• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Harian Bisnis Indonesia dan PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Sebagai pihak yang independen, harian Bisnis Indonesia dapat mengelola indeks ini secara fleksibel dan lebih independen, dimana pemilihan konsituen indeks berdasarkan kinerja emiten dengan kriteria seleksi secara fundamental, historikal data transaksi dan akuntabilitas tata kelola perusahaan. Indeks ini diharapkan dapat menjadi salah satu indikator bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Indeks BISNIS-27 diluncurkan tanggal 27 Januari 2009, akan tetapi untuk mendapatkan data historikal, hari dasar yang digunakan untuk perhitungan indeks adalah tanggal 28 Desember 2004 dengan nilai dasar indeks 100. Bursa Efek Indonesia dan harian Bisnis Indonesia secara rutin memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu pada awal bulan Mei dan November (www.idx.com, 19 November 2013).

Indeks BISNIS-27 terdiri dari 27 saham yang dipilih berdasarkan kriteria- kriteria berikut ini :

1. Kriteria Fundamental

Kriteria Fundamental yang dipertimbangkan adalah Laba Usaha, Laba Bersih, Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER). Khusus untuk emiten di sektor perbankan, akan dipertimbangakan juga faktor Loan Deposit Ratio (LDR) dan rasio kecukupan modal yang menandakan tingkat kemampuan bank dalam menghadapi risiko kerugian yang mungkin terjadi atau dikenal dengan Capital Adequancy Ratio (CAR) . 2. Kriteria Teknikal atau Likuiditas Transaksi

Kriteria teknikal yang dipertimbangkan dalam pemilihan saham-saham yang

termasuk dalam perhitungan Indeks BISNIS-27 adalah nilai, volume dan

frekuensi transaksi serta jumlah hari transaksi dan kapitalisasi pasar.

(2)

2

3. Akuntabilitas dan Tata Kelola Perusahaan

Dalam meningkatkan kualitas pemilihan saham-saham yang termasuk dalam Indeks BISNIS-27, dibentuk suatu komite indeks yang anggotanya terdiri dari para pakar di bidang pasar modal maupun dari akademisi. Anggota komite indeks tersebut memberikan opini dari sisi akuntabilitas, tata kelola perusahaan yang baik maupun kinerja saham.

Gambar 1.1 Pergerakan Indeks

Sumber : www.finance.yahoo.com , diakses 27 Desember 2013

Indeks BISNIS-27 dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa indeks ini mempresentasikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan memasukkan perhitungan kapitalisasi pasar, sebab semakin tinggi nilai kapitalisasinya semakin besar pengaruhnya terhadap pergerakan IHSG.

Semakin tinggi kapitalisasinya, semakin sulit saham tersebut ‘dipermainkan

dengan tidak wajar’, sehingga penelitian dapat lebih sederhana namun tetap

mampu mengambarkan kondisi secara keseluruhan seperti jika penelitian

menggunakan IHSG. Hal ini juga diperkuat pada gambar 1.1, jika

dibandingkan dengan Indeks Kompas100 yang memiliki kriteria kurang lebih

sama dengan Indeks BISNIS-27 dan dibentuk juga oleh pihak yang

independen, Indeks BISNIS-27 memiliki tingkat pergerakan harga saham yang

lebih tinggi dibanding dengan Indeks Kompas100.

(3)

3 1.2 Latar Belakang Penelitian

Saham merupakan salah satu alternatif investasi yang diperdagangkan dalam pasar modal yang dapat memberikan potensi keuntungan berupa capital gain dan dividen. Namun, yang menjadi perhatian adalah semakin tinggi keuntungan suatu saham maka terdapat resiko yang tinggi juga. Investor harus melakukan penilaian dengan cermat untuk meminimalkan resiko dan menghindari kesalahan dalam membuat keputusan apakah saham yang diperdagangkan di pasar modal memiliki nilai yang wajar.

Penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham. Penilaian saham yang menghasilkan informasi nilai instrinsik selanjutnya akan dibandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan. Seringkali hasil penilaian harga saham tidak memiliki nilai yang sama dengan harga saham yang diperdagangkan di pasar modal.

Fenomena yang terjadi belakangan ini adalah adanya penurunan BI rate semenjak 4 Maret 2009 sebesar 7,75% hingga 28 Agustus 2013 sebesar 6,50%

akan memberikan signal yang positif terhadap perekonomian Indonesia (www.bi.go.id, 4 Desember 2013). Maka saham yang diperdagangkan di pasar modal pasti akan mengalami kenaikan harga. Karena BI rate sebagai bunga acuan bagi perbankan. Jika BI rate turun, maka biaya kredit yang disalurkan ke perusahaan juga menjadi turun. Maka perusahaan dengan mudah mendapatkan kredit dengan biaya yang lebih rendah. Sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi.

Adanya penghematan biaya kredit menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan. Jika kinerja keuangan semakin membaik, maka harga saham di pasar bursa juga semakin meningkat. Hal ini menyebabkan banyak investor yang memburu kondisi perusahaan seperti ini, karena kinerja yang semakin baik diharapkan akan memberikan keuntungan yang besar juga bagi para investor.

Namun faktanya belakangan ini terjadi penurunan IHSG pada 27 Agustus 2013 yang berada di kisaran Rp 5.200,- terperosok hingga ke kisaran Rp 3.994,-.

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Naik turunnya harga saham di

(4)

4

pasar modal merupakan indikator demand dan supply terhadap saham-saham yang diperdagangkan. Permintaan akan meningkat jika persepsi investor positif. Dan sebaliknya, demand akan menurun jika investor memiliki persepsi negatif terhadap pasar (m.tempo.co, 19 November 2013).

Pasar modal sebagai sarana investasi, dimana yang menjadi pemain bukan hanya investor, regulator, atau analis, namun banyak juga yang berperan sebagai pedagang yang hanya melakukan jual atau beli saham hanya untuk mencari keuntungan jangka pendek. Semua pelaku tersebut memberikan pengaruh terhadap naik atau turunnya harga saham di pasar modal. Selain itu, kondisi pasar regional dan negara-negara lain juga menjadi faktor yang menentukan perilaku investor dalam berpresepsi untuk mengambil keputusan investasi.

Kepala Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2013 hanya akan tumbuh 5,77% atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya di level 5,81 (m.liputan6.com, 19 November 2013). Jika dilihat dari kondisi perekonomian nasional tahun 2013 secara fundamental ekonomi memang lebih rendah. Hal lain yang memperburuk perekonomian adalah laju impor yang tinggi telah mengakibatkan permintaan terhadap dollar meningkat dan upaya pemerintah serta Bank Indonesia menjaga stabilitas mengharuskan Bank Indonesia memasuki pasar dengan melepas dollar yang bersumber dari cadangan devisa dan hal ini menyebabkan cadangan devisa turun. (id.she.yahoo.com, 19 November 2013).

Atas fenomena tersebut muncul persepsi bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak akan setinggi tahun lalu. Masalah utama yang muncul adalah persepsi yang salah, karena tidak adanya komunikasi untuk meyakinkan masyarakat bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih dalam fase pertumbuhan. Akibatnya, para analis dan investor mengambil kesimpulan serta para pedagang mengambil kesempatan.

Selain itu pelaku pasar modal juga merespon negatif atas perkiraan di Amerika

bahwa The Fed akan mengurangi stimulus terhadap pasar, artinya pembelian surat

berharga yang dilakukan akan berkurang dengan alasan ekonomi sudah mulai

pulih. Sebenarnya argumentasi tersebut telah melawan logika ekonomi sebab

pengurangan atas campur tangan pemerintah ke pasar sesungguhnya

(5)

5 mencerminkan pasar yang sudah mulai mandiri dan segera akan menuju ekuilibrum baru.

Selain itu, kondisi pasar modal di Indonesia. Pasar modal ini terdiri dari berbagai elemen yang saling berpengaruh, seperti investor asing, investor domestik, investor institusi maupun investor retail. Semenjak tahun 2008 akibat krisis subprime mortage yang menyebabkan perusahaan besar di Amerika Serikat jatuh dan berimbas pada terpuruknya IHSG hingga turun 50,7%. Akhirnya pada kuartal terakhir di tahun 2009 Indonesia berhasil bangkit dengan tumbuhnya IHSG sekitar 85,86%. Hal ini menimbulkan banyaknya investor asing yang milirik pasar modal Indonesia dan mulai mewarnai berbagai aksi korporasi untuk menjaring dana segar. Namun tahun 2013 ini para investor asing mulai melakukan penjualan besar-besaran berdasarkan persepsi negatif mereka terhadap pasar modal Indonesia. Alasan fundamental ekonomi yang tidak sepenuhnya benar.

Maka kemungkinan dapat dikatakan bahwa fenomena ini adalah perilaku para spekulatif, mereka menjual saham karena sudah dalam posisi gain yang potensial tinggi. Kemudian hasil penjualan dalam bentuk rupiah ditukarkan ke dollar, akibatnya IHSG turun dan rupiah melemah.

Sisi lain yang menyebabkan IHSG semakin terperosok adalah investor domestik, khususnya ritel yang ikut serta menjual sahamnya karena khawatir harga semakin turun. Mereka melakukan cut loss, yang memberikan dampak psikologis pasar. Kondisi penurunan harga saham ini harusnya hadapi dengan bijaksana, dimana setiap krisis akan menciptakan berbagai peluang bisnis dan investasi. Salah satu peluang adalah melakukan pembelian saham dengan harga murah. Hal ini harus dipandang sebagai siklus perputaran, ketika harga sedang turun pasti akan merangkak bangkit lagi. (m.tempo.co, 19 November 2013).

Atas keadaan pasar modal Indonesia yang tidak efisien maka akan banyak

sekali terjadi kesalahan terhadap harga saham (mispriced), tentunya akan sulit

bagi investor untuk menentukan saham-saham yang layak dibeli atau tidak. Oleh

karena itu dibutuhkan suatu alat analisis yang komprehensif yang dapat membantu

dalam menilai harga saham menjadi akurat apakah layak dibeli atau tidak dan

mengecilkan mispriced yang terjadi. Maka sebelum melakukan investasi, para

(6)

6

investor harus melakukan analisis untuk mengetahui nilai instrinsik atau harga wajar saham dan membandingkannya dengan harga saham di bursa.

Analisis harga saham digunakan untuk memilih perusahaan yang terdaftar di bursa, dimana terdapat dua metode yang sering dipergunakan yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Menurut Manurung (2011:11) analisis teknikal merupakan analisis melalui harga dan volume transaksi saham di bursa.

Sedangkan analisis fundamental yang menganalisis secara menyeluruh mengenai kondisi perusahaan, pendapatan dan keberadaan perusahan di masa mendatang menjadi fokus utama, termasuk lingkungan dimana perusahaan tersebut berada.

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan nilai instrinsik perusahaan yang bersangkutan yang kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan harga pasar yang terbentuk di bursa sehingga dapat diketahui saham mengalami overvalued atau undervalued. Oleh sebab itu, hasil analisis ini secara fundamental bisa dijadikan acuan untuk pertimbangan yang lebih objektif untuk pengambilan keputusan investasi yang rasional dan investor dapat dengan mudah untuk memutuskan dalam melakukan investasi.

Terdapat beberapa pendekatan untuk analisis fundamental dalam melakukan penilaian atau valuasi harga saham. Menurut Asnawi dan Wijaya (2010:123) metode dalam melakukan valuasi salah satunya menggunakan metode diskonto yang mencakup metode arus kas bebas (Free Cash Flow to Firm-FCFF dan Free Cash Flow to Equity-FCFE), metode dividen (Dividend Discount Model-DDM), dan metode laba.

Menurut Damodaran (2002:373) “The discounted cash flow model that uses FCFE can be viewed as an alternative to the DDM”. Dalam model diskonto penggunaan metode FCFE bisa dijadikan alternatif pengganti metode DDM.

Artinya penilaian harga wajar saham dengan metode DDM atau FCFE akan

menghasilkan penilaian yang tidak jauh berbeda antara nilai intrinsik saham

perusahaan dengan harga di bursa. Sedangkan menurut Tambunan (2013)

menyatakan bahwa penggunaan metode arus kas bebas jauh lebih akurat

dibanding metode dividen untuk penilaian harga saham perusahaan.

(7)

7 Terdapat beberapa penelitian yang mengenai valuasi harga wajar saham, salah satunya dilakukan oleh Yulfita (2013) “Penilaian Harga Saham Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2009-2011)”. Hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan dari metode DDM dan FCFE tersebut tidak terlalu memiliki perbedaan antara harga wajar saham dengan harga saham di bursa. Sedangkan penelitian lainnya dilakukan oleh Khasanah (2013) “Penilaian Harga Saham dengan Dividend Discount Model dan Free Cash Flow to Equity Model (Studi pada Indeks Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2007- 2011)”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penilaian dengan DDM adalah metode yang paling mendekati dengan harga saham yang di bursa.

Sejumlah metode telah digunakan untuk melakukan valuasi saham, namun perlu dilakukan pengujian apakah metode valuasi tersebut dapat menghasilkan nilai valuasi yang mencerminkan ekspektasi dari suatu saham. Pengujian ini dilakukan bukan berarti menilai bahwa metode valuasi tersebut salah, tetapi lebih bertujuan untuk menguji kemampuan metode valuasi tersebut memperkirakan harga wajar saham di bursa, sehingga investor dapat meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi.

Dalam kesempatan ini peneliti hanya menggunakan metode valuasi saham melalui pendekatan nilai sekarang atau metode diskonto yang mencakup metode DDM dan FCFE. Dasar dari metode diskonto ini adalah nilai instrinsik yang merupakan nilai sekarang dari kas yang akan diterima di masa depan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana valuasi harga saham dengan menggunakan metode DDM dan FCFE pada saham yang terdapat dalam Indeks BISNIS-27 dengan membandingkan hasil valuasi dengan harga saham di bursa sehingga dapat diketahui saham-saham yang direkomendasikan oleh indeks mempunyai nilai instrinsik yang undervalued atau overvalued, kemudian untuk mengetahui seberapa besar tingkat perbedaan antara hasil valuasi dengan metode DDM dan FCFE serta hubungan antar masing-masing metode terhadap harga saham di bursa.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis termotivasi

untuk menganalisa antara metode DDM dan FCFE manakah hasil valuasi harga

(8)

8

saham yang paling mendekati dengan harga saham di bursa. Secara khusus objek penelitian ini menggunakan harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tercantum dalam Indeks BISNIS-27, karena indeks ini didasarkan karena pemilihan saham perusahaan berdasarkan kinerja emiten.

Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul “Analisis Perbandingan Metode Valuasi Harga Saham dengan Dividend Discount Model dan Free Cash Flow to Equity Model pada Indeks BISNIS-27 periode 2009-2012”

1.3 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana valuasi harga saham dengan menggunakan metode DDM dan FCFE pada saham yang terdapat dalam Indeks BISNIS-27 periode 2009- 2012 ?

2. Adakah perbedaan antara hasil valuasi masing-masing metode dengan harga saham pada Indeks BISNIS-27 periode 2009-2012?

3. Bagaimana tingkat hubungan antara hasil valuasi masing-masing metode dengan harga saham pada Indeks BISNIS-27 periode 2009-2012?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui valuasi harga saham dengan menggunakan metode DDM dan FCFE pada saham yang terdapat dalam Indeks BISNIS-27 periode 2009-2012.

2. Untuk mengetahui perbedaan antara hasil valuasi masing-masing metode dengan harga saham pada Indeks BISNIS-27 periode 2009-2012

3. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara hasil valuasi masing-masing metode dengan harga saham pada Indeks BISNIS-27 periode 2009-2012 1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai

berikut :

(9)

9 1. Aspek Teoritis

Pemahaman secara teoritis yang lebih mendalam mengenai pasar modal, khususnya dalam bidang analisis investasi saham dan dapat memperkaya referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Aspek Praktis

Membantu para praktisi atau pelaku dalam pasar modal dalam menggunakan metode valuasi saham untuk menganaliasis harga saham di Bursa Efek Indonesia.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab tinjauan dan lingkup penelitian berisi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, operasionalisasi variabel dan skala pengukuran, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas dan relaibilitas, dan teknik analisis data .

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang pembahasan dan analisis sehinga akan jelas gambaran permasalahan yang terjadi dan hasil dari analisis pemecahan masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan akhir dari

analisa, saran, kelengkapan akhir mengenai daftar pustaka dan data

lampiran.

Gambar

Gambar 1.1  Pergerakan Indeks

Referensi

Dokumen terkait

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dan (one-shot) model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data dengan cara

Kepuasan perkawinan tidak lepas dari adanya kesepakatan dan komitmen kedua belah pihak yakni suami istri dalam hal mengatur peran, tugas dan kewajiban masing-masing,