• Tidak ada hasil yang ditemukan

CERITA (NOVEL) SEJARAH. sumber: goodreads.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CERITA (NOVEL) SEJARAH. sumber: goodreads.com"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI DASAR (KD):

PEMBELAJARAN 1 Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran ini diharapkan peserta didik mampu mengidentifikasi kebahasaan cerita atau novel sejarah.

CERITA (NOVEL) SEJARAH

sumber: goodreads.com

Pernahkah kamu membaca novel yang berlatar belakang sejarah? Misalnya, novel Rumah Kaca

dan Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer atau novel-novel sejarah lain yang

berlatarbelakang sejarah kerajaan Majapahit berjudul Kemelut Majapahit karya SH. Mintarja atau novel Kartini karya Mari kita perhatikan contoh teks di bawah!

Teks 1 Teks 2

Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia yang berasal dari Indonesia. Candi Borobudur sendiri merupakan peninggalan terbesar agama Buddha yang ada di dunia. Candi ini dibangun sekitar tahun 824 M pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra.

Candi Borobudur merupakan monumen Buddha yang memiliki 504 patung Buddha, 72 stupa terawang dan 1 stupa induk. Candi Borobudur memiliki arsitektur Gupta yang

Pangeran Bondowoso dan Lorojonggrang Sebuah kerajaan besar jatuh di musuh, kerajaan tersebut memiliki seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang. Pangeran Bondowoso jatuh hati padanya dan berniat menikahi sang putri. Namun tentu saja Roro Jonggrang tidak menyukai pangeran Bondowoso sehingga meminta sarat yang sulit yaitu membuat seribu candi hanya dalam waktu semalam. Ternyata pangeran Bondowoso menyanggupinya.

Dengan bantuan jin dan roh halus sebelum menjelang fajar persyaratan sudah

(2)

menggambarkan kekentalan gaya arsitektur dari India.

UNESCO telah mengakui Candi Borobudur sebagai salah satu monumen Buddha terbesar di Indonesia dan dunia serta memuji kemegahannya. Dalam pembangunannya, Candi Borobudur membutuhkan waktu sekitar 75 tahun di bawah komando arsitek Gunadarma.

60 ribu meter kubik batuan vulkanik yang digunakan untuk pembangunan candi ini diambil dari Sungai Elo dan Progo yang terletak sekitar 2 Km di sebelah timur candi. Pada saat pembangunan, belum dikenal sistem metrik. Bahkan, satuan panjang yang digunakan dalam pembuatan candi adalah tala yang dihitung dengan cara merentangkan ibu jari dan jari tengah. Metode pengukuran ini biasa digunakan untuk mengukur panjang rambut dari dahi sampai dasar dagu. Berdasarkan tulisan yang tertulis prasasti Karangtengah dan Kahulunan, sejarawan J.G. de Casparis memprediksi bahwa pendiri Candi Borobudur adalah Samaratunga, raja Mataram Kuno dari dinasti Syailendra. Samaratungga mulai membangun candi ini sekitar tahun 824 M. Namun, candi ini baru dapat diselesaikan pada masa Ratu Pramudawardhani yaitu putrinya.

hampir dipenuhi Pangeran Bondowoso. Tentu saja melihat hal itu Roro Jonggrang panik dan memikirkan cara untuk mencegahnya memenuhi persyaratan. Akhirnya sang putri menyuruh pelayan untuk menumbuk lesung dan menebarkan bunga. Sehingga jin dan roh halus merasa hari sudah siang dan langsung menghentikan pekerjaannya.

Pangeran Bondowoso merasa marah saat mengetahui cara licik Roro Jonggrang padahal hanya perlu 1 candi lagi untuk memenuhi persyaratan. Kemurkaan pangeran Bondowoso akhirnya dilampiaskan dengan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca ke 1000 untuk menggenapkan Candi.

Dari dua contoh tersebut dapatkah kalian membedakan teks cerita sejarah tersebut? Ya kalian benar! Pada contoh pertama merupakan teks sejarah dan pada contoh kedua merupakan contoh teks cerita sejarah.

Teks cerita sejarah berbeda dengan teks sejarah. Teks sejarah adalah tulisan yang berisi cerita, kejadian atau peristiwa yang benar-benar pernah terjadi atau berlangsung di masa lalu. Bedanya sangat jelas bahwa teks sejarah bukanlah cerita imajinasi, namun dapat disampaikan melalui gaya penulisan prosa nonfiksi maupun fiksi.

1. Pengertian

Pengertian teks cerita sejarah adalah kisah imajinasi yang ditulis dengan tokoh atau latar sejarah yang benar-benar terjadi. Meskipun imajinatif, teks ini tetap memuat sejarah yang faktual, namun hanya digunakan untuk latar belakang dan beberapa unsur lainnya saja. Teks cerita adalah istilah umum. Bisa jadi mengacu pada cerpen, novel, novelet, atau skenario drama.

(3)

Pada dasarnya hampir semua prosa atau novel dapat memuat nilai sejarah jika gaya penulisan yang digunakan adalah gaya realis. Namun, kandungan sejarahnya tidak akan sekuat teks sejarah. Seorang sastrawan yang sering kali menggunakan fakta-fakta sejarah sebagai latar untuk mengisahkan tokoh-tokoh fiksinya bermaksud untuk mengisahkan kembali seorang tokoh sejarah dalam berbagai dimensi kehidupannya, seperti emosi pribadi tokoh, tragedi yang menimpanya, kehidupan keluarga dan masyarakat, serta pandangan politiknya. Misalnya, novel Rora Mendut versi Mangunwijaya dan versi Ajip Rosidi; Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Segala Bangsa, dan Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer; Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. yang mengisahkan kehidupan Soekarno ketika menjalin rumah tangga dengan Inggit Garnasih; Novel Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil karya Remy Silado. Contoh lain novel The da Vinci Code karya Dan Brown.

Pada pembelajaran teks cerita sejarah yang akan kalian pelajari sekarang adalah kaidah kebahasaan teks cerita sejarah yang tentunya akan berbeda dari kaidah kebahasaan teks lain. Kalian akan dapat memiliki gambaran ciri khas bahasa dalam teks cerita sejarah. Menarik bukan? Apa sebenarnya kaidah kebahasaan teks cerita sejarah dan bagaimana serunya menganalisis kekhasan kaidah bahasa semua ada di modul ini.

Penanda kekhasan bahasa yang digunakan dalam karya sastra pada umumnya adalah menggunakan bahasa konotatif dan emotif. Hal ini berbeda dengan bahasa ilmiah yang denotatif dan rasional. Meskipun demikian, bahasa dalam cerita sejarah tetap mengacu kepada bahasa yang digunakan masyarakat (konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya. Penggunaan bahasa konotatif dan emotif diwujudkan pengarang dengan merekayasa bahasa dengan menggunakan beragam gaya bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan.

2. Kaidah Kebahasaan

a. Menggunakan Kalimat Bermakna Lampau

Kalimat yang bermakna lampau ditandai dengan kata=kata yang menyatakan bahwa kalimat tersebut sudah selesai. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan kata telah, sudah, terbukti dan lain-lain.

Contoh:

 Prajurit-prajurit yang telah diperintahkan membersihkan gedung bekas asrama telah menyelesaikan tugasnya.

 Dalam banyak hal, Gajah Mada bahkan sering mengemukakan pendapatpendapat yang tidak terduga dan membuat siapa pun yang mendengar akan terperangah, apalagi bila Gajah Mada berada di tempat berseberangan yang melawan arus atau pendapat umum dan ternyata Gajah Mada terbukti berada di pihak yang benar

b. Menggunakan Kata yang menyatakan Urutan Waktu

Kalimat tersebut menggunakan konjungsi kronologis atau temporal. Terlihat pada penggunaan kata seperti: sejak saat itu, setelah itu, mula mula, kemudian.

Contoh

 Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati membunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat ...

(4)

 Setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenangtenang masuk ke kadipaten.

c. Menggunakan kalimat Tak Langsung

Penggunaan kalimat tak langsung sebagai upaya untuk menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Ditandai dengan penggunaan kata mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, atau menuturkan.

Contoh

 Mengapa Sultan tak menyatakan sikap menentang usaha Portugis ...?

 Riung Samudera menyatakan bahwa ia masih bingung dengan semua penjelasan Kendit Galih tentang masalah itu.

 Menurut Sang Patih, Galeng telah periksa seluruh kamar Syahbandar clan ia telah melihat banyak botol clan benda-benda yang ia tak tahu nama clan gunanya

d. Menggunakan Kata Kerja (verba) Mental

Kata kerja ini merupakan jenis kata kerja yang mengekspresikan respons atau sikap seseorang terhadap suatu tindakan, keberadaan, atau pengalaman. Kata kerja mental juga disebut sebagai verba tingkah laku atau kata kerja behavioral yang menggambarkan perilaku atau tindakan seseorang ketika menghadapi keadaan tertentu.Kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.

Contoh

 Jawaban itu mengecewakan para musafir.

 Gajah Mada sependapat dengan jalan pikiran Senopati Gajah Enggon.

 Melihat itu, tak seorang pun yang menolak karena semua berpikir Patih Daha Gajah Mada memang mampu clan layak berada di tempat yang sekarang ia pegang.

e. Menggunakan Kata Kerja (verba) Material

Kata kerja material adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa. Kata kerja material ini menunjukkan subjek melakukan sesuatu perbuatan. Karena perbuatannya bersifat material sehingga dapat dilihat atau kasad mata. Kata-kata yang digunakan seperti Berlari, menulis, melempar, tersenyum, menagis dan sebagainya. Contoh

 Pada suatu kali, kaki kuda Demak akan mengepulkan debu di seluruh bumi Jawa.

 Dan sebagai patih, ia masih tetap memimpin pasukan gajah, maka Kala Cuwil tak juga terhapus dalam sebutan.

 Sang Adipati telah menjatuhkan titah: kapal-kapal Tuban mendapat perkenan untuk berlabuh dan berdagang di Malaka ataupun di Pasai.

f. Mengunakan Kalimat Langsung

Hal ini ditandai banyaknya kalimat langsung atau dialog. Contoh

"Mana surat itu?"

''Ampun, Gusti Adipati, patik takut maka patik bakar:' "Surat apa, Nyi Gede, lontar ataukah kertas?"

(5)

"Lon... Ion... Ion... kertas barangkali, Gusti, patik tak tahu namanya. Bukan lontar:' "Bukankah bukan hanya surat saja telah kau terima? Adakah real Peranggi pernah kau terima juga?"

Ada, Gusti real mas, Patik mohon ampun, karena tiada mengetahui adakah itu real Peranggi atau bukan:'

g. Menggunakan Kata Sifat untuk Menggambarkan Tokoh, Tempat, atau Peristiwa. Kalimat ini menggunakan kata-kata seperti prihatin, khawatir, wibawa dan lain-lain. Contoh

 Pangeran Seda Lepen? Orang menunggu dan menunggu dengan perasaan prihatin terhadap keselamatan wanita tua itu.

 Gajah Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara clan menebar pandangan mata menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing. Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah Mada, bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara. 3. Penggunaan Makna Kias

a. Ungkapan

Selain menggunakan bahasa dengan kaidah kebahasaan seperti diuraikan di atas, novel sejarah juga banyak menggunakan kata atau frasa yang bermakna kias. Kata atau frasa bermakna kias ini digunakan penulis untuk membangkitkan imajinasi pembaca saat membacanya serta memperindah cerita.

Contoh

 Di antara para Ibu Ratu yang terpukul hatinya, hanya Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri yang bisa berpikir sangat tenang. Terpukul hatinya artinya sangat sedih.

 Mampukah Cakradara menjadi tulang punggung mendampingi istrinya

menyelenggarakan pemerintahan? Tulang punggung artinya sandaran, sumber kekuatan  Di sebelahnya, Gajah Mada membeku. Membeku artinya diam saja.

b. Peribahasa

Selain menggunakan kata atau frasa bermakna kias, novel sejarah juga banyak menggunakan peribahasa, baik yang berbahasa daerah maupun berbahasa Indonesia. Tujuannya adalah untuk memperkuat latar waktu clan tempat kejadian cerita.

Contoh

Hidup rakyat Majapahit boleh dikata gemah ripah loh jinawi kerta tata raharja, hukum ditegakkan, keamanan negara dijaga menjadikan siapa pun merasa tenang clan tenteram hidup di bawah panji gula kelapa. Peribahasagemah ripah loh jinawi kerta tata raharja merupakan peribahasa Jawa, yang artinya hidup makmur aman tenteram.

(6)

4. Analisis Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Baiklah kalian mengetahui bagaimana kaidah kebahasaan teks cerita sejarah. Apabila sudah memahaminya kalian akan berlatih bagaimana menganalisis kaidah kebahasaan. Namun sebelumnya bacalahlah dengan saksama teks cerita sejarah berikut!

…. ''Apakah Tuan sudah bermaksud melawan pemerintah?" Karena aku tahu inisiatifnya takkan berjalan tanpa rnmusan dan tanda tanganku, aku hadapi dia dengan cadangan. "Kalau perintah itu diberikan padaku setelah predikat 'tenaga ahli' itu dicabut oleh Gubermen, aku akan lakukan dengan segera, Tuan. Kalau tidak, aku masih punya hak untuk menolak:'

Mukanya jadi kemerah-merahan karena berang. Ya, ya, kau akan kupermain mainkan, Tuan. Mari kita lihat siapa yang akan lebih tahan. Tetapi, ia tak mendesak lagi dan pergi dengan bersungut-sungut.Notanya datang lagi, sinya bernada curiga terhadap aku sebagai simpatisan salah sebuah dari organisasiorganisasi tersebut. Jelas dia belum kenal siapa Pangemanann. Sekali orang bernama Pangemanann ini jadi Algemeene Secrerie, takkan mudah orang dapat mengisarkan sejengkal pun dari tempatnya. Aku simpan baik-baik nota itu dan tak kujawab. Sekarang datang waktunya ia akan mencari-cari kesalahan. Mulailah aku mengingatingat secara kronologis pekerjaanku sejak 1912 sampai masuk ke tahun 1915. Hanya ada satu hal yang bisa digugat: analisa dangkal tentang naskah-naskah Raden Mas Minke yang aku anggap tidak berharga. Naskah-naskah itu aku simpan di rumah untuk jadi milik pribadi. Maka analisis yang kurang bersungguh-sungguh itu mungkin memberi peluang untuk menuduh aku menyembunyikan sesuatu pendapat atau kenyataan. Apa boleh buat, aku akan tetap berkukuh naskah-naskah itu lebih bersifat pribadi daripada umum. Dan aku katakan naskah itu telah dibakar langsung di kantor dalam tong kaleng kecildikamarku. Walau begitu aku harus bersiap-siap. Pidato Sneevliet mulai bermunculan dalam terjemahan Melayu, dalam terbitan korankoran di Sala, Semarang, Madiun, Surabaya. Juga pidato-pidato Baars yang mampu berbahasa Melayu dan Jawa dengan fasih. Tapi, koran-koran Jawa Barat dan Betawi tampaknya tenang-tenang saja. Pengaruhnya mulai menjalari panggung pribumi. Tampaknya pengaruhnya dapat diibaratkan sebuah roda. Sekali orang mengenal dan menggunakannya, dia lantas jadi bagian dari kehidupan. Dalam pertunjukkan langsung di Sala, jelas benar pengaruh ini bekerja. Lakon yang dimainkan kala itu adalah Surapati. Setelah beberapa minggu berlalu, ternyata pemain peran utama sebagai Surapati adalah orang yang itu-itu juga: Marco. Secara khusus kusiapkan bagan peta pengaruh. Dalam waktu seminggu dapat kulihat, bahwa pengaruh itu laksana lelatu yang memercik dan meletik-letik ke kota-kota pelabuhan di Jawa Tengah dan Timur, memasuki pedalaman dan memerciki wilayahwilayah pabrik gula-semua wilayah pabrik gula.

Dewan Hindia telah meminta pada Gubernur Jenderal, demikian yang kudengar dariomongan orang agar tenaga-tenaga kepolisian yang sudah mulai berpengalaman dalam mengawasi kegiatan politik pribumi ditetapkan kedudukannya untuk mengurusi soal ini. Kepolisian setempat yang telah mengambil inisiatif untuk pekerjaan ini supaya diberi pengukuhan, badan koordinasi supaya dibentuk untuk membantu pembentukan seksi khusus ini. Dasar dari permintaan itu

(7)

adalah kegiatan politik Pribumi yang semakin menanjak dengan semakin melonggarkan hubungan antara Kerajaan dengan Hindia. Kalaupun ada rencana mengirim bantuan militer dari Kerajaan tak mungkin bisa diharapkan dalam situasi Perang Dunia. Maka juga Angkatan Perang Hindia seyogianya diperbesar untuk dapat menghadapi segala kemungkinan.

(Toer, Pramoedya Ananta. 2006. Rumah Kaea. Jakarta: Lentera Dipantara, Halaman 387-393) Hasil analisis kebahasaan novel sejarah Rumah Kaca

Kaidah Kebahasaan Kutipan Keterangan

Menggunakan kalimat bermakna lampau.

Dan aku katakan naskah itu telah dibakar langsung di kantor dalam tong kaleng kecil di kamarku.

telah dibakar

Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu.

Mulailah aku mengingat-ingat secara kronologis pekerjaanku sejak 1912 sampai masuk ke tahun 1915.

Mulailah….sampai

Menggunakan kalimat tak langsung.

Dalam waktu seminggu dapat kulihat, bahwa pengaruh itu laksana lelatu yang memercik dan meletik-letik ke kota-kota pelabuhan di Jawa Tengah dan Timur, memasuki pedalaman dan memerciki wilayah-wilayah pabrik gula-semua wilayah pabrik gula.

bahwa

Menggunakan kata kerja (verba) mental

Dasar dari permintaan itu adalah kegiatan politik Pribumi yang semakin menanjak dengan semakin melonggarkan hubungan antara Kerajaan dengan Hindia.

semakin menanjak semakin melonggarkan

Menggunakan Kata Kerja (verba) Material

Dan aku katakan naskah itu telah dibakar langsung di kantor dalam tong kaleng kecildi kamarku.

dibakar

Menggunakan kalimat langsung

''Apakah Tuan sudah bermaksud melawan

pemerintah?" "Kalau perintah itu diberikan padaku setelah

(8)

predikat 'tenaga ahli' itu dicabut oleh Gubermen, aku akan lakukan dengan segera, Tuan. Kalau tidak, aku masih punya hak untuk menolak:' Menggunakan kata sifat untuk

menggambarkan tokoh, tempat, atau peristiwa

Tidak ada

Tugas 1

Bacalah kutipan novel berikut!

Bumi Manusia

Karya Pramoedya Ananta Toer

13. TUAN DIREKTUR SEKOLAH MEMAAFKAN KETIDAK-hadiranku yang telah melewati batas sertifikat dokter. Salam dari Tuan Herbert de la Croix membikin lunak sikapnya. Dalam beberapa hari aku kejar ketinggalanku.

Tak ada sesuatu kesulitan. Nenenda telah menanamkan kepercay aan pada diri: kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan semua akan jadi mudah,

jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal y ang akan membodohkan semua.

Aku ikuti nasihatnya, dan aku percay a pada kebenaran wejangannya. Tak pernah aku tertinggal dibandingkan dengan yang lain-lain, walau pun sesungguhny a aku tak bany ak belajar seperti yang lain. Tapi sekarang ini memang aku belajar sungguh, mengejar ketinggalan. Bendi dan kusirnya sekaligus telah dikhususkan oleh Mama untuk kepentinganku. Takpeduli siang atau malam. Dan dengan kendaraan itu setiap berangkat sekolah aku ambil May Marais, kuturunkan di sekolahnya di Simpang.

Semua sudah berubah. Terutama diriku sendiri. Sekarang aku merasa lebih berharga di tengah lalulintas Surabaya di atas bendiku yang mewah. Teman-teman sekolahku kelihatan juga berubah. Artiny a: agak dan mungkin memang menjauhi aku. Aku anggap saja itu sebagai tanda penghormatan pada seorangy ang telah merebut peningkatan nilai. Mungkin aku keliru menaksir diriku, maka harus kuanggap sebagai penilaian sementara.

Nampaknya guru-guruku, dengan adanya bendi mewah itu, lebih bany akmemperlakukan diriku sebagai orang takdikenal dan sama derajat. Ini pun dugaan sementara.

Aku rasai diriku bukan Minke y ang dulu. Badan tetap, isi dan pengelihatan lain. Tak lagi aku suka bercanda. Merasa diri lebih berbobot, lebih bany akbertimbang, sebaliknya teman-teman sekolah tetap kekanak-kanakan. Diri ini sekarang segan mengapung pada permukaan.

Mauny a terus juga tenggelam pada dasar persoalan dalam setiap percakapan dan perbincangan. Lihat saja. Robert Suurhof tetap takmau mendekati aku. la selalu meny ingkir bila berpapasan. Dan gadis-gadis teman sekolah juga menvingkiri. seperti aku sumber sampar.

Beberapa kali Tuan Direktur Sekolah memanggil aku untukmendapatkan penegasan adakah benar aku belum kawin, karena seorang murid y ang telah kawin harus meninggalkan sekolah. Aku menduga taklain dari Suurhof yang telah mengadu. Tak bisa lain. Hany a dia y ang tahu asalmuasal perkara ini. Lama-kelamaan kuketahui juga. dugaanku tidakmeleset. Ia telah menyebarkan omongkosong, menghasut teman-teman sekolah dengan maksud agar menjauhi aku. (Jadi penilaianku tentang diri sendiri ternyata keliru!) Maka: pandang y ang terarah padaku

(9)

menjadi pandang orang-orang yang belum kukenal rasanya. Semua berubah. Kini kelilingku di sekolah bukan lagi kecerahan. Sebaliknya: kesunyian yang memanggil-manggil renungan.

Satu-satuny a guru y ang tidakberubah tetap Juffrouw Magda Peters, guru bahasa dan sastra Belanda. Ia tetap masih tidakbersuami. Pada seluruh kulitnya yang tidak tertutup kelihatan totoltotol coklat. Matanya y ang coklatbening selalu kelap-kelip. Pada mula mengenal permunculannya ia dapat menimbulkan tawa. Ia mengesankan diri seakan seekor monyet putih betina yang bertampang kagetan. Tapi begitu mendengar pelajarannya y ang pertama semua jadi terdiam.

Kesan monyet putih betina hilang. Totol kulitnya leny ap. Perasaan hormat menggantikan. Dan inilah kata-katany a waktu untuk pertama kali turun dari Nederland memasuki ruangan kias: “Selamat siang, para siswa H.B.S. Surabay a. Namaku Magda Peters, guru baru kalian untuk bahasa dan sastra Belanda. Acungkan tangan barangsiapa tidaksuka pada sastra.”

Hampir semua mengacungkan tangan. Malah ada yang sengaja berdiri untukmeny atakan antipati.

“Bagus. Terimakasih. Duduklah y ang tertib. Suatu masy arakat paling primitif pun, misalnya di jantung Afrika sana, takpernah duduk di bangku sekolah, tak pernah melihat kitab dalam hidupnya, takkenal baca-tulis, masih dapat mencintai sastra, walau sastra lisan. Apa tidakhebat kalau siswa H.B.S., paling tidakny aris sepuluh tahun dudukdi bangku sekolah, bisa tidak suka pada sastra dan bahasa ? Ya, sungguh hebat.”

Tak ada yang tertawa dan mentertawakan. Suny i-seny ap. “Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hany a hewan y ang pandai.

Sebagian terbesar dari kalian belum pernah melihat Nederland. Aku dilahirkan dan dibesarkan disana. Jadi aku tahu, setiap orang Belanda mencintai dan membacai karyasastra Belanda. Orang mencintai dan menghormati kary atulis van Gogh, Rembrandt, para pelukis besar kita dan dunia. Mereka y ang tidakmencintai dan menghormati dan tidakbelajar mencintai dan menghormati dianggap sebagai Belanda y ang kurang adab.

Lukisan adalah sastra dalam warna-warni. Sastra adalah lukisan dalam bahasa. Siapa tidak mengerti mengacung.”

Untuk tidak dianggap sebagai Belanda kurang adab sejak itu orang merasa harus memperhatikan setiap ucapanny a. Dia telah menggenggam para murid itu dalam tanganny a.

Dan sikap Juffrouw Magda Peters tidak berubah terhadap diriku. Pasti ia telah menangkap juga sassus Robert Suurhof.

Pada umumny a ia y ang membuka diskusi-sekolah pada hampir setiap Sabtu sore. Ia lakukan bukan saja dengan senanghati, juga bersemangat. Setiap siswa boleh mengemukakan persoalan apa saja, umum, pribadi, berita setempat dan internasional sebagai pokok. Bila pokokdari murid tidak ada baru guru membuka pokokny a sendiri. Mereka yang tidak berminat boleh tidak hadir. Nyatanya, bila Magda Peters y ang memimpin sebagian terbesar siswa dari semua kias takingin melewatkan, sehingga harus diadakan di aula dan semua dudukdi lantai. Hany a murid pembicara yang berdiri. Para guru yang hadir juga dudukdi lantai. Sebagai guru y ang memimpin orang juga berdiri. Pada kesempatan demikian nampak bahwa seluruh tubuh Magda Peters memang bertotol.

Untuk dapat mencocokkan keadaan dan sikapku dengan lingkunganku, benar atau tidakanggapanku tentang diri sendiri dan kelilingku, patut kirany a kudepankan pengalamanku dalam diskusi-sekolah ini: Aku ajukan pertany aan tentang teori assosiasi Doktor

(10)

SnouckHurgronje.

Magda Peters meneruskanny a pada para siswa. Takseorang pun tahu. Ia menoleh sopan pada para guru. Takada y ang bergerakmenanggapi. Kemudian ia sendiri bicara: “Juga aku sendiri tak tahu betul. Boleh jadi itu satu pokok “y ang disarankan dalam kehidupan politik kolonial. Tahukah para siswa apa politik kolonial ?” Takberjawab. “Itulah stelsel atau tatakuasa untukmengukuhi

kekuasaan atas negeri dan hanesa-bangsa jajahan. Seorang y ang meny etujui stelsel itu adalah orang kolonial. Bukan saja meny etujui, juga membenarkan, melaksanakan dan membelanya. Termasuk di dalamny a adalah juga mereka y ang bertujuan, bercita-cita, bermaksud,

berterimakasih pada stelsel kolonial. Soal pokokdi dalamnya adalah masalah penghidupan. Para siswa, semua ini sebenarny a belum perlu menjadi perhatian. Untuk itu para siswa masih terlalu muda. Sekirany a hal itu dituangkan dalam karyasastra pasti akan lebih menarik, seperti telah beberapa kali para siswa diperkenalkan pada kary a Multatuli. Coba, Minke, kau yang

menerangkan apa itu dan bagaimana teori assosiasi Doktor SnouckHorgronjc.”

Kuterangkan sekedarny a tentang apa y ang pernah kudengar dan tanggapanku sendiri atas cerita Miriam de la Croix.

“Stop!” kata Magda Peters. “Pokok seperti itu belum boleh dihadapkan di depan sekolah H.B.S. Terserah kalau di luar sekolah. Itu adalah urusan Sri Ratu, Pemerintah Nederland, Gubernur Jendral dan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Sebaikny a kalau ada keinginan para siswa mencari sendiri di luar sekolah. Karena para siswa tak ada y ang punya pokok, aku akan ajukan pokokku sendiri.

“Baru-baru ini aku temukan sebuah tulisan tentang kehidupan di Hindia.

Terlalu sedikit orang menulis tentang ini. Karena itu justru menarik perhatianku. Boleh jadi penulisnya seorang Indo-Eropa. Barangkali, kataku. Ada di antara para siswa pernah membacany a ? Judulny a: UU het sehoone Leven van een mooie Boerin*. Pengarangny a bernama: Max Tollenaar.”

Beberapa tangan diacungkan. Aku sembuny ikan perasaanku. Max Tollenaar adalah nama-penaku.

Judul asli telah diubah dan di dalamny a juga terdapat perbaikan redaksi, y ang tidak semua aku „setujui.

Juffrouw Magda Peters mulai membacakan, menempatkan tekatian dan tarikan kata sedemikian rupa sehingga suarany a meny any i dan tulisan itu terdengar lebih indah daripada y ang kumaksud.

Ya, boleh dikata terdengar seperti puisi panjang, rimbun dengan haruan. Hampir orang tak berkedip mendengarkan. Dan selesai pembacaan orang melepas nafas, bebas dari cengkeraman. “Say ang sekali tulisan ini terbit di Hindia, tentang Hindia, manusia dan masy arakat Hindia, jadi orang tidakmemperkenalkan di depan kias. Nah, kalian, salah seorang tampil, memberikan uraian atau tanggapan, barangkali juga penilaian.

Sekaligus Robert Suurhof bergerak. Ia berdiri di tempatny a, kakiny a direnggangkan, dipakukan pada lantai, seperti kuatir bisa rubuh diterpa angin. Semua mata tertuju padanya. Hanya aku yang sangsi.

Sebelum memulai ia menoleh pada teman-teman sekolah. Barangkali untukmendapatkan sokongan moril.

“Sudah empat tulisan Max Tollenaar kubaca pada waktu belakangan ini.

Semua tulisanny a sama saja persoalan dan nafasnya, seakan pengarangnya sedang tergenggam kekuatan di luar dirinya. Ya-ya, pengarangnya sedang kena serang demam kepia-lu.

(11)

Tulisan-tulisannya merupakan igauan panjang dari seorang yang tak kenal diri, lupa daratan. Aku tak kenal siapa itu Max Tollenaar. Hanya dari tulisan-tulisannya dapat kuduga siapa penulis sesungguhnya, karena aku telah jadi saksi satu-satunya dari rangkaian kejadian dalam tulisan-tulisannya.

“Juffrouw MagdaN peters, rasany a sangat berlebihan kalau tulisan demikian dibicarakan dalam diskusi-sekoiah H.B.S. Hany a bikin kotor saja, Juffrouw. Kalau aku taksalah ~ dan aku yakin tidak — penulis tulisan tsb., bahkan nama keluarga pun tidak punya.”

Ia diam sebentar, menebarkan pandang pada semua siswa y ang sedang dijalari ketegangan. Ia angkat dagu. Matanya berbinar dengan kemenangan. Kurasai satu tembakan terakhir masih akan dilepaskan. Juffrouw Magda Peters nampaktertegun. Matany a mengedip cepat.

Dari semua orang hany a aku seorang y ang tahu maksud Robert Suurfof: pembalasan dendam langsung padaku. Maka juga aku menjadi lebih mengerti: dialah sesungguhny a y ang bermaksud hendakmendekati Annelies. Takada alasan memusuhi dan menghinakan aku di depan umum begini kalau bukan karena cemburu. Ya, sebelumny a dialah y ang hendakmemiliki Annelies. Ia bawa aku untukkemegahan diri dan saksi. Mengapa aku ? Karena aku Pribumi, maka ia dapat lebih gampang mem, percantikdiri dengan aku sebagai perbandingan. Tepat seperti adat wanita atasan Eropa di jaman lewat y ang membawa mony et kemana-mana agar kelihatan lebih cantik (daripada monyetnya). Terny ata mony et Suurhof itu justru y ang mendapatkan Annelies.

“Dia, Juffrouw,” Suurhof meneruskan, “Indo pun bukan. Dia lebih rendah lagi daripada Indo yang tidak diakui ayahnya.

Dia seorang Inlander, seorang Pribumi y ang meny elundup di sela-sela peradaban Eropa.” la membungkukmenghormati gurunya dan juga para guru lain, kemudian dudukgelisah di lantai. “Para siswa, Robert Suurhof telah meny atakan pendapatnya tentang penulis karangan tsb. yang kita semua tidaktahu kecuali dia sendiri. Yang aku harapkan adalah pendapat tentang tulisan ini. Baiklah. Siapa menurut dugaanmu penulis karangan ini ?”

Para murid berpandang-pandangan, kemudian pandang mereka terarah pada teman-teman sendiri yang bukan Totok, bukan Indo, seakan menggarisbawahi ucapan Suurhof. yang Pribumi pada menunduk. Pandangan orang sebany ak itu terasa menindas sampai ke perut.

Aku tahu muka Suurhof ditujukan padaku. Yang lain-lain mengikuti contohnya. Jangan, kata hati ini, jangan gentar. Persetan semua ini.

kalau perlu aku pun bisa tinggalkan sekolah ini. Sekarang pun boleh. Suurhof berdiri lagi. Berkata pendek:

“Penulis itu ada di antara kita sekarang ini.”

Rupanya sassusnya telah menjalar ke seluruh sekolahan. Sekarang semua muka diarahkan padaku seorang. Aku tatap Suurhof. Seri kemenangan gemerlapan pada matanya.

“Siapa dia y ang ada di antara kita, Suurhof ?” tany a Juffrouw Magda Peters. Dengan tudingan Caesar ia menunjukpadaku: “Minke!”

Magda Peters mengambil setangan dari tas dan menyeka leher, kemudian dua belah tangannya. Ia nampak bimbang. Sebentar ia menoleh pada deretan para guru, sebentar padaku, sebentar pada para siswa y ang duduk di lantai. Kemudian ia berjalan menghampiri para guru dan Tuan

Direktur y ang kebetulan hadir. Ia mengangguk kecil pada mereka, berbalik lagi ke tengah kalangan, menguakkan para siswa, dan jelas menuju ke tempatku.

Sekarang aku akan diusir, dihinakan di depan umum.

Ia berdiri sejenak di hadapanku. Nampak olehku totol pada kakinya. Dan kudengar panggilannya:

(12)

“Ya, Juffrouw,” aku berdiri.

“Benar kau y ang menulis ini ?” ia tunjukkan koran S.N.-v/d D, “dengan nama-pena Max Tollenaar?”

“Apa aku bersalah karena itu, Juffrouw ?”

“Max Tollenaar!” bisikny a dan mengulurkan tangan padaku.

“Mari,” dan ditariknya aku, dibawa menghadap pada Direktur Sekolah.

Semua mata tertuju padaku. Di hadapan para guru dan Tuan Direktur aku mengangguk menghormat. Mereka membalas tak acuh. Oleh Magda Peters kemudian aku dihadapkan pada semua siswa.

Sunyi.

Guru perempuan itu masih juga memegangi bahuku. Mungkin pada waktu itu aku sudah pasi tanpa mengetahui apa sesungguhnya dosaku.

“Para siswa, para guru, dan Tuan Direktur, pada hari ini kuperkenalkan, terutama pada para siswa, seorang siswa H.B.S. Surabay a bernama Minke, y ang tentu sudah dikenal oleh semua. Tetapi y ang kuperkenalkan bukan Minke y ang sudah dikenal itu, Minke dari kwalitas lain, seorang Minke yang mahir menggunakan Belanda dalam menyatakan perasaan dan pikiran, seorang Minke yang sudah meny umbangkan sebuah karya. Dia telah mampu menulis tanpa kesalahan dalam bahasa yang bukan milik ibunya. Dia telah dapat mengedepankan sepenggal kehidupan, yang oleh orang lain, biar pun dapat dirasakan, tapi takdapat dinyatakan. Aku bangga puny a murid seperti dia.”

Ia salami aku. Tak juga aku disuruhny a pergi. Apa y ang terdengar sebagai pujian itu

membubungkan aku semakin tinggi ke atas ujung duri. Kapakterakhir masih kutunggu jatuhnya. “Minke! Benar kau takpunya nama keluarga ?”

“Benar, Juffrouw.”

“Para siswa, nama keluarga hanya satu kebiasaan saja. Sebelum Napoleon Bonaparte muncul di panggung sejarah Eropa, leluhur kita, semua saja, juga tak puny a nama keluarga,” dan ia mulai bercerita, bahwa ketentuan Napoleon itu diundangkan di seluruh wilay ah kekuasaannya. Mereka yang tidak dapat menemukan nama sebaikmungkin untuk diriny a oleh pejabat diberi sekenanya, dan orang Yahudi diberi nama hewan. “Biar begitu, para siswa, nama keluarga bukan khas Eropa atau Napoleon, yang mengambil gagasan itu dari bangsa-bangsa lain. Jauh sebelum Eropa

beraflab bangsa Yahudi dan Cina telah menggunakan nama marga. Adany a hubungan dengan bangsa-bangsa lain y ang meny ebabkan Eropa tahu pentingnya nama keluarga,” ia berhenti. Aku masih juga berdiri jadi tontonan.

“Apa benar kau bukan Indo, Minke,” suatu pertanyaan formil y ang harus kubenarkan. “Inlander, Juffrouw, Pribumi.”

“Ya,” katany a keras-keras. “Orang Eropa sendiri yang merasa totok 100%

tidak pernah tahu berapa prosen darah Asia mengalir dalam tubuhny a. Dari pelajaran sejarah para siswa tentuny a sudah tahu, ratusan tahun y ang lalu berbagai balatentara Asia telah menerjang Eropa, dan meninggalkan keturunan: Arab, Turki, Mongol, dan justru setelah Romawi menjadi Kristen. Dan jangan kalian lupa, dalam kekuasaan Romawi atas bagian-bagian tertentu Eropa darah Asia, mungkin juga Afrika, meninggalkan keturunanny a melalui warganegara Romawi dari berbagai bangsa Asia: Arab, Yahudi, Siria, Mesir……” Kesenyapan masih merajalela. Hatiku sekarang kosong tanpa isi. Hanya badanku terasa lunglai. Satu-satunya keinginan hanya duduk kembali di lantai.

“Banyak dari ilmu Eropa berasal dari Asia. Malah angka y ang saban hari para siswa pergunakan adalah angka Arab. Termasuk angka nol. Coba, bisa para siswa kirakan bagaimana

(13)

hitungmenghitung tanpa angka Arab dan tanpa nol ? Nol pun pada giliranny a berasal dari filsafat India.

Tahu kalian artinya filsafat ? Ya, lain kali saja tentang ini. Nol, keadaan kosong. Dari kekosongan terjadi awal. Dari awal terjadi perkembangan sampai ke puncak, angka 9, kosong, berawal lagi dalam nilai y ang lebih tinggi, belasan, dst., ratusan, ribuan……tanpa batas.

Akan leny ap sistim desimal tanpa nol, dan para siswa harus menghitung dengan angka Romawi. Nama sebagian terbesar kalian, nama pribadi, adalah juga nama Asia, karena agama Kristen lahir di Asia.”

Sekarang para siswa nampakmulai gelisah di lantai.

“Kalau Pribumi tak puny a nama keluarga memang mereka tidak atau belum membutuhkan, dan itu tidak berarti hina. Kalau Nederland tak puny a Prambanan dan Barabudur, jelas pada

jamanny a Jawa lebih maju daripada Nederland. Kalau Nederland sampai sekarang tak mempuny ainy a, y a, karena memang tidakmembutuhkan……..”

“Juffrouw Magda Peters.” Tuan Direktur menengahi. “Sebaikny a bubarkan saja diskusi ini.” Diskusi-sekolah bubar. Kecuali Juffrouw Magda Peters nampakny a semua sengaja menjauhi aku.

Tak ada orang berseru seperti biasany a. Tak ada tawa. Tak ada y ang berlarian berebut dulu. Semua berjalan tenang dengan kepala sarat penuh pikiran.

Jan Dapperste, anak y ang permunculanny a lebih bany akPribumi itu, berdiri pada pagar mengikuti aku dengan pandangny a. Ia selalu mengaku Indo. Hany a padaku ia pernah mengaku Pribumi. Dengan kepercay aan seorang sahabat pernah ia mengaku padaku, ia hany a seorang anak pungut pendeta Dapperste. Anak pungut! Ia sendiri Pribumi tulen. Ia bersympati padaku. Setelah aku punya bendi ia biasa minta gonceng. Sekarang pun ia Nampak menjauh.

Sebalikny a Juffrouw Magda y ang sekarang minta gonceng. Sepanjang perjalanan ia tak bicara. Apa pula guna bicara dalam keadaan hati dan otakpenuh persoalan ? Lalulintas pun tak nampak olehku. Yang terbay ang hanya satu: kegusaran para siswa dan para guru pada Magda Peters. Terluka keeropaan mereka.

Sekali-dua kuketahui Juffrouw mengawasi aku dari samping. “Say ang sekali,” desisny apada angin.

Aku pura-pura takdengar.

Bendi berhenti di depan rumahny a. Aku turun untukmembantuny a sebagaimana adat Eropa. Ia mengucapkan terimakasih. Tiba-tiba: “Mampir, Minke,” dan itulah untukpertama kali ia

mengundang.

Aku antarkan ia masukke dalam. Maka kami dudukberhadapan di sitje di ruangtengah. “Kau luarbiasa, Minke. Jadi betul itu tulisanmu ?”

“Begitulah, Juffrouw.”

“Tentu kau muridku y ang paling berhasil. Telah lima tahun aku mengajar bahasa dan sastra Belanda. Hampir empat tahun di Nederland saja. Tak ada di antara murid-muridku dapat menulis sebaikitu — dan diumumkan pula.

Tentuny a kau sayang padaku, bukan ?” “Tak ada guru lebih kusay angi.” “Benar itu, Minke ?”

“Sejujur hati, Juffrouw.”

“Sudah kuduga. Kau pasti mengikuti semua pelajaranku dengan cermat, dengan otakdan hati. Kalau tidak, tidakmungkin kau bisa menulis sebagus itu. Kau tak gusar pada Suurhof, kan ?” “Tidak, Juffrouw.”

(14)

“Kau betul. Kau jauh lebih berharga daripada dia. Kau telah membuktikan apa yang kau bisa. Memang malu mendengar sanjungan seperti itu. Disuruhnya aku berdiri.

“Setidak-tidakny a, Minke, jerih-payahku selama lima tahun ini ada hasilnya juga,” ia tarikaku ke dekatnya.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan tepat!

1. Kapankah latar waktu cerita dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat? 2. Di manakah latar dalam kutipan novel sejarah itu dibuat?

3. Peristiwa apa sajakah yang dikisahkan?

4. Siapa sajakah tokoh yang gterlibat dalam penceritaan?

5. Di bagian apa sajakah yang menandai bahwa novel tersebut tergolong ke dalam novel sejarah?

6. Analisislah kaidah kebahasaan yang terdapat pada novel tersebut! Judul:

Hasil analisis kaidah kebahasaan:

Kaidah Kebahasaan Kutipan Keterangan

Menggunakan kalimat bermakna lampau.

Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu. Menggunakan kalimat tak langsung.

Menggunakan kata kerja (verba) mental

Menggunakan Kata Kerja (verba) Material

Menggunakan kalimat langsung

Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau peristiwa

Referensi

Dokumen terkait

Primitif fungsi f pada suatu interval mempunyai sifat-sifat antara lain bervariasi terbatas dan kontinu mutlak.. Penelitian ini mengkaji sifat kekonti- nuan fungsi

Pengertian Minat Beli Ulang ( Repurcahse Intention ) .... Penelitian Terdahulu

Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual

Untuk melihat komoditas buah- buahan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2006 adalah sebagai berikut: produksi rambutan sebesar 996,00 ton dengan rata-rata

Dari segi ukuran sektor informal adalah mereka yang berusaha sendiri atau usaha mikro yang mempunyai pekerja tidak lebih dari 20 orang.. Kelembagaan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik kualitas mutu pada minuman isotonik air kelapa madu dapat disimpulkan bahwa penambahan variasi

Straipsnyje yra pateik- tas mokymosi objektų daugkartinio panaudojamumo principų ir mokymosi objektų kokybės vertinimo kriterijų aibių atvaizdavimas, rodantis šių principų

Using dashboards and spreadsheets (made by others) to make decisions Developing products that depend on real-time data analytics Setting up/maintaining data platforms Developing