• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kusno Ferianto 1, Hanim Nur Faizah 2. Kata kunci: Pendidikan Seksual, Metode Snakes and Ladders, Pengetahuan Underwear Rule.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kusno Ferianto 1, Hanim Nur Faizah 2. Kata kunci: Pendidikan Seksual, Metode Snakes and Ladders, Pengetahuan Underwear Rule."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL DENGAN METODE SNAKES AND LADDERS TERHADAP PENGETAHUAN UNDERWEAR RULE

PADA SISWA KELAS 1 DI SDN KEBONSARI 1 TUBAN (The Effect of Sex Education with Snakes and Ladders Method towards

Knowledge of The Underwear Rule among First Grade Students of Kebonsari 1 Elementary School Tuban)

Kusno Ferianto1, Hanim Nur Faizah2

1,2

Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

ABSTRAK

Pendahuluan: Underwear Rule merupakan petunjuk sederhana untuk membantu orangtua dalam

menjelaskan tentang pendidikan seksual kepada anak. Survei awal menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Underwear Rule pada siswa kelas 1 masih rendah. Penelitian ini menggunakan salah satu metode promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Underwear Rule yaitu metode snakes and ladders. Metode ini adalah metode bermain yang menyenangkan dan mudah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode snakes and ladders terhadap pengetahuan Underwear Rule. Metode: Penelitian ini menggunakan pra experimental desain dengan metode pre and post test without control. Sampel berjumlah 51 responden dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Variabel independen adalah pendidikan seksual dengan metode snakes and ladders sebagai perlakuan dan variabel dependen adalah pengetahuan Underwear Rule yang dinilai dengan wawancara terstruktur. Hasil dan Analisis: Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup sebelum perlakuan dan hampir seluruh responden memiliki pengetahuan baik setelah perlakuan, maka H1 diterima yang berarti ada pengaruh pendidikan seksual dengan metode snakes and ladders terhadap pengetahuan Underwear Rule berdasarkan hasil analisis uji wilcoxon diperoleh nilai ρ (0,000) ≤ α (0,05). Simpulan dan Saran: Saran untuk sekolah diharapkan dapat menerapkan metode snakes and ladders terhadap pengetahuan Underwear Rule secara berkala.

Kata kunci: Pendidikan Seksual, Metode Snakes and Ladders, Pengetahuan Underwear Rule. ABSTRACT

Introduction: The Underwear Rule is a simple guide to help parents explain about sex education to

children. The initial survey revealed that knowledge of The Underwear Rule among first grade students were still low. This research used one of methods of health promotion to increase knowledge of The Underwear Rule was snakes and ladders method. This method is fun and easy to play. The purpose of this research was to determine the effect of a snakes and ladders method towards knowledge of The Underwear Rule. Method: This research used pre-experimental design with pre and post test without control method. The samples were 51 respondents gathered by using simple random sampling technique. The independent variable was sex education with snakes and ladders method as intervention and the dependent variable was knowledge of The Underwear Rule was assessed by structured interview. Result and Analyzed: The research result revealed many of the respondents had fair knowledge in pre-test and almost all respondents had good knowledge in post-test, so H1 was accepted that mean there was effect of a snakes and ladders method towards knowledge of The Underwear Rule based on the analysis findings with the wilcoxon test in which ρ-value (0.000) ≤ α (0.05) was obtained. Discussion: The suggestion for school is expected to applied regularly sex education about The Underwear Rule with snakes and ladders method.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan seksual pada anak sangat sedikit dan kurang khususnya tentang Underwear Rule. Wuryani

(2008) dalam Nanda (2012)

mengatakan pada saat anak mulai memasuki usia 6 – 7 tahun, anak mulai

menunjukkan kesadaran, minat

terhadap perbedaan fisik laki-laki dan perempuan, 8 tahun anak mulai

menyinggung masalah seksual.

Terkadang orangtua justru

menganggap pembicaraan tentang

seksualitas dengan anaknya adalah suatu hal yang tabu atau tidak pantas untuk dibicarakan sehingga banyak orangtua yang memberikan istilah yang salah kepada anaknya (BKKBN, 2014). Hal ini yang menyebabkan sering terjadinya kasus pelecehan seksual pada anak.

Data jumlah anak Sekolah Dasar (SD) kelas satu usia 7 tahun adalah 4.936.147 jiwa dan jumlah anak usia 7 – 12 tahun adalah 29.496.390 jiwa dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 252.124.458 jiwa. Data di Jawa Timur anak Sekolah Dasar (SD) usia 7 tahun adalah 636.737 jiwa dan jumlah anak usia 7 – 12 tahun adalah 3.903.607 jiwa dari jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 38.529.481 jiwa (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) dari 20 responden anak Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh, anak yang tidak menerima pengetahuan seksual menunjukan persentasi yang cukup tinggi untuk perilaku seksual dengan kategori sedang sebanyak 10 orang (50 %) dan dari 18 responden yang tidak

menerima informasi dari media

elektronik juga menunjukan persentasi yang cukup tinggi untuk perilaku seksual dengan kategori sedang yaitu sebanyak 9 orang (50%).

Survei awal yang dilakukan peneliti dengan cara wawancara secara

langsung di SDN Kebonsari 1 Tuban pada bulan Januari 2016 didapatkan bahwa 8 (80%) dari 10 (100%) siswa kelas 1 SD tidak mengetahui tentang Underwear Rule, sedangkan 2 (20%) siswa kelas 1 SD mengetahui tentang Underwear Rule.

Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) mencatat, ada

sepuluh provinsi tertinggi di Indonesia terkait kasus kekerasan seksual pada anak sepanjang tahun 2014 – 2015, Provinsi DKI Jakarta menjadi daerah paling rawan dengan catatan 649 kasus disusul provinsi Jawa Barat dengan 391 kasus. Kemudian Banten 362 kasus, Sumatera Utara 317 kasus, Lampung 252 kasus, NTT 234 kasus, Jawa Timur 228 kasus, Sulawesi Selatan 206 kasus, Kalimantan Timur 195 kasus dan Bali 182 kasus (Ruqoyah dan Ade Alfath, 2015). Wanita yang dahulu ketika kecil menjadi korban pelecehan seksual

cenderung mengalami depresi,

demikian menurut penelitian dalam British Medical Journal. Menurut para peneliti, sebanyak 37 persen dari 1.189 wanita yang terlibat riset menderita depresi karena pelecehan seksual yang dialami ketika usia mereka masih di bawah 16 tahun. Penelitian dari

University of Melbourne, anak

perempuan berusia di bawah 16 tahun yang dilecehkan lebih dari dua kali berisiko 4,9 kali lebih tinggi menderita bulimia (Adnamazida, 2013).

Perkembangan kehidupan

manusia yaitu sejak lahir sampai dewasa, manusia memiliki dorongan- dorongan seksual, tentu saja dorongan seksual tersebut berbeda antara anak dan orang dewasa (BKKBN, 2014). Wuryani (2008) dalam Nanda (2012) mengatakan pada saat anak mulai memasuki usia 6 – 7 tahun, anak mulai

menunjukkan kesadaran, minat

terhadap perbedaan fisik laki-laki dan perempuan, 8 tahun anak mulai

(3)

menyinggung masalah seksual, 9 tahun mulai berbicara tentang seksual

dengan teman sebayanya dan

menggunakan istilah seksual dalam mengucapkan kata-kata kotor atau membuat puisi dan mulai belajar tentang organ seksual mereka sendiri, dan pada umur 10 tahun anak akan

belajar dari temannya tentang

menstruasi dan hubungan seks. Jika anak mendapatkan pengetahuan yang salah tentang pendidikan seksual,

maka kemungkinan dapat

menimbulkan tindakan pelecehan

terhadap dirinya atau kepada orang lain. Sehingga pengetahuan tentang Underwear Rule pada anak sangat

diperlukan, agar anak dapat

memahami tentang beberapa hal yang perlu dilakukan apabila muncul suatu tindakan dari orang lain yang dapat membahayakan dirinya secara seksual. Namun, beberapa anak terkadang tidak dapat langsung memahami tentang

Underwear Rule, mereka

membutuhkan pengajaran yang baik tentang Underwear Rule.

Oleh karena itu, metode bermain aktif snakes and ladders atau yang biasa disebut ular tangga dapat menjadi pilihan dalam mengajarkan tentang Underwear Rule kepada anak, dengan memodifikasi permainan ini

dengan memberikan beberapa

pengajaran tentang Underwear Rule yang mudah dipahami oleh anak.

Berdasarkan latar belakang

tersebut peneliti tertarik untuk

mengambil penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Seksual dengan

Metode Snakes and Ladders terhadap Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban”.

METODE DAN BAHAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian “pra experimental” yang bersifat analitik dengan menggunakan metode penelitian “Pre and post test without control” pada desain ini, peneliti hanya melakukan perlakuan

pada satu kelompok tanpa

pembanding. Pendekatan yang

digunakan pada penelitian ini adalah penelitian cohort yang merupakan

suatu pendekatan waktu secara

longitudinal atau time period

approach (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban yang

sesuai dengan kriteria inklusi

sebanyak 58 responden, dengan besar sampel penelitian 51 responden yang

ditentukan menggunakan simple

random sampling. Variabel

independen atau bebas dalam

penelitian ini adalah pendidikan

seksual dengan metode snakes and ladders dan variabel dependen atau terikat dalam penelitian ini adalah

pengetahuan Underwear Rule.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa pendidikan seksual dengan metode snakes and ladders dan wawancara terstruktur tentang Underwear Rule. Analisis penelitian menggunakan uji wilcoxon. Prosedur penelitian ini dijelaskan pada kerangka konsep berikut:

(4)

Promosi kesehatan dengan metode snakes and ladders Pendidikan Kesehatan Seksual Faktor predisposisi:

1) Pengetahuan Underwear Rule 2) Sikap terhadap pelecehan seksual 3) Kepercayaan terhadap manfaat

Underwear Rule

4) Keyakinan terhadap manfaat Underwear Rule

5) Nilai-nilai yang dianut Faktor pendukung:

1) Adanya sarana kesehatan yang mengurus tentang masalah pelecehan seksual 2) Terjangkaunya sarana kesehatan yang

mengurus masalah pelecehan seksual 3) Peraturan kesehatan yang mengatur

tentang pelecehan seksual

Perilaku awareness terhadap pelecehan seksual Kesehatan mental dan seksual Belum ada organisasi/

4) Keterampilan terkait kesehatan sebagai

pendidik, konselor, dan pelindung. Maraknya perilaku pada anak peraturan/ kebijakan yang tepat Faktor pendorong:

1) Keluarga yang memahami tentang pelecehan seksual dan pendidikan seksual 2) Guru yang memahami tentang pelecehan

seksual dan pendidikan seksual

3) Teman sebaya yang berperilaku seksual secara baik/ buruk

kejahatan seksual Proses tumbuh kembang yang optimal 4) Pimpinan pekerja yang memahami

tentang pelecehan seksual

5) Petugas kesehatan yang mengurus tentang pelecehan seksual dan pendidikan seksual 6) Tokoh masyarakat yang mengawasi

tentang pelecehan seksual

7) Pengambil keputusan terhadap pelecehan seksual

Gambar 1. Kerangka Konseptual Pengaruh Pendidikan Seksual dengan Metode Snakes and Ladders terhadap Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban Tahun 2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan perilaku manusia dari tingkat

(5)

HASIL

Umur Responden Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016

Umur responden kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban dijabarkan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Distribusi Umur Responden Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016. No Umur (tahun) f % 1 6 1 2 2 7 40 78,4 3 8 10 19,6 Jumlah 51 100

Tabel 1 menjelaskan bahwa hampir seluruh responden berumur 7 tahun berjumlah 40 anak (78,4%) dan sebagian kecil responden berumur 6 tahun berjumlah 1 anak (2%).

Jenis Kelamin Responden Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016

Jenis kelamin responden kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban dijabarkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016. No Jenis Kelamin f % 1 Laki-laki 26 51 2 Perempuan 25 49 Jumlah 51 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden adalah laki- laki berjumlah 26 anak (51%) dan hampir setengahnya adalah perempuan berjumlah 25 anak (49%).

Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 Sebelum Dilakukan Perlakuan di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016

Pengetahuan Underwear Rule pada siswa kelas 1 sebelum dilakukan perlakuan di SDN Kebonsari 1 Tuban dijabarkan pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Distribusi Data Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 Sebelum Dilakukan Perlakuan di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016. No Pengetahuan F % 1 Baik 1 2 2 Cukup 37 72,5 3 Kurang 13 25,5 Jumlah 51 100

Tabel 3 menjelaskan bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan cukup tentang

Underwear Rule berjumlah 37 anak (72,5%) dan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan baik tentang Underwear Rule berjumlah 1 anak (2%) sebelum dilakukan perlakuan.

Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 Setelah Dilakukan Perlakuan di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016

Pengetahuan tentang Underwear Rule pada siswa kelas 1 setelah

dilakukan perlakuan di SDN

Kebonsari 1 Tuban dijabarkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Distribusi Data Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 Setelah Dilakukan Perlakuan di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016. No Pengetahuan F % 1 Baik 48 94,1 2 Cukup 3 5,9 3 Kurang 0 0 Jumlah 51 100

Tabel 4 menjelaskan bahwa hampir seluruh responden memiliki pengetahuan baik tentang Underwear Rule berjumlah 48 anak (94,1%) dan tidak ada satupun responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang

Underwear Rule (0%) setelah

(6)

Pengaruh Pendidikan Seksual dengan Metode Snakes and Ladders terhadap Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016.

Pengaruh pendidikan seksual dengan metode snakes and ladders terhadap pengetahuan Underwear Rule pada siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban dijelaskan oleh peneliti pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Distribusi Pengaruh Pendidikan Seksual dengan Metode Snakes and Ladders terhadap Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban Bulan Maret Tahun 2016.

Tabel 5 menjelaskan bahwa sebelum diberikan perlakuan sebagian besar responden memiliki pengetahuan

cukup tentang Underwear Rule

berjumlah 37 anak (72,5%) dan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan baik berjumlah 1 anak (2%) sedangkan, setelah dilakukan perlakuan hampir seluruh responden memiliki pengetahuan baik tentang Underwear Rule berjumlah 48 anak (94,1%) dan tidak ada satupun yang memiliki pengetahuan kurang (0%).

Analisis data yang digunakan

pada penelitian ini adalah uji

wilcoxon. Teknik ini merupakan

penyempurnaan dari uji tanda (sign test). Teknik ini digunakan untuk

menguji hipotesis komparatif antara dua sampel yang berkorelasi apabila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2013).

Data yang diperoleh oleh peneliti dengan cara menggunakan

wawancara terstruktur kemudian

dilakukan editing dengan cara

menyeleksi data yang masuk dari pengumpulan data melalui wawancara

terstruktur serta melakukan

pemeriksaan terhadap jawaban yang telah diberikan dan memastikan tidak ada wawancara terstruktur yang tidak terisi. Kemudian, dilakukan coding

pada masing-masing hasil dari

pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan perlakuan sesuai dengan

yang tercantum dalam definisi

operasional. Selanjutnya, ditabulasi ke dalam tabel dan dianalisis dengan uji wilcoxon menggunakan software SPSS for windows dengan tingkat signifikan α = 0,05 diperoleh nilai ρ = 0,000 di mana 0,000 ≤ 0,05, maka H0 ditolak,

berarti secara signifikan dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan seksual dengan metode

snakes and ladders terhadap

pengetahuan Underwear Rule pada siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban.

PEMBAHASAN

Identifikasi Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 Sebelum Dilakukan Perlakuan di SDN Kebonsari 1 Tuban

Hasil analisis data dan

interpretasi data pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban berjumlah 51 anak sebelum diberikan pendidikan seksual dengan metode snakes and ladders menunjukkan sebagian besar responden berjumlah 37 anak memiliki pengetahuan cukup tentang Underwear Rule dan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan

Pengetahuan Pre-test Post-test

f % f % Baik 1 2 48 94,1 Cukup 37 72,5 3 5,9 Kurang 13 25,5 0 0 Jumlah 51 100 51 100 Rata-rata 1,76 2,94 Simpangan baku 0,47 0,24 Varians 0,22 0,06 Nilai Z = -6,583a

Wilcoxon Signed Ranks Test Asymp. Sig. (2- tailed) = 0,000

(7)

baik tentang Underwear Rule hanya 1 anak.

Pengetahuan merupakan belajar dengan menggunakan panca indera yang dilakukan seseorang terhadap

objek tertentu untuk dapat

menghasilkan pengetahuan dan

keterampilan (Hidayat, 2008).

Notoatmodjo (2003) membagi

faktor yang mempengaruhi

pengetahuan menjadi 2, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pendidikan, minat, pengalaman, dan usia. Faktor eksternal meliputi ekonomi, informasi, dan kebudayaan/ lingkungan.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti membuktikan bahwa faktor internal tidak memberikan pengaruh yang signifikan, berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia dengan

pengetahuan sebelum perlakuan

menunjukkan sebagian besar

responden berjumlah 37 anak (72,5%) memiliki pengetahuan cukup dengan jumlah masing-masing pada responden berusia 6 tahun berjumlah 1 anak (100%), pada responden yang berusia 7 tahun berjumlah 28 anak (70%), dan pada responden yang berusia 8 tahun berjumlah 8 anak (80%). Hal ini

disebabkan pendidikan seksual

terhadap anak masih kurang dan sangat rendah serta masih dianggap

tabu berdasarkan hasil jawaban

wawancara pre-test yang

menunjukkan hampir seluruh

responden mengetahui bahwa orang lain tidak boleh menyentuh bagian pribadi mereka tanpa izin berjumlah

44 anak (86,3%) dan hampir

setengahnya menjawab dengan tepat pada pertanyaan kesembilan berjumlah 14 anak (27,5%), sedangkan sebagian besar responden tidak mengetahui cara

untuk berkomunikasi/ bertindak

dengan orang asing berjumlah 37 anak (72,5%) dan sebagian kecil tidak mengetahui bahwa orang lain tidak

boleh menyentuh bagian pribadi

mereka tanpa izin berjumlah 7 anak (13,7%).

Namun, pada penelitian ini faktor eksternal khususnya tentang

informasi dapat mempengaruhi

pengetahuan ini sesuai dengan yang dikatakan Notoatmodjo (2003) bahwa

informasi merupakan keseluruhan

makna yang dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya

informasi baru mengenai suatu hal serta memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pada penelitian yang dilakukan peneliti pada pengetahuan Underwear Rule sebelum dilakukan perlakuan, informasi merupakan suatu faktor eksternal yang mempengaruhi

mereka dalam mendapatkan

pengetahuan Underwear Rule.

Informasi dapat ditemukan dalam berbagai media, seperti media cetak dan elektronik. Anak usia sekolah saat

ini memiliki kemampuan dalam

memperoleh informasi yang mereka butuhkan.

Pengetahuan Underwear Rule sangat dibutuhkan untuk siswa kelas 1, di mana mereka merupakan sasaran dalam tindakan pelecehan seksual. Namun, sebagian kecil responden memiliki pengetahuan yang baik tentang Underwear Rule hanya 1 anak, dan padahal pengetahuan ini sangat dibutuhkan mereka dalam menghadapi pelecehan seksual yang mungkin terjadi pada mereka.

Identifikasi Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 Setelah Dilakukan Perlakuan di SDN Kebonsari 1 Tuban

Hasil analisis data dan

interpretasi data pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban berjumlah 51 anak setelah diberikan pendidikan seksual dengan metode

(8)

snakes and ladders menunjukkan hampir seluruh responden memiliki pengetahuan baik tentang Underwear Rule berjumlah 48 anak dan tidak ada satupun responden yang memiliki

pengetahuan kurang tentang

Underwear Rule.

Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu

dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya

diharapkan dapat berpengaruh

terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.

Promosi/ pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses di mana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di

dalam suatu proses pendidikan

kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya,

pendidik atau petugas yang

melakukannya, dan alat-alat bantu

media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor- faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus

disesuaikan dengan

sasaran. Demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran

kelompok, maka metodenya harus berbeda dengan sasaran media massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Berikut ini beberapa metode promosi atau pendidikan individual, kelompok dan massa (publik), yaitu

metode promosi individual

(perorangan) terdiri dari bimbingan dan penyuluhan, serta wawancara, kemudian metode promosi kelompok terdiri dari kelompok besar (ceramah dan seminar), kelompok kecil (diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, buzz group, role play, dan permainan

simulasi), dan terakhir metode

promosi kesehatan massa terdiri dari ceramah umum, pidato melalui media

ekeltronik, simulasi, tulisan di

majalah/ koran, dan bill board (Notoatmodjo, 2005).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode bermain dalam meningkatkan pengetahuan tentang Underwear Rule, yaitu permainan snakes and ladders yang dimodifikasi

untuk membantu meningkatkan

pengetahuan mereka dengan

menyenangkan, sesuai dengan definisi bermain menurut Wong (2000) dalam Supartini (2004) mengatakan bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain

merupakan cerminan kemampuan

fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (komunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak, serta suara.

Hasil penelitian ini

menunjukkan peningkatan

pengetahuan Underwear Rule

(9)

post-test yang menunjukkan seluruh responden mengetahui bahwa orang lain tidak boleh menyentuh bagian tubuh pribadi mereka tanpa izin berjumlah 51 anak (100%) dan hampir seluruhnya menjawab dengan tepat pada pertanyaan keenam dan ketujuh berjumlah 50 anak (98%), ketiga, keempat, dan kelima berjumlah 49 anak (96,1%), kedua, kesembilan, dan kesepuluh berjumlah 48 anak (94,2%), serta kedelapan berjumlah 46 anak (90,2%), sedangkan tidak satupun responden tidak mengetahui bahwa orang lain tidak boleh menyentuh bagian tubuh pribadi mereka tanpa izin, sehingga beberapa teori yang

disebutkan peneliti terbukti

kebenarannya. Pengetahuan responden tentang Underwear Rule dimodifikasi

dengan permainan yang

menyenangkan sehingga mereka

mampu menerima materi tentang Underwear Rule yang disampaikan peneliti kepada responden. Perasaan yang menyenangkan dan sukarela ini membuat mereka tidak merasa dipaksa untuk menerima materi yang telah diberikan.

Analisis Pengaruh Pendidikan Seksual dengan Metode Snakes and Ladders terhadap Pengetahuan Underwear Rule pada Siswa Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban

Hasil interpretasi data yang diperoleh peneliti menjelaskan bahwa sebelum diberikan pendidikan seksual dengan metode snakes and ladders hampir seluruh responden memiliki

pengetahuan cukup tentang

Underwear Rule berjumlah 37 anak

dan sebagian kecil memiliki

pengetahuan baik berjumlah 1 anak

sedangkan, setelah diberikan

pendidikan seksual dengan metode snakes and ladders hampir seluruh responden memiliki pengetahuan baik tentang Underwear Rule berjumlah 48

anak dan tidak ada yang memiliki pengetahuan kurang. Hasil analisis dengan uji wilcoxon menggunakan software SPSS for windows dengan tingkat signifikan α = 0,05 diperoleh nilai ρ = 0,000 di mana 0,000 ≤ 0,05, maka H0 ditolak, berarti secara signifikan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan seksual dengan metode snakes and ladders terhadap pengetahuan Underwear Rule pada siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban.

Adanya perubahan yang

menunjukkan bahwa pendidikan

seksual dengan metode snakes and

ladders memberikan pengaruh

terhadap peningkatan pengetahuan Underwear Rule pada responden siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban. Perubahan tersebut disebabkan oleh

pemberian pengetahuan dengan

metode bermain yang dirasa

menyenangkan dan dilakukan secara sukarela sehingga dapat diterima dengan baik oleh responden. Hal ini

sesuai dengan yang dikatakan

Supartini (2004) bahwa bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari, karena bermain sama dengan bekerja sama pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, media

yang baik bagi anak untuk

berkomunikasi dengan lingkunganya,

menyesuaikan diri terhadap

lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar kehidupannya, dan penting

untuk meningkatkan kesejahteraan

mental serta sosial anak.

Salah satu metode bermain yang digunakan peneliti adalah snakes and ladders yang merupakan salah satu jenis alat permainan edukatif (APE). Husna (2009) mengemukakan bahwa pengertian dari permainan ular tangga adalah permainan yang menggunakan dadu untuk menentukan beberapa langkah yang harus dijalani bidak atau

(10)

pemain. Permainan ini sudah dimodifikasi dalam penelitian ini,

dengan memasukkan materi

Underwear Rule yang terdiri dari 5 baris dan 4 kolom dengan nomor 1 – 20, serta bergambar ular dan tangga.

Permainan ular tangga termasuk sangat tepat digunakan untuk anak usia sekolah, sesuai dengan yang dikatakan oleh Supartini (2004) bahwa kemampuan sosial anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya, sering kali pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian, permainan pada

anak usia sekolah tidak hanya

bermanfaat untuk meningkatkan

keterampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga dapat mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah

mengembangkan kemampuannya

untuk bersaing secara sehat.

Bagaimana anak dapat menerima

kelebihan orang lain melalui

permainan yang ditunjukkannya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Siyam, Nurhapsari, dan Benyamin

(2015) yang dilakukan untuk

mengetahui pengaruh stimulasi

permainan ular tangga tentang

gingivitis pada anak usia 8 – 11 tahun yang dilakukan terhadap siswa SD Negeri Kuningan 04, Kecamatan Semarang Utara menunjukkan bahwa

adanya peningkatan sebelum

dilakukan perlakuan sebesar 11,06 dan setelah dilakukan perlakuan sebesar 13,01. Hasil perhitungan uji wilcoxon pada penelitian tersebut menunjukkan nilai ρ = 0,00 (α ≤ 0,05) yang menunjukkan adanya pengaruh.

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sari, Ulfiana, dan Dian (2014) yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

metode permainan simulasi ular

tangga pada anak usia sekolah di SD

Wilayah Paron Ngawi terhadap

perubahan pengetahuan, sikap, dan

aplikasi tindakan gosok gigi

menunjukkan bahwa adanya pengaruh berdasarkan hasil perhitungan uji wilcoxon dengan nilai ρ = 0,000 (α ≤ 0,05) untuk pengetahuan.

Pada penelitian ini metode

snakes and ladders yang telah

dimodifikasi dilakukan dalam

kelompok kecil, hal ini memberikan kesempatan pada anak untuk saling berinteraksi dan mengajarkan untuk saling bersaing secara sehat serta membantu mereka dalam belajar

tentang materi pengetahuan

Underwear Rule dengan sukarela dan perasaan senang sehingga materi yang diberikan akan dengan mudah dapat diterima dan mereka mengetahui pengetahuan Underwear Rule dengan baik dan benar. Kemudian terjadi suatu peningkatan dalam pengetahuan Underwear Rule, di mana pengetahuan tersebut merupakan dasar dari suatu informasi dalam bertindak apabila muncul tanda yang buruk dari orang yang tidak dikenal dalam berinteraksi yang memungkinkan munculnya suatu tindakan pelecehan seksual terhadap

anak. Responden yang memiliki

pengetahuan Underwear Rule yang kurang menjadi baik setelah diberikan pendidikan seksual dengan metode bermain snakes and ladders yang telah

dimodifikasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hampir

keseluruhan responden mengalami peningkatan pengetahuan, sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pendidikan seksual dengan metode

snakes and ladders terhadap

(11)

siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban.

SIMPULAN

1) Sebelum dilakukan pendidikan seksual dengan metode snakes

and ladders, sebagian besar

responden memiliki pengetahuan cukup tentang Underwear Rule, yang disebabkan oleh hampir setengah responden mengetahui

cara untuk berkomunikasi/

bertindak terhadap orang asing,

sedangkan sebagian besar

responden tidak mengetahuinya.

2) Setelah dilakukan pendidikan

seksual dengan metode snakes and ladders, hampir seluruh

responden mengalami

peningkatan pengetahuan baik tentang Underwear Rule, yang

disebabkan oleh seluruh

responden mengetahui bahwa

orang lain tidak boleh menyentuh bagian tubuh pribadi mereka

tanpa izin, sedangkan tidak

satupun responden tidak

mengetahuinya.

3) Ada pengaruh pendidikan seksual

dengan metode snakes and

ladders terhadap pengetahuan

Underwear Rule pada siswa kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban.

SARAN

1) Bagi Perkembangan Ilmu

Pengetahuan

Sekolah Dasar Negeri Kebonsari 1 Tuban dapat diharapkan untuk lebih menanamkan materi tentang

Underwear Rule yang dapat

disampaikan dengan metode

snakes and ladders secara berkala dengan didampingi oleh orang yang dewasa atau orang yang memahami materi tersebut agar lebih efektif. Orangtua juga dapat menerapkan metode snakes and ladders dalam upaya mengajarkan

tentang Underwear Rule atau tentang seksualitas pada anak, sehingga anak dapat terhindar dari pelecehan seksual.

2) Bagi Profesi Keperawatan

Petugas kesehatan khususnya

perawat dapat menggunakan

metode snakes and ladders dalam

menerapkan penyuluhan

(pendidikan kesehatan) yang

menyenangkan pada siswa kelas 1 tentang materi Underwear Rule (pendidikan seksual) atau materi yang terkait dengan kesehatan. 3) Bagi Institusi

Diharapkan mampu

mengaplikasikan dan

mengembangkan metode snakes and ladders dalam meningkatkan

pengetahuan Underwear Rule

pada siswa kelas 1 yang dapat

dilakukan dengan

mengelompokkan sesuai dengan jenis kelamin responden masing- masing dan berbagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan bermain sesuai dengan tahap perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Adnamazida, Rizqi. 2013. 3 Dampak Buruk Pelecehan Seksual pada

Anak dalam merdeka.com

tanggal 13 Juli 2013. (http://www.merdeka.com/sehat/ 3-dampak-buruk-pelecehan- seksual-pada-anak.html) diunduh pada tanggal 20 Februari 2016.

Azizah, Nurul. 2012. Pengaruh Terapi Bermain SCL (Snake, Cards,

and Ladders) terhadap

Keterampilan Mencuci Tangan Siswa Kelas I dan II di SDN Pakusari II Kabupaten Jember. (http://repository.unej.ac.id/bitstr eam/handle/123456789/56886/N urul%20Azizah_1.pdf?sequence

(12)

=1) diunduh pada tanggal 16 Desember 2015

BKKBN. 2014. Menjadi Orangtua Hebat dalam Mengasuh Anak (usia 0 – 6 tahun). Jakarta: BKKBN Jawa Timur.

Conseil de l'Europe. 2011. Teach Your Child The Underwear Rule.

Council of Europe.

(http://www.underwearrule.org/s ource/text_en.pdf) diunduh pada tanggal 16 Desember 2015.

Danim, Sudarwan. 2003. Riset

Keperawatan Sejarah &

Metodologi. Jakarta: EGC

Dharma, Kelana Kusuma. 2013.

Metodologi Penelitian

Keperawatan (Pedoman

Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info Media.

Fajar, Dwi Ario, Susanto, dan Ribut

Achwandi. 2014. Strategi

Optimalisasi Peran Pendidikan Seks Usia Dini di PAUD dalam Menanggulangi Pelecehan Seks terhadap Anak di Pekalongan. (http://jurnal.pekalongankota.go. id/index.php/jp/article/download /11/11) diunduh pada tanggal 20 Februari 2016.

Helmi, Avin Fadilla dan Paramastri, Ira. 1998. Efektivitas Pendidikan

Seksual Dini dalam

Meningkatkan Pengetahuan

Perilaku Seksual Sehat.

(http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id /index.php/fpsi/article/view/4/3)

diunduh pada tanggal 22

September 2015.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan

Anak 1. Jakarta: Salemba

Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan

dan Tehnik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika

Hurlock, Elizabeth B. 2007.

Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Husna M, A. 2009. 100+ Permainan Tradisional Indonesia Untuk Kreativitas, Ketangkasan, dan

Keakraban. Yogyakarta:

Penerbit Andi

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan

Prilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi

Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2013. Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Partisipasi Anak. 2014. Poster Anti Kekerasan Seksual pada Anak dalam Forum Anak Nasional/ fan.or.id tanggal 26 Juni 2014 (http://fan.or.id/blog/2014/06/26/ poster-anti-kekerasan-seksual-

pada-anak/) diunduh pada

tanggal 9 Februari 2016.

Panjaitan, Regina Lichteria, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah. 2015. Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar

Kelas VI.

(http://ejournal.upi.edu/index.ph p/mimbar/article/viewFile/1332/ 926) diunduh pada tanggal 20 Februari 2016.

Rahmawati, Nanda. 2012. Gambaran Perilaku Seksual pada Anak Usia Sekolah Kelas 6 Ditinjau dari Media Cetak dan Media

Elektronik Sekolah Dasar

Negeri 16 Banda Aceh.

(http://www.ejournal.uui.ac.id/ju rnal/Nanda_Rahmawati-fb6- jurnal_nanda.pdf) diunduh pada tanggal 20 Februari 2016. Roqib, Mohammad. 2008. Pendidikan

Seks pada Anak Usia Dini. (http://ejournal.stainpurwokerto. ac.id/files/journals/5/articles/298

(13)

/submission/original/298-575-1- SM.pdf) diunduh pada tanggal 22 September 2015.

Ruqoyah, Siti & Ade Alfath. 2015. Jakarta Urutan Pertama Kasus Kekerasan Seks Anak dalam viva.co.id tanggal 30 Desember 2015.

(http://metro.news.viva.co.id/ne ws/read/717020-jakarta-urutan- pertama-kasus-kekerasan-seks- anak) diunduh pada tanggal 7 Januari 2016.

Sari, Ernita Kurnia, Elida Ulfiana dan Praba Dian. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di

Wilayah Paron Ngawi.

(http://journal.unair.ac.id/downl oad-fullpapers-

pnj7d305fa5a6full.docx)

diunduh pada tanggal 16

Desember 2015.

Siyam, Syarufah Nur Laili, Arlina

Nurhapsari, dan Benni

Benyamin. 2015. Pengaruh

Stimulasi Permainan Ular

Tangga tentang Gingivitis

terhadap Pengetahuan Anak

Usia 8 11 Tahun.

(http://jurnal.unissula.ac.id/index .php/odj/article/download/433/3 61) diunduh pada tanggal 12 Januari 2016.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar

Konsep Dasar Keperawatan

Anak. Jakarta: EGC.

The National Society for the

Prevention of Cruelty to

Children (NSPCC). 2013. Learn The Underwear Rule. NSPCC. (https://www.nspcc.org.uk/globa lassets/documents/advice-and-

info/underwear-rule-children- guide-english.pdf) diunduh pada tanggal 7 Januari 2016.

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Wong, Dona L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Zhina, Chen dan Wu Dingchu. 2013. A Review of Sex Education for Preschool Children in Mainland China from 1992 to 2012. (http://www.irssh.com/yahoo_sit e_admin/assets/docs/2_IRSSH- 511-V5N2.243104151.pdf)

diunduh pada tanggal 19

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  Konseptual  Pengaruh  Pendidikan  Seksual  dengan   Metode Snakes and Ladders terhadap Pengetahuan Underwear Rule  pada Siswa Kelas 1 di SDN Kebonsari 1 Tuban Tahun 2016
Tabel 5.   Distribusi  Pengaruh  Pendidikan    Seksual  dengan  Metode  Snakes  and  Ladders  terhadap  Pengetahuan  Underwear  Rule pada Siswa Kelas 1 di  SDN Kebonsari 1  Tuban     Bulan Maret Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Rencana tata ruang tidak akan terlaksana dengan baik jika perangkat penegakan hukum tidak tegas dalam menindak penyalahgunaan wewenang oleh oknum pemerintah di

Dari keempat butir soal pada materi larutan elektrolit dapat disimpulkan bahwa persentase siswa yang tidak paham konsep lebih besar daripada siswa yang mengalami

Dalam komunikasi efektif juga mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu, agar pesan yang

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dilaksanakan di WR Supratman dengan subjek penelitian guru SD di WR

Oleh karena itu menurut Maarif, Muhammad Roem (tokoh Muhamadiyah) tiga puluh tahun kemudian menyesali keputusan pengangkatan KH Usman Fakih, karena ketika itu

Perubahan akan engine SAPI ( Speech Aplication Program Interface ) dari versi satu hingga versi lima membawa dampak semakin sedikit kode yang dibutuhkan dalam kode TTS (Text

ANAK MAK ENTERPRISE KG PADANG NENAS MENGABANG TELIPOT 21030 K TGANU TERENGGANU 2418 SH KUANTAN BYPASS 3... 1549 SH JALAN KELANTAN KT STESEN MINYAK

Tujuan dilakukan analisa ini untuk mengetahui apakah α- selulosa yang dihasilkan sudah mengalami kristalinitas, apabila sudah mengalami kristalinitas bearti residu