• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Ni Made Putri Utami1, Putu Sanjaya 2, L. Heny Nirmayani 3

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Pembelajaran Model Contextual Teaching And Learning Dengan Media Visual Adapun subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA Kelas V di SD Negeri 2 Banjar Tengah dari pra siklus, siklus I, II dan III di atas, rata- rata hasil belajar IPA siswa pada tahap pra siklus adalah sebesar 63% dengan kategori rendah, sedangkan siklus I sebesar 72% dengan kategori sedang kemudian di siklus II rata- rata hasil belajar IPA yaitu 82% kategori tinggi dan di siklus III rata – rata hasil belajar IPA kelas V adalah 93% pada kategori sangat tinggi. Penelitian mengenai model pembelajaran Contextual Teaching And Learning dengan media visual dalam pembelajaran IPA hendaknya lebih dikembangkan dengan penggunaan metode-metode pembelajaran jenis lain oleh peneliti-peneliti selanjutnya.

Kata Kunci: Model Contextual Teaching And Learning, Media Visual, Hasil Belajar IPA

Abstract

This research is a classroom action research with the title Application of Learning Contextual Teaching and Learning Model with Visual Media. The subject of this research is the teacher and students of class V as many as 36 students consisting of 18 male students and 18 female students. The results of this study indicate that there are differences Science learning outcomes for Class V at SD Negeri 2 Banjar Tengah from the pre-cycle, cycles I, II and III above, the average student learning outcomes in science at the pre-cycle stage is 63%

in the low category, while the first cycle is 72% with medium category then in the second cycle the average science learning outcomes are 82% in the high category and in the third cycle the average science learning outcomes for class V are 93% in the very high category.

Research on the Contextual Teaching And Learning learning model with visual media in science learning should be further developed by using other types of learning methods by further researchers.

Keywords: Contextual Teaching And Learning Model, Visual Media, Science Learning Outcomes

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan saat ini telah mengalami perubahan dan pengembangan yang sangat cepat. Ini dapat dibuktikan dengan pembangunan sarana sekolah yang terus ditingkatkan demi dapat menampung peserta didik yang kian tahun kian meningkat. Apalagi saat ini dimasa pandemi, pendidikan juga terus mengembangkan metode pendidikan yang mutakhir untuk dapat menuntaskan tujuan nasional, yaitu sumber daya manusia yang bebas dari buta aksara dan kemiskinan.

Salah satu aspek yang dipandang perlu untuk terus ditingkatkan adalah dalam pendidikan, karena sumber daya yang mampu untuk bersaing memiliki pendidikan yang baik, utamanya dari sikap, pengetahuan dan keterampilan. Namun demikian,sampai saat ini masih terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaannya.

Terutama dapat ditunjukkan dengan masih rendahnya hasil belajar dari siswa itu sendiri.

Adapun yang melatar belakangi dari dilakukannya penelitian ini, dapat diidentifikasi adanya permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran IPA kurang bermakna bagi siswa karena proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan belum melibatkan siswa untuk menemukan dan membangun

sendiri pengetahuannya melalui kegiatan nyata menyelidiki masalah tentang alam (praktek mengalami langsung).

2. Siswa masih kesulitan memahami materi IPA karena guru belum mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman nyata siswa dan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di lingkungan sekitar siswa.

3. Perhatian siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah terhadap pelajaran IPA rendah karena model pembelajaran masih bersifat konvensional berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa secara abstrak dan hanya menggunakan sumber belajar dari buku dan modul.

Prestasi belajar IPA kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah masih rendah, perlu ditingkatkan dengan model pembelajaran yang melibatkan siswa membangun pengetahuannya sendiri.

Adapun tujuan secara umum dari penelitian ini adalah penerapan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dengan media visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V Semester Genap Tahun Ajaran 2020/2021 SD Negeri 2 Banjar Tengah Kecamatan Negara.

Hasil penelitian ini diharapkan

(3)

mampu untuk memberi manfaat bagi siswa, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, tidak membosankan dan dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu dengan penelitian ini akan menambah keterampilan dalam melakukan pembelajaran yang inovatif.

Hakiim, (2009:57) berpendapat bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata.

Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata dimana isi pelajaran akan digunakan. Pendekatan Contextual Teaching and Learning mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata (real world learning), berfikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.

Anitah (2010:7) berpendapat bahwa media visual juga disebut media pandang, karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Contoh dari media visual

yaitu gambar mati atau gambar diam, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, dan sebagainya.Media visual memegang peran penting dalam pembelajaran. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan karena siswa melihat secara langsung media yang diberikan oleh guru sehingga menimbulkan kebermaknaan dalam belajar.

Anni (2009:85) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.

Suprijono (2009: 5), berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terlebih jika dalam pembelajaran guru dapat menyesuaikan antara materi dan media pembelajaran, serta adanya iklim pembelajaran yang baik sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

Piaget dalam Anni (2009: 226),

(4)

mengemukakan bahwa kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan sendiri dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Dalam hal ini peserta didik dapat membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari

METODE PENELITIAN

Metode Tes Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi IPA yang dilaksanakan. Adapun pedoman dalam teknis pembuatan tes didasari meliputi : KD, Tema 6, Subtema, Materi dan Indikator.

Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif siswa, dianalisis menggunakan teknis analisi deskriptif. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase. Untuk mengukur hasil belajar siswa dilakukan dalam 2 tahap yaitu:

a. Tea awal (Pre Test) yaitu untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai

oleh siswa.

b. Tes evaluasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap konsep yang diajarkan dan dilaksanakan pada tiap akhir pelaksanaan siklus.

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis data atau mengolah data.

Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persentase tingkat belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah dalam mata pelajaran IPA pada siklus I 72%.

Persentase hasil belajar siswa ini dikonversikan pada pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima maka berada pada interval 65-79 dengan mencapai tingkat hasil belajar pada kategori sedang. Dan dari 36 orang siswa masih terdapat 12 orang siswa yang belum tuntas karena memperoleh nilai dibawah KKM.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persentase tingkat belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah dalam mata pelajaran IPA pada siklus II 82%. Persentase hasil belajar siswa ini dikonversikan pada pedoman Penilaian

(5)

Acuan Patokan (PAP) skala lima maka berada pada interval 80-89 dengan mencapai tingkat hasil belajar pada kategori tinggi. Dan dari 36 orang siswa masih terdapat 12 orang siswa yang belum tuntas karena memperoleh nilai dibawah KKM.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persentase tingkat belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah dalam mata pelajaran IPA pada siklus III 93%.

Persentase hasil belajar siswa ini dikonversikan pada pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima maka berada pada interval 90-100 dengan mencapai tingkat hasil belajar pada kategori sangat tinggi. Dan dari 36 orang siswa masih terdapat 2 orang siswa yang belum tuntas karena memperoleh nilai dibawah KKM.

Bertitik tolak pada analisis data, pada siklus I secara klasikal persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa menunjukkan kategori sedang. Dilihat dari KKM, siswa yang tuntas sebanyak 24 orang atau 67% dan yang belum tuntas sebanyak 12 orang atau 33%. Berdasarkan data tersebut, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus I berada pada kategori sedang, hal ini disebabkan pembelajaran dengan penerapan model Contextual Teaching And Learning dengan media visual

sifatnya masih baru bagi siswa. Jadi siswa merasa belum terbiasa dengan situasi pembelajaran tersebut. Disamping itu juga disebabkan kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan siswa belajar secara daring yang menyebabkan banyak terjadi kendala seperti siswa tidak memiliki handphone, tidak mempunyai kuota, sinyal yang terkadang terganggu dan siswa kurang terlibat secara aktif karena pembelajaran tidak bisa dilaksanakan secara efektif dalam situasi pandemi Covid-19 serta terdapat beberapa orang siswa yang masih merasa kebingungan dalam menemukan konsepnya sendiri dan juga terdapat beberapa orang siswa yang belum berani menyampaikan pendapat/mengajukan pertanyaan karena siswa masih dibebani rasa takut. Kendala- kendala tersebut merupakan hambatan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran secara daring sehingga pada siklus I masih terdapat siswa tidak dapat mencapai target ketuntasan. Berdasarkan hasil observasi hasil belajar pada siklus I, maka dilakukan upaya perbaikan atau penyempurnaan pada siklus II terhadap kekurangan atau kendala-kendala yang muncul pada siklus I

Dengan penyempurnaan tersebut, hasil belajar IPA pada siklus II meningkat dari kategori sedang pada siklus I menjadi tinggi pada siklus II. Dilihat dari kelulusan

(6)

(KKM), siswa kelas V yang tuntas 30 orang siswa tuntas atau 83% dan 6 orang siswa tidak tuntas atau 17%. Jadi persentase hasil belajar IPA pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan sebesar 10% yakni dari persentase rata-rata hasil belajar 72% pada siklus I menjadi 82%

pada siklus II.

Tidak cukup sampai dengan siklus II disini peneliti ingin melanjutkan pada siklus III agar hasil belajar siswa makin meningkat. Semakin meningkatnya hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi akan meningkat pula presentase rata – rata hasil belajar siswa tersebut dilihat dari skala Penilaian Acuan Patokan (PAP). Pada siklus III ini makin ditekankan pembahasan materi yang kebanyakan belum dimengerti oleh siswa, agar apa yang mereka pelajari tidak sekadar lewat diingatannya tapi agar siswa benar – benar mengerti pada materi ajar yang diberikan. Pada siklus III persentase rata – rata hasil belajar IPA kelas V meningkat sebesar 11%. Ini bisa dilihat dari siklus II rata – rata persentase hasil belajar IPA kelas V adalah 82% menjadi 93% pada siklus III.

PENUTUP

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching

And Learning dengan media visual dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah tahun pelajaran 2020/2021.

Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning dengan media visual hendaknya dapat menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik terutama kualitas pembelajaran serta menyediakan sarana dan prasarana fasilitas pembelajaran harus dioptimalkan agar tidak menghambat proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA Anitah W, Sri 2010. Media

Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pressindo

Anni, Catharina Tri dan Achmad Rifa’i.

2009. Psikologi Pendidikan.

Semarang: Universitas Negeri Semarang Press

Atmaja, Nengah Bawa, Anantawikrama Tungga Atmaja, Tuty Maryati.

2017. Agama Hindu, Pancasila, dan Keawrifan Lokal Fondasi Pendidikan Karakter. Singaraja:

Pustaka Larasan.

Hakiim, Lukmatul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

(7)

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

school, regarding “the silent Chinese learners”. This did not catch my attention until I was asked to reflect on what I had not noticed before by Fiona English, a lecturer of

Perhitungan Biaya Aktivitas Produksi Ribbed Smoked Sheet untuk Mencapai Efisiensi dengan Pendekatan Metode Aktivity Based Manajement (ABM) pada PT, Perkebunan Nusantara VII

Banyuasin Tahun Anggaran 2014, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor.. 10.07/PP.I/Disbun-01/2014 Tanggal 4 Juli 2014 dan Surat Penetapan Penyedia

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum pasal 1 ayat (1), Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas

1) Pemilihan purging gas antara gas argon (Ar) dan nitrogen (N2) pada pengelasan pipa austenitic stainless steel tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Pilihlah bibit yang tidak cacat atau luka, karena biasa bibit yang luka bisa tidak tumbuh, benih yang bersih dari kotoran, benih yang tidak keriput atau benih utuh, dan

Pembentukan Undang - Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia, merupakan kebijakan dan langkah antisipatif yang bersifat proaktif yang