• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU AJAR PEMERINTAHAN TRADISIONAL DI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU AJAR PEMERINTAHAN TRADISIONAL DI PAPUA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BUKU AJAR PEMERINTAHAN TRADISIONAL DI PAPUA

Penulis:

Willius Kogoya Desain Cover:

Usman Taufik Tata Letak:

Handarini Rohana Editor:

Neneng Sri Wahyuni ISBN:

978-623-6457-98-6 Cetakan Pertama:

November, 2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang

Copyright © 2021

by Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung All Right Reserved

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT:

WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG (Grup CV. Widina Media Utama)

Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat

Anggota IKAPI No. 360/JBA/2020 Website: www.penerbitwidina.com

Instagram: @penerbitwidina

(4)

iii

Rasa syukur yang teramat dalam dan tiada kata lain yang patut kami ucapkan selain mengucap rasa syukur. Karena berkat rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, buku yang berjudul “Buku Ajar Pemerintahan Tradisional Di Papua” telah selesai di susun dan berhasil diterbitkan, semoga buku ini dapat memberikan sumbangsih keilmuan dan penambah wawasan bagi siapa saja yang memiliki minat terhadap pembahasan tentang Buku Ajar Pemerintahan Tradisional Di Papua.

Akan tetapi pada akhirnya kami mengakui bahwa tulisan ini terdapat beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sebagaimana pepatah menyebutkan “tiada gading yang tidak retak” dan sejatinya kesempurnaan hanyalah milik tuhan semata. Maka dari itu, kami dengan senang hati secara terbuka untuk menerima berbagai kritik dan saran dari para pembaca sekalian, hal tersebut tentu sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya kami untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan karya selanjutnya di masa yang akan datang.

Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan turut andil dalam seluruh rangkaian proses penyusunan dan penerbitan buku ini, sehingga buku ini bisa hadir di hadapan sidang pembaca. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan di Indonesia.

November, 2021

Penulis

PRAKATA

(5)

iv

DAFTAR ISI

PRAKATA ··· iii

DAFTAR ISI ··· iv

PENDAHULUAN ··· 1

A. Strategi Perkuliahan ···3

B. Standar Kompetensi ···4

BAB 1 CORAK PEMERINTAHAN TRADISIONAL ··· 5

A. Deskripsi Singkat···6

B. Tujuan Instruksional ···7

C. Uraian Materi ···7

1. Teori Pemerintahan Tradisional···7

2. Sistem Pemerintahan di Papua ···9

a. Pengaruh Budaya ···9

b. Pengaruh Suku Bangsa ··· 10

3. Kepemimpinan Tradisional ··· 11

4. Pemimpin Formal dan Non Formal ··· 15

5. Tipe Kepemimpinan Tradisional di Papua ··· 15

D. Rangkuman Materi ··· 18

E. Tes Formatif ··· 18

BAB 2 SISTEM PEMERINTAHAN DI PAPUA ERA OTONOMI KHUSUS ··· 19

A. Deskripsi Singkat··· 20

B. Tujuan Instruksional ··· 20

C. Uraian Materi ··· 21

1. Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Papua··· 21

2. Jaringan Pengaman Sosial (JPS) ··· 23

3. Kehadiran Negara ··· 25

4. Dampak Otsus di Papua ··· 26

D. Rangkuman Materi ··· 28

E. Tes Formatif ··· 29

DAFTAR PUSTAKA ··· 31

PROFIL PENULIS ··· 32

(6)

BUKU AJAR PEMERINTAHAN TRADISIONAL DI PAPUA

PENDAHULUAN

Willius Kogoya, S.Pd., M.Sc Universitas Cenderawasih

(7)

2 | Buku Ajar Pemerintahan Tradisional di Papua

PENDAHULUAN

Menurut Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa. Keputusan politik penyatuan Papua menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada hakikatnya mengandung cita-cita luhur. Namun kenyataannya berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang sentralistik belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan, belum sepenuhnya memungkinkan tercapainya kesejahteraan rakyat, belum sepenuhnya mendukung terwujudnya penegakan hukum, dan belum sepenuhnya menampakkan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) di Provinsi Papua, khususnya masyarakat Papua.

Ketika masa pemerintahan Suharto akhirnya tumbang dengan munculnya era reformasi di Indonesia yang memberi peluang bagi timbulnya pemikiran dan kesadaran baru untuk menyelesaikan berbagai permasalahan besar bangsa Indonesia dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Sehubungan dengan itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia pada tahun 1999 dan 2000 menetapkan perlunya pemberian status Otonomi Khusus kepada Provinsi Irian Jaya. Hal ini merupakan suatu langkah awal yang positif dalam rangka membangun kepercayaan rakyat kepada Pemerintah, sekaligus merupakan langkah strategis untuk meletakkan kerangka dasar yang kukuh bagi berbagai upaya yang perlu dilakukan demi tuntasnya penyelesaian masalah-masalah di Provinsi Papua.

Provinsi Papua (sebelumnya Provinsi Irian Jaya) yang kemudian menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Khusus sendiri merupakan kewenangan yang diakui dan diberikan secara khusus kepada Provinsi Papua, termasuk provinsi-provinsi hasil pemekaran Provinsi Papua, untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan kebutuhan dan hak-hak dasar masyarakat Papua.

Provinsi Papua sebagai bagian dari NKRI menggunakan Sang Merah Putih

sebagai Bendera Negara dan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Provinsi

Papua dapat memiliki lambang daerah sebagai panji kebesaran dan simbol

(8)

BUKU AJAR PEMERINTAHAN TRADISIONAL DI PAPUA

BAB 1: CORAK PEMERINTAHAN TRADISIONAL

Willius Kogoya, S.Pd., M.Sc Universitas Cenderawasih

(9)

6 | Buku Ajar Pemerintahan Tradisional di Papua

CORAK PEMERINTAHAN TRADISIONAL

A. DESKRIPSI SINGKAT

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah mampu untuk hidup seorang diri. Dimana atau dalam keadaan apapun manusia cenderung untuk hidup berkelompok. Pengelompokan sosial itu antara lain dilandasi oleh adanya persamaan kepentingan antara sesama anggota kelompoknya. Untuk mewujudkan kepentingan bersama itu manusia mengorganisir dirinya ke dalam dengan menciptakan peringkat peraturan dan pengendalian sosial yang sesuai dengan lingkungan di mana mereka hidup dan bergaul bersama. Dalam pengaturan dan pengendalian sosial tersebut diperlukan suatu sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan dalam mengatur kehidupan masyarakat, dengan kata lain setiap komuniti, masyarakat atau organisasi sosial lainnya mengenal adanya sistem kepemimpinan (leadership chefdom).

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki sistem pemerintahan yang coraknya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan latar belakang sejarah suku bangsa yang bersangkutan.

Misalnya, pada masyarakat suku bangsa dengan latar belakang berpindah di Sumatera akan berbeda dengan suku bangsa di Jawa yang sudah sejak lama mengenal sistem pertanian secara menetap. Sesuai dengan perjalanan sejarah, suku bangsa di Indonesia mempunyai pengalaman sendiri-sendiri. Pengaruh kebudayaan asing, perdagangan, peperangan dan penjajahan ikut mewarnai corak kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia termasuk sistem pemerintahannya.

Berbagai bentuk pemerintahan tradisional yang pernah tumbuh dan berkembang di kalangan suku bangsa di Indonesia, misalnya seperti bentuk pemerintahan desa di kalangan masyarakat Jawa. Sesuai dengan mata pencaharian penduduk Jawa yang umurrinya hidup dari pertanian sawah,

BAB 1

(10)

BUKU AJAR PEMERINTAHAN TRADISIONAL DI PAPUA

BAB 2: SISTEM PEMERINTAHAN DI PAPUA ERA OTONOMI KHUSUS

Willius Kogoya, S.Pd., M.Sc Universitas Cenderawasih

(11)

20 | Buku Ajar Pemerintahan Tradisional di Papua

SISTEM PEMERINTAHAN DI PAPUA ERA OTONOMI KHUSUS

A. DESKRIPSI SINGKAT

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia diwarnai dengan keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Sebagai Negara kesatuan yang terdiri dari banyak kepulauan, Indonesia perlu mengambil kebijakan dalam menentukan arah kebijakan system pemerintahan. Untuk menjawab kebutuhan setiap daerah di Indonesia, pemerintah pusat pun memberikan wewenang kepada masing-masing daerah dalam mengatur pemerintahan sesuai dengan kondisi masyarakat adat setempat.

Pemerintah Republik Indonesia memberikan kewenangan khusus kepada Pemerintah Papua melalui Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus. Di satu sisi, regulasi ini menjadi dasar kewenangan bagi Pemerintah Papua untuk menentukan arah kebijakan yang strategis dalam rangka mendorong pembangunan di daerah. Namun di sisi lain, merupakan wujud kehadiran negara di tengah masyarakat Papua sebagai respon atas sumbangan sumber daya alam yang telah diberikan kepada Negara. Lebih dari itu, Otsus menjadi komitmen Pemerintah Indonesia yang dapat meminimalisasi perbedaan antara Papua dengan daerah lain sekaligus sebagai pendekatan kesejahteraan sosial untuk menuntaskan persoalan yang melilit masyarakat Papua (Sugandi, 2008: 30; Rohim, 2014: 82).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan system Pemerintahan di Papua era Otonomi Khusus dan berbagai gejolak yang sedang terjadi akibat lemahnya kualitas pemerintahan di Papua era Otonomi Khusus.

BAB 2

(12)

Agung Djojosoekarto, dkk. (2008). Kinerja Otonomi Khusus Papua, Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. Jakarta:

Perpustakaan Nasional.

Baho, Y. (2009). Dampak Dana Otonomi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Sorong 1996-2007. Disertasi Doktoral, Universitas Gadjah Mada: Tidak Diterbitkan.

Budi Winarno. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Media Pressindo.

Chauvel, Richard. (2005). Consctructing Papua Nationalism: History, Etnicity and Adaptation. Washington: East-West Center.

Elisabeth, Adriana. Perdamaian dan Pembangunan Papua Problematika Politik Atau Ekonomi. Jurnal Penelitian Politik. Vol. 9, No. 1, hlm. 19-31.

Fanggidae, G. Ivan, dkk. (2016). Menelisik Kinerja Governance di Daerah Otonomi Khusus Papua Barat. NATAPRAJA, Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara. Vol. 4, No. 1, hlm. 91-106.

Ismail, Muhamad. (2015). Strategi Pengembangan Ekonomi Rakyat di Provinsi Papua. Jurnal Bina Praja. Vol. 7, No. 3, hlm. 251-260.

Ismail, Muhamad. (2015). Strategi Pengembangan Ekonomi Rakyat di Provinsi Papua. Jurnal Bina Praja. Vol. 7, No. 3, hlm. 251-260.

Litaay, Theo. (2009). Tantangan dan Peluang Pembangunan di Papua.

Makalah, unpublished. Diskusi Pusat Studi Kawasan Timur Indonesia.

Salatiga: PSKTI UKSW.

Musa'ad, M.A. (2011). Kontekstualisasi Pelaksanaan Otonomi Khusus di Provinsi Papua: Perspektif Struktur dan Kewenangan Pemerintahan.

Jurnal Kajian: Menjembatani Teori dan Persoalan Masyarakat dalam Perumusan Kebijakan. Vol. 16, No, 2. hlm. 357-385.

Muttaqin, Azmi. Otonomi Khusus Papua Sebuah Upaya Merespon Konflik dan Aspirasi Kemerdekaan Papua. Politika: Jurnal Ilmu Politik. Vol. 4, No. 1, hlm. 5-18.

Rohim, Nur. (2014). Optimalisasi Otonomi Khusus Papua Dalam Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat Guna Meredam Konflik dan Kekerasan.

Fiat Justisia Jumal Ilmu Hukum. Vol. 8, No. 1, hlm. 80-100.

Sugandi, Yulia. (2008). Analisis Konflik dan Rekomendasi Kebijakan Mengenai Papua. Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung.

DAFTAR PUSTAKA

(13)

Sistem Pemerintahan di Papua Era Otonomi Khusus | 31

Sumule, Agus. (2006). Hak-hak Rakyat Papua Atas Sumber Daya Alam dan Peranan

Mereka Dalam Perekonomian Modern Dalam Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya di Papua Barat, dalam Theodor Rathgeber (ed), Hak-hak Ekonomi Sosial, dan Budaya di Papua Barat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suryadi, Karim. (2011). Kompetensi Sosial Masyarakat Majemuk: Modal Sosial untuk Membangun Karakter Bangsa. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Penghargaan dan Penghormatan 70 tahun Prof. Dr. H. Endang Somantri, M.Ed. Bandung:

Widaya Aksara Press.

Suryawan I. Ngurah. (2011). Komin Tipu Komin: Elit Lokal dalam Dinamika Otonomi Khusus dan Pemekaran Daerah di Papua. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 15, No. 2, hlm. 140-153.

Timmer, Jaap. (2007). Desentralisasi Salah Kaprah dan Politik Elit di Papua dalam Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Kliken dibantu oleh Ireen Karang- Hoogenboom (eds), Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Obor dan KITLV.

Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. (2010). Pembangunan Ekonomi. Edisi

Kesembilan. Jakarta: Erlangga.

Tryatmoko, M. W. (2016). Politik Kebijakan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua.

Jurnal Penelitian Politik. Vol. 9, No. 1, hlm. 81-98.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus

Bagi Provinsi Papua.

Waimbo E. Danny dan Yuwoho, Prapto. (2012). Dinamika Masyarakat Papua pada Era

Otonomi Khusus. Kritis, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin. Vol. 21, No.

1, hlm. 20-34.

Yanuarti, S. (2016). Kemiskinan dan Konflik Papua di Tengah Sumber Daya yang Melimpah. Jurnal Penelitian Politik. Vol. 9, No. 1, hlm. 33-46.

Yoman S. Socratez. (2012). Saya Bukan Bangsa Budak. Jayapura: Cendrawasih

Press.

(14)

32 | Buku Ajar Pemerintahan Tradisional di Papua

Willius Kogoya, S.Pd., M.Sc

Penulis lahir di Makki, 09 Juli 1978. Menyelesaikan SD Inpres Makki dan SMP Negeri 2 Wamena. Tahun 1995 Masuk SMA Negeri 3 Jayapura lulus 1998. Lulus S1 PPKn Universitas Cenderawasih 2003. Mengikuti Ujian seleksi dosen di UNCEN tahun 2003 dan menjadi CPNS sejak 1 Desember 2003. Tahun 2005-2008 Kuliah S2 Ketahanan Nasional di Universitas Gadjah Mada. Kembali ke UNCEN dan menjadi Ketua Program Studi S1 PPKn Tahun 2009-2013, Sekretaris Jurusan P.IPS Tahun 2013-2017 dan 2017-2021. Aktif sebagai Asesor, Instruktur dan anggota di BAN S/M Provinsi Papua sejak Tahun 2014 hingga sekarang.

Instruktur PLPG, PPG, Instruktur Polisi Mengajar. Sejak 2003-2020 aktif menjadi Pengurus Harian Gereja BPP-PGBP Tahun 2013-2020. Pernah mengabdi atas permintaan Umat menjadi Wakil Gembala Sidang di Jemaat Baptis Menehi Sentani 2013-2020. Aktif mengajar Mata Kuliah PPKn, Pancasila, Kriminologi, Kehidupan Keagamaan di Indonesia, Teori dan Hukum Konstitusi, Sistem Pemerintahan Tradisional di Papua bagi Mahasiswa PPKn. Juga aktif melakukan pengabdian dan penelitian dan karya penelitian di publikasi pada Jurnal Nasional pada Kajian Lemhanas RI tahun 2021 dan karya lainnya pada Penerbit Widina berupa Bunga Rampai tentang Esai Esai Nasionalisme dan Kewarganegaraan di Papua serta Konflik Pemekaran Di Papua Dengan Perspektif Nenggi-Kenggi (Suatu Kajian Historis 1999-2007, Sosiologi, Hukum dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah) Ditulis tahun 2014 dan terbit Tahun 2021. Buku Bahan Ajar Pendidikan Pancasila terbit tahun 2020 dan Buku Bahan Ajar Sistem Pendidikan Tradisional di Papua Terbit Tahun 2021.

PROFIL PENULIS

(15)

Referensi

Dokumen terkait

kosakata hujan sebagai „malapetaka‟ merupakan konotatif negatif. Contoh kosakata lainnya adalah kosakata „kurus‟. Kosakata kurus memiliki makna „sebagai sebuah kondisi

REPRESENTASI KERETA REL LISTRIK DALAM KARYA FOTO “REL WAKTU”(Analisis Semiotika Pada Foto Essai Karya Edy Purnomo) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Tabel 4.6 menunjukkan hasil pengujian carbon analyzer yang dilakukan pada material dengan waktu ball milling 2 jam dan waktu pemberian gas asetilen 20 menit. Hal ini

Tingginya rendemen ekstrak nonpolar andaliman menunjukkan bahwa komponen yang dapat larut dalam heksana lebih banyak dibandingkan komponen semipolar (etilasetat) maupun

Kompetensi Dasar IPK Materi Pokok Indikator Soal Level Bentuk Soal Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Menyelesaika n masalah yang berkaitan dengan turunan fungsi

Jenis penilitian ini menggunakan penelitian deskriftif kualitatif.Menurut (Saryono 2010: 1), kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,

Indeks kemerataan yang mencapai nilai 1,00 berarti bahwa semua sampel yang ada di stasiun tersebut memiliki jumlah jenis organisme yang sama.. Nilai indeks dominansi

 90 % dari draf yang disiapkan pemerintah mengalami perubahan yang sangat mendasar, baik dari segi substansi maupun formulasi rumusannya, yang disepakati pada