• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI AKDR DI DESA KOPANDAKAN I KECAMATAN KOTAMOBAGU SELATAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI AKDR DI DESA KOPANDAKAN I KECAMATAN KOTAMOBAGU SELATAN JURNAL"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

GAMBARAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI AKDR DI DESA KOPANDAKAN I KECAMATAN

KOTAMOBAGU SELATAN

JURNAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Keperawatan

OLEH

PEBRI RIZKIANI NUR NIM : 841411035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

(2)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

(3)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

(4)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

(5)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

GAMBARAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI AKDR DI DESA KOPANDAKAN I KECAMATAN

KOTAMOBAGU SELATAN

Pebri Rizkiani Nur, Dra. Hj. Rama P Hiola, M.Kes,Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep, M.Kep Email : PebriKeperawatan@yahoo.com

ABSTRAK

Pebri Rizkiani Nur. 2015. Gambaran Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kontrasepsi AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan. Skripsi. Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.

Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra.Hj.Rama P Hiola, M.Kes dan Pembimbing II Ns Nasrun Pakaya, S.Kep, M.Kep.

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim. Bentuknya bermacam-macam dan terbuat dari plastik yang dililit tembaga. Waktu penggunaannya selama 10 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor- faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu selatan.

Desain penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menggunakan AKDR yang berjumlah 43 ibu. Sampel berjumlah 43 ibu dengan menggunakan teknik Total Sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 20-35 tahun (53,5%), berpendidikan SMP (62,8%), mempunyai1-2 orang anak(81,4%), memiliki pengetahuan baik tentang AKDR (58,1%), menyatakan bahwa tidak ada efek samping dari AKDR (58,1%), bersikap positif terhadap AKDR (55,8%), menyatakan bahwa adanya dukungan dari petugas KB (66,1%).

Bagi petugas KB diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang AKDR terutama tentang keuntungan dan kerugian AKDR kepada calon akseptor KB. Bagi masyarakat diharapkan bisa menambah informasi tentang AKDR dan dapat mempertimbangkan untuk memilih kontrasepsi yang efisien dan berjangka panjang.

Kata Kunci : Kontrasepsi, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim(AKDR).

1

(6)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep 2

(7)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk ini tentu saja berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga 2,49% per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Dari gambaram tersebut, pemerintah mengambil suatu langkah antisipasi untuk menekan tingginya laju pertumbuhan penduduk dengan membentuk sebuah badan yang secara spesifik dan khusus bertanggung jawab terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia, yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (Arum & Sujiyatini, 2011).

Program keluarga berencana diselenggarakan oleh pemerintah dengan tujuan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan mutu sumber daya manusia dan tidak hanya ditujukan untuk penurunan angka kelahiran namun dikaitkan pula pada dengan tujuan untuk pemenuhan hak-hak reproduksi, promosi, pencegahan, penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi dan seksual serta menjaga kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, dan anak. Target pemerintah Indonesia mengenai kesehatan reproduksi yang akan dicapai sampai pada tahun 2015 yang terangkum dalam indikasi keberhasilan program Millennium Development Goals (MDGs) adalah cakupan layanan KB pada pasangan usia subur (PUS) 70%, penurunan prevalensi kehamilan mencapai 50%, penurunan kejadian komplikasi KB

serta penurunan angka drop out penggunaan alat kontrasepsi (Irianto, 2014).

Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 angka tertinggi PUS (Pasangan Usia Subur) menggunakan metode kontrasepsi suntikan (46,84%). Sedangkan IUD atau AKDR hanya 11,53%.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seorang ibu dalam memilih alat kontrasepsi dalam rahim, diantaranya:

Pengetahuan, seseorang akan memilih KB AKDR jika ia banyak mengetahui dan memahami tentang KB AKDR. Yang kedua yaitu efek samping, gejala yang paling sering bertanggung jawab menyebabkan penghentian AKDR seperti perubahan siklus haid, haid menjadi lebih lama, dan saat haid akan menjadi lebih sakit (Saragih, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Widyawati dan Sudirman Natsir pada tahun 2012 meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) di wilayah kerja puskesmas batuah kutai kartanegara. Dengan metode penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, di dapatkan hasil, yaitu: pada uji statistik didapatkan bahwa pemakaian AKDR terhadap pendidikan dengan P value 0,001, pemakaian AKDR terhadap dukungan suami dengan P value 0,006, sedangkan pada pemakaian AKDR terhadap pengetahuan didapatkan hasil P value 0,007.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Setiowati meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim pada Akseptor KB golongan resiko tinggi di puskesmas kec. Cimahi selatan kota cimahi tahun 2008. Dengan metode penelitian studi analitik dengan

3

(8)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

pendekatan studi kasus control (case control). Di dapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor sosio demografi (p value 0.001), faktor budaya (p value 0.0005), faktor akses terhadap pelayanan (p value 0.0005) dan faktor sosio psikologi (p value 0.002) dengan penggunaan AKDR. Uji regresi logistik ganda menunjukkan faktor budaya merupakan faktor dominan mempengaruhi penggunaan AKDR (p value 0.0005).

Penelitian yang dilakukan oleh Risnawati dkk tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dalam pemakaian AKDR di kelurahan lompo riaja, kecamatan tanete riaja, kabupaten barru tahun 2013. Dengan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cross sectional. Di dapatkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan (p = 0.006), antara persepsi rasa aman (p = 0.001).

kesimpulan dalam penelitian ini terhadap hubungan antara pengetahuan dan rasa aman terhadap minat dalam pemakaian AKDR.

Ada dua macam penerimaan terhadap jenis kontrasepsi (AKDR) yakni penerimaan awal (initial acceptability) dan penerimaan lanjut (continued acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagaimana motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB.

Penerimaan lebih lanjut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, daerah (desa atau kota), pendidikan dan pekerjaan, agama, motivasi, adat istiadat, dan tidak kalah pentingnya sifat yang ada pada cara KB tersebut (Sarwono, 2007).

Menurut Hartanto (2004) usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan dengan alat kontrasepsi tertentu. AKDR kurang dianjurkan bagi ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan belum mempunyai anak. Jumlah anak dapat mempengaruhi dalam menentukan

metode kontrasepsi yang akan digunakan.

Menurut Pinem S (2009) AKDR merupakan pilihan yang tidak menarik bagi wanita yang masih menginginkan anak sedangkan untuk wanita yang ingin menjarangkan kehamilannya biasanya lebih cenderung memilih AKDR. Menurut Purwoko (2000) tingkat pendidikan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam memilih metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasioanal dari pada mereka yang berpendidikan rendah.

Menurut Saifudin (2006), pada umumnya efek samping yang timbul dari penggunaan AKDR adalah perubahan siklus haid, haid menjadi lebih lama dan volume darah haid lebih banyak.

Berdasarkan hasil laporan pencapaian peserta KB aktif tahun 2014 Badan Pendidikan Masyarakat Daerah, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Badan PMD, PP, dan KB) Kota Kotamobagu melaporkan bahwa hasil pencapaian peserta KB berdasarkan alat kontrasepsi, di Kota Kotamobagu yang paling banyak yaitu kontrasepsi hormonal sebanyak 39,14 persen.

Berdasarkan data awal dari BPMD dan KB Kecamatan Kotamobagu Selatan, jumlah peserta KB yang menggunakan metode kontrasepsi AKDR pada tahun 2014 dari 5 Desa yang ada di Kecamatan Kotamobagu Selatan akseptor KB yang paling banyak menggunakan AKDR adalah di Desa Kopandakan yaitu sebanyak 52 orang ibu.

Berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor yang terbanyak adalah: Pil dengan jumlah akseptor 125 orang, Suntik dengan akseptor sebanyak 56 orang, Implant dengan pemakai sebanyak 28 orang, AKDR dengan jumlah pemakai sebanyak 52 orang, MOW sebanyak 7 orang, MOP sebanyak 3 orang dan pemakai Kondom sebanyak 19 orang.

4

(9)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa responden pada tanggal 4 maret 2014 terungkap bahwa responden tidak merasa nyaman menggunakan AKDR. Responden juga mengatakan pernah mendengar dari beberapa sumber bahwa alat yang dipasang bisa terlepas dengan sendirinya dan dapat berkarat di dalam rahim ibu. Oleh karena itu, kadang responden merasa khawatir kalau alat yang di pasang bisa terlepas dan berkarat.

Reponden juga mengatakan setelah memakai AKDR responden merasa adanya pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan AKDR. Dan setelah kurang lebih 2 minggu pemasangan responden merasakan adanya perubahan siklus haid dan haid menjadi lebih banyak dari sebelum reponden menggunakan AKDR.

Juga nyeri sat haid menjadi lebih sakit dari sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti “Gambaran faktor penggunaan kontrasepsi AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu selatan Kota Kotamobagu”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan dan waktu penelitian tanggal 18 mei- 24 mei 2015. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif. Dalam Penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang menggunakan AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan yang berjumlah 43 responden dan sampel yang digunakan sebanyak 43 responden yang ditentukan dengan teknik total sampling.

Instrumen yang digunakan yaitu angket/kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam hal ini adalah seluruh ibu yang menggunakan alat kontrasepsi di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan dengan jumlah 43 orang dimana

kuesioner ini untuk menggambarkan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi AKDR. Kuesioner terdiri dari Data Demografi dan Pertanyaan-pertanyaan tentang kontrasepsi AKDR.

HASIL PENELITIAN

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi AKDR a. Umur

Umur responden yang menggunakan kontrasepsi AKDR dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi umur responden pengguna kontrasespsi AKDR Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan.

Umur Jumlah Persentasi (%)

<20 tahun 20-35 tahun

>35 tahun

1 23 19

2,3%

53,5%

44,2%

Jumlah 43 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang menggunakan AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan berusia 20-35 tahun (23 responden/53,5%), yang berusia >35 tahun (19 responden/44,2%) dan yang berusia <20 tahun (1 responden/2,3%).

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang menggunakan AKDR dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi tingkat pendidikan responden yang menggunakan AKDR di

5

(10)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan

Tingkat Pendidikan

Jumlah Persentasi(%) SD

SMP SMA Diploma

Sarjana

2 27 11 2 1

4,7%

62,8%

25,6%

4,7%

2,3%

Jumlah 43 100%

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang menggunakan AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan memiliki tingkat pendidikan SMP 27 responden (62,8%), SMA 11 responden (25,6%), SD 2 responden (4,7%), Diploma 2 responden (4,7%), Sarjana 1 responden (2,3%).

.

c. Jumlah anak

Jumlah anak responden yang menggunakan AKDR dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi jumlah anak responden yang menggunakan AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan

Jumlah anak

Jumlah Persentasi(%) 1-2 orang

3-4 orang 5 orang

35 7 1

81,4%

16,3%

2,3%

Jumlah 43 100%

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang menggunakan AKDR yang memiliki jumlah anak 1-2 oran anak (35 responden/81,4%), yang memiliki 3-4 orang anak (7 responden/16,3%), dan memiliki 5 orang anak (1 responden/2,3%).

d. Faktor pengetahuan

Pengetahuan responden tentang penggunaan kontrasepsi AKDR dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan faktor tingkat pengetahuan di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan

Pengetahuan Frekuensi Persentasi(

%) Baik

Kurang

25 18

58,1%

41,9%

Jumlah 43 100 %

Berdasarkan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang AKDR sebanyak 25 responden (58,1%) dan memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang AKDR sebanyak 18 responden (41,9%).

e. Faktor efek samping

Efek samping pada penggunaan kontrasepsi AKDR dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan faktor efek samping di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan

Efek samping

Frekuensi Persentasi (%) Tidak ada

Ada

25 18

58,1%

41,9%

Jumlah 43 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian responden berpendapat bahwa tidak efek samping dari AKDR sebanyak 25 responden (58,1%) dan ada efek samping sebanyak 18 responden (41,9%).

6

(11)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

f. Faktor sikap

Sikap responden tentang penggunaan kontrasepsi AKDR dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan faktor sikap di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan

Sikap Frekuensi Persentasi (%) Positif

Negatif

24 19

55,8%

44,2%

Jumlah 43 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap positif terhadap AKDR, sebanyak 24 responden (55,8%) dan responden yang bersikap negatif terhadap AKDR sebanyak 19 responden (44,2%).

g. Faktor dukungan petugas KB

Dukungan petugas KB pada responden tentang AKDR dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan faktor dukungan petugas KB di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan

Dukungan petugas

KB

Frekuensi Presentase (%) Mendukung

Tidak mendukung

28 15

66,1%

34,9%

Jumlah 43 100%

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden didukung petugas KB untuk menggunakan AKDR sebanyak 28 responden (66,1%) dan sebanyak 15 orang

responden (34,9%) tidak mendapat dukungan petugas KB.

PEMBAHASAN

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengggunaan AKDR

a. Umur

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data bahwa sebagian besar responden adalah berusia 20-35 tahun atau berusia reproduksi sehat yaitu sebanyak 23 orang (53,5%), mereka lebih memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi karena AKDR merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang dan efektif untuk mencegah kehamilan.

Menurut penelitian Bernadus, J dan Madianung, A (2013) tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) bagi akseptor KB di Puskesmas Jailolo dengan jumlah responden 96 dengan pendekatan analitik menggunakan desain penelitian Cross Sectional di dapatkan hasil nilai P = 0,000 yang berarti lebih kecil dari 𝛂 = 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan pemilihan AKDR bagi akseptor KB orang menunjukkan bahwa responden dengan usia di atas 20 tahun lebih memlilih AKDR sebagai kontrasepsi karena secara fisik kesehatan reproduksi sudah lebih matang dan merupakan tolak ukur tingkat kedewasaan seseorang.

Menurut penelitian Fatimah (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur, dengan jumlah responden 100 responden menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Case Control didapatkan hasil p=0,002. Fatimah berpendapat bahwa wanita yang berumur

7

(12)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

20-35 tahun lebih banyak memakai AKDR karena berhubungan dengan masa reproduksi yang sangat berkaitan dengan masa kehamilan yang membutuhkan alat kontrasepsi yang relative aman dan tidak merepotkan.

Faktor umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu terhadap penerimaan jenis kontrasepsi khususnya AKDR (Sarwono, 2007).

Menurut Hartanto (2004) usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan dengan alat kontrasepsi tertentu. Bagi ibu yang berumur antara 20-35 tahun, segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai AKDR sebagai pilihan utama. Kegagalan dari kontrasepsi yang digunakan ibu menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping itu akseptor yang menggunakan AKDR memang tidak mengharapkan punya anak lagi, karena AKDR dapat dipakai untuk jangka panjang dan tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan, dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut. Pada umur tersebut yang cocok adalah AKDR.

Menurut Meilani (2010), AKDR lebih utama digunakan oleh ibu PUS yang telah berusia diatas 35 tahun, dengan pertimbangan penggunaan alat kontrasepsi hormonal kurang menguntungkan karena efek dari kandungan hormonnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan oleh ibu PUS yang berusia reproduksi sehat (20 – 35 tahun).

Menurut peneliti bahwa sebagian ibu yang berumur 20-35 tahun lebih memilih kontrasepsi AKDR karena menurut mereka AKDR merupakan salah

satu kontrasepsi yang tidak merepotkan seperti pil yang harus diminum sesuai jadwal dan suntik yang harus selalu kontrol ke petugas kesehatan. Mereka menyadari bahwa pada usia 20-35 tahun merupakan usia reproduksi sehat. Dalam hal ini berhubungan dengan masa reproduksi yang sangat berhubungan dengan masa pengaturan kehamilan.

AKDR merupakan salah satu kotrasepsi yang tidak merepotkan dan pemakaiannya pada ibu dalam fase menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan serta menunda kehamilan. AKDR juga digunakan untuk ibu yang tidak ingin repot dengan minum pil setiap hari. Hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun.

Sedangkan untuk responden yang berusia

>35 tahun memilih AKDR sebagai kontrasepsi karena mereka berpendapat bahwa AKDR tidak menyebabkan kenaikan berat badan seperti alat kontrasepsi lainnya dan AKDR merupakan kontrasepsi jangka panjang dan merupakan pilihan yang tepat untuk ibu yang tidak ingin punya anak lagi.

Mereka juga menyadari bahwa usia mereka sudah tidak muda lagi untuk punya anak. Untuk ibu yang berusia <20 tahun memilih AKDR sebagai kontrasepsi karena responden masih ingin melanjutkan sekolah diperguruan tinggi dan belum ingin punya anak lagi sehingga responden memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi karena keefektifan AKDR yang merupakan kontrasepsi jangka panjang. Responden juga menggunakan AKDR atas dukungan dan saran dari suaminya.

b. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan data bahwa sebagian ibu yang menggunakan kontrasepsi AKDR adalah berpendidikan SMP sebanyak 27 orang (62,8%).

8

(13)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

Menurut penelitian Amrinah (2011) tentang Gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Ibu usia Subur tentang AKDR Dalam Program Keluarga Berencana Di Kelurahan 30 Ilir dengan jumlah sampel sebanyak 106 responden ibu usia subur.

Menggunakan studi deskriptif dan desain penelitian cross sectional diperoleh hasil sebanyak 52 orang ibu (49,1%) menggunakan AKDR berpendidikan SMP. Syarah berpendapat bahwa pendidikan seseorang tidak berpengaruh dengan kontrasepsi yang digunakan oleh responden. Menurutnya bahwa tidak selamanya pendidikan seseorang dapat mempengaruhi untuk memilih kontrasepsi, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhinya.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan- perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana (KB) karena pengetahuan tentang KB secara umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran kesehatan, pendidikan kesejahteraan keluarga dan kependudukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya (Purwoko,2000).

Pendidikan seseorang yang tinggi belum tentu mempunyai pengaruh terhadap perilaku sehari-hari dalam kehidupan. Orang berpendidikan tinggi belum tentu menggunakan KB yang efektif. Pendidikan juga merupakan proses perubahan dan peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola pikir, dan perilaku masyarakat. Karena adanya dinamika diberbagai aspek, maka proses pendidikan akan terus menerus dan berkesinambungan sehingga masyarakat mampu menerima gagasan invasif secara rasional dan bertanggung jawab (BKKBN, 2011).

Menurut peneliti bahwa karena sebagian besar responden yang berpendidikan SMP belum tentu responden kurang bisa menerima dan memahami tentang alat kontrasepsi.

Sebagian responden berpendidikan SMP tapi responden memilih untuk menggunakan AKDR karena responden mengetahui keefektifan AKDR dan responden menyadari untuk kehamilan.

Responden mengetahui tentang AKDR dari konseling dan penyuluhan dari petugas KB yang sering diadakan setiap bulan di Pos KB Desa. Sedangkan responden yang berpendidikan SMA memilih AKDR karena responden menyadari keefektifan dari AKDR dan responden mengatakan jika rsponden mengetahui informasi tentang AKDR dari beberapa kerabat yang sudah menggunakan AKDR sehingga responden berminat menggunakan AKDR.

Sedangkan responden yang berpendidikan SD memilih menggunakan AKDR karena responden disarankan oleh petugas kesehatan untuk menggunakan AKDR.

Responden yang berpendidikan Diploma dan Sarjana memilih menggunakan AKDR karena responden mengetahui dan menyadari bahwa AKDR merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang dan efektif serta tidak

9

(14)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

merepotkan seperti alat kontrsepsi lainnya.

c. Jumlah anak

Berdasarkan tabel 4.4 untuk karakteristik jumlah anak didapatkan hasil bahwa responden yang menggunakan kontrasepsi mempunyai 1-2 orang sebanyak 35 orang (81,4%).

Sebaian besar ibu yang menggunakan AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan mempunyai 1-2 orang anak. Sebagian ibu lebih memilih untuk menggunakan AKDR dengan berbagai macam alasan, ada yang mengatakan kalau 2 orang anak saja cukup, ada yang mengatakan kalau tidak ingin menambah anak lagi sehingga mereka menggunakan AKDR.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani, D (2010), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pengambilan keputusan memilih alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di wilayah Bidan Praktik Swasta Titik Sri Suparti Boyolali, sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang menjadi akseptor KB AKDR dengan pengambilan sampel menggunakan accidental sampling menggunakan metode penelitian deskriptif dengan metode pengambilan data secara kualitatif. Desy menyatakan bahwa semua ibu memakai AKDR saat anak kedua dan ketiga.

Jumlah anak hidup

mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit, terdapat kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak, terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi. Pengguna

AKDR dipengaruhi juga dengan jumlah anak dalam suatu keluarga (Purwoko,2000).

Menurut Pinem S (2009) AKDR merupakan pilihan yang tidak menarik bagi wanita yang masih menginginkan anak sedangkan untuk wanita yang ingin menjarangkan kehamilannya biasanya lebih cenderung memilih AKDR.

Menurut peneliti bahwa sebagian besar ibu yang mempunyai 1-2 orang anak lebih memilih menggunakan AKDR karena ibu menyadari bahwa 2 orang anak saja cukup. Serta ibu yang memilih menggunakan AKDR ingin menjarangkan kehamilan. Sebagian besar repsonden lebih memilih AKDR sebagai kontrasepsi karena responden tidak ingin hamil lagi.

Sedangkan ibu yang memiliki jumlah anak hidup 3-4 orang menggunakan AKDR sebagai kontrasepsi karena mereka mengetahui keefektifan AKDR.

Selain itu mereka mengatakan bahwa pemakaian AKDR hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh seperti alat kontrasepsi lainnya. Sedangkan responden yang memiliki jumlah anak hidup 5 orang memilih menggunakan AKDR karena responden tidak ingin menambah anak lagi. Responden juga mengatakan bahwa sebelum menggunakan AKDR responden pernah menggunakan kontrasepsi pil, responden mengganti kontrasepsi yang digunakannya dan memilih menggunakan AKDR karena responden mengetahui dari rekannya bahwa AKDR merupakan kontrasepsi jangka panjang yang tidak merepotkan seperti pil yang harus diminum sesuai jadwal sehingga responden memilih untuk menggunakan AKDR saja.

10

(15)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

d. Pengetahuan

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan data bahwa dari 43 responden, ada 25 (58,1%) responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang AKDR. Dan ada 18 (41,9%) responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang AKDR, terutama tentang keuntungan dan kerugian AKDR.

Menurut penelitian Fatimah (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur, dengan jumlah sampel 100 responden menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Case Control didapatkan hasil p=0.021, Fatimah menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan pengetahuan terhadap penggunaan AKDR. Menurut Fatimah Pada proses adopsi AKDR, dalam diri responden terjadi proses yang berurutan. AKDR sebagai sebuah inovasi dapat diadopsi oleh responden melalui proses berurutan, yaitu : knowledge (merubah pemahaman individu), persuation (pembentukkan sikap bisa menerima atau menolak), decision (menimbang-nimbang terhadap pilihan yang akan diambil), implementation (mencoba perilaku baru), confirmation (pemantapan/ berperilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses tersebut, yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat long lasting.

Hal ini sejalan dengan penelitian Amrinah (2011), yang meneliti tentang Gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Ibu usia Subur tentang AKDR Dalam Program Keluarga Berencana Di Kelurahan 30 Ilir dengan jumlah sampel sebanyak 106 responden ibu usia subur.

Menggunakan studi deskriptif dan desain

penelitian cross sectional diperoleh hasil yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu usia subur tentang AKDR baik dengan presentasi 42,5%. Syarah berpendapat bahwa ibu yang berpengetahuan baik tentang AKDR memiliki peluang yang besar untuk memilih AKDR sebagai kontrasepsi.

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Widyawati (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian AKDR di wilayah kerja puskesmas Batuah Kutai Kartanegara.

Dengan jumlah sampel sebanyak 180 responden, menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional diperoleh hasil P value=0,007. Widyawati berpendapat bahwa pengetahuan yang baik tentang AKDR dari calon akseptor KB sangat berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi AKDR.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Saragih,2012).

Menurut peneliti pengetahuan mempengaruhi dalam penggunaan AKDR karena dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang AKDR.

Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya minat masyarakat dalam pemilihan alat kontrasepsi khususnya pemilihan AKDR. Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak informasi yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahun seseorang dapat mempengaruhi dan berhubungan dengan keputusan dalam menggunakan AKDR.

Ada juga beberapa responden yang

11

(16)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

masih memiliki pengetahuan kurang tentang AKDR. Jika dilihat secara rinci dari kuesioner dapat dilihat bahwa beberapa responden masih kurang memahami tentang AKDR khususnya keuntungan dan kerugian dari AKDR.

ada responden yang berpendapat bahwa keuntungan AKDR yaitu dapat menimbulkan rasa nyeri dan kerugian AKDR yaitu nyaman digunakan.

Peneliti menarik kesimpulan bahwa beberapa responden masih kurang memahami tentang keuntungan dan kerugian dari AKDR.

e. Efek samping

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan data bahwa tidak ada efek samping dari AKDR yaitu sebanyak 25 responden (58,1%) dan ada efek samping dari AKDR yaitu sebanyak 18 responden (41,9%).

Menurut penelitian Riyadhul, I &

Maryati, I (2006) tentang gambaran keluhan-keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD pada akseptor IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi Kota Bandungdengan jumlah sampel 65 responden menggunakan metode penelitian deskriptif dengan persentasi 43,8 persen. Riyadhul berpendapat bahwa akseptor yang menggunakan AKDR yang mengeluh nyeri saat haid dan haid jadi lebih banyak yang sudah konseling dengan petugas kesehatan ataupun petugas KB mengatakan bahwa efek tersebut merupakan gejala umum yang dirasakan ketika menggunakan AKDR dan hanya dirasakan sampai 3 bulan pertama saja. Riyadhul menyatakan bahwa konseling dari petugas kesehatan ataupun petugas KB sangat diperlukan agar ibu lebih paham tentang AKDR sehingga ibu tidak drop out.

Efek samping pada AKDR terjadi setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh nyeri dibagian perut

dan pendarahan sedikit-sedikit (spotting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendirinya. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Perubahan siklus haid merupakan efek samping umum yang sering terjadi pada pengguna AKDR (Arum & Sujiyatini, 2011).

Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat dari penggunaan alat/obat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius terhadap kesehatan klien (BKKBN, 2002).

Menurut Saifuddin (2006), pada umumnya efek samping dari penggunaan AKDR adalah perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid menjadi lebih lama, volume darah haid lebih meningkat, dan saat haid akan menjadi lebih sakit.

Menurut Handayani (2010), efek samping berat pemakaian AKDR antara lain: Amenorea, kehilangan benang AKDR, adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya penyakit radang panggul adalah efek samping dari AKDR.

Menurut peneliti berdasarkan hasil yang didapatkan sebagian besar ibu mengatakan bahwa selama menggunakan AKDR responden merasakan tidak ada efek samping.

Responden mengatakan bahwa responden tidak merasa khawatir karena mereka menyadari bahwa hal yang dirasakan merupakan suatu hal yang wajar ketika menggunakan AKDR.

Peningkatan perdarahan menstruasi yang sering disertai nyeri merupakan masalah paling umum yang berkaitan dengan pemakaian AKDR. Ada beberapa responden yang mengatakan bahwa ada

12

(17)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

efek samping dari penggunaan AKDR, seperti peningkatan darah haid yang lebih banyak dari sebelum menggunakan AKDR dan rasa nyeri saat haid yang dirasakan lebih sakit dari sebelum menggunakan AKDR. Peningkatan perdarahan saat haid merupakan gejala yang paling sering diderita oleh pengguna AKDR. Akseptor KB yang menggunakan AKDR akan mengalami proses adaptasi dalam tubuhnya. Pengguna AKDR biasanya akan mengalami beberapa keluhan dan efek samping. Pada saat inilah peran dari petugas KB maupun petugas kesehatan sangat penting untuk memberikan dukungan kepada akseptor KB agar mereka merasa yakin dan tidak perlu cemas dan takut.

f. Sikap

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan data bahwa dari 43 responden ada sebanyak 24 responden (55,8%) ibu yang bersikap positif terhadap penggunaan AKDR. Jika dilihat secara rinci dari kuesioner sikap, sebagian besar ibu berpendapat bahwa mereka nyaman dan tidak malu dengan proses pemasangan AKDR.

Menurut penelitian Fitri Rahma (2012), tentang Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, dan faktor Penguat Dengan pemilihan Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau dengan jumlah 106 responden menggunakan metode penelitian pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Hasil analisis hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan kontrasepsi IUD terdapat 43 orang ibu (75,4%) dengan nilai p=0.000.

Fitri Rahma menyatakan bahwa responden dengan sikap baik/positif mempunyai peluang untuk memilih kontrasepsi IUD.

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain), dan memiliki tingkat kedalaman yang berbeda. Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB.

Banyak sikap yang dapat menghalangi KB dan penggunaan suatu alat kontrasepsi. Banyak ibu bersikap negatif terhadap alat kontrasepsi IUD.

Hal ini karena sering mendengar rumor/mitos yang beredar di masyarakat, misalnya rumor tentang IUD yang bisa berpindah-pindah tempatnya bahkan bisa ke jantung, IUD bisa menyebabkan kanker, dan dapat tertanam di dalam rahim. Sebagian ibu juga malu karena harus membuka bagian yang paling rahasia dari tubuhnya dan takut karena yang didengarnya sangat sakit ketika pemasangan IUD (Handayani,2010).

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmojo, 2010).

Menurut peneliti bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang positif selama menggunakan kontrasepsi AKDR. dari hasil kuesioner sikap menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tidak merasa malu dengan proses pemasangan AKDR yang harus memperlihatkan vagina atau alat kemaluan, ibu juga tidak merasa takut dengan proses pemasangan AKDR.

13

(18)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

Sikap positif ibu berhubungan dengan minat ibu dalam menggunakan kontrasepsi AKDR, karena berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa sebagian besar ibu yang menggunakan AKDR memiliki sikap yang positif terhadap AKDR. Beberapa responden juga ada yang bersikap negatif tentang AKDR, dari hasil kuesioner sikap dapat dilihat bahwa responden masih merasa khawatir dengan rumor yang sering mereka dengar bahwa AKDR bisa menyebabkan cacat pada anak dan bisa pindah dengan sendirinya, ibu juga menyatakan bahwa merasa takut dengan proses pemasangan AKDR. Dalam hal ini diperlukan peran dari petugas kesehatan ataupun petugas KB untuk memberikan dukungan kepada akseptor KB agar mereka tidak perlu cemas dan takut.

g. Dukungan petugas KB

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan data bahwa petugas KB mendukung untuk menggunakan AKDR sebanyak 28 orang (66,1%). Hal ini dapat dilihat secara rinci pada kuesioner dimana mayoritas ibu berpendapat bahwa petugas KB menyarankan ibu untuk menggunakan AKDR tapi tidak menjelaskan tentang kontrasepsi AKDR.

Menurut penelitian Wijayanegara, B (2013) yang meneliti tentang Pengetahuan, Dukungan Suami Dan Dukungan Bidan pada Akseptor IUD dan Non IUD Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung dengan jumlah responden sebanyak 135 responden menggunakan metode penelitian deskriptif menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan hasil 86 (94,4%) akseptor mendapat dukungan Bidan. Wijayanegara berpendapat bahwa semakin besar dukungan petugas KB, semakin besar pula peluang akseptor untuk menggunakan AKDR dibandingkan

dengan akseptor yang tidak mendapatkan dukungan petugas KB.

Menurut penelitian Fitri R (2012), tentang Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, dan faktor Penguat Dengan pemilihan Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau dengan jumlah 106 responden menggunakan metode penelitian pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Hasil analisis hubungan antar dukungan petugas KB dengan pemilihan kontrasepsi IUD diperoleh nilai p=0.082. Fitri menyatakan responden yang menyatakan mendapat dukungan petugas KB mempunyai peluang untuk memilih kontrasepsi AKDR dari pada yang tidak mendapat dukungan.

Pelayanan KB yang berkualitas berdampak pada kepuasan pada klien dan terpenuhinya aturan penyelenggaraan Pelayanan KB sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Kompetensi tenaga yang memberikan pelayanan KB merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas Pelayanan KB selain faktor- faktor lain seperti sarana dan prasarana penunjang, alat, dan obat kontrasepsi, ketersediaan pedoman pelayanan dan upaya untuk menjaga mutu. Ditinjau dari sudut standar pelayanan, Pelayanan KB yang berkualitas adalah bila tingkat komplikasi, ketidakberlangsungan dan kegagalan rendah atau berada dalam batas toleransi (Kemenkes R.I, 2013).

Menurut peneliti bahwa penggunaan dan pemilihan kontrasepsi perlu mendapatkan informasi yang tepat dan benar, salah satunya informasi dari petugas Pelayanan KB sehingga ibu-ibu dapat menggunakan kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan ibu.

Dukungan dari petugas KB juga sangat

14

(19)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

berpengaruh dalam penggunaan kontrasepsi AKDR dan berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi bagi calon akseptor KB. dukungan dari petugas KB maupun petugas kesehatan sangat diperlukan guna meningkatkan pengetahuan dan minat ibu untuk menggunakan AKDR. Petugas KB bisa melakukan konseling mengenai kontrasepsi AKDR agar akseptor KB dalam memakai AKDR dapat meningkat karena jika dilihat dari keuntungannya AKDR merupakan salah satu kontrasepsi jangka panjang yang dapat mencegah kehamilan. Petugas KB juga berperan penting dalam keputusan ibu dalam memilih untuk menggunakan AKDR. Jadi berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan dari petugas KB sangat penting dalam pemilihan kontrasepsi AKDR bagi akseptor KB. Ada juga beberapa responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mendapat dukungan dari petugas KB, jika dilihat secara rinci dari kuesioner dapat dilihat bahwa sebagian ibu menyatakan bahwa petugas KB tidak menjelaskan secara rinci tentang AKDR.

Dukungan dan saran dari petugas sangat diperlukan agar ibu berminat untuk menggunakan AKDR. Konseling dari petugas KB diperlukan untuk meyakinkan ibu bahwa efek samping yang ibu rasakan saat menggunakan AKDR merupakan hal yang wajar dan ibu tidak perlu khawatir dengan rumor yang sering mereka dengar.

Konseling diperlukan agar ibu tidak bersikap negatif terhadap AKDR dan tidak drop out dan berminat untuk menggunakannya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan

kontrasepsi AKDR di Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari 43 responden sebagian besar

adalah yang berusia 20-35 tahun (53,5%), yang berpendidikan SMP (62,8%), dan jumlah anak 1-2 orang (81,4%).

2. Dari 43 responden sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang AKDR (58,1%).

3. Sebagian besar responden menyatakan bahwa tidak adanya efek samping dari AKDR (58,1%).

4. Sebagian besar responden (55,8%) bersikap positif terhadap penggunaan AKDR.

5. Sebagian besar responden menyatakan besar responden menyatakan bahwa adanya dukungan dari petugas KB (66,1%).

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi petugas KB

Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang AKDR khususnya keuntungan dan kerugian AKDR kepada calon akseptor KB.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini, bisa menambah informasi baru tentang kontrasepsi

AKDR dan dapat

mempertimbangkan untuk memilih kontrasepsi yang efisien dan berjangka panjang.

3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan memeberikan informasi baru tentang AKDR terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi AKDR.

4. Bagi peneliti selanjutnya

15

(20)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, disarankan agar peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, karena keterbatasan dari penelitian ini baik dari variabel penelitian ataupun dari jumlah sampel yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Aldriana, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian KB AKDR di Puskesmas Rambah Samo .

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arum, D. N., & Sujiyatini. (2011).

Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika.

BKKBN, (2008). Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan KB.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Trans Info Media.

Fatimah, Dewi. (2013). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Pusksemas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.

Fitri, Rahma. (2012). Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, dan Faktor Penguat dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah

Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau tahun 2012.

Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.

Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Handayani, D. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pengambilan Keputusan Memilih AKDR di Wilayah Bidan Praktik Swasta Titik Sri Suparti Boyolali . Hartanto, H. (2004). Keluaraga

Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Irianto, K. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung: Alfabeta.

Meilani, N., Setiyawati, N., Estiwidani, D., Suherni, 2010. Pelayanan Keluarga Berancana (dilengkapi dengan penuntun belajar), Yogyakarta : Fitramaya.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media

Purwoko. (2000). Tesis Penerimaan Vasektomi dan Sterilisasi Tuba.

Semarang : Fakultas Kedokteran Undip.

Saifuddin, A, B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakata : YBP. 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI.

Saragih, N. W. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Menggunakan Metode Kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi , 15.

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2013).

Metodologi Penelitian Kualitatif

16

(21)

1PebriRizkianiNur,NIM : 841411035,2Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG. 3Pembimbing I Dra.Hj. Rama P Hiola, M.Kes, 4Pembimbing II Ns.Nasrun Pakaya, S.Kep,M.Kep

dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiowati, T. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pada Aksepyor KB Golongan Resiko Tinggi di Puskesmas Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi .

Widyawati, S., & Natsir, S. (2012).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kutai Kertanegara .

Widyawati, S., & Natsir, S. (2012).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kutai Kertanegara.

Wijayanegara, Budiadi. (2013).

Pengetahuan, Dukungan Suami, Dan Dukungan Bidan Pada Akseptor IUD dan Non IUD Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.

17

Gambar

Tabel  4.2  Distribusi  umur  responden  pengguna  kontrasespsi  AKDR  Desa  Kopandakan  I  Kecamatan  Kotamobagu  Selatan
Tabel  4.3  Distribusi  responden  berdasarkan  faktor  tingkat  pengetahuan  di  Desa  Kopandakan  I  Kecamatan  Kotamobagu Selatan
Tabel  4.5  Distribusi  responden  berdasarkan  faktor  sikap  di  Desa  Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu  Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil tersebut, penambahan molase sebagai sumber karbon memberikan pengaruh yang positif pada sistem pemeliharaan yang stagnan sehingga dapat diterapkan pada

pad cijene dionica ukazuje na to da je veći broj dioničara Porschea prodao svoje dionice odmah nakon priopćenja za javnost. Druga faza odnosi se na događaje koji su

Mengingat proyek Ciater Riung Rang- ga merupakan produk properti yang telah diluncurkan sejak tahun 1995 dan mem- pertaruhkan modal besar dalam jangka panjang maka

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana Bantuan Operasional Sekolah di Kecamatan Nunukan Kabupaten

Informan Irene, yang berada pada posisi pembacaan dominan hegemonik, melihat bahwa Liga Italia Serie A di TVRI sudah sesuai dengan kebutuhan publik, karena

Hasil penyeleksian arsip dituangkan dalam daftar arsip usul musnah paling sedikit berisi: nomor, kode klasifikasi arsip, jenis arsip, tahun, jumlah, tingkat perkembangan,

Berdasarka Tabel 6, dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Kabupaten Tulang Bawang sudah cukup baik terlihat dari tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang untuk

Temuan dari penelitian adalah bahwa bentuk-bentuk upaya pengelolaan aset desa yang dilakukan di Desa Bakung Kabupaten Ogan Ilir belum sesuai dengan konsep