• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

1 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LKj) Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPSK-LIPI) tahun 2017 di susun sebagai bentuk pertanggung-jawaban atas berbagai program kegiatan yang direncanakan dan telah dijalankan selama satu tahun anggaran dari lima satker yang ada di bawah koordinasi Kedeputian IPSK. Tersusunnya LKj ini menjadi media penyampaian pertanggungjawaban dan evaluasi atas pencapaian kinerja Kedeputian IPSK-LIPI selama satu tahun anggaran.

Laporan Kinerja (LKj) secara umum menjelaskan berbagai aktivitas penelitian dan kelembagaan berdasar perencanaan yang disusun pada awal tahun anggaran 2016.

Berdasarkan LKj 2016 kami berharap para pihak dapat lebih memahami kondisi, aktivitas dan capaian serta kontribusi akademis maupun rekomendasi dari civitas IPSK terhadap isu- isu sosial, ekonomi, politik dan kependudukan yang terjadi.

Laporan Kinerja Kedeputian IPSK tahun 2017 terdiri dari empat bagian. Pertama, berisi tentang kondisi umum, kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi Kedeputian IPSK-LIPI. Kedua, penjelasan atas Rencana Strategis (Renstra) Kedeputian IPSK sebagai rujukan dan arah kebijakan kegiatan penelitian dan non-penelitian, serta perencanaan dan Perjanjian Kerja (PK) tahun 2017. Ketiga, menjelaskan capaian dari kegiatan penelitian dan non penelitian serta analisis keberhasilan dan hambatan yang dihadapi. Keempat, merupakan bagian penutup yang terdiri atas kesimpulan dan rekomendasi untuk perbaikan kinerja lembaga kedepan.

Kami berharap Laporan Kinerja (LKj) ini dapat di gunakan sebagai bahan monitoring dan evaluasi dari program yang direncanakan dan di jalankan Kedeputian IPSK. Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam proses penyusunan laporan ini. Harapan kami tersususnya Laporan Kinerja (LKj) dapat bermanfaat bagi semua pihak baik di lingkungan LIPI maupun luar LIPI.

Jakarta, 1 Februari 2018 Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI

Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, MA NIP. 196302011987032001

(2)

2 DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

RINGKASAN EKSEKUTIF iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum Organisasi 1.2 Isu Strategis

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA 2.1 Umum

2.2 Rencana Strategis Tahun 2015-2019

2.2.1 Visi dan Misi Kedeputian Bidang IPSK – LIPI 2.2.2 Tujuan dan Sasaran

2.3 Kebijakan 2.4 Strategi

2.5 Program dan Kegiatan 2.6 Perjanjian Kerja 2017

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA KEDEPUTIAN BIDANG IPSK-LIPI 2015

3.1 Capaian Kinerja Kedeputian IPSK 2017 3.1.1 Akuntabilitas Kinerja

3.1.2 Analisis dan Evaluasi Kinerja Tahun 2017 3.1.3 Analisis Efektifitas dan efisiensi Penggunaan

Sumber daya

3.1.4 Evaluasi Capaian Renstra 2015-2019 3.2 Akuntabilitas Keuangan

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Rekomendasi

(3)

3 RINGKASAN EKSEKUTIF (MASIH 2016)

Laporan Kinerja (LKj) 2017 adalah laporan tahun kedua dari Rencana Strategis (Renstra) Koordinatif IPSK 2015-2019. Ada yang berbeda dengan LKj 2017 dengan adanya penetapan arah kebijakan penelitian yang “baru,” Kedeputian Bidang IPSK dengan fokus pada TRANSFORMASI SOSIAL ERA GLOBALISASI: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi. Fokus yang ingin dicapai oleh Kedeputian IPSK LIPI tersebut merupakan respon atas berbagai perubahan dan dinamika masyarakat di tengah arus global yang sedang mendunia. Arah kebijakan penelitian Kedeputian IPSK LIPI 2016-2019 merupakan arah baru sebagai hasil dari evaluasi atas renstra IPSK LIPI 2015-2019. Refocusing dilakukan terhadap seluruh program penelitian dan non-penelitian dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peran ilmu-ilmu sosial kemanusian dalam menjawab tantangan bangsa.

Proses transisi dari Renstra Koordinatif (lama) ke Renstra Koordinatif Refocusing IPSK 2016-2019 turut memengaruhi capaian kinerja IPSK sejak 2016 dan utamanya pada tahun-tahun berikutnya. Perubahan Renstra dan juga “pengurangan” anggaran DIPA menyebabkan target capaian kinerja IPSK 2016 tidak sama dengan target yang telah ditetapkan pada Renstra LIPI 2015-2019. Salah satu perubahan yang menonjol terjadi pada Kegiatan Global Village dan Laboratorium Sosial yang mengalami perubahan filosofi dan konseptual secara mendasar. Tata ulang filosofi, paradigma, dan konsep pada Program Global Village dan Laboratorium Sosial paling tidak memengaruhi sejumlah Sasaran Strategis (SS) yang telah ditetapkan, utamanya pada SS yang berkaitan dengan meningkatnya hasil penelitian yang berorientasi pada nilai tambah Sumber Daya dan perlindungan lingkungan pada tingkat LIPI, karena terdapat perubahan kegiatan pada GV dan Labsos yang perubahannya sangat mendasar.

Kedeputian Bidang IPSK-LIPI terdiri dari 5 (lima) Satuan Kerja (Satker). Walaupun dimensi indikator kinerja yang ditetapkan pada masing-masing satuan kerja lebih enekankan pada output sementara pada tingkat kedeputian lebih menitik beratkan pada hasil lanjutan (outcome), akuntabilitas kinerja lima satker tersebut merupakan tolok ukur keberhasilan Kedeputian Bidang IPSK-LIPI dalam menjalankan tugas negara yang telah dirumuskan di dalam Renstra Koordinatif Kedeputian 2015-2019. Dalam rangka mewujudkan tujuan

(4)

4 Kedeputian Bidang IPSK-LIPI untuk menghasilkan karya-karya penelitian ilmu sosial dan kemanusiaan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat luas, telah ditetapkan 11 (sebelas) indikator kinerja utama Kedeputian IPSK yang mengacu pada 6 (enam) Indikator Kinerja Utama LIPI sebagai berikut:

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Kedeputian IPSK 1 Meningkatnya kontribusi LIPI

terhadap daya saing bangsa berbasis hasil penelitian

Jumlah buku yang diterbitkan dengan ISBN Jumlah sitasi dari publikasi

Jumlah hasil penelitian dan HKI bidang sosial dan kemanusiaan yang dimanfaatkan

Jumlah pengguna jasa LIPI 3 Meningkatnya rekomendasi

kebijakan berbasis hasil penelitian

Jumlah policy paper/ rekomendasi kebijakan/

keputusan yang dimanfaatkan 5 Meningkatnya hasil penelitian

yang berorientasi pada nilai tambah Sumber Daya dan perlindungan lingkungan

Jumlah potensi budaya (local wisdom) yang memiliki kotribusi pada keutuhan NKRI Jumlah konsep/model yang bernilai tambah 6 Meningkatnya jejaring dan

kerjasama ilmiah nasional dan internasional yang berkualitas dan saling menguntungkan

Jumlah perjanjian kesepakatan kerjasama (PKK)

Jumlah posisi strategis yang dijabat dalam organisasi/ pertemuan untuk internasional 7 Meningkatnya rujukan ilmiah

dan informasi iptek yang diakses masyarakat

Jumlah peserta pemasyarakatan IPTEK

8 Meningkatnya pengembangan kompetensi SDM penelitian Indonesia

Jumlah peneliti yang terindeks global

Sebagai taun awal dari Renstra, pada tahun 2016, Kedeputian Bidang IPSK-LIPI telah cukup berhasil mencapai 11 IKU Kedeputian yang telah ditetapkan. Hampir semua capaian memenuhi target dan bahkan sebagian melampaui tingkat 100 persen. Berikut ini akan

(5)

5 diuraikan pencapaian IKP tersebut secara ringkas:

Pertama, secara umum capaian kinerja IPSK dari yang ditargetkan pada awal tahun 2016 sebagaimana tercantum pada Dokumen Penetapan Kinerja IPSK, telah dilaksanakan dengan akumulasi capaian kinerja sebanyak 139 persen. Sebagain kegiatan awal dari seluruh rangkaian kegiatan lima tahun, pada Tahun 2016 ini IPSK capaian kinerja IPS telah melampaui target setiap tahun (rata-rata 20 persen) dari keseluruhan capaian kinerja IPSK 2015-2019. Walaupun demikian beberapa catatan perlu dikemukaan antara lain:

Jumlah buku yang diterbitkan dengan ISBN yang ditargetkan 51 judul, hanya terealisasi 46 judul (90 persen). Hal tersebut salah satunya akibat dari skema pemotongan anggaran yang dihadapi oleh setiap satker dan ketidakpastian penggunaan anggaran akibat kebijakan anggaran negara. Selain itu, ini juga dampak dari ketersediaan naskah yang dimiliki di setiap satuan kerja, dengan kendala tidak tersedianya dana penerbitan yang mencukupi.

Selain persoalan buku, pada capaian kinerja 2016 ini juga terlihat pada SS3, SS4 dan SS6, yang secara indikaotr kinerja kegiatan (IKK) tidak mencapai target seperti Jumlah policy paper/ rekomendasi kebijakan/ keputusan yang dimanfaatkan hanya 86 persen;

Jumlah potensi budaya (local wisdom) yang memiliki kotribusi pada keutuhan NKRI hanya mencapai 87 persen; dan Jumlah posisi strategis yang dijabat dalam organisasi/ pertemuan untuk internasional yang mencapai 79 persen. Secara sekilas memang tampak menurun, tetapi dibandingkan dengan LKj 2015 tidak terlalu jauh berbeda, kisaran angka kinerjanya.

Secara umum, capaian kinerja IPSK 2016 berbeda dengan kinerja IPSK 2015 (126%), dengan capaian yang meningkat yaitu 139% dari akumulai persentase target dengan capaian yang dihasilkan.Realisasi sitasi juga cukup signifikan karena peneliti yang dikutip terus mengalami peningkatan jumlah, yang dibuktikan oleh data yang ada pada google scholar, dan jumlah peneliti IPSK yang terindeks global (Scopus, google scholar h indeks=3).

Sehubungan dengan target dalam renstra yang menjadi acuan adalah lima tahun (2015-2019), maka idealnya secara rata-rata tingkat capaian sampai tahun 2015 adalah 20 persen. Dengan demikian dapat dikatakan, realisasi kegiatan Kedeputian IPSK LIPI sudah berjalan pada jalur rencana strategi yang tepat. Hampir seluruh kegiatan telah mampu dicapai bahkan melampaui target lima tahun yang ditetapkan.

(6)

6 Kedeputian IPSK sebagai satuan kerja setingkat eselon 1 di lingkungan LIPI membawahi 5 (lima) Satker. Dalam menjalankan kegiatan penelitian dan perkantoran Satker yang ada di bawah Kedeputian IPSK mendapatkan alokasi anggaran DIPA sesuai pengusulan pada tahun anggaran sebelum tahun anggaran berjalan. Pada tahun anggaran 2016, Kedeputian IPSK secara total mendapatkan alokasi pagu anggaran sebesar Rp. 81.031.111.000,- (delapan puluh satu milyar tiga puluh juta serratus sebelas ribu rupiah). Jumlah pagu anggaran tahun 2016 tersebut dialokasikan bagi kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan lembaga, dimana setiap Satker mendapatkan alokasi pagu anggaran sesuai pengusulan yang telah direncanakan pada tahun sebelumnya. Secara umum pada tahun anggaran 2016, Kedeputian IPSK dapat menyerap anggaran per kuartal IV sebesar Rp. 75.848.264.325,- (tujuh puluh lima milyar delapan ratus empat puluh juta dua ratus enam puluh empat ribu tiga ratus dua puluh lima rupiah) atau 93,60 persen dari total pagu anggaran tahun 2016.

(7)

7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. PENGANTAR

Sebagai lembaga pemerintah yang memiliki lingkup kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki tugas dan tanggung jawab tidak saja terkait dengan upaya memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada masyarakat dan masukan kebijakan kepada institusi pemerintah lain. Sehubungan dengan itu dalam melihat manajemen organisasi yang ada dalam lingkup Kedeputian Bidang IPSK - LIPI– LIPI diperlukan penjelasan atas berbagai hal yang telah dilakukan baik terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi-monitoring kegiatan.

Disamping hal tersebut kinerja lembaga tidak terlepas dari dukungan kapasitas sumberdaya dan timeline yang jelas dan terarah. Berbagai hal yang akan disampaikan dalam penjelasan merupakan bagian dari sistem manajemen mutu yang tercermin melalui laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP).

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, melalui sistem AKIP merupakan bentuk luaran dari kegiatan tahun berjalan terkait pencapaian visi Kedeputian Bidang IPSK - LIPI– LIPI, yaitu “menjadi lembaga penelitian berkelas dunia dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa dan masyarakat global”. Laporan kinerja kegiatan Kedeputian Bidang IPSK - LIPI- LIPI berdasar sistem AKIP ini berorentasi pada hasil dan sekaligus menjadi suatu instrumen untuk mewujudkan instansi pemerintah yang akuntabel, yang dapat beroperasi secara efisien, efektif, transparan, dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan tantangan lingkungan. Dengan demikian, diharapkan tanggungjawab untuk memberikan manfaat kepada publik dapat lebih terukur dan meningkat.

Penyusunan laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun

(8)

8 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kerja, Laporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasar peraturan tersebut maka laporan kinerja (AKIP) ini menyajikan catatan kinerja selama tahun 2017 yang dapat menjadi parameter keberhasilan IPSK-LIPI dalam melaksanakan misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja tahunan 2017.

1.2 Kondisi Umum Organisasi

Kedeputian Bidang IPSK - LIPI– LIPI merupakan salah satu dari lima (5) kedeputian yang berada di bawah LIPI. Kedeputian Bidang IPSK - LIPI– LIPI terdiri dari lima (5) satuan kerja (satker), yaitu: (1) Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), (2) Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB), (3) Pusat Penelitian Kependudukan (PPK), (4) Pusat Penelitian Politik (P2P), dan (5) Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (PSDR).

Tugas pokok Kedeputian IPSK – LIPI adalah membuat perumusan kebijakan di bidang penelitian ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Selanjutnya, fungsi Kedeputian IPSK – LIPI adalah sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan, pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang penelitian ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.

2. Pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan di bidang penelitian ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.

3. Pelaksanaan tugas-tugas yang berkaitan dengan penelitian sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Berdasarkan fungsi Kedeputian Bidang IPSK - LIPIdi atas maka setiap satuan kerja di lingkungan kedeputian bidang IPSK-LIPI mempunyai fungsi di bidangnya, sebagai berikut:

1. Mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis penelitian.

2. Pelayanan jasa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

3. Tata Usaha.

Struktur Organisasi Kedeputian Bidang IPSK-LIPI dibangun berdasarkan Keputusan Kepala LIPI Nomor 1151/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI, yang kemudian disempurnakan melalui Keputusan Kepala LIPI Nomor 3212/M/2004,

(9)

9 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala LIPI Nomor 1151/M/2001. Kedeputian bidang IPSK-LIPI dipimpin oleh seorang Deputi dengan dibantu oleh lima Kepala Pusat Penelitian yang berada di bawah Kedeputian (Lihat Skema 1). Masing-masing mempunyai tugas yang spesifik sesuai dengan core competence Satuan Kerja untuk menjawab berbagai permasalahan sosial dan kemanusian serta ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan nasional dan mengembangkan ilmu pengetahuan baru bagi kebaikan umat manusia.

Skema 1: Struktur Organisasi Kedeputian IPSK

Pada tahun 2017, jumlah seluruh Sumber Daya Manusia atau pegawai di Kedeputian Bidang IPSK - LIPIsebanyak 333 orang, terdiri dari 237 orang peneliti (71%) dan 96 orang non-peneliti (29%).

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Peneliti dan Non Peneliti IPSK LIPI

DEPUTI BIDANG IPSK LIPI Dr. Tri Nuke Pujiastuti

Ketua Tim PME Dr. Cahyo Pamungkas

Pusat Penelitian Ekonomi Dr Agus Eko

Nugroho

Pusat Penelitian Kemasyakatan dan

Kebudayaaan Dr. Narti Purwaningsih

Pusat Penelitian Kependudukan

Dra. Haning Romdiati, MA

Pusat Penelitian

Politik Dr. Adriana

Elizabeth, MA/

Dr. Firman Noor, MA

Pusat Penelitian Suberdaya Regional Dr. Ganewati

Wuryandari

(10)

10 Sumber: diolah dari semua data kepegawaian satker Kedeputian IPSK LIPI

Selain itu data kepegawaian masing-masing satker di Kedeputian IPSK LIPI berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Perbandingan jumlah pegawai berdasarkan jenjang pendidikan

Sumber: diolah dari semua data kepegawaian satker Kedeputian IPSK LIPI

Berdasar diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pegawai IPSK telah menyelesaikan pendidikan hingga S2 sebanyak 137 orang (41,1%) diikuti pegawai dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 89 orang (26,7%). Sementara, pegawai yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan hingga S3 sebanyak 55 orang (16,5%).

(11)

11 Sedangkan 48 orang (14,4%) pegawai IPSK telah menyelesaikan pendidikan D3 dan atau SLTA sederajat. Sementara dari sisi perbandingan jumlah peneliti dan non-peneliti di tingkat IPSK belum sepenuhnya ideal, dalam arti sesuai dengan ukuran perbandingan 3:1. Selain itu, hal ini juga mengabaikan kondisi peneliti dan non peneliti yang telah memasuki masa pensiun dalam waktu dekat.

Dilihat dari komposisi pegawai menurut jenis kelamin, jumlah pegawai laki-laki dan perempuan relatif seimbang yaitu 162 laki-laki (49%) dan 169 perempuan (51%).

Di tingkat satuan kerja P2E dan P2P perbandingan antara pegawai laki-laki dan perempuan relatif sama dengan perbandingan di tingkat IPSK. Di satuan kerja P2KK, perbandingan jumlah pegawai laki-laki dan perempuan paling tinggi dengan jumlah pegawai laki-laki 47 orang dan pegawai perempuan 39 orang. Sebaliknya di satuan kerja P2SDR jumlah pegawai perempuan lebih tinggi, yaitu 24 orang dibandingkan pegawai laki-laki yang berjumlah 19 orang (lihat gambar 3).

Gambar 3. Perbandingan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: diolah dari semua data kepegawaian satker Kedeputian IPSK LIPI

Kemudian pada gambar 4, dapat dilihat dari komposisi jabatan fungsional peneliti, sebagian besar peneliti IPSK memiliki jabatan fungsional pada jenjang Peneliti Madya sebanyak 73 orang (32,2%). Pada posisi kedua adalah jabatan fungsional Peneliti Muda dan Peneliti Utama yang jumlah komposisinya sama, yaitu masing-

(12)

12 masing 60 orang (26,4%). Sementara 34 orang (15%) memiliki jabatan fungsional sebagai Peneliti Pertama.

Gambar 4. Jumlah Pegawai IPSK Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti

Sumber: diolah dari semua data kepegawaian satker Kedeputian IPSK LIPI

Untuk memenuhi jumlah ideal peneliti di masing-masing satuan kerja di lingkungan Kedeputian IPSK, setiap satuan kerja melakukan evaluasi secara berkala sehingga dapat melakukan pengajuan formasi peneliti baru berdasarkan kebutuhan, baik yang dilakukan melalui mekanisme perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan atau pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Selain itu, mengikuti kebutuhan akan peningkatan kompetensi SDM yang selalu bergerak dinamis seiring dengan perubahan internal dan eksternal, evaluasi berkala juga dilakukan untuk memetakan kebutuhan peneliti di setiap jenjang fungsional peneliti. Proses pembinaan dan kaderisasi jenjang fungsional peneliti dilakukan tidak hanya menjaga kesinambungan kepakaran yang sudah dibangun sejak lama di setiap kelompok peneliti (Kelti) dalam bentuk kegiatan-kegiatan penelitian maupun kegiatan ilmiah lain di level nasional maupun internasional. Hal ini untuk merespon secara cepat perkembangan ilmu pengetahun sosial dan kemanusiaan di dalam menjawab dinamika dan permasalahan masyarakat dunia yang semakin kompleks.

(13)

13 Sebagai lembaga riset nasional, LIPI memosisikan pegawai non peneliti memiliki tugas utama untuk mendukung tugas dan fungsi kegiatan penelitian. Pegawai non peneliti selalu dituntut profesional dalam melakukan tugas-tugasnya untuk mendukung pengembangan Kedeputian IPSK sebagai lembaga riset di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan. Jumlah ideal yang dibutuhkan untuk pegawai non peneliti di setiap satuan kerja adalah 22 orang hingga tahun 2019 dengan komposisi sebagai berikut:

a. Pranata Perencana : 2 orang

b. Arsiparis : 3 orang

c. Analis Kepegawaian : 3 orang

d. Pranata Humas : 3 orang

e. Pranata Komputer : 3 orang

f. Pustakawan : 2 orang

g. BMN : 2 orang

h. Bendahara : 2 orang

i. Pengelola Administrasi Keuangan : 1 orang

j. Pengelola Jurnal : 1 orang

Dilihat dari jumlah pegawai non peneliti di Kedeputian IPSK saat ini, pegawai dengan fungsional staf administrasi umum merupakan pegawai terbanyak, yaitu 34 orang (44,7%) diikuti oleh pranata humas dengan jumlah 12 orang (15,8%).

Sementara, jumlah pegawai dengan fungsional Analis Kepegawaian 6 orang (7,9%), pegawai dengan fungsional Pustakawan sebanyak 5 orang (6,6%), pegawai dengan fungsional Pranata Komputer sebanyak 4 orang (4%), fungsional arsiparis sebanyak 3 orang (3,9%). Sedangkan pranata perencana sebanyak 1 orang (1%) (Lihat Gambar 5).

Gambar 5. Jumlah Pegawai IPSK Berdasarkan Jabatan Fungsional Non-Peneliti

(14)

14 Sumber: diolah dari semua data kepegawaian satker Kedeputian IPSK LIPI

Komposisi ini tidak seimbang dengan kondisi ideal yang dicanangkan oleh Kedeputian IPSK dikarenakan pegawai non peneliti terkonsetrasi pada satu fungsional, yaitu staf administrasi. Di tingkat satuan kerja, komposisi pegawai non peneliti di P2KK, P2E, P2K, dan P2P dilihat dari jumlahnya mendekati posisi ideal. Namun, sebagaimana di tingkat Kedeputian IPSK, komposisi pegawai non peneliti terkonsetrasi di fungsional staf administrasi. Sementara di satuan kerja P2SDR jumlah pegawai non peneliti berjumlah 8 orang jauh dari jumlah ideal yang dicanangkan. Hal ini terjadi dikarenakan satuan kerja P2SDR relatif muda yang baru berdiri sejak tahun 2001. Oleh karenanya, setiap satuan kerja merencanakan jumlah pegawai non peneliti disesuaikan dengan kebutuhan satuan kerja yang merujuk pada jumlah dan persebaran fungsional yang merata sesuai komposisi ideal yang ditetapkan oleh Kedeputian IPSK serta disesuaikan dengan jumlah peneliti yang ada.

1.3 Isu Strategis

Sebagai salah satu kedeputian dalam struktur Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) terus melakukan pembenahan dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan yang selaras dengan visi nasional dan visi LIPI. Kedeputian IPSK-LIPI memiliki tiga visi

(15)

15 utama, yaitu: (1) Menghasilkan temuan-temuan penelitian yang menjadi rujukan pengembangan ilmu sosial dan kemanusiaan; (2) Menghasilkan pemikiran dalam bidang sosial dan kemanusiaan yang berkontribusi dalam proses perumusan kebijakan dan pemberdayaan masyarakat; dan (3) Memperkuat peran IPSK sebagai rujukan dan jembatan aktivitas ilmiah dalam bidang sosial dan kemanusiaan pada tingkat nasional dan internasional.

Ketiga visi utama tersebut selaras dengan visi Pemerintahan Joko Widodo-Juf Kalla yang berjudul “Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian.” Visi tersebut diinpirasi oleh Trisaksi Bung Karno dan dipayungi secara ideologis oleh Pancasila 1 Juni 1945. Trisakti akan diwujudkan dalam tiga bidang yaitu: (1) Kedaulatan dalam politik diwujudkan dalam pembangunan demokrasi politik yang berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, Kedaulatan rakyat menjadi karakter, nilai dan semangat yang dibangun melalui gotong royong dan persatuan bangsa; (2) Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam pembangunan demokrasi ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan di dalam pengelolaan keuangan Negara dan pelaku utama dalam pembentukan produksi dan distribusi nasional; dan (3) Kepribadian dalam kebudayaan diwujudkan melalui pembangunan karakter dan kegotong-royongan yang berdasar pada realitas kebhinekaan dan kemaritiman sebagai kekuatan potensi bangsa dalam mewujudkan implementasi demokrasi politik dan demokrasi ekonomi Indonesia masa depan.

Selain Trisakti, juga terdapat Sembilan (9) agenda prioritas yang disebut NAWA CITA, yaitu: (1) Negara hadir untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga; (2) Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; (3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan; (4) Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; (7) Mewujudkan ekonomi dengan menggerakan sektor-

(16)

16 sektor strategis ekonomi domestik; (8) Revolusi karakter bangsa; dan (9) Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Komitmen untuk mengembangkan great science dalam bidang sosial dan kemanusiaan, serta seiring dengan arah kebijakan pemerintahan yang baru, Kedeputian IPSK telah menetapkan arah kebijakan penelitian yang “baru,” dengan fokus pada TRANSFORMASI SOSIAL ERA GLOBALISASI: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi. Fokus yang ingin dicapai oleh Kedeputian IPSK LIPI tersebut merupakan respon atas berbagai perubahan dan dinamika masyarakat di tengah arus global yang sedang mendunia. Arah kebijakan penelitian Kedeputian IPSK LIPI 2016-2019 merupakan arah baru sebagai hasil dari evaluasi atas renstra IPSK LIPI 2015-2019. Refocusing dilakukan terhadap seluruh program penelitian dan non-penelitian dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peran ilmu-ilmu sosial kemanusian dalam menjawab tantangan bangsa. Arah baru kebijakan penelitian Kedepuitan IPSK LIPI 2016-2019 juga telah menetapkan empat tipe penelitian yang menjadi flagship Kedeputian IPSK 2016-2019 yaitu riset dasar, riset terapan (applied research), riset pengembangan (advance research), dan kajian aktual strategis (strategic isu). Keempat tipe penelitian tersebut dikembangkan oleh IPSK dalam rangka terciptanya flagship masing-masing Satuan Kerja. Secara akumulatif, capaian flagship tersebut dalam jangka panjang akan mendukung capaian flagship Kedeputian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (PSK).

Penetapan fokus kajian IPSK 2016-2019 pada TRANSFORMASI SOSIAL ERA GLOBALISASI: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi, didasari oleh perkembangan isu-isu strategis di tingkat nasional, regional, dan global. Indonesia saat ini berada dalam era globalisasi ditandai dengan pergerakan orang, barang, modal, dan pengetahuan semakin besar dan semakin cepat, melintasi batas-batas wilayah dan negara. Hal tersebut difasilitasi oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta transportasi, yang membuat jarak semakin pendek, sehingga batas-batas negara perlu pemaknaan kembali. Dalam Future Shock, Alvin Toffler (1970) menggambarkan terjadinya berbagai perubahan besar dan mendalam akibat kemajuan ilmu dan teknologi. Jika peradaban gelombang pertama ditandai oleh penemuan pertanian, dan gelombang kedua oleh revolusi industri, dalam

(17)

17 The Third Wave, Toffler (1980) memperlihatkan bagaimana berbagai perubahan akibat akselerasi teknologi ini kemudian menjelma menjadi peradaban baru yang disebutnya sebagai gelombang ketiga.

Globalisasi menciptakan pemenang dan pecundang. Apa yang bisa dilakukan untuk mengambil manfaat dan memanfaatkan peluang sekaligus melindungi diri dari resiko globalisasi? Dalam bidang ekonomi, arus investasi melewati batas negara atau kawasan penting untuk menggerakkan perekonomian negara-negara sedang berkembang, namun pada sisi lain juga membawa resiko. Dengan sistem ekonomi dan keuangan yang semakin terintegrasi, krisis di suatu negara dapat menular ke negara lain dengan mudah, seperti Krisis Asia tahun 1990-an dan krisis keuangan global tahun 2000-an.

Kemudahan untuk bergerak melewati batas-batas negara juga meningkatkan resiko yang berupa kejahatan transnasional,seperti drugs dan human trafficking yang merupakan masalah besar di Asia. Untuk mengantisipasi hal tersebut,diperlukan tidak hanya pendekatan keamanan baru, namun juga manajemen perbatasan. Pergerakan orang lintas batas negara dan munculnya kelompok-kelompok diaspora juga memungkinkan munculnya gesekan atau konflik sosial, akibat identitas atau budaya yang berbeda, yang perlu untuk dipahami. Demikian juga pengelolan masyarakat multibudaya merupakan tantangan yang terus berkembang karena semakin masyarakat semakin dinamis dan komplek.

Seiring dengan integrasi ekonomi yang semakin dalam dan pergerakan modal yang semakin cepat, muncul tantangan tentang keberlanjutan lingkungan. Nilai-nilai tentang keberlanjutan lingkungan tidak lagi dapat dipertahankan hanya dalam skala lokal, namun harus diperjuangkan dalam arena global. Pengembangan energi terbarukan yang diputuskan oleh Uni Eropa dan Amerika, misalnya, dengan cepat memicu ekspansi perkebunan jagung, sawit, tebu dan tanaman-tanaman untuk biomass yang lain di berbagai wilayah dunia. Dengan perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam skala global, upaya mendesakkan keberlanjutan lingkungan dan sosial perlu dilakukan pada arena lokal, nasional dan global. Saling silang dan negosiasi beragam aktor dalam berbagai arena tersebut menghasilkan pilihan atas nilai keberlanjutan

(18)

18 lingkungan dan sosial yang ingin dikembangkan, namun juga menjadi komoditas politik ekonomi perdagangan antar negara.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga menjadikan penyebaran berbagai ide dan pengetahuan semakin mudah. Penyebaran paham radikal kelompok garis keras yang mengatasnamakan agama atau ketimpangan ekonomi melalui website dan media-media sosial menjadi hal yang begitu mudah bisa dilakukan. Namun, pemblokiran situs-situs yang dianggap radikal juga bisa menular pada pemasungan kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat. Pemahaman secara kritis terhadap isu terorisme yang tengah berkembang saat ini, termasuk penyebarannya, diperlukan agar tidak memberi justifikasi baru untuk mengekang ekpresi keagamaan ataupun melakukan intervensi ke dalam batas negara lain.

Untuk menjawab berbagai tantangan dan persoalan dalam globalisasi tersebut, diperlukan model transformasi sosial yang mampu mengarahkan Indonesia lebih baik.

Dalam merespons perubahan yang semakin cepat, masyarakat dan negara perlu mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Transformasi sosial diperlukan supaya masyarakat Indonesia memiliki kemampuan untuk berkompetisi dan beradaptasi dengan arus globalisasi. Selama ini transformasi sosial di negara berkembang banyak mengikuti model dari negara-negara industri yang sudah terbukti tidak berkelanjutan, sehingga perlu dicari model transformasi yang baru (Korten 1981:609).

Transformasi sosial ini tidak hanya berkaitan dengan perubahan struktur sosial, namun juga perubahan nilai (Alfian 1986:vii). Perubahan sosial yang diharapkan tidak hanya menyangkut kualitas struktur sosial, namun juga kondusif bagi pengembangan tata nilai baru, pandangan dan sikap-sikap dan perilaku baru, cara-cara serta pranata baru yang ada di masyarakat secara berkesinambungan.

Dalam model transformasi ini, diharapkan masyarakat menjadi subyek, bukan obyek, perubahan. Dengan demikian di dalam konsep transformasi, masyarakat dilibatkan secara aktif untuk berpartisipasi di dalam menyusun dan melakukan perubahan. Keterlibatan masyarakat ini penting karena transformasi terjadi ketika masyarakat membuat perubahan, dan ada proses penyesuaian yang dilakukan masyarakat terhadap perubahan yang terjadi. Untuk itu maka diperlukan saluran

(19)

19 perubahan, yang berfungsi agar perubahan itu dikenal, diterima dan diakui oleh masyarakat, sehingga dapat terjadi pelembagaan (institusionalisasi) terhadap perubahan.

Mengacu pada tema payung Kedeputian IPSK 2016-2019 “Transformasi Sosial Era Globalisasi: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi” kegiatan kompetensi inti setiap Satker diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan rekomendasi kebijakan strategis. Dalam mendukung/mencapai tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan rekomendasi kebijakan strategis, setiap Satker di bawah Kedeputian IPSK telah merumuskan dan menetapkan tema payung (flagship) sesuai dengan kekuatan keilmuan masing-masing Satker. Berdasar pada kekuatan kelimuan masing- masing Satker maka setiap Satker menetapkan tema payung (flagship) sehingga memberikan ciri/identitas ilmu sosial humaniora. Berbagai isu strategis yang menjadi kekuatan Satker berdasar kekuatan keilmuan yang ada meliputi aspek dinamika sosial, budaya, ekonomi dan politik keamanan di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional menjadi penting sebagai upaya menegaskan identitas Kedeputian IPSK.

(20)

20

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. Umum

Berdasarkan Perka LIPI No. 1 Tahun 2014 Pasal 273, Kedeputian Bidang IPSK - LIPI–

LIPI sebagai salah satu dari lima kedeputian lingkungan LIPI mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penelitian sosial dan kemanusiaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kedeputian Bidang IPSK - LIPI–

LIPI menyelenggarakan fungsi (a) perumusan kebijakan, pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang IPSK; (b) pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan di bidang penelitian IPSK; (c) pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan penelitian sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala LIPI. Dalam rangka mencapai tujuan serta melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, disusun suatu perencanaan dan perjanjian kinerja yang merupakan komitmen kuat dari segenap elemen dalam lingkup Kedeputian Bidang IPSK. Perencanaan dibuat agar tujuan dan sasaran organisasi tercapai dengan baik. Target capaian tersebut bisa terlaksana apabila didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, serta ketersediaan sarana prasarana dan anggaran untuk melaksanakan program.

2.2. Rencana Strategis Tahun 2015-2019

Rencana Strategis (Renstra) merupakan sebuah dokumen yang dijadikan acuan untuk menentukan arah organisasi dalam periode 5 tahun kedepan, memberi cara mencapai tujuan organisasi, serta mengevaluasi apakah jalannya organisasi telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Sebagai sebuah unit kerja eselon I, Renstra Kedeputian Bidang IPSK - LIPIbersifat koordinatif. Hal ini disebabkan implementasi kegiatan berada pada satuan kerja di bawahnya, yaitu Pusat Penelitian Politik (P2P), Pusat Penelitian Kependudukan (P2K), Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK), Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), dan Pusat Penelitian Sumberdaya Regional (PSDR).

Keseluruhan Renstra IPSK dalam dilihat dalam dokumen rencana strategis koordinatif

(21)

21 IPSK Tahun 2015-2019. Dokumen ini merupakan rencana strategis yang berkelanjutan dan menjadi pedoman utama dalam upaya mewujudkan rencana program dan kegiatan seluruh satuan kerja di bawahnya serta mewujudkan Visi dan Misi LIPI.

Meskipun Kedeputian Bidang IPSK - LIPItelah berusaha dengan optimal masih ada beberapa persoalan yang belum terselesaikan, antara lain: pertama, belum muncul dan disebarluaskan “branding” kedeputian IPSK sebagai ikon dalam pengembangan ilmu pengetahuan sosial-kemanusiaan. Karena itu revitalisasi dalam bidang “branding”

kedeputian menjadi program yang dikerjakan IPSK pada tahun 2017. Kedua, perkembangan lima pusat penelitian di lingkungan kedeputian IPSK belum sepenuhnya dalam kerangka dan standar yang setara. Ketiga, kebutuhan revitalisasi IPSK dimulai melalui refocusing topik penelitian di tingkat Satuan Kerja (Satker) menjadi flagship Satker. Keempat, dari flagship Satker itu diharapkan dapat disusun tema besar (identitas) penelitian IPSK-LIPI lima tahun mendatang.

Kedeputian IPSK menekankan pentingnya reorientasi dan memfokuskan kembali kebijakan penelitian, serta mengoptimalkan kekuatan peneliti dan non- penelitinya. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengantisipasi tingginya tuntutan perubahan atas dinamika sosial, budaya, ekonomi dan politik keamanan di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional. Penguatan kompetensi Satker merupakan prioritas yang diharapkan membawa perubahan IPSK agar memiliki peran yang lebih nyata.

Berdasarkan Rapat Kerja (Raker) Kedeputian IPSK 2017, memandang perlu untuk me-review, merevisi, dan memfokuskan kembali kegiatan satker di kedeputian sesuai dengan program pemerintah. Hasil perumusan dari Raker IPSK ini kemudian dijadikan salah satu bahan penyusunan program kegiatan di tahun 2017 (hasil rumusan Raker IPSK 2017 dapat dilihat pada lampiran). Inti dari memfokuskan kembali kegiatan kedeputian ini adalah untuk memberikan arahan pada kerangka regulasi dan kebijakan di Kedeputian Bidang IPSK - LIPIyakni pada tema “Optimalisasi Peran dan Kontribusi Kedeputian Bidang IPSK - LIPI– LIPI dalam Transformasi Sosial Menuju Ketahanan Bangsa Di Era Globalisasi.” Diharapkan dengan hasil refocusing dan koordinasi para insan akademisi seluruh Satker, kontribusi IPSK pada

(22)

22 pengembangan ilmu-ilmu sosial dan pada perumusan kebijakan pemerintah akan meningkat pada masa mendatang.

2.2.1. Visi Kedeputian Bidang IPSK-LIPI

Visi Kedeputian Bidang IPSK - LIPImerujuk kepada visi nasional dan juga visi LIPI. Visi pembangunan nasional sesuai dengan UU RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 ialah menuju Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. RPJPN ini dibagi menjadi 4 tahap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu RPJMN I (2005-2009), RPJMN II (2010-2014), RPJMN III (2015-2019), RPJMN IV (2020-2024).

Sementara itu, visi nasional dalam RPJMN III (2015-2019) berbunyi:

"Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi."

Dalam upaya mencapai visi jangka panjang tersebut, dan sejalan dengan Visi Pembangunan 2015-2019, LIPI menetapkan Visi tahun 2015-2019, sebagai berikut:

“Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perekonomian melalui pengelolaan SDA berkelanjutan dan mencerdaskan masyarakat.”

Visi tersebut kemudian diadopsi ke dalam visi Kedeputian Bidang IPSK-LIPI sebagai berikut:

“Menjadi lembaga penelitian berkelas dunia dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa dan masyarakat global.”

2.2.2. Misi Kedeputian Bidang IPSK-LIPI

Untuk mencapai visi besar tersebut di atas, Kedeputian IPSK - LIPI menyusun tiga visi utama yaitu:

Menghasilkan temuan-temuan penelitian yang menjadi rujukan pengembangan ilmu sosial dan kemanusiaan.

Menghasilkan pemikiran dalam bidang sosial dan kemanusiaan yang berkontribusi

(23)

23 dalam prosesperumusan kebijakan danpemberdayaan masyarakat.

Memperkuat peran IPSK sebagai rujukan dan jembatan aktivitas ilmiah dalam bidang sosial dan kemanusiaan pada level nasional dan internasional.

2.2.3. Tujuan Kedeputian Bidang IPSK-LIPI

Tujuan mencerminkan capaian yang akan dicapai dalam 5 tahun mendatang. Tujuan Kedeputian IPSK LIPI 2015-2019 adalah:

1. Dihasilkannya penelitian yang berkualitas dan terdepan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.

2. Berkontribusi terhadap pemecahan persoalan dalam lingkup nasional, regional dan global.

3. Membangun kapasitas untuk menjadi lembaga yang memiliki otoritas keilmuwan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan serta membangun komunitas ilmiah pada tingkat nasional, regional dan global dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.

2.2.4. Sasaran Kedeputian Bidang IPSK-LIPI Sasaran tujuan 1 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya jumlah publikasi ilmiah nasional dan internasional.

b. Meningkatnya sitasi/kutipan.

c. Meningkatnya aktivitas ilmiah pada tingkat nasional dan internasional.

Sasaran tujuan 2 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya permintaan jasa kepakaran.

b. Meningkatnya jumlah naskah kebijakan.

c. Meningkatnya jumlah rumusan dan model hasil penelitian yang diimplementasikan oleh pemangku kepentingan.

Sasaran tujuan 3 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya jumlah kerjasama penelitian.

b. Meningkatnya jumlah publikasi bersama.

c. Menjadi tuan rumah seminar internasional.

d. Meningkatnya pertukaran peneliti.

(24)

24 e. Menguatnya peran menjadi focal point.

f. Meningkatnya partisipasi dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional.

g. Meningkatnya keanggotaan dalam organisasi ilmiah nasional dan internasional.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka Indikator Kinerja IPSK - LIPI dalam kaitannya dengan sasaran, dirumuskan sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah publikasi ilmiah nasional dan internasional, yang diukur dari:

Jumlah buku ilmiah yang diterbitkan oleh penerbit nasional/internasional

Jumlah tulisan ilmiah dalam jurnal nasional/internasional

Jumlah prosiding yang diterbitkan oleh penerbit nasional/internasional 2. Meningkatnya sitasi/kutipan, yang diukur dari:

Jumlah sitasi peneliti LIPI yang dikutip dalam tulisan ilmiah

3. Meningkatnya aktivitas ilmiah pada tingkat nasional dan internasional, yang diukur dari:

Jumlah seminar nasional/internasional yang diselenggarakan

Jumlah workshop nasional/internasional yang diselenggarakan

Diseminasi dalam bentuk penerbitan jurnal nasional/internasional yang terakreditasi

4. Meningkatnya permintaan jasa kepakaran, yang diukur dari:

Jumlah profesor riset.

Jumlah SDM berpendidikan S2, S3

Jumlah peneliti/pakar yang menjadi narasumber.

Jumlah lembaga yang memanfaatkan jasa peneliti.

5. Meningkatnya jumlah naskah kebijakan, yang diukur dari:

Jumlah konsep kebijakan (timbangan ilmiah, policy paper) di bidang sosial kemanusiaan (ekonomi, sosial, budaya, politik, kependudukan) yang dipakai penyelenggara Negara.

6. Meningkatnya rumusan dan model hasil penelitian yang diimplementasi oleh pemangku kepentingan, yang diukur dari:

Jumlah rumusan dan model hasil penelitian yang diterapkan pemangku

(25)

25 kepentingan

7. Meningkatnya jumlah kerjasama penelitian, yang diukur dari:

Jumlah kesepakatan kerjasama (MoU) yang ditandatangani

Jumlah kerjasama penelitian yang berlandaskan kesepakatan (MoU) terlaksana

8. Meningkatnya jumlah publikasi bersama, yang diukur dari:

Jumlah tulisan ilmiah bersama yang diterbitkan

9. Menjadi tuan rumah seminar internasional, yang diukur dari:

Jumlah seminar internasional yang terselenggara 10. Meningkatnya pertukaran peneliti, yang diukur dari:

Jumlah peneliti yang menjadi fellowship

11. Menguatnya peran menjadi focal point, yang diukur dari:

Jumlah kehadiran sebagai delegasi RI

Jumlah saran/masukan untuk delegasi Indonesia

Jumlah pertemuan koordinasi dengan instansi terkait

Jumlah lembaga yang diperani

12. Meningkatnya partisipasi dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional, yang diukur dari:

Jumlah peneliti yang terlibat aktif dalam pertemuan ilmiah nasional/internasional;

13. Meningkatnya keanggotaan dalam organisasi ilmiah nasional dan internasional, yang diukur dari:

Jumlah peneliti yang menjadi anggota organisasi ilmiah

Jumlah organisasi ilmiah yang diikuti.

2.3. Kebijakan

Tujuan dan sasaran di atas akan dapat dapat dicapai apabila ada kebijakan dan program yang didukung dengan anggaran yang baik. Secara umum kebijakan Kedeputian Bidang IPSK – LIPI pada upaya peningkatan kualitas hasil-hasil bidang sosial dan kemanusiaan. Dalam pelaksanaannya, kebijakan yang dibuat merupakan

(26)

26 perwujudan dari visi dan misi berkaitan dengan perbaikan arah dan manajemen penelitian, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan kinerja, dan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. Hal tersebut akan dicapai terutama melalui:

a. Refocusing flagship dan tema penelitian di satuan kerja Kedeputian IPSK - LIPI sehingga lebih mampu menjawab tantangan dan persoalan dalam tataran lokal, nasional dan global, serta pengembangan keilmuan.

b. Peningkatan pembinaan fungsional peneliti dan non peneliti

c. Mendesain fungsi Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian supaya lebih efektif dan optimal.

d. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana untuk staf peneliti dan staf administrasi.

2.4. Strategi

Guna menjalankan kebijakan-kebijakan yang sudah diuraikan diatas, strategi yang diterapkan Kedeputian Bidang IPSK – LIPI untuk mencapai tujuan dan sasaran, adalah sebagai berikut:

a. Membuat refocusing arah penelitian, baik pada level kedeputian maupun pada level satuan kerja (pusat penelitian) di bawahnya

b. Menyusun rencana penelitian jangka pendek dan jangka panjang dengan melibatkan staf peneliti sesuai dengan kompetensinya masing-masing.

c. Mengembangkan penelitian-penelitian frontiers dan terapan.

d. Mengembangkan program-program penelitian kerjasama.

e. Mengembangkan bentuk-bentuk penghargaan yang mendorong staf peneliti melakukan kegiatan penelitian dan menghasilkan karya ilmiah yang bermutu.

f. Mengadakan pertemuan secara berkala antara pimpinan dan staf peneliti untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan ilmu dan kelembagaan.

g. Mendorong agar peneliti mempertanggung-jawabkan mutu hasil penelitian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(27)

27 h. Memberi peluang kepada staf peneliti untuk studi lanjut S-2 dan S-3 di luar dan

dalam negeri.

i. Meningkatkan penguasaan metodologi penelitian, kualitas analisis dan penulisan hasil penelitian di kalangan staf peneliti.

j. Meningkatkan dan merintis kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian di luar dan di dalam negeri dalam rangka peningkatan kualitas SDM.

k. Meningkatkan kemampuan bahasa asing peneliti baik lisan maupun tulisan, melalui kursus bahasa asing.

l. Mengembangkan website IPSK dan website puslit-puslit di bawahnya.

m. Mengembangkan jurnal-jurnal ilmiah sebagai media hasil penelitian staf peneliti dan karya ilmiah yang dihasilkan kelompok-kelompok studi.

n. Meningkatkan profesionalitas staf administrasi, melalui kerjasama dengan instansi/lembaga kursus-kursus dengan pelatihan dalam bidang perpustakaan, komputer, kepegawaian dan keuangan.

o. Memberlakukan sistem reward dan punishment yang adil dan transparan p. Meningkatkan kesejahteraan staf peneliti dan staf administrasi

q. Menata ruang kerja, ruang seminar/diskusi, perpustakaan dan komputer untuk pimpinan, staf peneliti dan staf administrasi sesuai dengan kebutuhan standar minimal.

r. Melakukan sosialisasi kegiatan Kedeputian IPSK-LIPI kepada mitra dan calon mitra kerjasama termasuk para pemangku kepentingan.

s. Mengembangkan kelembagaan mencakup publikasi ilmiah elektronik dan non- elektronik serta mewujudkan pangkalan data sesuai dengan kompetensi inti di lingkungan Kedeputian Bidang IPSK.

Sementara itu, untuk mencapai fokus Kedeputian Bidang IPSK – LIPI yang baru, telah menetapkan refocusing seluruh program penelitian dan non-penelitiannya. Salah satu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari reformulasi Renstra Kedeputian Bidang IPSK – LIPI yang baru adalah strategi apa yang akan dilakukan oleh IPSK untuk dapat mencapai atau meningkatkan target penelitiannya. Dalam kaitan itu, mengacu pada Renstra LIPI bahwa penelitian harus mampu memenuhi indikator Kerja Utama (IKU)

(28)

28 yang telah disepakati sebagai ukuran. IKU tersebut telah di SK-kan oleh Kedeputian IPSK pada 2016. Selain itu, Kedeputian IPSK juga menerapkan pencapaian penelitiannya melalui bagaimana setiap jenis penelitian dapat menerjemahkan Level Kesiapaan Teknologi (Technological Readiness Level (TRL), yang juga diadopsi oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristek). Dalam mencapai IKU di satu sisi, dan TRL di sisi lain, setiap satuan kerja akan membangun flagship yang berbasis Indikator Kerja Utama (IKU).

Dalam mencapai tujuan dan peran IPSK sesuai dengan kerangka besar RPJMN, Sasaran Srategis LIPI, riset ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan pada Kedeputian IPSK LIKI menetapkan empat tipe penelitian yang menjadi flagship-nya, yaitu riset dasar, riset terapan (applied research), riset pengembangan (advance research), dan kajian aktual strategis (strategic isu). Khusus mengenai riset pengembangan (advance research), IPSK LIPI menerapkan dua program yaitu pertama Global Village: Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Menjawab Tantangan Global; dan Laboratorium Sosial (Labsos).

Keempat tipe penelitian tersebut dikembangkan oleh IPSK dalam rangka terciptanya flagship masing-masing Satuan Kerja. Secara akumulatif, capaian flagship tersebut dalam jangka panjang akan mendukung capaian flagship Kedeputian Bidang Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) - LIPI. Keempat tipe riset yang dikembangkan tersebut memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Secara garis besar perbedaannya digambarkan sebagai berikut:

(29)

29 Tabel 1: Kegiatan Penelitian Lingkup Kedeputian Bidang IPSK - LIPI

Tipe

Penelitan Pengertian Pendekatan Output IKU

Penelitian Dasar

Penelitian ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan untuk pengembangan kompetensi inti/dasar (core

comptence) para peneliti IPSK

Riset Dasar Sumbangan keilmuan

Keahlian dasar para peneliti IPSK

Manuskrip

Laporan penelitian

Artikel jurnal

Working Paper

Buku Penelitian

Terapan

Penelitian ilmiah yang bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan, dalam rangka menyelesaikan persoalan yang berkembang di masyarakat

Terapan Sumbangan untuk menyelesaikan masalah (problem solving)

Model

Policy Paper

Policy Brief

Naskah Akademik

Timbangan Ilmiah Penelitian Pengembangan

Frontier Research

Penelitian yang memiliki potensi untuk memberikan kontribusi penemuan teori/paradigma/perspektif/metodolog i baru yang bisa membantu

memecahkan masalah-masalah sosial kemanusiaan dalam jangka panjang

Out of the box dan/atau pendekatan khusus yang bersifat frontier

Penemuan

baru/reformulasi/diskursus/perspe ktif baru/model/teori/metoda

Intervensi jangka pendek: model, skenario, policy brief/kebijakan

Intervensi jangka menengah/

panjang: Teori, Paradigma, Proposisi, Diskursus, Metode Baru

(30)

30 Laboratorium

Sosial

Penelitian sosial yang dilakukan untuk menguji model, konsep, teori, proposisi, skenario, sehingga menjadi model, konsep, teori, proposisi, skenario yang terbukti (proven).

Pengembanga n (advance)

Uji model, konsep, teori, proposisi, skenario

Laporan Uji:

model,

konsep,

teori,

proposisi,

skenario Kajian Aktual

Strategis (Strategic Isue)

Kajian aktual strategis berisi dua yaitu:

1. Penelitian terhadap masalah- masalah lama yang belum

terselesaikan (unresolved problems) dan berdampak jangka panjang bagi sebuah negara.

2. Penelitian terhadap isu-isu baru dan strategis yang berkembang sesuai dengan situasi dan dinamika social, politik, ekonomi, dan budaya baik dalam konteks domestik, global dan internasional.

Terapan Sumbangan untuk menyelesaikan masalah (problem solving

Skenario Penyelesaian Masalah

(31)

31 Keempat kategori riset yang dilakukan di lingkungan Kedeputian Bidang IPSK, apabila dihubungkan dengan konsep Technological Readiness Level (TRL), tingkat TRL riset-riset ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan meliputi level 1 hingga 9, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2: Katagori Technological Readiness Level (TRL) Kedeputian Bidang IPSK - LIPI

TRL Definisi

9 Hasil labsos dan frontier research yang dimanfaatkan oleh user (stakeholder dan masyarakat)

8

7 Bukti Uji Pengujian Final (Laboratorium Sosial) 6 Bukti Uji Pengujian Awal (Laboratorium Sosial) 5 Frontier Research (Academic Insight, Teori)

4 Laboratorium Ilmu Sosial (Uji Model/Konsep/Proposisi)

3

1. Frontier Research (mencari posisi frontier research) 2. Riset strategic issue

3. Problem solving

2

Riset Terapan (model/policy brief/kebijakan/timbangan kebijakan)

Kajian Aktual Strategis (model/policy brief/kebijakan/timbangan kebijakan)

1 Riset Dasar (Publikasi ilmiah buku, jurnal ilmiah nasional dan internasional)

2.5. Program dan Kegiatan 2.5.1. Penelitian Kompetensi Inti

Mengacu pada tema payung Kedeputian Bidang IPSK – LIPI 2016-2019 “Transformasi Sosial Era Globalisasi: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi” kegiatan kompetensi inti setiap Satker diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa karya ilmiah / skripsi yang berjudul : “PENGARUH LAMA PERENDAMAN JAGUNG GILING DAN DOSIS RAGI TERHADAP KADAR ALKOHOL TAPE JAGUNG GILING”. Adalah bukan

Tetapi apabila ada kerusakan atau buku hilang maka kartu anggota akan disita petugas sampai pengunjung bisa membayar denda yang dibebankan kepadanya.. Jadi apabila

Mencari data pegawai yang beralamat di daerah “ Data ”, langkah yang harus dilakukan posisikan pointer pada field yang berisi data yang dicari, missal

Wereng batang cokelat (WBC) merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi di Indonesia. Ketahanan tanaman padi merupakan salah satu komponen dalam pengendalian WBC.

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan

Hasil ini berarti bahwa variabilitas variabel dependen (praktik perataan laba) yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen (kepemilikan institusional,

Sebelum praktik mengajar terbimbing dilaksanakan semua anggota kelompok PPL berdiskusi membahas jadwal dan matriks pelaksanaan praktik mengajar mandiri. Jadwal dan

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah