Rumah tangga sampel sudah pindah tempat tinggal, namun masih dalam blok sensus yang sama maka rumah tangga tersebut tetap diwawancarai,

2. Rumah tangga sampel sudah pindah tempat tinggal, namun berdasarkan informasi yang diperoleh sudah berbeda blok sensus, maka rumah tangga tersebut dianggap tidak dapat ditemukan dan tidak boleh dilakukan penggantian sampel rumah tangga,

3. Rumah tangga sampel tidak dapat ditemukan atau non-respon maka tidak boleh melakukan penggantian sampel rumah tangga.

2.7. MekanismePengolahan Data

Pengolahan data hasil pencacahan lapangan SPTK 2014 dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Pengolahan dilakukan segera setelah dokumen hasil pencacahan lapangan telah selesai diperiksa oleh pengawas. Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengolahan data SPTK 2014, yaitu:

1. Pengolahan data akan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota dalam pengawasan Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) berkoordinasi dengan Seksi Statistik Sosial.

• Petugas melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen dan editing-coding untuk memperlancar proses peng-entry-an data.

(19)

2. Data yang sudah clean dikirimkan oleh Kasie Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) Kabupaten/Kota ke Bidang IPDS Provinsi, cc ke Bidang Statistik Sosial.

3. Bidang IPDS berkoordinasi dengan Bidang Statistik Sosial di BPS Provinsi melakukan kompilasi seluruh data dari BPS Kabupaten/Kota. Selanjutnya, Bidang Statistik Sosial mengirimkan data hasil kompilasi ke Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah melalui e-mail: hanwil@bps.go.id.

4. Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah melakukan kompilasi dan pengolahan data SPTK 2014.

Bagan alur pengolahan data di BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan di BPS Pusat dapat dilihat pada Gambar 2.2.

BPS Kab/Kota BPS Provinsi BPS PUSAT

(20)
(21)

P

u

BAB III

ORGANISASI LAPANGAN

3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi lapangan disusun dengan tujuan agar setiap pelaku dalam organisasi mengetahui dengan pasti tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya masing-masing. Kegiatan SPTK 2014 di tingkat pusat (BPS Pusat) dilaksanakan oleh Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tim Pengarah BPS bertugas menentukan arah kebijakan dan strategi yang digunakan dalam keseluruhan tahapan kegiatan SPTK 2014 serta memberikan saran dan masukan baik teknis maupun non teknis kepada Tim Teknis BPS. Tugas pokok Tim Teknis BPS adalah menyusun rencana operasional dan implementasi kegiatan serta menyelenggarakan kegiatan persiapan di tingkat pusat.

Kegiatan SPTK 2014 di tingkat daerah dilaksanakan oleh BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota menjalankan fungsi persiapan lapangan dan pelaksanaan pengumpulan data. Struktur organisasi SPTK 2014 mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.1– Gambar 3.3.

(22)

Gambar 3.2. Operasional Lapangan SPTK 2014 di BPS Provinsi

Gambar 3.3. Operasional Lapangan SPTK 2014 di BPS Kabupaten/Kota

Pengarah SPTK 2014 di pusat adalah Kepala BPS, Deputi Bidang Statistik Sosial dan Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik. Penanggung jawab SPTK 2014 adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial dan Penanggung jawab metodologi sensus adalah Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Penanggung jawab teknis adalah Kepala Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, dibantu anggota lainnya mencakup kepala subdirektorat dan kepala seksi dari beberapa direktorat terkait.

Penanggung jawab SPTK 2014 secara keseluruhan di daerah adalah Kepala BPS Provinsi, penanggung jawab teknis adalah Kepala Bidang Statistik Sosial, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik dan penanggung jawab administratif adalah Kepala Bagian Tata Usaha.

Penanggung jawab SPTK 2014 di tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota, penanggung jawab teknis pendataan adalah Kepala Seksi Statistik Sosial, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Seksi Integrasi Pengolahan Data dan penanggung jawab administratif adalah Kepala Subbagian Tata Usaha.

Kepala BPS Provinsi

(23)

3.2. Tugas dan Tanggung Jawab

A. Direktur Statistik Ketahanan Sosial (Hansos)

1) Memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan SPTK 2014.

2) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan.

3) Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan SPTK 2014.

4) Menyusun rencana survei beserta seluruh tahapan kegiatannya.

5) Menyusun jadwal kegiatan survei.

6) Memantau manajemen pengolahan data dilaksanakan dipusat dan daerah.

7) Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan.

B. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei

1)Bertanggung jawab atas metodologi SPTK 2014.

2)Merancang metodologi sampling dan penarikan sampel blok sensus dan rumah tangga SPTK 2014.

3)Mengirimkan daftar alokasi sampel blok sensus (VSEN14.DSBS) ke BPS Provinsi untuk diteruskan ke BPS Kabupaten/Kota.

4)Mengirimkan program aplikasi penarikan sampel rumah tangga SPTK 2014 ke BPS Provinsi.

5)Membuat penimbang bagi sampel rumah tangga.

C. Kepala BPS Provinsi

1)Memberi arahan baik teknis maupun administratif kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota.

2)Menentukan susunan petugas, organik BPS atau non organik BPS yang berkaitan dengan ketentuan upah kinerja di BPS Provinsi.

3)Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah.

4)Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan supervisi pelaksanaan lapangan.

5)Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengolahan di BPS Provinsi.

D. Kepala Bidang Statistik Sosial

1)Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan lapangan SPTK 2014.

2)Memberi petunjuk kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota mengenai rekruitmen petugas.

3)Menyelenggarakan pelatihan petugas pencacah dan pengawas berkoordinasi dengan Kepala Bagian Tata Usaha.

4)Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil pencacahan SPTK 2014.

5)Mengirimkan data SPTK 2014 hasil kompilasi dari setiap BPS Kabupaten/Kota ke Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah.

(24)

E. Kepala Bagian Tata Usaha

1) Mendistribusikan dokumen ke BPS Kabupaten/Kota.

2) Bersama-sama Kepala Bidang Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas dan pengawas.

3) Membuat laporan administrasi penyelenggaraan kegiatan SPTK 2014.

F. Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

1)Menerima daftar alokasi sampel blok sensus (VSEN14.DSBS) untuk diteruskan ke masing-masing BPS Kab/Kota.

2)Memberikan daftar rumah tangga sampel (SPTK14.DSRT) ke Bidang Statistik Sosial Provinsi.

3)Menerima data hasil pengolahan SPTK 2014 di BPS Kabupaten/Kota.

4)Melakukan kompilasi data hasil SPTK 2014 dari setiap BPS Kabupaten/Kota bersama Kepala Bidang Statistik Sosial.

5)Membuat laporan teknis pengolahan data SPTK 2014.

G. Kepala BPS Kabupaten/Kota

1) Bertanggung jawab atas kegiatan SPTK 2014 secara keseluruhan di BPS Kabupaten/Kota.

2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan lapangan SPTK 2014 di BPS Kabupaten/Kota.

3) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengolahan di BPS Kabupaten/Kota.

4) Melakukan rekruitmen petugas lapangan di BPS Kabupaten/Kota.

5) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan SPTK 2014 di BPS Kabupaten/Kota.

H. Kepala Seksi Statistik Sosial

1) Mengikuti pelatihan petugas lapangan SPTK 2014.

2) Menerima daftar alokasi sampel blok sensus (VSEN14.DSBS) dan sampel rumah tangga (SPTK14.DSRT).

3) Memberikan Daftar Sampel Rumah Tangga (SPTK14.DSRT) kepada petugas pencacah.

4) Memastikan jadwal kegiatan, wilayah kerja dan alokasi petugas pencacahan.

5) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan lapangan di BPS Kabupaten/Kota.

6) Melakukan pemeriksaan dokumen hasil pencacahan lapangan untuk menjamin kehandalan mutu data yang dihasilkan.

7) Berkoordinasi dengan Kasie IPDS untuk melakukan pengolahan data SPTK 2014 di BPS Kabupaten/Kota.

(25)

I. Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

1)Menerima daftar alokasi sampel blok sensus (VSEN14.DSBS).

2)Melakukan penarikan sampel rumah tangga (SPTK14.DSRT), menggunakan aplikasi program dari BPS Pusat.

3)Memastikan jadwal kegiatan dan alokasi petugas pengolahan data SPTK 2014 di BPS Kab/Kota.

4)Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengolahan data SPTK 2014 di BPS Kabupaten/Kota.

5)Melakukan validasi dan kompilasi data dari setiap petugas pengolahan.

6)Berkoordinasi dengan Kasie Statistik Sosial dalam rangka pengolahan data SPTK 2014 di BPS Kabupaten/Kota.

7)Mengirimkan data SPTK 2014 yang sudah clean ke Bidang IPDS Provinsi, cc ke Bidang Statistik Sosial.

8)Memberikan laporan hasil perkembangan pengolahan SPTK 2014 ke BPS Kabupaten/Kota.

J. Pencacah (PCL) SPTK 2014

1)Mengikuti pelatihan petugas pencacah SPTK 2014.

2)Menerima Daftar Sampel Rumah Tangga (SPTK14.DSRT) dari Kasie Statistik Sosial.

3)Melaksanakan pendataan SPTK 2014 sesuai dengan petunjuk dan jadwal yang telah ditentukan.

4)Memeriksa kembali hasil pendataan SPTK 2014 (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh).

5)Menyerahkan dokumen SPTK 2014 yang telah diisi dan diperiksa kepada pemeriksa.

3.3. Persyaratan Petugas

A. Pemeriksa

Pemeriksa SPTK 2014 adalah adalah Kasie Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota.

B. Petugas Pencacah

Pencacah SPTK 2014 adalah KSK/staf/mitra BPS Kabupaten/Kota. Syarat petugas pencacah:

1)Berpendidikan minimal DIII.

2)Berumur antara 25 – 40 tahun.

3)Diutamakan pernah memiliki pengalaman terkait beberapa survei atau sensus yang dilakukan oleh BPS.

4)Mengenal wilayah tugas dengan baik.

(26)

C. Petugas Pengolahan

Petugas pengolahan dokumen SPTK dilakukan oleh KSK, staf atau mitra BPS Kabupaten/Kota yang ditunjuk dengan syarat:

1) Bisa mengoperasikan komputer.

2) Bertanggung jawab.

3) Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan supervisor pengolahan.

4) Mampu menerima dan memahami aturan-aturan dalam pengolahan.

5) Diutamakan mempunyai pengalaman sebagai petugas pengolahan data di BPS.

3.4. Pelatihan Petugas

Pelatihan petugas dalam SPTK 2014 ini melibatkan petugas pengajar (Master Intama, Intama, dan Innas) dan petugas lapangan (pemeriksa dan pencacah). Pelatihan petugas pencacahan dilaksanakan sebelum pelaksanaan lapangan, dengan tujuan untuk menyamakan persepsi tentang konsep dan definisi operasional dari variabel- variabel yang akan dikumpulkan dalam kuesioner SPTK 2014 serta teknik wawancara dengan responden. Keberhasilan penyelenggaraan pelatihan sangat menentukan keberhasilan kegiatan pencacahan di lapangan. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelatihan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pada SPTK 2014, pelatihan petugas dilakukan secara berjenjang dari Workshop Intama, pelatihan calon Instruktur Nasional (Innas) dan pelatihan calon petugas pencacahan. Workshop Intama dan pelatihan calon Innas dilaksanakan di Jakarta, sementara pelatihan calon petugas pencacahan dilaksanakan di daerah. Hal-hal penting terkait penyelenggaraan pelatihan tersebut dijelaskan dalam poin-poin berikut.

A. Workshop Intama dan Pelatihan Calon Innas

Workshop Intama dan Pelatihan calon Innas SPTK 2014 dilaksanakan oleh BPS Pusat pada minggu III bulan April 2014 selama 3 (tiga) hari. Penanggung jawab penyelenggaraan adalah Subdirektorat. Statistik Ketahanan Wilayah, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial dan Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Workshop Intama diikuti oleh peserta dari Direktorat Statistik Ketahanan Sosial, dan Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei.

Sementara peserta pelatihan calon I nnas SPTK 2014 berasal dari BPS Pusat maupun BPS Provinsi. Metode pelatihan dilakukan dengan cara lokakarya (workshop) yang lebih banyak ditekankan pada diskusi mengenai konsep dan definisi serta operasional lapangan.

Syarat calon Innas antara lain:

1. Diutamakan Kepala Seksi dilingkungan Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi, Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota dan staf inti di lingkungan Direktorat Statistik Ketahanan Sosial BPS Pusat.

2. Mampu mengajar dengan baik.

3. Berpendidikan minimal DIV/S1.

4. Diutamakan yang sudah berpengalaman sebagai Innas atau instruktur lainnya pada sensus atau survei yang pernah dilaksanakan oleh BPS.

(27)

B. Pelatihan Petugas Pencacahan

Pelatihan calon petugas pencacahan SPTK 2014 dilaksanakan di masing-masing provinsi selama 2 (dua) hari pada akhir bulan Mei sampai dengan awal bulan Juni 2014, sehingga semua petugas telah siap untuk pencacahan lapangan pada akhir bulan Juni sampai dengan pertengahan Juli 2014. Penanggung jawab penyelenggaraan pelatihan adalah Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi. Alokasi kebutuhan jumlah petugas dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.5. Pemeriksaan Dokumen

Pemeriksaan dokumen merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan lapangan. Kegiatan ini merupakan faktor penting dalam upaya menjaga kualitas data yang dikumpulkan. Proses pemeriksaan tidak hanya mencakup kelengkapan dokumen, tetapi sekaligus akurasi, kewajaran dan konsistensi isian.

3.6. Supervisi

Kegiatan supervisi dilaksanakan oleh BPS RI. Petugas supervisi adalah pejabat setingkat eselon I sampai IV di BPS Pusat. Beberapa kegiatan penting yang akan dilaksanakan oleh BPS Pusat dalam rangka supervisi adalah:

1. Supervisi terhadap pelatihan petugas terkait materi, rencana pelatihan di daerah dan kelancaran pelaksanaan pelatihan.

(28)
(29)

BAB IV

TEKNIK WAWANCARA DAN

TATA CARA PENGISIAN KUESIONER

4.1. Teknik Wawancara

SPTK 2014 adalah survei yang bersifat khas karena data yang dikumpulkan tidak hanya berupa data kuantitatif namun juga dilengkapi dengan data-data yang bersifat kualitatif sehingga dibutuhkan pencacah yang memiliki penguasaan materi yang bagus, mempunyai kemampuan berwawancara yang baik, dan berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya. Dalam pengumpulan data kualitatif terdapat beberapa kendala yang akan ditemui pencacah, seperti: (1) responden belum tentu langsung memahami maksud pertanyaan sehingga mereka akan memberikan reaksi jawaban yang berbeda-beda; (2) pencacah belum tentu langsung dapat memahami maksud dari jawaban responden sehingga belum tentu jawaban responden tersebut dapat dikelompokkan sesuai pilihan jawaban yang tersedia, dsb.

Secara umum, keberhasilan pengumpulan data ditentukan oleh empat hal, yaitu: instrumen yang digunakan, suasana wawancara, pencacah dan responden. Pertama, instrumen sederhana yang didukung dengan konsep dan definisi yang jelas dapat memudahkan pengumpulan data di lapangan. Kedua, suasana wawancara yang kondusif juga dibutuhkan untuk mendukung proses wawancara yang efektif dan efisien. Ketiga, pencacah yang mampu bekerja dengan baik dan menguasai materi sangat penting demi menjaga kualitas data dan keempat, responden dengan penuh kesadaran mau menjawab pertanyaan dengan jujur dan benar.

Berikut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pencacah dalam melakukan wawancara:

1. Pada saat berkunjung ke responden hendaknya pencacah berpakaian yang wajar, rapi dan sopan. Sebelum memasuki rumah untuk mengadakan wawacara, mintalah izin terlebih dahulu dengan cara mengucapkan salam, mengetuk pintu, atau melakukan cara-cara lain yang sesuai dengan adat istiadat, kebiasaan dan budaya setempat.

2. Perhatikan situasi rumah tangga saat itu sebelum melakukan wawancara. Jangan melakukan wawancara di saat yang kurang tepat seperti: sedang ada kegiatan pesta/upacara, rumah tangga sedang mengalami musibah seperti kematian, kesakitan dsb.

3. Usahakan agar waktu kunjungan telah diatur sedemikian rupa sehingga responden dapat ditemui dan diwawancarai.

(30)

5. Tidak seorang pun diperkenankan menemani pencacah pada saat wawancara dengan responden. Hal ini perlu diperhatikan untuk menjaga kerahasiaan jawaban responden.

6. Lakukan wawancara dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Jika responden lebih menyukai menggunakan bahasa daerah, sebaiknya diikuti saja agar responden tidak merasa segan/canggung untuk memberikan jawaban yang tepat dan benar.

7.

Lakukan wawancara dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan. Maksud setiap pertanyaan dalam kuesioner harus dipahami secara baik oleh pencacah sehingga dapat melakukan probing dengan benar jika responden tidak memahami maksud pertanyaan yang diajukan.

8. Awali proses wawancara dengan menanyakan pertanyaan yang umum dan ringan seperti kegiatan sehari-hari dsb. Hal ini diperlukan untuk memberikan rasa santai dan nyaman bagi responden. Tidak semua jawaban dari responden dapat langsung dicatat dalam kuesioner: pencacah harus teliti dalam memilah jawaban yang bisa langsung dicatat dan pertanyaan yang membutuhkan probing.

9. Untuk menciptakan hubungan yang baik dengan responden selama proses wawancara, pencacah harus memiliki keterampilan dan cara bijak dalam menghadapi berbagai sikap dan perilaku responden. Misalnya:

- Ada responden yang suka berterus terang (jujur) dan senang membantu, namun ada sebagian responden yang lain akan ragu-ragu, curiga dan bersikap tidak kooperatif (tidak bekerja sama). Gunakan kecerdikan, kesabaran dan keramahan selama berwawancara.

- Petugas pencacah harus selalu mengarahkan pembicaraan ke substansi pertanyaan pada kuesioner. Jangan biarkan responden mengalihkan percakapan pada hal-hal yang menyimpang dari pertanyaan yang diajukan. Selain itu, petugas pencacah hendaknya sabar terhadap rasa keingintahuan responden dan jawablah pertanyaan responden dengan tepat dan jelas.

- Petugas pencacah jangan memberikan tanggapan yang tidak baik terhadap apapun jawaban yang diberikan oleh responden dan jangan kehilangan kesabaran.

- Perhatikan bahasa tubuh responden. Berusahalah sensitif untuk menghindari pertanyaan yang sekiranya dapat memojokkan responden. Jangan mengarahkan jawaban responden dalam bertanya atau memberi tanggapan terhadap jawaban responden.

Perhatian:

Pencacah sebaiknya mampu menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif untuk melakukan wawancara. Awali wawancara dengan pertanyaan umum dan ringan seperti kegiatan sehari-hari responden. Setelah suasana cair, barulah mulai wawancara secara teratur dengan

(31)

- Apabila jawaban responden masih kurang lengkap atau belum tepat, maka lakukan probing. Probing juga diperlukan untuk memandu atau memilah jawaban yang relevan.

- Catatlah semua jawaban lisan dari responden dengan teliti, lengkap dan jelas atau cantumkan kode sesuai petunjuk pengisian kuesioner. Sangat dianjurkan agar pencacah menyiapkan kertas catatan.

10. Periksa kembali semua pertanyaan dan pastikan semua pertanyaan telah terisi jawaban yang konsisten. Bila masih ditemukan adanya jawaban yang belum lengkap atau tidak konsisten, maka ulangi pertanyaan tersebut (kalau perlu lakukan probing) sehingga mendapat jawaban yang benar dari responden.

Setelah selesai melakukan wawancara, jangan lupa mengucapkan terima kasih dan memberitahukan kepada responden tentang kemungkinan kunjungan ulang bila masih ada keterangan yang diperlukan dari responden.

4.2. Tata Cara Pengisian Kuesioner

Teknik wawacara secara umum yang disampaikan di atas dapat membantu diperolehnya informasi yang benar dan akurat dari responden. Namun tetap harus didukung oleh penguasaan materi yang ditanyakan dalam kuesioner sehingga pencacah dapat secara runtun dan alami dalam melakukan wawancara.

Kuesioner SPTK 2014 terdiri atas 15 Blok. Blok I berisi informasi mengenai wilayah tempat tinggal rumah tangga. Blok II berisi ringkasan terkait jumlah anggota rumah tangga (ART) laki-laki dan jumlah ART perempuan. Blok III berisi keterangan pencacahan mencakup informasi mengenai identitas petugas pencacahan dan pemeriksa serta waktu pencacahan. Blok IV berisi keterangan anggota rumah tangga. Pengukuran kebahagiaan responden menggunakan pertanyaan pada Blok V sampai dengan Blok XV. Blok-blok tersebut mencakup informasi mengenai kesehatan; pendidikan; pekerjaan dan pendapatan; lingkungan dan keamanan; kehidupan keluarga; kehidupan sosial; waktu luang; perumahan dan aset; afeksi dan kepuasan hidup; partisipasi politik warga negara; serta kebahagiaan hidup.

Beberapa pertanyaan tertentu di kuesioner dicetak tebal (bold) dan miring (italic). Pertanyaan tersebut memungkinkan adanya jawaban tidak relevan yang diberi kode jawaban ‘9’. Misalnya: rincian 1002c yang menanyakan mengenai ‘tingkat kepercayaan responden terhadap tokoh agama di lingkungan sekitar tempat tinggal’. Responden mungkin saja tidak dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut karena tidak terdapat tokoh agama di lingkungan sekitar tempat tinggal. Oleh karena itu, pada saat wawancara, pencacah dapat memberikan kode jawaban ‘9’. Berikut penjelasan rinci terkait pengisian kuesioner pada setiap blok.

BLOK I. PENGENALAN TEMPAT

(32)

blok sensus, nomor kode Sampel (NKS) dan nomor urut rumah tangga sampel (NURT) di dalam kotak pada kolom sebelah kanan. Jika ini dilakukan dengan benar, maka kombinasi dari kode-kode ini akan menghasilkan satu nomor ID unik yang mengidentifikasi isian kuesioner ini berasal dari rumah tangga yang berbeda dari kuesioner lain. Tanyakan dan lingkari serta pindahkan ke kotak tersedia mengenai Satuan Lingkungan Setempat (SLS) terkecil di bawah desa/kelurahan. Tuliskan juga nama kepala rumah tangga dan alamat rumah tangga dimana pencacah akan melaksanakan wawancara. Lengkapi alamat pada kuesioner jika ternyata alamat yang tercantum dalam SPTK14.DSRT kurang lengkap.

Rincian 109. SLS Terkecil Di Blok Sensus Ini

Isian dari rincian ini tidak disalin dari daftar SPTK14.DSRT, tetapi diisi berdasarkan penelusuran pencacah. Dalam satu Blok Sensus (BS), isian pada rincian 109 ini akan sama semua. Satuan Lingkungan Setempat (SLS) adalah wilayah pemukiman yang merupakan bagian dari suatu desa/kelurahan yang secara sah diakui oleh pemerintahan desa/kelurahan. Sebagai bagian wilayah di desa/kelurahan SLS dapat diidentifikasi secara berjenjang maupun otonomi dan mempunyai struktur organisasi untuk mengakomodasi kebutuhan warganya. SLS dapat berbentuk RT, RW/RK, kampung, dusun, lorong, jorong atau lainnya sesuai dengan nama di masing-masing daerah.

Rincian 112. Hasil Kunjungan

Rincian 112 mengenai hasil kunjungan, diisi setelah pencacah melaksanakan wawancara dan telah meninggalkan rumah tangga tersebut. Ada enam macam kode respon berdasarkan sejauh mana kuesioner telah selesai diisi. Berikut penjelasan mengenai berbagai kemungkinan kode hasil kunjungan:

Kode 1, Pencacahan berhasil, jika pencacah telah menyelesaikan wawancara dengan responden terpilih dan telah memastikan bahwa tidak ada satu pertanyaan pun di kuesioner yang belum terisi (dokumen lengkap).

Kode 2, Responden menolak diwawancarai, jika responden terpilih menolak untuk diwawancarai. Termasuk pula jika seseorang yang ditemui pencacah pertama kali tidak berkenan untuk bekerja sama. Mintalah berbicara dengan anggota rumah tangga dewasa yang lain (misalnya kepala rumah tangga). Jika usaha ini tidak berhasil dan tidak ada ART yang bisa diajak bekerja sama/menolak untuk diwawancara, lingkari kode 2 dan tuliskan pada kotak yang tersedia.

(33)

Kode 4, Rumah tangga pindah alamat (keluar blok sensus). Bila rumah tangga yang menjadi sampel SPTK 2014 pindah alamat keluar blok sensus. Dalam kondisi demikian, maka lingkari kode 4 dan tuliskan pada kotak yang tersedia.

Kode 5, Rumah tangga bergabung dengan rumah tangga sampel lain. Bila rumah tangga yang menjadi sampel SPTK 2014 bergabung dengan rumah tangga sampel lain. Dalam kondisi demikian, maka lingkari kode 5 dan tuliskan pada kotak yang tersedia.

Kode 6, Rumah tangga tidak dapat ditemukan, jika alamat bangunan rumah tangga yang terpilih sampel ternyata tempat tinggal kosong atau alamat bukan tempat tinggal, tidak berpenghuni, tempat tinggal telah hancur karena terbakar habis atau sebab yang lainnya, ataupun tempat tinggal tidak ditemukan yang pada dasarnya menyebabkan tidak dapat ditemukannya rumah tangga tersebut. Pastikan secara cermat bahwa tidak ada tempat tinggal dari rumah tangga dimaksud di sekitar wilayah tersebut. Tanyakan pada masyarakat sekitar, apakah mereka mengetahui alamat atau nama kepala rumah tangga tersebut. Jika pencacah masih tidak bisa menemukan rumah tangga yang dimaksud, lingkari kode 6 dan pindahkan pada kotak yang tersedia.

BLOK II. RINGKASAN KETERANGAN RUMAH TANGGA

Blok ini berisi informasi ringkas mengenai jumlah anggota rumah tangga yang dikunjungi. Pertanyaan pada blok ini tidak perlu ditanyakan kepada responden karena pencacah dapat mengisinya berdasarkan informasi responden pada Blok IV (direkap dari Blok IV). Oleh karena itu blok ini diisi setelah pencacah menyelesaikan wawancara dengan responden. Banyaknya anggota rumah tangga laki-laki dan perempuan diisi berdasarkan jumlah Kolom (4) yang berkode ‘1’ (laki-laki) dan ‘2’ (perempuan).

BLOK III. KETERANGAN PENCACAHAN DAN PEMERIKSAAN

Blok ini berisi mengenai identitas pencacah dan pemeriksa. Identitas tersebut meliputi nama, jabatan, tanggal pencacahan/pemeriksaan dan tanda tangan pencacah/ pemeriksa. Identitas pencacah diisi sebelum mengunjungi rumah tangga.

BLOK IV.KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA

Blok ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai semua ART yang ada dalam rumah tangga. Informasi yang diinginkan mencakup nomor urut rumah tangga, nama, hubungan ART dengan KRT, jenis kelamin, umur, status perkawinan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Pengisian blok ini ditanyakan kepada KRT/pasangannya. Jika KRT/pasangannya sedang tidak ada di rumah, maka berpindahlah ke rumah tangga lainnya dan kunjungilah kembali rumah tangga tersebut di lain waktu. Sebelum memulai wawancara, pencacah wajib memperkenalkan diri dan menyatakan tujuan kedatangan.

(34)

• Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Makan dari satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama dan menjadi satu.

• Kepala Rumah Tangga (KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Untuk kasus anak kos, KRT adalah orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT. Oleh karena itu, KRT yang di blok IV Kuesioner SPTK 2014 boleh saja berbeda dengan SPTK14.DSRT.

• Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang sedang berada di rumah pada waktu listing maupun yang sementara tidak berada di rumah.

Kolom (1) Sampai Kolom (3)

Tanyakan kepada responden siapa saja yang tinggal di rumah tangga tersebut dan hubungan dengan KRT, jangan lupa pastikan pula bahwa mereka yang disebutkan berada dalam satu pengelolaan pemenuhan kebutuhan pangan dengan responden. Hal ini perlu dicermati karena masyarakat lebih mengenal konsep keluarga daripada rumah tangga. Suatu keluarga hanya mencakup orang-orang yang memiliki hubungan darah namun suatu rumah tangga mencakup semua orang yang tinggal bersama dan makan dalam satu pengelolaan, baik memiliki hubungan darah maupun tidak. Contohnya, tiga laki-laki yang tidak memiliki hubungan yang tinggal dan memasak makanan bersama tidak akan dianggap sebagai satu keluarga, tetapi mereka dianggap sebagai satu rumah tangga. Satu orang yang hidup sendiri juga akan dianggap sebagai satu rumah tangga.

Saat responden menyebutkan nama-nama orang yang tinggal dan makan di rumah tangga, tuliskan nama-nama tersebut, satu nama pada setiap baris di kolom (2). Urutan penulisan nama-nama ART pada kolom (2) mengacu pada urutan hubungan nama ART dengan KRT pada kolom (3). Usahakan untuk mencatat nama lengkap dari setiap ART yang

disebutkan. Ketika semua nama telah dituliskan, pencacah perlu memastikan bahwa nama-nama tersebut sudah mencakup semua ART yang ada di rumah tangga tersebut sebelum melanjutkan ke pertanyaan lain dalam kuesioner. Pastikan tidak ada ART yang terlewat. Penulisan nama tidak boleh disingkat dan tanpa menggunakan kata sebutan atau gelar, misalnya: Ir, Drs, Tuan, Nyonya, Bapak, Ibu, dan lain-lain. Setelah semua selesai dicatat, bacakan kembali nama-nama tersebut kemudian ajukan lagi pertanyaan untuk memastikan adanya:

a. Orang yang namanya belum tercatat karena lupa atau dianggap bukan anggota rumah tangga seperti bayi atau anak kecil, pembantu, teman/tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, keponakan, anak indekos dan sebagainya yang biasa tinggal di rumah tangga tersebut; dan orang yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi biasanya tinggal di rumah tangga tersebut. Tambahkan nama-nama yang tertinggal tersebut pada baris-baris sesuai dengan urutan kode hubungan dengan kepala rumah tangga.

(35)

Berikut penjelasan mengenai kode hubungan dengan KRT pada kolom (3):

Kode 1, Kepala Rumah Tangga adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Untuk kasus anak kos, KRT adalah orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.

Kode 2, Istri/suami adalah istri dari KRT (jika KRT laki-laki) atau suami dari KRT (jika KRT perempuan).

Kode 3, Anak mencakup anak kandung, anak tiri dan anak angkat KRT.

Kode 4, Menantu adalah suami/istri dari anak kandung, anak tiri atau anak angkat.

Kode 5, Cucu adalah anak dari anak kandung, anak tiri atau anak angkat.

Kode 6, Orang tua/mertua adalah bapak/ibu dari KRT atau bapak/ibu dari istri/suami KRT.

Kode 7, Famili lain adalah mereka yang ada hubungan famili dengan KRT atau dengan istri/suami KRT, misalnya adik, kakak, bibi, paman, kakek atau nenek.

Kode 8, Pembantu Rumah Tangga adalah mereka yang tinggal dan makannya bergabung dengan rumah tangga majikan.

Kode 9, Lainnya adalah mereka yang tidak ada hubungan famili dengan KRT atau dengan istri/suami KRT, misalnya mantan menantu dan anak kos.

Kolom (4): Jenis Kelamin

Selanjutnya tanyakan jenis kelamin dari setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Jangan menduga jenis kelamin seseorang berdasarkan namanya, tanyakan kepada responden apakah ART tersebut laki-laki atau perempuan.

Kolom (5): Umur

Umur dihitung dengan cara menanyakan tanggal, bulan dan tahun kelahiran ART. Umur dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang terakhir.

Penjelasan:

• Jika umur responden 27 tahun 9 bulan, catat 27 tahun.

• Jika umurnya kurang dari 1 tahun, dicatat 00 tahun.

• Jika umur responden 98 tahun atau lebih dicatat 98 tahun, misalnya umur 100 tahun maka pada kotak umur isikan angka 98, dalam hal ini berarti 98 tahun atau lebih.

• Jika umurnya kurang dari 10 tahun (1 digit) agar dituliskan 0 di digit pertama, misalnya 01, 02, ..., 09.

Urutan bertanya:

a. Tanyakan dan tuliskan nama kepala rumah tangga.

b. Isikan Kolom 2 dan 3 secara berturut-turut dengan menanyakan dan menulis nama istri/suami, anak yang belum kawin, anak yang sudah kawin, dan seterusnya sampai dengan anggota rumah tangga terakhir.

(36)

• Jika responden tidak tahu sama sekali tanggal, bulan dan tahun kelahirannya maupun umurnya, maka perkirakan umur responden dengan berbagai pendekatan, rujukan dan informasi. Perkiraan umur haruslah perkiraan yang terbaik.

Kolom (6): Status Perkawinan

Tanyakan status kawin dari setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Perhatikan kode pada kuesioner untuk setiap status perkawinan yang disebutkan responden. Hati-hati jangan salah dalam mengisikan kode status kawin.

Kode 1, Belum kawin adalah status dari mereka yang belum/tidak terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan.

Kode 2, Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah, secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.

Kode 3, Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah sebagai suami istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum dianggap cerai. Sebaliknya mereka yang sementara hidup terpisah tidak dianggap bercerai, misalnya suami/istri yang ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau sedang cekcok. Perempuan yang diketahui belum kawin tetapi sudah mempunyai anak maka status perkawinan orang tersebut dianggap cerai hidup.

Kode 4, Cerai mati adalah status dari mereka yang suami/istrinya telah meninggal dunia dan belum kawin lagi.

Kolom (7): Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan:

Tanyakan apakah pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh dari setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Perhatikan kode pada kuesioner untuk setiap pendidikan tertinggi yang ditamatkan responden. Hati-hati jangan salah dalam mengisikan kode tersebut.

Kode 01, Tidak/belum pernah bersekolah adalah tidak pernah atau belum terdaftar dan tidak/belum pernah aktif mengikuti pendidikan, termasuk yang tamat/belum tamat TK tetapi tidak melanjutkan ke SD.

Kode 02, Tidak tamat SD/MI/SDLB/Paket A adalah kategori bagi mereka yang pernah bersekolah tetapi tidak/belum tamat Sekolah Dasar/MI, Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Pamong (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru), Sekolah Dasar Kecil, Paket A1 s.d A100, SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan atau SD Indonesia (di Luar Negeri). Mereka yang tamat Sekolah Dasar 3 tahun atau sederajat dianggap tidak tamat SD.

(37)

Kode 04, SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah tamat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah sekolah yang setara misalnya: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Lanjutan Tingkat Pertama, SLTP Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTP Indonesia (di Luar Negeri), Paket B dan SLTP Olahraga.

Kode 05, SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C adalah tamat Sekolah Menengah Umum/ Madrasah Aliyah/ Sekolah Menengah Kejuruan atau sekolah kejuruan yang setara misalnya: Sekolah Menengah Atas, Menengah Luar Biasa, HBS 5 tahun, AMS, Kursus Pegawai Administrasi Atas (KPAA), Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS), Sekolah Lanjutan Persiapan Pembangunan, SLTA Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTA Indonesia (di Luar Negeri), Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Sekolah Menengah Seni Rupa, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Sekolah Menengah Musik, Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan, Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Teknologi Menengah, Sekolah Menengah Teknologi Pertanian, Sekolah Menengah Teknologi Perkapalan, Sekolah Menengah Teknologi Pertambangan, Sekolah Menengah Teknologi Grafika, Sekolah Guru Olah Raga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB), Pendidikan Guru Agama 6 tahun, Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak, Kursus Pendidikan Guru (KPG), Sekolah Menengah Analis Kimia, Sekolah Asisten Apoteker (SAA), Sekolah Bidan, Sekolah Penata Rontgen dan SLTA para atlit dan Paket C.

Kode 06, Diploma I adalah tamat program DI pada suatu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma pada pendidikan formal.

Kode 07, Diploma II adalah tamat program DII pada suatu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma pada pendidikan formal.

Kode 08, Diploma III adalah tamat program DIII pada suatu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma pada pendidikan formal.

Kode 09, Diploma IV/S1 adalah tamat program pendidikan Diploma IV atau Sarjana pada suatu Universitas/Institut/Sekolah Tinggi, sedangkan Program Akta IV sejajar dengan jenjang Diploma IV.

Kode 10, S2,S3 adalah tamat program pendidikan Pasca Sarjana (master atau doktor), strata 2 atau 3 pada suatu Universitas atau Perguruan tinggi.

KETERANGAN RESPONDEN (KRT/PASANGAN)

Kebahagiaan hidup responden akan dilihat berdasarkan tingkat kepuasan terhadap 10 domain kehidupan yang esensial dan afeksi serta evaluasi hidup secara keseluruhan. Sepuluh domain kehidupan tersebut adalah (1) kesehatan, (2) pendidikan, (3) pekerjaan, (4) pendapatan, (5) lingkungan, (6) keamanan, (7) kehidupan keluarga, (8) kehidupan sosial, (9) waktu luang, dan (10) perumahan. Kesepuluh domain tersebut ditanyakan pada Blok V sampai dengan Blok XII. Sementara afeksi dan evaluasi hidup secara keseluruhan ditanyaka pada Blok XIII dan Blok XV.

(38)

BLOK V. KESEHATAN

Blok ini bertujuan untuk memperoleh tingkat kebahagiaan hidup responden menurut domain kesehatan yang didekati dengan kepuasan responden terhadap kondisi kesehatan. Kondisi kesehatan responden akan dilihat menurut kesehatan fisik, kesulitan fungsional, dan kesehatan mental. Dalam analisis, jawaban responden akan digunakan untuk menilai apakah ada kemungkinan hubungan antara kondisi kesehatan dengan kepuasaan terhadap kesehatan responden.

Rincian 501a: Keluhan Kesehatan Selama Bulan Juni 2014

Informasi mengenai keluhan kesehatan yang dirasakan oleh responden selama bulan Juni 2014 dapat memberikan ukuran mengenai gambaran awal status kesehatan fisik responden. Menurut Kementerian Kesehatan, kesehatan fisik terwujud apabila: (1) seseorang tidak merasa, tidak mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan; (2) memang secara obyektif tidak tampak sakit; dan (3) semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Keluhan kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah keadaan seseorang yang mengalami gejala gangguan kesehatan, biasanya berupa symptom (gejala) atas penyakit tertentu. Keluhan kesehatan bisa berupa panas, batuk, pilek, asma/sesak nafas, diare/buang-buang air, sakit kepala berulang, sakit gigi atau keluhan lainnya.

• Panas/demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C.

• Batuk adalah bunyi yang timbul akibat terbukanya pita suara secara tiba-tiba disertai keluarnya udara dengan cepat, bertujuan mengeluarkan sesuatu yang merangsang saluran napas bagian tengah atau bawah; bisa sekali-sekali atau beruntun sekali batuk; pendek atau panjang; kering, berdahak atau berdarah; berlangsung beberapa hari, minggu, bulan atau tahunan.

• Pilek adalah keadaan yang ditandai dengan adanya ingus, tersumbatnya hidung dan mungkin pula disertai dengan bersin-bersin, ataupun gejala dan tanda lainnya.

• Asma/sesak nafas adalah penyakit yang pada waktu serangan muncul, penderitanya sukar bernapas karena penyempitan saluran napas bawah, sehingga napas berbunyi “ngik-ngik” pada waktu mengeluarkan napas; masyarakat mengenalnya dengan istilah bengek atau mengi.

• Diare/buang-buang air adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar berbentuk tinja encer atau cair, kadang-kadang bercampur darah atau lendir, yang umumnya terjadi 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Diare dapat disertai dengan muntah-muntah, maupun penurunan kesadaran. Istilah lainnya adalah mencret atau bocor. Penyebab diare antara lain: bakteri, virus, alergi, dan parasit pada makanan.

(39)

• Sakit gigi adalah rasa nyeri pada gigi atau gusi, kadang-kadang disertai dengan pembengkakan, tetapi tidak termasuk sariawan.

• Keluhan lainnya seperti kejang-kejang, gatal, lemas, mual, mules, pegal linu, nyeri, ngilu tulang, telinga berair/congek, mata berair, dan lain-lain termasuk juga gangguan kesehatan akibat hal lain seperti kecelakaan/musibah, bencana alam, tidak nafsu makan, sulit buang air besar, sakit kepala karena demam, sakit kepala bukan berulang, gangguan sendi, tuli, katarak, perut mules, masuk angin, tidak bisa kencing, bisul, dan keluhan fisik karena menstruasi atau hamil.

Tanyakan apakah responden mengalami keluhan kesehatan tersebut, dengan cara membacakan pertanyaan pada instrumen sesuai redaksinya. Jika responden mengalami keluhan kesehatan selama Bulan Juni 2014, isikan kode ‘1’. Sementara itu, jika responden tidak mengalami keluhan kesehatan, isikan kode ‘2’ dan lanjutkan wawancara ke rincian 502.

Rincian 501b: Keluhan yang Mengganggu Pekerjaan, Sekolah, atau Kegiatan Sehari-Hari

Keluhan kesehatan yang dirasakan responden bisa berupa keluhan ringan maupun berat, bahkan sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari responden. Terganggu aktivitas adalah tidak dapat melakukan aktivitas secara normal (bekerja, sekolah atau kegiatan sehari-hari) sebagaimana biasanya. Saat responden merasakan adanya keluhan kesehatan (R501a=1), maka tanyakan kepada responden apakah keluhan kesehatan tersebut sampai mengganggu aktivitas sehari-hari atau tidak.

Contoh keluhan kesehatan yang mengganggu:

a. KRT/ART yang tidak masuk bekerja karena sakit; atau yang masih tetap bekerja, tetapi tidak dapat bekerja dengan baik; atau tidak dapat bekerja dengan kapasitas penuh seperti biasa.

b. ART yang tidak dapat mengikuti pelajaran/tidak masuk sekolah karena sakit gigi.

c. Ibu rumah tangga yang tidak dapat melakukan pekerjaan seperti yang biasa dilakukan sehari-hari karena batuk dan pilek.

d. ART yang tidak dapat bermain seperti biasanya karena diare.

Rincian 502a: Keluhan Kesehatan Selama Januari Sampai Mei 2014

(40)

Rincian 502b: Intensitas Keluhan Kesehatan Selama Januari Sampai Mei 2014

Pertanyaan ini bertujuan untuk melihat intensitas keluhan kesehatan yang dialami oleh responden selama Januari sampai Mei 2014. Semakin sering responden mengalami keluhan kesehatan, maka hal tersebut mengindikasikan adanya penyakit kronis/menahun yang diderita oleh responden. Isikan kode 1-4 pada kotak yang tersedia. Batasan ‘sangat jarang’, ‘jarang’, ‘sering’, dan ‘sangat sering’, sepenuhnya berdasarkan persepsi responden.

Rincian 503a: Mengidap Penyakit Kronis/Menahun yang Telah Dinyatakan Oleh Dokter

Pertanyaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan responden mengalami sakit kronis/menahun dengan cara menanyakan secara langsung kepada responden. Seseorang dikategorikan mengidap penyakit kronis jika telah dinyatakan oleh dokter. Penyakit kronis adalah penyakit yang mempunyai karakteristik yaitu: penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secara tiba-tiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna.

Isikan kode “1” bila responden mengidap penyakit kronis/menahun dan sudah dinyatakan oleh dokter, dan isikan kode “2” bila tidak mempunyai penyakit kronis, termasuk responden yang memiliki gejala penyakit kronis/menahun tetapi belum dinyatakan mengidap penyakit kronis oleh dokter.

Rincian 503b: Nama Penyakit Kronis/Menahun

Rincian pertanyaan ini ditanyakan jika responden mengidap suatu penyakit kronis/menahun yang telah dinyatakan oleh dokter (R503a berkode ‘1’). Tuliskan nama penyakit kronis/menahun tersebut pada tempat yang tersedia. Jika lebih dari satu jenis penyakit, maka sebutkan semua jenis penyakitnya. Contoh penyakit kronis antara lain: diabetes, asma, epilepsy, kanker dll.

Rincian 504a: Melakukan Rawat Inap atau Rawat Jalan

Rincian 504a bertujuan untuk melihat upaya pengobatan yang dilakukan oleh responden jika mengalami keluhan kesehatan atau mengidap penyakit kronis/menahun. Upaya pengobatan di fasilitas kesehatan yang ditanyakan mencakup rawat inap dan rawat jalan yang dilakukan selama Januari sampai Juni 2014. Rawat inap (opname) adalah seseorang (pasien) yang harus menjalani proses perawatan oleh tenaga kesehatan, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya. Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Dalam SPTK 2014, rawat jalan juga termasuk upaya pengobatan responden melalui menebus obat dari dokter.

Jika responden melakukan rawat jalan atau rawat inap, maka lingkari kode jawaban ‘Ya’, pindahkan kode jawaban pada kotak yang tersedia, dan lanjutkan wawancara ke rincian 505. Sementara itu, jika responden tidak melakukan rawat jalan atau rawat inap, maka lingkari kode jawaban ‘Tidak’ dan pindahkan kode jawaban pada kotak yang tersedia. Kemudian lanjutkan wawancara ke rincian 504b untuk menanyakan alasan responden tidak melakukan rawat inap ataupun rawat jalan.

Rincian R504 ditanyakan bila responden mengalami keluhan kesehatan selama bulan Juni 2014 (R501a berkode 1) atau responden mengalami keluhan kesehatan selama

(41)

Rincian 504b: Alasan Tidak Melakukan Rawat Inap atau Rawat Jalan

Rincian R504b bertujuan untuk mengetahui alasan responden yang mengalami keluhan kesehatan atau mengidap penyakit kronis/menahun tetapi tidak melakukan upaya pengobatan melalui rawat inap ataupun rawat jalan. Alasan responden tidak melakukan rawat inap ataupun rawat jalan terdiri dari:

a. Mengobati sendiri apabila responden melakukan pengobatan sendiri dalam usaha untuk menyembuhkan sakit atau keluhan kesehatannya, seperti membeli obat di apotek/toko obat, menggunakan jamu, kerokan, kompres, dan sebagainya.

b. Berobat ke Pengobatan Alternatif/Tradisional. Pengobatan alternatif adalah bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern. Pengobatan alternatif juga mencakup pengobatan tradisional. Jenis-jenis pengobatan alternatif yaitu: (1) Terapi energi yang meliputi: akupuntur, meditasi, reiki, dll; (2) Terapi fisik meliputi: aromaterapi, teknik relaksasi, hidroterapi, dll; dan (3) Terapi pikiran dan spiritual, meliputi: hipnoterapy, terapi suara, terapi cahaya, dll.

c. Tidak memiliki biaya berobat apabila responden merasa tidak mampu/tidak memiliki biaya untuk berobat.

d. Akses ke fasilitas kesehatan sulit, apabila responden menganggap fasilitas kesehatan sulit untuk dicapai, misal karena jauh atau tidak ada transportasi.

e. Merasa tidak mempunyai harapan untuk sembuh, apabila responden merasa bahwa dirinya tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga tidak perlu melakukan upaya pengobatan apapun.

f. Lainnya, apabila alasan selain alasan telah disebutkan di atas, seperti responden tidak mau diobati, sudah tidak ada keluhan lagi, atau tidak ada alat di fasilitas kesehatan di daerah responden, dsb. Apabila responden jawab lainnya, maka tuliskan alasannya.

Kode jawaban yang tersedia adalah ‘1’ jika ‘Ya’ dan ‘2’ jika ‘Tidak’.

Rincian 505: Jaminan Kesehatan yang Masih Berlaku

Kepemilikan jaminan kesehatan berkaitan erat dengan proteksi (perlindungan) terhadap kesehatan seseorang, seperti perlindungan terhadap seseorang yang harus menjalani perawatan/pelayanan medis. Jaminan kesehatan ini merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung memengaruhi tingkat kebahagiaan. Kepemilikan jaminan kesehatan ini meliputi jaminan kesehatan yang dimiliki responden baik yang diperoleh dari tempat bekerja, pemerintah maupun dari asuransi atas biaya pribadi yang masih berlaku. Misalnya BPJS Kesehatan/JKN, JPK PNS/Veteran/Pensiun (Askes), Jamkesmas, Jamkesda, asuransi kesehatan swasta, tunjangan/penggantian biaya kesehatan oleh perusahaan, dll. Artinya, saat terjadi suatu masalah/musibah, jaminan kesehatan tersebut dapat digunakan.

Dalam bertanya kepada responden, pencacah harus membacakan redaksi pertanyaan secara lengkap seperti yang tertulis pada kuesioner. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin semua contoh jaminan kesehatan disebutkan oleh pencacah sehingga responden memiliki pemahaman yang utuh. Jika responden sulit untuk memahami maksud dari jenis jaminan kesehatan, maka pencacah dapat menjelaskannya dengan cara yang berbeda. Misalnya, pada saat responden sakit, apakah ada pihak yang menanggung biaya kesehatan? Setelah diperoleh jawaban yang sesuai, lingkari kode jawaban dan pindahkan kode jawaban pada kotak yang tersedia.

Gambar

Gambar 1.1. Arus Dokumen dan Data SPTK 2014
Gambar 2.1. Skema Kerangka Sampel SPTK 2014
Gambar 2.2.  Mekanisme Pengolahan Data di BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan BPS Pusat
Gambar 3.1. Struktur Organisasi SPTK 2014 di BPS Pusat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada periode 755-912 M inilah Islam di Andalusia (Spanyol) memberi pengaruh yang besar dalam kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan di Eropa, baik dari segi

Bahwa pada tanggal 13 April 2015 sekina pukul 15.30.WIB, Terdakwa bersama anggota lainnya benjumlah kurang lebih 34 (tiga puluh empat) orang anggota yang dipimpin oleh Letda

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada studi pendahuluan dilakukan dengan kuesioner pada dua sekolah yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Adapun yang

Masa giling di Pabrik gula Kwala Madu adalah sekitar 7 bulan yaitu mulai bulan Januari sampai bulan Juli dalam 1 tahun, akan tetapi seluruh karyawan tetap dan pegawai staf tetap

(1) Untuk kapal yang datang dari luar negeri dan akan singgah di suatu pelabuhan bukan pelabuhan karantina dan untuk kapal yang mempunyai pelayaran tertentu antar luar negeri

Begitu juga dengan daerah lokasi penelitian ini, di wilayah tersebut juga terdapat keragaman suku yang tinggi, namun karena Pabrik Gula Kwala Madu merupakan lokasi perkebunan,

Ketujuh variabel independen dari penelitian Marganingsih dan Martani (2010) yang digunakan oleh peneliti antara lain budaya organisasi, gaya kepemimpinan, imbalan

Penelitian dilakukan di Pabrik Konveksi Syahdika Kawalu Kota Tasikmalaya dengan satu kali kunjungan, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengukuran pengetahuan