• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMIOTIKA PROPAGANDA PADA FILM DOKUMENTER VICE INDONESIA EPISODE POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA: BERBAGI SURGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMIOTIKA PROPAGANDA PADA FILM DOKUMENTER VICE INDONESIA EPISODE POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA: BERBAGI SURGA"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

INDONESIA: BERBAGI SURGA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Muhammad Zainul Mafakhir NIM. 11140510000168

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Zainul Mafakhir NIM : 11140510000168

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul SEMIOTIKA

PROPAGANDA PADA FILM DOKUMENTER VICE

INDONESIA “POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA: BERBAGI SURGA” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta,30 Juli 2021

Muhammad Zainul Mafakhir NIM. 11140510000168

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SEMIOTIKA PROPAGANDA PADA FILM DOKUMENTER

VICE INDONESIA “POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA:

BERBAGI SURGA”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhammad Zainul Mafakhir NIM. 11140510000168

Dosen Pembimbing,

Ade Rina Farida, M.Si. NIP. 197705132007012018

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021 M

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul “SEMIOTIKA PROPAGANDA PADA FILM

DOKUMENTER VICE INDONESIA “POLEMIK

POLIGAMI DI INDONESIA: BERBAGI SURGA”” oleh Muhammad Zainul Mafakhir, NIM.11140510000168, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu 04 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 04 Agustus 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Armawati Arbi, M.Si. Dr. Edi Amin, M.A. NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. H. M. Yakub, M.A. Drs. Jumroni, M.Si

NIP. 196210181993031002 NIP.196305151992031006 Pembimbing,

Ade Rina Farida, M.Si. NIP. 197705132007012018

(5)

iv ABSTRAK

Muhammad Zainul Mafakhir 11140510000168

Semiotika Propaganda pada Film Dokumenter VICE Indonesia “Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga”

Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia mendeskripsikan seorang Pria menjadi pelaku poligami yang memiliki dua istri. Dia menceritakan alasan dia melakukan poligami dan manfaat yang bisa didapat dari poligami. Dilain sisi terdapat narasumber yang menjadi korban atas perilaku poligami. Dimana dia merasa sakit atas perlakuan suaminya yang melakukan poligami secara diam-diam.

Berdasarkan konteks diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan Bagaimana teknik propaganda yang dihadirkan pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga, bagaimana Representament, Object, dan Interpretant yang terdapat dalam film tersebut?

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan paradigm konstruktivisme. Dalam memperoleh data dilakukan kegiatan observasi yaitu dengan menonton dan mengamati setiap adegan dan narasi. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Charless Sanders Pierce yang membagi tanda menjadi tiga model utama yaitu, Representament, Object, dan Interpretant.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada unsur propaganda yang terdapat pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga. Peneliti menemukan teknik propaganda Name Calling, Card Stacking dan Bandwagon. Dari sisi semiotika secara keseluruhan Terdapat 6 adegan dimana Representament yang ditemukan berupa banyaknya narasi yang memicu sebuah interpretasi dari hasil temuan objek pada film tersebut.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Semiotika Propaganda Pada Film Dokumenter Vice Indonesia “Polemik Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga””. Shalawat serta salam juga tidak lupa selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Peneliti menyadari penelitian ini masih jaug dari sempurna, namun ini hasil atas observasi peneliti dengan usaha yang maksimal. Karena dalam penyelesaiannya terdapat banyak lika -liku yang harus peneliti lewati. Namun berkat doa, motivasi, bantuan dan dukungan dari banyak pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada. 1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag. selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Cecep Sastrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

(7)

vi

3. Dr. Armawati Arbi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Dr. Edi Amin, M.A selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ade Rina Farida, M.Si., selaku dosen pembimbing penelitian skripsi yang senantiasa membimbing, mengarahkan. Dan memberikan dukungan terhadap proses penelitian.

5. Seluruh jajaran dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dalam meminjam literatur untuk penelitian skripsi ini.

7. Pimpinan serta jajaran staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu dan mengarahkan penulis baik segi regulasi atau administrasi. 8. VICE Indonesia selaku penyedia konten yang telah menjadi

objek oleh peneliti sebagai sumber observasi.

9. Rizky Rahadianto selaku Produser film dokumenter VICE Indonesia episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga sebagai narasumber penelitian pihak penyedia konten.

(8)

vii

10. Keluarga saya yang senantiasa mendukung dan mencukupi kebutuhan peneliti selama melakukan perkuliahan hingga penelitian tingkat akhir.

11. Fina Fauziyah Afiyani yang senantiasa menemani proses pengerjaan skripsi dan memberikan masukan ketika sulit. 12. Felly Agriaka, Angga Firmansyah, Risma Febby Hambekti,

Rayhan Bayruni, Zemil, Muntun, dan teman – teman lain yang telah membantu baik pemikiran atau hiburan dikala peneliti mengalami kesulitan.

13. Dedi Fahrudin, M.Ikom, dan keluarga besar DNK TV, yang telah memberikan banyak pelajaran tentang media pertelevisian.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan penelitian ini, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat memberi manfaat dan dapat dikembangkan lebih lanjut lagi. Aamiin.

Jakarta, 30 Juli 2021

Muhammad Zainul Mafakhir NIM. 11140510000168

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 12

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 13

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

E. Metodologi Penelitian... 15

F. Tinjauan Pustaka ... 20

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 23

A. Ruang Lingkup Propaganda ... 23

B. Teori Semiotika ... 30

(10)

ix

BAB III GAMBARAN UMUM ... 40

B. Sekilas Tentang Film Polemik Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga ... 40

C. Gambaran Umum VICE Indonesia ... 43

D. Tim Produksi dan Pengisi Acara Film Polemik Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga ... 44

BAB IV DATA DAN HASIL TEMUAN ... 46

BAB V ANALISIS ... 58 BAB VI PENUTUP ... 84 A. Kesimpulan... 84 B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 92

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka... 20

Tabel 2. 1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya ... 35

Tabel 4. 1 Adegan 1 ... 51 Tabel 4. 2 Adegan 2 ... 52 Tabel 4. 3 Adegan 3 ... 53 Tabel 4. 4 Adegan 4 ... 54 Tabel 4. 5 Adegan 5 ... 56 Tabel 4. 6 Adegan 6 ... 57

Tabel 5. 1 Analisis Adegan 1... 60

Tabel 5. 2 Analisis Adegan 2... 64

Tabel 5. 3 Analisis Adegan 3... 68

Tabel 5. 4 Analisis Adegan 4... 72

Tabel 5. 5 Analisis Adegan 5... 77

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Thumbnail Video Dokumenter VICE Indonesia .... 40

Gambar 4. 1 Komentar di Kanal YouTube VICE Indonesia ... 47

Gambar 4. 2 Komentar di Kanal YouTube VICE Indonesia ... 47

Gambar 4. 3 Menit 01:39 ... 50 Gambar 4. 4 Menit 01:43 ... 50 Gambar 4. 5 Menit 01:52 ... 50 Gambar 4. 6 Menit 01:54 ... 50 Gambar 4. 7 Menit 02:02 ... 50 Gambar 4. 8 Menit 02:20 ... 50 Gambar 4. 9 Menit 03:17 ... 51 Gambar 4. 10 Menit 03:24 ... 51 Gambar 4. 11 Menit 03:27 ... 51 Gambar 4. 12 Menit 03:29 ... 51 Gambar 4. 13 Menit 04:10 ... 52 Gambar 4. 14 Menit 04:15 ... 52 Gambar 4. 15 Menit 04:21 ... 52 Gambar 4. 16 Menit 04:28 ... 52 Gambar 4. 17 Menit 14:17 ... 54 Gambar 4. 18 Menit 14:29 ... 54 Gambar 4. 19 Menit 14:40 ... 54 Gambar 4. 20 Menit 18:33 ... 55 Gambar 4. 21 Menit 18:38 ... 55 Gambar 4. 22 Menit 18:46 ... 55 Gambar 4. 23 Menit 18:56 ... 55

(13)

xii Gambar 4. 24 Menit 19:02 ... 55 Gambar 4. 25 Menit 19:06 ... 55 Gambar 4. 26 Menit 23:02 ... 56 Gambar 4. 27 Menit 23:07 ... 56 Gambar 4. 28 Menit 23:12 ... 56 Gambar 4. 29 Menit 23:21 ... 56

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan propaganda sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dinyatakan oleh Webster’s Third New International Dictionary, propaganda merupakan doktrin ide gagasan atau pemikiran, argumentasi atau alasan serta fakta yang disebarkan dengan sengaja melalui medium komunikasi dengan tujuan meneruskan pesan dan menumbuhkan gerakan untuk menghancurkan kehendak yang bertentangan dari pihak lain.1

Film merupakan salah satu media komunikasi yang cukup efisien dalam mengantarkan sebuah pesan moral maupun sosial kepada khalayak. Dengan film, kita dapat menyuntikan ideologi secara perlahan dengan pengemasan pesan yang menarik. Film mempunyai sisi seni dalam memilah suatu kejadian untuk dijadikan cerita.

Kombinasi antara audio dan visual di film mampu menimbulkan ekspresi untuk menyampaikan sesuatu yang kerap kali jarang terlihat di masyarakat. Film juga menjadi salah satu media propaganda yang efesien dalam menyematkan pesan tersirat maupun tersurat kepada khalayak untuk dikonsumsi. Karena menurut Nurudin, Film dapat dijadikan sebagai media propaganda sebab didukung dengan konsep

1 Admin, (2021, Maret 15), Propaganda Adalah. Retrieved from: dosenpendidikan.com.(https://www.dosenpendidikan.co.id/propaganda-adalah/ diakses pada 13/04/20 pukul 13:23)

(15)

berupa audio dan visual yang menarik sehingga pesan propaganda dapat dengan mudah diterima oleh publik.2

Media VICE Indonesia memroduksi sebuah film dokumenter yang berlatarkan tema Poligami. Pada episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga, VICE Indonesia menunjukan informasi seputar pihak-pihak yang menjadi pelaku poligami untuk mendapatkan informasi seputar konsep poligami tersebut.

Dalam film dokumenternya, VICE Indonesia melakukan wawancara dengan salah seorang aktivis yang menyuarakan kegiatan poligami, Riski Ramdani. Selaku seorang yang menjadi pelaku poligami dan narasumber praktisi dari film tersebut, Riski memaparkan bagaimana proses ia melakukan praktik poligami dan mengungkapkan alasannya.

Berdasarkan pemaparan yang terdapat pada film dokumenter VICE Indonesia, Riski mengungkapkan bahwa konflik dan kodrat yang diberikan Tuhan kepada lelaki adalah menyukai lebih dari satu perempuan. Hal ini yang menyebabkan tidak sedikit banyak lelaki yang melakukan perselingkuhan atau malah lebih buruknya lagi membuat lelaki ‘jajan’ di luar. Menurutnya, Islam memberi kemudahan karena poligami bisa dijadikan jalan keluar dari permasalahan tersebut. 3

2 Nurudin. (2008). Komunikasi Propaganda. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

3 Adisty Titania, “Video pro kontra poligami: "Sebaik-baiknya

(16)

Melalui film dokumenter tersebut, beragam respon bermunculan pada kolom komentar official account YouTube VICE Indonesia. Setidaknya hingga tanggal saat film ini diteliti yaitu pada 8 Agustus 2021 ada 25.479 komentar dan 1,4 juta penonton yang telah melihat film dokumenter terkait isu poligami karya VICE Indonesia ini. Melalui kolom komentar tersebut dapat dilihat banyaknya perbedaan pendapat mengenai isu poligami di masyarakat.

Film dokumenter ini pun sukses membuat masyarakat Indonesia yang menonton mengulik dan memperdebatkan ideologi poligami yang bisa dilihat melalui kolom komentar VICE Indonesia. Sehingga, film dokumenter ini cocok untuk diteliti karena memiliki unsur propaganda.

Dalam narasi pembukanya, VICE menyebutkan bahwa umat muslim Indonesia berada di tengah pertarungan definisi menjadi muslim sejati namun hanya sedikit yang mampu memecah belah umat seperti poligami. Pembahasan VICE Indonesia tentang poligami kali ini amat sempit dan praktis, begitu pula dengan argumen narasumbernya. VICE luput mengulas poligami pada tataran konsep, filosofis, nilai, ataupun latar belakang kehadirannya dalam kehidupan beragama.4

Pada film Dokumenter VICE Indonesia (Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga). Pemaparan

4 Gita Putri R. Prayitno, “Poligami Pecah Belah Ala VICE: Soroti

Praktisi, Lalai Filosofi”, ( https://medium.com/@gitaprayitno/poligami-pecah-belah-ala-vice-soroti-praktisi-lalai-filosofi-dd357c4f0b59, Diakses pada 9 Desember, 2020)

(17)

atas informasinya pun tidak hanya dari pelaku poligami, tetapi menampilkan juga beberapa sumber dari korban pologami dan juga akademisi yang meneliti kegiatan poligami sejak lama, sehingga bisa dikatakan bahwa film dokumenter ini menghadirkan informasi yang cukup berimbang dalam memaparkan informasi terkait poligami.

Namun, jika diperhatikan, reporter yang melakukan shooting pada film dokumenter ini memberikan komunikasi verbal maupun non-verbal yang memperlihatkan kepada khalayak bahwa ia terlihat tidak mendukung adanya kegiatan poligami.

Ketika kita membahas soal poligami, tentu tidak luput dari yang namanya pernikahan. Menurut Huzaemah, manusia mempunyai tiga motif dasar dalam kehidupan yaitu motif mutlak, motif biologis, dan motif sosial. Motif tidak tercermin dari keinginan dirinya untuk berhubungan dengan sang pencipta. Motif biologis tercermin kepada hal-hal yang berhubungan dengan naluri-naluri alamiah sebagai manusia. Sedangkan yang terakhir adalah motif sosial merupakan sifat manusia yang ingin berhubungan dengan makhluk lainnya.5

Dalam hal membentuk keluarga yang bahagia ketiga poin tersebut mesti diupayakan Bersama oleh suami dan istri. Upaya membentuk keluarga bahagia adalah konsekuensi dan tanggung jawab atas keputusan membina sebuah keluarga. Sehingga berkeluarga (menikah) tetap menjadi media ibadah

5 Huzaemah Tahido Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Masyarakat Indonesia Baru, T.th), h:122-123.

(18)

dalam mendapatkan rida Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S al-Dzariyat: 49 sebagai berikut:

َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ِْيَْجْوَز اَنْقَلَخ ٍءْىَش ِّلُك نِمَو

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).” (Q.S. al-Dzariyat: 49)

Prinsip perkawinan menurut undang-undang perkawinan tahun 1974 adalah monogami, sedangkan poligami merupakan pengecualian. Poligami merupakan salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam masyarakat, karena mengundang pandangan yang kontroversial. Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari satu isteri dalam waktu yang sama. Laki – laki yang melakukan perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligami.6

Namun, komunitas poligami yang ada pada video VICE Indonesia yaitu Forum Keluarga Poligami Sakinah (FKPS) menampilkan ilustrasi kaos bertuliskan “Pria sejati tidak boleh satu istri” pada postingan YouTube FKPS Padjajaran berjudul “Daurah Pra Poligami” pada tanggal 7 Mei 2016.7

6 Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, (Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2004), Cet ke 1, hal 43.

7 Admin, Metropolitan.id. (25 May 2016). Heboh! Ajakan Belajar

Berpoligami. Retrieved from: metropolitan.id:

(https://www.metropolitan.id/2016/05/heboh-ajakan-belajar-berpoligami/) diakses 31/3/2021 pukul 14.35 WIB.

(19)

Poligami di Indonesia merupakan hal yang paling menarik diperdebatkan sekaligus kontroversial. Poligami ditolak dengan berbagai macam argumentasi baik yang bersifat normatif, psikologis bahkan selalu dikaitkan dengan ketidakadilan gender. Poligami dikampanyekan karena dianggap memiliki sandaran normatif yang tegas dan dipandang sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan fenomena selingkuh dan prostitusi.8

Allah SWT memberikan perhaitan serius kepadanya yang terkandung dalam salah satu firman-Nya dalam surat An-Nisa’ ayat 3:

ْنِإَو

َنِم ْمُكَل َباَط اَم اوُحِكْناَف ٰىَماَتَيْلا ِفِ اوُطِسْقُ ت َّلََّأ ْمُتْفِخ

َعاَبُرَو َث َلَُثَو َٰنَْ ثَم ِءاَسِّنلا

ۖ

ِحاَوَ ف اوُلِدْعَ ت َّلََّأ ْمُتْفِخ ْنِإَف

اَم ْوَأ ًَد

ْمُكُناَْيَْأ ْتَكَلَم

ۖ

اوُلوُعَ ت َّلََّأ َٰنَْدَأ َكِلَٰذ

Artinya: “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim”.9

8 Amir Nurudin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata di

Indonesia (Jakarta: Pernada Media, 2004), h.156.

(20)

Dari segi kuantitas, batas minimal seorang laki-laki dalam menikahi wanita adalah satu karena tidak mungkin seseorang menikahi wanita hanya separuhnya saja. Sedangkan batas maksimalnya adalah empat sebagaimana yang terdapat dalam ayat. Inilah batas- batas yang ditentukan oleh Allah dalam masalah poligami.

Jika seseorang melarang poligami dan hanya membolehkan monogami, maka ia telah berhenti pada batas minimal yang ditentukan oleh Allah dengan tidak melampauinya. Sebaliknya, jika ia membolehkan poligami hingga empat, makai ia telah bergerak dari batas minimal ke batas maksimal.

Syahrur mengkritik kesalahan para peneliti yang mengatakan bahwa asas perkawinan dalam Islam adalah monogami, sedangkan poligami hanya boleh bila keadaan memaksa. Kesalahan ini, menurut Syahrur, karena mereka hanya memperhatikan segi kuantitas yang ada dalam ayat tanpa memperhatikan sisi kualitasnya.10

Adapun dari segi kualitas yang dimaksudkan oleh Syahrur ialah apakah wanita yang hendak dinikahi itu berstatus gadis ataukah janda, baik karena suaminya meninggal maupun karena ditalak. Mengenai isteri pertama yang hendak dinikahi oleh seorang laki-laki, Allah dalam al-Qur’an tidak menyeburkan statusnya. Ini menandakan bahwa seseorang boleh menikahi gadis, janda (mati) maupun wanita yang

10 Moh Khasan, Rekonstruksi Fiqh Perempuan, (Semarang: AKFI media, 2009), Cetakan Pertama, Hal. 90-91.

(21)

ditalak sebagai isteri pertamanya.11 Sedangkan untuk isteri

kedua dan seterusnya, Allah membatasinya hanya dengan janda-janda yang mempunyai anak yatim.

Disamping itu, Islam juga memberikan syarat bagi seorang muslim yang hendak berpoligami seperti:

1. Mampu berbuat adil, hal ini jelas sebagaimana didalam surat An-Nisa’ ayat 3 yang arti potongan ayatnya “kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja”. 2. Mampu menjaga diri supaya tidak terpedaya dengan cobaan

isteri dan anal-anak dengan maksud agar ia tidak meninggalkan hak-hak Allah karena keberadaan isteri-isteri dan anak-anak. Hal ini sebagaimana pada firman Allah SWT yang artinya “hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka”.

3. Mampu memberikan nafkah terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka, sebagaimana firman Allah pada sepenggal ayat Q.S An-Nur ayat 33 yang artinya : “dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sehingga Allah membuat mereka mampu dengan karunia-Nya”.

4. Ia mampu memenuhi kebutuhan lahiriah terhadap isteri-isteri nya sebagaimana hadis nabi “hai segenap pemuda, siapa diantara kalian sanggup menikah, maka menikahlah!” (mutaffaq ‘alaihi).12

Melalui film dokumenter ini, didapatkan informasi mengenai pernyataan dari aktivis poligami bahwa Allah tidak

11 Moh Khasan, Rekonstruksi Fiqh Perempuan, Hal. 91.

12 Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan

(22)

menuntut adil dalam masalah perasaan karena perasaan tidak bisa dihitung, perasaan tidak dapat dikuantifikasi.13 Menurutnya, keadilan yang dituntut pada kegiatan poligami oleh Islam adalah sesuatu hal yang dapat dikuantifikasikan. Maka, konsep keadilan pada perilaku poligami di Indonesia memang masih cukup bias dan menjadi perdebatan.

Kerap kali kubu yang kontra terhadap poligami memakai penggalan ayat quran pada Q.S. An-Nisa’ ayat 129 yang berbunyi:

وُعيِطَتْسَت نَلَو

ۖ

ا

ۖ

اوُلِدْعَ ت نَأ

ۖ

َْيَْ ب

اَسِّنلٱ

ۖ

ْمُتْصَرَح ْوَلَو ِء

ۖ

َلََف

اوُليَِتَ

ۖ

ِةَقَّلَعُمْلٱَك اَهوُرَذَتَ ف ِلْيَمْلٱ َّلُك

ۖ

اوُحِلْصُت نِإَو

ۖ

اوُقَّ تَ تَو

ۖ

ا ميِحَّر ا روُفَغ َناَك َهَّللٱ َّنِإَف

Artinya : “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat adil di antara isteri-isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin menanyakan demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu memperbaiki dan memperbaiki diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”14

Yang dapat berarti poligami tidak bisa direstui karena ketidak sanggupan manusia dalam berbuat adil. Pendapat ini,

13 VICE Indonesia, “Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga”, (https://www.youtube.com/watch?v=d3_hPhIX_Js, Diakses pada 10 Desember 2020)

(23)

tidak dapat diterima, karena ayat ini tidak berhenti di tempat para penganut pendapat ini berhenti, tetapi berlanjut dengan menyatakan karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai). Sehingga penggalan dari ayat ini menunjukkan kebolehan poligami walau keadilan mutlak tidak dapat diwujudkan.15

Sebagaimana disebutkan diatas, yang tidak mungkin dapat diwujudkan di sini adalah keadilan dalam cinta atu suka berdasarkan perasaan, sedang suka yang berdasarkan akal, dapat diusahakan manusia, yakni memperlakukan istri dengan baik, membiasakan diri dengan kekurangan-kekurangannya, memandang semua aspek yang ada padanya, bukan hanya aspek keburukannya.16

VICE Indonesia adalah salah satu media yang berani menggambarkan konsep keadilan dalam praktik poligami di Indonesia dan menayangkannya sebagai media informasi komunikasi massa kepada khalayak. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa penulis mengambil judul “Semiotika Propaganda Pada Film Dokumenter Vice Indonesia “Polemik Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga””.

Pertama, konten video dari film dokumenter Vice Indonesia yang berjudul “Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga” menarik untuk diteliti karena pembahasan

15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian

Al-Quran Vol.2, (Tangerang: Lentera Hati, 2002), Cetakan 1, Hal. 607

16 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian

(24)

poligami yang cukup tabu di Indonesia dan selalu menimbulkan pro-kontra. Mengutip dari Republika, Menteri Agama periode 2014-2019 Lukman Hakim Syaifudin mengatakan banyak tafsir terkait dengan poligami terkait kontroversi yang muncul oleh pernyataan imam besar Al-Azhar Mesir, Ahmed Al-Tayeb yang mengatakan poligami bisa menjadi ketidak adilan bagi perempuan dan anak-anak. Lukman Hakim mengatakan bahwa didalam tafsir ada yang setuju dengan poligami ataupun sebaliknya.17

Kedua, peneliti melihat adanya dua pandangan pada film dokumenter ini, Riski yang menjadi narasumber pada film dokumenter ini yang disebutkan sebagai wajah modern poligami Indonesia. Riski mencoba untuk memberikan suntikan ideologi mengenai dukungan kegiatan poligami yang ditunjukkan dalam kegiatan konverensi poligami dengan tema “Poligami Syar’i di Era Kekinian” yang diadakan oleh Forum Keluarga Poligami Sakinah (FKPS). FKPS adalah sebuah forum yang berbadan hukum legal dan memiliki hubungan dengan Yayasan Keluarga Samara Indonesia (YKSI). Anggota FKPS diisi dengan laki-laki dan perempuan yang pada umumnya sudah menikah. Forum ini cukup aktif untuk

17 Nashrullah, Nashih. (2019, Maret 04). Pro-Kontra Poligami, Menag:

Hormati, Jangan Saling Salahkan. Retreved from: Republika.co.id:

(

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam- nusantara/pnugnm320/prokontra-poligami-menag-hormati-jangan-saling-salahkan) (diakses pada 14/04/21 pukul 10:12)

(25)

mengampanyekan ideologi poligami serta rata-rata anggota FKPS merupakan keluarga poligami.18

Ketiga, Penulis melihat adanya tehnik propaganda yang bisa dilakukan karena media seperti yang disebutkan oleh Nurudin, bahwa media massa dan film merupakan media propaganda yang efektif dan mudah dikonsumsi oleh banyak khalayak.19

Dari latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas, peneliti mencoba untuk meneliti dan mengambil judul “Semiotika Propaganda Pada Film Dokumenter Vice Indonesia “Polemik Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga”.

B. Identifikasi Masalah

Dari semua masalah, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Adanya teknik propaganda pada film dokumenter VICE Indonesia episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.

2. Adanya pro kontra terhadap isu poligami yang ditampilkan di YouTube VICE Indonesia

3. Film dokumenter VICE Indonesia (Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga) yang dirasa perlu di jabarkan guna

18 Mar, Git. (2019, Maret 11). Poligami di Indonesia: Kritik Praktek

atau Kritik Syari’at?. Retreved from: medium.com:

( https://medium.com/@gits/poligami-di-indonesia-kritik-praktek-atau-kritik-syariat-f46fa25e7dc3) (diakses pada 14/04/21 pukul 11.15)

19 Nurudin. (2002). Komunikasi Propaganda. Bandung: Remaja Rosdakarya, Hal. 35-37

(26)

menjelaskan makna yang terkandung dalam poin dari narasumber.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini menganalisa berdasarkan unsur Audio dan Visual yang terdapat pada film dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga Maka dari itu pembatasan permasalahan yang diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana teknik propaganda yang dilakukan pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga melalui analisis semiotika?

2. Bagaimana Representament yang terdapat pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga?

3. Bagaimana Object yang terdapat pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga?

4. Bagaimana Interpretant yang terdapat pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

(27)

a. Untuk mengetahui teknik propaganda yang dilakukan pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.

b. Untuk mengetahui Representament yang terdapat pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga? c. Untuk mengetahui Object yang terdapat pada Film

Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga?

d. Untuk mengetahui Interpretant yang terdapat pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga? 2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan, sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan kajian dan rujukan guna memberikan kontribusi bagi khasanah akademik kepada Ilmu Komunikasi, khususnya pada bidang Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yakni berupa Analisis semiotika yang dapat digunakan untuk menganalisis sebuah film dokumenter atas struktur dan konsep yang ada dalam film berupa simbol, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal yang memiliki makna masing-masing dan

(28)

dapat mempresentasikan sesuatu yang dapat dianalisis menggunakan metode semiotika yang dikemukakan Charles Sanders Peirce.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran dalam membaca makna atau pesan eksplisit atau implisit yang terjadi dalam sebuah film. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktis perfilman dan masyarakat, praktisi komunikasi dan tentunya mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini juga untuk memberikan masukan dan menambah wawasan dan dakwah melalui sebuah media film dalam mengemas nilai-nilai kebaikan yang berhubungan erat dengan nilai keagamaan yang menjadikan sebuah kajian.

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Konstruktivisme. Paradigma Konstruktivisme ini memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi realitas sosial yang terbentuk dari hasil konstruksi. Sehingga paradigma ini berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang

(29)

diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena memungkinkan peneliti untuk menginterpretasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistic (utuh) dengan menggunakan kata-kata tanpa harus bergantung pada sebuah angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bodgan dan Taylor yang mengemukakan pendekatan kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh). Jadi tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Metode riset kualitatif ini menggunakan metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce yaitu studi tentang tingkatan makna terbagi menjadi tiga yaitu ikon, indeks, dan simbol. Kemudian penelitian ini menggunakan teori Stuart Hall Peirce yang dikenal dengan teori representasi. Peirce menyebut tanda sebagai representamen. Konsep, benda, gagasan dan seterusnya, yang diacunya sebagai objek. Makna (impresi, kogitasi,

(30)

perasaan, dan seterusnya) yang diperoleh dari sebuah tanda oleh Peirce diberi istilah interpretan. Dan peneliti menambahkan teori tehnik propaganda yang meliputi : Name Calling, Transfer, Testimonial, Glittering Generalities, Card Stacking, Plain Folks, Bandwagon. Melalui analisis ini, dapat membantu peneliti untuk mengetahui tentang isi film dan bagaimana pesan tersebut disampaikan lewat film dokumenter VICE Indonesia (Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga). 3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah film dokumenter VICE Indonesia (Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga), sedangkan objek penelitiannya ini adalah meneliti teori propaganda yang terdapat pada film dokumenter VICE Indonesia (Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga) dengan penggunaan analisa semiotika Charless Sander Pierce berupa Representament, Object, dan Interpretant yang terdapat pada unit analisis. 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Segi cara atau Teknik pengumpulan data, maka Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui dua metode, yaitu :

(31)

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Maka dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara mendalam dengan melihat setiap cuplikan dari film dokumenter “Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga“. Kemudian peneliti mencatat dan memilih beberapa adegan yang penting dimana inti dari permasalahan yang telah dirumuskan kemudian dianalisis menggunakan teori dan metode yang telah ditentukan.

b. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel jika didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan. Pada penelitian ini penulis mengumpulkan dokumen yang terkait dengan film dokumenter “ Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga “ diantaranya adakah Salinan film bentuk, softcopy, beberapa review, resensi, dan literatur film dari internet, atau media lainnya serta menggunakan buku-buku yang relevan dengan penelitian. Juga dengan adanya data primer yang berupa film yang diteliti yaitu film dokumenter “ Polemik Poligami di

(32)

Indonesia: Berbagi Surga “ yang dilihat atau ditonton melalui YouTube dengan menonton sekaligus mengamati setiap adegan yang cocok untuk diteliti dan analisis. Juga mengumpulkan melalui data sekunder dengan berbagai referensi di internet seperti artikel yang berkaitan dengan film dokumenter “Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga “.

c. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkan dengan alat perekam (tape recorder).20 Dalam konteks ini, peneliti melakukan wawancara dengan pihak produser film dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga.

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model analisis semiotik Charles S. Peirce. Menurut Peirce, semiotika memiliki tiga elemen utama atau triangle meaning yaitu tanda (Representament), acuan tanda (Object), dan pengguna tanda (Interpretant).21

a. Tanda (Representament)

20 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik

Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1995), cet. Ke-1, h.68.

21 Rachmat Krisyantono. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2006). Hal. 267.

(33)

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia. Tanda merupakan sesuatu yang merujuk atau merepresentasikan hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut dengan objek. b. Acuan Tanda (Object)

Acuan tanda merupakan konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

c. Pengguna Tanda (Interpretant)

Pengguna tanda merupakan konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

Analisis semiotik Peirce bersifat subjektif. Peneliti berdiri seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang diriset. Peneliti harus menyertakan konteks sosial dan budaya. Teori-teori, konsep-konsep, dan data-data untuk menjelaskan analisis dan interpretasinya.22

F. Tinjauan Pustaka

Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka No Peneliti Judul Penelitian Unit

Analisis Persamaan Perbedaan 1 Fazrin Sakhwan (2016) Semiotika Propaganda Dalam Film Bruce Almighty Film Bruce Almighty Analisis Propaganda melalui studi Semiotika Unit analisis yang berbeda. Penulis melakukan analisis pada film documenter

22 Rachmat Krisyantono. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2006). Hal. 269

(34)

VICE Indonesia 2 Mamik Sarmiki (2015) Propaganda Media Dalam Bentuk Kekerasan Terbuka (Studi Semiotika Terhadap Film Pengkhianatan G30SPKI) Film Pengkhiana tan G30 SPKI Analisis Propaganda memalui Semiotika Unit analisis yang berbeda. Penulis melakukan analisis pada film dokumenter VICE Indonesia 3 Wiwi Alawiyah (2016) Makna Pesan Propaganda Komunikasi Politik Tentang Islam Dalam Film 3 (Alif, Lam, Mim) Film 3 (Alif, Lam, Mim) Penggunaan Tekhnik analisis Propaganda Unit Analisis yang dikaji Penulis adalah film documenter VICE Indonesia G. Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi ini akan dilakukan dengan menggunakan sitem penulisan 6 bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian bab I, berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan dari penilitan yang akan diteliti

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II akan membahas tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori tersebut adalah teori Semiotika dan teori propaganda.

(35)

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab III membahas tentang gambaran umum mengenai media swasta Indonesia yakni VICE Indonesia dan gambaran deskriptif tentang salah satu film dokumenter episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Bab ini berupa penyajian data dan temuan penelitian terkait semiotika propaganda yang ditampilkan oleh VICE Indonesia pada film dokumenternya di episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang, teori dan rumusan teori baru dari penelitian.

BAB VI PENUTUP

Pada bab akhir skripsi ini penulis akan menjelaskan kesimpulan yang diambil dari uraian materi di atas, serta meminta kritik dan saran agar menjadi masukan bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(36)

23 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Propaganda 1. Pengertian Propaganda

Teori Propaganda merupakan paduan antara ide – ide aliran behaviorisme dan freudianisme yang menjadikan sebuah visi media yang sangat pesimis dan berperan dalam tatanan social modern. Harold D. Laswell menjelaskan bahwa propaganda lebih dari sekedar memanfaatkan media dengan tujuan membohongi publik agar dapat mengontrol publik untuk sementara waktu.

1

Mengutip Gun Gun Heryanto, Harold D. Laswell mendefinisikan propaganda sebagai alat atau tehnik memengaruhi tindakan publik dengan manipulasi secara lisan, tulisan, gambar, musik atau yang lainnya. Sehingga publisitas serta periklanan termasuk dalam wilayah propaganda. Propaganda berasal dari kata “propagare” yang awalnya digunakan untuk menyebarkan dan menyemai keimanan umat Kristiani di antara bangsa-bangsa lain.2 Kemudian muncul definisi propaganda lainnya. Menurut Dan Nimmo menjelaskan propaganda adalah bentuk karakter dasar sebagai pembeda antara

1 Stanley J Baran, dkk. Teori Dasar Komunikasi Pergolakan Dan Masa

Depan Massa. (Jakarta: Salemba Humanika. 2010), hal. 104-105

2 Gun Gun Heryanto. Media Komunikasi Politik. (Yogyakarta: IRCiSoD. 2018) hal. 333

(37)

propaganda dan ruang-ruang komunikasi lainnya. Menurut Nimmo, karakteristik utama propaganda adalah komunikasi satu kepada banyak.3

Mengutip dari Kunandar, Aloliliweri menjelaskan bahwa propaganda memiliki 3 tujuan, di antaranya: (Mahmudi 2013)

a. Mempengaruhi Opini Publik

Salah satu tujuan propaganda adalah merubah pandangan umum publik dari sesuatu yang akan diikuti melalui tindakan yang sesuai dengan pendapat tersebut. Propaganda bertujuan untuk mengomunikasikan fakta-fakta yang bias mempengaruhi opini publik terhadap isu tersebut.

b. Memanipulasi Emosi

Kegiatan propagfanda dilakukan dengan tekhnik memanipulasi emosi bahkan sampai dilakukan dengan tehnik yang membahayakan propagandis untuk mencapai tujuan propaganda yakni memanipulasi emosi publik dari suka ke-tidak suka atau sebaliknya. c. Menggalang Dukungan atau Penolakan

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa tujuan propaganda adalah merubah perilaku melalui manipulasi emosi dengan tujuan untuk mendukung atau menolak suatu isu tertentu.

3 Dan Nimmo. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Hal. 124

(38)

2. Jenis – Jenis Propaganda

Dalam buku Gun Gun Heryanto, menurut Ellul propaganda dibagi dalam beberapa jenis diantaranya:4 a. Propaganda Politik

Propaganda yang dilakukan melalui imbauan khas berjangka pendek yang biasanya melibatkan usaha-usaha pemerintah, partai, atau golongan yang berpengaruh supaya mencapai suatu tujuan strategis. Propaganda politik bias merupakan kegiatan komunikasi politik yang dilakukan secara terencana dan sistematis dengan memanipulasi emosi untuk memengaruhi, membentuk, atau membina opini publik. b. Propaganda Sosial

Propaganda sosial berlangsung secara berangsur-angsur dengan sifat yang merembes ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial atau politik. Propaganda sosial bertujuan untuk menyuntuk suatu cara hidup atau ideologi dengan hasil suatu konsep umum tentang masyarakat yang setia dipatuhi oleh setiap orangnya, adapun orang yang tidak mematuhi dianggap sebagai penyimpang.

c. Propaganda Agitasi

Propaganda Agitasi bertujuan untuk memengaruhi orang atau publik agar bersedia memberikan pengorbanan yang besar untuk suatu

4 Gun Gun Heryanto. Komunikasi Politik Sebuah Pengantar. (Bogor: Ghalia Indonesia. 2013) Hal. 77-80.

(39)

tujuan hingga mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita. Propaganda Agitasi diisi dengan doktrin bahkan usaha cuci otak untuk mendapatkan loyalitas dari target propaganda. Agitasi juga berarti hasutan kepada orang banyak yang dilakukan oleh tokoh atau aktivis politik untuk melakukan gerakan politik.

d. Propaganda Integrasi

Propaganda integrasi adalah propaganda dengan menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Dengan propaganda integrasi, orang-orang akan mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun. Sehingga propaganda ini berorientasi pada loyalitas jangka panjang dalam suatu rentang yang panjang dan bertahap.

e. Propaganda Horizontal

Propaganda horizontal berlangsung didalam kelompok dengan mengandalkan komunikasi interpersonal yang bersifat biologis. Menurut Ellul, Propaganda horizontal merupakan propaganda yang dilakukan seorang pemimpin suatu organisasi atau kelompok kepada anggota melalui tatap muka atau komunikasi antar personal, biasanya tidak mengandalkan media massa

(40)

Propaganda Vertikal adalah propaganda yang memanfaatkan kanal-kanal yang bersifat one to many communication dalam waktu serentak. Propagandis berupaya memaksimalkan saluran-saluran yang dalam waktu cepat akan mudah menjangkau khalayak atau sasaran.

3. Tekhnik Propaganda

Untuk menjalankan propaganda, tentunya harus ada tekhnik-tekhnik untuk menyebar isu yang di propagandakan. Menurut Dan Nimmo ada 7 tekhnik propaganda penting untuk tujuan persuasif, diantaranya adalah:5

a. Name Calling

Name Calling adalah tekhnik propaganda dengan memberikan label buruk dengan tujuan agar publik menolak ide tertentu tanpa mengoreksinya atau memeriksanya terlebih dahulu

b. Glittering Generalities

Glittering Generalities adalah tekhnik propaganda dengan mengasosiasikan sesuatu melalui kata bijak yang digunakan untuk membuat publik menerima dan menyetujui ide tertentu tanpa mengoreksi atau memeriksanya terlebih dahulu.

c. Transfer

5 Dan Nimmo. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011), Hal. 31

(41)

Transfer adalah tekhnik propaganda meliputi kekuasaan sanksi dan pengaruh suatu hal yang lebih dihormati agar membuat suatu ide bias diterima d. Testimonial

Testimonial adalah tekhnik propaganda yang berisi perkataan orang yang dihormati atau dibenci, bahwa suatu ide, program atau produk adalah baik atau buruk. Propaganda testimonial sering digunakan dalam kegiatan komersial dan juga dalam kegiatan politik. e. Plain Folk

Plain Folk adalah tekhnik propaganda dengan menggunakan cara memberi identifikasi terhadap suatu ide. Tekhnik propaganda Plain Folk mengidentikan sasaran propaganda milik atau mengabdi pada komunikan

f. Card Stacking

Card Stacking adalah tekhnik propaganda meliputi seleksi dan penggunaan fakta, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terbaik atau terburuk suatu gagasan, program, manusia dan barang.

g. Bandwagon Technique

Bandwagon Technique adalah tekhnik propaganda untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan sehingga publik akan turut naik.

(42)

4. Media Propaganda

Faktor yang mendukung propaganda salah satunya adalah media yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu ide atau gagasan kepada publik. Berikut ini adalah media yang digunakan dalam kegiatan propaganda menurut Nurudin:6

a. Media Massa

Media massa yang dimaksud dalam media propaganda adalah media elektronik dan cetak. Karena keunggulan dari media massa bias menjangkau khalayak luas, sehingga pesan propaganda akan lebih efektif untuk disebarluaskan. b. Buku

Buku merupakan salah satu media propaganda yang tidak kalah efektif karena dapat mempengaruhi pemikiran orang sehingga dapat mempengaruhi perilaku.

c. Film

Film dapat dijadikan sebagai media propaganda karena didukung dengan konsep berupa audio dan visual yang menarik sehingga pesan propaganda dapat dengan mudah diterima oleh publik

d. Selebaran

6 Nurudin. Komunikasi Propaganda. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002), Hal. 35-37

(43)

Selebaran digunakan oleh kelompok tertentu yang ada di masyarakat dalam memengaruhi kebijakan publik yang diciptakan pemerintah.

B. Teori Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Semiotika merupakan ilmu yang membahas tentang tanda-tanda. Menurut Preminger, ilmu semiotika menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat serta budaya merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari tentang sistem-sistem, konvensi-konvensi, dan aturan aturan yang kemungkinan tanda-tanda tersebut memiliki arti.7

Analisis semiotika bertujuan untuk menemukan makna tanda termasuk yang tersembunyi dibalik sebuah tanda seperti teks, iklan, berita. Yang dimaksud tanda bisa bermakna sangat luas. Menurut Peirce, tanda dibedakan atas lambang (symbol), Ikon (icon), dan indeks (index).8 a. Lambang

Lambang adalah tanda yang dibentuk karena adanya consensus dari para pengguna tanda tersebut. Seperti penggunaan warna merah bagi masyarakat Indonesia

7 Rachmat Krisyantono. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2006). Hal. 265.

8 Rachmat Krisyantono. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2006). Hal. 266

(44)

yang merupakan lambang keberanian. Namun, arti warna merah belum tentu sama di negara lainnya. b. Ikon

Ikon merupakan bentuk tanda yang dalam berbagai bentuk menyerupai tanda tersebut. Contohnya adalah pada penggunaan logo

c. Indeks

Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan langsung dengan objek. Indeks seperti misalnya, “asap merupakan indeks dari adanya api”

2. Semiotika Charles Sanders Peirce

Pada penelitian kali ini, peneliti ingin menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce karena yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda tak hanya Bahasa dan system. Pada teori Peirce sering dikenal dengan teori segitiga maknanya adalah (triangle meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga element utama yang terdiri dari: Tanda (Sign), Tanda (Object), Pengguna tanda (Interpretant).

Dalam penelitiannya peirce menggolongkan tanda menjadi tiga titik dalam segitiga yang disebut juga sebagai signifikasi. Dengan demikian tanda atau representamen memiliki relasis triadic dengan interpretan dan objeknya.9 Pemaknaan tanda yang dilakukannya berkaitan antara representamen dan objek didasari oleh pemikiran bahwa

9 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 18.

(45)

objek tidak selalu sama dengan realitas yang diberikan representamen.

Bagi Peirce, tanda (representamen) ialah sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretan. Jadi interpretan ialah pemahaman terjadi berkat ground, yaiut pengetahuan tentang system tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan Peirce dengan nama segitiga semiotik.10

Gambar 2.1

Teori Triadik Charles Sanders Peirce

Peirce membagi tiga tahapan tanda, dimulai dari penyerapan aspek tanda atau representamen melalui panca indra. Tahap kedua, mengaitkan secara representament

10 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h.12.

(46)

dengan pengalaman kognisi manusia yang disebut object. Tahap ketiga menafsirkan objek sesuai dengan keinginannya yang disebut interpretant.11

Model segitiga Peirce memperlihatkan masing- masing titik dihubungkan oleh garis dengan dua arah, yang artinya setiap istilah dapat dimengerti hanya dalam hubungan satu dengan yang lainnya. Peirce memakai sebutan yang berbeda untuk memaparkan fungsi tanda, menurutnya merupakan proses konseptual, terus berlangsung bagaikan semiosis tidak terbatas. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang. Hingga munculkah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.

Sebuah tanda mempunyai dua aspek yang dianggap indra yang seringkali disebut sebagai signifier yaitu bidang penanda atau bentuk. Aspek lainnya yaitu signified adalah bidang pertanda atau konsep ataupun makna. Aspek kedua tersebut terkandung dalam aspek pertama. Pertanda merupakan konsep yang dipresentasikan oleh aspek pertama. Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diunkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna.12

11 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h.115.

12 Sumbmo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h.13.

(47)

Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut lemah dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata “air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

Peirce membagi tanda menjadi ikon (icon), indeks (index), symbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya. Berikut tipoology tanda Peirce:

a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance) sebagaimaa dikenali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubungan antara representamen terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas.

b. Indeks adalah tanda yang memiiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, actual, dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal.

c. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi

(48)

sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah symbol-simbol.13 Jenis

Tanda

Ditandai

Dengan Contoh Proses Kerja

Ikon - Persamaan (Kesamaan) - Kemiripan Gambar, Foto dan Patung Dilihat Indeks - Hubungan sebab akibat - Keterkaitan - Asap > Api - Gejala > Penyakit Diperkirakan Simbol - Konvensi - Kesepakatan Sosial - Kata-kata - Isyarat Dipelajari

Tabel 2. 1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya Dari sudut pandang Charles Sanders Peirce ini, proses signifikan bisa saja menghasilkan rangkaian hubungan yang itdak berkesudahan, sehingga pada gilirannya sebuah interpretant akan menjadi representamen, menjadi interpretant lagi, jadi representamen lagi dan seterusnya

Selain itu, peirce juga menmilah-milah apa saja tipe tanda yang cocok untuk menjadi kategori lanjutan, yakni kategori firstness, secondness, thirdness. Tipe-tipe tanda

13 Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi

Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media,

(49)

tersebut meliputi: qualisign, sinsign, lehisign. Begitu juga interpretant dibedakan menjadi rema (rheme) yakni penafsiran yang masih bersifat kemungkinan, tanda disen (dicent sign) yang merupakan suatu penafsiran apabila sudah memiliki kebenaran, dan argument (argument) yang merupakan kebenaran suatu tanda yang ditafsirkan sudah sesuai dengan konsep dan aturan secara umum. Dari berbagai kemungkinan persilangan diantara seluruh tipe tanda ini tentu dapat dihasilkan berpuluh-puluh kombinasi yang kompleks.14

C. Konsep Film

1. Pengertian Film

Film merupakan rangkaian imaji fotografi yang diproyeksikan ke layer dalam sebuah ruangan gelap. Definisi tersebut merupakan sebuah penjelasan sederhana atas fenomena gambar bergerak yang terlihat dalam bioskop. Film, secara umum dapat dibagi menjadi dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling terkait satu sama lain. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sedangkan unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya.15

Dapat disimpulkan bahwasannya film merupakan rangkaian beberapa gambar dan suara yang tersusun dari

14 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h.34.

15 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h.1.

(50)

banyaknya gambar sehingga membuatnya tampak hidup atau bergerak dan diikat dalam sebuah cerita. Oleh karenanya saat ini banyak orang-orang menggunakan film sebagai alat komunikasi dan tidak semata untuk hiburan saja.

2. Jenis-Jenis Film

Film secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Film Dokumenter

Hal yang menjadi kunci utama pada film documenter adalah penyajiannya yang berupa fakta. Film documenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, melainkan merekam peristiwa yang sungguh terjadi atau otentik.16 Dalam film documenter menyajikan fakta yaitu kenyataan yang sebenar-benarnya terjadi mengenai kehidupan yang biasanya ada di masyarakat.

b. Film Fiksi

Film fiksi yang seringkali terjadi menggunakan symbol-simbol personal yang seseorang ciptakan dengan imajinasinya sendiri. Film fiksi terikat oleh plot. Film fiksi relative lebih kompleks disbanding dua jenis film lainnya, baik masa pra-produksi, produksi, maupun pasca produksi. Biasanya, film fiksi

(51)

menggunakan perlengkapan yang lebih banyak, bervariasi, serta mahal. Film fiksi berada pada dua kutub, yaitu nyata dan abstrak.17

c. Film Eksperimental

Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Biasanya struktur tersebut sangat dipengaruhi oleh insting subjektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Para sineas eksperimental umumnya bekerja di luar industry film utama (mainstream) dan bekerja pada studio independent atau perorangan.18

Selain ketiga kategori utama tersebut, film dapat dibedakan berdasarkan cerita, orientasi pembuatannya, dan genrenya sebagai berikut:

a) Berdasarkan cerita, film dapat dibedakan menjadi dua, yaitu film fiksi dan non-fiksi. Film fiksi merupakan film yang dibuat berdasarkan pada kejadian nyata. Sedangkan film non-fiksi merupakan film yang didasari oleh suatu kejadian yang benar-benar terjadi.

b) Berdasarkan orientasi pembuatannya, film dapat digolongkan dalam film komersial dan film non-komersial. Orientasi dari film komersial dalam pembuatannya adalah bisnis dan mengejar keuntungan. Dan orientasi film non-komersial

17 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 6. 18 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 6.

(52)

adalah bukan dalam rangka mengerjar target keuntungan melainkan murni sebagai seni dalam menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan.

Berdasarkan genre film, terdapat beragam genre film yang biasa diperkenalkan kepada masyarakat selama ini, yaitu action, komedi, drama, petualangan, epic, musical, perang, science fiction, pop, horror, gangster, thriller, fantasi, dan disaster.19

19 Apriandi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 113-115.

(53)

40 BAB III

GAMBARAN UMUM

B. Sekilas Tentang Film Polemik Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga

Gambar 3. 1 Thumbnail Video Dokumenter VICE Indonesia

Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga, merupakan sebuah karya jurnalistik berupa film dokumenter yang di produksi oleh VICE Indonesia. Film dokumenter ini merupakan salah satu episode dari program VICE Indonesia, yaitu Indonesia Riot. Indonesia Riot merupakan program yang membahas dan menyelami secara mendalam mengenai budaya-budaya yang unik, aneh, dan menakjubkan yang mewarnai Indoneisa, seperti yang terlansir dalam kanal YouTube mereka, Indonesia Riot is a deep dive into the weird, wild, and wonderful cultures that make up modern Indonesia.

1

1 VICE Indonesia, tentang Indonesia Riot,

(54)

Sejak ditayangkan pada 16 September 2018 hingga saat penelitian ini dibuat, viewers yang dihasilkan dari film besutan VICE Indonesia ini sudah mencapai 1.4 juta penonton.2 Film dokumenter berdurasi 24 menit tersebut menyajikan konsep dokumenter yang mengajak audience untuk mengikuti kegiatan dari host Arzia Wargadiredja menelusuri serba-serbi dari Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.

Film dokumenter ini bercerita tentang kisah praktisi poligami bernama Riski Ramdani yang membuat seminar mengenai poligami dan merupakan suami dari 2 istri yang bernama Dwi Rosilawati dan Rima Sarah. Riski menceritakan tentang alasan dia melakukan poligami dan menjabarkan informasi seputar poligami.

Narasi dibuka dengan pernyataan atas seorang pria pelaku poligami yaitu Riski berstatement “Allah Konfig manusia itu, lelaki itu untuk kemungkinan menyukai lebih dari satu wanita”. Statement yang memiliki konteks serupa pun di keluarkan oleh narasumber wanita yang merupakan istri dari Riski “fitrahnya perempuan itu kan memang Allah tetapkan rasa cemburu, barang siapa yang bersabar. Maka akan mendapatkan pahala syahid baginya”. Pihak istri dari Riski yang merupakan pelaku poligami juga dihadirkan dalam wawancara tersebut yakni Dwi Rosilawati dan Nina Nurmila.

2 VICE Indonesia, Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga, (https://www.youtube.com/watch?v=d3_hPhIX_Js, diakses pada 19 April 2021).

(55)

Tidak sampai situ, pihak Vice juga menghadirkan dari sisi yang pada kasus ini menjadi korban dari tindakan poligami.

Narasi kontradiksi atas statement pelaku poligami juga dihadirkan dalam narasi pembuka. Seorang ibu rumah tangga yang tidak ingin disebutkan namanya menjadi sumber informasi melalui perspektif negatif perihal poligami yang dialaminya. Beliau menuturkan ketika awal mula mendapatkan informasi jika suaminya melakukan poligami dan menuturkan alasan yang menurutnya tidak masuk akal dan terlalu banyak celah yang bisa disanggah tentang konsep poligami. Statement atas ketidak sukaan perlakuan poligami yang ia alami juga dijelaskan pada narasi pembuka film dokumenter tersebut dimana beliau mengatakan “emangnya kita masuk surga itu hanya kita dipoligami? Ibadah harus menyakitkan kita sih? Apakah ngga ada ibadah yang lain?”

Adegan pertengahan diisi dengan Riski yang membawa seluruh Istri – istri dan anak-anaknya untuk berjalan bersama ke sebuah tempat wisata. Adegan diisi dengan wawancara empat mata antara Riski dengan reporter VICE dan juga para istri – istrinya.

Kemudian diakhiri dengan wawancara mengenai konsep poligami oleh salah seorang pengamat poligami yang bernama Nina Nurmila. Pembahasan mengacu kepada konsep dan makna adil yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki yang dimana itu sangat sulit dicapai bagi seorang manusia bisa berlaku adil. Dan diakhiri dengan scene yang menyatakan pendapat tentang poligami.

(56)

C. Gambaran Umum VICE Indonesia

VICE merupakan media digital dan perusahaan penyiaran Amerika-Kanada. Berkembang dari majalah vice, awalnya berbasis di Montreal dan didirikan bersama oleh Suroosh Alvi, Shane Smith, dan Gavin McInnes. Vice mengembangkan fokus pada media remaja dan dewasa muda yang memiliki fokus konten pada gaya hidup, seni, budaya, dan berita atau politik. Didirikan tahun 1994 di Montreal sebagai majalah punk alternatif, para pendirinya kemudian meluncurkan perusahaan media muda Vice Media. Vice Media memiliki beberapa divisi dalam penyebaran informasi, diantaranya terdapat majalah cetak, situs web, unit berita penyiaran, perusahaan produksi film, label rekaman, dan jejak penerbitan.3

Kemudian pada November 2016, lahirlah anak perusahaan dari Vice Media, yaitu Vice.id atau Vice Indonesia. Vice Indonesia merupakan salah satu media berbasis online yang memuat berbagai macam konten, mulai dari gaya hidup, teknologi, isu politik, sampai agama. Media ini juga didirikan oleh Suroosh Alvi dan Shane Smith, sehingga konten yang dimuat pun harus tetap mengikuti karakter dari Vice Media.4

Vice Indonesia mengusung dua bahasa dalam konten-kontennya, yaitu Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Media ini pun berfokus pada dua platform digital utama, yaitu di situs

3Pareene,"ViceMedia",https://en.wikipedia.org/wiki/Vice_Media#cite _note-5. (diakses pada 19 April 2021).

4Vice,"All about Vice Media",

Gambar

Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka  No  Peneliti  Judul Penelitian  Unit
Tabel 2. 1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya  Dari  sudut  pandang  Charles  Sanders  Peirce  ini,  proses  signifikan  bisa  saja  menghasilkan  rangkaian  hubungan  yang  itdak  berkesudahan,  sehingga  pada  gilirannya  sebuah  interpretant  akan  menjadi
Gambar 3. 1 Thumbnail Video Dokumenter VICE  Indonesia
Gambar 4. 2 Komentar di Kanal YouTube VICE Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hipotesis kognitif α = 0,00<0,05, artinya ada pengaruh yang signifikan antara kognitif kemampuan matematis tinggi dengan kemampuan matematis rendah. Kemampuan

Indikator kinerja daerah dalam RPJMD Kabupaten Wakatobi tahun 2012-2016 dijadikan dasar oleh SKPD dalam pencapaian target kinerja program dan kegiatan pembangunan

TAHAP 3 TAHUN 2011

Dengan membandingkan estimasi harga obligasi dengan pengaruh konveksitas berdasarkan Macaulay Duration dan Exponential Duration pada data obligasi yang diterbitkan pada

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan yang terbaik untuk tanaman gaharu adalah 25-50 g cocopeat yang dicampur dengan 50 g pupuk kandang merupakan yang terbaik

Didalam hukum Islam perbuatan kebakaran hutan merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara‟ sehingga aturan mengenai sanksi hukuman terhadap pelakunya sudah diatur

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh dari penggunaan strategi pembelajaran terhadap kreativitas belajar siswa

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pemberian Insentif Pemungutan Retribusi Daerah