• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Oleh:

IMAS MUDRIKOH 051211039

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja keras saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka

Semarang, 16 Juni 2011 Tanda Tangan

Imas Mudrikoh NIM. 051211039

(5)

ini. Shalawat serta salam penulis senantiasa curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang memberikan cahaya terang bagi umat Islam dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Dalam perjalanan penulisan skripsi ini telah melalui berbagai proses yang berkesinambungan. Untuk itu tiada kata yang pantas penulis ungkapkan kepada pihak-pihak yang membantu proses pembuatan skripsi ini kecuali terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Muhibbin, MA, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Da’wah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Drs. H. Ahmad Hakim, MA. Ph.D dan Dra. Hj. Siti Sholikhati, M.A, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang senantiasa membina, membimbing dan mengarahkan dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Drs. H. Ahmad Hakim, MA. Ph.D, selaku wali studi yang telah

memberikan saran dan motivasi.

5. Segenap dosen Fakultas Dakwah yang telah membekali pengetahuan kepada penulis.

6. Seluruh pegawai di lingkungan IAIN Walisongo, khususnya Fakultas Da’wah.

7. Segenap petugas perpustakaan baik Institut maupun Fakultas yang telah memberikan pelayanan kepustakaan kepada penulis.

8. Teman-teman KPI khususnya angkatan 2005 (Gini, Zum, Amal, Ulfa, Chamid, Mas nur, Mansur, Dwi, Faisol, dan Aqim) serta yang tidak dapat

(6)

motivasi satu sama lain.

9. Teman-teman LPM Missi (Oglek, Anam, Mba risa, Esta, Ayu, Andika, Munir, Yuni) yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

Semoga kebaikan dan keikhlasan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga apa yang ditulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amien Ya Rabbal Alamien

Semarang, Juni 2011 Penulis

Imas Mudrikoh 051211039

(7)

do’a, kesabaran, dan air mata. Kupersembahkan karya sederhana ini bagi orang-orang yang selalu setia menemani langkahku, mendukungku dalam segala hal :

Bapak dan ibuku tercinta yang telah merawat, membesarkanku, yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayangnya, selalu memberikan motivasi dan mendo’akan dengan tulus ikhlas untuk kesuksesanku.

Adikku Ja’far Mumaeri yang tersayang, pahlawan kecilku yang tampan. Untuk cahaya hidupku, yang selalu memberikan nasehat dan menemaniku dalam setiap langkahku.

Mas zen, Mba wie, Dita, yang selalu memberikan keceriaan, dan senantiasa mengajarkanku akan arti kekeluargaan.

Sahabatku yang paling imut (Nany), yang selalu membuat penulis tertawa, dan selalu setia mendengarkan keluh kesahku.

Icha, yang selalu memberikan motivasi dan saran yang baik kepada penulis.

Mas Badri, yang selalu memberikan saran dan kritik yang membuat penulis lebih baik dan bersemangat dalam pembuatan skripsi.

Dua sahabat kecilku (Phie, Chamid), yang membuat penulis mengerti akan arti sebuah persahabatan.

Teman-teman kost beautiful (Tea, Wunk, Okta, Uci, Zum, De’na2, De’ Yuyun, Fitri, Titi, erika, yuni, indah, ovi dan ida) serta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan keceriaan yang tak pernah lekang oleh waktu.

Terimakasih untuk semua orang-orang yang selalu mendo’akanku, menemaniku, memberikan semangat dan nasehat kepada penulis, semoga kita semua selalu mendapatkan kasih sayang-Nya dan rahmat-Nya. Amien.

(8)

Jadikan cobaan itu anugerah

yang bisa merubah ruang yang gelap menjadi indah Dan terus langkahkan, di jalan terdepan

Berikan warna hidup kita menjadi indah.

(Syair Lagu “Ruang Hidup” Karya ST 12)











(9)

Dakwah IAIN Walisongo Semarang 2011.

Syair merupakan satu bentuk karya sastra yang menggunakan medium bahasa untuk menyampaikan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.

Bahasa yang digunakan seorang seniman berbeda dengan bahasa sehari-hari, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa figuratif. Bahasa figuratif ialah bahasa yang bersusun atau berfigura yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau maknanya bersifat kias atau makna lambang. Ia (bahasa figuratif) menyebabkan syair menjadi pragmatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penulis, menggunakan pendekatan penelitian analisis semiotika strukturalis menurut teori Ferdinand de Saussure, untuk membedah makna syair Album Don’t Make Me Sad. Semiotika strukturalis ini berfikir dengan menggunakan simbol atau tanda sebagai titik tolaknya. Simbol atau tanda disini diartikan sebagai tulisan atau teks yang mempunyai makna.

Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui makna pesan yang terkandung dalam syair atau lirik lagu Letto pada Album Don’t Make Me Sad.

Berdasarkan hasil analisis dalam syair album Don’t Make Me Sad yang sudah dijelaskan dalam Bab IV, bahwa makna pesan yang terkandung dalam syair album Don’t Make Me Sad, meliputi dua pesan positif sesuai dengan ajaran Islam yakni: Pertama, pesan tentang masalah aqidah. Kedua, pesan tentang masalah akhlak. Adapun, pesan yang meliputi masalah aqidah, adalah sebagai berikut: pesan tentang berdo’a kepada Allah di kala susah, dan pesan tentang memohon kepada Allah agar diberikan kesabaran. Pesan yang meliputi masalah akhlak, adalah sebagai berikut: pesan tentang kesadaran manusia agar lebih bersyukur, pesan tentang kelemahan manusia, pesan tentang ajakan untuk lebih tawakkal, pesan tentang dalam hidup membutuhkan kesadaran dan kesabaran, pesan tentang kerendahan hati, pesan tentang introspeksi diri, dan pesan tentang ikhtiar.

(10)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN NOTA PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

ABSTRAKSI... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4 Tinjauan Pustaka ... 5

1.5 Metode Penelitian... 6

1.5.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian... 6

1.5.2 Batasan Operasional ... 8

1.5.3 Sumber Data ... 11

1.5.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 11

BAB II PESAN DAKWAH DAN SYAIR LAGU 2.1 Landasan Kerangka Teoritik 2.1.1 Pesan Dakwah ... 13

2.1.1.1 Pengertian Pesan ... 13

2.1.1.2 Pengertian Dakwah ... 14

2.1.1.3 Pesan Dakwah ... 16

2.2 Syair Lagu 2.2.1 Pengertian Syair Lagu ... 20

(11)

2.3.2 Saussure dan Semiotika... 30 2.3.3 Langkah-Langkah Penafsiran Semiotika Strukturalis untuk

Membedah Makna Syair Album Don’t Make Me Sad….. 33

BAB III ANALISIS ALBUM DON’T MAKE ME SAD

3.1 Album Don’t Make Me Sad ... 35 3.1.1 Syair Lagu “Letto” dalam Album Don’t Make Me

Sad ... 36

3.2 Analisis Syair Lagu dalam Album Don’t Make Me Sad ... 43 3.2.1 Analisis Makna dalam Syair Lagu Album Don’t

Make Me Mad dengan Pendekatan Semiotika

Strukturalis ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 152 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 166 5.2 Saran ... 167 5.3 Penutup ... 167

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budaya populer yang berciri menghibur dan komersial tidak dipungkiri memberikan dampak kepada perilaku, kebiasaan, watak, aktivitas, hubungan antar manusia, serta pikiran-pikiran yang dapat mempengaruhi, mengubah, mengembangkan, ataupun merusak apa yang sudah ada di dalam sebuah komunitas masyarakat, seperti, cara berpakaian, toleransi dan sebagainya. Perubahan ini, secara perlahan-lahan akan menimbulkan sikap ketergantungan, konsumtif, dan lunturnya nilai-nilai, kemerosotan moral dan etos kerja (Darmanto, Majalah MISSI, edisi 24, 2004 : 4).

Dengan kondisi yang demikian, metode dakwah harus berubah mengikuti perkembangan budaya seperti dakwah melalui media cetak maupun elektronik yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai syar’I, misalnya masalah aqidah (Arifin, 2006 : 4). Pada dasarnya tujuan dakwah adalah untuk menegakkan ajaran agama Islam kepada setiap insan baik individu atau kelompok, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan pedoman-pedoman agama Islam (Tasmara, 1987 : 47).

Dakwah dengan menggunakan musik mudah diterima berbagai kalangan masyarakat baik itu orang tua, remaja, ataupun anak-anak artinya dengan media ini menyampaikan dan mengkomunikasikan pesan bisa lebih

(13)

luas daripada Face to face communication. Musik, mudah diterima dikarenakan musik merupakan seni surgawi yang mampu menyentuh perasaan dan dalam syairnya berisi pesan, perintah dan isyarat tertentu. Musik juga, bisa menjadikan seseorang mengetahui arti cinta dan keindahan yang ada (http:// www .wordpress.com 23 Juni 2009).

Ia (musik) juga merupakan stimulan yang bisa membangkitkan rasa rindu seorang hamba kepada Tuhan (Nasr, 1994 : 169). Dalam syair lagu terdapat unsur seni yang akan mampu menggugah jiwa seseorang, karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai rasa keindahan. Unsur seni yang ada pada syair lagu merupakan faktor penting, karena syairnya berfungsi untuk menentramkan pikiran dari beban hidup yang membelenggunya.

Syair lagu merupakan salah satu sarana untuk menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat, dimana saat ini syair lagu masih dianggap paling mudah untuk diterapkan. Mengingat, syair atau nyanyian merupakan sebuah karya sastra yang banyak disukai orang. Pasalnya syair menyajikan untaian kata-kata indah, menarik dan tentu saja mengandung banyak makna. Ia (syair) merupakan sebuah karya yang mampu mendobrak kemerosotan moral dan nilai-nilai agama saat ini (Munhanif, 2004 : 108).

Di tengah redupnya spiritual masyarakat, Band Letto asal Yogyakarta mencoba memberikan kebutuhan itu, Band yang terbentuk tahun 2004 ini, digawangi oleh Noe (vokal), Patub (gitar), Arian (bas), Dedy (drum). Band tersebut berbeda dengan group band musik lainnya, meskipun sama-sama mengangkat tema cinta, tetapi di dalam lirik atau syair lagunya mempunyai

(14)

pesan dan missi agama yang diusung, dengan balutan bahasa yang puitis. Artinya bahasa yang digunakan band Letto adalah bahasa figuratif (bahasa yang kaya makna) (http://www.the-letto.blogspot.com 17 Maret 2010).

Salah satu lagu dalam album pertama Letto yang mempunyai karakteristik pesan dan missi dakwah adalah lagu yang berjudul Sandaran

Hati. Sepintas lagu ini, seperti umumnya lagu di Indonesia yang mengangkat

masalah percintaan sebagai tema, jika ditelusuri dan diresapi, lagu ini memuat pesan bahwa apabila manusia mau merenungi sejenak keberadaannya di dunia, akan didapati bahwa manusia sangatlah dekat dan senantiasa membutuhkan Tuhan. Sebagaimana terdapat dalam makna lirik lagu Letto, Tuhan sebagai sandaran hati yang hakiki.

Berangkat dari hal di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti syair lagu karya group band Letto dalam Album Don’t Make Me Sad, yang merupakan contoh yang relevan bahwa setiap syair lagu yang diciptakan oleh group band Letto memiliki pesan yang positif dan memberikan pencerahan bagi masyarakat yang gersang akan kebutuhan spiritual .

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengetahui makna pesan dakwah yang terkandung di dalam syair atau lirik lagu Letto, Album

Don’t Make Me Sad. Yaitu dalam skripsi dengan judul : “ANALISIS PESAN

DAKWAH DALAM SYAIR ALBUM DON’T MAKE ME SAD KARYA BAND LETTO.”

(15)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa makna pesan dakwah yang terkandung dalam syair lagu group band Letto pada Album Don’t Make

Me Sad?.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna pesan dakwah yang terkandung dalam syair atau lirik lagu Letto pada Album Don’t Make Me Sad.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian tersebut, manfaat penelitian yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Manfaat secara praktis adalah dapat diketahui bagaimana menggunakan syair lagu untuk berdakwah.

Manfaat secara praktis yang lain adalah penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana pesan dakwah yang disampaikan melalui syair lagu, agar dakwah berjalan secara efektif.

2. Manfaat secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang seberapa besarkah porsi nilai-nilai keislaman,

(16)

seperti aqidah, syari’ah, dan akhlak dalam syair-syair yang dinyanyikan oleh Letto dalam Album Don’t Make Me Sad.

Manfaat secara teoritis yang lain, diharapkan penelitian yang menggunakan syair lagu sebagai bahan kajiannya dapat diteliti lebih dalam dengan menggunakan disiplin keilmuan yang sesuai.

1.4. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, Penulis akan mendeskripsikan pada penelitian-penelitian lain yang berbentuk skripsi yang ada relevansinya dengan judul di atas.

Pertama, skripsi Siti Maziyaturrodiyah (2008) dengan judul

“Pesan-Pesan Dakwah dalam Album “Surga-Mu Karya Band Ungu.” Dalam skripsi Siti Maziyaturrodiyah ini dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu akan kembali kepada Allah SWT. Penelitian ini menunjukkan bahwa syair lagu

Surga-Mu milik group band Ungu menjelaskan tentang kehidupan,

kematian, dan penyesalan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotik analitik (Maziyaturrodiyah, 2008).

Kedua, skripsi Puji Astuti (2004) dengan judul “Muatan Dakwah

dalam Album Raihan Demi Masa.” Penelitian ini menyatakan bahwa hanya syair lagu Raihan Album “Demi Masa” sebagai musik Islami yang mempunyai visi misi amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan kesimpulan dalam skripsi ini adalah mengajak pada kita semua untuk senantiasa menghargai waktu dan mensyukuri nikmat Allah dan juga mengajak kita

(17)

senantiasa untuk berdzikir dengan dua kalimah syahadat, berjihad demi mempertahankan agama dan saling menghargai sesama manusia serta mengakui keEsaan Tuhan (Astuti, 2004).

Ketiga, skripsi Anisa Zuhaeda (2005) dengan judul “Muatan Dakwah

Dalam Syair Lagu Iwan Fals (Studi terhadap Album Salam Reformasi).” Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotik. Penelitian Anisa Zuhaeda ini menitik beratkan pada pesan dakwah yang terdapat dalam Album “Salam Reformasi” yang bertema reformasi dan kritikan kepada para pejabat pemerintah. Berdasarkan data yang telah diteliti kesimpulannya adalah bahwa Album Salam Reformasi memiliki muatan dakwah di dalamnya yang mencakup tiga bidang kategori yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. (Zuhaeda, 2005).

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang meneliti dengan pemaknaan heuristik dan pemaknaan retroaktif, penelitian yang dilakukan oleh penulis akan lebih mengedepankan tentang makna dibalik tanda-tanda dan simbol yang terkandung dalam syair lagu “Letto” pada album Don’t

Make Me Sad dengan pendekatan semiotika strukturalis menurut teori

Ferdinand de Saussure.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

(18)

fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moleong, 2007 : 4).

Sebuah karya sastra, tentunya akan bersinggungan dengan permasalahan penafsiran sebuah teks. Oleh karena itu, pendekatan yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotika strukturalis.

Strukturalisme secara bahasa, adalah suatu cara berfikir tentang dunia yang secara khusus memperhatikan persepsi dan deskripsi mengenai struktur (Budiman, 1999 : 111). Sedangkan menurut Ferdinand de Saussure Strukturalisme merupakan bentuk dari perlawanan-perlawanan (atau dikotomi-dikotomi di dalam sebuah kelas) yang menyangkut hubungan-hubungan antara tanda dengan arti (Jean Piaget, 1995 : 67). Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Jadi, Strukturalisme semiotik adalah cara untuk menganalisis karya sastra yang merupakan tanda-tanda yang bermakna (Pradopo, 2008 : 142).

Pendekatan semiotika strukturalis ini berfikir dengan menggunakan simbol atau tanda sebagai titik tolaknya. Simbol atau tanda disini diartikan sebagai tulisan atau teks yang mempunyai makna. Simbol atau tanda ini mengasumsikan adanya objek, yaitu dapat dilihat sesuai konteks sosio-historis, fenomena, kenyataan, maupun wacana.

(19)

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan pendekatan analisis semiotika strukturalis menurut teori Ferdinand de Saussure, untuk membedah makna syair Album Don’t Make Me Sad.

1.5.2. Batasan Operasional

Untuk memberi kejelasan wilayah penelitian, maka perlu adanya batasan definisi operasional dari judul “Analisis Pesan Dakwah dalam Syair Album Don’t Make Me Sad Karya Band Letto.” Adapun batasan operasional dalam penelitian ini meliputi:

a. Pesan Dakwah

Secara operasional, pesan dakwah diartikan dalam penelitian ini adalah pesan-pesan dakwah yang meliputi aspek tentang masalah aqidah dan akhlak (Syukir, 1983 : 60). Adapun batasan-batasannya antara lain :

1. Pesan Aqidah

Pesan aqidah yang terkandung dalam penelitian ini berisikan tentang keimanan. Keimanan adalah keyakinan atau kepercayaan yang teguh dan kokoh tidak tergoyahkan, yang ada dalam hati setiap manusia yang terkait dengan rukun iman (Zuhdi, 1993 : 4). Adapun kategorisasi keimanan yang ada dalam penelitian ini, meliputi tentang: pesan berdo’a kepada Allah.

(20)

Do’a merupakan inti kehidupan manusia di dunia, yakni penghambaan hanya kepada Allah SWT. Do’a merupakan salah satu bentuk manusia meyakini adanya Tuhan. 2. Pesan Akhlak

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji tentang akhlak mahmuudah (akhlak baik), yakni akhlak yang mencakup: sifat sabar, syukur, tawadhu, tawakkal, ikhtiyar, dan introspeksi diri. a) Sabar artinya membiarkan semua yang terjadi lewat, baik tentang kesedihan, cobaan hidup, dan lain sebagainya. Sabar merupakan ketegaran dan keteguhan hati seseorang dalam menghadapi kesulitan (Abdul, 2006 : 203).

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Luqman ayat 17, yakni:

Artinya: Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa

kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting (QS. Luqman : 17) (Depag,

2002 : 582).

b) Syukur adalah mencurahkan semua rasa terima kasih kita kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 152, yakni:

(21)

Artinya: Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu

mengingkari nikmat-Ku (QS. Al-Baqarah : 152)

(Depag, 2002 : 29).

c) Tawadhu’ adalah rendah hati. Merendahkan diri dan hati di hadapan Allah yang dilandasi oleh kesadaran akan Kebesaran dan keagungan-Nya sebagai Pencipta Alam Semesta (Mulyadi, dkk, 1994 : 14 ).

d) Tawakkal adalah menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah, tanpa keraguan sedikit pun, dan hanya pada-Nya meminta pertolongan (Mulyadi, dkk, 1994 : 128). e) Ikhtiar, merupakan bentuk usaha manusia yang diikuti

dengan do’a, tawakkal dan sabar.

f) Introspeksi, berarti manusia yang sadar, dan mau belajar dari kejadian yang pernah dialami.

b. Syair Lagu / Album Don’t Make Me Sad

Syair lagu secara operasional, yakni syair yang akan diteliti dalam penelitian ini, yang ada dalam album Don’t Make

Me Sad, terdapat dua belas lagu, dari dua belas lagu tersebut,

penulis hanya akan meneliti sembilan saja agar penelitian lebih spesifik. Di mana setiap peneliti dapat membatasi kajiannya, sesuai kebutuhan, jadi penulis membatasi hanya sembilan lagu saja dari album Don’t Make Me Sad, antara lain : Sebelum Cahaya, Hantui Aku, Memiliki Kehilangan, Permintaan Hati,

(22)

Bunga di Malam Itu, Rasakanlah Makna, Sejenak, Kau Aku dan Obsesiku, dan Don’t Make Me Sad.

c. Band Letto

Secara operasional, band Letto dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan melalui media syair lagu. Bukankan tugas setiap muslim adalah mengajak kepada Amar

Ma’ruf Nahi Munkar dan menjauhi larangan-Nya. Jadi, manusia

dengan segala kemampuan dan bakat yang dimiliknya, baik dalam profesi apapun itu, dapat terus bergerak untuk memberikan hal-hal positif untuk kemajuan agama dan negara.

Hal di atas, ditegaskan dengan hadist Nabi Muhammad SAW, yakni:

Artinya: Sampaikanlah apa yang datang dariku walaupun satu

ayat (HR.Bukhari Muslim) (Rasyid, 1994: 30).

1.5.3. Sumber Data

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah teks tulisan syair lagu Letto dalam Album Don’t Make Me Sad. Yang didalamnya terdapat 12 syair lagu.

1.5.4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Untuk mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

(23)

buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231-232). Teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi ini dilakukan dengan mencari data yang paling utama teks lagu yang terdapat dalam kaset atau CD (compact

disc) album Don’t Make Me Sad.

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan untuk orang lain (Muhadjir, 1992: 183).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis semiotika strukturalis menurut teori Ferdinand de Saussure. Analisis ini digunakan untuk mengungkap makna pesan dakwah yang terkandung dalam syair lagu "Letto" pada album Don’t Make Me Sad.

(24)

13

PESAN DAKWAH DAN SYAIR LAGU

2.1 Landasan Kerangka Teori 2.1.1 Pesan Dakwah

2.1.1.1 Pengertian Pesan

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui proses komunikasi (Tasmara, 1987: 7). Sedangkan pesan dalam buku pengantar

Ilmu Komunikasi yang ditulis oleh Hafied (2004: 14), bahwa

pesan adalah serangkaian isyarat/symbol yang diciptakan oleh seseorang untuk maksud tertentu dengan harapan bahwa penyampaian isyarat/simbol itu akan berhasil dalam menimbulkan sesuatu.

Onong Uchjana juga mengatakan dalam bukunya Ilmu

Komunikasi (Teori dan Praktek) (2007: 18), pesan dapat

diartikan pernyataan yang dihadirkan dalam bentuk lambang-lambang/simbol-simbol yang mempunyai arti. Hal tersebut dapat terbentuk melalui beberapa, unsur diantaranya :

a. Verbal simbol diucapkan/tertulis.

b. Non verbal simbol disampaikan tertulis dan diucapkan juga dalam bentuk gerak-gerak garis dan isyarat/ gambar lukisan dan warna.

(25)

Jadi, pesan merupakan suatu hal yang dijadikan sebagai isyarat dalam kegiatan berkomunikasi, karena dengan suatu pesan hubungan komunikasi seseorang dengan lainnya akan berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang dinginkan. 2.1.1.2 Pengertian Dakwah

Secara bahasa kata dakwah berasal dari Bahasa Arab yang berarti “panggilan, ajakan atau seruan.” Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab kata dakwah berbentuk isim masdar sedangkan bentuk fiil-nya (kata kerja) adalah “da-a, yad’u yang berarti “memanggil, mengajak atau menyeru” (Syukir, 1983: 17). Sedangkan secara istilah, dakwah mengandung beberapa arti yang beragam, banyak ahli dakwah memberikan pengertian dakwah, tetapi sudut pandang mereka berbeda di dalam memberikan pengertian pada istilah tersebut. Sehingga antara definisi menurut ahli yang satu dengan yang lain senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan. Adapun beberapa definisi dakwah yang diungkapkan para ahli dakwah, adalah sebagai berikut :

1) Dr. M. Quraish Shihab (2006: 194) menjelaskan bahwa, da’wah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

(26)

2) Dakwah menurut Asmuni Sukir (1983: 20) adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syariat-Nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun akhirat.

3) Sedangkan dalam pandangan Drs. H.M. Arifin (1977 : 17) dakwah adalah kegiatan mengajak manusia baik dengan cara lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar dalam dirinya timbul pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama.

4) Amrullah Ahmad (1983: 17) mengatakan bahwa dakwah adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan. Mengubah struktur masyarakat dan budaya dari kedhaliman ke arah keadilan, kebodohan ke arah kemajuan/kecerdasan, kemiskinan ke arah kemakmuran, keterbelakangan ke arah kemajuan yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat ke arah puncak kemanusiaan.

(27)

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mengajak manusia menjalankan ajaran-ajaran atau syari’at Islam yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dengan tujuan supaya manusia dapat hidup dengan bahagia di dunia dan di akhirat.

2.1.1.3 Pesan Dakwah

Dakwah adalah upaya paling efektif dalam rangka menyebarkan agama Islam, karena melalui kegiatan dakwah, seluruh pesan-pesan syariat disampaikan kepada manusia. Oleh karena, pada hakekatnya dakwah adalah ajakan kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar, dengan dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Apapun bentuk dakwahnya, yang pokok adalah mengajak kepada kebaikan dan kebenaran, inilah yang dinamakan dengan dakwah.

Dari pengertian dakwah di atas, maka dapat dikemukakan bahwa sarana dan orientasi utama dari dakwah Islam adalah dakwah ke arah kemanusiaan, yakni dakwah kepada standar nilai-nilai kemanusiaan, tingkah laku pribadi dalam hubungan antar manusia dan sikap atau perilaku sesama manusia.

Dengan demikian bahwa pada hakekatnya, dakwah bersifat menyeluruh, artinya menghidupkan seluruh potensi

(28)

manusia yang paling dasar seperti panca indera dan daya observasinya, mengakhirkan daya rasa daya ciptanya, serta menghidupkan dhomir, bahkan dalam hati nurani manusia (Lorence, 1981: 99).

Pesan dakwah ini, dalam Al-Qur’an diungkapkan dengan cara yang beraneka ragam yang menunjukkan ajaran Islam, seperti Istilahnya yang disebut dengan Sabili Rabbika

(Jalan Tuhanmu), yang dikutip dalam Al-Qur’an surat

An-Nahl, ayat 125.

Pesan dakwah dapat diartikan dengan sesuatu ide atau gagasan, juga dapat diartikan serangkaian isyarat yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan yang berisikan tentang ajaran untuk kebajikan atau kebaikan di dunia dan akhirat. Pesan dakwah dapat katakan juga sebagai materi dakwah.

Materi atau pesan dakwah menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi Islam (1983: 60) terbagi dalam tiga golongan yakni : masalah aqidah, syariah, akhlak.

Aqidah secara etimologis (bahasa) berasal dari kata

aqada-ya’qidu-aqdan-aqidatan. Aqdan berarti simpul, ikatan,

perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara kata aqdan dan aqidah adalah

(29)

keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.

Sedangkan secara terminologis (istilah) aqidah adalah: 1) Aqidah menurut Hasan Al-Banna adalah beberapa perkara

yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati (mu), mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguan-keraguan. 2) Abu Bakar Jabir Al-Jazairi mengatakan bahwa aqidah

adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu di praktikan (oleh manusia) di dalam hati (serta) diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Akidah Islam berawal dari keyakinan kepada Allah, atau disebut juga dengan tauhid (mengEsakan Allah). Kemudian beriman pula kepada Malaikat-malaikat Allah, Kitab Suci Allah, Nabi dan Rasul Allah, Hari akhir, dan beriman juga pada Qadha dan Qadhar (Ilyas, 1993: 1-3).

Syari'ah berasal dari bahasa arab yang berarti jalan yang harus diikuti. Ia bukan hanya jalan menuju keridhaan Allah yang maha agung, melainkan juga jalan yang diimani oleh seluruh umat Islam yang dibentangkan oleh Allah.

(30)

Syari'ah ditetapkan oleh Allah menjadi patokan hidup setiap muslim. Sebagai jalan hidup, ia merupakan the way of life umat Islam. Syari’ah bertujuan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam lingkungannya. Syari’ah bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma (kesepakatan dari para ulama), dan Qiyas (dedukasi analogis yang melengkapi pemahaman terperinci dari Al-Qur’an dan Al-Hadist) (Abdurrahman, 1990: 1-9).

Masalah-masalah syari’ah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pergaulan sesama manusia. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal-amal shaleh lainnya. Demikian juga larangan-larangan Allah seperti minum, berzina, mencuri dan sebagainya termasuk pula masalah-masalah yang menjadi materi dakwah Islam (nahi anil munkar).

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa arab yang artinya budi pekerti, etika (kebiasaan) dan moral.

Akhlak yaitu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan perbuatan, mungkin baik mungkin buruk. Akhlak juga dapat diartikan sebagai sikap yang melahirkan perbuatan. Sedangkan menurut Imam Ghazali, akhlak adalah

(31)

sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Racmat, 1996: 26-27).

Jadi, pada hakekatnya akhlak merupakan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian melakukan atau meninggalkannya (Asmaran, 1994: 3).

Akhlak bisa berarti positif dan bisa pula negatif. Yang termasuk positif adalah akhlak yang sifatnya benar, amanah, sabar dan sifat baik lainnya. Sedang yang negatif adalah akhlak yang sifatnya buruk, seperti sombong, dendam, dengki dan khianat.

2.2 Syair Lagu

2.2.1 Pengertian Syair Lagu

Syair berasal dari bahasa Arab yang artinya puisi atau (sajak). Dalam kesusatraan Indonesia, syair berarti puisi lama yang terdiri atas empat baris per bait, memiliki rima / a a a a /. Semua baris merupakan isi dan biasanya tidak selesai dalam satu bait karena digunakan untuk bercerita (Waluyo, 2005: 19-20). Dalam sastra klasik syair merupakan puisi naratif, jadi mengantarkan sebuah cerita atau kisah, misalnya: Syair Anggun Cik Tunggal, Syair Singapura Di Makan Api, Syair Perahu. Kedudukan syair sangat menonjol daripada bentuk-bentuk

(32)

puisi yang lain seperti pantun, seloka, gurindam, dan sebagainya. Syair dapat mewakili bentuk-bentuk puisi lain, sehingga pengertiannya hampir sejajar dengan puisi itu sendiri. Pengarang yang menulis dalam bentuk puisi disebut penyair (Soedjarwo, 1993: 5).

Sekarang istilah syair mengalami pergeseran atau perluasan arti. Kalau semula hanya mencakup pengertian puisi lama saja, kini syair menunjuk pada pengertian semua jenis puisi. Itulah sebabnya timbul istilah penyair atau penggubah puisi. Bahkan lebih dari itu orang sering mengatakan bagaimana syair lagunya yang dimaksudkan adalah kata-kata sebagai pengisi suatu lagu atau nyanyian. Sebuah nyanyian ada lagu dan ada syairnya. Tidak pernah dikatakan bahwa dalam sebuah nyanyian ada sajak atau puisinya (Soedjarwo, 1993: 6).

Jadi, syair lagu atau lirik lagu merupakan suatu ekspresi seseorang dari alam batinnya tentang suatu hal yang telah didengar, maupun dialaminya. Penuangan ekspresi lewat lirik lagu ini selanjutnya diperkuat dengan melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan lirik lagu, sehingga penikmat akan semakin terbawa dalam alam batin pengarangnya (Awe, 2003: 21).

2.2.2 Macam-Macam Syair

Ditinjau dari bentuk maupun isinya, Aminuddin (1991: 134 – 136) syair dibedakan atas 10 jenis :

a) Syair epik, yaitu suatu syair yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan.

(33)

b) Syair naratif, yaitu syair yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin sebuah cerita.

c) Syair lirik, yaitu syair yang berisi luapan batin individual dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya.

d) Syair dramatik, yaitu syair yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakukan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.

e) Syair didaktik, yaitu syair yang mengandung nilai pendidikan yang umumnya bersifat eksplisit.

f) Syair satirik, yaitu syair yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun masyarakat.

g) Syair romance, yaitu syair yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap kekasih.

h) Syair elegi, yaitu syair ratapan yang mengandung rasa pedih seseorang.

i) Syair ode, yaitu syair yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan.

j) Syair himne, yaitu syair yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa atau tanah air.

(34)

2.2.3 Unsur Pembentuk Syair

Dalam buku Pengantar Apresiasi Karya Sastra yang ditulis oleh Aminuddin (1991: 136-146), menyebutkan bahwa unsur pembentuk syair terbagi atas :

a. Unsur bunyi

Unsur bunyi mempunyai peranan dalam menciptakan nilai keindahan lewat unsur kemerduan, menuansakan makna tertentu sebagai perwujudan rasa, suasana batin, dan sikap penyair.

b. Unsur kata

Pemilihan kata dalam pembuatan syair tergantung dari seberapa pintar penulis dalam memilih kata yang tepat. Kata, berdasarkan bentuk dan isi terbagi atas: lambang, yaitu kata yang maknanya sesuai dengan makna kamus (leksikal), utterance atau

indice yaitu kata yang maknanya sesuai dengan konteks

pemakaiannya, simbol yaitu kata yang mengandung makna ganda (konotatif).

c. Unsur baris

Baris dalam syair, pada dasarnya merupakan tempat, penyatu, dan pengemban ide penyair yang diawali lewat kata. Namun penataan baris juga memperhatikan masalah rima serta penataan pola persajakan. Dalam hal ini dikenal dengan enjambemen, yaitu pemenggalan larik suatu syair yang dilanjutkan pada larik berikutnya.

(35)

d. Unsur bait

Bait adalah satuan yang lebih besar dari baris atau larik, kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran.

e. Unsur tipografi

Tipografi adalah aspek artistik visual syair, untuk menciptakan makna dan suasana tertentu. Tipografi ini bisa berbentuk persegi panjang, segitiga, atau tidak beraturan.

2.2.4 Makna Pesan dan Bahasa Syair Musik a. Makna Pesan

Dalam bukunya Kris Budiman yang berjudul Kosa

Semiotika (1999: 5) dijelaskan bahwa pesan adalah amanat yang

disampaikan oleh komunikator (sender) kepada komunikan (receiver). Amanat bukanlah makna atau arti, melainkan sebuah tanda dengan formula verbal (yang menandai penanda) dan isinya (yang ditandai). Tanda yang disebut sebagai amanat merupakan sebuah tuturan yang utuh dan yang nantinya dapat dianalisis lagi kedalam aspek penanda (signifier) dan petandanya (sinified).

Sedangkan Menurut Onong dalam bukunya Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktik) (2007: 18), mengungkapkan

bahwa pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

(36)

Dari uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pesan adalah sebuah paket kiriman makna yang ada dalam teks syair lagu, yang akan disampaikan oleh penciptanya.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (Tri, 2002: 380) dikatakan bahwa makna adalah arti atau maksud dari suatu kata. Kata merupakan unsur pokok yang ada dalam sebuah syair, dan sebuah kata merupakan satuan bentuk kebahasaan yang telah mengandung satuan makna tertentu.

Kata merupakan simbol atau tanda yang dapat dimaknai sesuai dengan paradigma orang yang menafsirkannya. Dalam hal ini, untuk mengungkap suatu kata atau kalimat dalam sebuah syair lagu dapat dilihat dengan dua cara, yakni melalui :

1) Pemaknaan secara denotatif

Makna denotatif menurut Roland Barthes adalah bentuk pemaknaan secara harfiah atau sesuai dengan kamus (leksikal). 2) Pemaknaan secara konotatif

Makna konotatif menurut Roland Barthes adalah bentuk pemaknaan kedua dalam sebuah syair lagu yang berdasarkan ideologi, bentuk ekspresi dari pencintanya (Sobur, 2004: 248-266).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna adalah sebuah rekonstruksi dari sebuah pesan dalam syair lagu yang dapat pahami dengan dua cara yakni pemaknaan secara denotatif dan konotatif.

(37)

b. Bahasa Syair Musik / Sastra

Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Syair merupakan satu bentuk karya sastra yang menggunakan medium bahasa untuk menyampaikan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.

Syair adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman jiwa dan bersifat imajinatif (Waluyo, 1987: 25). Sedangkan musik adalah satu bentuk karya seni yang berhubungan dengan alat-alat musik dan irama yang keluar dari alat Smusik tersebut (Abdurrahman, 1991: 13).

Syair dan musik merupakan satu bentuk karya seni dan ekspresi dari pemikiran yang dihadirkan oleh pecintanya. Ia (Musik dan syair) biasanya dipadukan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, atau pesan lewat lisan dan tulisan sekaligus sehingga lebih mudah untuk diterima dan dipahami.

Bahasa yang digunakan seorang seniman berbeda dengan bahasa sehari-hari, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa figuratif. Bahasa figuratif ialah bahasa yang bersusun atau berfigura yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau maknanya bersifat kias atau

(38)

makna lambang. Ia (bahasa figuratif) menyebabkan syair menjadi pragmatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna.

Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair, karena: (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam syair, sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan syair lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Pengiasaan disebut juga smile atau persamaan, karena membandingkan atau menyamakan sesuatu hal dengan yang lain. Dalam pelambangan sesuatu hal diganti atau dilambangkan dengan hal lain. Untuk memahami bahasa-bahasa figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan yang dibuat penyair baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional (Waluyo, 1987: 83).

(39)

1) Kiasan (gaya bahasa)

Kiasan digunakan penyair untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa syair. a. Metafora yakni kiasan yang membandingkan dua hal

secara langsung dalam bentuk singkat. Misalnya: lintah darah, bunga bangsa, dan sebagainya.

b. Perbandingan atau smile yakni kiasan yang membandingkan secara eksplisit dengan memakai kata bandingan. Misalnya: kata ibarat, laksana, bagaikan dan sebagainya..

c. Personifikasi yakni kiasan yang membandingkan benda mati dengan manusia. Misalnya: kotaku hilang tanpa jiwa.

d. Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Misalnya: tangisnya menyayat-nyayat hatiku.

e. Sinekdoke adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau sebaliknya.

f. Ironi adalah menyatakan makna sebaliknya dengan maksud berolok-olok (Waluyo, 1987: 84-86).

2) Pelambangan

Pelambangan digunakan penyair untuk memperjelas makna dan membuat nada, suasana sajak menjadi lebih jelas, sehingga dapat menggugah hati pembaca.

(40)

a) Lambang warna

Warna mempunyai karakteristik watak tertentu. Banyak syair yang menggunakan lambang warna untuk mengungkapkan perasan penyair.

b) Lambang benda

Pelambangan juga dapat dilakukan dengan menggunakan nama benda untuk menggantikan sesuatu yang diucapkan oleh penyair.

c) Lambang bunyi

Bunyi yang diciptakan oleh penyair juga melambangkan perasaan tertentu. Perpaduan bunyi-bunyi akan menciptakan suasana yang khas dalam sebuah syair. d) Lambang suasana

Lambang suasana ini biasanya dilukiskan dengan kalimat atau alinea (Waluyo, 1987: 87-90).

2.3 Semiotika untuk Membedah Makna Syair Lagu 2.3.1 Pengertian Semiotika

Secara epistimologis, semiotik berasal dari kata Yunani

semeion yang berarti “tanda.” Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai

sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, dalam Sobur 2004: 95). Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

(41)

tanda. Tanda-tanda itulah yang merupakan perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia (Kurniawan. dalam Sobur 2004: 15). Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Littlejohn, dalam Sobur 2004: 15-16).

Van Zoest mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Alex Sobur, 2004: 96). Batasan yang lebih jelas dikemukakan Preminger (dalam Sobur, 2004: 96), ia menyebutkan bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda dimana fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

2.3.2 Saussure dan Semiotika

Salah satu tokoh yang mempopulerkan semiotik adalah Ferdinand de Saussure. Saussure menyebut Ilmu Semiotik dengan nama Semiologi. Ia (Saussure) juga merupakan tokoh yang dikenal lewat disiplin Ilmu Linguistik. Konsep dan istilah yang ditawarkannya, tentang langue, parole, signifiant, signifie, hubungan sintagmatik, dan

(42)

Berawal dari pemikiran linguistik Saussure, muncullah paham pemikiran yang dinamakan strukturalisme (Widada, 2009: 13).

Strukturalisme menurut Saussure pada umumnya, lebih menaruh perhatian pada struktur bahasa yang lebih mementingkan tindakan linguistik ketimbang pada tindakan aktual dalam variasinya yang terbatas. Saussure juga mengungkapkan bahwa kecenderungan strukturalisme terhadap analisis lewat oposisi biner, misalnya kontras antara langue dan parole atau antara pasangan-pasangan tanda sehingga “hitam” hanya memiliki makna dalam hubungannya dengan “putih” begitu juga sebaliknya (Barker, 2005: 22).

Adapun asumsi dan gagasan pokok dalam strukturalisme Saussure (Widada, 2009: 30-33) itu dapat dirumuskan sebagai berikut: Pertama, strukturalisme pada hakekatnya mengasumsikan bahwa dunia natural maupun cultural selalu hadir di hadapan manusia sebagai satu bangunan makna. Tidak ada dunia tanpa makna-makna. Dengan demikian aktivitas manusia merupakan sebuah aktivitas dalam rangka mengelola dan juga menghasilkan makna menurut struktur yang ada.

Kedua, di dalam strukturalisme ada asumsi bahwa bahasa

merupakan satu bentuk pemaknaan utama bagi dunia. Dengan kata lain, struktur bahasa merupakan modal untuk memahami struktur dunia sosial-budaya manusia.

(43)

Ketiga, mengacu pada konsep langue dan parole dalam

lingusitik Saussure, yakni suatu analisis dalam perspektif struktural adalah upaya untuk mengungkapkan adanya struktur, melalui apa yang tampak di permukaan, sama halnya dengan linguis yang harus menjelaskan suatu langue melalui peninjauan pada parole.

Keempat, mengikuti saran Saussure tentang pendekatan

sinkronis untuk bahasa, maka unsur-unsur dalam satu fenomena sosial budaya lebih dapat dijelaskan maknanya dengan melihat relasi-relasinya pada penggalan waktu tertentu (sinkronis) daripada melihat relasi-relasi dan perkembangannya dalam rentangan waktu (diakronis).

Kelima, relasi-relasi antar unsur yang berada dalam sebuah struktur merupakan penghadir dan penentu makna. Dengan kata lain, satu unsur baru mempunyai makna dalam keterjalinannya secara utuh dalam struktur. Sama seperti di dalam bahasa, prinsip dasar yang bekerja dalam relasi yang memungkinkan kemunculan makna adalah prinsip pembedaan. Lebih lanjut, berbagai relasi yang ada itu kemudian dapat disederhanakan lagi menjadi sebuah oposisi berpasangan (binary opposition). Setidaknya ada dua jenis oposisi, yakni oposisi pengecualian, seperti oposisi antara warna hijau dan

bukan hijau, dan oposisi pertentangan seperti atas-bawah, gelap-terang, halus-kasar, dan sebagainya. Oleh karena itu, pembedaan

(44)

analisis struktural akan banyak bekerja dengan cara menemukan perbedaan-perbedaan antar unsur dalam struktur yang ditelitinya. 2.3.3 Langkah-Langkah Penafsiran Semiotika Strukturalis untuk

Membedah Makna Syair Album Don’t Make Me Sad

Metode (Langkah-Langkah Penelusuran Semiotika Strukturalis dalam Album Don’t Make Me Sad), sebagai berikut: 1. Langkah pertama, yang dilakukan oleh penulis adalah mencari

kesan pesan dalam keseluruhan lagu dan bait album Don’t Make

Me Sad. Karena, kesan yang muncul dalam membaca karya sastra

adalah inspirasi penting untuk analisis lebih dalam.

2. Langkah kedua, yang dilakukan penulis adalah klasifikasi (mengklasifikasi kesan-kesan), setelah menginventarisasi sekian kesan dalam pembacaan sebuah karya sastra, selanjutnya penulis mengidentifikasi dan mengklasifikasikan setiap kesan itu menurut kedekatannya pada unsur-unsur narasi tersebut. Kesan-kesan ini, penulis kelompokkan menurut kedekatan dengan unsur-unsur narasi seperti: tokoh dan penokohan, tema, gaya bahasa, sudut pandang dan settingnya.

3. Setelah langkah kedua, kemudian penulis barulah mengungkap identifikasi oposisi biner yang ada dalam teks lagu tersebut. Dengan menggunakan dua penelusuran, yakni, penelusuran sintagmatik, yang dimaksud penelusuran sintagmatik adalah penelusuran untuk mencari pertentangan-pertentangan gagasan

(45)

yang dimunculkan teks lagu. Hal ini dilakukan guna menganalisis hubungan antara tanda di dalam dunia yang dibangun narasi sastra dengan berbagai tanda yang bertaburan dalam sistem pemahaman kolektif atau sosial, misalnya, ajaran agama, ilmu pengetahuan atau pengalaman sejarah.

4. Langkah yang selanjutnya, yakni menemukan pandangan dunia dibalik relasi oposisi biner. Setelah menemukan pasangan-pasangan oposisi biner dengan menggunakan kedua penelusuran di atas, langkah selanjutnya yakni mencari hubungan antara pasangan oposisi biner.

5. Langkah selanjutnya, meninjau keseluruhan unsur-unsur struktur narasi dengan nalar narasi. Upaya untuk melakukan tinjauan dan menafsirkan signifikansi unsur-unsur yang membangun narasi secara utuh dan menyimpulkan tema dalam narasi tersebut.

6. Langkah yang terakhir, yakni melihat kemungkinan rujukan pada sumber-sumber makna sosio-kultural. Yakni bagaimana kita melihat arti atau nilai karya sastra tersebut dalam konteks sosio-kulturalnya, karena hal ini merupakan salah satu kriteria yang menentukan apakah sebuah karya sastra dianggap cukup bernilai atau tidak.

(46)

35

ANALISIS ALBUM DON’T MAKE ME SAD

3.1 Album Don’t Make Me Sad

Don’t Make Me Sad merupakan judul album kedua group band Letto yang dirilis pada tanggal 16 Agustus 2007. Dengan single pertamanya lagu

Sebelum Cahaya. Bukan hanya lagunya yang unik, video klipnya juga

dibintangi Amanda, seorang model yang tuna rungu

(http://www.the-letto.blogspot.com. 28 Desember 2009).

Berbeda dengan album yang pertama, karena lewat album keduanya ini, personil Letto ingin mewujudkan sebuah cita-cita mulia, yakni menjadikan sebagian dari hasil penjualan album ini, untuk membuat buku-buku berhuruf

braille yang diharapkan dapat berguna untuk teman-teman penyandang tuna

netra.

Dalam Album “Don’t Make Me Sad” ini, terdapat 12 lagu yakni: My Liberty Good Bye, Sebelum Cahaya, Hantui Aku, Memiliki Kehilangan, Permintaan Hati, Ephemera, Bunga di Malam Itu, Innosense’s Innocence, Rasakanlah Makna, Sejenak, Kau Aku dan Obsesiku, Don’t Make Me Sad.

Pada Album kedua ini, Letto mencoba lebih ngebit (gaya musik yang nadanya lebih menghentak) dan ngerock tetapi dengan lirik yang menyentuh dan musiknya yang lebih easy listening yang artinya enak di kuping, nyaman di hati, namun juga bukan asal bunyi. Proses rekaman dilakukan di Yogyakarta, sedangkan proses mixing dan mastering dilakukan di Studio

(47)

Musica (Jakarta), dengan produser Noe dan Capung Java Jive. Proses pembuatan Album ini memakan waktu kurang lebih enam sampai delapan bulan. (http://www.suaramerdeka.com. 6 Agustus 2009).

3.1.1 Syair Lagu “Letto” dalam Album Don’t Make Me Sad

Untuk mempermudah dalam menganalisis nantinya, penulis harus terlebih dahulu menulis ulang seluruh syair lagu Letto dalam album “Don’t Make Me Sad.” Penulis membatasi hanya Sembilan lagu dari album Don‟t Make Me Sad yang akan di analisis menggunakan pendekatan semiotika strukturalis, yaitu: Sebelum Cahaya, Hantui Aku, Memiliki Kehilangan, Permintaan Hati, Bunga di Malam Itu, Rasakan Makna, Sejenak, Kau Aku dan Obsesiku, dan Don’t Make Me Sad. Pada syair lagu Don‟t Make Me Sad, penulis terlebih dahulu akan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia.

A. Syair Lagu “Sebelum Cahaya” Bait-1 Ku teringat hati

Yang bertabur mimpi Kemana kau pergi cinta Perjalanan sunyi

Yang kau tempuh sendiri Kuatkanlah hati cinta Bait-2 Ingatkah engkau kepada

Embun pagi bersahaja

(48)

Ingatkah engkau kepada Angin yang berhembus mesra Yang kan membelaimu cinta Bait-3 Kekuatan hati yang berpegang janji

Genggamlah tanganku cinta

Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri Temani hatimu cinta

B. Syair Lagu “Hantui Aku”

Bait-1 Matahari pagi dan embun yang dingin hari ini oh indahnya Ku harus memulai kerinduan lagi hari ini karena

Kangenku memang tak tahu malu Apalagi kalau sedang di racun madu Tolong aku…

Bait-2 Ku tak tahu

Ooohh ku tak mau tau

Tapi memang senyummu selalu hantuiku Walau ku tak tahu hatimu

Oh please...jangan pernah kau berhenti hantui aku Bait- 3 Hari ini oh sejuknya

Engkau masih di sini isi lamunanku Hari ini oh dia

Hatiku memang tak mau tahu

Apalagi kalau sedang di mabuk rindu Tolong aku…

(49)

Bait-4 Aku mau ketemu lagi kamu

Tapi memang dirimu selalu hantuiku Walauku tak tahu hatimu

Oh please… jangan pernah kau berhenti hantui aku C. Syair Lagu ”Memiliki Kehilangan”

Bait-1 Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada Hatimu tetap merasa masih memilikinya Rasa kehilangan hanya akan ada

Jika kau pernah merasa memilikinya Bait-2 Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna

Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa Rasa kehilangan hanya akan ada

Jika kau pernah merasa memilikinya D. Syair Lagu “Permintaan Hati”

Bait-1 Terbuai aku hilang

Terjatuh aku dalam keindahan penantian Terucap keraguan hati yang bimbang Yang terhalang kepastian cinta Bait-2 Aku hilang...Aku hilang...

Aku hilang

Bait-3 Tersabut kabut malam Terbiasnya harapan

(50)

Terasa kerinduan hati yang bimbang Yang terhempas kepastian cinta Bait-4 Dengarkanlah permintaan hati

Yang teraniaya sunyi Dan berikanlah arti pada Hidupku yang terhempas Yang terlepas pelukanmu Bersamamu dan tanpamu

Bait-5 Aku hilang selalu…aku hilang… Aku hilang

E. Syair Lagu “Bunga Di Malam Itu” Bait-1 Malam itu lah malamku

Ketika aku bertemu denganmu Dalam hati ku tersedu

Tanganku tergenggam menahan haru Bait-2 Mataku tak lepas darimu

Walaupun ku sendiri ragu

Bait-3 Bunga menebar sejuk wewangian malam itu Ku tak mampu menahan rasa yang tak menentu Lalu muncullah rasa dalam benakku

Ku tak pantas memandangi wajahmu Bait-4 Rindu itu belum hilang

(51)

Dalam hatiku berdo’a

Jangan sampai aku pernah terlupa Bait-5 Padamu penjaga hidupku

Tak pernah meninggalkan aku F. Syair Lagu “Rasakan Makna”

Bait-1 Sebelum kau terluka cobalah kau katakan Apa benar kau kira inilah kutukan

Ku tak bisa percaya kalau kau tak merasa Keindahan dunia jika di sampingnya Bedakan…

Bait-2 Sekarang kau merasa kau tak butuhkan dia Tapi cobalah saja jika dia tak ada

Ada hal-hal yang hilang yang akan kau rasakan Dan harumnya kenangan takkan bisa kau simpan Bedakan…

Bait-3 Coba kau belai dia dengan segenap rasa Dan rasakanlah cinta dengan penuh makna G. Syair Lagu “Sejenak”

Bait-1 Sebelum waktumu terasa terburu Sebelum lelahmu menutup mata Adakah langkahmu terisi ambisi Apakah kalbumu terasa sunyi

(52)

Bait-2 Ruangkanlah sejenak detik dalam hidupmu Berikanlah rindumu pada denting waktu Ruangkanlah sejenak detik dalam sibukmu Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta Bait-3 Sebelum hidupmu terhalang nafasmu

Sesudah nafsumu tak terbelenggu

Indahnya membisu pandangi yang berlalu Bahasa tubuhmu mengartikan rindu Bait-4 Yang tak semu… yang tak semu

Dan tak semu…uu…dah itu H. Syair Lagu “Kau Aku dan Obsesiku”

Bait-1 Merasuk…Malam ini kau merasuki aku Terhasut…Alam pikiranku kini

Tersenyum…Seolah engkau menginginkan aku Tetapi…Siapa yang tahu hati

Bait-2 Kau aku dan obsesiku Hanya Tuhan yang akan tahu Tapi jangan kau tertipu

Kan kusimpan sampai akhir waktu

Bait-3 Gemerlap…Bintang yang ada di malam ku Sekejap…Terasa sangat sempurna

Ucapan.. Kata yang terlontar oh indahnya Aku…Aku sangat terlena

(53)

I. Syair Lagu “Don't Make Me Sad (Jangan buat Aku Bersedih)” Bait-1 I think it was Sunday when we went out that day

(Aku pikir hari itu hari minggu, ketika kita sudah pergi keluar hari itu)

A simple glance to her, a blunder

(Sekilas pandangan kepadanya, merupakan sebuah kesalahan besar)

Oh boy, oh my Lord say oh you keep your head straight

(oh lelaki, oh rajaku berkata oh dirimu menjaga tinggi kejujuranmu)

Oh no can I do that

(Oh tidak, dapatkah aku melakukan itu)

Bait-2 She really drives me mad

(Dia benar-benar membuatku (menguasai) menjadi gila)

But it wasn’t all that bad

(Tetapi itu semua belum tentu buruk)

Two seconds to make me surrender and said

(Dua detik membuatku menyerah)

Oh please don’t make me so sad

(Kumohon, jangan buat aku bersedih)

Bait-3 Oh please…oh please …oh please… dont’ make me so sad (Kumohon, kumohon, kumohon, jangan buat aku bersedih)

(54)

Oh please… oh please…oh please don’t make me so sad (Kumohon, kumohon, kumohon, jangan buat aku bersedih)

3.2 Analisis Syair Lagu dalam Album Don’t Make Me Sad

Menurut Knox C. Hill (Pradopo, 2008: 108), syair lagu sebagai bagian dari karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks, yang terdiri dari unsur bunyi, kata, baris, bait, tipografi, dan juga gaya bahasa. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk dapat menangkap makna atau memberi makna pada sebuah syair lagu, pastilah diperlukan cara-cara yang sesuai dengan sifat karya sastra itu. Syair lagu yang pada dasarnya merupakan puisi adalah sebuah karya sastra yang bermedium bahasa, dimana karya sastra itu merupakan struktur (sistem) tanda-tanda yang bermakna.

Untuk dapat memahami sebuah syair lagu secara utuh, penulis menggunakan analisis semiotika strukturalis menurut pandangan Ferdinand de Saussure. Penulis mengacu pada metode kritik sastra yang dikemukakan oleh Rh. Widada dalam bukunya Saussure untuk Sastra (sebuah metode kritik

sastra struktural). Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam

menganalisisnya dan mengungkap maknanya. Adapun langkah-langkah penelusuran semiotika strukturalis yang penulis lakukan untuk membedah makna syair lagu dalam album Don‟t Make Me Sad, sudah dijelaskan dalam Bab II, hlm. 33-34.

(55)

3.2.1 Analisis Makna Syair Lagu Dalam Album Don’t Make Me Sad dengan Pendekatan Semiotika Strukturalis

Untuk meneliti, dengan menggunakan pendekatan semiotika strukturalis dalam setiap lagu yang ada dalam album “Don’t Make Me Sad,” penulis perlu melakukan penelusuran kesan-kesan berbasis pemahaman penulis, karena melakukan penelitian objektif teks, adalah hal yang tidak mungkin, karena dalam teks, konteks telah hilang, dan sejarah kian berjarak. Untuk itulah, ada beberapa langkah yang perlu penulis lakukan untuk penelusuran tersebut, yakni sebagai berikut: 1. Langkah pertama, mencari kesan pesan dalam keseluruhan lagu dan

bait album Don‟t Make Me Sad. Kesan yang muncul dalam membaca karya sastra adalah inspirasi penting untuk analisis lebih dalam.

Kesan pesan dalam keseluruhan lagu dan bait album Don‟t

Make Me Sad, berdasarkan subjektifitas penulis dalam meneliti

lagu dan bait album Don‟t Make Me Sad yang di dalamnya terdapat 12 lagu, tetapi agar penelitian lebih spesifik penulis hanya meneliti 9 lagu saja.

a. Ketika penulis membaca secara keseluruhan, kesan yang umum tersirat dalam setiap syair lagu dan bait yang ada dalam album tersebut yang tertangkap penulis adalah:

1. Pengarang lagu seakan-akan mengalami tragedi dan peristiwa dalam lagu-lagu yang dibuat.

(56)

2. Kerinduan hampir menjadi tema setiap lagu.

3. Romantisme cinta hampir tak pernah lepas dari setting setiap lagu, meskipun ada satu lagu yang tidak dominan soal cinta, yakni lagu “Sejenak.”

4. Dominasi teks lagu dalam album bersifat puitis dan figuratif. Sehingga, untuk menangkap pesan yang hendak disampaikan tiap lagu, dipaksa untuk konsentrasi memahami bahasanya secara penuh.

5. Penulis menemukan kesan dalam setiap lagu merupakan realita kehidupan yang dibahasakan secara figuratif.

6. Pengarang lagu, menggunakan gaya bahasa metafora, hampir dalam setiap bait syair lagu.

7. Kesan pesan tentang religiositas juga menghiasi hampir semua lagu yang dibahasakan secara figuratif.

8. Gaya bahasa penegasan jenis repetisi juga terlihat dalam sebagian besar bait syair lagu.

9. Harapan akan kebahagiaan tampaknya menjadi tema yang menghiasi dalam setiap syair lagu.

10. Sebagian dari syair lagu juga, tidak ditemukan setting yang jelas.

2. Langkah kedua, yang dilakukan penulis adalah klasifikasi (mengklasifikasi kesan-kesan), setelah menginventarisasi sekian kesan dalam pembacaan sebuah karya sastra, selanjutnya penulis

(57)

mengidentifikasi dan mengklasifikasikan setiap kesan itu menurut kedekatannya pada unsur-unsur narasi tersebut. Kesan-kesan ini, penulis kelompokkan menurut kedekatan dengan unsur-unsur narasi seperti: tokoh dan penokohan, tema, gaya bahasa, sudut pandang dan settingnya.

3. Setelah langkah kedua, kemudian penulis barulah mengungkap identifikasi oposisi biner yang ada dalam teks lagu tersebut. Dengan menggunakan dua penelusuran:

a) Penelusuran sintagmatik, yang dimaksud penelusuran sintagmatik adalah penelusuran untuk mencari pertentangan-pertentangan gagasan atau pembedaan yang dimunculkan teks lagu.

b) Penelusuran paradigmatik, hal ini dilakukan guna menganalisis hubungan antara tanda di dalam dunia yang dibangun narasi sastra dengan berbagai tanda yang bertaburan dalam sistem pemahaman kolektif atau sosial, misalnya: ajaran agama, ilmu pengetahuan atau pengalaman sejarah.

4. Langkah yang selanjutnya, yakni menemukan pandangan dunia dibalik relasi oposisi biner. Setelah menemukan pasangan-pasangan oposisi biner dengan menggunakan kedua penelusuran di atas, langkah selanjutnya yakni mencari hubungan antara pasangan oposisi biner.

(58)

5. Langkah selanjutnya, meninjau keseluruhan unsur-unsur struktur narasi dengan nalar narasi. Upaya untuk melakukan tinjauan dan menafsirkan signifikansi unsur-unsur yang membangun narasi secara utuh dan menyimpulkan tema dalam narasi tersebut.

6. Langkah yang terakhir, yakni melihat kemungkinan rujukan pada sumber-sumber makna sosio-kultural. Langkah ini, untuk melihat arti atau nilai karya sastra tersebut dalam konteks sosio-kulturalnya, karena hal ini merupakan salah satu kriteria yang menentukan apakah sebuah karya sastra dianggap cukup bernilai atau tidak.

Di bawah ini adalah analisis syair lagu dalam album “Don’t Make Me Sad,” yang coba penulis urai maknanya dengan langkah-langkah di atas:

A. Analisis Makna Syair Lagu ”Sebelum Cahaya” Langkah Analisis Kesan Pesan:

1) Menelusuri kesan-kesan yang ada dalam syair lagu “Sebelum Cahaya,” sesuai dengan kesan-kesan keseluruhan, yang dijelaskan di atas.

a. Dalam syair lagu sebelum cahaya, penulis menemukan kesan cinta yang romantis, syahdu, dan metaforis. Yang terdapat dalam bait-2, pada kalimat: Angin yang

berhembus mesra//Yang kan membelaimu cinta.

b. Di dalam syair lagu “Sebelum Cahaya,” bercerita tentang Si aku yang teringat, kemudian pergi

(59)

menempuh perjalanan sunyi, dengan kekuatan hati yang berpegang janji.

c. Pengarang lagu, menggunakan kalimat tanya bentuk konotatif pada bait ke-2, baris ke-1 dan baris ke-4, yakni: Ingatkah engkau kepada//Embun pagi yang

bersahaja//Yang menemanimu sebelum cahaya.

d. Pengarang lagu membawa kita pada dunia nyata, seakan syair lagu ini merupakan pengalaman hidupnya.

e. Dalam syair lagu ini, terdapat bentuk perlawanan dalam kalimat: Menemanimu sebelum cahaya dengan meninggalkanmu sendiri.

f. Syair lagu ini, menggunakan gaya bahasa kiasan, jenis metafora. Terlihat dalam kalimat: Bertabur mimpi. g. Terdapat pelambangan, dalam bentuk lambang bunyi

yang terlihat dengan dominasi kata cinta pada akhir baris syair, pada bait-1: Ku teingat hati//Yang bertabur

mimipi//Kemana kau pergi cinta//Perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri//Kuatkanlah hati cinta.

Lambang bunyi digunakan pengarang lagu untuk menimbulkan kesan menarik pada syair lagu, sehingga lebih enak di dengar. Setiap bunyi yang diciptakan penyair merupakan perpaduan bunyi yang akan menciptakan suasana yang khas dalam syair tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

baik dari sisi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan dan akan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri c.q Ditjen Bina Keuangan Daerah sebagai bahan pembuatan kebijakan

Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakal untuk berdiri

PERAMALAN JANGKA PENDEK UNTUK DATA TERBATAS MENGGUNAKAN FOURIER RESIDUAL MODIFICATION GREY FORECASTING MODEL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi serangan berulang (relaps) pada pasien tuberkulosis paru adalah pengetahuan, merokok dan terpapar,

Perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa pada kedua kelas tersebut dikarenakan terdapat perbedaan per- lakuan pada proses pembelajaran di kelas, yaitu pada kelas

Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian Bangsu (2001) bahwa lingkungan sosial dan adat istiadat merupakan variabel paling berhubungan dengan pemilihan penolong

Pengembangan Software Aerobic Capacity dengan Menggunakan Bleep Test Berbasis Aplikasi Android Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Saat ini sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh bagian tata usaha masih menggunakan sistem manual sebagai contoh data informasi siswa dan guru masih