• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : Vol. 3 No. 1 Tahun 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : Vol. 3 No. 1 Tahun 2020"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

46 Pengaruh Penambahan Wortel (Daucus carota l) Terhadap Mutu Organoleptik Dan

Kadar Serat Nugget Ikan Tongkol (Euthynus aletrates)”

Rinda Lestari*, Nova Mustika STIKes Perintis Padang Email : [email protected]

ABSTRAK

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan RI tahun 2013 ditemukan rata – rata 93,5% penduduk Indonesia berumur ≥10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur. Provinsi Sumatera Barat ±98% berada di urutan 4 tertinggi penduduk memiliki perilaku kurang konsumsi buah dan sayur.Konsumsi fast foodmulai menjadi kebiasaan di masyarakat karena jenis makanan tersebut mudah diperoleh dan dapat disajikan dengan cepat. Salah satu produk makanan siap saji yang populer beredar di masyarakat adalah nugget. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan wortel (Daucus carota l) terhadap mutu organoleptik dan kadar serat nugget ikan tongkol (Euthynus aletrates)”Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 2 kali ulangan, yaitu perlakuan A (50 gr ikan tongkol : 0 gr wortel), B (50 gr ikan tongkol : 40 gr wortel), C (50 gr ikan tongkol : 50 gr wortel), D (50 gr ikan tongkol : 60 gr wortel). Analisis yang digunakan adalah analisis sidik ragam (ANOVA). Untuk melihat perbedaan perlakuan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test.Hasil penelitian menunjukan formulasi terbaik dari segi warna, tekstur, aroma, dan rasa pada perlakuan C (50 gr ikan tongkol : 50 gr wortel). Kadar serat tertinggi yaitu pada perlakuan D (50 gr ikan tongkol : 60 gr wortel) yaitu 2,16 %. Saran bagi masyarakat penambahan wortel dalam pembuatan nugget ikan tongkol berpengaruh nyata terhadap hedonik warna, tekstur, aroma, dan rasa jadi, kualitas nugget ikan tongkol dengan penambahan wortel sangat baik dikonsumsi oleh masyarakat.

Kata kunci : Nugget Ikan Tongkol, wortel, mutu organoleptik dan kadar serat.

ABSTRACT

Based on the results of the Basic Health Research of the Indonesian Ministry of Health in 2013 it was found that an average of 93.5% of Indonesia's population aged ≥10 years was less consuming fruits and vegetables. West Sumatra Province ± 98% are in the 4th position with the highest population having less consumption of fruits and vegetables. Fast food consumption is starting to become a habit in the community because these types of food are easily obtained and can be served quickly. One popular fast food product that is circulating in the community is nuggets. The purpose of this study was to determine the effect of the addition of carrots (Daucus carota l) on organoleptic quality and fiber content of tuna fish nuggets (Euthynus aletrates) "The study design used a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments and 2 replications, namely A treatment (A) 50 gr tuna: 0 gr carrots, B (50 gr tuna: 40 gr carrots), C (50 gr tuna: 50 gr carrots), D (50 gr tuna: 60 gr carrots) The analysis used is analysis of variance (ANOVA) .To see the differences in treatment between treatments, followed by the Duncan New Multiple Range Test.Results show the best formulation in terms of colour, texture, aroma, and taste in treatment C (50 gr tuna: 50 gr carrots The highest fiber content is in treatment D (50 gr tuna: 60 gr carrots) which is 2.16%. Suggestions for the community to add carrots in making tuna fish nuggets have a significant effect on hedonic colors, textures, aromas, and flavor, so the quality of tuna fish nuggets with the addition of carrots is very well consumed by the community.

Keywords: Tuna Fish Nugget, carrots, organoleptic quality and fiber content.

PENDAHULUAN

Serat makanan hanya dianggap sebagai sumber energi yang tidak tersedia (non – available energi source) dan hanya di kenal

mempunyai efek pencahar perut. Namun berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya

(2)

47 berbagai macam penyakit, diantaranya kanker

usus besar, penyakit kardiovaskular dan obesitas. Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa serat sangat baik untuk kesehatan yaitu membantu mencegah sembelit, mencegah kanker, mencegah sakit pada usus besar, membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam darah, mencegah wasir, membantu menurunkan berat badan dan lain – lain (Joseph G 2002, AACC International 2001, dalam Susmiati, 2007).

Kanker usus besar merupakan salah satu masalah kesehatan di negara barat karena kejadian kanker usus besar menempati urutan ke – 4 terbesar sebagai penyebab kanker dan menempati urutan ke – 2 terbesar sebagai penyebab kematian karena kanker. Hasil penelitian telah menunjukkan aspek manfaat dari serat makanan baik untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit maupun terapi.

Pada abad ke – 5 SM, seorang penyembuh asal Yunani, Hipprocrates, menganjurkan bahwa roti sebaiknya di buat dari tepung yang tidak dihaluskan. Pada abad ke-19, seorang Amerika bernama Graham, kemudian menciptakaan jenis makanan yang di beri nama “Graham Cracker”

yang mengandung dedak (Joseph G 2002, dalam Susmiati, 2007).

Mudiarti and Amaliah (2013) menjelaskan secara ilmiah, buah dan sayur merupakan sumber vitamin dan mineral serta serat.

Kandungan vitamin, mineral dan serat yang terdapat dalam buah dan sayur berfungsi sebagai zat pengatur untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin dan mencegah terjadinya berbagai gejala penyakit seperti sembelit, anemia, penurunan fungsi mata, penurunan sistem imun, dan mencegah munculnya senyawa radikal melalui anti oksidan.”

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan RI tahun 2018 ditemukan bahwa rata – rata 95,5%

penduduk di Indonesia berumur ≥10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur. Provinsi Sumatera Barat ±98,2% berada di urutan 8 tertinggi penduduk memiliki perilaku kurang konsumsi buah dan sayur. Sedangkan yang berada dibawah rata – rata angka nasional paling bawah adalah Pabar dengan rata-rata 89,7 penduduk yang memiliki perilaku kurang konsumsi buah dan sayur.

Saat ini mayarakat lebih cenderung mengkonsumsi makanan praktis ataupun siap saji (ready to eat) yang cenderung tinggi lemak

jenuh, gula, dan rendah serat. Konsumsi fast foodmulai menjadi kebiasaan di masyarakat karena jenis makanan tersebut mudah diperoleh dan dapat disajikan dengan cepat. Salah satu produk makanan siap saji yang populer beredar di masyarakat adalah nugget (Wibowo, et al.

2014).

Nuggetmerupakan salah satu produk pangan cepat saji yang saat ini dikenal baik oleh masyarakat. Nugget, seperti juga sosis, burger, dan corned, telah menjadi salah satu pilihan masyarakat sebagai produk pangan yang praktis.

Produk nuggetyang ada di pasaran biasanya berupa nuggetayam, nuggetdaging sapi, dan nuggetikan. Saat ini nuggetayam adalah salah satu produk unggas yang cukup populer dikalangan masyarakat (Wibowo, et al. 2014).

Salah satu alternatif pengganti daging ayam dalam pengolahan nugget adalah daging ikan tongkol. Ada beberapa alasan ikan tongkol digunakan dalam pembuatan nugget karena struktur daging ini memiliki kemiripan dengan daging ayam, kaya kandungan omega 3, vitamin, protein, dan mineral (Hakim, 2014).

Selain itu, ikan tongkol rasanya lezat, dagingnya padat dan lembut, disamping itu harganya murah ini berdasarkan survei harga ikan tongkol dipasar Lubuk Buaya pada tahun 2019 adalah sebesar Rp. 35.000 per kg

Pengolahan ikan tongkol sebagai nugget perlu penambahan bahan lain untuk mengefisienkan penggunaan daging ikan, sebagai bahan tambahan pada pembuatan nugget adalah wortel. Ada beberapa alasan mengapa wortel dipilih sebagai sayuran yang ditambahkan pada nugget yaitu wortel merupakan bahan pangan yang kaya akan kandungan gizi yaitu β- karoten sebagai sumber antioksidan alami, serat pangan, tokoferol, asam askorbat, dan α-tokoferol. (Ali etal. 2003 dalam Melisa, 2011). Tekstur umbi wortel juga sangat baik (renyah), tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek juga berasa agak manis (Malasari, 2005 dalam Wibowo, 2014). Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penambahan Wortel (Daucus Carota L) terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Serat Nugget Ikan Tongkol (Euthynus aletrates).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari s/d Juli 2016. Pembuatan produk dan uji organoleptik dilakukan di laboratorium Gizi kampus STIKes Perintis Padang dan Analisis

(3)

48 serat dilakukan di Laboratorium Kimia Kopertis

wilayah X.

Prosedur Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nugget adalah ikan tongkol 50 gr, jeruk nipis 10 gr, wortel sesuai perlakuan (40,50, dan 60 gr), tepung terigu 30 gr, tepung maizena 20 gr, tepung roti 5 gr, bawang merah 10 gr, bawang putih 5 gr, minyak goreng 25 gr, putih telur 10 gr, dan garam 0,5 gr. Alat yang digunakan selama pembuatan nugget diantaranya Pisau stainless, timbangan analitik, gilingan, talenan, nampan plastik, sarung tangan plastik, alat pengukus, wajan, sendok penggorengan, blender, baskom plastik, freezer, kompor, kertas label dan alat tulis. Penelitian dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 2 kali ulangan.

Perlakuan tersebut adalah A (50 g ikan tongkol : 0 wortel), B (50 g ikan tongkol : 40 g wortel), C (50 g ikan tongkol : 50 g wortel), dan D (50 g ikan tongkol : 60 g wortel). Nilai gizi yang diamati adalah kadar serat kasar.

Pembuatan Nugget

Penelitian ini dimulai dengan penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan menggunakan ikan tongkol sebagai bahan utama, kemudian diberi perlakuan penambahan wortel. Formula yang diterapkan dalam penelitian pendahuluan ini menggunakan konsentrasi ikan tongkol sebanyak 50 gr, penggunaan tepung terigu 30 gr.

Penambahan wortel pada penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah 10 gr, 20 gr, 30 gr, 40 gr, dan 50 gr. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan panelis sebanyak 10 orang, didapatkan rata – rata kesukaan panelis tertinggi yaitu 3,4 pada penambahan wortel 50 gr. Oleh karena itu, peneliti menggunakan penambahan wortel sebanyak 40 gr, 50 gr, dan 60 gr, pada masing – masing perlakuan.

Prosedur pembuatan nugget ikan dengan penambahan Wortel mengacu pada penelitian Hasanah (2015) dengan modifikasi.

Tahap pelaksanaan sebagai berikut : Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan, mencuci bersih ikan tongkol dengan air dan jeruk nipis dan mengambil dagingnya, lalu mencuci bersih wortel, menghaluskan daging ikan tongkol dan wortel masing –

masing perlakuan menggunakan blender, menghaluskan bumbu (bawang merah, bawang putih), menumis bumbu yang sudah dihaluskan kemudian meniriskannya, mencampur tepung terigu, maizena, ikan, bumbu – bumbu, garam, dan wortel sesuai perlakuan, menuang adonan kedalam loyang yang sudah diolesi minyak goreng, adonan dikukus ±45 menit pada suhu 65o C - 70o C. Lalu angkat dan dinginkan pada suhu ruang ± 10 menit , mengangkat adonan yang sudah dikukus dan mendinginkannya, lalu potong adonan yang sudah dingin, melumuri nugget dengan putih telur dan tepung roti, dan menggoreng nugget sampai warna kuning kecoklatan, mengangkatnya kemudian meniriskannya.

Pengujian Organoleptik

Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan (preferensi) panelis terhadap nugget. Metode yang digunakan adalah uji hedonik dengan atribut yang dinilai adalah keseluruhan produk (overall). Skor yang digunakan pada uji hedonik ini skor adalah 1 sampai 5.

1 = amat tidak saja 2 = tidak suka 3 = suka 4 = sangat suka 5 = amat sangat suka

Panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis agak terlatih dengan jumlah 25 orang.

Analisis Kadar Serat

Prosedur Uji Serat Kasar Metode Gravimetri (Sudarmadji, 2003). Sampel ditimbang sebanyak 1 – 2 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml, kemudian ditambahkan 50 ml H2SO4 1,25% panas dan direflux selama 30 menit, setelah itu ditambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan direflux selama 30 menit. Sampel yang telah dipanaskan, kemudian disaring panas – panas dengan kertas saring Whatman 42 yang telah diketahui bobotnya. Setelah disaring, lalu sampel dicuci dengan 50 ml H2SO4 1,25% dan 50 ml alkohol 36%, kemudian endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C dan timbang sampai bobot konstan.

Serat kasar dihitung dengan rumus :

% serat kasar = [(a-b)/c] x 100 % Keterangan :

a = berat kertas saring ditambah sampel

(4)

49 yang telah dikeringkan (g)

b = berat kertas saring (g) c = berat sampel (g)

Data hasil uji organoleptik dianalisa berdasarkan tingkat kesukaan untuk warna, tekstur, aroma, dan rasa. Hasil uji organoleptik disajikan dalam bentuk tabel untuk dihitung nilai rata – rata kemudian dianalisa menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) pada taraf nyata 5%. Jika terdapat perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Organoleptik

Tabel 1. Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap warna nugget

Nugget Rata- rata

Keterangan

A 3,25c Suka

B 3,5 SangatSuka

C 2,9bd Suka

D 3,46 Suka

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, artinya berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%

Keterangan perlakuan :

Perlakuan A = tanpa penambahan wortel Perlakuan B = penambahan 40 g wortel Perlakuan C = penambahan 50 g wortel Perlakuan D = penambahan 60 g wortel

Warna terbaik nugget ikan tongkol adalah warna coklat kekuningan (sampel B). Warna coklat kekuningan terlihat pada sampel nugget B, C, dan D. Warna coklat kekuningan ini didapatkan dari penambahan wortel. Nilai rata – rata terendah terdapat pada perlakuan C.

Semakin banyak penambahan wortel, maka warna nugget yang dihasilkan semakin kekuningan, karena wortel mengandung beta karoten.

Tabel 2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap tekstur nugget

Perlakuan Rata- rata

Keterangan

A 2,86bcd Suka

B 3,26 Suka

C 3,92bd Sangat suka

D 3,2 Suka

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, artinya berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tekstur terbaik nugget ikan tongkol adalah sampel C, yaitu nugget dengan penambahan wortel 50 gr. Panelis memilih sampel C sebagai tekstur terbaik karena keseimbangan dari segi komposisi nugget yaitu 50 gr ikan tongkol, 50 gr wortel dan 50 gr tepung (30 gr tepung terigu, 20 gr tepung maizena. Sampel dengan tanpa penambahan wortel menghasilkan tekstur nugget yang kurang lembut, sedangkan dengan penambahan wortel, tekstur nugget menjadi lebih lembut.

Meningkatnya wortel juga memberikan dampak peningkatan kadar air, sehingga tekstur nugget menjadi halus dan lunak (kurang keras).

Sejalan dengan pernyataan Chin dkk. (2004) dalam Wibowo (2014), kekerasan produk berkurang dengan meningkatnya kadar air pada bahan. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis.

Tabel 3 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap aroma nugget

Perlakuan Rata- rata

Keterangan

A 3,14 bcd Suka

B 3,72 Sangatsuka

C 3,86d Sangatsuka

D 3,48 Suka

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, artinya berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Aroma terbaik nugget ikan tongkol adalah sampel C, yaitu nugget dengan penambahan wortel 50 gr. Aroma khas ikan tongkol dapat tertutupi oleh wortel, yang menyebabkan aroma nugget menjadi netral. Perbedaan penambahan wortel setiap perlakuan memberikan aroma yang berbeda. Hal ini disebabkan aroma khas pada ikan tertutupi oleh wortel, sehingga mempengaruhi tingkat kesukaan panelis.

Wortel memiliki warna jingga yang menarik dan aroma segar khas wortel. Ali dkk (2003) menyatakan bahwa warna jingga pada wortel menunjukkan mengandung â-karoten sebagai sumber antioksidan alami, serat pangan, tokoferol, asam askorbat, dan á-tokoferol.

(5)

50 Tabel 4 Nilai rata-rata kesukaan panelis

terhadap aroma nugget

Perlakuan Rata- rata

Keterangan

A 3,24bc Suka

B 3,6 Sangatsuka

C 3,78d Sangatsuka

D 3,34 Suka

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, artinya berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel C yaitu nugget dengan penambahan 50 gr wortel merupakan sampel yang disukai panelis. Sampel dengan penambahan wortel menghasilkan kriteria rasa netral dan khas wortel. Sedangkan sampel yang menggunakan ikan tongkol dan tanpa penambahan wortel menghasilkan rasa nugget khas ikan. Perlakuan memberikan kesan rasa yang spesifik karena rasa keempat nugget memiliki rasa yang berbeda seiring penambahan wortel. Semakin tinggi penggunaan wortel memberikan kesan rasa khas wortel yang manis dan dapat menutupi rasa ikan tongkol.

Rata – rata kesukaan panelis terhadap nugget ikan tongkol dapat dilihat pada grafik 1

Grafik 1 Uji kesukaan terhadap nugget ikan tongkol dengan penambahan wortel

Berdasarkan grafik di atas dapat di lihat bahwa perlakuan C (50:50) memiliki rata – rata kesukan terhadap uji organoleptik lebih tinggi di banding perlakuan A (50:0), perlakuan B ( 50:40 ), dan perlakuan D (50:60). Hal ini

menunjukan bahwa pembuatan nugget dengan penambahan wortel perlakuan C lebih di sukai oleh panelis, dimana tekstur, aroma, dan rasa lebih di sukai panelis di bandingkan dengan perlakuan A,B,D. Sedangkan dari segi warna, perlakuan B lebih disukai panelis.

Hasil Analisis Kadar Serat

Rata – rata % kadar serat nugget ikan tongkol dengan penambahan wortel dapat dilihat pada grafik 2.

Grafik 2 Kadar serat nugget ikan tongkol dengan penambahan wortel

Keterangan :

A : sampel nugget tanpa penambahan wortel (kontrol)

B : sampel dengan penambahan 40 gr wortel C : sampeldengan penambahan 50 gr wortel D : sampel dengan penambahan 60 gr wortel

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa kadar serat nugget tertinggi pada perlakuan D (penambahan wortel 60 gr). Kadar serat yang terkandung dalam nugget ini dipengaruhi oleh kandungan serat dalam wortel, semakin tinggi penambahan wortel pada nugget semakin tinggi pula kandungan serat kasar yang terkandung dalam nugget. Perbedaan kadar serat kasar pada tiap perlakuan nugget ini diakibatkan oleh kandungan masing – masing wortel yang berbeda antara satu sama lain.

Kadar serat yang terkandung dalam nugget ini dipengaruhi oleh kandungan serat dalam wortel, semakin tinggi penambahan wortel pada nugget semakin tinggi pula kandungan serat kasar yang terkandung dalam nugget. Perbedaan kadar serat kasar pada tiap perlakuan nugget ini diakibatkan oleh kandungan masing – masing wortel yang berbeda antara satu sama lain serta akibat dari proses pengolahan. Hal ini sejalan dengan penelitian Wibowo, 2014 yang menyatakan Kadar serat nugget yang dihasilkan

(6)

51 umumnya mengalami kenaikan dari masing-

masing perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya komposisi wortel dan berkurangnya komposisi tempe pada perlakuan nugget maka kadar serat yang dihasilkan semakin tinggi.

Kadar serat kasar wortel pada perlakuan A, B, C dan D mengalami peningkatan kadar serat kasar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan wortel mempengaruhi kadar serat kasar dari nugget ikan tongkol.

Walaupun demikian berdasarkan hasil tingkat penerimaan panelis, nugget ikan tongkol dengan penambahan wortel pada perlakuan C (penambahan wortel 50%) lebih disukai oleh panelis dengan nilai kadar serat kasar 1,89%.

Perlakuan C (50 gr ikan : 50 gr wortel) menghasilkan nugget 200 gr yang memiliki kandungan serat 1,89 %. Artinya, perlakuan C mengandung serat 3,78 gr. Kebutuhan serat usia remaja dan dewasa ±35-38 gr/hari (tabel AKG, 2013). 200 gr nugget menyumbang kebutuhan serat per hari sebesar 10,5 %. Nugget dengan perlakuan C menghasilkan 4 potong nugget (50 gr), ini berarti satu potong nugget menyumbang kebutuhan serat per hari sebanyak 2,6%.

KESIMPULAN

Penambahan wortel dalam pembuatan nugget ikan tongkol berpengaruh nyata terhadap hedonik warna, tekstur, aroma, dan rasa.

Kualitas nugget ikan tongkol dengan penambahan wortel formulasi terbaik pada perlakuan C (50 gr ikan tongkol : 50 gr wortel).

Kadar serat tertinggi sebesar 2,16% pada perlakuan D yaitu nugget dengan 50 gr ikan tongkol : 60 gr wortel dan Kadar serat terendah sebesar 1,63% pada perlakuan A yaitu nugget

dengan 50 gr ikan tongkol dan tanpa penambahan wortel.

REFERENSI

Amiruddin, C. 2013. Pembuatan Tepung Wortel ( Daucus carrota L ) dengan Variasi Suhu Pengering. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar

Balitbang Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta. Balitbang Kemenkes RI

Hakim, A.R. 2014. Kadar protein dan organoleptik nugget formulasi ikan tongkol dan jamur tiram putih yang berbeda.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Muhammadiyah Surakarta Hasanah, H. 2015. Pemanfaatan daun kelor

(Moringa oleifera Lamk.) sebagai bahan campuran nugget ikan tongkol (Euthynus affinis C). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Melisa, N. 2011. Pengaruh Pencampuran Tepung Ampas Tahu dan Tepung Terigu sebagai Bahan Pengikat Terhadap Mutu Nugget Wortel (Daucus carota). Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Andalas.

Padang

Murdiati, A dan Amaliah. 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat untuk Semua.

Edisi kedua. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Sudarmadji, et al . 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.

Yogyakarta.

Wibowo, A, et al. 2014. Pemanfaatan wortel (Daucus carota L.) dalam meningkatkan mutu nugget tempe. Jurnal SAGU. 13 (2)

Gambar

Grafik  1  Uji  kesukaan  terhadap  nugget  ikan  tongkol dengan penambahan wortel

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses meiosis juga terdapat kemungkinan terjadinya crossing-over antara kromatid selama fase profase 1 yang dapat mencampurkan bagian kromosom

Berdasarkan hasil karakterisasi nanopartikel ekstrak etanol daun sirih konsentrasi kitosan 0,3% merupakan konsentrasi yang paling optimal dalam formulasi sediaan

Penelitian tersebut bertujuan untuk menjawab model pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam PAI yang ada di SMP Tazkia IIBS Malang, dengan fokus penelitian mencakup: 1

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai strategi komunikasi pemasaran produk untuk meningkatkan volume penjualan perspektif ekonomi Islam dengan

Hasil analisis dimensi empathy pada iklan Kartu Seluler IM3 “IM3 Seru Gratis Gak Abis Abis” menunjukan bahwa iklan tersebut termasuk dalam kategori efektif.. Hal ini

3) Perencanaan dan penyusunan program tematik dalam bentuk kolaboratif (minimal 3 program dalam 1 keluarga) yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan

Tindakan ini adalah sebagai bentuk perlawanan yang mereka tunjukkan terhadap adanya eksternalisasi dari masyarakat (di luar penyandang disabilitas) yang beranggapan bahwa

di wilayah jabodetabek pada kecepatan yang sama sebesar 10 km/jam, wilayah Jakarta memiliki nilai waktu terbesar di bandingkan dengan wilayah lainnya yaitu sebesar