1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE COMPLETE SENTENCE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
Ni Made Dwipayanti Agustini1,Ketut Pudjawan2, Ndara Tanggu Renda3,
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail: {[email protected]1,[email protected]2, [email protected]3}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 106 orang. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik random sampling dan diperoleh siswa kelas V SDN 4 Baler Bale Agung yang berjumlah 21 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SDN 5 Baler Bale Agung dengan jumlah 22 orang sebagai kelompok kontrol. Data hasil belajar IPS siswa dikumpulkan dengan metode tes berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 8,64 dan ttab (pada taraf signifikansi 5%) = 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa thit > ttab, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence berpengaruh terhadap hasil belajar IPS
Kata-kata Kunci: complete sentence, hasil belajar, IPS
Abstract
This research aims to know the difference between the IPS study results of students who follow learning cooperative learning model with complete sentence types and students who follow the conventional learning model with learning in students of class V in Cluster I Sub Negara lesson 2016/2017 year Jembrana Regency. This type of research was quasi experimental research. The population of this research is the whole grade V in Force I Sub Negara Jembrana Regency years lesson 2016/2017 of 106 people. The research sample is determined by random sampling techniques and obtained grade V SDN 4 Baler Bale Agung that add up to 21 people as a group of experiments and grade V SDN 5 Baler Bale Agung with a total of 22 people as a control group. Results of the study data collected by students of IPS test method-shaped multiple choice. The collected data were analyzed using descriptive statistics and statistical analysis inferensial (test-t). Based on the results of data analysis, retrieved thit = 8.64 and ttab (significance level at 5%) = 2.000. This shows that ttab > thit, so that it can be interpreted that there is a significant difference between the IPS study results of students who follow learning cooperative learning model with complete sentence types and students who follow the conventional learning with learning. Cooperative learning model of the complete sentence type effect on the results of the study, IPS
Keywords: complete sentence, learning outcomes, IPS
2 PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting untuk mewujudkan manusia yang berkualitas dan bermutu serta berguna bagi nusa dan bangsa. Menurut Oemar Hamalik (2008:
79) “pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkanya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”. Secara umum makna pendidikan ialah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntunan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan teratur, tertib, efektif dan efesien akan mampu mempercepat proses pembudayaan bangsa berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasaan kehidupan bangsa kita, sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum pada dalam alenia IV, pembukaan UUD 1945. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mmbentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. keseluruhan kompenen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, guru sebagai pendidik memiliki peran penting sebagai fasilitator dalam pendidikan formal. Dari pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada pendidikan formal sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 yang menyebutkan Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a) pendidikan agama, b) pendidikan kewarganegaraan, c) bahasa, d) matematika, e) ilmu pengetahuan alam, f) ilmu pengetahuan sosial, g) seni budaya, h) pendidikan jasmani dan olahraga, i) keterampilan/kejuruaan dan, j)muatan lokal.
Sesuai dengan isi dari Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, salah satu kurikulum pendidikan di SD yang wajib dikuasai oleh peserta didik adalah semua mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS. IPS merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat. Menurut Buchori Alma (dalam Susanto 2013) menyatakan,
“IPS adalah sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik, maupun dan lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi”.Tujuan diberikan pembelajaran IPS ialah untuk bisa mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik pada diri peserta didik sendiri maupun di masyarakat. Pada kenyataanya pembelajaran IPS di SD jauh dari tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilaksanaka pada tanggal 17 -18 Februari di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana diperoleh hasil wawancara yang pada guru yaitu sebagai berikut. Pertama, guru masih bingung memilih model pembelajaran yang inovatif dalam kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran guru cenderung menggunakan metode pembelajaran yang monoton yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.
Kedua, guru jarang melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara
3 berkelompok. Guru berpendapat kegiatan pembelajaran dengan berkelompok menghabiskan banyak waktu dan penyampaian materi tidak sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Selanjutnya, hasil wawancara yang dilaksanakan ke beberapa siswa diketahui beberapa penyebab masalah yang terjadi.
Pertama, siswa kurang aktif saat pembelajaran. Penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih terpaku pada buku pelajaran. Kedua, siswa masih pasif dalam kegiatan diskusi kelas. Ketika kegiatan diskusi berlangsung siswa masih tampak kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Hasil observasi yang sudah dilakukan pada mata pelajaran IPS ditemukan siswa tampak hanya bisa berkonsentrasi sebentar saja kemudian mengabaikan penjelasan guru. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran di dalam kelas ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pejelasan guru. Observasi yang dilakukan pada guru ditemukan guru kurang memahami karakteristik semua siswanya. Dalam kegiatan pembelajaran ada siswa yang tampak tidak bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Siswa tersebut terlihat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Selain melakukan wawancara dan observasi, peneliti juga melakukan pencatatan dokumentasi. Pencatatan dokementasi diperoleh data nilai ulangan akhir semester mata pelajaran IPS kelas V semester genap di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana masih rendah. Hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai mata pelajaran IPS yang terdapat di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana masih tergolong rendah dapat dilihat sebanyak 72 siswa yang tidak tuntas dari 106 siswa. Jika dilihat rata-rata nilai IPS pada gugus I Kecamatan Negara nilai tersebut masih dalam predikat cukup, predikat tersebut sesuai dengan penerapan PAP skala 5 (dalam Agung, 2010:58) dengan persentase 65-79.
Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan ternyata sekolah tersebut masih menggunakan cara belajar konvensional
yang di mata guru masih mudah diterapkan dan bisa memenuhi target untuk menyampaikan materi yang sudah ditentukan tiap pertemuannya. Guru terkadang mengesampingan motivasi siswa dalam belajar dan membuat hasil belajar siswa masih di bawah KKM yang sudah ditentukan.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, model pembelajaran Kooperatif Complete Sentence merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar mata pembelajaran IPS pada kelas V di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017. Model pembelajaran kooperatif Complete Sentence merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini merangsang perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dan siswa dapat menghafal materi pembelajaran dengan melengkapi paragraph yang masih kosong yang disediakan guru yang sesuai dengan materi yang sudah disampaikan guru. Model ini dipilih karena siswa diajarkan untuk mengerti dan menghafal materi yang diajarkan guru. Untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh dari model pembelajaran kooperatif complete sentence terhadap hasil belajar IPS, perlu dibandingkan dengan pembelajaran konvensional
Model pembelajaran kooperatif complete sentence lebih berpusat pada keaktifan siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence diyakini memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran atau muatan pelajaran IPS. Dalam penelitian ini pelaksanaan model pembelajaran complete sentence menggunakan langkah pembelajaran yang disampaikan oleh Suprijono (2009:132) yaitu, a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, b) Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membaca buku atau model dengan waktu secukupnya, c) Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen, d) Guru membagiakan lembaran kerja berupa paragraph yang kalimatnya belum lengkap,
4 d) Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia, e) Siswa berdiskusi secara berkelompok, f) Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah akan diperbaiki, g) Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hafal, i) Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan tersebut untuk mengetahui pengaruh hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dan pembelajaran konvensional, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui terdapat tidaknya perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran METODE
Tempat dan pelaksanaan penelitian ini adalah di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Dalam eksperimen semu, penempatan subjek ke dalam kelompok yang dibandingkan tidak dilakukan secara random. Desain penelitian ini menggunakan non-equivalent posttest only control group design adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Non Equivalent Post-test Only Control Group Design
Kelas Perlakuan Post-test
Eksperimen X O1
Kontrol - O2
(sumber: dimodifikasi dari Sugiyono, 2011) Keterangan: E = kelas eksperimen, K =kelas kontrol, X = Perlakuan dengan Model Pembelajaran kooperatif tipe Dicision Making berbantuan media video, = Tidak mendapat perlakuan (model pembelajaran konvensional) O1 = post–test terhadap kelas eksperimen, O2 = post–test terhadap kelas kontrol.
Dalam rancangan ini subjek yang diambil dari populasi dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak. Kelompok eksperimen dibelajarkan
dengan menggunakan model
pemebelajaran kooperatif tipe complete sentence dan kelompok kontrol dibelajarkan dengan pembelajaran konvesional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana yang terdiri dari siswa kelas V SDN 3 Baler Bale Agung berjumlah 30 orang, siswa kelas V SDN 4 Baler Bale Agung berjumlah 21 orang, siswa kelas V SDN 5 Baler Bale Agung berjumlah 22 orang, siswa kelas V SDN 2 Banjar Tengah berjumlah 15 orang, siswa Kelas V SDN 3 Banjar Tengah berjumlah 18 orang. Total jumlah populasi adalah sebanyak 106 siswa.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Teknik random sampling dilakukan dengan sistem undian. Dalam suatu penelitian, sampel yang diacak bisa kelas atau sekolah.
Apabila penelitian hanya melibatkan satu sekolah, maka sampel yang diacak adalah kelas. Apabila penelitian melibatkan beberapa sekolah, maka sampel yang diacak adalah sekolah. Dalam teknik random sampling, semua subjek mendapat hak yang sama untuk mendapat kesempatan menjadi sampel penelitian.
Cara penetapan sampel menggunakan sistem undian. Sebelum pengundian sampel terlebih dahulu diuji keseteraannya dengan ANAVA A.
Berdasarkan hasil analisis ANAVA A diperoleh nilai Fh sebesar 0,23. Nilai Ftab sebesar 2,46 pada taraf signifikansi 5%.
Terlihat bahwa Fhitung<Ftab sehingga H0 diterima. Dari pernyataan tersebut, maka
5 dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai siswa kelas V semester ganjil di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana setara. Setelah dilakukan uji kesetaraan pemilihan sampel yang digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dengan cara random sampling atau teknik acak. Hasil dari random sampling yaitu kelas V SD Negeri 4 Baler Bale Agung sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dan kelas V SD Negeri 5 Baler Bale Agung sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvesional. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian eksperimen terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan dan persiapan eksperimen, tahap pelaksanaan eksperimen, dan tahap pelaporan eksperimen. Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dan variabel terikat adalah hasil belajar IPS.
Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS kelas V SD di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana. Data hasil belajar IPS dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang terbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites(testee), dan dari tes dapat menghasilkan suatu skor (Interval)
Suatu instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel penelitian.
Sehingga sebelum instrumen penelitian digunakan untuk mengambil data pada subjek penelitian, instrumen penelitian tersebut terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda. Berdasarkan uji validitas isi , nilai validasi isi (content validity) menggunakan rumus Gregory adalah semua soal diterima oleh kedua pakar. Secara kuantitatif diperoleh hasil 1,00, artinya tes berada pada kategori koefisien validitas isi sangat tinggi.
Berdasarkan hasil validitas butir soal yang dilakukan di 2 SD yaitu SD Negeri 3 Baler Bale Agung , SD Negeri 3 Banjar Tengah,
dengan jumlah responden 64 orang diperoleh jumlah butir soal yang valid adalah 35 soal dari 40 soal yang diuji cobakan. Butir tes yang valid digunakan sebagai post-test. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas tes terhadap 35 butir tes yang digunakan, diperoleh nilai reliabilitas tes yaitu 0,80 artinya bahwa reliabilitas tes berada pada kualifikasi tinggi. Jadi, tes hasil belajar IPS tersebut dianggap layak untuk digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan uji tingkat kesukaran tes diperoleh 0,53, sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria sedang.
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan harus memiliki kriteria daya beda mulai dari cukup baik sampai sangat baik.
Berdasarkan hasil uji daya beda tes diperoleh 0,22, sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria cukup.
Hasil analisis terhadap 40 butir tes diperoleh 1 butir tes yang berkualifikasi baik, 29 butir tes yang berkualifikasi cukup, dan 9 butir tes yang berkualifikasi kurang baik, 1 butir tes yang berkualifikasi sangat kurang baik. Hasil dari pengujian instrumen penelitian yang sudah dianalisis dengan menggunakan uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS kelas V berjumlah 30 butir soal. Soal akan diberikan pada pertemuan ke 8. Data hasil belajar IPS dianalisis menggunakan analisis deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar IPS. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun sistematis dalam bentuk angka atau persentasi, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mean (rata-rata), modus, median dan standar deviasi. Data disajikan dalam bentuk grafik polygon.
Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji
6 normalitas dan uji homogenitas. Dalam melakukan uji prasyarat digunakan uji-t (polled varians) dengan taraf signifikansi 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian meliputi deskripsi umum data hasil penelitian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, uji prasyarat analisis dan pengujian hipotesis.
Objek dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar IPS siswa sebagai hasil perlakuan anatara kelompok siswa
yang dibelajarakan dengan pembelajaran koopertaif tipe complete sentence dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvesional. Penelitian ini menggunakan analisis data uji-t. Data dalam penelitian ini dikelompokan menjadi:
1) hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence, 2) hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvesional. Hasil analisis data disajikan pada tabel 2
Tabel 2 Data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Statistik Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Mean 25,21 17,45
Median 25,27 17,25
Modus 25,40 17
Varians 6,49 9,97
Standar Deviasi
2,54 3,16
Berdasarkan tabel data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut dapat diketahui kelompok eksperimen memiliki mean = 25,21, median
= 25,27, dan modus = 25,40 yang berarti Mo > Md > M (25,21 > 25,27 > 25,40) dan termasuk ke dalam juling negatif yang menunjukan bahwa sebagian skor cenderung tinggi. Data hasil belajar IPS siswa kelompok ekserimen disajikan dalam bentuk grafik polygon seperti pada gambar 1
Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Jika dikonversi ke dalam pedoman penetapan kategori hasil belajar IPS kelompok eksperimen berada pada kategori sangat tinggi.
Pada kelompok kontrol mean = 17,45, median = 17,25, modus = 17 yang berarti Mo < Me < M ( 17 < 17,25 < 17,45). Data hasil belajar IPS siswa kelompok ekserimen disajikan dalam bentuk grafik polygon seperti pada gambar 2
Berdasarkan gambar polygon di atas, diketahui Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data kelompok siswa dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional merupakan juling positif. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Jika dikonversi ke dalam pedoman penetapan kategori hasil belajar IPS kelompok eksperimen berada pada kategori sedang.
7 Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. digunakan kriteria rata- rata ideal dan standar deviasi ideal yang
diklasifikasikan dalam lima kategori.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan mengikuti kriteria tersebut, maka diperoleh hasil yang disajikan dalam tabel 3 Tabel 3 Hasil Skala Penilaian atau Kategori pada Skala Lima Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Rentang Skor Kategori
22,5 X 30 Sangat tinggi
17,5 X< 22,5 Tinggi
12,5 X< 17,5 Sedang
7,5 X< 12,5 Rendah
0 X< 7,5 Sangat rendah
Berdasarkan hasil konversi diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS pada kelas eksperimen 25,21 tergolong kriteria sangat tinggi dan skor rata-rata hasil belajar IPS pada kelas kontrol 17,45 tergolong kriteria sedang.
Deskripsi data hasil penelitian, menunjukan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence adalah 25,21 yang berada pada kategori sangat tinggi dan
rata-rata skor hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 17,45 yang berada pada kategori sedang.
Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau untuk menyelidiki fo (frekuensi observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fh
(frekuensi harapan) dalam distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar IPS kelompok eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat disajikan hasil uji normalitas sebaran data hasil belajar IPS kelompok eksperimen dan kontrol pada tabel
Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Hasil Belajar IPS No Kelompok Data Hasil
Belajar hitung
χ
2χ
2tabel dengan TarafSignifikansi 5% Status
1 Eksperimen 1,53 5,591 Normal
2 Kontrol 1,53 5,591 Normal
Hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh
hitung
2 hasil belajar kelompok eksperimen adalah 1,53 dan
2tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 2 adalah 5,591.Hal ini berarti,
2hitung hasil belajar kelompok eksperimen lebih kecil dari
2tab(
2hit 2tab), sehingga data hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Hasil serupa juga didapat pada kelas kontrol,
2hitung sebesar 1,53 dan
2tabeldengan taraf signifikansi 5% dan db = 2 adalah 5,591. Hal ini berarti,
2hitung hasil belajar kelompok kontrol lebih kecil daritabel
2 (
2hitung 2tabel), sehingga data hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal. Selain itu pada penelitian ini dilakukan juga Uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Dalam penelitian ini diketahui Fhitung hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,54.
8 Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 21, dbpenyebut = 20, dan taraf signifikansi 5%
adalah 2,12. Hal ini berarti, Fhitung < Ftabel
sehingga varians data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis
tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika thitung > ttabel dan terima H0 jika thitung < ttabel. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 5
Tabel 5 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t
Kelompok N X s2 thitung ttabel (t.s. 5%)
Eksperimen 21 25,21 6,49
8,64 2,000
Kontrol 22 17,45 9,97
Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diperoleh thitung = 8,84 dan ttabel (db= n1 + n2 – 2 = 21 + 22 - 2 = 41) dan taraf signifikansi 5% = 2,000. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan.
Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional disebabkan oleh adanya perlakuan pada kegiatan pembelajaran.
Kegiatan dalam kelas eksperimen mengacu pada langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence. Pembelajaran dengan
model kooperatif tipe complete sentence memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam menjawab LKS yang diberikan oleh guru. Pembelajaran ini membuat siswa akan antusias bekerja sama dengan kelompoknya untuk menemukan jawaban yang sesuai dengan LKS yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk menghafal materi yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu guru menyampaikan materi kemudian membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota berjumlah 3 atau 2 siswa kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran setelah itu guru membagikan LKS yang berisikan paragraph yang belum lengkap, siswa bersama kelompoknya mendiskusikan LKS dan mengisi paragraph yang kosong, selesai berdiskusi siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, siswa yang lain memperbaiki jawaban yang salah lalu membaca dan megahafalkannya, setelah itu menarik kesimpulan. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran karena lebih berpusat pada siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence siswa diajak untuk menghapal materi pembelajaran karena mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang lebih dominan menghapal. Hal ini sesuai dengan pendapat Shoimin (2013: 36) yang menyatakan mengenai kelebihan dari
9 model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence yaitu “ 1) mudah dibuat guru, 2) siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak jawabannya, 3) siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi.”
PENUTUP
Berdasarkan tujuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional di Gugus I Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan pada hasil hipotesis uji-t yang diketahui bahwa thitung= 8,84 >ttabel = 2,000, Ini berarti terdapat hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptifnya siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence, menunjukkan rata-rata hasil belajar IPS lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional yaitu M1 = 25,21 > M2 = 17,45. Terdapat perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Adapun saran yang dapat diajukan 1) disarankan kepada siswa agar lebih aktif dan meningkatkan kerja sama dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, 2) disarankan kepada guru-guru di sekolah dasar agar menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe complete sentence sebagai salah satu alternative model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS ataupun pada mata pelajaran lain yang sejenis untuk mempermudah guru dalam menyampaikan
materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, 3) disarankan kepada Kepala Sekolah sebagai acuan dalam mengambil kebijakan untuk mengusahakan peningkatan kualitas mutu pendidikan di sekolah dengan dengan cara membimbing guru menggunakan suatu model pembelajaran yang inovatif, agar hasil belajar siswa dapat meningkat, 4) disarankan kepada peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu acuan kepustakaan untuk melakukan penelitian yang sejenis atau variable yang berbeda
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja:
Undiksha
---. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Candiasa, I Made. 2010. Pengujian
Instrumen Penelitian Disertai Aplikasi Iteman Dan Bigsteps.
Singaraja: Undiksha
Firdaus, Aziz. 2012. Metode Penelitian.
Jakarta: Jelajah Nusa
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuntitatif.
Singaraja: Undiksha
---. I Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.
Muslich, Mansur. 2010. Autentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung:
PT Refika Aditama
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo
10 Shoimin, Aris. 2014. 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara