HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36
PADA PASIEN HEMODIALISIS REGULER
TESIS
Oleh
BANGUN TUA SIREGAR NIM : 107101015
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36
PADA PASIEN HEMODIALISIS REGULER
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Penyakit Dalam dan Spesialis Penyakit Dalam dalam Program Studi Ilmu Penyakit Dalam pada
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
BANGUN TUA SIREGAR NIM : 107101015
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis
: HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM
DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN HEMODIALISIS REGULER
Nama Mahasiswa : BANGUN TUA SIREGAR
Nomor Induk Mahasiswa : 107101015
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik- Spesialis Konsenterasi : Ilmu Penyakit Dalam
Menyetujui, Komisi Pembimbing
dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH
Pembimbing Tesis I Pembimbing Tesis II dr.Syafrizal Nasution, Sp.PD
Sekretaris Program Studi Sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam
dr.Zainal Safri, SpPD,SpJP
Judul Tesis
: HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM
DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIENHEMODIALISIS REGULER
Nama Mahasiswa : BANGUN TUA SIREGAR
Nomor Induk Mahasiswa : 107101015
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik- Spesialis Konsenterasi : Ilmu Penyakit Dalam
Menyetujui, Komisi Pembimbing
dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH
Ketua Anggota
dr.Syafrizal Nasution, SpPD
Program Studi Magister Kedokteran Klinik Dekan Sekrtaris Program Studi
dr.Murniati Manik,MSc,Sp.KK,Sp.GK
NIP.19530719198003 2 001 NIP.19540220 198011 001
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : BANGUN TUA SIREGAR
NIM : 107101015
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Bangun Tua Siregar
NIM : 107101015
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Ilmu Penyakit Dalam
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:
HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN
HEMODIALISIS REGULER
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan Pada Tanggal :
Yang menyatakan
Telah diuji dan Lulus
Pada tanggal : 29 Oktober 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : DR. dr. Dharma Lindarto, Sp. PD. KEMD Anggota : dr. Refli Hasan, Sp.PD. Sp JP (K)
Abstrak
HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN
HEMODIALISIS REGULER
Bangun TuaSiregar, SyafrizalNasution, AbdurrahimLubis Divisi NefrologidanHipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan
Latar Belakang--- Pasien hemodialisis reguler sering menunjukkan fluktuasi kualitas hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi volume cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidupberhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Selamalebihdari 20 tahunterakhir, sejumlahtekniktelahdigunakanuntuk yang terjadi.Salah satu teknik adalah dengan modeling Natrium yaitu dengan memodifikasi konsentrasi Natrium dialisat saat tindakan hemodialisis.Kadar Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui system pada mesin hemodialisis.
Tujuan---Untuk mengetahui hubungan modifikasi Natrium dialisat dengan kualitas hidup yang diukur dengan SF-36 pada pasien hemodialisis
Metode --- Penelitiandilakukanpada 54 pasienpenyakitginjalkronik yang menjalanihemodialisis di ruangInstalansiHemodialisis RSUP H.Adam Malik, keseluruhanpasiendilakukanpemeriksaankadarNatrium serum, pengisiankuesioner SF-36 (menilaikualitashidup) sebelumdansesudahmodifikasiNatriumdialisat. Selanjutnya dianalisis perbedaan serta korelasinya.
Hasil----
Dijumpaihubungankorelasisangatkuatpadakelompokmodifikasiantaraskorkualitas hidup SF-36 dimensikesehatanfisikdenganmodifikasiNatriumdialisatdengannilai r=0,869. Sedangkanskorkualitashidup SF-36 dimensikesehatan mental berkorelasisedangdenganmodifikasiNatriumdialisatdengannilai r=0,339. Begitu juga pada kelompok control didapati korelasi sangat kuat antara skorkualitashidup SF-36 dimensikesehatanfisikdan mental berkorelasi sangat kuat dengan modifikasi Natrium dialisat dengan nilai r=0,932 dan nilai r=0,870.
Kesimpulan---Pada penelitian ini didapati hubungan korelasi yang positif antara modifikasi Natrium dialisat dengan kualitas hidup dimensi kesehatan fisikdan mental padapasienhemodialisis
Abstract
THECORRELATION BETWEEN SODIUM DIALYSATE MODIFICATION AND QUALITY OF LIFE MEASURED BY SF-36
IN REGULAR HEMODIALYSIS PATIENTS
Bangun Tua Siregar, SyafrizalNasution,Abdurrahim Rasyid Lubis Nephrology and Hypertension Division, Department of Internal Medicine Faculty of Medicine North Sumatera University/Adam Malik Hospital, Medan
Background --- Regular hemodialysis patientsfrequently showed fluctuation of quality of life influenced by several factors such as anaemia, age, body water volume regulation, nutritionalstatus and others. The management of regular hemodialysis patients, besides adequate hemodialysis treatment, measurement of quality of life were also important. Quality of life were associated with morbidity and mortality. More than 20 years, several techniques had been used to reduced the intradialytic symptoms. One of those were sodium modellingby modification of sodium dialysate concentration during hemodialysis session. Sodium dialysate concentration can be regulated by manually and automatically through hemodialysis machine.
Objective--- To evaluate the association of Sodium dialysate modification and Quality of life measured by SF-36 in hemodialysis patients.
Method --- We recruited 54 chronic hemodialysis patients in Hemodialysis Center at Adam Malik hospital. Blood sample for sodium serum were taken and quality of life measurement by SF-36 questioneir before and after sodium dialysate modification was performed to all subjects. Then to evaluate the difference and correlation.
Results --- Positive significant correlation found in modification group between physical and mental health dimension score and sodium dialysate modification with r=0,864 and r=0,594. In control group, positive correlation found between physical and mental health dimension score between sodium dialysate modification with r=0,918 and r=0,890.
Conclusion --- There was positive significant correlation between Sodium dialysate modification and physical and mental health dimension from quality of life in hemodialysis patients.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga senantiasa penulis panjatkankehadirat
Allah SWTyang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan
Magister Kedokteran Klinik Ilmu Penyakit Dalam di FK-USU / RSUP H. Adam
Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak
di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan rasa hormat,
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar Sp.PD-KGEH yang telah memberikan izin dan menerima penulis untuk mengikuti Program Magister Penyakit Dalam di FK USU.
2. (Alm) dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGHdandr. Refli Hasan, Sp.PD,Sp.JP(K)selaku Kepala dan Sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang
telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
3. (Alm) dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH, dandr. Zainal Safri, Sp.PD,Sp.JP selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam FK-USU yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan tesis ini.
4. dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD-KGHselaku Kepala Divisi Nefrologi dan Hipertensi serta dr. Syafrizal Nasution, SpPD selaku pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan,bantuan serta
saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian
membimbing penulis sampai selesainya karya tulis ini. Terima kasih yang
tak terhingga penulis ucapkan.
5. Prof dr. OK. Moehadsyah, Sp.PD-KR,yangtelah bersedia memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti ujian masuk Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam serta bimbingan dan
arahan untuk terus berjuang agar penulis bisa mengikuti pendidikan ini.
6. Para guru besar, Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, Prof. Dr. Bachtiar Fanani Lubis, Sp.PD-KHOM, Prof. Dr. Habibah Hanum, Sp.PD-Kpsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD-KKV, Prof. Dr. Azhar Tanjung, KP-KAI-Sp.MK, Prof. Dr. OK Moehad Sjah, Sp.PD-KR, Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, Sp.PD-KGEH, Prof. Dr. M Yusuf Nasution, Sp.PD-KGH, Prof. Dr. Abdul Majid, Sp.PD-KKV, Prof. Dr. Azmi S Kar, KHOM, Prof. dr. Gontar A. Siregar Sp.PD-KGEH, Prof. Dr. Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K), Prof. Dr. Harun Al Rasyid Damanik, Sp.PD-KGK, yang telah memberikan bimbingan dan teladan selama penulis menjalani pendidikan.
7. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam
Malik/ RSU Pirngadi Medan, para guru penulis selama proses pendidikan:
Dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH (alm), Dr. Salli Roseffi Nasution, Sp.PD-KGH (Alm),Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH,
Abraham, Sp.PD, Dr. Meutia Sayuti, Sp.PD, Dr. Jerahim Tarigan, Sp.PD, Dr. Calvin Damanik, Sp.PD, Dr. Soegiarto Gani, Sp.PD, Dr. Ilhamd, Sp.PD, Dr. Religius Pinem, Sp.PD, Dr. Elyas Tarigan, Sp.PD, Dr. Fransiskus Ginting, Sp.PD, Dr. Alwi Thamrin Nasution, Sp.PD, Sp.PD, Dr. Imelda Rey, Sp.PD, Dr. Deske Muhadi, Sp.PD, Dr. Melati Sylvani Nasution, Sp.PD, Dr Aron M Pase, Sp.PD, Dr. Dewi Murni Sartika, Sp.PD, Dr Medina, Sp.PD, Dr. Restuti Saragih, Sp.PD, Dr. Dina Aprilia Sp.PD, Dr. Sumi Ramadhani, Sp.PD, Dr Anita Rosari, Sp.PD, Dr. Taufik Sungkar, Sp.PD, Dr. Zulkhairi, Sp.PD, Dr. Adlin, Sp.PD, Dr. Radar Radius Tarigan, Sp.PD, Dr Wika Lubis, Sp.PD, dan
Dr. Riri Andri Muzasti, Sp.PD.
8. dr. Taufik Ashar M.K.M, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis
dalam penyusunan tesis ini.
9. Teman-teman seangkatanpenulis dr.Eva R,dr.Dedi,dr.Erlinda, dr.Hendra, dr.Amaluddin, dr. Faisal, dr. Martin, dr. Siti Fatimah, dr.Nurfatimah, dr.Johannes, dr. Welly, dr. Mira, dr. Nanda, dr.Josep, dr.Fadly, dr.sheenayang memberikan dorongan semangat serta rekan
dan seluruh rekan seperjuangan peserta PPDS yang telah mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan dan kerja sama dalam menjalani
kehidupan sebagai residen.
10.Seluruh Perawat Ruang Hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan teman sejawat stase nefrologi dan Hipertensi, tanpa bantuan mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
11.Kepada Syarifuddin Abdullah, Leli H. Nasution, Erjan Ginting, Tika, Fitri, Deni, Wanti, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Sembah sujud dan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada
kedua orang tua penulis, Ayahanda (Alm) H. Ahmad Siregar dan Ibunda
Hj. Siti Hawa Rambe atas segala jerih payah, pengorbanan, dan kasih sayang tulus telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mendoakan tanpa henti,
berjuang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kesehatan,
rahmat, dan karunia-Nya. Amin.
Rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya dan setulusnya
penulis tujukan kepada ayah mertua (Alm) Drs.H. Tinggi Dalimunthe dan ibu mertua (Alm) Dra.Hj. Ellyanora Panggabean yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dorongan semangat dan nasehat dalam menyelesaikan
pendidikan ini, penulis ucapkan terima kasih yang setulusnya.
Kepada istri tercinta Novita Rizky Dalimunthe, SKM dan anak-anakku tersayang Gina Zalfa Salsabilah Siregar, Ghibta Zaky Syakirah siregar, Ghiyats Zada Shadiq Siregar, tiada kata lain yang bisa disampaikan selain rasa terima kasih atas cinta dan kasih sayang serta kesabaran, ketabahan, pengorbanan,
dukungan serta doa yang telah diberikan selama ini.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada Kakak dan Abang kandung penulis
Nursaina, Drs.H.Pardamean, Ir.H.Hasudungan, Dra. Sosmegawati (Alm), Bertua, M. Rinaldi, Dian heryanto dan adik kandung penulis Nurmaita serta Abang dan kaka Ipar penulisIr.H. Faisal Gumanti, Ir. Febri MM. Elya Rosa SKM, dr.Irvan Nevri dan adik ipar penulisRendra A. SP serta segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan bantuan moril, semangat dan doa
tanpa pamrih selama pendidikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan pula terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama pendidikan
maupun dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga Tuhan Yang maha Esa senantiasa memberikan limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kita dan masyarakat.
Medan, Oktober 2014
DAFTAR ISI
Daftar Lampiran... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang…... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Hipotesis Penelitian... 3
1.4 TujuanPenelitian... 3
1.5 Manfaat Penelitian...
2.1 1 Defenisi Penyakit Ginjal Kronik ...
2.1.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal kronik... ...
2.1.3 Penatalaksanaan Penyakit Ginjal kronik...
2.2. Hemodialisis
2.2.1 Cairan Dialisat... ...
2.2.2 Natrium Dialisat... ...
2.2.3 Pengaruh modifikasi kadar Natrium Dialisat
terhadap keluhansaat Hemodialisis...
2.3 Kualitas hidup Pasien Hemodialisis Reguler ...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...
3.1 Desain Penelitian...
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...
3.3 Subjek Penelitian ...
3.4 Kriteria Penelitian ...
3.5 Populasi dan Sampel...
3.6 Bahan dan Prosedur Penelitian ...
3.7 Identifikasi Sampel...
3.8 Etika Penelitian...
3.9 Definisi Operasional...
3.10 Kerangka Operasional...
4.1. Karakteristik Subjek Penelitian…...…..……...
4.2.Skor Kualitas Hidup SF 36 dimensi kesehatan
Fisik dan Mental...
4.3.Analisis Hubungan antara Variabel...
P EMBAHASAN...
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………...
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik... 5
2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat
Penyakit ... 6 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian... 20
4.2 Skor Kualitas Hidup SF36 Dimensi Kesehatan Fisik dan
Mental Sebelumdan sesudah Modifikasi Kadar Natrium
Dialisat ...…………... 21
4.3 Skor Kualitas Hidup SF36 Dimensi Kesehatan Fisik dan
Mental Sebelumdan sesudah Modifikasi Kadar Natrium
Dialisat Pada Kelompok Modifikasi ... 22
4.4 Skor Kualitas Hidup SF36 Dimensi Kesehatan Fisik dan
Mental Sebelumdan sesudah Modifikasi Natrium
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Kerangka konseptual... 4
2.1 Proses Hemodialisis... 7
3.1 Kerangka operasional... 18
4.1 Grafik Scater Plot Hubungan Skor Kualitas Hidup SF 36 dimensi kesehatanFisik dan mental dengan modifikasi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN Nama Pemakaian pertama
kali pada halaman Extra Celuler Fluid
Glomerulus Nefritik Cronis Hemodialisys
Hipertensi nefropathy
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative Kilo gram
Laju Filtrasi Glomerulus Left Ventrikel Hipertropy Milli Equivalent per Liter Natrium
Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit Ginjal Obstruktif infeksi Rumah Sakit Umum Pusat
Simpangan Baku
Statistical Package for the Social Sciences Short Form -36
Tinggi Badan
Uric Acid Nefropathy
Jumlah Subyek penelitian Tingkat kemaknaan Chi-SquareDeviat baku α
Deviat baku β
Proporsi PGK Pasien Hemodialisis
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
Persetujuan Komisi Etik Penelitian. ...
Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian...
Surat Persetujuan Setelah Penjelasan...
Kertas Kerja Profil Peserta Penelitian...
SF-36 Survey Kesehatan...
Daftar Riwayat Hidup...
Hasil Statistik...………...
Master Tabel...
32
33
34
35
36
42
45
Abstrak
HUBUNGAN MODIFIKASI KADAR NATRIUM DIALISAT DENGAN KUALITAS HIDUP YANG DIUKUR DENGAN SF-36 PADA PASIEN
HEMODIALISIS REGULER
Bangun TuaSiregar, SyafrizalNasution, AbdurrahimLubis Divisi NefrologidanHipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan
Latar Belakang--- Pasien hemodialisis reguler sering menunjukkan fluktuasi kualitas hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi volume cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidupberhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Selamalebihdari 20 tahunterakhir, sejumlahtekniktelahdigunakanuntuk yang terjadi.Salah satu teknik adalah dengan modeling Natrium yaitu dengan memodifikasi konsentrasi Natrium dialisat saat tindakan hemodialisis.Kadar Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui system pada mesin hemodialisis.
Tujuan---Untuk mengetahui hubungan modifikasi Natrium dialisat dengan kualitas hidup yang diukur dengan SF-36 pada pasien hemodialisis
Metode --- Penelitiandilakukanpada 54 pasienpenyakitginjalkronik yang menjalanihemodialisis di ruangInstalansiHemodialisis RSUP H.Adam Malik, keseluruhanpasiendilakukanpemeriksaankadarNatrium serum, pengisiankuesioner SF-36 (menilaikualitashidup) sebelumdansesudahmodifikasiNatriumdialisat. Selanjutnya dianalisis perbedaan serta korelasinya.
Hasil----
Dijumpaihubungankorelasisangatkuatpadakelompokmodifikasiantaraskorkualitas hidup SF-36 dimensikesehatanfisikdenganmodifikasiNatriumdialisatdengannilai r=0,869. Sedangkanskorkualitashidup SF-36 dimensikesehatan mental berkorelasisedangdenganmodifikasiNatriumdialisatdengannilai r=0,339. Begitu juga pada kelompok control didapati korelasi sangat kuat antara skorkualitashidup SF-36 dimensikesehatanfisikdan mental berkorelasi sangat kuat dengan modifikasi Natrium dialisat dengan nilai r=0,932 dan nilai r=0,870.
Kesimpulan---Pada penelitian ini didapati hubungan korelasi yang positif antara modifikasi Natrium dialisat dengan kualitas hidup dimensi kesehatan fisikdan mental padapasienhemodialisis
Abstract
THECORRELATION BETWEEN SODIUM DIALYSATE MODIFICATION AND QUALITY OF LIFE MEASURED BY SF-36
IN REGULAR HEMODIALYSIS PATIENTS
Bangun Tua Siregar, SyafrizalNasution,Abdurrahim Rasyid Lubis Nephrology and Hypertension Division, Department of Internal Medicine Faculty of Medicine North Sumatera University/Adam Malik Hospital, Medan
Background --- Regular hemodialysis patientsfrequently showed fluctuation of quality of life influenced by several factors such as anaemia, age, body water volume regulation, nutritionalstatus and others. The management of regular hemodialysis patients, besides adequate hemodialysis treatment, measurement of quality of life were also important. Quality of life were associated with morbidity and mortality. More than 20 years, several techniques had been used to reduced the intradialytic symptoms. One of those were sodium modellingby modification of sodium dialysate concentration during hemodialysis session. Sodium dialysate concentration can be regulated by manually and automatically through hemodialysis machine.
Objective--- To evaluate the association of Sodium dialysate modification and Quality of life measured by SF-36 in hemodialysis patients.
Method --- We recruited 54 chronic hemodialysis patients in Hemodialysis Center at Adam Malik hospital. Blood sample for sodium serum were taken and quality of life measurement by SF-36 questioneir before and after sodium dialysate modification was performed to all subjects. Then to evaluate the difference and correlation.
Results --- Positive significant correlation found in modification group between physical and mental health dimension score and sodium dialysate modification with r=0,864 and r=0,594. In control group, positive correlation found between physical and mental health dimension score between sodium dialysate modification with r=0,918 and r=0,890.
Conclusion --- There was positive significant correlation between Sodium dialysate modification and physical and mental health dimension from quality of life in hemodialysis patients.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemodialisis adalah modalitas yang paling banyak digunakan di dunia
sebagai terapi pengganti ginjal dan memungkinkan pasien dengan stadium akhir
penyakit ginjal untuk menghindari komplikasi akut seperti hiperkalemia, asidosis
dan edema paru dengan demikian hidup lebih lama.1
Meskipun tindakan hemodialisis sudah mengalami kemajuan dalam
teknologi, namun tindakan tersebut masih memberikan keluhan-keluhan bagi
pasien antara lain mual, muntah, kulit kering, kramp, rasa haus, gangguan
seksual dan access site.
Mekanisme fisiologis yang dapat menerangkan komplikasi dialysis
tersebut masih belum sepenuhnya diketahui, kemungkinan karena perpindahan
cairan yang cepat dan gradient osmotik antara cairan intraseluler dan ekstraselular.
Saat tindakan ultrafiltrasi, cairan tubuh awalnya dipindahkan dari ruang
intravaskular. Jika cairan ultrafiltrasi tidak diisi kembali (refilled) dengan cairan
dari ruang ekstravaskular, maka terjadi hipotensi dan kramp. Selanjutnya,
penurunan osmolalitas ekstraseluler dapat menyebabkan perbedaan gradient
osmotik transien antara ruang ekstraseluler dan intraselular yang mengakibatkan
pembengkakan sel (cell swelling). Hal ini merupakan faktor penting dalam
terjadinya disequilibrium dialisis di sistem syaraf pusat, yang menimbulkan
keluhan sakit kepala, nausea dan muntah. 2,3
Selama lebih dari 20 tahun terakhir, sejumlah teknik telah digunakan
untuk mengurangi keluhan intradialitik yang terjadi. Salah satu teknik adalah
dengan modeling Natrium yaitu dengan memodifikasi konsentrasi Natrium
dialisat saat tindakan hemodialisis. Selama dialysis, konsentrasi Natrium dialisat
berkurang dengan dilusi yang proporsional dari dialisat sampai mencapai kadar
isoosmolar (sekitar 138mEq/L) sesuai dengan kadar Natrium pasien. 4
Kadar Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui
sistem pada mesin hemodialisis. Beberapa studi tentang kadar natrium dialisat
telah menunjukkan pengurangan keluhan intradialitik.
Pasien hemodialisis reguler juga sering menunjukkan fluktuasi kualitas
hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi
volume cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien
hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian
terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidup
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Penilaian kualitas hidup
dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor resiko dan memodifikasi terapi terhadap
faktor resiko tersebut.
4
SF-36 telah dipakai secara luas untuk mengevaluasi kualitas hidup
pada penyakit-penyakit kronis termasuk penyakit ginjal stadium akhir.
SF-36 adalah penilaian kualitas hidup dengan sistem skor yang meliputi 36
pertanyaan dengan 8 skala yaitu (1) fungsi fisik, (2) keterbatasan akibat masalah
fisik, (3) perasaan sakit/ nyeri, (4) kesehatan umum, (5) vitalitas, (6) fungsi
sosial, (7) keterbatasan akibat masalah emosional, dan (8) kesehatan mental. 5,23
7
Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi
kesehatan umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional
disebut sebagai dimensi “Kesehatan Mental” (Mental Component Scale),
sementara fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/ nyeri,
persepsi kesehatan umum dan energi disebut sebagai dimensi “Kesehatan Fisik”
(Physical Component Scale). Masing-masing skala dinilai 0-100, dimana skor
yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.
5,7
Penelitian yang menghubungkan antara modifikasi kadar Natrium
dialisat dengan kualitas hidup menggunakan SF-36 pada pasien-pasien
hemodialisis regular, sepengetahuan kami belum ada di Indonesia. Tertarik
dengan hal tersebut, kami ingin melakukan penelitian untuk melihat hubungan
tersebut pada pasien hemodialisis reguler di Medan khususnya di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adan Malik Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah, yaitu :
Apakah ada hubungan modifikasi kadar Natrium dialisat dengan kualitas
Hidup pasien hemodialisis reguler ?
1.3 Hipotesa
Ada hubungan modifikasi kadar Natrium dialisat dengan kualitas hidup
pasien hemodialisis reguler.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan modifikasi kadar Natrium dialisat
dengan kualitas hidup yang diukur dengan SF-36 pada pasien
hemodialisis reguler dan untuk mengetahui besar hubungan tersebut.
1.4.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan modifikasi kadar natrium dialisat
dengan kualitas hidup yang diukur dengan SF-36 pada pasien
hemodialisis reguler.
1.5 Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui hubungan modifikasi kadar natrium dialisat dengan
kualitas hidup pada pasien hemodialisis reguler, maka hasil penelitian ini
akan memiliki manfaat :
a. Sebagai masukan bagi praktisi medis dalam upaya memperbaiki
kualitas hidup pasien hemodialisis reguler dengan menerapkan kadar
Natrium mesin hemodialisis sesuai kadar Natrium plasma.
b. Sebagai dasar bagi penelitian-penelitian berikutnya yang juga
1.6 KERANGKA KONSEPTUAL
Pasien Hemodialisis Reguler
Modifikasi kadar natrium dialisat sesuai kadar natrium
plasma pasien
Kualitas hidup diukur denganSF-36
Hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 PENYAKIT GINJAL KRONIK
2.1.1 Definisi Penyakit Ginjal Kronik (NKF/KDOQI, 2004)
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, yang umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Sedangkan
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, dimana akan memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi
ginjal. Kriteria PGK dapat dilihat pada table 2.1
Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
1. Kerusakan ginjal yang terjadi >3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG),
dengan manifestasi:
a. kelainan patologis
b. terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin,atau kelainan dalam tes pencitraan
2. LFG <60ml/mnt/1,73m2 ginjal.
selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan
2.1.2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (NKF/KDOQI, 2004)
PGK diklasifikasikan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat
penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar
derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan
mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
LFG (ml/mnt/1,73m2) =
72 X kreatinin plasma (mg/ml) (140-umur) x berat badan *)
Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat Penjelasan
(ml/mnt/1,73m2
) LFG
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29
5 Gagal ginjal <15 atau
dialysis
2.1.3 Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik.9
Penatalaksanaan PGK meliputi:
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
c. Memperlambat perburukan fungsi ginjal
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
f. Terapi pengganti ginjal
Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement Therapy) diperlukan pada
penderita PGK stadium terminal, ketika LFG <15 ml/mnt/1,73m2, dimana ginjal
tidak dapat mengkompensasi kebutuhan tubuh untuk mengeluarkan zat-zat
sisa hasil metabolisme yang dikeluarkan melalui pembuangan urin, mengatur
keseimbangan asam-basa dan keseimbangan cairan serta menjaga kestabilan
dalam lingkungan.8
Tujuan terapi pengganti ginjal untuk mempertahankan kehidupan,
meningkatkan kualitas hidup sehingga penderita dapat beraktifitas seperti
biasa serta mempersiapkan transplantasi ginjal apabila memungkinkan.' Terapi
pengganti ginjal yang tersedia saat ini ada 2 pilihan: dialisis dan transplantasi
2.2 HEMODIALISIS
Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak
dipilih oleh para penderita Penyakit Ginjal Kronik stadium terminal. Dalam
suatu proses HD, darah penderita dipompa oleh mesin ke dalam kompartemen
darah pada dialyzer. Dialyzer mengandung ribuan serat sintetis yang
berlubang kecil ditengahnya. Darah mengalir di dalam lubang serat
sementara dialisat mengalir diluar serat, sedangkan dinding serat
bertindak sebagai membran semipermeabel tempat terjadinya proses
ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terjadi dengan cara meningkatkan tekanan
hidrostatik melintasi membran dialyzer dengan cara menerapkan tekanan negatif
kedalam kompartemen dialisat yang menyebabkan air dan zat-zat terlarut
berpindah dari darah kedalam cairan dialisat untuk selanjutnya dibuang.8
2.2.1 Cairan Dialisat
Cairan dialisat adalah suatu cairan pembersih yang digunakan dalam
bahan-bahan kimia yang serupa dengan yang terdapat dalam tubuh manusia.
Komposisi dialisat dan persiapan bersama dengan penggunaan dialisat
merupakan salah satu topik yang paling menarik dalam nefrologi, di mana
kemungkinan bisa ber inovatif dan perbaikan yang beragam. Selain itu, belajar
tentang seni dan ilmu dari penciptaan dialisat adalah salah satu cara terbaik untuk
lebih memahami proses patofisiologis yang mendasari asam basa, cairan,
elektrolit, serta kelainan tekanan darah. Di sisi lain, pengetahuan yang mendalam
tentang proses patofisiologis di atas sangat akan meningkatkan pemahaman
tentang prinsip-prinsip dasar di mana dialisat yang dihasilkan.
10
10
2.2.2 Natrium Dialisat
Dari semua elektrolit dalam plasma manusia, Natrium adalah yang paling
banyak (natrium plasma normal adalah 138 mmol/L dan disertai dengan angka
yang sesuai anion). Akibatnya, tingkat osmolalitas plasma ( normal menjadi 287
mmol/kg ) terkait erat dengan nilai natrium plasma. Perlu dicatat bahwa tingkat
dialisat natrium menentukan tidak hanya pertukaran natrium antara dialisat dan
plasma, antara plasma dan cairan ekstraselular (ECF), tetapi juga pertukaran
antara air dialisat dan plasma, antara plasma dan ECF, dan antara ECF dan
intraselulernya.
Pada awal hemodialisis, dialiser koil yang digunakan pada saat itu tidak
bisa menahan tekanan hidrostatik transmembran tinggi dengan baik, penghapusan
air selama dialisis telah dicapai dengan menggunakan sejumlah besar glukosa
( misalnya, lebih dari 1.800 mg/dL) pada dialisat, mengambil keuntungan dari
proses yang dikenal sebagai ultrafiltrasi osmotik. Karena konsentrasi air dalam
plasma kemudian lebih tinggi daripada dalam dialisat (osmolalitas yang lebih
tinggi pada dialisat dari dalam plasma), air akan mengalir dari plasma ke dialisat.
Oleh karena itu, jika dialisat isonatrik itu harus digunakan, hipernatremia akan
selalu terjadi. Akibatnya, selama hari awal, konsentrasi Natrium dialisat yang
sengaja tetap rendah, misalnya dalam urutan 126-130 mmol/L. 10
Selanjutnya, bagaimanapun, membran lebih tahan yang dapat menahan tekanan
transmembran tinggi dikembangkan. Membran yang baru dimasukkan ke dalam
piring dan kapiler dialyzers dengan tertutup kompartemen dialisat, sehingga
memungkinkan untuk mengeluarkan cairan dengan mengubah tekanan
transmembran. Proses terakhir ini dikenal sebagai ultrafiltrasi hidrostatik. Dengan
teknik baru ini, kebutuhan untuk meningkatkan konsentrasi glukosa dialisat tidak
lagi ada. Pendekatan menurunkan konsentrasi glukosa dialisat bertepatan dengan
yang mengangkat tingkat dialisat natrium (misalnya, menjadi antara 130 dan 137
mmol / L ).
Terlepas dari penghapusan produk limbah, tujuan penting dari dialisis
adalah untuk membuang natrium dan air keuntungan yang diperoleh selama
interval interdialitik sebelumnya tanpa membuat perubahan signifikan dalam
konsentrasi natrium plasma. Volume ultrafiltrasi yang sesuai dengan jumlah
natrium dan air terakumulasi selama periode interdialitik demikian diperlukan
(dengan asumsi bahwa pasien telah mencapai status '' kering ''). Selain ultrafiltrasi
yang tepat, dalam rangka memenuhi tujuan di atas, dialisat dengan konsentrasi
natrium yang tepat harus digunakan. Dengan ultrafiltrasi hidrostatik , natrium
akan dihapus pada tingkat yang erat mirip dengan air, sehingga memungkinkan
tingkat natrium plasma tetap relatif konstan. Perlu dicatat bahwa mayoritas
natrium dan air dihilangkan dengan ultrafiltrasi dibandingkan dengan difusi. 10
Kadar Natrium pada cairan dialisat memainkan peranan penting dalam
refill volume darah dari kompartemen interstisial. Pengembalian volume darah
dari interstisial ke dalam kompartemen intravaskular akan rendah bila status
hidrasi dari interstisial juga rendah.
10
Semakin tinggi konsentrasi Natrium pada cairan dialisat, maka cairan akan
bergerak dari kompartemen intraselular, sedangkan konsentrasi Natrium yang
rendah, disequilibrium antara kompartemen intraselular dan ekstraselular akan
terjadi. Oleh karena itu, dialisis dengan kadar Natrium yang rendah, pengembalian
volume darah dari kompartemen interstisial akan terganggu, oleh karena
normalnya cairan akan bergerak dari interstisial kedalam kompartemen
intraselular, sementara dengan kadar Natrium dalam dialisat, cairan akan bergerak
mempengaruhi pengembalian volume darah dari interstisial kedalam
kompartemen intravaskular.10
2.2.3 Pengaruh modifikasi kadar Natrium Dialisat terhadap keluhan- keluhan saat hemodialisis (Hemodialysis-Related Symptoms)
Pada penelitian yang dilakukan oleh George Lam Sui Sang dan
kawan-kawan, mereka meneliti modifikasi Natrium (sodium ramping) dari 414 sesi
hemodialisis pada 23 pasien secara acak dari kadar Natrium dialisat tetap yaitu
140 mEq/L, modifikasi linear dari 155 mEq/L menjadi 140 mEq/L atau berkala
dari 155 mEq/L selama 3 jam dan 140 mEq/L selama 1 jam. Dari hasil penelitian
didapatkan tidak ada perbedaan bermakna antara kedua protokol modifikasi
Natrium dialisat dibandingkan dengan standar dialysis, yaitu berkurangnya efek
samping (kramp, mual, muntah, sakit kepala) dan jumlah episode hipotensi namun
meningkatnya keluhan interdialitik (fatigue, rasa haus), berat badan dan
hipertensi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh davenport dan kawan-kawan, mereka
meneliti 2187 pasien dengan hemodialisis reguler 3 kali seminggu, pada
peresepan dialisat dengan konsentrasi Natrium 140 mmol/L dan > 140 mmol/L
didapatkan 13,5% pasien hemodialisis menggunakan dialisat tinggi Natrium
mengeluhkan hipotensi intradialisis dan membutuhkan resusitasi cairan,
dibandingkan dengan pasien hemodialisis dengan dialisat Natrium lebih rendah
sebesar 2,7%. 11,12
Santos dan peixoto pada penelitiannya didapatkan hasil bahwa peresepan
dialisat rendah Natrium menurunkan rasa haus pasien, IDWG, dan tekanan darah
pada pasien dengan hemodialisis reguler. 12,22
Depaula dan kawan-kawan mendapatkan hasil dari penelitiannya bahwa
ada penurunan yang signifikan dalam berat badan interdialytic (2,91 +/- 0,87 kg
vs 2,29 + / -0,65 kg, P <0,001), nilai haus interdialytic, dan episode hipotensi
intradialytic dalam individual Na (+) periode dibandingkan dengan fase
standar.
13
2.3 Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Reguler 2.3.1 Definisi
Kualitas hidup adalah kumpulan beberapa hal seperti : kesejahteraan
material, kesehatan, produktivitas, keakraban, keamanan, kesejahteraan
masyarakat dan kesejahteraan emosional yang dinilai baik secara obyektif
(menurut nilai-nilai kultural) maupun subyektif (kepuasan yang diukur secara
individu).15
Penilaian kualitas hidup umumnya dilakukan pada penyakit-penyakit kronis
seperti diabetes, hipertensi, asma, keganasan, AIDS dan penyakit ginjal tahap
akhir, karena pada penyakit-penyakit tersebut kualitas hidup dapat berubah baik
akibat pengaruh terapi jangka panjang maupun jangka pendek.
Terdapat berbagai instrument untuk mengukur kualitas hidup, umumnya
terdiri dari instrument nonspesifik/generik (misal SF-36) dan instrument spesifik
(disease specific).
15
15
2.3.2 Instrumen non spesifik/generik SF-36
SF-36 merupakan instrumen non spesifik yang biasanya digunakan
Pada hampir semua penelitian penyakit kronis dan bisa juga digunakan untuk
menilai kualitas hidup pada populasi yang sehat. SF-36 telah terbukti dapat
dipakai untuk menilai kualitas hidup penderita penyakit kronis termasuk pasien
hemodialisis.
7,16
SF-36 berisi 36 pertanyaan yang terdiri dari 8 skala antara lain 17 :
a. Fungsi fisik (Physical Functioning)
Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan aktivitas seperti
berjalan, menaiki tangga, membungkuk, mengangkat, dan gerak badan. Nilai
yang rendah menunjukkan keterbatasan semua aktivitas tersebut, sedangkan
nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan melakukan semua aktivitas fisik
b. Keterbatasan akibat masalah fisik (Role of Physical)
Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan
fisik mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang
rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan masalah terhadap
aktivitas sehari-hari, antara lain tidak dapat melakukannya dengan sempurna,
terbatas dalam melakukan aktivitas tertentu atau kesulitan di dalam
melakukan aktivitas. Nilai tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak
menimbulkan masalah terhadap pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.
c. Perasaan sakit/ nyeri (Bodily Pain)
Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas rasa nyeri dan
pengaruh nyeri terhadap pekerjaan normal baik di dalam maupun di luar
rumah. Nilai yang rendah menunjukkan rasa sakit yang sangat berat dan sanga
membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada keterbatasan
yang disebabkan oleh rasa nyeri.
d. Persepsi kesehatan umum (General Health)
Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan termasuk
kesehatan saat ini, ramalan tentang kesehatan dan daya tahan terhadap penyakit.
Nilai yang rendah menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang
memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri
sendiri yang sangat baik.
e. Energi/ Fatique (Vitality)
Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan, capek, dan
lesu. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah, capek, dan lesu sepanjang
waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh semangat dan berenergi.
f. Fungsi sosial (Social Functioning)
Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kesehatan fisik
atau masalah emosional yang menggangu aktivitas sosial normal. Nilai yang
rendah menunjukkan gangguan yang sering. Nilai yang tinggi menunjukkan
g. Keterbatasan akibat masalah emosional (Role Emotional)
Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah
emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang
rendah menunjukkan masalah emosional mengganggu aktivitas termasuk
menurunnya waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas, pekerjaan menjadi kurang
sempurna, dan bahkan tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi
menunjukkan tidak adanya gangguan aktivitas karena masalah emosional.
h. Kesehatan mental (Mental Health)
Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan mental secara
umum termasuk depresi, kecemasan, dan kebiasaan mengontrol emosional. Nilai
yang rendah menunjukkan perasaan tegang dan depresi sepanjang waktu. Nilai
yang tinggi menunjukkan perasaan tenang, bahagia.
Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi
kesehatan umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional
disebut sebagai dimensi “Kesehatan Mental” (Mental Component Scale),
sementara fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/ nyeri,
persepsi kesehatan umum dan energi disebut sebagai dimensi “Kesehatan Fisik”
(Physical Component Scale). Masing-masing skala dinilai 0-100, dimana skor
yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.5,23
Dalam penatalaksanaan pasien hemodialis reguler, peniaian terhadap kualitas
hidup merupakan faktor utama disamping tindakan hemodialisis yang adekuat.
Kualitas hidup berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Penilaian kualitas
hidup dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor resiko dan memodifikasi terapi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian Eksperimental dengan rancangan case control yaitu membandingkan beberapa parameter sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi.
3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat
Penelitian dilakukan di unit hemodialisis Rumah Sakit Haji Adam
Malik Medan
3.2.2 Waktu
Pengambilan sampel dilakukan mulai periode Juli 2014 sampai
jumlah sampel terpenuhi.
3.3 Subjek Penelitian
Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam
Malik mulai periode Juli 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1 Kriteria Inklusi
Penderita PGK dengan Hemodialisis reguler ≥ 3 bulan , usia ≥ 17
tahun bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed
consent
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Pasien yang tidak bersedia dilakukan pemeriksaan, hemodialisis
tidak teratur dan mengalami komplikasi selama penelitian
3.6 Bahan dan Prosedur Penelitian
a. Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan untuk mengikuti
penelitian.
b. Dicatat nama, umur, jenis kelamin, berat badan (BB), tinggi badan
(TB, lama menjalani hemodialisis, Diagnosa PGK, dilakukan
pengukuran IMT
c. Dilakukan penilaian kualitas hidup dengan menggunakan formulir
SF-36
d. Pemeriksaan Laboratorium kadar Natrium plasma Predialisis
e. Dilakukan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat sesuai kadar natrium
plasma pasien dengan menggunakan Formula: Kadar Na Dialisat
lebih rendah 5 mEq/L jika kadar Na Plasma 139-140 mEq/L,
4 mEq/L jika 137-138 mEq/L, 3 mEq/L jika 135-136 mEq/L dan
2 mEq/L jika < 135 mEq/L
f. Pasien menjalani hemodialisis
g. Dilakukan penilaian kualitas hidup dengan formulir SF-36 setelah 1
bulan modifikasi kadar Natrium dialisat.
3.7 Identifikasi Sampel
3.7.1 Variabel bebas : Modifikasi kadar Natrium dialisat
3.7.2 Variabel tergantung : Kualitas hidup yang diukur dengan SF-36
Sebelum dan sesudah dilakukanmodifikasi Kadar Natrium dialisat.
3.8 Etika Penelitian
Ethical Clearance ( izin untuk melakukan penelitian ) diperoleh dari komite penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh Prof.dr. Sutomo Kasiman,
Sp.PD-KKV,SpJP (K) pada tanggal 10 Juli 2014 dengan nomor 338/
KOMET/FKUSU/2014. Informed consent dari subjek penelitian yang
3.9 Definisi Operasional
Penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis (PGK-HD) yaitupenyakit ginjastadium akhir berdasarkan data dari rekam medis yang telah menjalani
hemodialisis selama ≥ 3 bulan.
Modifikasi Kadar Natrium Dialisat adalah suatu tekhnik hemodialisis dengan cara menyesuaikan kadar natrium Dialisat dengan kadar Natrium
Plasma.
Kualitas Hidup : kumpulan beberapa hal,seperti : Kesejahteraan material,
kesehatan, produktivitas, keakraban, keamanan, kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan emosional yang dinilai baik secara obyektif (menurut
nilai-nilai kultural) maupun subyektif, kepuasan yang diukur secara
individu.
SF-36 : Instrumen non spesifik/generik untuk penilaian kualitas hidup Penderitapenyakit kronis termasuk penyakit ginjal kronik dengan HD . SF-36 berupa sistem skor yang meliputi 36 pertanyaan dengan 8 skala
yaitu (1) fungsi fisik, (2) keterbatasan akibat masalah fisik, (3) perasaan
sakit/ nyeri, (4) kesehatan umum, (5) vitalitas, (6) fungsi sosial,
(7) keterbatasan akibat masalah emosional, dan (8) kesehatan mental.
kemudian masing-masingskala disimpulkan menjadi dua dimensi yaitu
dimensi kesehatan fisik dan dimensi kesehatan mental. SF-36 diberi
skor 0 sampai 100, dimana skor yang lebih tinggi menandakan
3.10 Kerangka Operasional
3.11 Analisis Data
Univariat untuk memperoleh gambaran distribusi rerata, standar deviasi
masing-masing variabel.
Untuk menguji perbedaan skor SF 36 kesehatan fisik dan kesehatan
mental sebelum dan sesudah modifikakasi pada kelompok modifikasi dan
kontrol digunakan uji Mann Whitney dan uji wilcoxon
Untuk melihat Hubungan Skor SF36 sebelum dan sesudah Kesehatan Fisik
dan Kesehatan Mental pada Kelompok Modifikasi dan Kontrol
menggunakan uji Korelasi Spearman.
Data diolah dengan menggunakan Program SPSS versi 19.0 dengan batas
kemaknaan p < 0.05
Pasien PGK dengan Hemodialisis
Dicatat : Identitas, umur, jenis
kelamin,TB,BB,IMT,Lama HD,Diagnosa
Kualitas Hidup diukur dengan SF-36 Sebelum Modifikasi kadar
Natrium Dialisat
Sesudah Modifikasi kadar Natrium Dialisat
Kriteria Inklusi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Telah dilakukan penelitian dengan cara eksperimental dengan rancangan
case control diruang Instalasi Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan pada
bulan Juli-Agustus 2014. Secara keseluruhan, terdapat 54 orang pasien penyakit
ginjal kronik (PGK) yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Karakteristik klinis
dasar subyek penelitian dapat dilihat pada table 4.1.
Dari hasil randomisasi dengan menggunakan tabel acak diperoleh 30
pasien dilakukan modifikasi kadar natrium dialisat (Kelompok Modifikasi) dan
sebanyak 24 pasien tidak dilakukan modifikasi (Kelompok Kontrol).
Pasien di kedua kelompok kebanyakan berjenis kelamin perempuan, sebanyak 19
pasien (63,3%) di kelompok modifikasi dan 18 pasien (75%) pada kelompok
kontrol. Tidak ada perbedaan yanng signifikan kedua kelompok berdasarkan jenis
kelamin (p=0,359). Rerata umur kedua kelompok tidak berbeda secara bermakna
(p=0,902), dimana pada kelompok modifikasi dengan rerata umur 50,73 tahun dan
kontrol 51,13 tahun. Rerata tinggi dan berat badan kelompok modifikasi adalah
161,67 cm dan 58,37 kg sedangkan di kelompok kontrol 162,38 cm dan 57,5 kg
dan tidak berbeda secara bermakna (p=0,683, p=0,782) .
Diagnosis terbanyak di kedua kelompok adalah Penyakit ginjal hipertensi
(Hipertensi Nefropati), kelompok modifikasi sebanyak 13 pasien (43,3%) dan
kelompok kontrol sebanyak 14 orang (58,3%). Dari hasil pengukuran terhadap
IMT ditemukan rerata IMT pada kelompok modifikasi 22,19 kg/m2 dan kelompok
kontrol 21,67 kg/m2
Rerata lama HD pada kelompok modifikasi adalah 30,77 bulan dan
kelompok kontrol 24,71 bulan dan tidak berbeda secara bermakna (p=0,486). . Tidak ada perbedaan bermakna IMT pada kedua kelompok
(p=0,559).
Kadar awal Natrium serum rerata pada kelompok modifikasi 135,33 mEq,
Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian
Umur, rerata (SB), tahun 50,73(12,26) 51,13 (10,72) 0,902
Tinggi Badan, rerata (SB), cm
b
161,67 (6,73) 162,38 (5,71) 0,683
Berat Badan, rerata (SB), kg
b
Lama HD, rerata (SB), bulan
b
30,77 (27,51) 24,71 (22,78) 0,486
Natrium, rerata (SB), mEq
c
135,33 (2,54) 136,42 (2,65) 0,133b
a
Chi Square, b T independent, c Mann Whitney
4.2. Skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental
Dari hasil penelitian sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat
pada kelompok modifikasi dan kontrol, beberapa parameter didapati berbeda
bermakna dengan skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental
sesuai uji analisis yang telah dilakukan.
Parameter dimensi kesehatan fisik yang dinilai dengan SF-36 setelah
dilakukan modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi lebih tinggi
SB=11,36) dan berbeda secara bermakna dengan uji Mann Whitney (p=0,014).
Sedangkan untuk parameter dimensi kesehatan mental setelah dilakukan
modifikasi Natrium dialisat pada kelompok kontrol lebih tinggi (rerata skor 48,08;
SB=8,94) dibandingkan kelompok modifikasi (rerata skor 47,96; SB=5,49),
namun tidak berbeda secara bermakna dengan uji Mann Whitney
(p=0,814).(Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Skor Kualitas Hidup SF-36 Dimensi Kesehatan Fisik dan Mental Sebelum dan sesudah Modifikasi Natrium Dialisat
Skor Kualitas Hidup SF-36 Modifikasi (n=30)
Kontrol (n=24)
Nilai P
SF-36 Dimensi Kes. Fisik,
Pre-Modifikasi, rerata (SB)
47,19 (10,11) 42,99 (13,11) 0,088
SF-36 Dimensi Kes.Mental, Pre-Modifikasi, rerata (SB)
46,26 (5,27) 46,41 (12,19) 0,503
SF-36 Dimensi Kes. Fisik,
Post-Modifikasi, rerata (SB)
48,72 (10,1) 43,24 (11,36) 0,014*
SF-36 Dimensi Kes. Mental,
Post-Modifikasi, rerata (SB)
47,96 (5,49) 48,08 (8,94) 0,814
Uji paired T (T berpasangan) digunakan untuk membandingkan skor
kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental sebelum dan sesudah
modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi. Dari uji ini didapatkan
perbedaan bermakna skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik sebelum
dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi (p=0,032).
Sedangkan, untuk skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan mental tidak
Tabel 4.3 Skor kualitas hidup SF-36 Dimensi kesehatan fisik dan mental sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok modifikasi
Skor kualitas hidup SF-36 Modifikasi (n=30)
Nilai P
SF-36 Dimensi Kes. Fisik, pre-modifikasi, rerata (SB) 47,19 (10,11) 0,032*
SF-36 Dimensi Kes. Fisik, post-modifikasi, rerata (SB) 48,72 (10,1)
SF-36 Dimensi Kes. Mental, pre-modifikasi, rerata (SB) 46,26 (5,27) 0,068
SF-36 Dimensi Kes.Mental, post-modifikasi, rerata (SB) 47,96 (5,49)
Pada kelompok kontrol digunakan uji Wilcoxon untuk membandingkan
skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental sebelum dan
sesudah modifikasi Natrium dialisat.
Dari uji ini didapatkan perbedaan bermakna skor kualitas hidup SF-36
dimensi kesehatan mental sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada
kelompok kontrol (p=0,01) dimana rerata skor SF-36 dimensi kesehatan mental
pre-modifikasi 46,11 (SB=12,19) dan post-modifikasi 48,08 (SB=8,94).
Sedangkan, untuk skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik tidak
Tabel 4.4 Skor kualitas hidup SF-36 Dimensi kesehatan fisik dan mental Sebelum dan sesudah modifikasi Natrium dialisat pada kelompok kontrol
Skor kualitas hidup SF-36 Kontrol (n=24)
Nilai P
SF-36 Dimensi Kes. Fisik, pre-modifikasi, rerata (SB) 42,99 (13,11) 0,452
SF-36 Dimensi Kes. Fisik, post-modifikasi, rerata (SB) 43,24 (11,36)
SF-36 Dimensi Kes. Mental, pre-modifikasi, rerata (SB) 46,41 (12,19) 0,01*
SF-36 Dimensi Kes. Mental, post-modifikasi, rerata (SB) 48,08 (8,94)
4.3. Analisis Hubungan antar variabel
Dari hasil analisis hubungan antara modifikasi Natrium dialisat dengan
skor kualitas hidup dimensi kesehatan fisik dan mental yang dinilai dengan SF
36 pada keseluruhan pasien, beberapa parameter berkorelasi positif bermakna
dengan dimensi kesehatan fisik dan mental.
Dilakukan uji Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara
skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik dan mental dengan
BAB V PEMBAHASAN
Pasien hemodialisis reguler sering menunjukkan fluktuasi kualitas hidup
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain anemia, usia, regulasi volume
cairan tubuh, status nutrisi dan lain-lain. Dalam penatalaksanaan pasien
hemodialis reguler, disamping tindakan hemodialisis yang adekuat, penilaian
terhadap kualitas hidup juga merupakan faktor utama. Kualitas hidup
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Selama lebih dari 20 tahun
terakhir, sejumlah teknik telah digunakan untuk mengurangi keluhan intradialitik
yang terjadi. Salah satu teknik adalah dengan modeling Natrium yaitu dengan
memodifikasi konsentrasi Natrium dialisat saat tindakan hemodialisis. Kadar
Natrium dialisat bisa diatur secara manual ataupun otomatis melalui sistem pada
mesin hemodialisis.
Dalam penelitian ini kami meneliti pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis tanpa memandang etiologi dari penyakit ginjal dan
obat-obatan yang digunakan. Penelitian dilakukan secara acak (randomisasi) terhadap
pasien hemodialisis untuk mengelompokkan pasien menjadi 2 kelompok yaitu
pasien yang mendapat perlakuan modifikasi Natrium dialisat berdasarkan kadar
Natrium serum awal (Kelompok modifikasi) dan kelompok yang tidak mendapat
perlakuan modifikasi Natrium dialisat (Kelompok kontrol). 3,4
Dari hasil pengukuran yang kami lakukan tidak terdapat perbedaan nilai
karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, IMT
pasien. Begitu juga dengan lamanya pasien sudah menjalani hemodialisis dan
kadar Natrium serum awal tidak didapati perbedaan secara bermakna antara kedua
kelompok. Rerata lama HD pada kelompok modifikasi adalah 30,77 bulan dan
kelompok kontrol 24,71 bulan (p=0,486). Rerata Kadar awal Natrium serum pada
kelompok modifikasi 135,33 mEq, kelompok kontrol 136,42 mEq (p=0,133).
Dengan memakai uji Mann Whitney pada keseluruhan pasien didapatkan
adanya perbedaan bermakna antara parameter dimensi kesehatan fisik pada
kelompok modifikasi (rerata skor 48,72; SB=10,1) dibandingkan kelompok
kesehatan mental tidak berbeda secara bermakna antara kedua kelompok
(p=0,814).
Bila dianalisis lebih jauh pada masing-masing kelompok didapati pada
kelompok modifikasi dengan uji paired T (T berpasangan) perbedaan bermakna
skor kualitas hidup SF-36 dimensi kesehatan fisik sebelum dan sesudah
modifikasi Natrium dialisat (p=0,032), sedangkan, untuk skor kualitas hidup
SF-36 dimensi kesehatan mental pada kelompok modifikasi tidak ditemukan
perbedaan bermakna (p=0,068). Sebaliknya pada kelompok kontrol skor kualitas
hidup SF-36 dimensi kesehatan mental didapatkan perbedaan bermakna dengan
uji Wilcoxon (p=0,01), sedangkan untuk skor kualitas hidup SF-36 dimensi
kesehatan fisik tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,452).
Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian dilakukan oleh George Lam
Sui Sang, didapatkan antara kedua protokol modifikasi Natrium dialisat
dibandingkan dengan standar dialysis, yaitu berkurangnya efek samping (kramp,
mual, muntah, sakit kepala) dan jumlah episode hipotensi namun meningkatnya
keluhan interdialitik (fatigue, rasa haus), berat badan dan hipertensi.11
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa adanya korelasi positif kualitas
hidup baik dimensi kesehatan fisik dan mental pasien hemodialisis dengan
modifikasi Natrium dialisat sesuai uji Korelasi Spearman. Pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan di tempat yang sama nilai kualitas hidup SF-36 oleh
Lina et all (2008), adalalah 43,8 % + 14,7% untuk dimensi kesehatan fisik dan
51,9 %
+ 15,2 % untuk dimensi kesehatan mental.
Penelitian ini masih belum dapat digunakan sebagai alat ukur prognostik
yang dibandingkan antara sebelum modifikasi Natrium dialisat dengan sesudah
modifikasi Natrium dialisat pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
7
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: Pertama, populasi
penelitian yang kecil, hanya dilakukan pada 1 rumah sakit pusat. Kedua,
penelitian ini tidak membahas secara lebih detail mengenai penyebab terjadinya
peningkatan kualitas hidup pada setiap skor SF-36 yang didapat. Ketiga, studi ini
hanya meneliti pada 2 waktu saja, yaitu sebelum modifikasi Natrium dialisat dan
pemeriksaan kadar Natrium setelah modifikasi tidak dilakukan. Oleh karena itu
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan penelitian
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Diperlukan modifikasi Natrium dialisat dalam peningkatan kualitas hidup
terutama dimensi kesehatan fisik pada pasien hemodialisis.
2. Hubungan antara skor kualitas hidup SF-36 baik dimensi fisik dan mental
berkorelasi positif dengan modifikasi Natrium dialisat secara statistik.
3. SF-36 merupakan kuesioner praktis dan konsisten untuk mengukur
kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani tindakan
hemodialysis, meskipun masih diperlukan keabsahannya.
6.2 Saran
1. Pasien hemodialisis regular sebaiknya dilakukan pemeriksaan Natrium
serum setiap bulan untuk dapat memodifikasi Natrium dialisat yang
digunakan sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.
2. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar,
DAFTAR PUSTAKA
1. Dunlop JL, Vandals AC, Rashme DZ,: Rationale and design of the
Natrium Lowering In Dialysate (SOLID) trial: a randomised controlled
trial low versus standard dialysate Natrium concentration during
hemodialysis for regression of left ventricular mass. BMC Nephrology
2013 : 14:149
2. Jenson BM, Dobbe SA, Squillace DP, McCarthy JT: Clinical benefits of
High and variable sodium concentration dialysate in hemodialysis
patients. ANNA J 1994, 21(2): 115–120.
3. Martinez-Vea A, Garcia C, Gaya J, Rivera F, Oliver JA: Abnormalities of
Thirst regulation in patients with chronic renal failure on hemodialysis.
Am J Nephrol 1992, 12(1– 2):73–9
4. Sadowski RH, Allred EN, Jabs K: Sodium modeling ameliorates
Intradialytic and interdialytic symptoms in young hemodialysis patients.
J Am Soc Nephrol 1993, 4(5):1192– 8
5. Izhar H.K comorbidity : the mayor challenge for survival and quality of
life in end stage renal disease. Neprol Dial Transplant : 1998: 2622-8
6. Fischbach M, Tarral E, Geisert J: Sequential hypertonic hemodialysisIn
children. Pediatri Nephrol 1988,2(4):442–446.
7. Zadeh KK, Kopple JD, Blok G, Humphreys MH : Association among SF
36 quality of life measures and nutrition, hospitalization and mortality in
hemodyalisis. J of the American Society of Nephrology, 2003 : 12 :
2797-2806
8. Suharjono, Susalit E, Hemodialisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2009 : 1050-2.
9. Suwitra K, Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.
10.Sam RI, Vaseemuddin, Leong WH,: Composition and clinical use of
hemodialysates. Hemodialysis International 2006; 10: 15–28.
11.George Lam Sui Sang, carl khavithavong, Ray ulan, CarlM : Sodium
ramping in hemodialysis : a study of benefecial and adverse effects
(AJKD) 1997 : (29) 669-77
12.Davenport A, Cox C, Thuraisingham R. The importance of dialysate
Natrium concentration in determining interdialytic weight gains in chronic
hemodialysis patients: The PanThames Renal Audit. The International
Journal of Artificial Organs, 2006 : (31). 5 411-7.
13.Santos SF, Peixoto AJ.: Revisiting the dialysate Natrium prescription as a
tool for better blood pressure and interdialytic weight gain management in
hemodialysis patients. CJASN 2008 ;3(2):522-30.
14.Dominic SC, Ramachandran S, Somiah S, Mani K, Dominic SS:
Quenching the thirst in dialysis patients. Nephron 1996, 73(4):597–600.
15.Cummins, R.A : Self-rated quality of life scales for people with an
intellectual disability : A review journal of Applied Research in
intellectual Disabilities1997 : 10 (3),199-216
16.Mingardi G, Cornalba L, Cortinovis : Health related quality of life in
dialysis patients. A report from an italian study using the SF – 36 health
survey. Nephr Dial Transpl 1999 : 14:1503-10
17.John RF : Assessing health status with the SF-36. Age and aging 1998
27: 33
18.Carr AJ, Higginson IJ. Measuring Quality of Life: Are Quality of Life
Measures Patient Centred?. BMJ 2001; 322: 1357 – 60
19.Hecking M, Karaboyas A, Saran R, Sen A, Inaba M, Rayner H, Horl WH,
Pisoni RL,Robinson BM, Sunder-Plassmann G, et al: Dialysate sodium
concentration and the association with interdialytic weight gain,
hospitalization, andmortality.Clin J Am Soc Nephrol 2012, 7(1):92–100.
20.Koller M, Lorenz W. Quality of Life: A Deconstructions for Clinicians. J
R Soc Med 2002; 95: 481 – 488
21.Tang HL, Wong SH, Chu KH, Lee W, Cheuk A, Tang CM, Kong IL,
and symptoms During haemodialysis. Hong Kong Med J 2006, 12
(1):10–14.
22.Wilkinson R, Barber SG, Robson V: Cramps, thirst and hypertension in
hemodialysis Patients the influence of dialyzate sodium Clin Nephrol
1977, 7(3):101–5.
23.Gabriele Helga F, Jens Reimer, Thomas Philip Uwe Heemann. Aspects
of Quality of Life through end-stage renal disease. Quality of life