• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam."

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

NURFATH CHAIRUNNISA

NIM. 2015.1.18.1.02106

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM IAI BUNGA BANGSA CIREBON

TAHUN 2019

(2)

ii

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Peer Group Terhadap Disiplin Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon” Oleh Nurfath Chairunnisa NIM. 2015.1.18.1.02106, telah diajukan dalam Sidang Munaqosah Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal ...

Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Cirebon, September 2019

Sidang Munaqosah,

Ketua

Merangkap Anggota,

Dr. H. Oman Fathurrohman, M.A.

NIDK. 8886160017

Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Sulaiman, M.MPd NIDN. 2118096201

Penguji I,

………..

NIDN. ………..

Penguji I,

………..

NIDN. ………..

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

ABSTRAK

NURFATH CHAIRUNNISA. NIM. 2015.1.18.1.02106: PENGARUH PEER GROUP TERHADAP DISIPLIN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS VIII DI SMPN 2 GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON

Skripsi ini membahas pengaruh peer group terhadap disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2018/2019. Kajiannya dilatarbelakangi oleh perkembangan interaksi sosial yang pesat pada generasi remaja di usia pendidikan menengah pertama dalam memerankan peer group guna terciptanya disiplin belajar siswa yang diharapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang peer group, disiplin belajar siswa, dan mengetahui adanya pengaruh peer group terhadap disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2018/2019.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey research pada tingkat eksplanasi asosiatif hubungan kausal dan menggunakan paradigma sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 288 siswa. Sampel yang digunakan sebanyak 74 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dengan teknik analisis regresi non-linear model kuadratik.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai t hitung > t tabel atau (-2,370 >

1,66660) dan 0,05 > nilai signifikansi (0,05 > 0,021), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Jadi peer group mempengaruhi disiplin belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2018/2019. Dalam penelitian ini mempunyai nilai r sebesar 0,410 artinya kolerasi antara variabel peer group dan disiplin belajar siswa tergolong cukup. Nilai R Square atau KD (Koefisien Determinan) dalam penelitian ini sebesar 0,168 artinya bahwa 16,8% peranan peer group mempunyai pengaruh untuk menentukan disiplin belajar siswa, sedangkan sisanya sebesar 83,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah hasanah ilmu pengetahuan mengenai peer group dan disiplin belajar siswa. Selain itu dapat menjadi tolak ukur dalam bimbingan sosial siswa guna mengembangkan disiplin belajar.

Kata Kunci : Peer Group, Disiplin Belajar Siswa

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabat serta seluruh umatnya yang setia.

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana Strata satu (S1) di Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul “Pengaruh Peer Group Terhadap Disiplin Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII Di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon”

Banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penulisan skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Atas bantuan dan dorongan baik berupa moril maupun materil kepada penulis, maka penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebanyak- banyaknya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Drs. H. A. Basuni, Ketua Yayasan Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon (BBC).

2. Dr. H. Oman Fathurohman, M.A. Rektor IAI Bunga Bangsa Cirebon.

3. Drs. Sulaiman, M.M.Pd, Wakil Ketua I Bidang Akademis IAI Bunga Bangsa Cirebon.

(8)

viii

4. Dr. H. Oman Fathurohman, M.A., Dosen Pembimbing I.

5. H. Barnawi, M.S.I, Dosen Pembimbing II.

6. Agus Dian Alirahman, M.Pd.I, Ketua Prodi PAI IAI Bunga Bangsa Cirebon.

7. Dra. Hj. Asmuri, MM. Kepala SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon.

8. Dewan Guru dan Staf SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon.

9. Siswa kelas VIII SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penelitian.

10. Ayahanda M. Saleh dan Ibunda Ida Huraidah tercinta yang senantiasa mendo‟akan dalam menyelesaikan studi ini, serta adikku tersayang Nursofiatun Khofifah yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan studi ini dengan baik.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga budi baik yang telah bapak, ibu, saudara berikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Cirebon, September 2019

Penulis

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskriptif Teori 1. Peer Group ... 10

(10)

x

a. Pengertian Peer Group ... 10

b. Latar Belakang Peer Group ... 11

c. Fungsi Peer Group ... 12

d. Ciri-ciri Peer Group ... 15

e. Macam-macam Peer Group ... 16

f. Etika Terhadap Teman Sebaya... 17

g. Pengaruh Perkembangan Peer Group ... 20

2. Disiplin Belajar Siswa ... 21

a. Pengertian Disiplin Belajar ... 21

b. Macam-macam Disiplin ... 24

c. Unsur-unsur Disiplin Belajar ... 26

d. Fungsi Disiplin Belajar ... 28

3. Peran Peer Group Terhadap Disiplin Belajar ... 30

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 49

(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 55

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 55

C. Pengujian Hipotesis ... 58

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 116

E. Keterbatasan Penelitian ... 119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 120

B. Saran ... 121 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan ... 40

Tabel 3.2 Jawaban dan Skor... 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 44

Tabel 3.4 Penafsiran Hasil Persentase ... 52

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 56

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 57

Tabel 4.3 Gambaran Kategorisasi Peer Group ... 59

Tabel 4.4 Penafsiran Hasil Persentase ... 60

Tabel 4.5 Siswa Mengalami Proses Sosialisasi... 61

Tabel 4.6 Siswa Merasa Dihargai ... 62

Tabel 4.7 Siswa Perlu Perhatian dari Orang Lain ... 63

Tabel 4.8 Siswa Ingin Menemukan Dunianya ... 64

Tabel 4.9 Siswa Mengajarkan Kebudayaan ... 65

Tabel 4.10 Peer Group Membantu Siswa Mengenal Peranan Sosial yang Baru ... 66

Tabel 4.11 Peer Group Menjadi Sumber Informasi ... 67

Tabel 4.12 Siswa Bergantung dengan Kelompok Teman Sebanyanya... 68

Tabel 4.13 Peer Group Mengajarkan Siswa Bersikap dan Bertingkah Laku seperti Orang Dewasa ... 69

Tabel 4.14 Siswa dapat Mencapai Kebebasan Sendiri... 70

Tabel 4.15 Siswa Mempunyai Organisasi Sosial ... 71

Tabel 4.16 Siswa Memotivasi Teman Dekatnya... 72

(13)

xiii

Tabel 4.17 Siswa Menolak Individu yang Tidak Termasuk dalam Kelompok

Geng ... 73

Tabel 4.18 Siswa Membentuk Kelompok Sebaya Berdasarkan Status Sosial Ekonomi ... 74

Tabel 4.19 Siswa Mengucapkan Salam Ketika Bertemu ... 75

Tabel 4.20 Siswa Bermanis Muka dan Bersikap Lemah Lembut ... 76

Tabel 4.21 Siswa Memaafkan Kesalahan dan Menahan Amarah ... 77

Tabel 4.22 Siswa Memanggil dengan Panggilan yang Buruk ... 78

Tabel 4.23 Siswa Menjaga Rahasia ... 79

Tabel 4.24 Lebih Siap Menghadapi Kehidupan yang Akan Datang ... 80

Tabel 4.25 Mengembangkan Rasa Solidaritas Antar-Kawan ... 81

Tabel 4.26 Bersikap Mandiri dan Disiplin ... 82

Tabel 4.27 Siswa Menyalurkan Perasaan dan Pendapat ... 83

Tabel 4.28 Siswa Sulit Menerima Seseorang yang Tidak Mempunyai Kesamaan... 84

Tabel 4.29Siswa Tertutup Bagi Individu Lain yang Tidak Termasuk Anggota ... 85

Tabel 4.30 Menimbulkan Persaingan Antar Kelompok ... 86

Tabel 4.31 Menimbulkan Pertentangan Antar Kelompok Sebaya ... 87

Tabel 4.32 Gambaran Kategorisasi Disiplin Belajar Siswa ... 89

Tabel 4.33 Penafsiran Hasil Persentase ... 90

Tabel 4.34 Siswa Tepat Masuk Kelas pada Mata Pelajaran PAI & Budi Pekerti ... 90

(14)

xiv

Tabel 4.35 Siswa Meminta Izin Keluar Kelas pada Saat Pembelajaran

Berlangsung ... 91

Tabel 4.36 Siswa Membolos Tidak Mengikuti Jam Pelajaran ... 92

Tabel 4.37 Siswa Terlambat Masuk Kelas ... 93

Tabel 4.38 Siswa Memiliki Kesadaran untuk Kebersihan Kelas ... 94

Tabel 4.39 Siswa Berbincang-Bincang dengan Teman Ketika Guru Sedang Menjelaskan Pelajaran ... 95

Tabel 4.40 Siswa Berkunjung Tempat Duduk Teman Tanpa Izin ... 96

Tabel 4.41 Siswa Mengedarkan Tulisan atau Menggambar pada Saat Guru Menjelaskan Materi ... 97

Tabel 4.42 Siswa Memakai Atribut Sekolah dengan Baik ... 98

Tabel 4.43 Siswa Membuat Kegaduhan Saat Jam Pelajaran ... 99

Tabel 4.44 Siswa Bersikap Respek Terhadap Orang Lain ... 100

Tabel 4.45 Siswa Menghormati Guru Ketika Pembelajaran Berlangsung ... 101

Tabel 4.46 Siswa Melecehkan Guru dan Teman Sebayanya ... 102

Tabel 4.47 Siswa Mengumpulkan Tugas Tepat Waktu ... 102

Tabel 4.48 Siswa Memiliki Interaksi Sosial yang Diwujudkan dalam Persahabatan ... 103

Tabel 4.49 Siswa Melakukan Shalat Dhuha pada Saat Jam Istrirahat Pertama ... 104

Tabel 4.50 Siswa Melakukan Shalat Dzuhur pada Saat Jam Istirahat Kedua .. 105

Tabel 4.51 Siswa Mengajak Kelompok Sebayanya untuk Shalat Berjamaah . 106 Tabel 4.52 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 107

(15)

xv

Tabel 4.53 ANOVA Table ... 108

Tabel 4.54 Model Summary and Parameter Estimates ... 109

Tabel 4.55 Variables Entered/Removeda ... 111

Tabel 4.56 Model Summary ... 111

Tabel 4.57 ANOVAa ... 112

Tabel 4.58 Coefficientsa ... 113

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka berpikir pengaruh peer group terhadap disiplin

belajar siswa ... 35

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat berlangsung kapan saja dan di mana saja dengan syarat adanya guru, ada siswa, dan materi pembelajaran. Siswa dan atau guru dapat siapa saja, baik yang usianya lebih tua, lebih muda, ataupun teman sebaya. Apabila terjadi penguasaan tentang sesuatu yang baru, maka proses belajar telah terjadi.1

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Siswa pada usia sekolah menengah, merupakan generasi muda yang berada pada tahap remaja awal yaitu antara usia 13-17 tahun. Pada masa ini, interaksi sosial pada remaja tergolong lebih pesat. Interaksi sosial pada remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan kelompok teman sebaya (peer group) sebagai kelompok.3 Pengaruh kelompok teman sebaya bisa saja membawa seseorang melakukan hal yang positif atau pun negatif.

1 Gustina, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Kelompok Sebaya, Ta’dib, Vol. 17, No. 1, 2014, h.

47

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2019, p. 1 (http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm) di akses pada hari Kamis 18 April 2019 pukul 11.56 WIB

3 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Terj. dari Development Psyschology: A life-Span Approach oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo, (Jakarta: Erlangga, 2015), Ed. 5, h. 213

(18)

Abu Hurairah dalam hadis meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda:

ُلُجَّرلا ُلِلاَخُي ْنَم ْمُكُدَحَأ ُرُظْنَ يْلَ ف ُهُلْ يِلَخ ِنْيِد ىَلَع

“Seseorang itu bergantung pada agama teman akrabnya. Maka hendaklah salah seorang diantara kamu memperhatikan siapa yang dia jadikan teman akrab.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2395 – Hadis Hasan)4

Hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang itu akan dengan mudah mengikuti kebiasaan, cara hidup dan perilaku sahabatnya.5 Hal tersebut berkaitan erat antara lingkungan peer group dengan sikap disiplin seseorang. Disiplin merupakan salah satu potensi yang ada di dalam diri seseorang yang berbuat aktif. Setiap individu membutuhkan kedisiplinan, karena disiplin seseorang dapat berprilaku tidak menyimpang. Dengan disiplin siswa dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, dapat mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu yang lainnya, menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah, mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar. Disiplin perlu ditanamkan pada siswa, khususnya dalam kegiatan belajar di kelas.

Menurut teori Bahavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.6 Pada hakekatnya belajar-mengajar di sekolah adalah interaksi aktif antar komponen-komponen yang ada didalamnya, interaksi aktif antara guru dengan siswa, siswa dengan

4 Fuad Abdul Aziz Asy-Syalbub dan Harits bin Zaidan Al-Muza‟id, Panduan Etika Muslim Sehari-hari, (Surabaya: Pustaka Elba, 2016), h. 185

5 Ibid., h. 186

6 C. Asri Budiningsih, Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h. 20

(19)

siswa, siswa dengan lingkungan tempat belajar. Sehingga menghasilkan hasil belajar yang baik, tidak hanya berupa nilai tetapi juga berupa sikap yang mencerminkan kedisiplinan.

Berdasarkan skipsi Suka Mahendra, Slamet Santoso mengatakan bahwa, "Peer Group adalah suatu kelompok yang anggotanya mempunyai persamaan usia dan status atau posisi sosial”. Remaja akan masuk dalam lingkungan kelompok yang memiliki usia, status dan posisi sosial yang sama.

Kesamaan ini akan membuat seorang remaja lebih mudah dalam merasakan, mengerti, dan menumbuhkan rasa toleransi antara anggota satu dengan yang lain. Mereka juga akan saling bertukar pengalaman yang dimiliki antara satu dengan yang lainnya.7

Remaja juga merupakan masa perubahan tingkah laku dari anak-anak ke dewasa. Pada masa ini, remaja berusaha mencari jati diri sehingga banyak terjadi pertentangan-pertentangan dalam diri remaja yang mengakibatkan timbulnya kecemasan dan kebingungan dalam diri remaja. Remaja akan berusaha membebaskan diri dari tekanan orang tua dan akan bersikap agresif terhadap sesuatu yang bertentangan dengan dirinya. Seorang remaja akan menyadari betapa pentingnya hubungan yang baik dalam masyarakat. Mereka akan belajar bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pergaulan.

7 Suka Mahendra, “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Pergaulan Peer Group (Kelompok Sebaya) dengan Sikap pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”, Skripsi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta, (Surakarta:_2010,), h. 38, dipublikasikan (https://digilib.uns.ac.id/). Di akses pada tanggal 13 Maret 2018 pukul 18.45 WIB

(20)

Disiplin belajar terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok yang mendukung, kelompok yang netral, dan kelompok yang menghambat.

Kelompok yang mendukung dapat memberikan dampak yang positif karena memberikan motivasi bagi siswa untuk disiplin dalam belajar, kelompok yang netral tidak memberikan pengaruh apapun, sedangkan kelompok yang menghambat akan memberikan dampak yang negatif bagi siswa karena siswa akan meniru apa yang dilakukan oleh teman sebayanya bahkan sering melakukan tindakan yang menyimpang.8

Agama memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Agama menjadi pemandu upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai, dan bermarabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada Allah, dan berakhlakul karimah.9

Berdasarkan observasi secara nonpartisipan yakni penulis berperan sebagai pengamat yang bebas, tidak ikut andil dalam kegiatan sehari-hari

8 Dewi Sri Nawang Wulan, “Hubungan Antara Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dan Interaksi Siswa dalam Keluarga dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI MAN 1 Sragen Tahun Ajaran 2006/2007 “, Skripsi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta, (Surakarta:_,2007,), h. xvii, dipublikasikan. Di akses pada 13 Maret 2018 pukul 18.50 WIB pada laman https://eprints.uns.ac.id/8312/1/68492206200904181.pdf

9 Siti Munawaroh, “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran PAI Kelas XI di SMK Manba‟ul „Ulum”, Skripsi pada Institut agama Islam Bunga Bangsa Cirebon, (Cirebon:_,2018,), h. 6, tidak dipublikasikan

(21)

dalam objek yang diteliti. Hasil observasi yang dilakukan saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan Januari hingga Maret 2019 di kelas VIII SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon, terdapat siswa yang melanggar tata tertib disiplin belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, seperti bolos ketika jam pelajaran berlangsung. Salah satu kelas VIII SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon, pada tanggal 7 Februari 2019 terdapat lebih dari satu siswa yang bolos ketika jam pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Di sisi kelas VIII yang lain, terdapat kelompok teman sebaya (peer group) yang terbentuk secara spontan tanpa stuktur organisasi yang jelas. Anggota kelompoknya mempunyai kedudukan yang sama, hanya saja ada salah satu anggota yang dianggap sebagai pemimpin oleh semua anggota, sehingga disegani oleh anggota peer group tersebut. Peer group yang penulis amati terdapat dua jenis, yakni peer group dalam sisi positif dan peer group dalam sisi negatif. Peer group dalam sisi positif, yakni kelompok teman sebaya yang memiliki disiplin dalam belajar, sedangkan peer group dalam sisi negatif, memiliki disiplin yang perlu perhatian khusus dari guru pembimbing mata pelajaran.

Menurut Ibu Marfu‟ah, salah satu guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon pada tanggal 04 April 2019, informasi yang diperoleh mengenai peer group (kelompok teman sebaya) dan disiplin belajar siswa yaitu bahwa siswa merasa nyaman dengan teman kelompoknya, siswa merasa sendiri ketika bergabung dengan yang bukan kelompoknya, siswa merasa rendah diri, kurang aktif dalam belajar ketika

(22)

disatu-kelompokkan dengan siswa yang bukan pilihannya sendiri, terbentuk geng dalam kelas, bolos ketika pembelajaran, dan mempengaruhi siswa yang lain untuk melanggar tata tertib belajar di kelas.10

Berdasarkan analisis di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Peer Group terhadap Disiplin Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon”. Dengan harapan, melalui peer group (kelompok teman sebaya) siswa dapat terbimbing dan terarahkan dalam disiplin belajarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa merasa rendah diri

2. Kurang aktif dalam kegiatan belajar 3. Siswa membentuk geng

4. Bolos dalam pembelajaran

5. Menggangu siswa lain dan melanggar tata tertib belajar di kelas

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan maka untuk mempermudah dalam penelitian penulis

10 Wawancara Guru, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, 04 April 2019 pukul 10.26 WIB, SMPN 2 Gunung JatiKabupaten Cirebon

(23)

memberikan batasan-batasan masalah. Adapun masalah yang dibatasi hanya pada:

1. Peranan kelompok sebaya

Proses dimana individu saling bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain dengan jangka waktu yang bisa membentuk jalinan persahabatan atau pertemanan. Interaksi ini terjadi dalam kelompok yang terdiri atas sejumlah individu-individu yang memiliki kesamaan, yaitu mereka mempunyai usia, minat dan perasaan yang sama. Dalam penelitian ini penulis membatasi pergaulan peer group pada remaja usia SMP (Sekolah Menengan Pertama) kelas VIII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

2. Disiplin belajar siswa

Disiplin belajar yang dimaksud adalah belajar anak ketika di dalam kelas, dalam mengerjakan tugas, maupun dalam menaati peraturan tata tertib pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil dari identifikasi masalah di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa baik peer group pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon?

(24)

2. Seberapa baik disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon?

3. Sebarapa besar pengaruh peer group terhadap disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh data tentang seberapa baik peer group di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon

2. Untuk memperoleh data tentang seberapa baik disiplin belajar siswa di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon

3. Untuk memperoleh data tentang seberapa besar pengaruh peer group terhapad disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Kegunaan teoritik

Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah hasanah ilmu pengetahuan mengenai peer group dan disiplin belajar siswa.

(25)

2. Kegunaan Praktis

Melalui penelitian ini, peneliti berusaha untuk mendapatkan suatu masukan yang berguna bagi komponen pendidikan:

a. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan dalam memahami dan mengenali peer group (kelompok teman sebaya) serta disiplin belajar.

b. Bagi Guru

Dapat memberi masukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk memberi arahan mengenai peer group sehingga meningkatkan disiplin belajar siswa agar lebih baik.

c. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan sebagai wawasan baru, khususnya di SMPN 2 Gunung Jati Kabupaten Cirebon yang nantinya dapat digunakan sebagai salah satu solusi dalam rangka peningkatan mutu disiplin belajar siswa.

d. Bagi Penulis

Dapat dijadikan tolak ukur untuk calon guru Pendidikan Agama Islam guna meningkatkan disiplin belajar agar menjadi guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang berkualitas.

e. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan referensi untuk peneliti yang lain dan dapat dijadikan sebagai motivasi agar meneliti peer group dan disiplin belajar siswa dari segi yang lain.

(26)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskriptif Teori 1. Peer group

a. Pengertian Peer Group

Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam kehidupannya adalah kehidupan yang lebih baik.1 Manusia pada hakekatnya berperan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang dituntut adanya saling berhubungan atara sesama dalam kehidupannya. Individu dalam kelompok sebaya (peer group) merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti dibidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.2 Havinghurts dalam Slamet Santosa “Anak tumbuh dan berinteraksi dalam dua dunia sosial yaitu dunia orang dewasa dan dunia peergroup (sebayanya)”.3

Peer group (kelompok sebaya) dalam usia remaja menjadi hal yang paling penting, karena dengan adanya kelompok sebaya ia akan bisa mengekspresikan siapa dirinya. Menurut Slamet Santosa, “Peer group yaitu kelompok sebaya yang sukses ketika anggotanya dapat

1 Bambang Syamsul Arifin, Dinamika Kelompok, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 13

2 Suka Mahendra, “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Pergaulan Peer Group (Kelompok Sebaya) dengan Sikap pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”, Skripsi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta, (Surakarta:_2010,), h. 38, dipublikasikan (https://digilib.uns.ac.id/). Diakses pada tanggal 13 Maret 2018 pukul 18.44 WIB.

3 Slamet Santosa, Dinamika Kelompok, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 77

(27)

berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut adalah hal- hal yang menyenangkan saja.”4

Sebagaimana yang dijelaskan Horrocks dan Benimoff dalam Elizabeth B. Hurlock, kelompok sebaya merupakan dunia kawula muda, yang menyiapkan panggung dimana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya.5

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian peer group (kelompok teman sebaya) adalah suatu kelompok yang terdiri dari usia yang relatif sama dan mempunyai tujuan yang sejalan.

b. Latar Belakang Peer Group

Beberapa hal yang melatarbelakangi timbulnya kelompok sebaya adalah: Pertama, adanya perkembangan proses sosialisasi.

Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kelompok yang sesuai dengan keinginannya, di mana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok. Kedua, kebutuhan

4 Ibid., h. 79

5 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Terj. dari Development Psyschology: A life-Span Approach oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo, (Jakarta: Erlangga, 2015), Ed. 5, h. 214

(28)

untuk menerima penghargaan. Secara psikologis, individu butuh penghargaan dari orang lain, agar mendapat kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu individu bergabung dengan teman sebayanya yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai. Sehingga individu merasakan kebersamaan atau kekompakan dalam kelompok teman sebayanya. Ketiga, perlu perhatian dari orang lain. Individu perlu perhatian dari orang lain terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemukan dalam kelompok sebayanya, di mana individu merasa sama satu dengan yang lainnya, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status, seperti jika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa.

Keempat, ingin menemukan dunianya. Di dalam peer group individu dapat menemukan dunianya, di mana berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan di segala bidang.

Misalnya, pembicaraan tentang hobi dan hal-hal yang menarik lainnya.6

c. Fungsi Peer Group

Peer Group sebagai salah satu jenis kelompok sosial mempunyai fungsi strategis mencapai tujuan pendidikan. Di antara fungsi peer group adalah sebagai berikut: Pertama, mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group diajarkan kebiasaan dan budaya yang berada di lingkungan tersebut. Misalnya, orang luar negeri pergi

6 Santosa, op. cit., h. 78. (1)

(29)

masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia. Dalam kehidupannya sehari-hari, terjadi interaksi dan sosialisasi yang mengakibatkan terjadi transaksi budaya antara budaya luar negeri dengan budaya Indonesia. Mereka sama- sama belajar tentang kebudayaa yang berbeda.

Kedua, mengajarkan mobilitas sosial. Mobillitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya, ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial. Dalam hal ini Neugarten mengadakan penyelidikan pada kelas V dan VI, mendapatkan data bahwa apabila mereka ditanya siapa teman mereka yang paling baik, kebanyakan mereka menunjuk anak yang berasal di atas sosial mereka, baru kemudian anak dari kelas mereka sendiri.

Ketiga, membantu peranan sosial yang baru. Kelompok sebaya memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya, anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan sebagainya.

Keempat, kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masyarakat. Kelompok sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya. Kelompok sebaya di masyarakat sebagai sumber informasi, kalau salah satu anggotanya

(30)

berhasil, maka di mata masyarakat kelompok sebaya itu berhasil. Atau sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota- anggotanya juga baik.

Kelima, dalam kelompok sebaya, individu memiliki ketergantungan satu sama lain. Karena dalam kelompok sebaya ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya.

Keenam, kelompok sebaya mengajar moral orang dewasa.

Anggota kelompok sebaya bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka tidak mau disebut dewasa. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa.

Ketujuh, di dalam kelompok sebaya, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau untuk menemukan identitas diri.

Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit untuk mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu berada di atas dunia anak sebaya.

(31)

Kedelapan, di dalam kelompok sebaya, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru. Anak belajar tentang tingkah laku yang baru, yang tidak terdapat dalam keluarga. Dalam keluarga yang strukturnya lebih sempit, anak belajar bagaimana menjadi anak dan saudara. Sekarang dalam kelompok sebaya mereka belajar tentang bagaimana menjadi teman, bagaimana mereka berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok yang lain, dan bagaimana menjadi seorang pemimpin dan pengikut. Kelompok sebaya menyediakan peranan yang cocok bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.7

d. Ciri-ciri Peer Group

Adapun ciri-ciri kelompok sebaya8, diantaranya:

1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas

Kelompok sebaya terbentuk secara spontan. Di antara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin oleh semua anggota, dan biasanya orang yang disegani dalam kelompok yang biasa disebut ketua geng dalam istilah remaja.

2) Bersifat sementara

Kelompok ini tidak bisa bertahan lama, karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, karena jika ada anggota kelompok yang

7 Santosa, op. cit., h. 79. (2)

8 Ibid., h. 81

(32)

merasa keinginannya tidak cocok dantercapai maka ia akan keluar atau memisahkan diri darikelompok tersebut.”

3) Kelompok sebaya mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas

Bukan hanya kebiasaan atau kebudayaan yangditerapkan didalam keluarga. Melainkan memiliki kebiasaan baru dari kelompok teman sebaya.

4) Anggotanya adalah individu yang sebaya

Peer group terbentuk karena adanya kesamaan pendapat, umur, dan kedewasaan. Misalnya, pada anak-anak usia SMP atau SMA yang mempunyai keinginan, tujuan, dan kebutuhan yang sama.

e. Macam-macam Peer Group

Bentuk-bentuk kelompok teman sebaya menurut Hurlock adalah sebagai berikut: 9

1) Teman dekat, biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka adalah mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Mereka saling mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang juga bertengkar.

2) Kelompok kecil, biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat.

3) Kelompok besar, yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat.

9 Hurlock, op. cit.,h. 215. (1)

(33)

4) Kelompok yang terorganisir, yang terdiri dari kelompok pemuda yang dibina orang dewasa dibentuk oleh sekolah atau masyarakat.

5) Kelompok geng. Remaja yang merasa tidak termasuk kecil atau kelompok besar, lalu mereka melakukan penolakan melalui perilaku antisosial.

Sedangkan macam-macam peer group ada tiga jenis sebagaimana dikatakan Havinghurst dalam Slamet Santosa10, yaitu:

1) Kelas sosial, pembentukan kelompok sebaya berdasarkan status sosial ekonomi individu sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok miskin.

2) In group, merupakan teman sebaya yang berada di dalam kelompok. Misalnya, teman akrab di kelas.

3) Out group, merupakan teman sebaya di luar kelompok. Misalnya, teman tidak akrab di kelas.

f. Etika terhadap Teman Sebaya

Permasalahan penting yang harus diperhatikan oleh para guru terhadap siswa di dalam mendidik anak yaitu memperhatikan etika terhadap teman sebaya, karena teman sebaya itu memberikan pengaruh yang besar di dalam pergaulan siswa. Etika terhadap teman sebaya, yaitu:

10 Santosa, op. cit., h. 82. (3)

(34)

1) Mengucapkan salam ketika bertemu

Muslim meriwayatkan dari abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

ٍئْيَش ىَلَع ْمُكُّلُدَا َلاْوَا ، ُّباََتَ َّتََّحاْوُ نِمْؤُ تَلاَو ، اْوُ نِمْؤُ ت َّتََّحَةَّنَْلْااْوُلُخْدَتَلا ْمُكَنْ يَ ا َ َ َّللااوُ ْاَا ْمُ ْ َ ااََتَ ُ ْوُ ُ ْلَ َ ااَ ِا .

( مللم اور )

“Kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai.

Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian!” (HR. Muslim)11

2) Bermanis muka dan bersikap lemah lembut

Batas minimal yang harus diberikan oleh seorang teman sewaktu berjumpa dengan temannya ialah wajah yang ceria dan senyum yang mengembang. Hal itu merupakan kebajikan dan etika yang sebaiknya terjadi antar teman.

Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw.

bersabda:

ٍقْلَط ٍهْجَوِا َكاَخَا ىَقْلَ ت ْنَا ٍفُرْ َ ْلا َنِم َّنِاَو ٌةَقَدَص ٍفْوُرْ َم ُّلُك

“Setiap kebajikan adalah sedekah. Dan di antara kebajikan itu adalah berjumpa dengan saudaramu dengan wajah yang ceria (berseri-seri).” (HR. At-Tirmidzi)12

3) Memaafkan kesalahan dan menahan amarah

Hubungan antar teman tidak pernah lepas dari tindakan ceroboh, berlebihan atau melanggar hak orang lain, baik dalam

11 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), h.

517

12 Fuad Abdul Aziz Asy-Syalhub dan Harits bin Zaidan Al-Muzaidi, Panduan Etika Muslim Sehari-hari, cet. 3, (Surabaya: Pustaka Elba, 2016), h. 191

(35)

bentuk ucapan maupun perbuatan maka orang yang merasa didzalimi dianjurkan untuk menahan amarahnya dan memaafkan perilakunya. Allah Swt. berfirman:























“Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji dan apabila mereka marah mereka memaafkan.”(QS. Asy-Syuura: 37)13

4) Tidak memanggil dengan panggilan yang buruk

Salah satu bahaya lisan yang dapat mendatangkan dosa, mendongkolkan dada dan menyebabkan rusaknya persahabatan adalah memanggil orang dengan panggilan yang buruk. Dalam hal ini Allah Swt. berfirman:

…..





































“.... Dan jangan saling memanggil dengan gelar yang buruk.

Seburuk-buruk panggilan adalah fasik sesudah iman. Barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Hujurat: 11)14

5) Menjaga rahasia

Rahasia adalah amanat yang harus dijaga dan disimpan rapat. Orang yang menyebarkan rahasia adalah pengkhianat amanat. Dan itu termasuk salah satu perilaku orang-orang munafik. Abu hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw.

bersabda:

13 Ibid., h. 204

14 Ibid., h. 212

(36)

“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berdusta, berjanji mengingkari dan jika diberi amanat berkhianat.”(HR. Al- Bukhari)15

g. Pengaruh Perkembangan Peer Group

Perkembangan sosial anak juga dipengaruhi oleh perkembangan kepribadiannya. Peer group juga berpengaruh baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan kelompok.

Pengaruh perkembangan dalam peer group adalah sebagai berikut16: 1) Pengaruh positif

a) Apabila dalam hidupnya individu memiliki kelompok sebaya maka lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang b) Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar-kawan c) Apabila individu masuk ke dalam kelompok teman sebaya,

setiap anggota akan membentuk masyarakat yang dapat direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap baik (menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya)

d) Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan dan melatih kecakapan bakatnya

e) Mendorong individu untuk bersikap mandiri dan disiplin f) Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok 2) Pengaruh negatif

a) Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan b) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota

15 Ibid., h. 216

16 Santosa, op. cit., h. 82. (4)

(37)

c) Menimbulkan rasa iri pada anggota yang tidak ada kesamaan dengan dirinya

d) Timbulnya persaingan antar kelompok

e) Timbulnya pertentangan atau gap-gap antar kelompok sebaya.

2. Disiplin Belajar Siswa

a. Pengertian Disiplin Belajar

Istilah disiplin saat ini menjadi satu kata yang populer di era pembelajaran abad 21, dengan dimasukkannya istilah disiplin pada bagian pendidikan karakter yang harus ditanamkan pada diri setiap siswa. Disiplin merupakan kemampuan seseorang dalam berperilaku yang tepat dan sesuai dengan suatu karakter dari suatu kondisi tertentu.

Berdasarkan skripsi Alfian Budi Prasetya, Kemendiknas mendeskripsikan disiplin sebagai tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.17 Berkenaan dengan disiplin, tim kelompok kerja Gerakan Disiplin Nasional dalam buku Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, bahwa disiplin diartikan sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin, sehingga timbul

17Alfian Budi Prasetya, “Penerapan Pendidikan Karakter Nilai Disiplin dan Nilai Tanggung Jawab Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di Kelas I dan IV SD Negeri Percobaan 3” Skripsi pada Universitas Negeri Yogyakarta, (Yogyakarta_,2014,), h.

16, dipublikasikan (https://eprints.uny.ac.id/). Di akses pada tanggal 23 April 2019 pukul 12.23 WIB

(38)

rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

Pada sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata terttib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, disiplin di sini berarti hukuman atau sanski yang berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku.18 Menurut Adrian Smith dalam Barus yang telah dikutip oleh Ahmad Susanto, menyatakan bahwa disiplin merupakan suatu proses untuk mencari modifikasi perilaku siswa sehingga sesuatu akan tercipta lingkungan positif di dalam kelas dan sekolah.19

Modifikasi perilaku siswa dapat tercermin pada proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa, karena pada hakikatnya dalam hal tersebut siswa melakukan proses belajar. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, menalar, mencobakan, mengkomunikasikan, dan memahami sesuatu.20

18 Tulus Tu‟u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2008), h.

31

19 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 119

20 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2017), h. 1

(39)

Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.21 Interaksi ini biasanya berlangsung secara tidak sengaja. Indikator adanya kegiatan belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku, perubahan pola pikir, dan perubahan sikap. Pertama, perubahan perilaku secara subyektif; misalnya melamun. Bila kita melihat seseorang yang melamun, ia belum tentu diam, kemungkinan orang tersebut belajar. Kedua, perilaku secara obyektif; misalnya melihat aktivitas dan sikap seseorang, misalnya membaca, latihan, dan perubahan pola pikir dari sikap yang buruk ke sikap yang lebih baik.22 Sedangkan pengertian siswa adalah seseorang yang melakukan aktivitas belajar.23

Pengertian disiplin, belajar, dan siswa di atas maka dapat didefinisikan disiplin belajar siswa adalah keseluruhan perilaku siswa berupa pengambilan keputusan terbaik yang dilandasi rasa tanggung jawab dengan kesadaran dirinya, untuk belajar dengan melaksanakan tugasnya sebagai siswa di sekolah dalam berbagai kegiatan belajar sesuai dengan peraturan yang ada. Disiplin dijadikan sebagai alat dan sarana untuk membentuk, mengendalikan dan menciptakan pola perilaku seseorang. Disiplin muncul karena adanya kesadaran bahwa yang dilakukannya itu baik dan bermanfaat. Disiplin belajar dapat

21 Laefudin. Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 2

22 Ibid., h. 5

23 Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 321

(40)

dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang meliputi waktu mvsuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya.24

b. Macam-macam Disiplin

Disiplin dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu disiplin internal dan disiplin eksternal. Disiplin internal disebut sebagai disiplin yang positif. Disiplin positif adalah pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan dan perkembangan dalam diri (inner growth) yang mencakup disiplin diri (self discipline) dan pengendalian diri (self control).25 Disiplin interal menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman, sehingga siswa memiliki disiplin yang kuat dan mantap. Istilah lain dari disiplin internal yaitu disiplin demokratis. Disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu siswa memahami mengenai peraturan yang ada. Dalam disiplin ini, kemandirian dan tanggungjawab dapat berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari kesadaran dirinya. Mengikuti peraturan-peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan atas kehendak bahwa hal itu baik dan bermanfaat.26

24 Ibid., h. 321

25 Ahmad susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 120

26 Tulus Tu‟u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2008), h.

46

(41)

Adapun disiplin eksternal disebut sebagai disiplin yang negatif. Disiplin yang negatif adalah kontrol seseorang berdasarkan otoritas luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan dengan cara yang kurang menyenangkan/dilakukan karena takut hukuman (punishment).27 Istilah lain dari disiplin eksternal yaitu disiplin otoritarian. Dalam disiplin ototarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Apabila gagal mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima hukuman. Sebaliknya, bila berhasil mematuhi peraturan yang berlaku, kurang mendapat penghargaan atau hal tersebut sudah dianggap sebagai suatu kewajiban. Disiplin ini berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan, dan pemaksaan dari luar diri seseorang. Siswa kelihatan baik, tetapi dibaliknya ada ketidakpuasan, pemberontakan, dan kegelisahan bahkan dapat menjadi stres.28

Macam-macam disiplin menurut dosenpendidikan.com, diantaranya yaitu:29

1) Disiplin waktu. Dalam disiplin waktu, ketepatan waktu ketika masuk kelas menjadi parameter utama bagi kedisiplinan guru maupun siswa.

2) Disiplin menegakkan dan mentaati peraturan. Hal ini, sangat berpengaruh terhadap kewibawaan dan model pemberian

27 Susanto. loc. cit.

28 Tu‟u, op.cit., h. 44. (1)

29 Dosen Pendidikan 2, Disiplin 9 Pengertian Menurut Para Ahli & (Macam–Manfaat–

Tujuan), 2019, (https://www.dosenpendidikan.com/disiplin-9-pengertian-menurut-para-ahli- macam-manfaat-tujuan/). Di akses pada tanggal 23 April 2019 pukul 11.02 WIB

(42)

hukuman yang tidak diskriminatif. Keadilan harus ditegakkan dalam keadaan apapun.

3) Disiplin dalam bersikap. Disiplin dalam mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting point untuk menata perilaku orang lain.

Misalnya disiplin untuk tidak marah, tergesa-gesa dan tidak gegabah dalam bertindak. Disiplin dalam sikap ini membutuhkan latihan dan perjuangan.

4) Disiplin dalam beribadah. Menjalankan ajaran agama menjadi parameter utama kehidupan ini, pendidikan agama, pendidikan sekolah sebaiknya ditekankan pada pembiasaan beribadah kepada siswa yaitu kebiasaan-kebiasaan untuk melaksanakan atau mengamalkan ajaran agama, misalnya dibiasakan shalat di masjid pada awal waktu, melaksanakan puasa dan sebagainya.

c. Unsur-unsur Disiplin Belajar

Kedisiplinan siswa di sekolah mencakup perilaku yang harus dilakukan siswa, berupa kewajiban dan perilaku yang harus dihindari.

Disiplin diharapkan dapat mendidik siswa agar mampu berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan sekolah. Siswa hendaknya memiliki empat unsur disiplin belajar seperti yang dikatakat Elizabeth Hurlock dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah, yaitu peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi.30

30 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 124

(43)

Pertama, peraturan adalah pola yang diterapkan untuk berbuat atau bertingkah laku. Tujuan peraturan tersebut adalah untuk membekali siswa dengan pedoman perilaku yang diakui oleh sekolah.

Peraturan memiliki dua fungsi, yaitu peraturan mempunyai nilai fungsi pendidikan dan preventif. Fungsi pendidikan sebagai alat untuk memperkenalkan perilaku yang disetujui kepada siswa, sedangkan fungsi preventif sebagai alat untuk mencegah agar siswa tidak melakukan perilaku yang tidak diinginkan.

Kedua, hukuman. Hukuman berati menjatuhkan tindakan kepada seseorang karena melakukan suatu kesalahan, perlawanan, atau pelanggaran. Hukuman memliki beberapa fungsi, yaitu menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan. Misalnya, bila siswa menyangka dari bahwa tindakan tersebut akan dihukum, mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena teringat akan hukuman atas tindakan yang dilakukannya terdahulu. Hukuman mempunyai fungsi untuk mendidik, misalnya sebelum siswa mengerti peraturan, siswa dapat belajar dari hukuman yang telah ditetapkan.

Selain itu juga hukuman memberikan motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di masyarakat. Misalnya, siswa dapat mengetahui dan memahami tentang akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut.

Ketiga, penghargaan. Penghargaan berarti setiap bentuk imbalan. Yakni suatu hasil yang baik. Pernghargaan tidak perlu

(44)

berbentuk materi, tetapi juga dapat berbentuk kata-kata, pujian, senyuman, tepukan punggung, dan belaian. Penghargaan mempunyai tiga peran penting, yaitu peran mendidik, motivasi untuk mengulang perilaku yang disetujui secara sosial, dan tidak adanya penghargaan melemahkan perilaku.

Keempat, konsistensi. Konsistensi menggambarkan tingkat keseragaman, kestraraan, atau kecenderungan menuju kesamaan.

Konsistensi meiliki fungsi mendidik yang besar, memberi motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik dan menjauhi tindakan yang buruk dan membentuk perkembangan siswa untuk menghormati peraturan-peraturan. Siswa yang telah disiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat dan komitmen untuk berperilaku sesuai standar peraturan yang berlaku.31

d. Fungsi Disiplin Belajar

Fungsi Kedisiplinan sebagai berikut:32

1) Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalambelajar.

2) Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah.

31 Ibid., h. 126

32 Marjiyanti, “Penegakan Kedisiplinan Siswa sebagai Upaya Mewujudkan Akhlaq Al Karimah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Karanganyar Tahun 2013” Tesis pada Pascasarjana IAIN Surakarta, (Surakarta:_,2014,), h. 20, dipublikasikan (http://eprints.iain- surakarta.ac.id/73/1/2014TS0012.pdf). Di akses pada tanggal 18 April 2019 pukul 03.21 WIB

(45)

Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jikasiswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya.

3) Kedisiplinan sebagai alat pendidikan, yang dimaksud adalah suatu tindakan, perbuatan yang dengan sengaja diterapkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah. Tindakan atau perbuatan tersebut dapat berupa perintah, nasehat, larangan, harapan, dan hukuman atau sanksi. Kedisiplinan sebagai alat pendidikan diterapkan dalam rangka proses pembentukan, pembinaan dan pengembangan sikap dan tingkah laku yang baik. Sikap dan tingkah laku yang baik tersebut dapat berupa rajin,berbudi pekerti luhur, patuh, hormat, tenggang rasa dan berdisiplin.

4) Di samping sebagai alat pendidikan, kedisiplinan juga berfungsi sebagaialat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Dalam hal ini kedisiplinan dapat mengarahkan seseorang untuk menyesuaikan diri terutama dalam menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku dilingkungan itu.

5) Dalam konteks tersebut kedisiplinan sebagai alat menyesuaikan diri disekolah berarti kedisiplinan dapat mengarahkan siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara menaati tata tertib sekolah.

Berfungsinya kedisiplinan sebagai alat pendidikan dan alat menyesuaikan diri, akan mempengaruhi berlangsungnya kegiatan

(46)

belajar mengajar di sekolah. Disekolah yang kedisiplinannya baik, kegiatan belajar mengajar akan berlangsung tertib, teratur, dan terarah. Sebaliknya di sekolah yangkedisiplinannya rendah maka kegiatan belajar mengajarnya juga akan berlangsung tidak tertib, akibatnya kualitas pendidikan sekolah itu akanrendah.

3. Peran Peer Group terhadap Disiplin Belajar

Peer group merupakan salah satu dari kelompok sosial. Kelompok sosial mampu menjadi agen sosialisasi yang sangat berpengaruh bagi pembentukan pola perilaku anak atau remaja. Terlebih lagi, kelompok sosial tersebut beranggotakan teman sebaya, tentu akan lebih mudah berpengaruh bagi remaja.33

Peer group atau yang lebih dikenal kelompok teman sebaya ini memiliki peran penting dalam pembentukan disiplin belajar siswa. Oleh karenanya perlu dilakukan bimbingan sosial agar peer group yang telah terbentuk dapat diarahkan dengan baik. Bimbingan sosial ini bertujuan membantu siswa agar mampu mengembangkan kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan disiplin belajar, yaitu:

a. Siswa bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau mengghargai oang lain, tidak melecehkan martabat atau harga diri b. Siswa memiliki rasa tanggungjawab, yang diwujudkan dalam

membentuk komitmen terhadap tugas, peran atau kewajibannya

33 Yusuf Kurniawan & Ajat Sudrajat, Peran Teman Sebaya dalam Pembentukan Karakter Siswa Madrasah Tsanawiyah, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 15, No. 2, 20XX, h. 150

(47)

c. Siswa memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan

d. Siswa memiliki kesadaran terhadap norma atau tata nilai yang berlaku e. Siswa memiliki kesadaran untuk senantiasa memelihara ketertiban,

keamanan, dan kebersihan lingkungan34

Masalah disiplin belajar tergolong kepada pribadi sosial, karena permasalaahan ini erat kaitannya dengan masalah individu dalam diri siswa dan lingkungannya. Dibawah ini beberapa permasalahan disiplin belajar yang tergolong pada permasalahan pribadi sosial, yaitu:

a. Kesibukan berteman, misalnya berebincang-bincang, berbisik-bisik, berkunjung tempat duduk teman tanpa izin

b. Mencari perhatian, misalnya mengedarkan tulisan atau gambar dengan maksud mengalihkan perhatian dari pelajaran

c. Etika berpakaian, misalnya tidak memakai atribut sekolah

d. Siswa terlambat masuk kelas dan membolos tidak mengikuti jam pelajaran

e. Membuat kegaduhan saat jam pelajaran berlangsung35

Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya upaya meningkatkan disiplin belajar siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial. Dengan bimbingan, kelompok teman sebaya (peer group) dapat diarahkan untuk memantapkan dan kemampuan individu dalam mengenai masalah dirinya dan kelompok sebayanya terutama dalam hal disiplin belajar.

34 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 131

35 Ibid., h. 132

(48)

Peer group juga bisa menjadi model atau contoh berperilaku siswa. Kelompok teman sebaya ini ikut menentukan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuaidengan kelompoknya.36 Berkaitan denga disiplin belajar, peran peer group tidak selalu tentang peran negatif, tetapi memiliki peran positif yang tertanam pada diri siswa. Peer group juga berperan sebagai agen sosialisasi bagi siswa lain, sehingga dengan adanya teman sebaya dapat mengajarkan nilai, norma, kultur, peran disiplin, dan hal lain yang dibutuhkan siswa untuk memungkinkan partisipasinya yang efektif dilingkungan yang lebih luas.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Menghindari duplikasi dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu yang terkait dengan masalah penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti berusaha menelusuri beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi. Dari hasil penelusuran ada beberapa penelitian yang ada kemiripan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut:

1. Dewi Sri Nawang Wulan (2007), yang meneliti tentang Hubungan Antara Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Dan Interaksi Siswa Dalam Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI MAN 1 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Dalam skripsi ini, hasil

36 Kurniawan, op. cit., h. 158. (1)

(49)

penelitian peer group terhadap kedisiplinan belajar siswa adalah terdapat hubungan yang signifikan antara peranan kelompok teman sebaya (peer group) dengan kedisiplinan belajar siswa, dengan kepercayaan hubungan sebesar 0,402 dan sumbangan efektif sebesar 6,295 % maka dapat ditafsirkan semakin tinggi peranan kelompok teman sebaya akan menyebabkan kedisiplinan siswa semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.

2. Wahdini Nugrahani Sakti (2008), yang meneliti tentang Hubungan Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah Dan Kohesivitas Peer Group Dengan Kedisiplinan Siswa. Dalam skripsi ini, hasil penelitian kohesivitas peer group terhadap kedisiplinan siswa menghasilkan nilai kolerasi parsial rpar-x2y = 0,301; p = 0,006 (p < 0,01), yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kohesivitas peer group terhadap kedisiplinan siswa dan sumbangan efektif kohesivitas peer group terhadap kedisiplinan siswa = 6,141%. Kohesivitas peer group tergolong tinggi yang ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = 104,551 dan rerata hipotetik (RH) = 92,5.

3. Rizka Maghhfiraini (2011), yang meneliti hubungan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam skripsi ini, hasil penelitian mengenai pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa adalah ada hubungan positif yang signifikan antara pergaulan peer group dengan kemandirian belajar

Gambar

Tabel 3.1  Jadwal Pelaksanaan   No  Kegiatan
Tabel 3.2  Jawaban dan Skor
Tabel  di  atas  dapat  diketahui  bahwa  masing-masing  item  pertanyaan  memiliki  r  hitung  &gt;  r  tabel  (0,1927)  dan  bernilai  positif,  kecuali  item  pertanyaan  nomor  6  pada  variabel  X  dan  item  pertanyaan  nomor  5  pada  variabel  Y  m
Tabel 4.6  Siswa Merasa Dihargai
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mengungkapkan / operasi pasar yang dilakukan disesuaikan dengan hari pasaran / sehingga masyarakat dapat langsung membeli beras dari bulog tersebut // Dari data bulog menurut Murino

STUDI EKSPLORASI KETERSERAPAN LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI KOTA BANDUNG PADA INDUSTRI OTOMOTIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kisi-kisi penelitian yang dilihat dari aspek ini adalah sejauhmana kondisi penurunan kunjungan wisatawan ke Tana Toraja berdasarkan persepsi pelaku wisata di Tana Toraja

Sesuai dengan amanat Rapat Komite Konsultatif pada pertengahan tahun 2015 dan High Level Meeting pada bulan April 2016, pada tahun 2016 ini KSAP memfokuskan penyusunan

Pada hari ini, Senin tanggal Delapan Belas bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas, sesuai dengan jadwal yang termuat pada website http://lpse.kemendag.go.id, Pokja

The tendency of big cities in South East Asia, who experienced population growth so fast, make the citizen mobility increases, and if the public transportation

Penilaian pada dasarnya adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru untuk dapat menentukan capaian hasil belajar yang telah dilalui oleh peserta didik selama mengikuti