• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI TERHADAP PROYEK PEMBANGUNAN YANG GAGAL JURNAL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS YURIDIS FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI TERHADAP PROYEK PEMBANGUNAN YANG GAGAL JURNAL ILMIAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI TERHADAP PROYEK

PEMBANGUNAN YANG GAGAL

JURNAL ILMIAH

Oleh :

IGO MUHAMMAD ALI AKBAR D1A115112

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM 2021

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS YURIDIS FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI TERHADAP PROYEK PEMBANGUNAN YANG GAGAL

JURNAL ILMIAH

Oleh :

IGO MUHAMMAD ALI AKBAR D1A115112

Menyetujui,

Dr. H. Djumardin., SH., M.Hum.

NIP. 196308091988031001

(3)

ANALISIS YURIDIS FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI TERHADAP PROYEK

PEMBANGUNAN YANG GAGAL IGO MUHAMMAD ALI AKBAR

D1A115112

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi terhadap proyek pembangunan yang gagal akibat Force Majeure.

Metode penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian normative empiris. Hasil penelitian didapatkan bahwa pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi diawali dengan proses perjanjian yang dilakukan oleh para pihak yang awalnya pihak pengguna jasa mendatangi kantor PT. Surya Karya Sari untuk berniat menggunakan jasa dari perusahaan konstruksi ini yang kemudian dilakukan negosiasi terkait isi dari perjanjian dan mengikatkan dirinya melalui kontrak.

Dalam kontrak tersebut terdir dari 14 Pasal. Berdasarkan sub-sub kontrak tersebut maka dapat dilihat ketika dicerminkan dengan ketentuan pasal 1320 KUHPerdata dan Undang-Undang Jasa Konstruksi. Untuk kasus sengketa para pihak melakukan upaya hukum diluar pengadilan (Non Litigasi). Oleh karenanya, dalam kontrak seharusnya telah dimuat clausa pertanggungjawaban risiko para pihak dalam hal terjadi keadaan memaksa atau Force Majeure yang nantinya merupakan tanggugjawab bersama.

Kata kunci: Force Majeure, Perjanjian, Jasa Konstruksi.

JURIDICAL ANALYSIS ON FORCE MAJEURE CONCEPT IN CONSTRUCTION AGREEMENT IN THE EVENT OF FAILURE

DEVELOPMENT PROJECT ABSTRACT

The aim of this work is to know implementation of construction agreement in the failed development project due to force majeure. Method of this work is normative-empirical legal research. Result of this work are, the construction agreement was initiated by pre-agreement process which conducted by the consumer attended PT. Surya Karya Sari office to show their intention to use PT.

Surya Karya Sari’s services, and then both parties negotiated the content of the agreement, bound themselves into the agreement. In the contract which consist of 14 articles. According to sub-contracts, it can be seen that it applied Article 1320 KUHPerdata and Law on Construction Service. For the dispute case, both parties chose a Non-Litigation mechanism. Therefore, the contract should adopt risk responsibility clause in the event of Force Majeure which will give both parties common responsibility.

Keywords: Force Majeure, Agreement, Construction Service

(4)

I. PENDAHULUAN

Pada prakteknya di dalam masyarakat jasa konstruksi sendiri masih kerap menemui berbagai macam permasalahan. Salah satu contoh kasus permasalahan jasa konstruksi terjadi pada warga Karang Gledek, Pemenang Kabupaten Lombok Utara bernama Okky Asokawati Indrakirana yang mengunakan jasa konstruksi dari PT. Surya Karya Sari untuk pembuatan rumah.

Pada awalnya sebelum pembangunan dimulai kedua belah pihak telah membuat perjanjian terkait dengan berbagai hal teknis jalannya pembangunan seperti waktu pelaksanaan pembangunan, biaya pelaksanaan pembangunan, pengawasan lapangan, sub kontraktor, dan juga keadaan Force Mejeure yang mungkin terjadi yang dapat menghambat pembangunan. Pembangunan dimulai pada April 2018 dan berjalan lancar tanpa kendala, namun pada bulan Agustus 2018 Pulau Lombok dan sekitarnya digunjang gempa yang cukup besar dengan gempa susulan yang terjadi terus menerus. Akibatnya rumah Okky yang saat itu masih dalam proses pembangunan terkena imbas yang cukup parah akibat gempa yang terjadi.

Setelah kejadian tersebut terjadi, saudara Okky yang menggunakan jasa konstruksi dari PT. Surya Karya Sari meminta pertanggung jawaban karena pada kontrak yang dibuat kontraktor dalam hal ini PT. Surya Karya Sari harus bertanggng jawab jika terjadi keadaan Force Mejeure yang disebabkan oleh bencana alam. Namun pihak kontraktor menolak bertanggung jawab karena dengan alasan terpenuhinya unsur Overmach pada kondisi Force Mejeure yang terjadi. Overmach sendiri merupakan keadaan memaksa yang terjadi bukan karena

(5)

kelalaian manusia, keadaan ini akan meghilangkan kewajiban dari Kontrktor untuk bertanggung jawab. Terkait dengan permasalahan tersebut sebenarnya di Indonesia Masalah jasa konstruksi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Sementara secara khusus, terdapat Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 yang mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan Peraturan Pemerintah No.

20 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Adapun alasan mengapa pengaturan jasa konstruksi itu dibuat yaitu untuk memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan demi mewujudkan struktur usaha yang kokoh, handal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas.1 Kemudian untuk mewujudkan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah itu guna mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi, jenis dan badan usaha konstruksi.2

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 pula, mengatur mengenai kontrak kerja konstruksi, sebagai landasan adanya hubungan antar subyek hukum pelaku jasa konstruksi atau pengadaan barang/jasa. Letak keterhubungan tersebut ada pada konsep perjanjian antar subyek hukum dalam proyek jasa konstruksi, pelaksanaan, dan pengawasan.3 Sementara di dalam Pasal 1 angka 15, Keppres 80

1 Salim HS.,dkk, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, 2017, hlm. 79

2 Ibid, hlm. 80

3 Ibid, hlm. 2

(6)

Tahun 2003, Kontrak adalah perikatan antara pengguna barang/jasa dengan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.4

Kondisi ketidakpastian hukum yang terjadi pada kasus yang dijelaskan di atas terkait dengan kondisi Force Mejeure yang terjadi dalam waktu yang sama membuat penulis ingin mengkaji hal tersebut berdasarkan sudut pandang hukum yang ada. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun rumusan masalah yakni bagaimana pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi antara pihak Okky Asokawati Indrakirana dengan PT. Surya Karya Sari ? dan bagaimana penyelesaian sengketa antara pihak Okky Asokawati Indrakirana dengan PT. Surya Karya Sari terhadap perjanjian jasa konstruksi yang gagal akibat Force Majeure?.

Untuk menjawab rumusan permasalah tersebut diatas digunakan jenis penelitian empiris, penelitian ini mengkaji penerapan peraturan perundang- undangan berdasarkan konsep dan teori hukum untuk melihat secara langsung kenyataan di lapangan. 5 Metode penelitian merupakan suatu sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni.6 Sehingga, dalam penelitian empiris menggunakan metode pendekatan peraturan perundang- undangan (statue approach), konseptual (conceptual approach) dan pendekatan sosiologis.7

4Indonesia, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, .Pasal 1 Angka 15

5 Amirrudin dan Zainal Asikin, Penghantar Metode Penelitian Hukum, Cet. 1, Ed. 8, PT.Raja Grafindo persada, jakarta, 2014, hlm.133

6 Zaenuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 17

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2009, hlm. 97

(7)

II. PEMBAHASAN

Pelaksanaan Perjanjian Jasa Konstruksi Antara Pihak Okky Asokawati Indrakirana Dengan PT. Surya Karya Sari

PT. Surya Karya Sari sebagai pelaku usaha sering mendapati pasang surut, sehingga tidak jarang juga melakukan tindakan yang terkadang dapat merugikan pengguna jasa begitu juga sebaliknya, dalam keadaan yang sulit itu maka perlu mengadakan tindakan perikatan yang dalam hal ini disebut perjanjian. Dengan tujuan demi melindungi kepentingan masing-masing pihak, maka perlu adanya suatu kesepakatan yang bertujuan mengatur interaksi tersebut dengan segala akibat hukum yang akan ditimbulkan oleh perjanjian tersebut, karena mungkin saja masalah belumlah timbul dalam waktu dekat, akan tetapi masalah akan timbul seiring berjalannya perjanjian di masa yang akan datang.

Apabila terjadi permasalahan dalam pelaksanaannya perjanjian tersebut, dapat dengan seksama melindungi semua pihak yang terkait didalam perjanjian tersebut. Dengan demikian perjanjian jasa yang dilakukan oleh PT. Surya Karya Sari dapat memberikan batasan-batasan hukum yang harus dipenuhi oleh masing- masing pihak.

Dalam membuat suatu perjanjian banyak cara atau jenis yang diperlukan dalam masyarakat, baik hal itu telah diatur dalam undang-undang maupun hanya berupa kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Dengan demikian tujuan perjanjian adalah untuk memberikan perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang melakukan perjanjian sehingga ketentuan yang diatur didalam sebuah kontrak

(8)

dapat terlaksana dengan baik dan mempunyai batasan-batasan hak dan kewajiban bagi para pihak yang terlibat di dalam perjanjian suatu kontrak tersebut.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tidak disebutkan secara sistematis tentang bentuk perjanjian. Namun apabila kita menelaah berbagai ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka perjanjian menurut bentuknya dibagi menjadi dua macam yaitu perjanjian lisan dan perjanjian tertulis. Setelah melakukan penelitian tentang perjanjian antara PT.

Surya Karya Sari dengan PT. Surya Karya Sari menggunakan perjanjian tertulis yang diikat dengan kontrak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara kepada pihak PT. Surya Karya Sari didapatkan hasil mengenai pelaksanaan perjanjian yang dibuat oleh pihak penyedia kepada pengguna jasa. Proses perjanjian yang dilakukan oleh para pihak awalnya pihak pengguna jasa mendatangi kantor PT. Surya Karya Sari untuk berniat menggunakan jasa dari perusahaan konstruksi ini. Pada perjanjian ini pihak dari pengguna jasa yang lebih aktif, hal ini dikarenakan pihak penggunalah yang selalu mencari kontraktor terlebih dahulu berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengguna jasa. 8

Setelah pengguna jasa memilih kontraktor yang dirasa dapat menyelesaiakan pembangunan miliknya, maka pengguna jasa kemudian tentunya mendatangi pihak kontraktor untuk mengikatkan dirinya melalui kontrak. Kontrak

8 Wawancara Dengan Herman, Direktur PT. Surya Karya Sari, Dilakukan Pada Kantor PT. Surya Karya Sari Tanggal Rabu 30 Desember 2020 Pukul 14:30 WITA.

(9)

inilah yang mengikatkan diri para pihak pada hak dan kewajiban yang harus diaati bersama.9

Jika pejanjian jasa konstruksi itu diadaakan secara tertulis, maka perjanjian jasa konstruksi itu berakhir demi hukum (otomatis) apabila waktu yang ditentukan habis, tanpa diperlukan suatu pemberitahuan pemberhentian untuk itu.10 Dalam pelaksanaan jasa konstruksi antara antara PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana menggunakan bentuk perjanjian tertulis di bawah tangan.

perjanjian yang dibuat ditanda tangani para pihak di atas materai 6000.

Dalam perlaksanaan perjanjian jasa kontruksi proyek pembangunan rumah yang dilakukan antara PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana diatur dalam kontrak yang telah disepakati oleh para pihak . Dalam kontrak tersebut terdiri dari 14 Pasal yang terdiri dari Macam dan Tempat Pekerjaan, Waktu Pelaksanaan Pekerjaan, Pelaksanaan Pekerjaan, Biaya Pelaksanaan, Prosedur Penagihan dan Pembayaran, Masa Pemeliharaan, Pekerjaan Tambah Kurang, Pengawas Lapangan, Sub Kontraktor, Force Mejeur, Sanksi – Sanksi, Kewajiban Pihak Kedua, Perselisihan,dan ketentuan Penutup.

Pembuatan kontrak dalam perjanjian jasa konstruksi yang dilakukan oleh para pihak ini tentunya berisi beberapa ketentuan yang sudah dilakukan negosiasi sebelumnya, isi dari perjanjian antara PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana tertuang dalam kontrak yang dinamakan dengan kontrak proyek pembangunan rumah tinggal. Kontrak perjanjian jasa konstruksi yang dibuat oleh antara PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana

9 Ibid.

10 Abdul R.Salim, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Prenada Media, Jakarta,2011, hlm.42- 43

(10)

mengatur beberapa ketetuan yakni: 11 Macam dan Tempat Kerja, Waktu Pelaksanaan Pekerjaan, Pelaksanaan Pekerjaan, Biaya Pelaksanaan, Prosedur Penagihan dan Pembayaran, Masa Pemeliharaan, Pekerjaan Tambah Kurang, Pengawas Lapangan, Sub Kontraktor, Force Mejeure, Sanksi – Sanksi, Kewajiban Pihak Kedua, Perselisihan dan Penutup.

Berdasarkan ketentuan pada Pasal 47, Pasal 48, Dan Pasal 50 Undang- Undang tentang Jasa Konstruksi maka dalam perjanjian jasa kontruksi mengatur ketentuan lebih khusus dalam hal ketentuan-ketentuan yang harus dimuat pada perjanjian jasa kontruksi. Hal ini tentunya untuk memberikan jaminan perlindungan hukum kedua belak pihak dan meminimisir terjadinya kerugian yang disebabkan oleh wanprestasi yang diilakukan oleh salah satu pihak.

Berdasarkan sub-sub kontrak yang terdapat pada perjanjian proyek pembangun rumah yang dilakukan oleh PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana, ketika dicerminkan dengan ketentuan Undang-Undang Jasa Konstruksi tepatnya pada ketentuan pada Pasal 47, Pasal 48, Dan Pasal 50.

Maka diketahui bahwa perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak tidak bertentangan dengan Undang-Undang Jasa Konstruksi karena ketentuan-ketentuan tentang yang harus ada pada suatu perjanjian jasa konstruksi telah diatur pula dalam perjanjian proyek pembangun rumah yang dilakukan oleh PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana.

Mengenai masalah berakhirnya perjanjian, diketahui bahwa pelaksanaan perjanjian yang dilakukan oleh pihak PT. Surya Karya Sari dengan Okky

11 Kontrak Perjanjian Kerja Proyek Pembangunan Rumah Tinggal antara PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana.

(11)

Asokawati Indrakirana berakhir karena lewat waktunya. Lewat waktu yang dimaksudkan adalah perjanjian berakhir karena waktu yang diperjanjikan telah selesai. Dalam perjanjian yang dilakukan oleh PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana hanya berlaku sampai pengerjaan dari rumah tinggal tersebut selesai yakni maksimal 180 ( seratus delapan puluh) hari kerja. Yang mana pada perjanjian tersebut akan dimulai pada hari Senin 21 Mei 2018 Sehingga seharusnya selesai pada November 2018.

Penyelesaian Sengketa Antara Pihak Okky Asokawati Indrakirana Dengan PT. Surya Karya Sari Terhadap Perjanjian Jasa Konstruksi Yang Gagal Akibat Force Majeure

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membedakan antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang serta akibat hukum dari perikatan tersebut. Akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki berdasarkan perjanjian yang telah disepakati para pihak sebelumnya sedangkan, akibat hukum dari suatu perjanjian yang lahir dari undang-undang merupakan hubungan hukum para empat pihak yang ditentukan oleh undang-undang. Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi pelanggaran atau lalai melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjikan.

Menurut Suharnoko, apabila atas perjanjian yang disepakati terjadi pelanggaran, maka dapat diajukan gugatan wanprestasi, karena adanya hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian. Apabila tidak ada hubungan antara pihak yang menimbulkan kerugian

(12)

dan pihak yang menderita kerugian, maka dapat diajukan gugatan perbuatan melawan hukum.12

Seiring dengan berjalannya waktu, perjanjian yang dilakukan antara PT.

Surya Karya Sari dengan pengguna jasa tentunya tidak akan semulus dan selalu sesuai dengan apa yang menjadi pokok dan isi perjanjian, mengingat PT. Surya Karya Sari telah berdiri sejak tahun 2005 silam. Terlebih dengan suatu keadaan yang diluar keinginan para pihak sehingga menyebabkan terjadinya suatu permasalahan wanprestasi dalam perjanjian jasa konstruksi ini. Permasalahan wanprestasi yang terjadi pada pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi pernah dilakukan oleh kedua belah pihak yakni pihak PT. Surya Karya Sari dengan pengguna jasa yang dalam hal ini pengguna atas nama Okky Asokawati Indrakirana.

Kasus wanprestasi ini terjadi bermula ketika pihak PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana mengikatkan dirinya dalam sebuah kontrak jasa konstruksi untuk membuat proyek perumahan tempat tinggal dengan nilai proyek sebesar Rp. 350.500.000,- (Tiga Ratus Lima Puluh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), untuk 1 (satu) unit bangunan. Harga borongan tersebut sudah mencakup bahan material, upah pekerja, keuntungan kontraktor dan tidak termasuk Pajak- pajak serta biaya perijinan.

Proyek ini tentunya diperjanjikan hanya berlangsung selama 180 ( seratus delapan puluh) hari kerja, yang tepatnya proyek ini dikerjakan mulai pada tanggal 21 mei 2018 yang diperkirakan selesai pada bulan November tahun 2018.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pada awalnya memang perjanjian

12 Suharnko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisis Kasus, Cetakan IX, Prenada Media, Jakarta, 2013,hlm. 115.

(13)

tersebut berjalan sesuai dengan apa yang diperjanjikan para pihak, namun pada waktu perjanjian tersebut telah berjalan selama 55 ( lima puluh lima) hari kerja.

Phenomena bencana alam tejadi pada pulau Lombok. Yang tepatnya pada agustus 2018 telah terjadi gempa bumi yanag telah mengguncang pulang Lombok.

Akibat gempa Lombok yang besarnya mencapai 7,0 SR ini telah mengakibatkan proyek pembangunan rumah tinggal yang hendak di bangun oleh Okky Asokawati Indrakirana ini hancur seketika. Bangunan yang telah berjalan pembangunannya selama 55 ( lima puluh lima) hari ini yang ketika dipersentasikan telah rampung 45% seketika menjadi 5% saja, yang jika dinominalkan maka kerugian yang dialami oleh Okky Asokawati Indrakirana telah mencapai Rp.96.457.000, ( sembilam puluh enam juta empat ratus lima puluh tujuh rupiah).13

Kerugian yang dialami oleh pengguna jasa ini tentunya disebabkan oleh kejadian yang bukan kehendak manusia atau biasanya disebut sebgai kejadian Overmacht atau Force Majeure yang disebabkan oleh gempa bumi yang

menggunjang Lombok yang padahal pihak konstruksi yang dalam hal ini adalah PT. Surya Karya Sari sudah melaksanakan apa yang telah diperjanjikan dengan baik.14

Pada perjanjian proyek pembangunan tempat tinggal tersebut memang telah mengatur mengenai ketentuan Force Majeure namun ketika dilihat kembali kontrak tersebut, tidak adanya masalah kejelasan pertanggung jawaban yang dibebankan kepada salah satu pihak ataupun penyelesaian sengketa yang akan

13 Wawancara dengan Okky Asokawati Indrakirana, pihak pengguna jasa, wawancara dilakukan pada rumah narasumber karang geledek, pemenang, Lombok utara, 28 Desember 2021 pukul 16:00 WITA.

14 Wawancara dengan Bapak Herman, Op.cit.

(14)

dilakukan ketika pada perjalanannya terjadi Force Majeure. Karena tidak adanya kejelasan tersebut, sehingga para pihak melakukan penyelesaian sengeketa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Secara umum dan lazimnya jika terjadi sengketa dalam perjanjian yang dalam hal ini termasuk penyelesaian sengketa pada perjanjian jasa konstruksi diselesaikan dengan dua jalur, yaitu dengan jalur pengadilan (Litigasi) dan di luar jalur pengadian (Non Litigasi). Penyelesaian sengeketa melalui jalur pengadilan merupakan cara penyelesaian sengketa antara para pihak yang sudah menemui jalan buntu atau tidak dapat menyelesaikan permasalahanya dengan itikad baik, sehingga mereka memilih penyelesaian melalui jalur pengadilan dengan bantuan hakim.

Dari beberapa metode penyelesaian sengketa yang ada, dalam perjanjian jasa konstruksti tersebut yang dilakukan oleh pihak pihak pihak PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana memilih menggunakan metode negosiasi.15

Akhirnya sebagai bentuk penyelesaian permasalahan tersebut diadakan negosiasi antara kedua belah pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan solusi bersama. Hasil dari negosiasi tersebut memberikan jalan keluar bagi para pihak tentang permasalahan yang terjadi, dimana untuk risiko yang dialami oleh pihak pengguna jasa karena memang dalam kontrak mengamantkan untuk dilakukannya negosiasi kedua belah pihak jika terjadi Force Majeure maka dari hasil negosiasi tersebut memberikan kesepakatan bagi kedua belah pihak yakni dengan memberikan biaya pembangunan yang sampai dengan pembangunan 45% secara

15 Wawancara dengan Bapak Herman, Op.Cit.

(15)

percuma oleh pihak penyedia jasa. Untuk bahan bangunan yang dinyatakan hancur tidak dapat dilakukan ganti rugi oleh pihak penyedia jasa, karena hal ini murni bukan menjadi kesalahnnya melainkan karena bencana alam. Sehingga pihak penyedia jasa ketika mengacu kepada ketentuan Force Majeure maka hanya sanggup untuk melakukan ganti rugi dalam hal biaya tukang saja, mengingat banyak bahan bangunan yang dapat juga digunakan kembali oleh pihak penyedia untuk dilakukan pembangunan dari awal.16

16Ibid.

(16)

III. PENUTUP

Kesimpulan

Pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi diawali dengan proses perjanjian yang dilakukan oleh para pihak yang awalnya pihak pengguna jasa mendatangi kantor PT. Surya Karya Sari untuk berniat menggunakan jasa dari perusahaan konstruksi ini yang kemudian dilakukan negosiasi terkait isi dari perjanjian.

Setelah adanya kesepakatan para pihak mengikatkan dirinya melalui kontrak.

Dalam kontrak tersebut terdiri dari 14 Pasal yang terdiri dari Macam dan Tempat Pekerjaan, Waktu Pelaksanaan Pekerjaan, Pelaksanaan Pekerjaan, Biaya Pelaksanaan, Prosedur Penagihan dan Pembayaran, Masa Pemeliharaan, Pekerjaan Tambah Kurang, Pengawas Lapangan, Sub Kontraktor, Force Mejeure, Sanksi – Sanksi, Kewajiban Pihak Kedua, Perselisihan,dan ketentuan Penutup.

Berdasarkan sub-sub kontrak tersebut maka dapat dilihat ketika dicerminkan dengan ketentuan pasal 1320 KUHPerdata dan Undang-Undang Jasa Konstruksi tepatnya pada ketentuan pada Pasal 47, Pasal 48, Dan Pasal 50. Maka diketahui bahwa perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak tidak bertentangan dengan Undang-Undang Jasa Konstruksi karena ketentuan-ketentuan tentang yang harus ada pada suatu perjanjian jasa konstruksi telah diatur pula dalam perjanjian proyek pembangun rumah tersebut.

Penyelesaian sengketa pada perjanjian jasa konstrusksi dapat menggunakan jalur pengadilan dan di luar pengadilan. Untuk kasus sengketa dalam pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi antara pihak PT. Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana melakukan upaya hukum diluar pengadilan

(17)

(Non Litigasi) yakni melalui negosiasi. Hal ini berdasarkan pada ketentuan penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat dilihat pada Undang-Undang Jasa Konstruksi yang diatur pada Pasal 88 yang mengedepankan bahwa penyelesaian perjanjian jasa konstruksi harus mengedepankan musyawarah. Hasil dari negosiasi tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa pihak penyedia jasa sanggup mengganti biaya pembangunan sampai dengan pembangunan 45%. Untuk bahan bangunan yang dinyatakan hancur tidak dapat dilakukan ganti rugi oleh pihak penyedia jasa, karena hal ini murni bukan menjadi kesalahnnya melainkan karena bencana alam. Sehingga pihak penyedia jasa ketika mengacu kepada ketentuan Force Majeure maka hanya sanggup untuk melakukan ganti rugi dalam hal biaya

tukang saja, mengingat banyak bahan bangunan yang dapat juga digunakan kembali oleh pihak penyedia untuk dilakukan pembangunan dari awal.

Saran

Dalam kontrak seharusnya telah dimuat clausa pertanggung jawaban risiko para pihak dalam hal terjadi keadaan memaksa atau Force Majeure yang nantinya merupakan tanggug jawab bersama. Sehingga tidak hanya pihak penyedia jasa saja yang mengalami kerugikan, melainkan kerugian dapat ditanggung oleh kedua belah pihak dan agar pelaksanaan perjanjian berjalan dengan lancar dan masing- masing pihak tidak mengalami kerugian, maka para pihak hendaknya memuat ketentuan sanksi dalam perjanjian tersebut. Mengingat permasalahan Force Majeure sering menjadi permasalahan yang kerap kali mengganggu jalannya suatu perjanjian.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdul R.Salim, 2011, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Prenada Media, Jakarta, Amirrudin dan Zainal Asikin, 2014, Penghantar Metode Penelitian Hukum, Cet.

1, Ed. 8, PT.Raja Grafindo persada, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.

Salim HS.,dkk, 2017.Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta.

Suharnko, 2013, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisis Kasus, Cetakan IX, Prenada Media, Jakarta.

Zaenuddin Ali, 2013, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,.

HASIL WAWANCARA

Hasil Wawancara Dengan Herman, Direktur PT. Surya Karya Sari, Dilakukan Pada Kantor PT. Surya Karya Sari Tanggal Rabu 30 Desember 2020 Pukul 14:30 WITA.

Hasil wawancara dengan Okky Asokawati Indrakirana, pihak pengguna jasa, wawancara dilakukan pada rumah narasumber karang geledek, pemenang, Lombok utara, 28 Desember 2021 pukul 16:00 WITA.

LAINNYA

Kontrak perjanjian kerja proyek pembangunan rumah tinggal antara antara PT.

Surya Karya Sari dengan Okky Asokawati Indrakirana.

Referensi

Dokumen terkait

Selain aturan mengenai jarak waktu kuliah yang bisa digunakan, aturan-aturan lain yang juga harus dipenuhi adalah tidak ada dosen yang mengajar lebih dari satu kelas pada hari dan

sponden mengatakan tidak baik tentang Puskesmas Batua maka dia tidak akan me- meriksakan kesehatannya Walaupun tidak bisa dipungkiri persepsi pasien tidak baik

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Wajib Pajak Dalam Penggunaan Sistem E-Filing (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak

Idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frasa) yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan menurut makna unsur pembentuknya (Soedjoto dalam Sudaryat,

Penyusunan Tugas Akhir merupakan salah satu persyaratan bagi para mahasiswa yang menempuh pendidikannya di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Magelang

Namun setelah berakhirnya program GTZ, implementasi SIMPUS di kota Banda Aceh mengalami beberapa kendala seperti tidak adanya tenaga teknis khusus baik dari dinas maupun