• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN LINEAR QUADRATIC GAUSSIAN (LQG) UNTUK GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TEMPUR TUGAS AKHIR SM MAYA VATIKASARI NRP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DESAIN LINEAR QUADRATIC GAUSSIAN (LQG) UNTUK GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TEMPUR TUGAS AKHIR SM MAYA VATIKASARI NRP"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR – SM141501

DESAIN LINEAR QUADRATIC GAUSSIAN (LQG) UNTUK GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TEMPUR

MAYA VATIKASARI NRP 06111440000030 Dosen Pembimbing Dr. Dra. Mardlijah, MT.

DEPARTEMEN MATEMATIKA

Fakultas Matematika, Komputasi, dan Sains Data Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2018

(2)

ii

(3)

FINAL PROJECT – SM141501

DESIGN LINEAR QUDRATIC GAUSSIAN (LQG) FOR LONGITUDINAL MOTION OF AIRCRAFT

MAYA VATIKASARI NRP 06111440000030 Supervisor

Dr. Dra. Mardlijah, MT.

DEPARTMENT OF MATHEMATICS

Faculty of Mathematics, Computing, and Data Sciences Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2017

(4)

iv

(5)

v

LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN LINEAR QUADRATIC GAUSSIN (LQG) UNTUK GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TEMPUR

DESIGN LINEAR QUADRATIC GAUSSIN (LQG) FOR

LONGITUDINAL MOTION OF AIRCRAFT

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Matematika

Pada Bidang Studi Matematika Terapan Program Studi S-1 Departemen Matematika Fakultas Matematika, Komputasi, Dan Sains Data

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh:

MAYA VATIKASARI NRP. 06111440000030

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Dra. Mardlijah, MT.

NIP. 19670114 199102 2 001 Mengetahui,

Ketua Departemen Matematika FMKSD ITS

Dr. Imam Mukhlash, S.Si, MT.

NIP. 19700831 199403 1 003

(6)

vi

(7)

vii

DESAIN LINEAR QUADRATIC GAUSSIAN (LQG) UNTUK GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TEMPUR

Abstrak

Pesawat tempur merupakan pesawat militer yang memiliki mission task, misalnya membidik sasaran/target, sehingga umumnya didesain dengan ukuran yang relatif lebih kecil, cepat, dan lincah. Misi tersebut membuat pesawat memiliki manuver yang tinggi sehingga membuat sistem pesawat memiliki kestabilan yang rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan perancangan kendali LQG agar pesawat dapat bergerak stabil dan mengikuti setpoint yang diberikan. Kendali LQG dipilih karena mampu memperbaiki kesalahan keluaran pada sistem stokastik. Pada tugas akhir ini, kendali LQG diterapkan pada gerak longitudinal pesawat atau gerak pitch. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penerapan kendali LQG pada sistem menghasilkan overshoot sebesar 5.8 % pada waktu 1.8 𝑠𝑠 dengan waktu stabil hingga 0.4 𝑠𝑠.

Kata Kunci : Gerak Longitudinal, Pitch, LQG, Pesawat Tempur.

Nama Mahasiswa : Maya Vatikasari

NRP : 06111440000030

Departemen : Matematika

Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Mardlijah, MT.

(8)

viii

(9)

ix

DESIGN LINEAR QUDRATIC GAUSSIAN (LQG) FOR LONGITUDINAL MOTION OF AIRCRAFT

Abstract

Aircraft fighter is a military aircraft that has mission task, for example aiming the target. Hence it is generally designed with relatively smaller size, faster, and agile. This mission caused the aircraft to have a high maneuver that makes its system has low stability. Therefore, it is necessary to design LQG control that makes the aircraft to move stable and follow the setpoint. The LQG control was chosen because it can reduce the output error on the stochastic system. In this final project, LQG control was applied to longitudinal motion or pitch motion of plane. Simulation result shows that LQG control to the system produced of 5.8 % at 1.8 𝑠𝑠 with settling time up to 0.4 𝑠𝑠.

Keyword : Longitudinal Motion, Pitch, LQG, Aircraft Fighter.

Name of Student : Maya Vatikasari

NRP : 06111440000030

Department : Mathematics

Supervisor : Dr. Dra. Mardlijah, MT.

(10)

x

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul :

“DESAIN LINEAR QUADRATIC GAUSSIAN (LQG) UNTUK

GERAK LONGITUDINAL PESAWAT TEMPUR”

yang merupakan salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan Program Sarjana Matematika, Fakultas Matematika, Komputasi, dan Sains Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik berkat kerja sama, bantuan, dan dukungan dari banyak pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bpk. Dr. Imam Mukhlash, S.Si, MT selaku Kepala Departemen Matematika ITS.

2. Bpk. Drs. Sentot Didik Surjanto, M.Si. selaku Dosen Wali yang telah memberikan arahan akademik selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Matematika ITS.

3. Prof. Dr. Dra. Mardlijah, MT selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dr. Hariyanto, M.Si., Drs. Mohammad Setijo Winarko, M.Si., Sunarsini, S.Si, M.Si., dan Tahiyatul Asfihani, S.Si, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan untu kesempurnaan Tugas Akhir penulis.

5. Dr. Didik Khusnul Arif, S.Si, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Departemen Matematika ITS.

6. Drs. Iis Herisman, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Departemen Matematika ITS.

7. Seluruh jajaran dosen dan staf Departemen Matematika ITS.

8. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan

dan do'a yang tak terhingga.

(12)

xii

9. Riska, Agil, dan Via yang selalu memberikan dukungan satu sama lain dan saling menyemangati untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

10. Teman-teman angkatan 2014 yang telah berjuang bersama-sama dan saling memberikan dukungan.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu- persatu, terima kasih telah membantu sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surabaya, Juli 2018

Penulis

(13)

xiii DAFTAR ISI

TUGAS AKHIR – SM141501 ... i

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR SIMBOL ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan... 4

1.5 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu... 5

2.2 Sistem Sumbu Pesawat ... 6

2.3 Control Surface ... 8

Transformasi Sumbu Pesawat ... 9

Persamaan Kinematika Pesawat ... 14

2.5.1 Persamaan Kinematika Translasi ... 14

2.5.2 Persamaan Kinematika Sudut Terbang ... 15

Penurunan Persamaan Gerak Pesawat ... 15

2.6.1 Gerak Translasi ... 16

2.6.2 Gerak Rotasi ... 19

2.6.3 Linierisasi ... 22

Sifat-Sifat Sistem ... 32

Kendali LQG ... 34

Kendali LQG dengan Aksi Integral ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

Analisis Sifat Sistem Gerak Longitudnal Pesawat39 Perancangan Kendali LQG ... 39

Simulasi dan Penarikan Kesimpulan ... 39

Penyusunan Laporan ... 40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 43

(14)

xiv

4.1 Persamaan Keadaan Gerak Longitudinal ... 43

4.2 Analisis Sifat Sistem ... 45

4.3 Perancangan Kendali LQG ... 49

4.4 Simulasi dengan Simulink MATLAB ... 51

4.4.1 Simulasi Sistem Awal (Real Plant) ... 52

4.4.2 Simulasi Sistem dengan Kendali LQG ... 53

4.4.3 Simulasi Sistem dengan Kendali LQG dengan Aksi Integral ... 55

4.5 Simulasi Gerak Longitudinal dengan Tracking Setpoint ... 58

4.6 Analisis Hasil Simulasi ... 59

BAB V PENUTUP ... 63

Kesimpulan... 63

Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN A ... 67

LAMPIRAN B ... 71

LAMPIRAN C ... 73

BIODATA PENULIS ... 77

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Pesawat Terbang ... 7

Gambar 2.2 Control Surface ... 8

Gambar 2.3 Gaya pada Pesawat Akibat Gravitasi Bumi ... 18

Gambar 2.4 Representasi Simulink Knedali LQG ... 36

Gambar 2.5 Representasi Kendali LQG dengan Aksi Integral .... 38

Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Penelitian ... 42

Gambar 4.1 Diagram Blok Sistem Linier ... 45

Gambar 4.2 Diagram Blok Sistem Awal ... 52

Gambar 4.3 Representasi dari Subsystem ... 52

Gambar 4.4 Hasil Simulasi Sistem Awal ... 53

Gambar 4.5 Diagram Blok Sistem dengan Kendali LQG ... 54

Gambar 4.6 Hasil Simulasi Kendali LQG ... 55

Gambar 4.7 Diagram Blok Kendali LQG ... 56

Gambar 4.8 Hasil Simulasi Kendali LQG dengan Aksi Integral . 57 Gambar 4.9 Setpoint untuk Uji Tracking... 58

Gambar 4.10 Hasil Uji Tracking Setpoint ... 59

Gambar 4.11 Representasi Gangguan Sistem ... 60

Gambar 4.12 Representasi Gangguan Pengukuran ... 60

(16)

xvi

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komponen arah gaya, momen, dan kecepatan sumbu

(x,y,z) ... 7

Tabel 2. Karakteristik Respon Sistem ... 57

(18)

xviii

(19)

xix DAFTAR SIMBOL

𝑃𝑃 : Kecepatan sudut pada sumbu x 𝑄𝑄 : Kecepatan sudut pada sumbu y 𝑅𝑅 : Kecepatan sudut pada sumbu z 𝑋𝑋 : Gaya pada sumbu x

𝑌𝑌 : Gaya pada sumbu y 𝑍𝑍 : Gaya pada sumbu z 𝐿𝐿 : Momen rolling 𝑀𝑀 : Momen pitching 𝑁𝑁 : Momen yawing 𝜑𝜑 : Sudut roll 𝜃𝜃 : Sudut pitch 𝜓𝜓 : Sudut yaw 𝛿𝛿

𝑒𝑒

: Defleksi elevator

𝑢𝑢 : Kecepatan searah sumbu x 𝑣𝑣 : Kecepatan searah sumbu y 𝑤𝑤 : Kecepatan searah sumbu z 𝒙𝒙 : Variabel keadaan

𝐴𝐴 : Matriks keadaan 𝐵𝐵 : Matriks masukan 𝐺𝐺 : Matriks gangguan 𝐶𝐶 : Matriks keluaran

𝝃𝝃 : Variabel gangguan sistem 𝒏𝒏 : Variabel gangguan keluaran 𝑢𝑢

𝑐𝑐

: Vektor control

𝑅𝑅

𝑐𝑐

: Kovarians gangguan keluaran 𝑄𝑄

𝑐𝑐

: Kovarians gangguan sistem 𝑃𝑃

𝑐𝑐

: Solusi ARE untuk gain Kalman 𝐾𝐾

𝑓𝑓

: Gain Kalman

𝑅𝑅

𝑏𝑏

: Matriks bobot masukan sistem

𝑄𝑄

𝑏𝑏

: Matriks bobot variable keadaan

𝑃𝑃

𝑏𝑏

: Solusi ARE untuk gain Regulator

(20)

xx 𝐾𝐾 : Gain Regulator 𝐾𝐾

𝑖𝑖

: Gain Integrator 𝑟𝑟 : Referensi setpoint

𝜀𝜀 : Error referensi dan variable estimasi yang diamati 𝜆𝜆 : Nilai eigen

𝑀𝑀

𝑐𝑐

: Matriks keterkendalian 𝑀𝑀

0

: Matriks kekontrolan

𝑹𝑹

𝒙𝒙,𝚽𝚽

: Matriks rotasi terhadap sumbu x

𝑹𝑹

𝒚𝒚,𝚯𝚯

: Matriks rotasi terhadap sumbu y

𝑹𝑹

𝒛𝒛,𝚿𝚿

: Matriks rotasi terhadap sumbu z

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang menjadi latar belakang dalam penyusunan Tugas Akhir. Kemudian permasalahan tersebut disusun kedalam suatu rumusan masalah.

Selanjutnya dipaparkan juga batasan masalah untuk memperoleh tujuan serta manfaat dari penulisan ini.

1.1 Latar Belakang

Sudah semestinya wilayah udara memiliki benteng pertahanan yang kuat demi mencapai kedaulatan negara. TNI AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara) dibentuk guna memperkuat wilayah pertahanan udara. Modal awal TNI AU adalah pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Cureng, Nishikoren, serta Hayabusha [1]. Pesawat-pesawat inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya TNI AU.

Pesawat tempur merupakan pesawat militer yang digunakan untuk berperang diudara yang umumnya berbentuk ramping, dapat bergerak lincah, membawa canon (senapan mesin) serta rudal dan bom, berkecepatan tinggi, dilengkapi dengan perlengkapan avionik yang lebih banyak daripada pesawat sipil/penumpang seperti radar yang mampu mendeteksi lawan dalam jarak jauh serta mengunci sasaran lawan [2]. Berbeda dengan pesawat komersil, pergerakan pesawat tempur sangatlah bebas, seperti berguling bahkan berputar-putar. Pesawat tempur dirancang untuk memiliki tugas misi, sehingga pesawat ini didesain dengan ukuran yang relatif lebih kecil, cepat, dan lincah [2].

Dalam melakukan tugas misinya, yaitu membidik sasaran/target, dibutuhkan kecepatan dan akurasi yang tepat.

Pesawat tempur memiliki manuver yang tinggi agar dapat bergerak

bebas di udara dan tepat mencapai sasarannya. Akibat dari

manuver pesawat yang tinggi ini menyebabkan sistem pesawat

(22)

memiliki kestabilan yang rendah [3]. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem kendali agar pesawat dapat bergerak stabil di udara dengan kecepatan tinggi.

Pada tahun 2015 terdapat penelitian yang membahas mengenai perancangan kendali pada gerak pesawat dengan mengikutsertakan gangguan yang bersifat stokastik [4]. Penelitian tersebut menggunakan metode yang sama yaitu LQG pada sistem yang bersifat stabil dengan hasil yang menyatakan bahwa simulasi step dan uji tracking keluaran sudut pitch selalu mengikuti setpoint yang diberikan. Penelitian tersebut yang menjadi acuan penulis untuk menerapkan metode LQG pada sistem gerak longitudinal pesawat tempur yang analisis sifat sistemnya menunjukkan bahwa tidak stabil [3] dengan variabel state meliputi kecepatan pada laju sudut pitch, kecepatan pada sumbu x, kecepatan pada sumbu z, dan sudut pitch, serta input pada sistem berupa defleksi elevator. Model gerak longitudinal yang digunakan penulis merupakan model yang sama dengan yang digunakan saat melakukan kerja praktek di PT.

DI (Dirgantara Indonesia).

Ada tiga gerak utama dalam pergerakan pesawat, yaitu pitching, rolling, dan yawing [5]. Dalam tugas akhir ini, gerakan yang ingin dikendalikan adalah gerakan pitching. Pitching adalah gerak naik-turunnya hidung pesawat yang membuat gerakan mendong4ak dan menukik pada pesawat. Surface control pada gerak pitch disebut elevator. Elevator terletak di horizontal stabilizer pada bagian ekor pesawat. Ketika elevator terdefleksi kebawah, bagian ekor akan terangkat, sehingga menghasilkan nose-down membuat pesawat cenderung bergerak kebawah.

Sebaliknya, ketika elevator terdefleksi keatas, ekor akan bergerak kebawah, sehingga menghasilkan nose-up dan membuat pesawat bergerak keatas [5].

Pada tugas akhir ini, dilakukan desain sistem kendali untuk

gerak longitudinal. Sistem kendali yang di desain dapat membuat

keluaran sudut pitch sesuai dengan setpoint yang diberikan serta

(23)

3

pesawat memiliki kestabilan terbang, yaitu bahwa sistem pesawat atau keluaran sistem yaitu sudut 𝜃𝜃 dapat selalu bergerak mengikuti setpoint yang diberikan. Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode Linear Quadratic Gaussian (LQG). Metode LQG adalah teknik kendali modern yang diimplementasikan dalam bentuk ruang dan waktu (statespace) yang digunakan untuk merancang dinamik optimal regulator [6]. Metode ini mengikutsertakan gain regulator serta estimator Kalman Filter.

Estimator yang diikutsertakan merupakan estimator optimal yang digunakan untuk mengatasi gangguan sistem yang bersifat stokastik. Perancangan kendali LQG pada pesawat tempur akan memiliki karakteritik respon sistem sesuai dengan yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis sifat sistem dari gerak longitudinal pada pesawat tempur?

2. Bagaimana merancang sistem kendali LQG pada gerak longitudinal pesawat tempur?

3. Bagaimana hasil simulasi dari sistem kendali LQG pada gerak longitudinal pesawat tempur?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Model dinamika pesawat tempur diturunkan dalam gerak longitudinal dalam bentuk persamaan keadaan (state space).

2. Matriks 𝐴𝐴 dan matriks 𝐵𝐵 diperoleh dari perusahaan yang memproduksi pesawat tempur dengan nilai sebagai berikut : 𝐴𝐴 = �

−0.1733

−32. .3385 169.0020

0.9996

0.0003

−0.0177

−0.0468 0

0.0009

−0.1039

−0.2849 0

−9.5647 0

−1.8386 0

� dan

(24)

𝐵𝐵 = �

0.8666

−0.5784 4.5895

0

3. Pergerakan pesawat dengan kecepatan 335 knots.

4. Estimator LQG yang digunakan adalah estimator Kalman Filter.

5. Variabel yang dikendalikan adalah sudut pitch.

1.4 Tujuan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui analisis sifat sistem dari gerak longitudinal pada pesawat tempur.

2. Untuk merancang sistem kendali LQG pada gerak longitudinal pesawat tempur.

3. Untuk mengetahui hasil simulasi dari sistem kendali LQG pada gerak longitudinal pesawat tempur.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari tugas akhir ini yaitu :

1. Penelitian tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi pada bidang ilmu sistem kendali optimal pada pesawat.

2. Hasil simulasi dapat dijadikan referensi untuk diimplementasikan ke perangkat keras (hardware) sistem kendali pada pesawat tempur.

3. Menambah wawasan bahwa ilmu Matematika dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

(25)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan ditunjukkan beberapa penelitian yang relevan dengan tema yang diambil. Selanjutnya diuraikan tentang sistem kendali permukaan (control surface) dan sistem sumbu pesawat yang digunakan dalam analisis gerak. Selain itu dijelaskan pula penurunan model matematika pesawat dalam bentuk persamaan keadaan serta teori kendali optimal yaitu LQG.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam proposal Tugas Akhir ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan tema yang diambil, diantaraya adalah penelitian dari Heri Purnawan pada tahun 2015 [7] mengenai desain LQR pada pesawat LSU-05 dengan kecepatan cruise sebesar 27,78 𝑚𝑚/𝑠𝑠. Pada penelitian ini, variabel yang dikendalikan adalah sudut pitch dan sudut roll, yaitu pada gerak longitudinal dan gerak lateral. Hasil simulasi pada penelitian tersebut menyatakan bahwa pengendali dapat mengatasi gangguan internal berupa perubahan parameter dan gangguan eksternal berdasarkan sinyal square dan sinyal impuls. Gangguan yang diikutsertakan adalah gangguan yang bersifat deterministik yaitu gangguan yang sudah diinisialisasi atau diketahui besar nilainya dan bersifat tetap. Namun, gangguan yang ada pada kondisi riil atau pada saat pesawat terbang melayang di udara adalah random atau gangguan yang bersifat stokastik.

Pada tahun 2016, Shaffiani Nurul Fajar melakukan

penelitian terhadap gerak longitudinal pesawat LSU-05 dengan

menggunaan metode LQG [4]. Penggunaan LQG

mengikutsertakan estimator Kalman Filter untuk mengestimasi

kesalahan keluaran yang terjadi akibat gangguan yang bersifat

stokastik. Penelitian ini menggunakan variabel state dan variabel

(26)

input yang sama dengan penelitian Heri Purnawan. Variabel state yang digunakan meliputi kecepatan linier, sudut serang, laju sudut pitch, dan sudut pitch, serta input pada sistem berupa defleksi elevator dan defleksi throttle. Analisis sistem awal pada penelitian tersebut menyatakan bahwa sistem stabil, terkendali, dan teramati serta dari hasil simulasi menyatakan bahwa keluaran sudut pitch selalu mengikuti setpoint yang diberikan, sehingga LQG dapat diterapkan pada sistem pesawat LSU-05.

Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Jisha Shaji dan Aswin R. B. pada tahun 2015 [8] yang membahas mengenai kontrol pitch dengan menggunakan metode LQR dan LQG. Variabel state pada penelitian ini meliputi sudut serang, laju sudut pitch, dan sudut pitch, serta input dari sistem berupa defleksi elevator. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penggunaan metode LQR memberikan hasil performansi lebih baik pada sistem tanpa noise tetapi pada sistem dengan noise kontrol LQG memiliki kemampuan lebih baik dalam mengendalikan sudut pitch pada sistem pesawat terbang.

Oleh karena itu, berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, penulis menerapkan metode LQG pada gerak longitudinal pesawat tempur untuk mengetahui hasil keluaran sudut pitch. Sebelum dilakukan penerapan metode, akan dijelaskan mengenai sistem sumbu pesawat.

2.2 Sistem Sumbu Pesawat

Sistem sumbu pesawat merupakan sistem sumbu badan

pesawat terhadap bumi [9]. Terdapat 3 bagian sistem sumbu

pesawat, yaitu 𝑋𝑋

𝐵𝐵

, 𝑌𝑌

𝐵𝐵

, dan 𝑍𝑍

𝐵𝐵

. Sumbu 𝑋𝑋

𝐵𝐵

adalah sumbu yang

terletak sepanjang sumbu longitudinal pesawat dan bernilai positif

apabila mengarah ke depan. Sumbu 𝑌𝑌

𝐵𝐵

adalah sumbu yang tegak

lurus pada bidang simetri dan bernilai positif ke arah kanan. Sumbu

𝑍𝑍

𝐵𝐵

adalah sumbu yang terletak pada bidang simetri tegak pesawat

(27)

7

dan bernilai positif apabila mengarah ke bawah. Sistem sumbu pesawat dapat dilihat pada Gambar 2.1 [9].

Gerak translasi pada pesawat diberikan oleh komponen kecepatan yaitu 𝑈𝑈, 𝑉𝑉, dan 𝑊𝑊 pada arah 𝑋𝑋

𝐵𝐵

, 𝑌𝑌

𝐵𝐵

, dan 𝑍𝑍

𝐵𝐵

. Gerak rotasi pada pesawat diberikan oleh komponen kecepatan sudut 𝑃𝑃, 𝑄𝑄, dan 𝑅𝑅. Kecepatan rotasi ini menyebabkan momen 𝐿𝐿, 𝑀𝑀, dan 𝑁𝑁, serta momen inersia 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

, 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

, dan 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

pada sumbu 𝑋𝑋

𝐵𝐵

, 𝑌𝑌

𝐵𝐵

, dan 𝑍𝑍

𝐵𝐵

. Gerak rotasi sepanjang sumbu 𝑋𝑋

𝐵𝐵

disebut dengan gerak roll, sepanjang sumbu 𝑌𝑌

𝐵𝐵

disebut dengan gerak pitch, dan sepanjang sumbu 𝑍𝑍

𝐵𝐵

disebut dengan gerak yaw. Perubahan gerak sudut pada pesawat diberikan oleh komponen 𝜙𝜙 (sudut roll), 𝜃𝜃 (sudut pitch), dan 𝜓𝜓 (sudut yaw). Berikut adalah tabel dari komponen-komponen gerak pesawat :

Tabel 1. Komponen arah gaya, momen, dan kecepatan sumbu (x,y,z)

Properties Roll 𝑥𝑥

𝑏𝑏

Pitch 𝑦𝑦

𝑏𝑏

Yaw 𝑧𝑧

𝑏𝑏

Kecepatan Sudut 𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝑅𝑅

Gambar 2.1 Struktur Pesawat Terbang

(28)

Kecepatan

Translasi 𝑈𝑈 𝑉𝑉 𝑊𝑊

Gaya Aerodynamic 𝑋𝑋 𝑌𝑌 𝑍𝑍

Momen

Aerodynamic 𝐿𝐿 𝑀𝑀 𝑁𝑁

Momen Inersia 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

Inersia Produk 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

Perubahan Sudut 𝜙𝜙 𝜃𝜃 𝜓𝜓

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai control surface yang ada pada pesawat.

2.3

Control Surface

Setiap pesawat memiliki control surface atau sistem kendali permukaan yang digunakan untuk menghasilkan gaya dan momen yang dibutuhkan untuk menghasilkan percepatan yang membuat pesawat terbang dengan tujuan yang ditentukan [9]. Pada umumnya, system kendali permukaan pada pesawat terdiri dari:

aileron, elevator, dan rudder. Posisi pada masing-masing komponen tersebut ditampilkan pada Gambar 2.2 [9].

Aileron merupakan kendali utama pada gerakan mengguling (rolling) dan terletak pada masing-masing sayap pesawat. Ketika pesawat berguling ke kanan, maka akan menyebabkan aileron sebelah kiri turun dan aileron sebelah kiri naik sehingga

Gambar 2.2 Control Surface

(29)

9

menyebabkan gaya angkat pada sayap kiri akan bertambah sedangkan gaya angkat pada sayap kanan berkurang, begitu juga sebaliknya apabila pesawat berguling ke arah kiri. Elevator merupakan kendali utama pada gerakan angguk (pitching) dan terletak pada horizontal stabilizer pesawat. Ketika pesawat akan melakukan pitch down, maka elevator akan turun kebawah. Hal ini menyebabkan gaya angkat pada ekor pesawat akan bertambah dan menyebabkan ekor pesawat naik serta hidung pesawat bergerak turun sehingga terjadi gerakan pitch down, begitu juga sebaliknya untuk gerakan pitch up . Rudder merupakan kendali utama pada gerakan menggeleng atau menggerakan hidung pesawat ke kanan dan ke kiri serta terletak pada vertical stabilizer pesawat. Jika pesawat akan berbelok ke kiri maka defleksi rudder akan mengarah ke kiri sehingga menyebabkan ekor pesawat bergerak ke kanan dan hidung pesawat bergerak ke kiri, begitu juga sebaliknya apabila pesawat akan bergerak ke kanan.

Transformasi Sumbu Pesawat

Transformasi sumbu dilakukan untuk mengetahui

kedudukan pesawat terhadap bumi. Transformasi dilakukan

dengan menggunakan metodde Euler angle (rotasi kekanan

bernilai positif) [9]. Barisan rotasi yang digunakan dalam dinamika

pesawat terbang adalah 3-2-1 atau 𝑧𝑧 − 𝑦𝑦 − 𝑥𝑥 dimana transformasi

dilakukan dimulai dari sumbu 𝑧𝑧, kemudian sumbu 𝑦𝑦, dan yang

terakhir sumbu 𝑥𝑥.

(30)

1. Rotasi terhadap sumbu 𝑍𝑍

𝐵𝐵

, bernilai positif jika hidung pesawat bergerak ke kanan (yaw Ψ).

Grafik hitam merupakan sumbu bumi, grafik merah merupakan sumbu pesawat menggeleng ke kanan atau melakukan gerak yaw sebesar Ψ. 𝐵𝐵 merupakan proyeksi badan pesawat terhadap sumbu bumi dan disumsikan 𝑍𝑍

𝐵𝐵′′′

= 𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

. Kemudian didapat :

𝑋𝑋

𝐵𝐵′′′

= 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾 𝑌𝑌

𝐵𝐵′′′

= 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾

dengan 𝑟𝑟 berada di sepanjang garis 𝐵𝐵.

𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

= 𝑟𝑟 cos(𝐾𝐾 + Ψ)

= 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾 cos Ψ − 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾 sin Ψ

= 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′′

cos Ψ − 𝑌𝑌

𝐵𝐵′′′

sin Ψ (2.1) 𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

= 𝑟𝑟 sin(𝐾𝐾 + Ψ)

= 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾 cos Ψ + 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾 sin Ψ

= 𝑌𝑌

𝐵𝐵′′′

cos Ψ + 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′′

sin Ψ (2.2) Jika persamaan (2.1) dan (2.2) dituliskan kembali dalam bentuk matriks, maka menjadi :

�𝑋𝑋 𝑌𝑌

𝐵𝐵𝐵𝐵′′′′

� = �cos Ψ − sin Ψ sin Ψ cos Ψ � � 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′′

𝑌𝑌

𝐵𝐵′′′

(31)

11

�𝑋𝑋 𝑌𝑌

𝐵𝐵𝐵𝐵′′′′′′

� = � cos Ψ sin Ψ

− sin Ψ cos Ψ� � 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

dengan menambahkan 𝑍𝑍

𝐵𝐵′′′

= 𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

maka dapat dituliskan kembali menjadi :

� 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′′

𝑌𝑌

𝐵𝐵′′′

𝑍𝑍

𝐵𝐵′′′

� = � cos Ψ sin Ψ 0

− sin Ψ cos Ψ 0 0 0 1 � � 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

Sehingga hasil matriks rotasi terhadap sumbu 𝑍𝑍

𝐵𝐵

adalah sebagai berikut :

𝑹𝑹

𝒛𝒛,𝚿𝚿

= � cos Ψ sin Ψ 0

− sin Ψ cos Ψ 0

0 0 1 �

2. Rotasi terahadap sumbu 𝑌𝑌

𝐵𝐵

, bernilai positif jika hidung pesawat bergerak ke atas (pitch Θ).

Grafik hitam merupakan sumbu bumi, grafik merah merupakan

sumbu pesawat mendongak ke atas atau melakukan gerak pitch

(32)

sebesar Θ. 𝐵𝐵 merupakan proyeksi badan pesawat terhadap sumbu bumi dan disumsikan 𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

= 𝑌𝑌

𝐵𝐵

. Kemudian didapat :

𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

= 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾 𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

= 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾

dengan 𝑟𝑟 berada di sepanjang garis 𝐵𝐵.

𝑋𝑋

𝐵𝐵

= 𝑟𝑟 sin(𝐾𝐾 + Θ)

= 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾 cos Θ + 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾 sin Θ

= 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

cos Θ − 𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

sin Θ (2.3) 𝑍𝑍

𝐵𝐵

= 𝑟𝑟 cos(𝐾𝐾 + Θ)

= 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾 cos Θ − 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾 sin Θ

= 𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

cos Θ − 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

sin Θ (2.4) Jika persamaan (2.3) dan (2.4) dituliskan kembali dalam bentuk matriks, maka menjadi :

�𝑋𝑋 𝑍𝑍

𝐵𝐵𝐵𝐵

� = � cos Θ sin Θ

−sin Θ cos Θ� � 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

�𝑋𝑋 𝑍𝑍

𝐵𝐵𝐵𝐵′′′′

� = �cos Θ − sin Θ sin Θ cos Θ � � 𝑋𝑋

𝐵𝐵

𝑍𝑍

𝐵𝐵

dengan menambahkan 𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

= 𝑌𝑌

𝐵𝐵

maka dapat dituliskan kembali menjadi :

� 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

� = � cos Θ 0 − sin Θ

0 1 0

sin Θ 0 cos Θ � � 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

Sehingga hasil matriks rotasi terhadap sumbu 𝑌𝑌

𝐵𝐵

adalah sebagai berikut :

𝑹𝑹

𝒀𝒀,𝚯𝚯

= � cos Θ 0 − sin Θ

0 1 0

sin Θ 0 cos Θ �

(33)

13

3. Rotas terhadap sumbu 𝑋𝑋

𝐵𝐵

, bernilai positif jika sayap kanan pesawat bergerak ke bawah (roll Φ).

Grafik hitam merupakan sumbu bumi, grafik merah merupakan sumbu pesawat mendongak ke atas atau melakukan gerak pitch sebesar Θ. 𝐵𝐵 merupakan proyeksi badan pesawat terhadap sumbu bumi dan disumsikan 𝑋𝑋

𝐵𝐵

= 𝑋𝑋

𝐵𝐵

. Kemudian didapat :

𝑌𝑌

𝐵𝐵

= 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾 𝑍𝑍

𝐵𝐵

= 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾

dengan 𝑟𝑟 berada di sepanjang garis 𝐵𝐵.

𝑌𝑌

𝐵𝐵

= 𝑟𝑟 cos(𝐾𝐾 + Φ)

= 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾 cos Φ − 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾 sin Φ

= 𝑌𝑌

𝐵𝐵

cos Φ − 𝑍𝑍

𝐵𝐵

sin ΘΦ (2.5) 𝑍𝑍

𝐵𝐵

= 𝑟𝑟 sin(𝐾𝐾 + Φ)

= 𝑟𝑟 sin 𝐾𝐾 cos Φ + 𝑟𝑟 cos 𝐾𝐾 sin Φ

= 𝑍𝑍

𝐵𝐵

cos Φ + 𝑌𝑌

𝐵𝐵

sin Φ (2.6) Jika persamaan (2.5) dan (2.6) dituliskan kembali dalam bentuk matriks, maka menjadi :

�𝑌𝑌 𝑍𝑍

𝐵𝐵𝐵𝐵

� = �cos Φ − sin Φ sin Φ cos Φ � � 𝑌𝑌

𝐵𝐵

𝑍𝑍

𝐵𝐵

(34)

�𝑌𝑌 𝑍𝑍

𝐵𝐵𝐵𝐵

� = � cos Φ sin Φ

− sin Φ cos Φ� � 𝑌𝑌

𝐵𝐵

𝑍𝑍

𝐵𝐵

dengan menambahkan 𝑋𝑋

𝐵𝐵

= 𝑋𝑋

𝐵𝐵

maka dapat dituliskan kembali menjadi :

� 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

� = � 1 0 0 0 cos Φ sin Φ 0 − sin Φ cos Φ � � 𝑋𝑋

𝐵𝐵′′

𝑌𝑌

𝐵𝐵′′

𝑍𝑍

𝐵𝐵′′

Sehingga hasil matriks rotasi terhadap sumbu 𝑌𝑌

𝐵𝐵

adalah sebagai berikut :

𝑹𝑹

𝑿𝑿,𝚽𝚽

= � 1 0 0

0 cos Φ sin Φ 0 − sin Φ cos Φ � Persamaan Kinematika Pesawat

Persamaan kinematika pesawat dibagi menjadi dua, yaitu terhadap translasi dan sudut terbang.

2.5.1 Persamaan Kinematika Translasi

Sudut Euler digunakan untuk mengetahui kedudukan pesawat terhadap bumi yang disajikan pada persamaan berikut [10]:

� 𝑋𝑋̇

𝐸𝐸

𝑌𝑌̇

𝐸𝐸

𝑍𝑍̇

𝐸𝐸

� = 𝑹𝑹

𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒏𝒏

� 𝑈𝑈

𝑊𝑊 𝑉𝑉 � = 𝑹𝑹

𝒛𝒛,𝚿𝚿

𝑹𝑹

𝒚𝒚,𝚯𝚯

𝑹𝑹

𝒙𝒙,𝚽𝚽

� 𝑈𝑈 𝑊𝑊 𝑉𝑉 �

dengan 𝑹𝑹

𝒛𝒛,𝚿𝚿

adalah matriks rotasi terhadap sumbu Z, 𝑹𝑹

𝒚𝒚,𝚯𝚯

adalah matriks rotasi terhadap sumbu Y, dan 𝑹𝑹

𝒙𝒙,𝚽𝚽

adalah matriks rotasi terhadap sumbu X. Selanjutnya, diuraikan menjadi :

� 𝑋𝑋̇𝐸𝐸

𝑌𝑌̇𝐸𝐸 𝑍𝑍̇𝐸𝐸

� = �cos 𝜓𝜓 sin 𝜓𝜓 0

− sin 𝜓𝜓 cos 𝜓𝜓 0

0 0 1� �cos 𝜃𝜃 0 −sin 𝜃𝜃

0 1 0

sin 𝜃𝜃 0 cos 𝜃𝜃� �

1 0 0

0 cos𝜙𝜙 sin 𝜙𝜙 0 − sin 𝜙𝜙 cos𝜙𝜙� �𝑈𝑈

𝑊𝑊𝑉𝑉�

(35)

15

�𝑋𝑋̇𝐸𝐸

𝑌𝑌̇𝐸𝐸

𝑍𝑍̇𝐸𝐸

� =

⎣⎢

⎢⎢

⎡ cos 𝜓𝜓 cos 𝜃𝜃 �cos 𝜓𝜓 sin 𝜃𝜃 sin 𝜙𝜙

+ sin 𝜓𝜓 cos 𝜙𝜙 � �−cos 𝜓𝜓 sin 𝜃𝜃 cos 𝜙𝜙 + sin 𝜓𝜓 sin 𝜙𝜙 �

−sin 𝜓𝜓 cos 𝜃𝜃 �sin 𝜓𝜓 sin 𝜃𝜃 sin 𝜙𝜙− cos 𝜓𝜓 cos 𝜙𝜙 � �sin 𝜓𝜓 sin 𝜃𝜃 cos 𝜙𝜙+ cos 𝜓𝜓 sin 𝜙𝜙 � sin 𝜃𝜃 −cos 𝜃𝜃 sin 𝜙𝜙 cos 𝜃𝜃 cos 𝜙𝜙 ⎦⎥⎥⎥⎤

�𝑈𝑈 𝑊𝑊𝑉𝑉�

2.5.2 Persamaan Kinematika Sudut Terbang

Untuk keperluan attitude pesawat dibutuhkan pengembagan persamaan untuk mentransformasikan sudut Euler (𝜙𝜙, 𝜃𝜃, 𝜓𝜓) pada sistem sumbu bumi ke dalam kecepatan sudut (𝑃𝑃, 𝑄𝑄, 𝑅𝑅) pada sistem sumbu badan pesawat. Hubungan sudut pergerakan Euler dan kecepatan angular pesawat ditunjukkan pada Gambar 2.3 [10].

Diberikan persamaan sebagai berikut :

� 𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝑅𝑅 � = � Φ̇

0 0 � + 𝑹𝑹

𝒙𝒙,𝚽𝚽𝑻𝑻

� 0

Θ̇ 0 � + 𝑹𝑹

𝒙𝒙,𝚽𝚽𝑻𝑻

𝑹𝑹

𝒚𝒚,𝚯𝚯𝑻𝑻

� 𝟎𝟎 𝚿𝚿̇ 𝟎𝟎 �

dimana 𝑹𝑹

𝒙𝒙,𝚽𝚽𝑻𝑻

adalah matriks hasil transformasi terhadap sumbu-x dan 𝑹𝑹

𝒛𝒛,𝚯𝚯𝑻𝑻

adalah matriks hasil transformasi sumbu-z. Kemudian dapat dituliskan menjadi :

𝑃𝑃 = Φ̇ − Ψ̇ sin 𝜃𝜃 (2.7)

𝑄𝑄 = Θ̇ cos Φ + Ψ̇ cos 𝜃𝜃̇ sin Φ (2.8) 𝑅𝑅 = −Θ̇ sin Φ + Ψ̇ cos 𝜃𝜃 cos Φ (2.9) dengan 𝜙𝜙, 𝜃𝜃, dan 𝜓𝜓 dirujuk sebagai sudut Euler serta 𝑃𝑃, 𝑄𝑄, dan 𝑅𝑅 sebagai kecepata sudut pesawat dengan satuan 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 � 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 .

Penurunan Persamaan Gerak Pesawat

Untuk memudahkan dalam proses penurunan persamaan keadaan, diberikan beberapa asumsi [9], antara lain :

• Pesawat adalah benda kaku yang terbang.

• Jarak antara tiap titik pada pesawat tidak berubah saat terbang.

• Kecepatan terbang pesawat adalah konstan.

(36)

2.6.1 Gerak Translasi

Gerak translasi pada pesawat adalah gerak yang searah pada sumbu 𝑥𝑥, 𝑦𝑦, dan z. Persamaan gerak translasi diperoleh melalui penurunan Hukum II Newton :

� 𝑭𝑭 = 𝑚𝑚 𝑟𝑟 (2.10)

dimana :

∑ 𝐹𝐹 : resultan gaya yang bekerja pada pesawat (𝑁𝑁) 𝑚𝑚 : massa dari elemen pesawat (𝑘𝑘𝑘𝑘)

𝑟𝑟 : percepatan translasi (𝑚𝑚/𝑠𝑠

2

) dengan,

� 𝑭𝑭 = 𝐹𝐹 + 𝐹𝐹

𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑖𝑖𝑔𝑔𝑦𝑦

dan 𝑟𝑟 =

𝑑𝑑𝑔𝑔𝑑𝑑

𝒗𝒗

𝑻𝑻

, sehingga :

� 𝑭𝑭 = 𝑚𝑚 𝒃𝒃 𝒃𝒃𝒅𝒅 (𝒗𝒗

𝑻𝑻

)

𝑬𝑬

dimana :

(𝒗𝒗

𝑻𝑻

)

𝑬𝑬

: kecepatan translasi pesawat terhadap bumi (𝑚𝑚/𝑠𝑠

2

) Representasi rata-rata perubahan 𝒗𝒗

𝑻𝑻

relative terhadap sistem sumbu bumi diberikan dalam persamaan berikut :

𝒃𝒃

𝒃𝒃𝒅𝒅 (𝒗𝒗

𝑻𝑻

)

𝑬𝑬

= 𝒃𝒃

𝒃𝒃𝒅𝒅 𝒗𝒗

𝑻𝑻

|

𝑩𝑩

+ 𝝎𝝎 × 𝒗𝒗

𝑻𝑻

Persamaan (2.10) berubah menjadi :

� 𝑭𝑭 = 𝑚𝑚 � 𝒃𝒃

𝒃𝒃𝒅𝒅 𝒗𝒗

𝑻𝑻

|

𝑩𝑩

+ 𝝎𝝎 × 𝒗𝒗

𝑻𝑻

� (2.11)

(37)

17

dimana :

𝝎𝝎 : kecepatan anguler pesawat �𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 � �

(𝒗𝒗

𝑻𝑻

)

𝑩𝑩

: kecepatan translasi pesawat terhadap sumbu badan (𝑚𝑚/𝑠𝑠

2

)

Jika kecepatan translasi dan anguer pesawat diketahui sebagai berikut :

𝒗𝒗

𝑇𝑇

= 𝒃𝒃𝑈𝑈 + 𝒋𝒋𝑉𝑉 + 𝒌𝒌𝑊𝑊

𝝎𝝎 = 𝒃𝒃𝑃𝑃 + 𝒋𝒋𝑄𝑄 + 𝒌𝒌𝑅𝑅 (2.12) dengan 𝒃𝒃, 𝒋𝒋, 𝒌𝒌 mempresentasikan vektor pada sumbu 𝑋𝑋

𝐵𝐵

, 𝑌𝑌

𝐵𝐵

, dan 𝑍𝑍

𝐵𝐵

, maka :

𝑟𝑟

𝑟𝑟𝑑𝑑 𝒗𝒗

𝑻𝑻

|

𝑩𝑩

= 𝒃𝒃𝑈𝑈̇ + 𝒋𝒋𝑉𝑉̇ + 𝒌𝒌𝑊𝑊̇ (2.13) dan operasi perkalian silang menghasilkan :

𝝎𝝎 × 𝒗𝒗

𝑻𝑻

= � 𝒃𝒃 𝒋𝒋 𝒌𝒌 𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝑅𝑅 𝑈𝑈 𝑉𝑉 𝑊𝑊 �

= 𝒃𝒃(𝑄𝑄 𝑊𝑊 − 𝑉𝑉 𝑅𝑅) + 𝒋𝒋(𝑈𝑈 𝑅𝑅 − 𝑃𝑃 𝑊𝑊) + 𝒌𝒌(𝑃𝑃 𝑉𝑉 − 𝑈𝑈 𝑄𝑄) (2.14) Subtitusi Persamaan (2.13) dan Persamaan (2.14) ke dalam Persamaan (2.11), sehingga diperoleh :

� 𝑭𝑭 = 𝑚𝑚 �𝒃𝒃�𝑈𝑈̇ + 𝑄𝑄 𝑊𝑊 − 𝑉𝑉 𝑅𝑅� + 𝒋𝒋�𝑉𝑉̇ + 𝑈𝑈 𝑅𝑅 − 𝑃𝑃 𝑊𝑊�

+ 𝒌𝒌�𝑊𝑊̇ + 𝑃𝑃 𝑉𝑉 − 𝑈𝑈 𝑄𝑄�� (2.15)

Pada Persamaan (8) dapat dituliskan kembali resultan gaya pada masing-masing sumbu sebagai berikut :

𝑭𝑭

𝒙𝒙

= 𝑚𝑚�𝑈𝑈̇ + 𝑄𝑄 𝑊𝑊 − 𝑉𝑉 𝑅𝑅�

(38)

𝑭𝑭

𝒚𝒚

= 𝑚𝑚�𝑉𝑉̇ + 𝑈𝑈 𝑅𝑅 − 𝑃𝑃 𝑊𝑊�

Gambar 2.4 menunjukkan gaya yang terjadi pada pesawat akibat gravitasi bumi dan disajikan pada persamaan berikut :

(𝑭𝑭

𝒙𝒙

)

𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑖𝑖𝑔𝑔𝑦𝑦

= −𝑚𝑚 𝑘𝑘 sin Θ

�𝑭𝑭

𝒚𝒚

𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑖𝑖𝑔𝑔𝑦𝑦

= 𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos Θ sin Φ (2.17)

(𝑭𝑭

𝒛𝒛

)

𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑖𝑖𝑔𝑔𝑦𝑦

= 𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos Θ cos Φ

dari Persamaan (2.16) dan (2.17), diperoleh : 𝑭𝑭

𝒛𝒛

= 𝑚𝑚�𝑊𝑊̇ + 𝑃𝑃 𝑉𝑉 − 𝑈𝑈 𝑄𝑄�

(2.16)

𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos 𝜙𝜙 𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos 𝜃𝜃 cos 𝜙𝜙

𝑌𝑌

𝑍𝑍 𝜙𝜙

𝜙𝜙 𝜙𝜙

𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos 𝜃𝜃 sin 𝜙𝜙 𝑍𝑍

𝑋𝑋 𝜃𝜃

𝜃𝜃 𝑚𝑚 𝑘𝑘 𝑚𝑚 𝑘𝑘 sin 𝜃𝜃

Gambar 2.3 Gaya pada Pesawat Akibat

Gravitasi Bumi

(39)

19

∑ 𝑭𝑭

𝑥𝑥

= 𝑭𝑭

𝒙𝒙

+ (𝑭𝑭

𝒙𝒙

)

𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑖𝑖𝑔𝑔𝑦𝑦

= 𝑚𝑚(𝑈𝑈̇ + 𝑄𝑄𝑊𝑊 − 𝑅𝑅𝑉𝑉)

∑ 𝑭𝑭

𝒚𝒚

= 𝑭𝑭

𝒚𝒚

+ �𝑭𝑭

𝒚𝒚

𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑖𝑖𝑔𝑔𝑦𝑦

= 𝑚𝑚(𝑉𝑉̇ + 𝑅𝑅𝑈𝑈 − 𝑃𝑃𝑊𝑊)

∑ 𝑭𝑭

𝒛𝒛

= 𝑭𝑭

𝒛𝒛

+ (𝑭𝑭

𝒛𝒛

)

𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑖𝑖𝑔𝑔𝑦𝑦

= 𝑚𝑚(𝑊𝑊̇ + 𝑃𝑃𝑉𝑉 − 𝑄𝑄𝑈𝑈) atau dapat ditulis kembali menjadi :

𝑭𝑭

𝒙𝒙

− 𝑚𝑚 𝑘𝑘 sin Θ = 𝑚𝑚�𝑈𝑈̇ + 𝑄𝑄𝑊𝑊 − 𝑅𝑅𝑉𝑉�

𝑭𝑭

𝒚𝒚

+ 𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos Θ sin Φ = 𝑚𝑚�𝑉𝑉̇ + 𝑅𝑅𝑈𝑈 − 𝑃𝑃𝑊𝑊�

𝑭𝑭

𝒛𝒛

+ 𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos Θ cos Φ = 𝑚𝑚(𝑊𝑊̇ + 𝑃𝑃𝑉𝑉 − 𝑄𝑄𝑈𝑈)

karena 𝑭𝑭

𝒙𝒙

= 𝑿𝑿, 𝑭𝑭

𝒚𝒚

= 𝒀𝒀, 𝑭𝑭

𝒛𝒛

= 𝒁𝒁, maka persamaan gaya pada sumbu (x,y,z) menjadi :

𝑿𝑿 − 𝑚𝑚 𝑘𝑘 sin Θ = 𝑚𝑚�𝑈𝑈̇ + 𝑄𝑄𝑊𝑊 − 𝑅𝑅𝑉𝑉�

𝒀𝒀 + 𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos Θ sin Φ = 𝑚𝑚�𝑉𝑉̇ + 𝑅𝑅𝑈𝑈 − 𝑃𝑃𝑊𝑊�

𝒁𝒁 + 𝑚𝑚 𝑘𝑘 cos Θ cos Φ = 𝑚𝑚(𝑊𝑊̇ + 𝑃𝑃𝑉𝑉 − 𝑄𝑄𝑈𝑈) atau dapat ditulis kembali menjadi :

𝑿𝑿 = 𝑚𝑚�𝑈𝑈̇ + 𝑄𝑄𝑊𝑊 − 𝑅𝑅𝑉𝑉 + 𝑘𝑘 sin Θ� (2.18) 𝒀𝒀 = 𝑚𝑚�𝑉𝑉̇ + 𝑅𝑅𝑈𝑈 − 𝑃𝑃𝑊𝑊 − 𝑘𝑘 cos Θ sin Φ� (2.19) 𝒁𝒁 = 𝑚𝑚(𝑊𝑊̇ + 𝑃𝑃𝑉𝑉 − 𝑄𝑄𝑈𝑈 − 𝑘𝑘 cos Θ cos Φ) (2.20) Persamaan (12), (13), dan (14) merupakan gaya aerodinamika pada masing-masing sumbu.

2.6.2 Gerak Rotasi

Gerak rotasi pada pesawat adalah gerak untuk melakukan rolling, pitching, dan yawing. Saat melakukan rotasi, dihasilkan momen anguler pesawat yang berfungsi untuk mengetahui kecepatan rotasi pesawat.

Momen angular didefinisikan sebagai berikut :

(40)

𝐻𝐻 = 𝐼𝐼 𝜔𝜔 (2.21) dimana :

𝐻𝐻 : momen anguler pesawat �𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

2 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑑𝑑𝑠𝑠𝑒𝑒𝑐𝑐

� 𝐼𝐼 : momen inersia (𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

2

)

𝜔𝜔 : kecepatan sudut �

𝑠𝑠𝑒𝑒𝑐𝑐𝑐𝑐𝑔𝑔𝑔𝑔𝑑𝑑

Serta didefinisikan persamaan torsi sebagai berikut : 𝑴𝑴 = 𝑟𝑟

𝑟𝑟𝑑𝑑 𝑯𝑯 + 𝝎𝝎 × 𝑯𝑯

(2.22) Subtitusi Persamaan (2.21) ke Persamaan (2.22), sehingga diperoleh :

𝑴𝑴 =

𝒃𝒃𝒅𝒅𝒃𝒃

(𝑰𝑰 𝝎𝝎) + 𝝎𝝎 × 𝑯𝑯

= 𝑰𝑰 𝑟𝑟

𝑟𝑟𝑑𝑑 (𝝎𝝎 + 𝝎𝝎 × 𝝎𝝎) + 𝝎𝝎 × 𝑯𝑯 (2.23) dimana 𝑴𝑴 adalah torsi dengan satuan �𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

2 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑑𝑑𝑠𝑠𝑒𝑒𝑐𝑐

� dan nilai dari 𝝎𝝎 × 𝝎𝝎 = 0 serta dari Persamaan (2.12) diperoleh :

𝑟𝑟

𝑟𝑟𝑑𝑑 𝝎𝝎 = 𝒃𝒃𝑃𝑃 ̇ + 𝒋𝒋𝑄𝑄̇ + 𝒌𝒌𝑅𝑅̇

Matriks inersia didefinisikan sebagai berikut : 𝑰𝑰 = �

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

−𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

−𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

� Selanjutnya akan dicari nilai ℎ

𝑥𝑥

, ℎ

𝑦𝑦

, dan ℎ

𝑧𝑧

:

𝑯𝑯 = 𝑰𝑰 𝝎𝝎 = �

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

−𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

−𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

� � 𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝑅𝑅 � = �

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

𝑃𝑃 − 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

𝑄𝑄 − 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑅𝑅

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

𝑃𝑃 + 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

𝑄𝑄 − 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

𝑅𝑅

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑃𝑃 − 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

𝑄𝑄 + 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

𝑅𝑅 �

(41)

21

Sehingga diperoleh :

𝒉𝒉

𝒙𝒙

= 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

𝑃𝑃 − 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

𝑄𝑄 − 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑅𝑅 (2.24) 𝒉𝒉

𝒚𝒚

= −𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

𝑃𝑃 + 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

𝑄𝑄 − 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

𝑅𝑅 (2.25) 𝒉𝒉

𝒛𝒛

= −𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑃𝑃 − 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

𝑄𝑄 + 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

𝑅𝑅 (2.26) Secara umum, pesawat adalah simetri terhadap bidang X-Z dan akibatnya 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑦𝑦

= 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑧𝑧

= 0. Oleh karena itu, Persamaan (2.24), (2.25), dan (2.26) ditulis kembali menjadi :

𝒉𝒉

𝒙𝒙

= 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

𝑃𝑃 − 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑅𝑅 𝒉𝒉

𝒚𝒚

= 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

𝑄𝑄

𝒉𝒉

𝒛𝒛

= −𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑃𝑃 + 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

𝑅𝑅 Selanjutnya, nilai dari :

𝑰𝑰 𝑟𝑟 𝑟𝑟𝑑𝑑 𝝎𝝎 = �

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

𝑃𝑃̇ − 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑅𝑅̇

𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

𝑄𝑄̇

−𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑃𝑃̇ + 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

𝑅𝑅̇

� (2.27)

dan

𝝎𝝎 × 𝑯𝑯 = � 𝒃𝒃 𝒋𝒋 𝒌𝒌 𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝑅𝑅 𝒉𝒉

𝒙𝒙

𝒉𝒉

𝒚𝒚

𝒉𝒉

𝒛𝒛

� = �

𝒃𝒃 𝒋𝒋 𝒌𝒌

𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝑅𝑅

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

𝑃𝑃̇ − 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑅𝑅̇ 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

𝑄𝑄̇ −𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

𝑃𝑃̇ + 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

𝑅𝑅̇ �

= �−𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

− 𝑅𝑅 𝑄𝑄 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

+ 𝑅𝑅 𝑄𝑄 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

�𝒃𝒃

+ (𝑃𝑃 𝑅𝑅 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

− 𝑅𝑅

2

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑃𝑃

2

𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

− 𝑃𝑃 𝑅𝑅𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

)𝒋𝒋 +�𝑄𝑄 𝑅𝑅 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

− 𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

+ 𝑃𝑃 𝑄𝑄 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

� (2.28) Subtitusikan Persamaan (2.27) dan Persamaan (2.28) ke dalam Persamaan (2.23), sehingga diperoleh :

𝑴𝑴 = 𝑰𝑰

𝒃𝒃𝒅𝒅𝒃𝒃

(𝝎𝝎 + 𝝎𝝎 × 𝝎𝝎) + 𝝎𝝎 × 𝑯𝑯

(42)

= �𝑃𝑃̇ 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

− �𝑅𝑅̇ + 𝑃𝑃 𝑄𝑄�𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑄𝑄 𝑅𝑅 �𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

− 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

�� 𝒃𝒃

+ �𝑄𝑄 ̇𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

+ (𝑃𝑃

2

− 𝑅𝑅

2

)𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑃𝑃 𝑅𝑅(𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

− 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

)� 𝒋𝒋 (2.29) +�𝑅𝑅 ̇𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

− 𝑃𝑃̇𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑃𝑃 𝑄𝑄 �𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

− 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

� + 𝑅𝑅 𝑄𝑄 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

�𝒌𝒌

atau Persamaan (23) dapat ditulis menjadi :

𝑴𝑴

𝒙𝒙

= 𝑃𝑃̇ 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

− �𝑅𝑅̇ + 𝑃𝑃 𝑄𝑄�𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑄𝑄 𝑅𝑅 �𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

− 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

� (2.30) 𝑴𝑴

𝒚𝒚

= 𝑄𝑄 ̇𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

+ (𝑃𝑃

2

− 𝑅𝑅

2

)𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑃𝑃 𝑅𝑅(𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

− 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

) (2.31) 𝑴𝑴

𝒛𝒛

= 𝑅𝑅 ̇𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

− 𝑃𝑃̇𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑃𝑃 𝑄𝑄 �𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

− 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

� + 𝑅𝑅 𝑄𝑄 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

(2.32) dimana 𝑴𝑴

𝒙𝒙

, 𝑴𝑴

𝒚𝒚

, dan 𝑴𝑴

𝒛𝒛

adalah komponen-komponen dari 𝑴𝑴.

Secara umum dapat dinotasikan bahwa 𝑴𝑴

𝒙𝒙

= 𝑳𝑳, 𝑴𝑴

𝒚𝒚

= 𝑴𝑴, dan 𝑴𝑴

𝒛𝒛

= 𝑵𝑵 yang merupakan momen roll, pitch, dan yaw. Oleh karena itu, Persamaan (24), (25), dan (26) menjadi :

𝑳𝑳 = 𝑃𝑃̇ 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

− �𝑅𝑅̇ + 𝑃𝑃 𝑄𝑄�𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑄𝑄 𝑅𝑅 �𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

− 𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

� (2.33) 𝑴𝑴 = 𝑄𝑄 ̇𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

+ (𝑃𝑃

2

− 𝑅𝑅

2

)𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑃𝑃 𝑅𝑅(𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

− 𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

) (2.34) 𝑵𝑵 = 𝑅𝑅 ̇𝐼𝐼

𝑧𝑧𝑧𝑧

− 𝑃𝑃̇𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

+ 𝑃𝑃 𝑄𝑄 �𝐼𝐼

𝑦𝑦𝑦𝑦

− 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑥𝑥

� + 𝑅𝑅 𝑄𝑄 𝐼𝐼

𝑥𝑥𝑧𝑧

(2.35) 2.6.3 Linierisasi

Persamaan (2.7)-(2.9), (2.18)-(2.20), dan (2.33)-(2.35) merupakan gaya-gaya yang bekerja pada pesawat serta semua persamaan tersebut adalah non-linier sehingga perlu dilakukan linierisasi dengan menggunakan small perturbation theorm (teori gangguan kecil) untuk kemudian dapat dituliskan ke dalam persamaan ruang keadaan [11].

Dalam hal ini semua variabel diasumsikan memiliki gangguan sehingga dapat dituliskan :

𝑋𝑋 = 𝑋𝑋

0

+ 𝑥𝑥 𝑌𝑌 = 𝑌𝑌

0

+ 𝑦𝑦 𝑍𝑍 = 𝑍𝑍

0

+ 𝑧𝑧

𝑈𝑈 = 𝑈𝑈

0

+ 𝑢𝑢 𝑉𝑉 = 𝑉𝑉

0

+ 𝑣𝑣 𝑊𝑊 = 𝑊𝑊

0

+ 𝑤𝑤

𝑃𝑃 = 𝑃𝑃

0

+ 𝑝𝑝 𝑄𝑄 = 𝑄𝑄

0

+ 𝑞𝑞 𝑅𝑅 = 𝑅𝑅

0

+ 𝑟𝑟

𝐿𝐿 = 𝐿𝐿

0

+ 𝑙𝑙 𝑀𝑀 = 𝑀𝑀

0

+ 𝑚𝑚 𝑁𝑁 = 𝑁𝑁

0

+ 𝑛𝑛

Φ = Φ

0

+ 𝜙𝜙 Θ = Θ

0

+ 𝜃𝜃 Ψ = Ψ

0

+ 𝜓𝜓

(43)

23

dengan [ ]

0

adalah kondisi awal dan huruf kecil adalah gangguan.

Apabila semua variabel mendapat gangguan dan mengalami perubahan maka Persamaan (2.18)-(2.20) menjadi :

𝑋𝑋

0

+ 𝑥𝑥 = 𝑚𝑚 ��𝑈𝑈̇

0

+ 𝑢𝑢̇� + (𝑄𝑄

0

+ 𝑞𝑞)(𝑊𝑊

0

+ 𝑤𝑤) −

(𝑅𝑅

0

+ 𝑟𝑟) (𝑉𝑉

0

+ 𝑣𝑣) − 𝑘𝑘 sin(Θ

0

+ 𝜃𝜃)� (2.36) 𝑌𝑌

0

+ 𝑦𝑦 = 𝑚𝑚 ��𝑉𝑉̇

0

+ 𝑣𝑣̇� + (𝑅𝑅

0

+ 𝑟𝑟)(𝑈𝑈

0

+ 𝑢𝑢) −

(𝑃𝑃

0

+ 𝑝𝑝) (𝑊𝑊

0

+ 𝑤𝑤) + 𝑘𝑘 cos(Θ

0

+ 𝜃𝜃) sin(Φ

0

+ 𝜙𝜙)�

(2.37)

𝑍𝑍

0

+ 𝑧𝑧 = 𝑚𝑚 ��𝑊𝑊̇

0

+ 𝑤𝑤̇� + (𝑃𝑃

0

+ 𝑝𝑝)(𝑉𝑉

0

+ 𝑣𝑣) − (𝑄𝑄

0

+ 𝑞𝑞) (𝑈𝑈

0

+ 𝑢𝑢) + 𝑘𝑘 cos(Θ

0

+ 𝜃𝜃) cos(Φ

0

+ 𝜙𝜙)�

(2.38)

atau Persamaan (2.36)-(2.38) dapat ditulis menjadi : 𝑋𝑋

0

+ 𝑥𝑥 = 𝑚𝑚 ��𝑈𝑈̇

0

+ 𝑢𝑢̇� + 𝑄𝑄

0

𝑊𝑊

0

+ 𝑞𝑞 𝑊𝑊

0

+ 𝑄𝑄

0

𝑤𝑤 +

𝑞𝑞 𝑤𝑤 − 𝑅𝑅

0

𝑉𝑉

0

− 𝑟𝑟 𝑉𝑉

0

− 𝑅𝑅

0

𝑣𝑣 − 𝑟𝑟 𝑣𝑣 −

𝑘𝑘(sin Θ

0

cos 𝜃𝜃 + cos Θ

0

sin 𝜃𝜃)� (2.39) 𝑌𝑌

0

+ 𝑦𝑦 = 𝑚𝑚 ��𝑉𝑉̇

0

+ 𝑣𝑣̇� + 𝑅𝑅

0

𝑈𝑈

0

+ 𝑟𝑟 𝑈𝑈

0

+ 𝑅𝑅

0

𝑢𝑢 +

𝑟𝑟 𝑢𝑢 − 𝑃𝑃

0

𝑊𝑊

0

− 𝑝𝑝 𝑊𝑊

0

− 𝑃𝑃

0

𝑤𝑤 − 𝑝𝑝 𝑤𝑤 +

𝑘𝑘(cos Θ

0

cos 𝜃𝜃 − sin Θ

0

sin 𝜃𝜃)(sin Φ

0

cos 𝜙𝜙 + cos Φ

0

sin 𝜙𝜙)�

(2.40)

𝑍𝑍

0

+ 𝑧𝑧 = 𝑚𝑚 ��𝑊𝑊̇

0

+ 𝑤𝑤̇� + 𝑃𝑃

0

𝑉𝑉

0

+ 𝑝𝑝 𝑉𝑉

0

+ 𝑃𝑃

0

𝑣𝑣 + 𝑝𝑝 𝑣𝑣 − 𝑄𝑄

0

𝑈𝑈

0

− 𝑞𝑞 𝑈𝑈

0

− 𝑄𝑄

0

𝑢𝑢 − 𝑞𝑞 𝑢𝑢 +

𝑘𝑘(cos Θ

0

cos 𝜃𝜃 − sin Θ

0

sin 𝜃𝜃)(cos Φ

0

cos 𝜙𝜙 − sin Φ

0

sin 𝜙𝜙)�

(2.41)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keuntungan usahatani jagung bagi petani sampel di Kelurahan Tenilo dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi pada

Pada era modern ini perkembangan teknologi sangat pesat, terutama teknologi komputer yang dikenal oleh semua kalangan, bahkan anak kecil pun sudah mengenal dunia

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan strategi branding SMK IT Smart Informatika Surakarta dan SMK Muhammadiyah 4 Surakarta dalam menghadapi persaingan

PPL yang dilaksanakan mahasiswa UNY merupakan kegiatan kependidikan intrakulikuler. Namun, dalam pelaksanaannya melibatkan banyak unsur yang terkait. Oleh karena itu,

Titik Kismiyati dalam paparannya mengenai Standar Kompetensi Perpustakaan menjelaskan “orang yang kompeten adalah orang yang men- guasai pekerjaannya dan memiliki motivasi,

Berdasarkan hasil uji tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi yang dimediasi oleh

Pengecualian berlaku bagi perjanjian jaminan fidusia, berupa piutang yang telah ada sebelum berlakunya undang- undang jaminan fidusia, alasan mengapa undang- undang jaminan