I - 1 LAPORAN AKHIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kota acapkali diajukan dengan penjelasan teori-teori yang tidak baku. Setiap kota memiliki karakteristik dan keanekaragamannya sendiri.
Kota sebagai sebentuk realitas; fisik, sosial dan ekonomi tidak mungkin dihindari dari laju perkembangan zaman. Kota adalah sebuah teritori yang pengertiannya terus berubah sejalan dengan dinamika perkembangannya.
Kota terus berkembang, walaupun niscaya ada proses yang terlambat sekaligus yang berlari pesat. Terlambat karena mengalami kolonialisasi dan feodalisasi yang berulang-ulang dalam berbagai motifnya. Kota dan kawasan perkotaan tidak hanya mengemukakan fenomena wilayah geografis tertentu (place), tetapi juga seperangkat kegiatan (work) dan dinamika penduduk (folk). Hal ini mengantarkan pada benang merah untuk terus dipetakan akibat kompleksnya perspektif pembangunan yang dianggap mempengaruhi perubahan kehidupan masyarakat perkotaan.
Penyiapan lokasi pembangunan perumahan dan permukiman pada hakekatnya adalah jawaban atas pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan perumahan serta merupakan hasil dari suatu proses kegiatan perencanaan serta program pengalokasian ruang, untuk digunakan sebagai acuan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya dibidang perumahan dan permukiman, yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana. Proses tersebut meliputi; (1) pengalokasian akivitas sosial ekonomi berdasarkan hubungan fungsionalnya, (2) pengadaan atau penyiapan lahan untuk menjawab kebutuhan akan ruang aktivitas antara lain; tempat bekerja, tempat tinggal, aktivitas ekonomi, transportasi, dan komunikasi. Proses pengalokasian ruang tersebut, akan terkait dengan bagian-bagian
I - 2 LAPORAN AKHIR
permukaan bumi, tempat berbagai aktivitas dilakukan serta bagian dalam wawasan yang integratif dalam suatu kawasan perumahan dan permukiman.
Pembangunan Kota Makassar saat ini, tidak terlepas dari proses diskotomi kota dan desa yang sering menimbulkan gesekan-gesekan spasial, sosial, dan kultural. Penduduk desa dan wilayah sekitar Kota Makassar melakukan mobilisasi secara tak sadar akibat faktor daya tarik Kota Makassar sebagai kota inti dalam struktur ruang Kota Metropolitan Mamminasata. Proses mobilisasi penduduk tersebut oleh Manuel Castells, menyamakan urbanisasi sebagai modernisasi. Pada prinsipnya urbanisasi yang terjadi di Kota Makassar, akibat keinginan para urbanis untuk tujuan meningkatkan taraf penghidupannya yang lebih layak dari silaunya industri dan akibat modernisasi yang terjadi di Kota Makassar.
Soegijoko (2005 : 65), menjelaskan globalisasi adalah sebuah proses yang merubah suatu kondisi yang lebih tradisional menuju suatu kondisi baru yang postmodernis atau kondisi dimana saling ketergantungan dan saling keterkaitan lebih dominan. Sehingga untuk mengukur dampak globalisasi ada lima dimensi yang dapat digunakan, yaitu: aspek ekonomi, sosio-ekonomi, politik, budaya dan tata ruang kota. Kajian perkembangan kota, khususnya kota-kota utama di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh proses globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Dalam perkembangan Kota Makassar ditemukan adanya segregasi secara sosial berdasarkan stratum sosial ekonomi. Dengan demikian ruang lingkup kajian Kota Makassar harus diperluas sebagai Wilayah Metropolitan Mamminasata.
Perkembangan Kota Makassar saat ini terkait erat dengan kebijakan dekonsentrasi planologis Makassar-Maros-Gowa-Takalar.
Urbanisasi sebagai sebuah proses, mengindikasikan proses perubahan kawasan pinggiran dari rural menjadi urban. Dengan demikian proses urbanisasi yang terjadi dalam dinamika perkembangan Kota Makassar telah menempati hampir di beberapa kawasan kota sebagai kawasan potensil untuk pengembangan kawasan ekonomi strategis Kota Makassar.
I - 3 LAPORAN AKHIR
Perkembangan dan pembangunan kota Makassar saat ini, tidak terlepas dengan adanya globalisasi.
Dampak dari globalisasi terhadap perubahan struktur ruang Kota Makassar dapat dilihat dari perubahan pola keterkaitan ruang, infrastruktur kota, berubahnya bentuk dan struktur kawasan, status, serta pergeseran lokasi aktivitas ke lokasi kawasan pinggiran kota. Proses alih fungsi guna lahan yang berlangsung saat ini di kawasan pinggiran pada dasarnya, akibat terjadinya titik jenuh pada kawasan pusat Kota Makassar, yang didorong oleh proses sentripetal pusat Kota Makassar, sehingga mengondisikan proses dekonsentrasi aktivitas sosial ekonomi baru pada kawasan pinggiran kota.
Pencapaian titik jenuh tersebut juga disebabkan akibat perubahan status Kota Makassar dan sekitarnya menjadi Kota Metropolitan Mamminasata, yang antara lain didorong oleh dinamisasi produksi ekonomi kota.
Proses globalisasi, dan dampaknya pada aspek sosial-ekonomi dapat dilihat dari tingginya angka kemiskinan dan kesenjangan pelayanan infrastruktur antarkawasan kota. Perkembangan pembangunan Kota Makassar akibat proses urbanisasi, di identifikasi telah mendorong kelompok strata menengah ke bawah untuk menetap di kawasan pinggiran kota meskipun masih tergantung pada kegiatan di pusat kota. Pembangunan mengakibatkan harga lahan tidak terjangkau oleh kelompok ini. Pola kepemilikan lahan mengalami perubahan dari kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan pengembang dalam luasan yang sangat besar. Jika dikaitkan dengan penataan atau penyediaan sarana dan prasarana umum (jaringan jalan) bagi pemerintah kota akan menghadapi masalah tersendiri. Indikasi yang dapat ditemukan adalah tingginya konflik lahan di kawasan perkotaan Kota Makassar yang cenderung meningkat.
Perubahan spasial akan mendorong pertambahan penduduk, sehingga mengondisikan kehidupan sosial budaya warga di daerah perkotaan. Proses desentralisasi dan resentralisasi atau lokalitas dan lokal kota merupakan tarik menarik yang cukup kompleks antar ruang fisik dan kehidupan sosial budaya. Fenomena perubahan struktur ruang Kota Makassar mengondisikan
I - 4 LAPORAN AKHIR
perubahan yang bersifat revolusioner terhadap spasial kawasan. Kondisi perubahan spasial yang berkembang saat ini adalah peruntukan aktivitas baru antara lain; kawasan permukiman, pusat perbelanjaan, perdagangan, industri, wisata dan transportasi.
Fenomena pengembangan kawasan Kota Makassar, diduga akibat tuntutan pembangunan yang cukup tinggi, sehingga mempengaruhi perkembangan spasial Kota Makassar secara umum. Perkembangan spasial tersebut, diyakini merupakan pemicu munculnya permasalahan lingkungan, baik lingkungan biotik, abiotik, sosial, kultural dan ekonomi, yang sangat terkait dengan pengembangan kawasan permukiman berskala besar dan proses perkembangan ini secara umum terjadi pada kawasan pinggiran Kota Makassar. Perkembangan kawasan permukiman Kota Makassar pada dasarnya dapat digolongkan atas dua kategori, yaitu: (a) kawasan permukiman yang berkembang akibat faktor historis yang berkembang tanpa melalui mekanisme perencanaan, dan (b) kawasan permukiman yang berkembang karena diciptakan melalui suatu prosedur tertentu dalam kerangka pemenuhan kebutuhan akan perumahan bagi masyarakat Kota Makassar.
Pemikiran pembangunan kota akan selalu diarahkan ke konsep dan bentuk yang ideal, termasuk konsep pengembangan Kota Makassar sesuai RTRW yang telah ditetapkan. Bentuk ideal kota sebenarnya merupakan visi spasial yang didambakan oleh seluruh warga kota. Bentuk ideal suatu kota tidak mestinya dan tidak harus sama antara kawasan satu dengan dengan kawasan lainnya. Ekspresi keruangan kawasan Kota Makassar mempunyai bentuk yang bervariasi karena variasi lingkungan fisikal dan morfologi kawasan itu sendiri. Perkembangan spasial Kota Makassar yang dikondisikan oleh perkembangan kawasan permukiman akan selalu menyesuaikan dengan kondisi fisikalnya yang tentunya akan memberikan dampak, baik positif maupun negatif. Rekayasa spasial yang kuat akan mampu mengarahkan kecendrungan perkembangan fisik Kota Makassar dalam artian mempercepat, memperlambat, menghentikan atau membelokkan arah
I - 5 LAPORAN AKHIR
perkembangan spasialnya. Implikasi yang dapat diamati pada perubahan struktur ruang Kota Makassar antara lain; pola keterkaitan ruang, infrastruktur kota, berubahnya bentuk dan struktur kawasan, status, serta pergeseran lokasi aktivitas pusat kota ke lokasi kawasan pinggiran Kota Makassar yang salah satu pemicunya adalah perkembangan kawasan permukiman, sehingga memerlukan prioritas penanganan terutama kawasan yang diidentifikasi mengalami akselerasi pembangunan yang sangat cepat dan sangat signifikan pengaruhnya dalam dinamika pembangunan Kota Makassar.
Fenomena pembangunan kawasan permukiman Kota Makassar yang berkembang menjadi kota modern diawali pada tahun 1950-an.
Perkembangan Kota Makassar saat itu di bagi dalam 5 wilayah utama (distrik). Wilayah utama yang dimaksud, meliputi; distrik Makassar, Wajo, Melayu, Ende dan distrik Mariso. Wajah kota Makassar pada tahun 1950 mengalami perubahan yang cukup tajam. Kondisi ini ditandai dengan lenyapnya teknologi kekuasaan kolonial yang membagi dan mengendalikan berbagai kelompok masyarakat kota. Yang muncul dengan terbuka adalah tarik-menarik antara kekuatan modal untuk mengklaim ruang kota, bersaing dengan kekuatan mobilisasi massa dan kekuatan meliter. Dari proses sejarah Kota Makassar menunjukkan bahwa ruang kota tidak terjadi secara alamiah. Ada beberapa proses historis dan intervensi lembaga-lembaga kekuasaan yang membentuk wajah Kota Makassar. Dalam proses perkembangan selanjutnya mengindikasikan bahwa, penguasa tak selamanya mampu mengendalikan dan membentuk wajah kota, akan tetapi daya dorong pembangunan kawasan permukiman yang cukup dominan merubah spasial Kota Makassar.
Pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman dalam suatu kawasan di Kota Makassar selain yang diupayakan masyarakat, sebagian besar diusahakan oleh pengembang atau real estate, baik dalam bentuk BUMN, BUMD maupun Badan-Badan Usaha Swasta lainnya.
Pembangunan kawasan perumahan dan permukiman di Kota Makassar, pada
I - 6 LAPORAN AKHIR
prinsipnya tidak sepenuhnya mengacu pada peraturan 1 : 3 : 6 yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara nasional untuk dijadikan pedoman dalam merealisasikan kegiatan pembangunan. Kondisi ini mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan Kota Makassar yang terbatas mengalami degradasi fisik lingkungan, akibat belum sepenuhnya dilakukan melalui mekanisme perencanaan komprehensif, efektif dan efisien, untuk dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai status sosialnya dan tingkat pendapatannya.
Salah satu usaha pemerintah untuk melaksanakan kegiatan pembangunan kaitannya dengan penyediaan perumahan dan permukiman di Kota Makassar guna memenuhi tuntutan kebutuhan dasar masyarakat akan perumahan adalah mengupayakan tersedianya lahan di kawasan perkotaan Kota Makassar pada saat dibutuhkan dengan cara menetapkan kawasan perumahan dan permukiman yang memerlukan penanganan secara khusus sesuai kondisi dan karakteristik kota serta permintaan masyarakat akan kebutuhan perumahan beserta sarana dan prasarananya. Dengan demikian, diperlukan penanganan kawasan permukiman prioritas untuk kebutuhan pengembangan kawasan permukiman di Kota Makassar.
Pembangunan dan penetapan kawasan permukiman yang diprioritaskan adalah mewujudkan tersedianya rumah dalam jumlah yang memadai, di dalam lingkungan yang sehat, serta memenuhi syarat-syarat sehat, memberi kepuasan penghuni, kuat dan dalam jangkauan daya beli rakyat banyak (Adisasmita, 1999 : 11). Dengan demikian pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman prioritas di Kota Makassar ditujukan untuk memenuhi tuntutan hidup masyarakat akan pelayanan fasilitas sosial ekonomi sarana dan prasarananya. Untuk mendukung pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Makassar akan membutuhkan penyiapan lahan dengan luasan yang memadai dengan indikator penilaian adalah analisis prakiraan peningkatan jumlah penduduk kota dimasa yang akan datang. Dengan demikian lahan yang disiapkan untuk tujuan
I - 7 LAPORAN AKHIR
pembangunan pada saat dibutuhkan akan memadai sesuai peningkatan jumlah penduduk.
Pada sisi yang lain langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan peningkatan jumlah penduduk, adalah kawasan yang diprioritaskan untuk kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman serta disesuaikan dengan prediksi kebutuhan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di Kota Makassar. Dengan demikian prinsip dasar yang mutlak dipenuhi adalah melibatkan para stakeholder di daerah, sehingga dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman pada kawasan yang diprioritaskan tidak mengalami kendala dan hambatan dalam implementasinya dimasa yang akan datang.
Kawasan permukiman yang perlu mendapat prioritas penanganan di Kota Makassar, sebagai berikut :
a. Kawasan permukiman yang dikategorisasikan berada dalam lingkungan perumahan kumuh dalam areal perkotaan atau pada kawasan pinggiran di Kota Makassar, akan tetapi memiliki nilai ekonomis dan atau nilai strategi tinggi, yang apabila ditangani dapat meningkatkan nilai kawasan serta memberi manfaat bagi peningkatan perekonomian wilayah Kota Makassar secara makro dan mikro.
b. Kawasan permukiman yang memiliki fungsi-fungsi khusus dalam skala pembangunan wilayah Kota Makassar atau memiliki keterkaitan dengan wilayah Metropolitan Mamminasata. Kawasan permukiman yang termasuk dalam kategori ini di Kota Makassar adalah; kawasan pariwisata, kawasan konservasi kultural, kawasan agro industri, dan sejenisnya.
c. Kawasan pinggiran yang masih memiliki ciri-ciri agraris pedesaan dan secara administrasi berada dalam wilayah Kota Makassar yang berfungsi sebagai hinterland dan atau buffer/penyangga bagi kota inti Kota Makassar dan memiliki keterkaitan dengan wilayah Metropolitan Mamminasata.
I - 8 LAPORAN AKHIR
d. Kawasan permukiman yang potensial terkena bencana (alam maupun konflik sosial), sehingga memerlukan penyelesaian dengan segera agar program lain dapat diselenggarakan pada waktu. Terhadap kawasan ini memerlukan pendekatan identifikasi di dalam penetapan lokasi beserta luasannya serta potensi ancaman bencana alam yang akan terjadi.
Keempat kategori tersebut merupakan dasar dan acuan di dalam menetapkan kawasan permukiman untuk ditetapkan sebagai kawasan prioritas, untuk selanjutnya akan dilakukan tindakan perencanaan, yang tentunya akan mengacu pada RTRW dan RP4D Kota Makassar yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh rumusan di dalam penetapan prioritas yang segera ditindaklanjuti dalam program penanganan dan pengendalian yang akan dilakukan sesuai dengan tingkatan prioritasnya. Dengan demikian, Penyusunan Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar memiliki posisi strategis dalam kerangka pembangunan Kota Makassar dimasa yang akan datang. Untuk maksud tersebut dan dengan pertimbangan kompleksitas pembangunan Kota Makassar saat ini, maka diperlukan mekanisme sistem perencanaan komprehensif yang salah satunya adalah kegiatan penyusunan RPKPP Kota Makassar yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Pengembangan Permukiman Tahun Anggaran 2010.
B. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
1. Maksud
Maksud Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar adalah menetapkan lokasi kawasan permukiman prioritas untuk segera ditangani dan menyiapkan suatu masukan teknis untuk dipergunakan sebagai acuan di dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman yang ada di Kota Makassar berdasarkan skala prioritasnya.
Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar, sebagai berikut :
I - 9 LAPORAN AKHIR
a. Tersedianya masukan teknis dari kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar.
b. Penegasan lokasi kawasan yang perlu untuk segera ditangani dan diperioritaskan sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah Kota Makassar dan sesuai dengan RTRW dan RP4D Kota Makassar.
c. Penyambung lanjut (Bridging Tool) Rencana Tata Ruang Kota Makassar dan RP4D Kota Makassar kaitannya dengan pengembangan kawasan permukiman prioritas di Kota Makassar.
d. Kegiatan penjabaran lingkup tumpang tindih (Grey Area) antara produk perancangan kota makro dengan perancangan secara terinci menuju kerancangan mikro, khususnya pada kawasan permukiman yang diprioritaskan.
e. Penjabaran dan perwujudan secara konkrit kebijaksanaan dan program pembangunan kawasan permukiman sebagaimana yang digariskan dalam RTRW dan RP4D Kota Makassar yang telah ditetapkan.
f. Arahan Pokok untuk penempatan dan penataan bangunan perumahan, jaringan jalan, jaringan utilitas, pola landsekap, unsur-unsur penunjang kawasan permukiman sebelum rancangan arsitektur dan kerekayasaan (engineering) diwujudkan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar, sebagai berikut :
Tersedianya model penanganan kawasan permukiman prioritas untuk kemudian dimatangkan oleh pemerintah Kota Makassar yang menjadi satu kesatuan sistem perencanaan yang memiliki keterkaitan dengan RP4D Kota Makassar.
Menyiapkan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar sebagai bagian dari upaya penataan fungsi dan fisik kawasan permukiman, bersama masyarakat dan semua
I - 10 LAPORAN AKHIR
stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal Kota Makassar dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya.
Merumuskan program investasi pembangunan kawasan permukiman yang diprioritaskan sebagai acuan implementasi dari skenario pengembangan kawasan permukiman di Kota Makassar.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar, sebagai berikut :
• Menyiapkan rumusan program perencanaan kawasan permukiman yang diprioritaskan untuk segera ditangani secara bersama;
• Merumuskan penanganan kawasan permukiman prioritas beserta besaran investasi yang akan digunakan dan dimanfaatkan;
• Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan melalui penyiapan infrastruktur kawasan yang lebih memadai kualitasnya sesuai strategi penanganan yang akan dilakukan berdasarkan periode waktu yang akan ditetapkan.
• Membantu Pemerintah Kota Makassar dalam menyiapkan rencana aksi program penanganan permasalahan permukiman berikut infrastruktur keciptakaryaan yang ada dalam kawasan prioritas sesuai dengan arahan strategi penanganan kawasan.
3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar, sebag0ai berikut :
• Tersusunnya Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar sebagai bagian dari upaya peningkatan fungsi dan karakter kawasan permukiman, yang dilakukan bersama masyarakat dan semua stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya.
I - 11 LAPORAN AKHIR
• Tersusunnya program investasi pembangunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar yang telah disetujui semua pihak yang terkait dan sebagai bagian upaya peningkatan kualitas ruang dengan menyertakan masyarakat sebagai bagian integral dari upaya pembangunan kawasan permukiman prioritas.
• Menata kawasan permukiman prioritas untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini;
• Menata Kawasan permukiman prioritas untuk mewujudkan pemanfaatan ruang dengan efektif, efisien, dan tepat guna sesuai arahan RTRW dan RP4D Kota Makassar;
• Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan pada kawasan permukiman prioritas berbasis kawasan yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di Kota Makassar;
• Tersedianya rencana aksi program penanganan yang bersifat strategis dan berdampak pada penyelesaian pembangunan yang lebih luas, dan
• Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mengoptimalkan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan yang dapat mendukung dan mempercepat penanganan persoalan pembangunan.
• Ditetapkannya kawasan-kawasan prioritas dengan deliniasi yang jelas dengan permasalahan maupun potensi yang berpengaruh terhadap pengembangan kota.
C. LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan Penyusunan rencana Pembangunan Kawasan Prioritas (RPKPP), pada dasarnya adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan SPK, SPPIP, dan RP4D. RPKPP ini merupakan salah satu bentuk rencana operasional dari SPPIP dan RP4D. Berkaitan dengan hal ini, maka lingkup kegiatan dari rangkaian kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) tetap mengacu pada
I - 12 LAPORAN AKHIR
SPK dan RP4D. Secara rinci, lingkup kegiatan dari rangkaian Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) adalah sebagai berikut:
1. Substansi Materi
a. Melakukan kaji ulang/review dan evaluasi terhadap berbagai produk rencana yang telah dimiliki pemerintah Kota Makassar diantaranya SPK, SPIPP, dan RP4D untuk dioptimalkan dan disinergikan sesuai dengan karakteristik dan kekhasan Kota Makassar yang ingin dicapai dalam waktu tertentu.
b. Melakukan kaji ulang, evaluasi dan analisa terhadap kontribusi dan kedudukan kawasan-kawasan permukiman perkotaan dan tingkat pelayanannya dalam lingkup wilayah Kota Makassar.
c. Melakukan identifikasi dan penetapan kawasan-kawasan pemukiman prioritas dalam skala kota berdasarkan arahan Strategi Pengembangan Permukiman Perkotaan (SPPIP), Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Daerah (RP4D) Kota Makassar atau dokumen sejenis lainnya yang telah digunakan sebagai acuan pengembangan permukiman di daerah.
d. Melakukan survey primer dan sekunder untuk mendapatkan data dan informasi terkait permasalahan, kebijakan strategi, dan program pengembangan kawasan permukiman prioritas dalam kontelasi kota, serta data dan informasi pendukung analisa dan penyusunan RPKPP.
e. Menyiapkan peta dasar dengan kedalaman informasi skala 1:5.000 yang akan digunakan sebagai peta dasar untuk melakukan identifikasi kebijakan dan strategi penanganan dan pengembangan kawasan sesuai arahan strategi pengembangan kota maupun maupun rencana pengembangan permukiman terkait lainnya, melakukan analisa serta menuangkan konsep dan strategi pengembangan kawasan permukiman prioritas dan infrastuktur keciptakaryaannya ke dalam bentuk spasial.
f. Identifikasi potensi, permasalahan, hambatan, dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada
I - 13 LAPORAN AKHIR
kawasan prioritas tersebut. Proses identifikasi ini dilakukan di atas peta dasar yang bersumber dari citra satelit dan atau foto udara.
g. Melakukan analisa kebutuhan penanganan dan pengembangan kawasan permukiman prioritas beserta kebutuhan infrastruktur keciptakaryaannya dan komponen pengembangan kawasan terkait lainnya.
h. Menetapkan kebutuhan dan skala prioritas penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas. Penetapan kebutuhan, bentuk dan skala prioritas penanganan ini dilakukan dengan diskusi terfokus (FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan di daerah.
i. Penyusunan konsepsi, rencana, strategi, dan program untuk penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastuktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas terpilih. Proses penyusunan konsepsi, rencana, strategi, dan program ini dilakuikan dengan diskusi terfokus (FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan di Kota Makassar.
j. Berdasarkan proses identifikasi, penetapan kebutuhan dan penetapan skala prioritas penanganan dan pengembangan pada kawasan prioritas, dilakukan pemilihan 2 (dua) kawasan di dalam kawasan permukiman prioritas yang akan dilakukan penanganan dan pembangunan pada tahap pertama. Pada kawasan pengembangan tahap I (pertama) ini dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1 : 1.000.
k. Penyusunan rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman yang berbasis kawasan dan pendekatan perencanaan dan partisipatif dalam bentuk Community Action Plan (CAP) pada kawasan prioritas. Rencana aksi program ini meliputi infrastuktur keciptakaryaan maupun komponen sektor terkait lainnya, dan disusun sampai dengan tingkat kedalaman yang bersifat operasional yang bersifat operasional yang siap diimplementasikan pada tahun berikutnya.
I - 14 LAPORAN AKHIR
l. Penyusuna Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering Design/DED) untuk komponen program penanganan prioritas di dalam kawasan yang meliputi infrastruktur keciptakaryaan.
m. Penyusunan tahapan pelaksanaan dari rencana aksi program dan penanganan dan pembangunan permukiman pada kawasan prioritas, yang meliputi infrastruktur keciptakaryaan maupun sektoral terkait lain.
n. Melakukan sosialisasi hasil penyusunan RPKP melalui diseminasi kepada dinas/instansi terkait di Kota Makassar.
o. Menyusun materi visualisasi hasil rencana (RPKP) yang akan digunakan untuk kebutuhan sosialisasi dalam bentuk poster dan leaflet. Materi visualisasi ini berisikan konsep, rencana, strategi dan rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman baik pada kawasan prioritas maupun kawasan pengembangan tahap I (pertama)
p. Melakukan kegiatan diskusi dan pembahasan sebagai berikut:
Focus Group Discusion (FGD), dilakukan untuk kegiatan bersama antara Tim Ahli Konsultan dengan pemangku kepentingan kawasan dan kota, dan instansi/pihak terkait dalam menyusun dan merumuskan setiap kegiatan yang membutuhkan penyepakatan bersama. FGD ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali untuk kegiatan berikut:
• Penetapan kebutuhan, bentuk dan skala prioritas penangan dan pengembangan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas.
• Penyusunan konsepsi, strategi, dan program untuk penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryan pada kawasan prioritas terpilih.
• Penyusuna rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman berbasis kawasan dan pendekatan perencanaan partisipatif dalam bentuk Community Action Plan (CAP) pada kawasan prioritas.
I - 15 LAPORAN AKHIR
Setiap kegiatan FGD diikuti oleh 20 (dua puluh) orang peserta, dan dilakukan di dalam kawasan prioritas.
Kolokium, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, yang ditujukan untuk melakukan penyamaan pencapaian dari kegiatan penyusunan RPKP yang dilakukan disetiap kota/kabupaten. Pihak konsultan akan mengikuti kegiatan Kolokium dan melaporkan kemjuan pencapaian kegiatan maupun hasil kesepakatan di daerah dalam penyusunan RPKP. Kegiatan Kolokium dilakukan sebanyak 2 (dua) kali masing-masing selama 1 (satu) hari untuk kegiatan berikut:
Dilakukan pada awal bulan ke-3 (tiga) setelah SPMK, setelah dilakukan kegiatan identifikasi dan penetapan kawasan-kawasan permukiman prioritas.
Dilakukan pada akhir bulan ke-7 (tujuh) setelah SPMK, setelah dilakukan kegiatan penyusunan konsep, rencana, strategi dan program penanganan pemukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas, dan pada saat penyusunan Rencana Aksi Program.
Diseminasi, dilakukan pada akhir kegiatan dan ditujukan untuk mensosialisasikan seluruh hasil kegiatan dan produk RPKP, serta rencana aksi program yang telah disepakati kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan daerah lainnya. Diseminasi dilakukan di tingkat Kota Makassar.
Kegiatan Diseminasi diikuti oleh 50 (lima puluh) orang peserta yang mewakili pemangku kepentingan kota, baik lembaga eksekutif, lagislatif, akademisi maupun perwakilan masyarakat, dan pihak pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Diskusi pembahasan, dilakukan untuk setiap pembahasan laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapnya. Diskusi Pembahasan dilakukan untuk pembahasan laporan antara, laporan akhir sementara, dan laporan akhir.
I - 16 LAPORAN AKHIR
2. Lingkup Wilayah
Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dilakukan untuk kawasan permukiman prioritas yang berlokasi di Kota Makassar dan mengacu pada arahan yang terdapat dalam SPK, SPPIP, RP4D, maupun dokumen strategi pembangunan kota atau pemukiman sejenis lainnya.
D. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang mendasari pelaksanaan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Makassar, sebagai berikut :
a. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 (Amandemen)
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
e. UU No. 5 tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (LNRI Tahun 1960 No. 104);
f. UU No. 23 Tahun 1997, tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan (LNRI No. 12 tahun 1982, TLN No. 3215);
g. UU No. 4 tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman;
h. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang bangunan Gedung i. Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air j. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang k. Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2002, tentang Hutan Kota
l. Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005, tantang peraturan pelaksanaan pengadaan Tanah bagi pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
m. Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006, tentang Jalan
I - 17 LAPORAN AKHIR
n. Keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 32 Tahun 1990, tentang pengelolaan Kawasan Lindung
o. SNI 03-1733-2004, Tatacara Perencanaan Lingkungan Perumahan di perkotaan
p. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985, tentang jalan;
q. Peraturan Pemerintah No. 69, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;
r. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000, tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Kota;
s. Permendagri No. 2 tahun 1987, tentang penyusunan rencana kota;
t. Kepmendagri No. 59 tahun 1988, tentang pelaksanaan Permendagri No.
2 Tahun 1987;
u. Kepmendagri No. 650 – 658, tentang Keterbukaan Rencana kota untuk Umum;
v. Kepmenkimpraswil No. 377 Tahun 2002, tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan;
w. Inmendagri No. 14 Tahun 1998, tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan;
x. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah, Direktorat Pembinaan Program, Direktorat Jenderal Pembangunan daerah Tahun 1999;
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Bab I Pendahuluan, substansi bab ini membahas mengenai latar belakang kegiatan penyusunan RKPP Kota Makassar, Maksud, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan, Lingkup Kegiatan serta Dasar Hukum.
Bab II Kebijaksanaan Pembangunan Kota Makassar, berisikan materi Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJP) Kota Makassar, Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar, Tinjauan RTRW
I - 18 LAPORAN AKHIR
Metropolitan Mamminasata, Tinjauan RP4D Kota Makassar, Tinjauan RTRW Kota Makassar dan Kebijaksanaan Pengendalian Kawasan.
Bab III Gambaran Umum Wilayah Kota Makassar, substansi bab ini berisikan Karakteristik Wilayah Kota Makassar, Karakteristik Ekonomi Kota Makassar, Demografi dan Kependudukan, Fasilitas Sosial Ekonomi, Tinjauan Wilayah Kecamatan Manggala, Tinjauan Wilayah Kecamatan Tamalate, Tinjauan Wilayah Kecamatan Ujung Tanah, Tinjauan Wilayah Kecamatan Tallo dan Tinjauan Wilayah Kecamatan Biringkanaya.
Bab IV Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas Manggala, substansi bab ini menguraikan tentang Analisis Kawasan Permukiman Prioritas, Analisis Penentuan Kawasan Prioritas, Parameter Penilaian Kegiatan Penanganan Kawasan Prioritas, Usulan Kegiatan Prioritas Untuk Lokasi Permukiman Prioritas Terpilih, Kesesuaian Usulan Program Kegiatan, Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas Manggala dan Rencana Aksi Program Pada Kawasan Permukiman Prioritas Manggala.