• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEMIOTIK ROLAND BARTHES NOVEL HUJAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANYA DI KELAS XI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SEMIOTIK ROLAND BARTHES NOVEL HUJAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANYA DI KELAS XI SMA"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS SEMIOTIK ROLAND BARTHES NOVEL HUJAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARANYA DI KELAS XI SMA

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Susianti Agustina

NIM. 122110130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama mahasiswa : Susianti Agustina;

NIM : 122110130;

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/ dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Susianti Agustina

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Lihatlah mereka yang lebih tidak beruntung daripada dirimu sehingga kau tidak berpuas diri atas keberuntungan yang diberikan Allah Swt. kepadamu.

(Nabi Muhammad saw)

Barang siapa keluar mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah. (HR.

Turmudzi)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Agus Sunaryo dan Ibu Pujiati yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta doanya.

2. Seseorang yang tak pernah bosan memberikan semangat dan inspirasi dalam hidup mendengarkan keluh kesahku “DH”.

3. Si kembar kakak Rayhan dan dedek Rayvan yang dengan caranya sendiri selalu menghiburku, mas Wiwid, mbak Fitri dan selalu mengajariku, Jendra yang selalu memberi ku semangat.

4. Sahabat seperjuangan Trias dan PBSI angkatan 2012. Saudara serta sahabat dimanapun kalian berada pembaca karya ini.

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul ”Analisis Semiotik Roland Barthes Novel Hujan Karya Tere Liye dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI

SMA”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin dan rekomendasi kepada penulis mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia Drs. H. Bagiya, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pnyusunan skripsi ini.

4. Nurul Setyorini, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah berperan serta dalam penyelesaian skripsi ini.

(7)

vii

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan pengetahuan penulis serta bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Purworejo, Agustus 2016 Penulis

Susianti Agustina

(8)

viii

ABSTRAK

Agustina, Susianti. “Analisis Semiotik Roland Barthes Novel Hujan Karya Tere Liye dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik; (2) semiotik Roland Barthes; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran pada novel Hujan di kelas XI SMA.

Penelitian ini deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah semiotik Roland Barthes novel Hujan Karya Tere Liye dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XI SMA. Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kartu pencatat data yang digunakan untuk mencatat data- data semiotik Roland Barthes. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi.

Penyajian hasil analisis dilakukan dengan menggunakan teknik informal.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik meliputi: (a) tema: tentang politik negara berbeda iklim; (b) tokoh utama: Lail, tokoh tambahan: Esok atau Soke Bahtera, Maryam, Ibu Lail, Ibu Esok, Ibu Suri, Elijah, Wali Kota dan Istri Wali Kota, Claudia; (c) alur: alur mundur (flash back); (d) latar tempat: ruang terapi, stasiun kereta, lubang persimpangan jalan, rumah Lail, pengungsian nomor 2, panti sosial, sekolah keperawatan, toko kue, kolam air mancur, rumah-rumahan warna oranye; latar waktu: masa kanak- kanak, masa remaja, masa dewasa; latar sosial: kehidupan perawat, kehidupan paramedis, kehidupan ilmuan, kehidupan wali kota, kehidupan relawan, (2) semiotik Roland Barthes novel Hujan mencakup: (a) kode hermeneutik meliputi: tentang persahabatan, cinta, perpisahan, melupakan, dan hujan; (b) kode semik (konotasi) meliputi: makna “bekembang biak”, “percakapan, terasa horor”, “obat paling keras”, “gerimis membungkus kota”, “sinar matahari menerobos tenda”, “seperti cendawan raksasa”, “menatap rumput basah dan dedaunan pohon yang ditimpa matahari senja”, “bab lama telah ditutup, bab baru telah dibuka”, makna “ikut ke panti sosial”, “Ibu Suri”, “hatinya tercabik-cabik”; (c) kode simbolik meliputi:

lambang kemajuan zaman, lambang kesederhanaan, lambang kemewahan; (d) kode proaretik meliputi: sinopsis; (e) kode gnomik (kultural) meliputi: bahasa, pengetahuan, budaya; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran semiotik Roland Barthes novel Hujan di kelas XI SMA dilaksanakan dengan standar kompensi membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonsia/novel terjemahan, kompetensi dasar 7. 1 menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat.

Kata kunci: Semiotik Roland Barthes, novel, rencana pelaksanaan pembelajaran.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 12

C. Batasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 14

G. Sistematika Skripsi ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ... 16

A. Tinjauan Pustaka ... 16

B. Kajian Teoretis ... 17

1. Unsur Pembangun Novel ... 18

2. Semiotika Roland Barthes ... 24

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Objek Penelitian ... 40

B. Fokus Penelitian ... 41

C. Sumber Data ... 41

D. Data Penelitian ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 43

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 44

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ... 45

A. Penyajian Data ... 45

1. Unsur Intrinsik Novel Hujan Karya Tere Liye ... 45

2. Semiotika Roland Barthes dalam novel Hujan karya Tere Liye ... 47

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Hujan karya Tere Liye di Kelas XI SMA ... 48

(10)

x

B. Pembahasan Data ... 52

1. Unsur Instrinsik novel Hujan karya Tere Liye ... 52

2. Semiotika Roland Barthes Novel Hujan Karya Tere Liye .. 92

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Hujan karya Tere Liye di Kelas XI SMA ... 108

BAB V PENUTUP ... 117

A. Simpulan ... 117

B. Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Unsur Intrinsik Novel Hujan karya Tere Liye ... 45 Tabel 2. Semiotika Roland Barthes dalam novel Hujan karya Tere Liye ... 47

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sampul Novel Hujan Karya Tere Liye Lampiran 2. Biografi Pengarang

Lampiran 3. Sinopsis Novel Hujan Karya Tere Liye Lampiran 4. Kartu Pencatat Data

Lampiran 5. Silabus Lampiran 6. RPP

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Penyajian secara lengkap diuraikan sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Belakangan ini perkembangan sastra Indonesia telah mengalami perubahan, khususnya dalam hal kebebasan berekspresi. Menurut beberapa para ahli, mengatakan bahwa sastra itu adalah kebebasan itu sendiri, tidak ada batasan-batasan yang bisa menahan lajunya perkembangan kesusastraan khususnya di Indonesia.

Pada dasarnya sastra itu selalu berkembang menurut para ahli dari periode ke periode, yang memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu periode itu adalah sastra pasca-reformasi. Dalam skripsi ini penulis secara khusus membahas tentang sastra Indonesia angkatan 2000-an/ reformasi.

Kehadiran karya sastra merupakan sebuah menifestasi atas kebudayaan yang ada saat itu. Terbentuknya sastra pasca-reformasi merupakan hal yang dilematis dari sejarah sastra Indonesia. Periode yang ditandai dengan jatuhnya kekuasaan Soeharto. Periode yang lahir dengan semangat revolusioner.

Kemungkinan periode ini merupakan jendela bagi perkembangan kesusasteraan di Indonesia. Selanjutnya setiap detail dalam perkembangan itu harus terus kita catat.

(14)

Pada era 2000-an banyak bermunculan penulis muda dan berbakat seperti Asma Nadia dalam bukunya Assalamualaikum Beijing bercerita tentang Asma yang mendapatkan kenyataan pahit bahwa kekasihnya, Dewa ternyata sempat berselingkuh dengan teman sekantornya Anita. Walau Dewa memohon agar pernikahan tetao dilanjutkan, Asma terlanjur patah hati.

Terlebih, hubungan sekali yang dilakukan ternyata membuahkan janin, Anita hamil. Dengan membawa kesedihan, Asma pun menerima tawaran pekerjaan di Beijing, peluang yang didapatkan lewat bantuan Sekar dan Ridwan suaminya. Di Beijing dalam salah satu perjalanan, Asma bertemu Zhongwen, lelaki tampan yang memperkenalkannya akan legenda cinta Ashima, putri cantik dari Yunan. Kebaikan dan perhatian Zhongwen, membuat Asma perlahan membuka hati. Walaupun sempat gamang ketika Dewa menyusulnya ke Beijing. Sayang, sebelum hubungan berlanjut, Asma terkena APS, sebuah sindrom yang membuat nyawanya terancam dan bisa menemui kematian setiap waktu. Novel ini mengajarkan kepada kita jika tak kau temukan cinta, biarkan cinta menemukanmu. Penulis muda kedua Andrea Hirata dalam karyanya tetralogi Laskar Pelangi mengisahkan tentang perjuangan hidup penuh mimpi yang telah mengispirasi begitu banyak orang. Novel pertama bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampsai 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita anggota Laskar Pelangi

(15)

bertambah satu anak perempuan yang benama Flo, seorang murid pindahan.

Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka berpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Novel kedua Sang Pemimpi mengeksplorasi hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Ikal dan Arai. Edensor menceritakan mimpi- mimpi untuk menjelajah Eropa sampai Afrika dan menemukan keterkaitan yang tak terduga dan peristiwa-peristiwa dari masa mereka berdua. Dan pencarian akan cinta sejati menjadi motivasi yang menyemangati penjelajahan mereka dari bekunya musim dingin di dataran Rusia di Eropa sampai panas kering di gurun Sahara. Maryamah Karpov mengisahkan tentang Arai, Lintang, A Ling, dan beberapa pertanyaan

yang belum sempat terjawab di 3 buku terdahulu.

Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis tanah air yang produktif dan berbakat. Nama pena Tere Liye sendiri diambil dari bahasa India yang memiliki arti untukmu. Sebelum nama pena Tere Liye terkenal, ia menggunakan nama pena Darwis Darwis, sehingga sekarang, masyarakat umum bisa berkomunikasi dengan Tere Liye malalui facebook dengan nama

“Darwis Tere Liye”.

Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatra Selatan. Ia lahir pada tanggal 21 mei 1979. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini sampai saat ini telah menghasilkan lebih dari 14 karya. Bahkan di antaranya telah di angkat ke layar lebar.

(16)

Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN 2 dan SMN 2 Kikim Timur, Sumatra Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah selesai di Bandar Lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil fakultas Ekonomi.

Karya Tere Liye biasanya mengetengahkan seputar pengetahuan, moral, dan Agama Islam. Penyampaiannya yang unik serta sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap novelnya. Dalam penelitian ini akan membahas tentang salah satu karya Tere Liye yang terbit pada tahun awal tahun 2016 berjudul Hujan.

Hujan digunakan sebagai objek penelitian skripsi ini. Hujan bercerita

tentang Cerita di buka dari pasien perempuan muda yang seminggu lagu tepat berusia ke 21 tahun, di tahun 2050. Adalsh Lail, gadis 21 tahun kurang seminggu, yang memasuki ruang sederhana 4 X 4 m2. Ruangan ini memiliki teknologi dan berperaalatan medis paling maju. Teknologi terapi yang tidak pernah dibayangkan manusia sebelumnya. Lail memutuskan memodifikasi ingatannya, menghapus kenangan menyakitkan tentang “Hujan”.

Tahun 2042 saat Lail berangkat sekolah di hari pertama SMP, di antar ibunya dengan kereta bawah tanah super canggih yang pernah ada. Saat itu teknologi sudah maju, handphone diganti oleh layar sentuh berukuran 2 X 3 cm2 sekaligus sebagai alat pembayaran apapun, alat ini tertanam di lengan.

Saat itu gerimis sedang turun, beberapa menit setelah Lail dan ibunya naik kereta canggih, sebuah bencana yang tidak terduga menjadi muasal cerita ini. Gunung meletus, sebuah gunung purba meletus, ledakannya bahkan terdengar hingga radius 10.000 km, terdengar keras dari kota Lail yang

(17)

berjarak 3200km. Bukan ledakannya yang membuat kacau, melainkan beberapa menit kemudian terjadi gempa super dahsyat yang pernah ada.

Gempa bumi berkekuatan 10 SR.

Kereta sudah berhenti saat gempa terjadi. Lail, ibunya dan semua penumpang kereta panik. Pemandu kereta mengevaluasi penumpang, keluar melalui tangga darurat. Sayang, ketika Lail sudah hampir sampai ujung tangga, gempa susulan terjadi, dinding lorong retak, dalam hitungan detik, ambruk mulai dari bagian terbawah. Ibu Lail tertimbun, Lail menangis, berteriak, hendak jatuh juga. Beruntung seorang ank laki-laki berusia 15 tahun mencengkram tas punggungnya. Lail tertolong, seketika mereka berdua bisa keluar dari dari tangga darurat. Tiba di permukaan dengan kondisi kota yang yang sudah hancur, tidak ada yang tersisa, rata dengan tanah. Gerimis membuat suasana hati Lail semakin mendung. Saat itulah, untuk pertama kalinya Lail tidak menyukai hujan.

Perkenalan dengan lelaki berusia 15 tahun terjadi, Esok namanya. Dia juga kehilangan empat kakak lelakinya, tertimbun bersama ibu Lail. Keajaiban menghampiri ibu Esok di toko kuenya yang tidak ambruk, hanya retak- retak, rak- rak kue berserakan, salah satunya menimpa ibu Esok. Ibu Esok selamat meski kakinya harus di amputasi.

Ada delapan pengungsian di kota, tetapi Esok memilih pengungsian nomor dua di stadion dekat rumah sakit. Agar lebih leluasa menjenguk ibunya di rumah sakit. Hari berikutnya, hujan abu sampai kota mereka. Tidak tanggung-tanggung, sampe 5 cm tebalnya, Lail masih dirundung kesedihan

(18)

ditinggal mati ibunya ditambah mendengar kabar burut tentang kepastian ayahnya meninggal, ia kembali mengunjungi lubang tangga darurat tempat ibunya tertimbun, tanpa sepengetahuan Esok. Di tempat inilah, untuk kedua kalinya Esok menolong Lail dari hujan asam. Sejak saat itu, Lail akan menurut dengan Esok, sejak saat itu pula, Esok menjadi seseorang yang amat penting dalam kehidupan Lail. Hari- hari di tenta pengungsian dilalui bersama.

Selanjutnya, kehidupan berubah drastis. Kebersamaan Lail dan Esok harus mengalami perpisahan. Esok diangkat menjadi anak Wali Kota, termasuk ibunya boleh ikut dan akan mendapatkan pengobatan gratis dari Wali Kota. Lail masuk panti sosial, mereka jarang bertemu, sekali bertemu Esok mengajak Lail bersepeda berkeliling kota. Yang justru akan membangun rasa cinta di hati Lail.

Waktu melesat cepat, pertemuan mereka semakin jarang terang terjadi ketika Esok harus kuliah di luar kota. Hanya setahun sekali bertemu, bahkan ada bagian dimana Lail bertemu Esok setelah dua tahun tidak bertemu.

Tepatnya saat Lail mendapat penghargaan bersama Maryam, sahabat terbaiknya yang hidup sekamar di panti sosial.

Persahabatan Lail dan Maryam yang berambut terjadi ketika mereka mulai sekamar di panti sosial, Maryam sosok sahabat yang bisa menjaga rahasia temannya, yang selalu ada untuk temannya. Lail dan Maryam mendapat penghargaan karena dedikasinya sebagai relawan yang berhasil menyelamatkan 14.000 penduduk kota dari bahaya jebolnya bendungan. Lail dan Maryam mati- mayian berlari dari kota atas sejauh 50 kilometer melewati

(19)

hujan, tanah basah, di bawah hujan badai, dengan suhu dibawah 5 derajat celcius. Saat itu usia mereka baru 18 tahun. Lail dan Maryam mendapat penghargaan pada sebuah acara peringatan 5 tahun berdirinya Organisasi Relawan yang juga di hadiri Bapak Gubernur.

Siapa yang tidak senang, hati berbunga saat bertemu seseorang yang selalu ada di hati, seseorang yang bahkan bayang- bayang wajahnya tak pernah pergi dari sisi. Esok memberi kejutan kepada Lail dengan datang saat acara Lail mendapat penghargaan. Tak lama memang, tapi itu sangat berkesan.

Cerita mulai merangkak menuju klimaks ketika Esok menjelaskan sesuatu kepada Lail tentang proyek rahasianya. Esok yang diperankan sebagai tokoh genius memang menyibukkan dengan mega proyek kapal antariksa berukuran 6km dengan lebar 4km setinggi 800m di universitasnya. Proyek rahasia yang membuat ia terpaksa jarang menemui Lail. Untuk kapal sebesar itu, untuk menyelamatkan manusia dari kepunahan.

Musim salju memang berhasil di taklukkan dengan mengirim pesawat ulak-alik lantas menyemprotkan anti gas sulfur dioksida di lapisan stratosfer.

Tetapi bencana baru datng, berupa musim panas yang terus menenrus. Tidak ada awan, dipastikan tidak akan ada musim hujan. Hujan hilang dari muka bumi, sementara cuaca panas akan terus menigkat, akan mencapai suhu yang paling mematikan yang bisa membuat manusia punah.

Ada empat kapal yang di buat di 4 negara berbeda, salah satunya tempat Lail dan Esok tinggal. Tetapi hanya ada 10.000 orang di masing- masing kapal yang dipilih secara acak di seluruh dunia. Esok mendapatkan

(20)

satu tiket karena jasanya turut membuat kapal antariksa, saat pemilihan penumpang secara acak, Esok juga terpilih lagi. Jadilah Esok memiliki 2 tiket untuk ikut ke dalam kapal antariksa yang akan menjadi tempat pengungsian, keluar dari bumi selam bumi masih mengalami musim panas ekstrim.

Di sisi lain, Lail berharap Esok akan memberikan tiket itu kepadanya.

23 jam sebelum kapal itu berangkat, Lail justru mendapat ucapan terima kasih dari Wali Kota atas terkabulnya permintaan Wali Kota kepada Lail, agar menyuruh Esok memberikan tiket itu kepada Claudia putrinya. Padahal Lail sama sekali belum pernah menerima kabar dari Esok tentang tiket itu. Lail kecewa dengan keputusan Esok yang lebih memilih Claudia dibanding Lail.

Dalam pikirannya, Esok hanya menganggap Lail seorang adik saja, tidak lebih, tidak kurang. Hingga Lail tiba di ujung kesabarannya, Lail memutuskan untuk memodifikasi ingatannya tentang hujan, saat hujanlah Lail pertama kali mengenal Esok. Saat hendak hujan asam, Esok menolong Lail. Kenang- kenagan itu ingin Lail hapus dari ingatannya.

Esok memberikan satu tiket untuk Claudia dan satu lagi untuk ibunya, dia belum sempat memberi tahu kabar ini pada Lail karena Esok harus mengkloning seluruh ingatannya untuk mesin kapal antariksa. Setelah tiba di kota tempat Lail tinggal Esok terkejut mengetahui keputusan Lail.

Atas nasehat dari Elijah seorang paramedis senior Lail menerima segala kesedihannya dan seketika kenangan buruk berubah menjadi indah. Di akhir cerita Lail dan Esok menikah satu bulan setelah kapal antariksa berangkat di tengah musim panas ekstrim.

(21)

Semiotika digunakan sebagai pisau bedah skripsi ini. Semiotika dipandang cocok digunakan sebagai alat analisis objek penelitian. Analisis semiotika merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang- lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang baik yang terdapat pada karya sastra maupun yang terdapat di luar media massa (karya lukis, fashion show, dan sebagainya).

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika atau semiologi mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).

Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda Barthes dalam Kurniawan (2001: 53).

Lebih khusus lagi dalam penelitian ini semiotika menggunakan pendekatan Semiotika Roland Barthes. Roland Barthes sendiri dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga seorang kritikus sastra Prancis yang ternama.

Roland Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam

(22)

waktu tertentu. Ia mengajukan pandangan ini dalam bukunya berjudul Degree Zero. (Sobur, 2004:63)

Semiotika mempelajari bagaimana seseorang memaknai sesuatu hal.

Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan. Maksud dari “memaknai” lebih menitikberatkan pada objek-objek yang tidak sekadar membawa informasi tetapi juga menjabarkan prinsip-prinsip sistem terstruktur dari tanda.

Untuk membatasi kajian penetian ini, penulis lebih menitikberatkan fokus penelitian pada Semiotika Roland Barthes yang terbagi ke dalam lima kode, yakni kode hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, kode gnomik. Kode hermeneutik berkisar pada harapan pembaca untuk memperoleh kebenaran yang muncul dalam karya sastra. Kode semik atau kode konotatif, proses pembacaannya memiliki banyak sisi. Konotasi kata atau frasa tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frasa yang mirip. Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang bersifat struktural. Kode proaretik atau kode tindakan dianggap sebagai perlengkapan utama karya sastra yang dibaca orang. Kode gnomik atau kode kultural merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya.

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan manusia yang sangat penting. Semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi pula derajat manusia tersebut. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan

(23)

dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Silabus pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X SMA yang berkaitan dengan kemampuan membaca memiliki tiga hal penting yakni, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran. Standar Kompetensi Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau novel terjemahan, kompetensi dasar 7. 1 menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat, tujuan pembelajaran mengidentifikasi hikayat ciri hikayat sebagai bentuk karya sastra lama, menemukan unsur-unsur intrinsik (alur, tema, penokohan, dan latar) dalam hikayat, menceritakan kembali isi hikayat dengan bahasa sendiri.

Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran membaca, salah satunya adalah metode Jigsaw. Metode Jigsaw awalnya dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya. Slavin (2010: 236) mengadaptasi metode Jigsaw ini menjadi Jigsaw II. Metode ini cocok digunakan dalam pembelajaran membaca. Metode Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis.

Jigsaw II paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pembelajaran ilmu pengetahuan, ilmu sosial, literature, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajannya lebih pada penguasaan konsep daripada kemampuan. Dengan begitu, metode ini dapat diterapkan dalam membaca novel.

(24)

Dalam Jigsaw II, siswa akan bekerja dalam tim yang heterogen, saat pembelajaran siswa akan diberi tugas untuk membaca beberapa baba tau unit yang terdiri atas beberapa topik yang berbeda. Masing-masing siswa dalam kelompok akan mendapatkan topik ahli. Setelah mereka membacanya, mereka akan bertemu dengan siswa dari tim yang berbeda yang memiliki topik ahli yang sama dan mendiskusikannya. Setelah itu, siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompoknya masing-masing dan mengajari teman sekelompoknya mengenai topik yang mereka pelajari. Untuk mengatur kepahaman ini, siswa diberi pertanyaan dan juga tugas menenyakan apa yang mereka diskusikan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan dalam novel Hujan dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Analisis terhadap unsur intrinsik dalam novel Hujan karya Tere Liye.

2. Penggunaan kode hermeneutik dalam novel Hujan dalam sinopsis.

3. Banyaknya penggunaan kode semik dalam novel Hujan karya Tere Liye.

4. Penggunaan kode simbolik dalam novel untuk menggambarkan watak tokoh tambahan.

5. Penggunaan kode proaretik dalam novel Hujan karya Tere Liye.

6. Penggunaan kode gnomik untuk menggambarkan kemajuan zaman dan kemajuan teknologi.

(25)

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terfokus maka masalah perlu dibatasai.

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah semiotika Roland Barthes yang terbagi dalam lima kode yakni kode hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, kode gnomik dalam novel Hujan karya Tere Liye serta membuat rencana pelaksanaan pembelajarannya di Kelas XI SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat permasalah yang menarik untuk dijadikan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana unsur intrinsik novel Hujan karya Tere Liye?

2. Bagaimana analisis semiotika Roland Barthes dalam novel Hujan karya Tere Liye?

3. Bagaimana relevansi semiotika Barthes dalam rencana pelakasanaan pembelajarannya di kelas XI SMA?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan:

1. unsur intrinsik novel Hujan karya Tere Liye;

2. analisis semiotika Roland Barthes dalam novel Hujan karya Tere Liye;

3. rencana pelaksanaan pembelajaran kode kultural semiotika dalam novel Hujan karya Tere Liye di Kelas XI SMA.

(26)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yakni manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. Uraian kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Segi Teoretis

Hasil penelitian ini dari segi teoretis dapat dimanfaatkan untuk.

a. Memberikan masukan atau informasi mempelajari hasil karya sastra tentang semiotika Roland Barthes terhadap novel Hujan karya Tere Liye.

b. Memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran semiotika Roland Barthes dalam novel Hujan karya Tere Liye di Kelas XI SMA.

c. Memperkaya khasanah ilmu khususnya dalam bidang penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam pada masa yang akan datang.

2. Secara Praktis

Secara praktis, kajian semiotika dalam penelitian ini memiliki kegunaan bagi peserta didik, pendidik, dan peneliti.

a. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi peserta didik, terutama mengenai analisis semiotika Roland Barthes dalam novel.

b. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bahan ajar bagi pendidik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

(27)

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan inspirasi bagi pembaca dan calon peneliti lain untuk melakukan penelitian mengenai analisis semiotika Roland Barthes dalam sebuah novel.

G. Sistematika Skripsi

Skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Dalam tinjauan pustaka ini, penulis menyajikan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian lain melalui penelitian yang dikemukakan oleh Dwi Cahya (2016). Dalam kajian teoretis peneliti paparkan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini meliputi (1) unsur intrinsik novel, (2) semiotik, (3) semiotik Roland Barthes, dan (4) mengkaji novel Hujan karya Tere Liye.

Bab III berisi metode penelitian yang meliputi subjek penelitian, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik hasil analisis. Bab IV berisi penyajian data, pembahasan, dan teknik penyajian hasil penelitian. Penelitian ini menyajikan berupa data yang telah peneliti peroleh, selanjutnya dari data tersebut akan peneliti analisis sehingga pada akhirnya peneliti mendapatkan jawaban dari hasil penelitian. Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

Bagian akhir pada skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran.

(28)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Bab II ini berisi paparan peneliti mengenai tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Berikut ini penulis kemukakan kedua hal tersebut.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap kajian terdahulu dan dengan apa yang dikaji oleh penulis sehingga ditemukan perbedaan dan persamaan. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dianalisis penulis adalah penelitian Dwi Cahya (2016) melalui tesisnya yang berjudul “Kajian Kode Kultural Roland Barthes, Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata, dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP”. Penelitiannya membahas (1) kode kultural semiotika Roland Barthes dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata; (2) nilai pendidikan karakter dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata; dan (3) relevansi nilai pendidikan karakter dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP.

Selanjutnya, Hidayati (2015) melalui skripsinya yang berjudul “Kajian Semiotik Cerpen Pilihan Kompas 2012 Laki-Laki Pemanggul Goni dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas VII SMP”, menelaah tentang:

(1) pembacaan heuristik dan hermeneutik pada empat cerpen dalam kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2012 Laki-Laki Pemanggul Goni, (2) matrik, model dan varian keempat cerpen dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2012

(29)

Laki-Laki Pemanggul Goni, (3) rencana pelaksanaan pembelajaran memahami

dan menangkap makna teks cerpen.

Perbedaan penelitian Cahya dan penulis terletak pada relevansi pembelajarannya. Jika Cahya menganalisis nilai pendidikan karakter dan relevansi pembelajarannya di SMP. Sedangkan penulis menganalisis semiotika Roland Barthes dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.

Perbedan yang lain terdapat pada objek penelitian. Penelitian Cahya mengambil objek novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, sedangkan penulis berobjekan novel Hujan karya Tere Liye.

Persamaan antara penelitian Hidayati dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada analisis semiotika. Perbedaanya, terletak pada subjek penelitian. Penelitian Hidayati mengambil subjek Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2012 Laki-Laki Pemanggul Goni dan rencana pelaksanaan

pembelajarannya di kelas VII SMP, sedangkan penulis pada novel Hujan karya Tere Liye dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis merupakan paparan yang menjadi acuan penelitian.

Kajian teoretis dalam penelitian ini memuat paparan penulis mengenai (1) unsur pembangun novel, (2) semiotika Roland Barthes, (3) rencana pelaksanaan pembelajaran sastra di SMA, (4) metode pembelajaran sastra.

Berikut ini penulis kemukakan kajian teoretis tersebut satu per satu.

(30)

1. Unsur Pembangun Novel

Unsur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh, alur (plot), latar (setting), sudut pandang, dan amanat.

a. Tema

Tema menurut Nurhayati (2012: 9) dimaknai sebagai inti cerita novel. Semua cerita yang dibangun berpusat dari satu tema. Pengertian tema itu tercakup persoalan dan tujuan (amanat) pengarang kepada pembaca. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah pokok yang mendasari pada sebuah cerita. Oleh karena itu gagasan utama dari sebuah novel biasanya berisis pandangan atau perasaan tertentu mengenai nilai-nilai kehidupan dan pola tingkah laku manusia.

Menurut (Nurgiyantoro, 2010: 82-83), tema dibedakan menjadi dua bagian yaitu, (1) tema utama yang disebut tema mayor yang artinya makna pokok yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya ini. Tema mayor ditentukan dengan cara menentukan persoalan yang paling menonjol, yang paling banyak konflik dan waktu penceritaannya. (2) tema tambahan disebut juga dengan tema minor.

Tema minor merupakan tema yang kedua yaitu makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu pada sebuah cerita dan dapat diidentifikasi sebagai makna bagian atau makna tambahan.

(31)

b. Alur (Plot)

Alur atau plot adalah pengantar urutan peristiwa pembentuk cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Alur atau plot memang peranan penting dalm cerita (Nurhayati, 2012: 11-12). Jadi, alur atau plot berguna untuk mengatur jalanya cerita, agar pembaca memahami isi cerita tersebut.

Berdasarkan kriteria urutan waktu ada tiga macam alur, yaitu: (1) alur maju berisi peristiwa-peristiwa tersusun secara kronologis, artinya peristiwa pertama diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya. Ceritannya umum dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir; (2) alur sorot balik.

Berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak runtut ceritanya); (3) alur campuran, berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progensif dan regresif.

c. Tokoh

Tokoh dalam suatu karya fiksi merupakan sebuah sisi atau gambaran dari suatu struktur cerita. Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita yang berperan penting dalam menampilkan suatu identitas dalam sebuah cerita. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita (Nurhayati, 2012: 16).

Tokoh adalah cerita (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama Nurgiyantoro (2010:

165). Jadi, dapat disarikan tokoh adalah individu rekaan yang memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan

(32)

lewat dialog yang mampu mengemban sebuah peristiwa manusia, binatang, atau benda yang diinsankan. Ada dua kategori tokoh, yakni berdasarkan tingkatnya tokoh dalam cerita dan peran tokoh dalam pengembangan plot.

1) Berdasarkan Tingkat Pentingnya Tokoh dalam Cerita

Dilihat dari segi peran atau tingkat tokoh dalam sebuah cerita, tokoh ada dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

a) Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Ia merupakan paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, itokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku, atau dikenai kejadian dan konflik.

b) Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam sebuah cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.

Pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika

(33)

ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung maupun tidak langsung.

2) Berdasarkan Peran Tokoh dalam Pengembangan Plot

Dilihat dari peran tokoh dalam pengembangan plot, tokoh terbagi menjadi dua yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

a) Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang di kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut tokoh hero yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 2010: 178).

b) Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis dapat disebut sebagai tokoh protagonis secara langsung atau tidak langsung, bersifat fisik ataupun batin (Nurgiyantoro, 2010: 179).

3) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja (Nurgiyantoro, 2010: 181-182). Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya (Nurgiyantoro, 2012: 183).

Cara penggambaran penokohan yaitu menggunakan metode analitik dan metode dramatik. Metode analitik, penokohan

(34)

memberikan ciri lahir atau fisik maupun lahir tokoh. Metode dramatik, watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang.

Dari uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa tokoh cerita sebagai penyampai tema, sedangkan penokohan merupakan penggambaran fisik para tokoh cerita.

d. Latar (Setting)

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa (Nurhayati, 2012: 18).

Menurut Nurgiyantoro (2010: 227-233) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1) latar tempat, (2) latar waktu, dan (3) latar sosial. Latar atau setting merupakan tempat atau waktu dimana peristiwa-peristiwa itu tejadi. Dimana tokoh mengalami peristiwa dan konlfik dalam cerita. Latar dari suatu cerita dapat menimbulkan efek- efek emosional pada diri tokoh yang dirasakan oleh pembaca, sehingga pembaca larut dalam cerita. Jadi, menonjolkan latar waktu dan latar tempat dalam suatu cerita sangat penting.

e. Sudut Pandang (Point Of View)

Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam sebuah cerita.

Abrams mengenai pengertian sudut pandang yang disajikan dalam Nurgiyantoro (2010: 248) bahwa sudut pandang adalah cara yang digunakan oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar,

(35)

dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang pertama tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku. Aku berkemungkinan pengarangnya tetapi dapat pula hanya sebagai narator (pencerita), dan (2) metode orang kedua (dia), yaitu pengarang menceritakan kisah dia atau mereka. Dalam hal ini, pengarang menjadi seseorang yang serba tahu. Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh utama akan tetapi dapat pula sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh utama).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan penyebutan kata ganti nama untuk tokoh-tokoh dalam cerita dan posisi narator dalam cerita.

f. Amanat

Dari sebuah karya sastra dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu. Amanat pada sebuah karya sastra ditampilkan secara implisit (tak langsung) ataupun eksplisit (langsung).

Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya (Nurgiyantoro, 2010: 321). Amanat merupakan suatu pesan

(36)

yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui tokoh-tokoh yang diceritakan dalam cerita. Sehimgga pembaca mengetahui isi amanat/pesan dalam ceritan tersebut.

2. Semiotika Roland Barthes

Penulis memandang semiotika cocok digunakan sebagai alat analisis novel Hujan. Analisis semiotika merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks.

Istilah semiotik berasal dari Yunani semeion yang berarti “tanda”, atau seme yang berarti penafsiran tanda menurut Cobley dan Jansz. Tanda masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukkan pada adanya hal lain, misalnya asap menandakan adanya api (Kaelan, 2009: 162).

Semiotika berhubungan dengan tanda dalam sebuah karya sastra yang dapat dimaknai melalui pemikiran seseorang. Semiotika adalah ilmu tanda yaitu metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

Semiotika atau semilogi menurut istilah Roland Barthes, pada prinsipnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity), memaknai hal- hal, segala sesuatu (things). Memaknai (to sinify) dalam hal mengkomunikasikan (to communicate). (Sobur, 2006: 15)

Memaknai terkadang objek-objek tidak hanya membawa informasi, melainkan juga mengkonstitusi sistem pemikiran seseorang. Semiotika

(37)

dapat diterapkan untuk memaknai sebuah bentuk komunikasi dalam tulisan dan gedung di suatu bangunan.

Semiotika Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan sistem bahasa.

Umumnya Barthes membuatnya dalam dua tingkatan bahasa. Bahasa tingkat pertama adalah bahasa sebagai objek dan bahasa tingkat kedua yang disebut dengan meta bahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang menurut signifier (penanda) dan signified (petanda). Sistem tanda kedua terbangun dan menjadi petanda baru yang kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru dalam taraf yang lebih tinggi.

Sistem tanda pertama kadang disebut sebagai denotasi atau sistem termilogi, sedangkan sistem tanda kedua disebut sebagai konotasi atau sistem retoris. Biasanya beberapa tanda denotasi dapat dikelompokkan bersama untuk membentuk suatu konotasi tunggal; sedangkan petanda konotasi berciri sekaligus umum, global, dan tersebar. Petanda ini memiliki komunikasi fragmen ideologi. Petanda ini memiliki komunikasi yang sangat dekat dengan budaya, pengetahuan dan sejarah. Dan dapat dikatakan bahwa “idiologi” adalah bentuk petanda konotasi dan “retorika”

adalah bentuk konotasi (Barthes, 1967: 91-92).

Jadi dapat diambil pengertian bahwa semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkadang dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikasi menyampaikan suatu pesan. Secara semiotika, pesan adalah penanda, dan

(38)

makna adalah petanda. Pesan adalah sesuatu yang dikirimkan secara fisik dari suatu sumber ke penerimanya. Sedangkan makna dari pesan dikirimkan hanya bisa ditentukan dalam karangka-kerangka makna lainnya.

Lima kode semiotik Barthes (Kaelan, 2009: 200) terdiri dari kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode gnomik atau kode kultural yang membangkitkan suatu badan pengetahuan. Penjelasan secara terperinci penulis paparkan sebagai berikut.

a. Kode Hermeneutik atau Kode Teka-Teki (Hermeneutik Code)

Kode hermeneutik atau kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaaan yang muncul dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional. Narasi di dalamnya ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaiannya di dalam cerita.

Kode hermeneutik adalah kode mencari kebenaran yang melahirkan sebuah teks dan menampilkan teka-teki, mencari solusi, menunda jawaban atau meninggalkan enigma. Kode ini merupakan kode penceritaan yang dapat mempertajam permasalahan suatu narasi dan menciptakan pemecahan atau jawaban.

(39)

b. Kode Semik atau Kode Konotatif (Conotative Code)

Kode semik atau kode konotatif adalah kode konotasi yang memberikan isyarat, menunjuk kilasan makna atau kemungkinan makna yang ditawarkan oleh penanda. Kode semik atau konotatif menawarkan banyak sisi, dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Kode semik melihat bahwa konotasi kata atau frasa tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frasa yang mirip.

Jika melihat suatu kumpulan suatu konotasi dengan menemukan suatu tema di dalam cerita. Sejumlah konotasi melekat pada suatu nama tertentu, dapat mengenali suatu tokoh dengan atribut tertentu.

Perlu dicatat bahwa Barthes menganggap denotasi sebagai yang paling kuat dan paling “akhir”.

c. Kode Simbolik (Symbolik Field)

Kode simbolik merupakan aspek pendekatan fiksi yang paling khas bersifat struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses.

Kode simbolik adalah kode yang menawarkan “kontras” atau

“antitesis” pada sebuah teks, seperti siang-malam, feminin-maskulin, dan terbuka-tertutup. Frasa mimpi-siang mengandung sifat antitesis sebab mimpi biasanya berkonotasi dengan malam. Kode ini

(40)

merupakan kode “pengelompokkan” atau konfigurasi yang mudah dikenali, berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dan sarana tekstual (Rusmana, 2014: 209).

d. Kode Proaretik atau Kode Tindakan (Proairetik Code)

Kode proaretik atau kode tindakan dianggap sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang, artinya semua teks bersifat naratif. Kenyataannya fiksi, selalu mengharap lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu teks.

Kode proaretik adalah kode tindakan atau narasi artinnya urutan- urutan dalam tindakan atau cerita. Kode ini didasarkan atas konsep proairests, yaitu kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari tindakan secara rasional.

Kejelasan dari teori di atas, bahwa kode ini merupakan perlengkapan utama teks, setiap aksi atau tindakan dalam cerita dapat disusun atau disistematiskan. Misalnya mulai dari terbukanya pintu sampai pada petualangan yang lebih jauh. Tindakan adalah sintagmatis, berangkat dari titik yang satu ke titik yang lain. Tindakan- tindakan tersebut saling berhubungan walaupun sering tumpang tindih.

e. Kode Gnomik atau Kode Kultural (Cultural Code)

Kode kultural adalah pemahaman tentang kebudayaan yang dapat dimaknai dari tanda suatu teks atau bentuk benda-benda. Kode kultural merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasikan oleh budaya. Realisme tradisional didefinisi oleh

(41)

acuan ke apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau subbudaya adalah hal-hal kecil yang telah dikodifikasikan.

Kode kultural adalah arahan dalam budaya yang tidak mengenalnya, mempunyai waktu yang jelas dan sangat spesifik.

Penulis lebih senang menggunakan istilah culture code. Kode kultur dapat berupa suara-suara yang bersifat kolektif, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.

Kode kultural adalah kode yang berasal dari suara- suara kolektif yang anonim dan otoritatif. Kode ini mengenai pengetahuan, kebijaksanaan, atau moralitas yang diterima bersama, misalnya kesucian, kesakralan, atau baik dan buruk (Rusmana, 2014: 210).

Berpijak dari beberapa pendapat di atas dapat disarikan bahwa kode kultural adalah suatu sistem pengetahuan atau sistem nilai yang tersurat di dalam teks. Sebuah kode kultural dapat diperoleh dari bahasa atau kata-kata mutiara, benda-benda yang telah dikenal sebagai benda budaya, dan pemahaman realitas manusia. Kode kultural yang ditemukan menghasilkan makna berupa kepercayaan simbol, adat dalam masyarakat dari setiap teks.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra merupakan suatu proses pendidikan yang kaitannya antara pendidik dan peserta didik di lingkungan belajar.

(42)

Proses belajar mengajar dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah yang di dalamnya terdapat fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling melengkapi antara pengajar dan peserta didik supaya dapat mencapai sebuah tujuan pembelajaran yang baik dan memuaskan.

Di dalam lingkungan sekolah manusia terlihat penting dalam sebuah pengajaran yang terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.

Bukan hanya itu tapi fasilitas dan kenyamanan juga penting seperti ruang kelas yang memadahi dan penggunaan-penggunaan alat-alat audio visual. Serta material seperti buku, papan tulis, meja, kursi, dan sebagainya. Itu semua merupakan suatu kebutuhan penting yang harus ada dalam sebuah pembelajaran.

Bahan ajar yang akan disajikan kepada siswa haruslah sesuai dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada tahapan pembelajaran tertentu. Guru harus dapat memilih bahan ajar yang tepat sesuai dengan perkembangan siswanya. Guru pun dapat memilih metode yang dianggap tepat dan sesuai dengan tujuan, bahan, dan keadaan siswa.

b. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Tahapan yang paling utama dalam rencana pembelajaran adalah menguasai isi kompetensi silabus dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (Sukirno, 2009: 103). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan dituangkan guru dalam pembelajaran di kelas (Majid,

(43)

2009: 15-16). Berdasarkan RPP inilah, seorang guru (baik yang mempunyai RPP itu sendiri maupun yang tidak) diharapkan bias menerangkan pembelajaran secara seprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya sarap yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang mustahil target pembelajaran tercapai mencapai secara maksimal.

1) Komponen Silabus

Silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan hasil belajar.

Silabus berisi komponen pokok, yaitu identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator pencapaian, penilaian, sumber, dan media belajar (Sukirno, 2009: 103).

Berdasarkan silabus, guru dapat mengembangkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan diterapkan pada waktu mengajarkan pada siswa. Silabus berperan penting bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengolahan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian.

2) Identitas Sekolah

Identitas sekolah memuat jenjang pendidikan/nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan alokasi waktu. Alokasi waktu digunakan untuk menentukan berapa lama pembelajaran

(44)

kompetensi dasar itu dapat terselesaikan. Jika 1 pertemuan sama dengan 80 menit, maka 2 pertemuan sama dengan 2x80 menit, 3 pertemuan sama dengan 3x80 menit. Alokasi waktu pembelajaran berlangsung pada panjang/pendek, atau luas/sempit, atau mudah/sukarnya kompetensi dasar yang dicapai (Sukirno, 2009:

103-104).

3) Standar Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku. Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik tentang kemampuan dan ketrampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan penilaian. Jadi, standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran tertentu (Sukirno, 2009: 104).

4) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah kemampuan hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran materi pokok mata pelajaran tertentu. Cakupan materi pada kompetensi dasar lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi. Selain itu, kata kerja yang digunakan adalah operasional, seperti menyimak, membaca, membicarakan, menulis, mengapresiasi, menghitung, mengidentifikasi, membedakan,

(45)

menafsirkan, menganalisis, menerapkan, dan merangkum.

Selanjutnya, kompetensi dasar berguna untuk meningkatkan target kompetensi yang harus dicapai oleh siswa (Sukirno, 2009: 104).

5) Materi Pokok

Materi pokok adalah bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, pokok bahasan, dan keterampilan. Penempatannya dalam silabus berfungsi sebagai payung dari setiap uraian materi/bahan ajar yang disajikan dalam pengalaman belajar siswa (Sukirno, 2009: 106).

6) Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik dan mental yang dilakukan oleh siswa dari awal sampai dengan akhir pembelajaran untuk mencapai hasil belajar seperti yang telah dirumuskan dalam indikator pencapaian. Aktivitas belajar itu dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu aktivitas pramembaca, saat membaca, dan pascamembaca. Pengalaman belajar dapat berupa aktivitas secara pribadi, kelompok, dan klasikal. Aktivitas itu berupa kegiatan menyimak, membaca, membicarakan, menulis, mengapresiasi, dan menyalurkan atau mengaplikasikan hasil belajar dalam kehidupan nyata (Sukirno, 2009: 106).

(46)

7) Indikator

Indikator adalah kompetensi dasar yang spesifik. Indikator merupakan acuan dalam menentukan penilaian. Oleh karena itu, rumusan indikator harus dapat diukur dengan berbagai teknik dan alat penilaian. Untuk itu, kata kerja yang digunakan pada indikator sepenuhnya harus operasional dan cakupan materinya harus lebih terfokus, atau lebih sempit dibanding dengan kata kerja pada kompetensi dasar. Indikator ini menjadi pedoman tentang tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik sesuai kompetensi dasar yang harus dimiliki. Berhasil atau tidaknya pembelajaran dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya indikator (Sukirno, 2009: 106).

8) Penilaian

Penilaian adalah prosedur dan cara menilai pencapaian setiap indikator oleh siswa. Penilaian dapat diberikan pada saat proses belajar masih berlangsung dan dapat diberikan secara khusus. Penilaian secara khusus dapat memanfaatkan sebagai pertanyaan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan dapat menambah pertanyaan yang disediakan secara khusus. Di dalam silabus berbasis kompetensi, dijelaskan bahwa sistem penilaian terdiri atas tiga hal pokok, yaitu teknik/jenis penilaian, bentuk instrumen, dan contoh instrumen (Sukirno, 2009: 106-107).

(47)

Penilaian dalam pembelajaran sastra meliputi penilaian dalam ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (keterampilan).

a) Ranah kognitif (pengetahuan)

Hasil belajar sastra yang bersifat kognirif lebih banyak berhubungan dengan kemampuan dan proses berpikir. Ranah ini membawa peserta didik ke dalam proses berpikir seperti mengingat, memahami, menganalisis, menghubungkan, meng- onseptualisme, memecahkan masalah, dan sebagainya (Nugiantoro, 2013: 57).

b) Ranah afektif (sikap)

Ranah afektif berhubungan dengan perasaan, nada, emosi, motivasi, kecenderungan bertingkah laku, tingkatan penerimaan dan penolakan terhadap sesuatu (Nurgiantoro, 2013: 58). Sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.

c) Ranah psikomotorik (keterampilan)

Ranah psikomotorik berkaitan dengan kompetensi berunjuk kerja yang melibatkan gerak-gerakan otot psikimotorik. Sebagai petunjuk bahwa peserta didik telah memperoleh keterampilan (gerak otot) itu, mereka dapat berunjuk kerja tertentu sesuai dengan kompetensi yang dipelajarinya (Nurgiantoro, 2013: 59).

(48)

9) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar.

Sumber belajar hendaknya dipilih dan diselaraskan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Sumber belajar dapat berupa:

a) buku-buku referensi,

b) buku pelajaran yang diwajibkan,

c) buku perlengkapan, artinya buku yang menunjang (buku acuan) bahan ajar atau materi pembelajaran selain buku wajib, d) media cetak atau surat kabar berupa majalah yang sebagai

bahan ajar yang lebih estetika, psikologi, materi, dan tujuan pembelajaran (Sukirno, 2009: 108).

10) Media Belajar

Media adalah alat. Media pembelajaran adalah alat yang berfungsi sebagai alat bantu belajar mengajar yang efektif. Media pembelajaran yang baik disesuaikan dengan tujuan dan isi materi pelajaran. Media pembelajaran dapat berupa media pandang, media dengar, dan media pandang dengar. Contoh media pandang yaitu, buku, koran, majalah, papan tulis, peraga, kartu huruf, bagan, benda pengganti. Contoh media dengar yaitu, radio, tape recorder, CD, telepon. Adapun contoh media pandang dengar yaitu, televisi, VCD, komputer, handphon. Dengan semakin canggihnya alat komunikasi, maka media pembelajaran yang

(49)

mempercepat proses belajar perlu digunakan (Sukirno, 2009:

108).

c. Tujuan Pembelajaran Sastra

Tujuan pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa serta menjunjung pembentukan watak. Tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran novel adalah peningkatan kemampuan membaca secara intensif dan ekstensif. Pembelajaran sastra diarahkan untuk memperbaiki budi pekerti dan mempertajam kepekaan siswa.

d. Materi Pembelajaran Sastra

Materi pembelajaran yang harus dipilih oleh guru hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu guru harus dapat mengembangkan pedoman dalam menentukan materi pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa agar lebih tertarik dan cepat dalam menerima materi yang diberikan guru. Materi pembelajaran sastra mencakup teori unsur intrinsik dan semiotika Barthes.

e. Metode Pembelajaran Sastra

Dalam mengajarkan suatu karya sastra (novel) guru harus memilih model pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar mengajar, guru bisa menggunakan model secara bervariasi, salah satunya yaitu metode prmbelajaran Jigsaw.

(50)

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Arronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkin (Sugianto, 2010: 45).

Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005: 246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajat, 2008: 1).

Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008: 56).

(51)

Pada pembelajaran model Jigsaw, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing- masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua peserta didik selesai membaca, siswa dari tim berbeda yang mempunyai fokus topik sama bertemu dalam kelompok ahli untuk menentukan topik mereka. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka.

Selanjutnya, para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim. Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Dengan demikian para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik.

(52)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 137). Dalam hal ini dipaparkan objek penelitian, fokus penelitian, sumber data penelitian, jenis data penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis data.

A. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2013:

161). Objek penelitian sastra adalah pokok atau topik penelitian sastra. Istilah topik biasanya dimengerti sebagai imbangan dari judul penelitian dalam rangka penulisan laporan hasil penelitian. Objek penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek (material) penelitian sastra adalah semua bentuk kegiatan penelitian sastra, sedangkan objek formalnya ditentukan oleh sudut pandang yang dilakukan oleh masing- masing peneliti dalam penelitian sastra (Sangidu, 2004 : 64). Pada penelitian ini terdapat dua objek penelitian, yaitu objek material dan objek formal.

Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan, sedangkan objek formal merupakan sudut pandang yang ditujukan pada bahan penelitian. Objek material penelitian ini adalah novel Hujan karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, cetakan pertama tahun 2016. Sementara itu, objek formal penelitian

(53)

ini adalah unsur intrinsik dan semiotik Barthes dalam novel Hujan karya Tere Liye.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian. Penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara penelitian dan fokus, dengan kata lain penetapan fokus sebagai pokok masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian (Moleong, 2012:

12). Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut.

Penelitian ini difokuskan pada semiotik Barthes, unsur intrinsik pada novel Hujan karya Tere Liye, serta pembelajarannya di SMA.

C. Sumber Data

Etta dan Sopiah (2010 : 169) mendeskripsikan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek asal data dapat diperoleh. Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam menentukan metode penulisan data. Sumber data merupakan sumber yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang kita perlukan dalam penelitian. Ada beberapa macam sumber data, yaitu: alam, masyarakat, instansi, perorangan, arsip, perpustakaan, dan sebagainya.

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Hujan karya Tere Liye, yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, pada Januari 2016. Data-data tersebut berupa kutipan-kutipan langsung maupun tidak langsung dari teks

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini akan dilakukan perancangan sistem pendukung keputusan penentuan strategi pengembangan industri kecil kapal tradisional (galangan rakyat) yang di

[r]

Gedung perpustakaan enam lantai dengan basement dibangun di wilayah gempa dua direncanakan dengan daktail penuh dan berdiri di atas tanah sedang. Data struktur.. Gedung terdiri

Karena intensitas kedatangan klaim pada setiap bulan tidak konstan, maka digunakan Proses Poisson Non Homogen.Distribusi yang mungkin untuk besar klaim adalah :distribusi

[r]

Pada skripsi ini, Penulis membatasi masalah pada matriks yang mengandung nilai eigen yang berupa bilangan riil dalam menentukan nilai eigen dominan terbesar dan nilai eigen

se(under leNbul melatukd pemulihmya mcnuju ko.disi seftula tidat lagolug kepada tonposisi jdis tapi tergetug kepada kmmpud sutu jenis (Brcw! dd lugo,1990).. KonFsisi,

01 Juli 20t1, maka dengan ini diumumkan pemenang pelelangan umum untuk pekerjaan sebagaimana berikut:. Nomor