• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN BIOETIKA PEMAKAIAN STEM SEL KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN BIOETIKA PEMAKAIAN STEM SEL KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN BIOETIKA PEMAKAIAN STEM SEL

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

KETUT BUDIASA NIP. 196112311989031013

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2017

(2)

KAJIAN BIOETIKA PEMAKAIAN STEM SEL

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

KETUT BUDIASA NIP. 196112311989031013

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2017

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul Pemakaian Stem Sel Dalam Kajian Bioetika.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, rekan-rekan dosen satu bagian. Pada kesempatan yang baik ini, penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drh. I Wayan Sudira, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya memberikan arahan dan petunjuk.

Akhir kata, semoga segala bantuan dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dan berkat yang setimpal dari-Nya.

Denpasar, Januari 2013

Penulis

i

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……… ii

DAFTAR GAMBAR……… iii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……….……… 1

1.2 Rumusan Masalah……… 3

1.3 Tujuan Penulisan….……… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…...……… 4

2.1 Bioetika……… 4

2.2 Stem sel……… 7

2.3 Aspek Bioetika Penelitian Stem Sel……….……… 13

BAB III PENUTUP..……….. 17

DAFTAR PUSTAKA………... 19

ii

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sifat/Karakter Stem Sel………. 8 Gambar 2. Multipotent dan Unipotent Stem Sel pada Sumsum Tulang………… 10

Gambar 3. Embryonic Stem Sel……… 11

Gambar 4. Mouse Embryonic Stem Sel………..……… 11

Gambar 5. Mesenchymal Stem Sel……….……… 13

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Sejauh ini terapi kesehatan yang telah diupayakan di Indonesia masih menggunakan cara tradisional dan kurang memberikan hasil yang maksimal, sehingga dibutuhkan adanya solusi alternatif lain yang mampu memberikan hasil yang lebih optimal dari sebelumnya.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang, peningkatan taraf hidup masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pemenuhan hak asasi manusia serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat menyebabkan peningkatan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Sejalan dengan perkembangan ilmu anthropologi dan kedokteran, penelitian dengan menggunakan sampel manusia menjadi hal yang semakin umum dilakukan. Perkembangan dalam topik penelitian manusia ke arah medis dan karakter genetik juga semakin memperluas kemungkinan pengambilan sampel bagian tubuh atau jaringan tubuh manusia. Berbicara tentang etika dalam pengambilan sampel manusia bisa saja sangat rumit. Pada kenyataannya, etika sangat berkaitan dengan persepsi tentang hal yang sangat berarti, nilai-nilai yang dianut, biaya yang mungkin dikeluarkan, serta resiko dan keuntungan yang mungkin diperoleh. Hal ini menyebabkan keterlibatan personal tidak hanya dari kalangan peneliti tetapi juga non- peneliti, seperti pakar filsafat, pakar ilmu sosial, organisasi non pemerintah dan perwakilan berbagai agama. Hal ini disebabkan karena cara orang mengambil kesimpulan tentang nilai- nilai etika sangat tergantung dari pengalaman mereka dalam bidangnya masing-masing.

(7)

Berbagai forum peneliti ataupun institusi pendidikan maupun penelitian secara lembaga maupun nasional juga menyusun dan mempublikasikan isu-isu etik yang berkaitan dengan penelitian manusia (misalnya Komisi Nasional Bioetik di Indonesia, Nuffield Council on Bioetics, dan European Nutrigenomic Organization di Norwegia). Komite-komite etik

tersebut pembentukannya memang diharapkan untuk menguji isu-isu etik, legal, ilmiah dan sosial terkait dengan proyek penelitian yang melibatkan manusia seperti yang tercantum dalam Universal Declaration on Bioethics and Human Rights pasal 19 (UNESCO, 2005).

Pada beberapa dekade terakhir, perhatian dan penelitian dalam bidang stem cell (sel induk, sel punca, sel batang) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan karena potensi stem cell yang semakin menjanjikan untuk solusi terapi, sehingga menyuguhkan harapan baru dalam pengobatan berbagai penyakit. Stem cell ini digunakan untuk mengetahui dan mempelajari proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh manusia. Penggunaan dan pengembangan stem cell dalam bidang penelitian dan aplikasinya dalam rangka pengobatan penyakit tidak terlepas dari masalah etik yang mungkin membayanginya, khususnya penggunaan dan pemanfaatan stem cell yang berasal dari embrio (embryonic stem cells) (Jusuf, A.A., 2008).

Pada tahun 2004, masyarakat ilmiah dikejutkan oleh keberhasilan Hwang Woo-Suk, seorang ilmuwan Korea Selatan yang berhasil mendapatkan stem cell manusia dari hasil klon blastosis seperti yang dilaporkannya dalam jurnal Science (Hwang et al., 2004). Pernyataan

ini kemudian ditarik kembali dengan alasan manipulasi data atau perilaku tidak etis pada penelitinya, tetapi hal ini telah mendorong para peneliti untuk menggiatkan penelitian stem sel guna pemakaian dalam pengobatan penyakit-penyakit degeneratif.

(8)

Banyak harapan yang dapat dimunculkan dari penelitian stem cell (Embryonic Stem Cell), karena sel itu mempunyai potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel yang

menyusun berbagai jenis organ tubuh. Sel tersebut disebut juga stem cell totipoten (SCT), ditemukan pada jaringan embrio dan pada jaringan tertentu makhluk dewasa seperti sumsum tulang merah dan sel kelamin. Sementara ini sumber stem cell yang banyak dipakai untuk berbagai jenis penelitian berasal dari embrio tingkat blastosis, manfaat yang diperoleh dari penggunaan SCT dalam bidang kedokteran amat besar, namun sumber SCT tersebut merupakan suatu masalah etika yang perlu mendapat perhatian.

Penerapan stem cell di Indonesia masih menjadi tanda tanya besar, karena masih akan terbentur dengan berbagai sistem perundang-undangan di Indonesia. Dibutuhkan adanya kesepakatan dan keseimbangan tujuan dari sudut pandang agama, bioetik, dan riset yang berlaku di Indonesia sehingga keberadaannya benar-benar bisa diterima masyarakat.

(9)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Bioetika

Bioetika berasal dari kata „bios‟ yang berarti hidup atau segala sesuatu yang menyangkut kehidupan dan kata „ethicos‟ yang berhubungan dengan etika atau moral. Pada awalnya bioetika dikemukakan oleh V.P. Potter, munculnya konsep ini dilatar belakangi oleh adanya masalah-masalah yang timbul dari kecerobohan manusia seperti polusi lingkungan yang berkembang cepat, sehingga menyebabkan lingkungan bumi beserta organi ekologinya dalam bahaya. Masalah lingkungan ini mengancam kelestarian manusia di muka bumi. Pada saat itu bioetika merupakan ilmu untuk mempertahankan hidup dalam mengatasi kepunahan lingkungan dan kepunahan manusia (Biosman.blogspot, 2010).

Bioetika (Wikipedia, 2009) adalah biologi dan Ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhatikan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang

Sedangkan Fransese Abel (dalam Bertens, 2009) merumuskan definisi bioetika sebagai studi interdisipliner tentang problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun makro, dan dampaknya atas masyarakat luas serta urgani nilainya kini dan masa mendatang.

(10)

Bioetika atau bioethics atau etika biologi didefinisikan oleh Samuel Gorovitz (dalam biosman.blogspot., 2010) sebagai “penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks yang berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologis”. Bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah

teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi yang terkait dengan penerapannya dalam kehidupan.

Bioetika juga diartikan sebagai studi tentang isu-isu etika dan membuat keputusan yang dihubungkan dengan kegunaan kehidupan makhluk hidup dan obat-obatan termasuk didalamnya meliputi etika kedokteran dan etika lingkungan. Dengan demikian bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan menawarkan pemecahan konflik moral. Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh penerapan teknologi yang terkait dengannya (biosman.blogspot, 2010).

Menurut Moeljopawiro (2002), bioetika adalah etika yang terkait dengan kehidupan yang pertanggungjawabannya dua arah yaitu vertical dan horizontal, kepada Yang Maha Pencipta dan kepada sesama manusia.

Dalam Wikipedia (2009) juga dikatakan bahwa terdapat tiga etika dalam bioetika, yaitu:

1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.

2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang dianggap baik atau buruk). Contohnya: kode etik kedokteran, kode etik rumah sakit.

3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai moral.

(11)

Menurut Nazif (2006) ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika yaitu:

1. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggung jawab dengan organism hidup dalam kehidupan mereka.

2. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain apa yang baik atau jelek secara etika dan apa prinsip-prinsip yang paling penting dalam membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini dapat juga dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan orang lain mempunyai kewajiban terhadap hak ini.

3. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di atas antara orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas.

Ada empat kaidah dasar bioetika dalam praktik kedokteran, sebagai penentu kaidah dasar mana yang dipilih ketika berada dalam konteks tertentu, yaitu:

a. Autonomy/respect for person. Menurut Kant (dalam raspati.blogspot, 2008) menghormati martabat manusia, yakni kebebasan bertindak, memutuskan (memilih), dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan, atau campur tangan pihak luar (heteronomy), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. Sedangkan pandangan Stuart Mill (dalam raspati.blogspot, 2008), autonomy/otonomi adalah kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi. Tindakan ini memerlukan informed consent (formulir persetujuan subyek).

(12)

b. Beneficence. Menghormati martabat manusia, juga diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban, prinsip moral tindakan selalu diutamakan untuk kebaikan pasien.

c. Non-maleficence. Prinsip moral yang melarang melakukan tindakan buruk terhadap pasien, prinsip above all do no harm, kewajiban dokter untuk tidak mencelakakan pasien.

d. Justice. Prinsip moral keadilan dan fairness untuk bersikap/bertindak dalam bersikap untuk distribusi sumber daya.

2.2 Stem cell

Beberapa abad yang lalu, ilmu biologi masih dilecehkan sebagai ilmu kuno dan dianggap tak laku. Pamornya kalah jika dibandingkan dengan ilmu fisika, dan ilmu-ilmu terapan lainnya seperti elektro, telekomunikasi, hingga 12igament. Namun saat ini, dengan perkembangan biologi molekuler dan bioteknologi, perkembangan biologi eksperimental sungguh luar biasa. Ilmu biologi menjadi ilmu masa kini dan masa depan. Salah satu 12igame perkembangan biologi adalah riset di bidang sel, yakni stem cell/sel punca, sel induk, sel batang. Pengetahuan tentang stem cell sudah lama dikenal di dunia biologi sel. Potensi penggunaan stem cell sangat luas, antara lain untuk memahami awal perkembangan embrio yang kompleks dan menguji efek toksisitas dan efek teratogenik dari berbagai obat.

Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh (Jusuf, A.H., 2008). Stem sel berfungsi sebagai perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme.

(13)

Stem cell mempunyai 2 sifat yang khas (Saputra, V., 2006) yaitu :

1. Kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain

2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (Self 13igament13e/self renew). Dalam hal ini stem cell mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.

Gambar-1 Sifat/karakter stem cell (sumber : Jusuf, A.H., 2008)

(14)

Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi stem cell dikelompokkan menjadi (Jusuf, A.H., 2008):

1. Totipoten yaitu stem cell yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam stem cell totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya stem cell kelompok ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.

2. Pluripoten yaitu stem cell yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel punca pluripoten adalah stem cell embrionik (embryonic stem cells).

3. Multipoten yaitu stem cell yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel misalnya stem cell hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah stem cell saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.

4. Unipotent yaitu stem cell yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel.

Berbeda dengan non stem cell, stem cell mempunyai sifat masih dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.

(15)

Gambar-2 Multipotent dan unipotent stem cells pada sumsum tulang (sumber : Jusuf, A.H., 2008)

Klasisifikasi stem cell berdasarkan asalnya (Faradz, S.M.M., 2009; Wikipedia,updated 2010):

Stem cell embrionik (Embryonic stem cells)

Sel ini diambil inner cell mass suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50-150 sel, kira-kira pada hari ke 5 pasca pembuahan). Embryonic stem cells biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization).

(16)

Gambar -3 Embryonic Stem Cells (sumber : Jusuf, A.H., 2008)

Gambar-4 Mouse- Embryonic Stem Cell (sumber : Wikipedia Commons)

(17)

Sel germinal/benih embrionik (embryonic germ cells)

Sel germinal/benih (seperti sperma/ovum) embrionik induk/primordial (primordial germ cells) dan prekursor sel germinal diploid ada sesaat pada embrio sebelum mereka terasosiasi dengan sel somatik gonad dan kemudian menjadi sel germinal. Sel germinal embrionik manusia/human embryonic stem cells (hEGCs) termasuk stem cel yang berasal dari sel germinal primordial dari janin berumur 5-9 minggu. Stem cell ini mempunyai sifat pluripotensi.

Stem cell non embrionik (Adult Stem Cells)

Berasal dari darah tali pusat, sumsum tulang, darah 17igament berbagai jaringan lain. Stem cell dari darah tali pusat diambil dari tali pusat setelah bayi lahir. Stem cell dari darah tali pusat merupakan jenis hematopoetic stem sel, dan ada yang menggolongkan jenis stem sel ini ke dalam adult stem cell.

Stem cell fetal

Stem cell fetal adalah sel primitive yang dapat ditemukan pada organ-organ fetus (janin) seperti sel punca hematopoetik fetal dan progenitor kelenjar pancreas. Stem cell neural fetal yang ditemukan pada otak janin menunjukkan kemampuan untuk berdiferrensiasi menjadi sel neuron dan sel glia (sel-sel pendukung pada system saraf pusat). Darah plasenta, tali pusat janin kaya akan stem sel hematopoetik fetal.

Stem cell hematopoietic

Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel induk (hematopoietic stem cells), yaitu sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan

(18)

keeping darah yang sehat. Sumber sel induk 18igament18etic adalah sumsum tulang, darah tepi, dan darah tali pusar. Pembentukan sel induk 18igament18etic terjadi pada tahap awal embryogenesis, yaitu dari mesoderm dan disimpan pada situs-situs spesifik di dalam embrio.

Stem cell mesenkimal

Stem cell mesenkimal/mesenchymal stem cell (MSC) dapat ditemukan pada stroma sumsum tulang belakang, periosteum, lemak, dan kulit. MSC termasuk sel induk multipotensi yang dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel tulang, otot 18igament, tendon, dan lemak.

Gambar-5 Mesenchymal Stem Cell (sumber: Wikipedia Commons)

2.3 Aspek Bioetik Penelitian Stem Cell

Sebagai ilmu pengetahuan, biologi adalah ilmu yang netral, bahkan ilmu ini justru akan memperkaya pemahaman manusia akan adanya sebuah proses penciptaan yang cerdas.

(19)

Pemahaman seperti ini menyebabkan meningkatnya proses kesadaran akan adanya Tuhan yang Maha Adil, sehingga akan menyebabkan manusia merasakan adanya sebuah makna kehidupan. Kejadian pembuatan klon embryonic stem cell pada manusia ataupun kelompok yang mati-matian membela dan memproduksi kloning manusia, menyadarkan kita akan perlunya ada suatu etika di bidang biologi yaitu bioetika (Djati, M.S., 2003).

Bioetika tidak untuk mencegah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi menyadarkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai batas-batas dan tanggung jawab terhadap manusia dan kemanusiaan. Banyak ilmuwan yang secara ambisius akan mengembangkan teknologi biologi tingkat tinggi namun tanpa memperhitungkan sebuah perkembangan sosial dan kultural masyarakat. Banyak ilmuwan sering mengabaikan baik dan buruk yang menjadi tata nilai masyarakat, karena mereka merasa bahwa ilmu pengetahuan tidak berada di domain tersebut. Sehingga katagorisasi normatif sangat sulit untuk didiskusikan oleh para ilmuwan, seolah-olah baik dan buruk bukan urusan mereka, mereka hanya menganggap itu urusan para kyai dan pendeta (Djati, M.S., 2003).

Berkembangnya penelitian stem cell dan penggunaan stem cell dalam upaya untuk mengobati penyakit pada manusia akan menimbulkan masalah dalam hal etika. Isu utama penelitian dan penggunaan stem cell adalah perihal penggunaan stem cell embrio (embryonic stem cell) terutama perihal penggunaan sumber sel tersebut yaitu embrio. Sumber embrio adalah hasil abortus, zigot sisa IVF, dan hasil pengklonan. Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell merupakan isu yang sangat kontroversi (Tadjudin, M.K., 2006).

Sebagian orang percaya, bahwa hidup dimulai dari pertemuan antara sel telur dan sperma.

Bagi mereka, embrio sudah menjadi manusia, proses pengambilan stem cell akan merusak embrio, ini tidak jauh berbeda dengan pembunuhan manusia (Aldhous, P, Updated 2010).

(20)

Gereja menolak penelitian stem cell dengan embrio manusia, juga karena alasan tersebut di atas. Menurut kalangan gereja embrio memiliki status moral yang istimewa. Oleh karena itu, embrio muda harus dihormati sebagai personal yang sangat potensial. Artinya, potensialitas jiwa manusiawi sudah ada di dalam dirinya dan tidak hanya terbatas 15 hari sesudah pembuahan saja. Pandangan ini diperkuat oleh teolog dan filsuf St. Thomas Aquinas (1225- 1274) yang menyatakan bahwa jiwa manusia bersifat rohani dan baka, serta dicurahkan langsung oleh Tuhan ke dalam embrio muda tersebut. Oleh karena itu, kalangan gereja menolak keras pemanfaatan stem cell (Lelaona, Y.A., updated 2010).

Berbagai masalah etik yang perlu dipikirkan adalah (Jusuf, A.H., 2008):

1. Apakah penelitian embrio manusia secara moral dapat dipertanggung jawabkan?

2. Apakah penelitian embrio yang menyebabkan kematian embrio merupakan pelanggaran terhadap hak azasi manusia (HAM) dan berkurangnya penghormatan terhadap mahluk hidup?

3. Apakah penyalah gunaan dapat diketahui dan dikendalikan?

4. Apakah penggunaan embrio sisa proses bayi tabung pada penelitian diperbolehkan?

5. Apakah penelitian khusus membuat embrio untk digunakan diperbolehkan?

Isu utama penelitian dan penggunaan stem cell adalah perihal penggunaan stem cell embrio (embryonic stem cell) terutama perihal penggunaan sumber sel tersebut yaitu embrio.

Sumber embrio adalah hasil abortus, zigot sisa IVF, dan hasil pengklonan. Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell merupakan isu yang sangat kontroversi (Tadjudin, M.K., 2006). Sebagian orang percaya, bahwa hidup dimulai dari pertemuan antara sel telur dan sperma. Bagi mereka, embrio sudah menjadi manusia, proses pengambilan stem cell akan merusak embrio, ini tidak jauh berbeda dengan pembunuhan manusia (Aldhous, 2010).

(21)

Para pemuka agama di Indonesia juga berpendapat bahwa penerapan stem cell embrionik untuk pengobatan penyakit tidak diperbolehkan agama. Pendapat pemuka agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Budha tentang penggunaan stem cell yang diambil dari embrio manusia untuk terapi pengobatan itu disampaikan dalam diskusi panel mengenai perkembangan terapi stem sel yang diselenggarakan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) di Jakarta. Penolakan para pemuka agama tersebut intinya sama yaitu embrio merupakan kehidupan baru yang harus dihargai dan dihormati. Mereka memperbolehkan penggunaan sel-sel yang diambil dari bagian selain embrio seperti tali pusat, jaringan orang dewasa dan hewan (stem cell xeno).

Penggunaan stem sel non embrionik dapat dilakukan di Indonesia baik oleh peneliti dalam negeri ataupun luar negeri, sepanjang memenuhi standar /pedoman dan berbagai pengaturan/perundangan di Indonesia. Penggunaan stem cell dewasa untuk tujuan terapeutik harus ditujukan kepada penyakit-penyakit yang telah diketahui pasti penyebabnya sebagai kelainan genetik, serta telah diperhitungkan secara matang tidak akan mengubah sifat-sifat baik manusia yang diwariskan ke keturunannya. Penggunaan stem cell tersebut harus memperhatikan seluruh hak-hak pasien, termasuk prosedur persetujuan pasien (informed consent) serta menyediakan kompensasi minimal bagi klien yang mengalami kejadian buruk yang tidak diinginkan (Faradz, S.M.H., 2009).

(22)

BAB III PENUTUP

Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh. Stem sel berfungsi sebagai perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme.

Berkembangnya penelitian stem cell dan penggunaan stem cell dalam upaya untuk mengobati penyakit pada manusia akan menimbulkan masalah dalam hal etika. Isu utama penelitian dan penggunaan stem cell adalah perihal penggunaan stem cell embrio (embryonic stem cell) terutama perihal penggunaan sumber sel tersebut yaitu embrio. Sebagian orang percaya, bahwa hidup dimulai dari pertemuan antara sel telur dan sperma. Bagi mereka, embrio sudah menjadi manusia, proses pengambilan stem cell akan merusak embrio, ini tidak jauh berbeda dengan pembunuhan manusia.

Penggunaan stem sel non embrionik dapat dilakukan di Indonesia baik oleh peneliti dalam negeri ataupun luar negeri, sepanjang memenuhi standar /pedoman dan berbagai pengaturan/perundangan di Indonesia. Penggunaan stem cell dewasa untuk tujuan terapeutik harus ditujukan kepada penyakit-penyakit yang telah diketahui pasti penyebabnya sebagai kelainan genetik, serta telah diperhitungkan secara matang tidak akan mengubah sifat-sifat baik manusia yang diwariskan ke keturunannya. Penggunaan stem cell tersebut harus memperhatikan seluruh hak-hak pasien, termasuk prosedur persetujuan pasien (informed consent) serta menyediakan kompensasi minimal bagi klien yang mengalami kejadian buruk yang tidak diinginkan.

(23)

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan.

Selalu mencari yang baru, tidak terikat dengan etika, progresif, bersifat inklusif dan obyektif.

Tetapi keduanya mempunyai kesamaan yaitu memberi ketenangan dan kemudahan bagi manusia. Diharapkan perkembangan ilmu yang spektakuler terutama di bidang biologi di satu sisi dan nilai-nilai moral yang bersifat statis dan universal disisi lain dapat dijadikan arah untuk menuntun perkembangan ilmu biologi bagi para biologiawan.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Aldhous, P., Nature, issue No. 7034. Stem- Cell research: After theUpdated 2010. http://wrm- indonesia.org/content/view/467/10/

Bertens, K., 2009. Bioetika. Asal-usul, tujuan, dan cakupannya. Pusat Pengembangan Etika.

Universitas Atma Jaya. Jakarta.

Biosman.blogspot, 2010. Bioetika bagi biologiawan. http://biosman11.blogspot.com. Maret 2010.

Djati, M.S., 2003. Diskursus Teknologi Embrionik Stem Cell dan Kloning. Jurnal Universitas Paramadina. Vol.3 No.1. September 2003. 102-123.

Faradz, S.M.H., 2009. Harapan Baru Pengobatan Sel Punca di Indonesia. Pusat Riset Biomedik, FK-Universitas Diponegoro.

Hwang, Woo-suk et al., 2004. Evidence of a Pluripotent Human Embryonic Stem Cell Line Derived from a Cloned Blastocyst. Science 303: 1669-1674.

Jusuf, A.H., 2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cell) dan Potensi Pengembangannya. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Makalah.

Lelaona, Y.A., Updated 2010. Kontroversi Soal Penelitian Sel Punca.

http://www.suarapembaharuan.com

Moeljopawiro, 2002. Bioetika Penelitian Pertanian. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman.

Jakarta.

Nazif, A.H., 2006. Teori Sejarah Bioetika. http://www.unescobkk.org/index.php?id=2508.

Raspati.blogspot, 2008. Kaidah Dasar Etikabioetika Kedokteran.

http://raspati.blogspot.com/2008/05/kaidah-dasar-etikabioetika-kedokteran.html

Saputra, V., 2006. Dasar-dasar Stem cell dan Potensi Aplikasinya dalam Ilmu Kedokteran.

Cermin Dunia Kedokteran No. 153. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/153_12 Tadjudin, M.K., 2006. Aspek Bioetika Penelitian Stem Cell. Cermin Dunia Kedokteran No.

153, 2006. Makalah.

United Nations Educational Scientific and Cultural Organization, 2005. Universal Declaration on Bioethics and Human Rights. Adopted by acclamation on 19 October 2005 by the 33rd session of the General Conference of UNESCO.

(25)

Wikipedia, 2009. Bioetika. Wikipedia Bahasa Indonesia. Ensiklopedia Bebas.

http://id.wikipedia.org/wiki/bioetika. Updated: 1/4/2010

Wikipedia, 2009. Sel Punca. Wikipedia Bahasa Indonesia. Ensiklopedia Bebas.

http://id.wikipedia.org/wiki/sel_punca

Gambar

Gambar -3 Embryonic Stem Cells                                                        (sumber : Jusuf, A.H., 2008)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian hubungan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang siginifikan antara variabel faktor individual pengusaha mikro dan kecil sektor formal dengan kinerja

Dari berbagai macam alat instrument terse- but, kali ini peneliti lebih memfokuskan pada reksadana saja, karena Reksa dana adalah sa- lah satu alternatif investasi

81).. Pengambilan sampel ini bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek atas adanya tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah untuk meningkatkan kemampuan

Hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah (2001: 1) yang menyatakan teknik penyajian pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang.. cara-cara mengajar yang

Ataupun lebih dari 7 Message Kreatif akan lebih BAIK. Gunakan Message Spam kalau wanita yang ingin anda kirimkan tidak mengisi profile yang lengkap, bila anda sangat bersemangat dan

Berdasarkan hasil penelitian pada pasien hipertensi didapatkan kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar pasien hipertensi adalah hipertensi primer,

Sistem yang dibuat ini mempunyai beberapa fitur yaitu pengelolaan data dan admin, pengelolaan data label barang, pengelolaan data inventaris tanah, pengelolaan data

Vegetasi alami yang mendominasi lahan basah sempadan sungai adalah jenis Sumpung (Gluta renghas) dan bungur (Lagersromia speciosa). Lahan basah berupa daerah rawa