• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDEMI COVID 19 AKANKAH INDONESIA KRISIS PANGAN? YANI TAUFIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PANDEMI COVID 19 AKANKAH INDONESIA KRISIS PANGAN? YANI TAUFIK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PANDEMI COVID 19 AKANKAH INDONESIA KRISIS PANGAN ?

YANI TAUFIK

I. PENDAHULUAN

Food and Agriculture Organization (FAO) yang menyebutkan pandemi corona berpotensi menyebabkan krisis pangan dunia. FAO menggelar pertemuan tak terjadwal bersama menteri-menteri pertanian negara G20, pada Selasa (21/4). Pertemuan itu juga dihadiri perwakilan Bank Dunia, dan Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (International Fund for Agricultural Development/ IFAD). Direktur Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFD), David Beasley, bahkan menyebut 265 juta penduduk dunia terancam kelaparan sebagai dampak dari pandemi virus corona. Merespon hal tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menteri menjaga ketersediaan bahan pokok di dalam negeri di tengah penyebaran wabah virus corona. Pandemi Covid- 19 ini bisa berdampak pada kelangkaan pangan dunia atau krisis pangan dunia," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas melalui video conference dari Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/4). Presiden meminta Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengingatkan para kepala daerah untuk membuat perkiraan atas ketersediaan bahan pokok ke depannya.

Perkiraan tersebut tak hanya melihat dari produksi pangan saat ini saja. "Mungkin panen yang ini baik, tapi panen pada penanaman bulan Agustus dan September nanti harus dilihat secara detail, sehingga tidak mengganggu produksi rantai pasok maupun distribusi dari bahan pangan yang ada.

Beberapa ahli dan pemerhati pangan di Indonesia menguraikan pendapat mereka berkaitan dengan krisis pangan tersebut yaitu:

Wabah virus COVID-19 yang melanda dunia, memungkinkan krisis pangan secara global. Sebab USA dan Tiongkok sebagai kekuatan besar pangan dunia juga turut diserang virus corona.

Ada enam pangan yang harus diperhatikan pemerintah Indonesia dari kelangkaan yakni beras, jagung, kedelai, bawang putih, daging [berkaki empat], dan ayam.

Upaya jangka pendek yang harus dilakukan pemerintah. Hentikan pangan sebagai

bisnis; BULOG siaga nasional menyangga pangan; penyiapan pangan untuk wilayah

ditutup dengan maksimal; stabilitas harga pangan.

(2)

2

II. KONDISI PERTANIAN TANAMAN PANGAN NASIONAL

Saat ini Indonesia memiliki Rumah Tangga Pertanian [RTP] 26,126 juta. Agar produktif mereka harus dilindungi, baik asupan maupun perlindungan diri selama wabah virus COVID- 19. Juga, menjamin makanan berkualitas, salah satunya dengan memotong mata rantai panjang dari petani ke konsumen.

Lahan pertanian pangan dalam kurun waktu 10 tahun (2003-2013) hanya bertambah 2,96 persen, berbading jauh dengan lahan perkebunan yang bertambah 144 persen yang dimiliki sedikit orang. Sejalan dengan itu juga “Terjadi penurunan Rumah Tangga Pertanian [RTP]

dari 31,170 juta [2003] menjadi 26,126 juta [2013]. Atau, hilangnya 5 juta RTP.”

Berdasarkan data tahun 2013, kondisi luas lahan yang dimiliki petani juga belum beranjak dari luas 0,2 hektar per RTP. Luas lahan petani berkisar 1.000 – 2.000 meter persegi. Bahkan masih sering ditemui petani dengan luas lahan 500 meter persegi (program land reform perlu segera ditindaklanjuti).

Kapan beras akan bermasalah? Prof. Bustanul (Guru Besar Fakultas Pertanian Unila) menduga beras akan bermasalah pada akhir tahun. Kalau sampai Juni-Juli, kemungkinan masih akan aman karena akan ada panen di bulan tersebut. Kemungkinan krisis bisa saja terjadi pada bulan Oktober, November (akhir tahun) kita bermasalah. Seandainya masih bisa impor, BULOG bisa saja mengimpor beras untuk menjaga stok pangan.

Kalau melihat capaian bidang pangan, sebenarnya tak terlalu menggembirakan. Untuk padi, misal, dari target 82 juta ton pada 2019, capaian 83 juta ton. Jagung, target 2019 sebesar 24,1 juta ton, capaian 30 juta ton. Capaian positif dari kedua komoditas ini, tak diikuti komoditas lain.

Kedelai, target 2,6 juta ton, terealisasi hanya 0,98 juta ton, gula target 3,8 juta ton, capaian 2,45 juta ton. Daging, target 0,75 ton, capaian 0,49 juta ton. Capaian rendah membuat impor pangan Indonesia masih tinggi.

“Produksi beras kita tinggi, tapi impor juga tinggi. Pemerintah beralasan impor beras premium, beras cadangan dan lain-lain. Kalau melihat tren impor pangan Indonesia, dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan. Untuk beras, tahun 2010 sebesar 0,687 juta ton. Pada 2018, naik 2,250 juta ton. Untuk impor garam dari semula 2,083 juta ton, meningkat jadi 3,7 juta ton.

Kedelai dari 1,74 juta ton jadi 2,58 juta ton. Gandum dari 4,81 juta ton, jadi 10 juta ton.

Sementara untuk daging sapi dari 0,45 juta ton, jadi 0,75 juta ton.

(3)

3

Ketergantungan tinggi juga terjadi di gandum. “Kita tak bisa produksi hingga 100% gandum itu impor. Kalau kita komparasikan dengan membangun kedaulatan pangan, sebenarnya Ini salah satu lubang yang menganga makin besar. Indonesia saat ini jadi negara pengimpor gandum terbesar di dunia,” kata Tejo.

Lahan pertanian juga menurun cepat. Sebelum 2003-2013, rata-rata sekitar 100.000-110.000 hektar pertahun. Harusnya ini jadi perhatian pemerintah, bagaimana menyusun strateginya.”

III. BEBERAPA LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN MENGHADAPI COVID 19

Mengantisipasi atau mencegah kemungkinan krisis pangan selama maupun pasca-wabah COVID-19, ada beberapa langkah yang harus dilakukan pemerintah dalam jangka pendek.

Pertama, hentikan pangan sebagai bisnis. Pangan adalah hak yang harus dijamin pemenuhannya.

Kedua, gerakkan BULOG untuk siaga nasional penyangga pangan.

Ketiga, penyiapan pangan untuk wilayah yang ditutup maksimal.

Keempat, stabilitas harga pangan. Rantai pangan yang panjang, 7-8 pemangku kepentingan untuk pangan ini, semua harus sentralisasi,” terangnya. Siapkan skema pemotongan rantai pasok dan distribusi yang panjang.

Pemerintah harus terus menggenjot tingkat produktivitas komoditas pangan. Petani dan penyuluh pertanian sebagai garda depan pertanian harus dipastikan dan dijamin kesehatannya sehingga selalu siap terjun ke lahan,” serta selalu diberikan suntikan IPTEK bagaimana meningkatkan produktivitas.

Dari sisi pencegahan, bagaimana meningkatkan asupan gizi para petani, tetap memakai masker saat di lahan, dan selalu membudidayakan minum jamu selama wabah COVID-19 ini.

Ada beberapa hal yang memengaruhi mutu pangan di Indonesia.

Pertama, penyeragaman pangan, yakni beras perlu di tinjau. Karena tidak semua tanah di Indonesia dapat dijadikan sawah. Ironinya dalam menangani pangan ini, banyak pohon sagu dan tanaman lainnya yang selama ini sebagai pangan lokal, dihabisi.

Kedua, jarak pangan dari petani ke konsumen begitu panjang. Dari petani-pengepul kecil

desa-pengepul besar desa-pengepul kota-distributor kota. Lalu dari distributor

kota-distributor desa-warung-konsumen. “Suhu, kelembaban, dan kerentanan

busuk, terkontaminasi terjadi di sini,”.

(4)

4

Ketiga, saat ini tidak lebih dari 10 persen penghasil beras organik. “Belum lagi pangan dari

laut dan sungai yang tercemar,” ujarnya.

Keempat, sistem pergudangan pangan Indonesia belum mampu menjamin mutu pangan.

“BULOG saja menghasilkan beras busuk, berkutu di tahun 2019. Sekelas gudang BULOG terdapat 20.000 ton mengalami penurunan mutu.”

Kelima. Kandungan polutan. “Cara membacanya sederhana saja, bila hanya 10 persen dari total produksi organik maka 90 persen produksi pangan kita berpotensi mengandung polutan,” pungkasnya.

Ini bukan masalah cuaca, tapi pandemi Covid-19. Ketahanan pangan Indonesia tidak akan berdampak terlalu jauh, selama petani masih dibebaskan turun ke sawah. Dampaknya hanya pada daya beli masyarakat yang rendah akibat kontraksi ekonomi. Kelompok miskin di perkotaan, penduduk daerah terpencil, migran, pekerja sektor informal, masyarakat di daerah konflik, dan kelompok rentan lainnya.

Pada kesempatan itu, Prof Bustanul mengatakan, semua orang di dunia ini, tidak ada yang optimis. Kenapa? Karena kita belum tahu kapan ini berakhir. "Kebelumtahuan itu yang ke mana-mana," jelas Prof Bustanul.

Menurut Bustanul, IFFRI (International food for research Institut) yakni lembaga riset kebijakan pangan internasional. Penelitinya sudah menyimpulkan, kalau pandemi Covid-19 ini, akan menaikkan angka kemiskinan dan kerawanan pangan. kita akan dijebak dalam middle income trap atau tua sebelum kaya. Desit Labour Institut dan Will Martin and Frost pada 16 April 2020, menyimpulkan bahwa, ekonomi global akan minus 5 persen, negara maju akan minus 6,2 persen, negara berkembang minus 3,6 persen, Afrika sampai minus 9 persen, kemudian South Asia (India, Pakistan) 5 persen, dan kita South East Asia minus 7 persen. Ini model. Mudah-mudahan salah modelnya," ungkapnya. Satu SDM, baru pertanian dan maritim.

Pengembangan pusat pendidikan dan teknologi, integrasi hilir hulu, dan penguatan kelembagaan dan usaha petani, lalu pengembangan infrastruktur. "Kalau sekarang barang sampai habis dan menjadi sentimen negatif, justru itu yang berbahaya menurut saya,"

ungkapnya

Amerika Serikat mengalokasikan dana sekitar 2 triliun dolar AS atau sekitar Rp 32.800 triliun,

Jerman 750 miliar euro atau Rp13.125 triliun, Jepang 108 triliun yen (Rp16.308 triliun),

Singapura 59,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 688,85 triliun.

(5)

5

Sementara Indonesia menyiapkan anggaran sebesar Rp 405,1 triliun untuk penanggulangan COVID-19 yang digunakan untuk kesehatan Rp 75 triliun, tambahan jaring pengaman sosial Rp110 triliun, dukungan bagi industri Rp70,1 triliun dan program pemulihan ekonomi Rp150 triliun. Mengantisipasi kebutuhan pokok di masa pandemi, pemerintah mencadangkan anggaran sebesar Rp 25 triliun untuk kebutuhan pokok dan operasi pasar. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dana tersebut untuk mengantisipasi kelangkaan bahan pokok di tengah pandemi Corona. Masalahnya adalah bagaimana mendistribusikan dana yang cukup besar ini agar benar-benar dapat menstimulir perekonomian selama dan pasca pandemi ini termasuk mengatasi krisis pangan yang diperkirakan akan menimpa sebagian besar masyarakat.

Sedangkan untuk mengantisipasi atau mencegah kemungkinan krisis pangan selama maupun pasca-wabah covid-19, dalam pandangan Serikat Petani Indonesia (SPI) dapat merekomendasikan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:

1. Pemerintah dapat mengalihkan produksi pertanian, dari yang sebelumnya berorientasi ekspor (sawit, karet, dan komoditas perkebunan lainnya) menjadi tanaman pangan khususnya bahan pokok yang diproyeksi mengalami kelangkaan;

2. Mengurangi ketergantungan bahan pangan impor. Pemerintah dapat mengurangi jumlah bahan pangan yang diimpor dari negara lain, seperti gandum. Pengurangan ini selain dapat meringankan neraca perdagangan negara.

3. Memutus rantai distribusi yang bermasalah. Problem mengenai tidak tersalurkannya produk hasil pertanian sampai ke konsumen mulai dirasakan oleh anggota SPI di beberapa wilayah, seperti di Sumatera Utara, Jawa Tengah, DIY dan daerah-daerah lainnya. Kementerian Pertanian dapat berkoordinasi mempercepat program-program distribusi di tingkat provinsi sampai tingkatan terkecil di desa untuk mencegah terjadinya masalah rantai distribusi pasokan pangan;

4. Memperbaiki koordinasi yang baik antar kementerian terkait program-program yang

dijadikan jaring pengaman sosial. Misalnya dalam kementerian pertanian, upaya

mengakselerasi produksi pertanian juga harus dibarengi dengan ketersediaan faktor

produksi lainnya, semisal tanah. oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian

ATR-BPN, dapat mempercepat redistribusi tanah yang menjadi objek reforma agraria

kepada masyarakat, hal ini diharapkan dapat membantu mengakselerasi produksi

pertanian.

(6)

6

IV. LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN SULAWESI TENGGARA

Berdasarkan kondisi dan uraian pemikiran di atas, upaya yang harus dilakukan masyarakat dan pemerintah lokal (SULTRA) adalah terus pelihara solidaritas dan :

• Segera melakukan pendataan sentra-sentra produksi pangan di Sultra serta kemampuan produksi yang dimiliki – buat prediksi konsumsi. Buat mekanisme pendistribusian dari daerah sentra ke daerah-daerah yang membutuhkan.

• Bangun lumbung pangan lokal.

• Kawal penggilingan beras di desa,

• segera jemur gabah untuk persiapan darurat beras,

• galakkan beli langsung dari petani dan komunitas petani untuk memperpendek rantai distribusi.

• Terus bertani secara ekologis [agroekologi] untuk menghasilkan pangan yang sehat (padi ladang).

• Lakukan sosialisasi penganekaragaman pangan utama (one day no rice).

• Mengorganisir orang-orang desa yang tak bertanah dan tak bekerja (pengangguran) untuk berjuang bersama menanam tanaman pangan sebagai bagian pelaksanaan kedaulatan pangan dan reforma agraria (mendistribusikan tanah bagi orang-orang tak bertanah di pedesaan yang berasal dari Tanah Obyek Reforma agraria/TORA).

• Kita harus terus berinovasi, kita perlu langkah-langkah untuk melindungi pekerja di sektor

pangan dan mencegah penyebaran COVID-19. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk

panik. Kita harus menunjukkan solidaritas dengan masyarakat sehingga masyarakat adat,

petani kecil, dan produsen kecil di pedesaan bisa terus menanam, panen,

mentransportasikan, dan menjual pangan tanpa membahayakan keselamatan mereka. Hal

ini harus dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk konteks Indonesia, bentuk mitigasi bencana wabah yang dilakukan oleh Pemerintah melalui penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai instrument

Bagi peserta yang tidak menang lelang, pengembalian uang jaminan Lelang maksimal 5 (lima) hari kerja setelah lelang dilaksanakan.. Daftar Unit ini hanya merupakan panduan bukan

FAJAR HIDUP dari

Masing-masing 380 data harga emas harian sebelum pandemi Covid-19 dan 380 data harga emas harian selama pandemi Covid- 19.Langkah pertama yang dilakukan untuk

Secara lebih spesifik, mewabahnya pandemi Covid- 19 memunculkan pertanyaan “bagaimana dampaknya terhadap perkembangan sektor keuangan Indonesia selama periode krisis (pandemic) ini?”

Selain menggunakan bahasa dengan kaidah kebahasaan seperti diuraikan di atas, novel sejarah juga banyak menggunakan kata atau frasa yang bermakna kias.. Kata atau

Kegiatan Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian diarahkan pada (1) pemetaan dan eksplorasi gen-gen penting, serta sekuensing dan anotasi

Dari data sekunder yang diperoleh, pemeriksaan tinja yang telah dilakukan ternyata tidak bisa menyingkirkan kemungkinan infeksi virus dan bakteri enteropatogen yang dapat