• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bulletin BI CORNER EDISI 9 : SENIN, 26 JULI A Brief History of. Central Bank

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bulletin BI CORNER EDISI 9 : SENIN, 26 JULI A Brief History of. Central Bank"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)UINSATU Tulungagung. Bulletin BI CORNER EDISI 9 : SENIN, 26 JULI 2021. DONESIA CO. AL I RAHM A. Central Bank. D YI. A Brief History of. R UI N SA Y. TU. E RN. H L L A BANK. IN.

(2) DONESIA CO R UI N SA Y. D YI. TU. E RN. H L L A BANK. IN. AL I RAHM A. BI CORNER GenBI Komisariat UIN SATU Tulungagung.

(3) 3. Buletin BI Corner. Pdulu Pada zaman dahulu masyarakat menggunakan uang logam sebagai alat tukar. Mata uang ini memiliki nilai intrinsik sama dengan nilai material. karena bahan baku untuk membuat uang logam jumlahnya terbatas menyebabkan jumlah uang menjadi terbatas, hal ini menghambat kegiatan perdagangan dan perekonomian secara keseluruhan. Untuk alasan itu, diciptakanlah sistem uang kertas yang nilainya dijamin oleh suatu badan yang dinamakan “Bank” dalam praktiknya sistem uang kertas memiliki kelemahan karena setiap bank membuat aturan dan jenis-jenis uang kertasnya sendiri-sendiri, hal ini bisa merugikan masyarakat, maka dibutuhkan adanya lembaga yang berfungsi sebagai stabilisator perekonomian, lembaga inilah yang dinamakan Bank Sentral.. bicorner_uinsatu.

(4) 4. Buletin BI Corner. Sejarah Bank Sentral Keberadaan Bank Sentral diawali dengan berdirinya Bank Sentral Swedia (The Riskbank of Sweden) yang beroperasi pada tahun 1668 dan diikuti oleh berdirinya Bank Sentral Inggris (The Bank of England) yang beroperasi pada tahun 1964. Hingga tahun 1990-an sudah ada 173 Bank Sentral di dunia. Secara konsepsi bank sentral merupakan hasil implementasi dari konsep free banking system dengan central banking system. Konsep free b a n k i n g s y s te m a d a l a h s e b u a h s i s te m perbankan tanpa bank sentral. Setiap bank bebas mengeluarkan bank note, menerima deposit dan memberikan pinjaman/kredit. Tidak ada lembaga sentral dalam konsep free banking system. Masing-masing bank dapat menyimpan deposit atau giro di bank lain untuk memudahkan transaksi pembayaran. Sedangkan dalam konsep central banking diciptakan suatu lembaga sentral dari bank-bank yang ada untuk sentralisasi pengeluaran bank note (mencegah kekisruhan alat pembayaran dan sistem pembayaran), mengatur dan mengawasi bank, serta menjadi sumber pinjaman akhir.. Pada mulanya Bank Sentral dinamakan bank sirkulasi (bank of issue) yang bertugas mempertahankan konversi uang kertas yang dikeluarkan terhadap emas atau perak atau keduanya. Dalam perkembangannya bank sirkulasi ini menjalankan fungsi mengawasi dan mengatur perbankan, mengontrol atau mengendalikan jumlah uang beredar dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Bank of England merupakan bank issue pertama yang memperoleh posisi sebagai Bank Sentral dan mengembangkan dasar-dasar “the art of central banking”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bank sentral Inggris secara umum diterima sebagai gambaran evolusi dasar dan teknik Central Banking. Sementara itu, Bank Sentral Amerika Serikat bernama The Federal Reserve baru beroperasi pada tahun 1913. Selanjutnya, kelembagaan bank sentral mengalami beberapa fase perubahan (evolusi) yang merefleksikan dinamika ekonomi, sosial politik dan budaya yang terjadi di suatu negara. Bahkan fenomena yang cukup menarik adalah berdirinya bank sentral Eropa, yang merupakan bank sentral dari gabungan negara-negara Eropa untuk menggunakan mata uang tunggal yaitu Euro. Oleh karena itu, kelembagaan, tujuan, tugas dan peran bank sentral juga mengalami penyesuaian seiring dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi di masing-masing negara.. Jika dilihat dari segi tugasnya, awalnya Bank Sentral bertugas sebagaimana tugas bank-bank lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya, secara gradual Bank Sentral diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan bank lainnya, misalnya menerbitkan uang kertas, dan bertindak sebagai agen dan bankir pemerintah. Bank Sentral juga terlepas dari beberapa tugas dan tanggung jawab utama bank pada umumnya. Artinya, dalam perkembangan lebih lanjut tujuan dan tugas Bank Sentral tidak identik lagi dengan bank komersial, bank tabungan dan lembaga keuangan lainnya.. bicorner_uinsatu.

(5) 5. Buletin BI Corner. Evolusi Kelembagaan Bank Sentral Pada tahap awal evolusi kelembagaan bank sentral, bank-bank yang didirikan dan kemudian menjadi bank sentral pada umumnya adalah merupakan bank komersial yang kemudian diberi hak khusus oleh pemerintah. Bank ini menjadi bank komersial yang spesial karena diberi mandat dari pemerintah untuk menerbitkan dan mengedarkan uang dan bertindak sebagai banknya pemerintah. Dengan adanya hak ini, bank komersial tersebut kemudian berkembang menjadi bank sirkulasi. Bank sirkulasi adalah suatu lembaga yang mendapat tugas dari negara/pemerintah untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah di suatu negara. Meski telah ditunjuk sebagai bank sirkulasi, pada masa itu lembaga tersebut masih melakukan tugas dan kewajiban sebagai bank komersial. Bahkan ada bank yang didirikan untuk menjalankan mandat sebagai bankir pemerintah juga ditunjuk untuk menjalankan kegiatan jasa bank komersial. Sebagai bank komersial, lembaga tersebut, masih menerima simpanan dana dari masyarakat dan menyalurkan pinjaman kepada pihak yang memerlukan dana. Pada masa tersebut, peran lembaga tersebut masih terbatas pada tugas di bidang sistem pembayaran yaitu mengedarkan uang dan memberikan jasa perbankan. Peran kebijakan moneter juga belum terlalu menonjol, mengingat permasalahan di bidang moneter belum begitu kompleks. Adapun tugas yang cukup krusial adalah. terkait dengan pelaksanaan tugas sebagai sumber pinjaman akhir bagi bank yang kesulitan likuiditas (the lender of the last resort). Seiring dengan perkembangan perekonomian, sosial politik, pengetahuan dan teori yang berkembang saat itu, maka peran dan tugas bank sentral juga mengalami perubahan yang cukup besar. Seiring dengan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan berkembangnya perdagangan internasional, mulai muncul masalah kurs dan kestabilan nilai mata uang. Hal ini menyebabkan tugas bank sentral berkembang menjadi tugas untuk memelihara kestabilan nilai mata uangnya. Demikian pula dengan tujuan utama bank sentral juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya. Pada saat negara-negara menganut standar emas klasik, tujuannya adalah untuk memelihara tingkat corvertability dari logam mulia yang digunakan sebagai standar. Pada saat terjadi penggantian mazhab dari standar emas menjadi fiat money, tujuan dari kebijakan bank sentral adalah dalam memelihara kestabilan harga. Perkembangan peran bank sentral pada akhir abad 20 dan awal 21, juga mengalami perluasan. Pada dekade ini berkembang pandangan bahwa kestabilan moneter merupakan salah satu kondisi yang diperlukan bagi kestabilan finansial dan demikian pula sebaliknya, kestabilan finansial sangat diperlukan bagi menjaga kestabilan harga.. bicorner_uinsatu.

(6) 6. Buletin BI Corner. Different Source. Konsep Bank Sentral Bank sentral merupakan institusi dengan karakteristik dan kekhususan yang dibentuk menurut hukum (sui generis). Pembahasan mengenai bank sentral tidak dapat lepas dari studi interdisipliner antara hukum dan ekonomi. Hal tersebut karena kebijakan bank sentral didasarkan atas mandat hukum dan bertujuan untuk mengelola dinamika perekonomian, sehingga tidak terjadi fluktuasi ekstrem yang dapat mengganggu stabilitas. Bank sentral sejatinya memiliki tujuan untuk melaksanakan dan menetapkan kebijakan yang bersifat countercyclical, yaitu suatu upaya proaktif untuk mengatasi pergerakan siklus ekonomi, baik dalam kondisi tumbuh pesat (boom) maupun jatuh melambat (bust). William McChesney Martin Jr., pemimpin kesembilan bank sentral Amerika Serikat (United States Federal Reserve System), memberikan deskripsi lugas atas tugas bank sentral dengan ekspresi “to take away the punch bowl just as the party gets going”. Ekspresi tersebut menjadi jargon yang penting dalam praktik kebijakan moneter oleh bank sentral di seluruh dunia. Bank sentral modern menjalankan tugasnya untuk mengelola kestabilan moneter, menjaga kelancaran SP, dan memelihara SSK. Bank sentral juga menjalankan fungsi pendukung dan peran sebagai pengelola kas pemerintah, pengelola cadangan devisa negara (foreign reserves), dan fungsi relevan lainnya yang ditetapkan dalam undang-undang yang melandasinya. Konsep bank sentral telah melalui proses transformasi dalam rentang sejarah yang panjang, sehingga penelusuran sejarah pun diperlukan untuk memahami esensi keberadaan bank sentral. Keberadaan bank sentral muncul ketika terdapat keraguan atas teori free market yang diusung oleh Adam Smith (the invisible hands). Kapitalisme yang mencerminkan kepentingan bersama pelaku pasar menurut Adam Smith dapat menjadi sistem disiplin bagi pasar. Setelah berabad-abad berlaku anggapan bahwa pasar mampu dengan sendirinya mendisiplinkan para pelaku sehingga dapat tercipta stabilitas, terdapat keterbatasan atas sistem kapitalisme murni. Pasar tidak dapat mengelola rasionalitas para pelakunya dan ketika terjadi laju pertumbuhan kredit yang sangat pesat (credit boom), rasionalitas pasar tidak dapat dibendung. Credit boom yang tidak lain adalah tingkat utang yang berlebihan (excessive indebtedness) membebani ekonomi dan berujung pada jatuhnya sistem keuangan secara keseluruhan. Kesadaran perlunya pihak independen untuk mengelola siklus ekonomi tersebut melahirkan konsep bank sentral yang secara obyektif dapat menahan laju pertumbuhan yang terlalu cepat (overheat) dan sebaliknya mendorong perekonomian yang berjalan melambat (resesi). Bank sentral dituntut untuk memberikan respons kebijakan yang tepat bagi beragam dinamika ekonomi. Penulis mengidentifikasi empat titik perkembangan konsep, teori, dan kaidah internasional mengenai bank sentral berdasarkan perjalanan sejarah dan dinamika perekonomian dari berbagai referensi sebagai berikut:. bicorner_uinsatu.

(7) 7. 1. Buletin BI Corner. Different Source. Bank sentral pra-Keynesianism Peran dominan bank sentral pada era ini terdiri atas: (i) bankir pemerintah (banker of the state), bank sirkulasi, dan/atau penyedia likuiditas darurat bagi perbankan. Ciri kelembagaan dari bank sentral di masa ini, yaitu: (i) pembentukannya sebagai bank swasta/privat; atau (ii) lembaga yang merupakan bagian dari pemerintah. Bank sentral Britania Raya, Bank of England (BoE) pada masa awal pendiriannya tahun 1694 merupakan bank privat yang berperan sebagai bankir yang melaksanakan pengelolaan kas pemerintah. Peran tersebut terus berkembang dan ketika terjadi krisis finansial tahun 1866 akibat tingginya tingkat kredit berkualitas rendah dalam ekonomi, BoE mulai berperan sebagai lender of last resort (LOLR). Prinsip LOLR yang harus dilaksanakan bank sentral untuk mencegah dan mengatasi krisis selanjutnya disusun oleh Walter Bagehot, seorang jurnalis The Economist. Paul Tucker, mantan deputi gubernur BoE memberikan ringkasan prinsip LOLR Bagehot sebagai berikut: “To avert panic, central banks should lend early and freely, to solvent irms, against good collateral, and at 'high rates'.” The Federal Reserve System (The Fed), bank sentral Amerika Serikat (AS) yang lahir berdasarkan Federal Reserve Act of 1913, dibentuk sebagai suatu instansi bank sentral yang memiliki public control, melalui badan pengawas atau supervisory board) yang melandasi praktik kebanksentralan secara privat/swasta yang terdesentralisasi. Desain institusional The Fed tersebut merupakan hasil pertarungan konsep dan kepentingan politik pada masa pendiriannya dan masih berlaku hingga saat ini. The Fed lahir dan mengambil alih fungsi LOLR yang sebelumnya dilaksanakan secara tidak tersistematis oleh bank komersial yang dimiliki oleh John Pierpont (J.P.) Morgan. Sistem perbankan di AS sebelum lahirnya The Fed pada tahun 1913 tidak memiliki jaring pengaman (safety net) yang cukup komprehensif untuk menjaga kestabilan sistem perbankan, antara lain dalam bentuk jaminan eksplisit atas solusi kesulitan likuiditas bagi bank dari otoritas. Kabar negatif atau bahkan sekadar isu yang menyebar berhubungan dengan satu bank pun kerap menimbulkan kepanikan (bank runs) di bank lain sehingga memengaruhi sistem perbankan secara keseluruhan. Kepanikan besar dalam ekonomi AS yang terjadi pada tahun 1907 dan ketidakmampuan J.P. Morgan untuk menanggung ekonomi AS secara keseluruhan (tidak hanya melalui bank miliknya namun juga dengan keuangan pribadinya) lantas mendorong urgensi bahwa LOLR harus dilaksanakan oleh institusi bank sentral yang merupakan otoritas tertinggi sebagai liquidity risk pooling dan money modulator. Sistem perbankan tidak akan dapat berfungsi tanpa fungsi LOLR. Bank komersial pada prinsipnya menjanjikan sesuatu yang secara alamiah tidak dapat dipenuhinya (mismatching of contract) melalui proses intermediasi risiko ( risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko jatuh tempo/ maturity). Bank sentral karena kapasitasnya sebagai satu-satunya institusi yang berwenang untuk mencetak dan mengedarkan uang (legal tender) dalam perekonomian domestik memiliki kapabilitas untuk berperan sebagai “gigantic market contrarian”. Pada titik inilah bank sentral perlu berperan sebagai LOLR bagi sistem perbankan agar tercipta kestabilan yang memberikan ruang bagi pertumbuhan pada sektor finansial. Peran LOLR tersebut harus secara eksplisit diatur secara hukum. Fungsi lainnya yang lahir dan masih dilaksanakan oleh banyak bank sentral hingga saat ini adalah sebagai banker of the state dan bank sirkulasi. Di Indonesia, awal difungsikannya lembaga bank sentral adalah melalui De Javasche Bank (DJB) pada masa penjajahan Belanda. DJB menjalankan fungsi sebagai kasir pemerintah dan bank sirkulasi yang mencetak dan mengelola pengedaran uang. DJB juga memiliki karakteristik bank sentral pra-Keynesianism, di mana kelembagaannya masih merupakan bagian dari pemerintah di kala itu. Dependensi lembaga bank sentral terhadap pemerintah ini juga mewarnai desain bank sentral di banyak negara pada era pra-Keynesianism. Bank sentral masih berperan membiayai pemerintah, seperti dalam pendanaan militer dan pemulihan atas dampak terjadinya perang dunia (I dan II).. bicorner_uinsatu.

(8) 8. 2. Buletin BI Corner. Different Source. Bank sentral menurut John Maynard Keynes (Keynesianism) Konsep bank sentral pada era Keynesianism dipengaruhi oleh kondisi ekonomi berupa tingkat pengangguran yang sangat tinggi di Britania Raya dan depresi hebat (the great depression) di AS di awal tahun 1930-an. John Maynard Keynes adalah seorang ekonom Inggris yang menggagas teori makroekonomi dari sisi permintaan (demandside macroeconomics atau Keynesian macroeconomics) dalam The General Theory of Employment, Interest and Money (1936). Keynes memberikan kritik lebih mendalam terhadap teori free market. Ia secara implisit menolak Say's law yang menyatakan bahwa penawaran dalam ekonomi akan dengan sendirinya menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Keynes menyatakan bahwa pada saat perekonomian suatu negara semakin bertumbuh, kapasitas produksi (supply-side economics) meningkat, sementara permintaan untuk konsumsi belum tentu meningkat secara proporsional (“paradox of thrift”). Teori makroekonomi yang digagas oleh Keynes menjelaskan bahwa makroekonomi sejatinya diwarnai oleh dinamika yang permasalahannya berakar pada rasionalitas kolektif (collective action problem). Keynes mengusulkan solusi oleh agen kolektif (collective agent) berupa bank sentral untuk mengatasi collective action problem pada konteks makroekonomi. Bank sentral pada era ini mulai fokus menjalankan peran untuk memodulasi peredaran uang dan kredit untuk mengelola siklus makroekonomi agar collective action problem tidak mengancam stabilitas. Era Keynesianism juga menjadi tonggak awal konsensus akademis independensi kebijakan moneter. Bank sentral di masa ini mulai mengambil peran lebih dari sekedar pencetak uang, pengadministrasi kas pemerintah, dan LOLR, yaitu dengan lebih jauh mengelola siklus ekonomi, baik dalam boom maupun bust. Dalam disiplin ilmu ekonomi, bank sentral di era Keynesianism sangat dipengaruhi oleh kurva Phillips yang menyatakan bahwa terdapat hubungan terbalik antara tingkat pengangguran dan inflasi. Kurva Phillips disempurnakan oleh berbagai ekonom ternama, seperti Milton Friedman, yang kemudian turut menyempurnakan desain kebijakan moneter dari waktu ke waktu. Perangkat kebijakan utama yang dimiliki bank sentral untuk mengendalikan siklus ekonomi di era Keynesianism adalah suku bunga acuan. Bank sentral memengaruhi permintaan dan penawaran uang dalam ekonomi dengan memasang suku bunga acuan pada tingkat tertentu. Perangkat suku bunga acuan ini digunakan hingga sekarang, dengan berbagai modiikasi dan perkembangannya.. bicorner_uinsatu.

(9) 9. 3. Buletin BI Corner. Different Source. Bank sentral post-Keynesianism (Volcker's Fed) kerangka target inflasi (inflation targeting framework) Berbagai negara dengan ekonomi besar, khususnya AS, pada tahun 1970-an, menghadapi permasalahan tingkat inflasi yang sangat tinggi. Inflasi disebabkan sebagai ekses (unintended consequences) dari kerangka bank sentral Keynesianism yang memiliki tujuan untuk memperbaiki tingginya tingkat pengangguran. Inflasi terus meningkat seiring dengan pencapaian ekonomi atas tingkat ketenagakerjaan yang penuh (full employment). Milton Friedman merupakan salah satu tokoh penting yang memberikan kritik terhadap teori makroekonomi Keynes. Friedman melahirkan teori monetary economics yang berpendapat bahwa intervensi bank sentral di saat tingkat pengangguran tinggi harus dibarengi dengan perbaikan struktural ekonomi. Kritik Friedman tersebut menjadi cikal bakal lahirnya arah kebijakan moneter untuk mengontrol uang beredar (money supply constraint) ketika The Fed dipimpin oleh Paul Volcker. Kebijakan moneter pada masa ini fokus terhadap pengendalian uang beredar. Volcker dianggap berhasil menurunkan tingkat inflasi tinggi (hyperinlation) di AS dengan metode ini. Era ini melahirkan pula kerangka target inflasi (inflation targeting framework atau ITF) pada tahun 2000-an, yang hingga saat ini masih digunakan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Tercipta kerangka kebijakan moneter dengan sasaran eksplisit berupa target inflasi ini dipicu kesadaran bahwa metode Volcker memiliki kelemahan (tradeoff) yaitu dapat mendorong perlambatan yang secara ekstrem dapat menyebabkan resesi ekonomi. ITF merupakan modifikasi kerangka kebijakan moneter, di mana kebijakan tidak lagi diarahkan pada jumlah uang beredar (base money targeting) melainkan untuk mencapai sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective). Pentingnya independensi bank sentral juga mengemuka pada masa ini. Sejalan dengan metafor “punchbowl” yang diungkapkan oleh William McChesney Martin Jr. sebagaimana diuraikan supra, institusi bank sentral yang independen menjadi solusi sehingga kebijakan moneter dapat terlaksana secara efektif dan dapat mencapai tujuan yang disasar, yaitu kestabilan. Independensi bank sentral kemudian menjadi best practice global. Ketika kebijakan moneter bank sentral fokus lebih mendalam pada pengendalian inflasi, muncul dikotomi yang lebih tegas antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Lahir prinsip yang membedakan bank sentral dengan masa pra-Keynesianism, yaitu independensi kebijakan moneter dari otoritas fiskal pemerintah). Pembiayaan pemerintah oleh bank sentral harus dihindari agar tingkat inflasi yang rendah dan stabil dapat tercapai. Independensi bank sentral dalam konteks kebijakan moneter ini dapat terlaksana apabila bank sentral memiliki otonomi fungsional, institusional, dan juga personal. Kebijakan moneter dan fiskal memiliki disiplin dan struktur yang berbeda (idiosinkratik). Kebijakan fiskal secara langsung berorientasi mendorong pertumbuhan ekonomi, sedangkan kebijakan moneter berfungsi sebagai alat modulasi siklus ekonomi. Kebijakan moneter menjaga “temperatur” ekonomi agar tidak terlampau “panas” (overheating) melalui pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Kebijakan moneter dan fiskal pada titik tertentu memiliki kepentingan yang bertentangan.. bicorner_uinsatu.

(10) 10 Buletin BI Corner. 4. Different Source. Era kebijakan moneter inkonvensional dan kebijakan makroprudensial Terjadinya krisis finansial global (GFC) tahun 2008 yang bermula di pasar keuangan AS menandai transformasi penting terhadap peran bank sentral. Penulis mengidentiikasi dua titik balik perkembangan bank sentral pasca GFC yaitu: (i) pelaksanaan kebijakan moneter inkonvensional (unconventional monetary policy); dan (ii) kebijakan makroprudensial. Unconventional monetary policy diambil oleh The Fed melalui instrumen kuantitas (quantitative easing atau QE). QE merupakan langkah pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan dengan membeli surat berharga sehingga meningkatkan aset/ klaim dalam neraca bank sentral. Kegagalan berbagai konglomerasi institusi keuangan, seperti Bear Stern dan Lehman Brothers, yang disebabkan oleh kredit yang berlebihan (excessive indebtedness) pada tahun 2008 mengakibatkan ekonomi AS gagal untuk mencapai ekspektasi pertumbuhan. QE bertujuan untuk memberikan ruang gerak bagi perekonomian dan mendorong pertumbuhan. The Fed juga mengambil kebijakan kontemporer berupa pemberian komitmen atas kebijakan ke depan (forward guidance) sebagai sinyal bagi pasar untuk mendukung efektivitas QE. Pelaksanaan QE menimbulkan diskusi baru mengenai independensi The Fed terhadap kebijakan fiskal yang merupakan kewenangan dari pemerintah federal AS. Paul A. McCulley, mantan chief economist dan managing director PIMCO, perusahaan manajemen investasi global yang berkantor pusat di California, AS, secara lugas menyatakan bahwa ketika terjadi gangguan ekonomi di sisi permintaan (demand side) yang mengancam stabilitas, fokus terhadap independensi kebijakan moneter terhadap kebijakan fiskal dapat (sementara) ditinggalkan. Klaim tersebut dalam konteks pengelolaan makroekonomi konsisten dengan solusi demand-side macroeconomics Keynes. Teori Keynes menyatakan bahwa permasalahan makroekonomi berupa depresi yang berlarut-larut dan tingkat pengangguran yang tinggi, yang timbul dari gangguan di sisi permintaan (demand side) perlu direspons dengan menstimulasi aktivitas ekonomi melalui pengeluaran yang diinisiasi oleh pemerintah dan otoritas. GFC juga melahirkan kesadaran bahwa pengawasan terhadap institusi keuangan secara individual tidaklah cukup. Sistem keuangan menghadapi kerentanan terhadap destabilisasi secara sistemik. Bank sentral setelah GFC mulai menggunakan pendekatan makroprudensial untuk memelihara kestabilan sistem keuangan yang kuat. Produk hukum yang melandasi fokus risiko sistemik bank sentral diawali dengan diterbitkannya Dodd-Frank Wall Street Reform and Consumer Protection Act di AS. Tujuan utama kebijakan makroprudensial adalah untuk menanggulangi, dan apabila memungkinkan, mencegah potensi bencana finansial (krisis) yang mungkin timbul dari dinamika sistem keuangan (termasuk adanya interkoneksi dan konvergensi finansial). Di bawah ini merupakan perangkat kebijakan makroprudensial bank sentral.. bicorner_uinsatu.

(11) 11. Buletin BI Corner. Peristiwa Yang Memengaruhi Evolusi Bank Sentral Standar Emas (Gold Standart) Pada masa ini, Bank sentral memiliki cadangan devisa berupa emas. Tujuannya adalah mempertahankan nilai tukar uang terhadap emas. Masa ini berakhir ketika terjadinya perang dunia I karena banyak negara yang memilih untuk mencetak uang demi mendanai perang. Great Depression (1930) Pada tahun 1930an, great depression terjadi di Amerika Serikat. Kegiatan perekonomian menurun, banyak bank yang bangkrut, dan deflasi terjadi selama hampir 10 tahun. Salah satu penyebab great depression adalah bank sentral terlalu fokus untuk menyimpan devisa hanya berupa emas. Bretton Woods (1944) Pada juli 1944, sebanyak 44 negara setuju terhadap penerapan sistem Bretton Woods. Pada sistem ini, Amerika Serikat menetapkan nilai tukar tetap US Dollar terhadap emas pada tingkat $35 per ons. Negara lain menetapkan nilai tukarnya hanya terhadap US Dollar, bukan emas. Lembaga IMF dibentuk untuk membantu pemerintah dan bank sentral di setiap negara anggota dalam mengelola neraca pembayaran dan masalah pengangguran. Tujuan dari IMF adalah mengurangi kebijakan proteksionisme supaya aliran modal internasional lebih bebas. Oil Shocks 1970an Dua guncangan minyak (oil shocks) dan kebijakan fiskal serta moneter yang akomodatif menyebabkan terjadinya inflasi yang tinggi. Praktisi dan akademisi menyarankan agar bank sentral menggunakan kebijakan moneter untuk melakukan stabilisasi harga. Pada tahun 1879, The Fed memutuskan untuk menurunkan ekspektasi inflasi dengan pengetatan kebijakan moneter dan berkomitmen untuk meningkatkan jumlah beredar. Pada akhir tahun 1980an, kebijakan target jumlah beredar ditinggalkan karena hubungan antara uang dan output tidak stabil.. bicorner_uinsatu.

(12) 12. Buletin BI Corner. Liberalisasi Sistem Keuangan Liberalisasi sistem keuangan menyebabkan aliran modal ke negara berkembang menjadi lebih banyak. Sejak awal 1990an bank sentral baik di negara maju maupun berkembang sudah menerapkan kebijakan penetapat target inflasi. Uni Eropa awal 2000 Uni eropa membentuk dan mengadopsi mata uang yang sama untuk negara anggotanya, yaitu euro. European Central Bank (ECB) terbentuk untuk menjalankan kebijakan moneter negara anggota Uni Eropa.. Krisis Keuangan Global (2007–2010) Krisis keuangan global terjadi yang disebabkan karena subprime crisis di Amerika Serikat. Dalam merespon kondisi ini, Indonesia mulai membentuk komite Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) yang beranggotakan Bank Indonesia, Kementrian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.. Otoritas Jasa Keuangan (2011) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk pada tahun 2011 dengan fungsinya untuk melakkan pengawasan terhadap Lembaga Keuangan dan Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB) Terbitnya UU tentang Otoritas Jasa Keuangan mengambil alih tugas dan wewenang Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan bank (mikroprudensial) sebagaimana selama ini dimandatkan dalam UU Bank Indonesia, UU tentang Perbankan dan UU tentang Perbankan Syariah. Keterikatan Undang-Undang Bank Indonesia dengan Undang Undang OJK terletak pada penegasan bahwa kewenangan pengaturan dan pengawasan makroprudential merupakan domain Bank Indonesia, serta pengalihan tugas dan wewenang Bank Indonesia di bidang mikroprudensial kepada OJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) UndangUndang OJK.. bicorner_uinsatu.

(13) 13. Buletin BI Corner. FUNGSI DAN PERAN BANK SENTRAL MODERN Bank Senral modern memiliki peran untuk menjaga stabilisasi kondisi perekonmian melalui: Ÿ Stabilisasi Moneter: melalui kebijakan mempertahankan nilai tukar. Ÿ Stabilitas Keuangan: Bank Sentral membentuk sistem keuangan untuk berfungsi secara efisien dalam mengalokasikan sumber daya perekonomian.. Fungsi Bank Sental Ÿ Menerbitkan Uang Ÿ Merencanakan dan melakukan eksekusi kebijakan moneter Ÿ Menyediakan fasilitas sistem pembayaran Ÿ Pengawasan perbankan. Ÿ Lender of last resort. Stabilitas Moneter. Stabilitas Keuangan. Peran. Mempertahankan stabilitas nilai tukar. Menjaga efektivitas fungsi sistem keuangan dan ancaman ketidakstabilan sistem keuangan dari guncangan perekonomian. Fungsi. Penerbitan uang. Mengawasi sistem pembayaran. Menerbitkan peraturan tentang kondisi uang. Lender of last resort Pengawasan perbankan. bicorner_uinsatu.

(14) 14. Buletin BI Corner. PERAN BANK SENTRAL DALAM MENJAGA KESTABILAN SISTEM KEUANGAN Perhatian bank sentral terhadap kestabilan sistem keuangan merupakan perubahan terkini yang terjadi di awal abad 21. Beberapa pertimbangan utama bank sentral untuk fokus dengan stabilitas sistem keuangan adalah ketidakstabilan sistem keuangan yang merupakan ancaman bagi tercapainya sasaran kebijakan bank sentral yaitu kestabilan harga. Sebagaimana dimaklumi, kestabilan harga diperlukan untuk mendukung kesinambungan output/pertumbuhan ekonomi. Untuk mengatasi ketidakstabilan keuangan, maka bank sentral diberikan kewenangan untuk menjadi sumber pinjaman terakhir bagi lembaga keuangan yang kesulitan likuiditas pada saat terjadi krisis. Sudah menjadi kelaziman sejarah bahwa peran utama bank sentral sebagai salah satu sumber pemberi pinjaman likuiditas darurat kepada pasar, baik melalui operasi pasar terbuka, maupun kepada lembaga keuangan tertentu melalui kebijakan pinjaman dalam bentuk discount window. Lebih jauh lagi, kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh bank sentral pada umumnya dilaksanakan melalui operasi di pasar keuangan, dan transmisi kebijakan moneter ke pada ekonomi riil akan sangat dipengaruhi oleh berfungsi pasar dan lembaga keuangan. Demikian pula sebaliknya, dengan dicapainya kestabilan harga, dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan maka akan lebih menjamin terwujud dan berfungsinya kestabilan sistem keuangan. maka secara garis besar peran bank sentral dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu peran di bidang moneter, sistem pembayaran, perbankan dan stabilitas sistem keuangan.. bicorner_uinsatu.

(15) 15. Buletin BI Corner. DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP MANDAT HUKUM BANK SENTRAL DALAM RANAH KEBIJAKAN MONETER DAN SSK. Bank sentral sebagai institusi sui generis yang dibentuk berdasarkan hukum terbukti memiliki derajat relativitas tertentu yang diuji dari waktu ke waktu. Pandemi COVID-19 turut memberikan konsekuensi bagi bank sentral. Kewenangan dan peran bank sentral sebagai produk politik hukum yang konkret telah mengalami penyesuaian dalam rangka menangani dampak pandemi COVID-19 yang dapat membahayakan perekonomian nasional dan/atau SSK. Bauran kebijakan moneterfiskal yang lebih agresif, dari semula terbatas pada koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan saat ini mengarah ke dukungan bank sentral terhadap neraca pengeluaran pemerintah (monetary financing), menjadi penanda utama perkembangan bank sentral di kala pandemi. Penguatan mandat hukum bank sentral dalam sistem keuangan yang juga menandai dampak pandemi terhadap peran bank sentral di antaranya melalui pelebaran akses pembiayaan darurat dan penyempurnaan penanganan solvabilitas bank. Bauran kebijakan moneter-fiskal semasa pandemi memiliki perbedaan yang substansial dengan hubungan antara bank sentral dan pemerintah di era pra-Keynesianism. Bank sentral di masa tersebut masih merupakan subordinat pemerintah. Hubungan antarotoritas moneter dan fiskal yang terlaksana demi mengatasi dampak pandemi COVID-19 saat ini telah berubah yaitu dilaksanakan dengan erat tanpa meniadakan functional, institutional, dan personal autonomy bank sentral.. bicorner_uinsatu.

(16) 16. Buletin BI Corner. Source: Murdadi, Bambang. 2013. “Independensi Bank Indonesia di Persimpangan Jalan”. Jurnal Value Added Vol. 9, No. 1 Pramudito, Kristianus. 2020. “Bank Sentral dan Pandemi Covid-19: Quo Vadis”. Jurnal Mimbar Hukum. Vol. 32, No. 3 Kelembagaan Bank Sentral. BI Institut. “ Terus.. Bagaimana dengan Bank Sentral di Indonesia Nantikan Buletin Edisi Berikutnya ”. Kami menerima kritik, saran dan request dari pembaca terkait isi, tema, maupun konten buletin, silahkan DM pada akun IG @bicorner_uinsatu. Follow @bicorner_uinsatu untuk mendapatkan informasi seputar kebanksentralan, keuangan, dan informasi lain yang pastinya mendidik, dan bermanfaat..

(17)

Referensi

Dokumen terkait

41 Menyerahkan Relaas Pemberitahuan Putusan ke Meja II dan dicatatkan di Buku Register Gugatan Sederhana dan Aplikasi SIPP 42 Melampirkan Relaas Pemberitahuan Putusan

Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M.2 Tapi yang pasti,

Adanya penanaman hal itu, seseorang dapat mencapai lebih banyak wawasan dengan memilih analisis psikologis dari tujuan ke dalam pencapaian kemampuan intelektual

Untuk mendapatkan suatu proyek memiliki nilai yang tepat waktu dan biaya maka dilakukan perhitungan optimum menggunakan metode crashing dengan konfigurasi penambahan

Diare adalah kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan terjadi karena frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali, dengan bentuk tinja cair atau enecr (WHO, 1980).. Menurut

Scene tersebut merepresentasikan dakwah bil hal dalam bidang syariah karena tokoh dalam film tersebut memberikan contoh yang baik dalam melakukan aktifitas dalam

dianutnya.Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama Islam, Pancasila sendiri yang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam

Secara tidak langsung pembacaan penulis dalam teks lagu “Kau Aku dan Obsesiku” dipengaruhi oleh Noe, vokalis sekaligus pengarang lagu itu, yang merupakan anak