• Tidak ada hasil yang ditemukan

(ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL DI KOTA MEDAN KAB/KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL DI KOTA MEDAN KAB/KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

(ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL DI KOTA MEDAN KAB/KOTA MEDAN PROVINSI

SUMATERA UTARA)

TUGAS MINI RISET MATA KULIAH

(METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI)

TRI SUSANTO 3172131007

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017

(2)

ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Tri Susanto

Tempat & tanggal lahir : Medan, 17 Juni 1998 Alamat Tempat Tinggal : Jl. Perjuangan No. 90

Alamat email : trisusanto1234santo@gmail.com

HP : 082275436489

Tanggal : 16 Desember 2017

Dengan ini saya menyatakan bahwa tulisan/mini riset saya yang saya kerjakan dalam pemenuhan tugas Meteorologi dan Klimatologi adalah benar- benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain dan belum pernah di ikutkan dalam segala bentuk perlombaan serta belum pernah dimuat di manapun.

Apabila dikemudian hari ternyata tulisan/mini riset saya tidak sesuai dengan pernyataan ini, maka secara otomatis tulisan/naskah saya dianggap gugur.

Demikian pernyataan ini dibiat dengan sebenarnya.

Medan, 16 Desember 2017

Yang Menyatakan,

(Tri Susanto) NIM: 3172131007

(3)

iii HALAMAN PENGESAHAN

Tugas mini riset ini diajukan oleh

Nama : Tri Susanto

NIM : 3172131007

Program Studi : Pendidikan Geografi

Judul Mini Riset : Analisis Curah Hujan, Tipe Iklim, dan Evapotranspirasi Potensial untuk Kab/Kota Medan dari Tahun 1992-2001

Mini Riset ini telah selesai dilaksanakan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi pada Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

(Riki Rahmad, M.Sd, M,Sc) (Drs. Kamarlin Pinem, M.Si)

(4)

iv KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kerunia-Nya saya masih dapat menyusun laporan Mini Riset ini.

Dengan penyusunan laporan Mini Riset ini, saya berharap kepada semua orang agar dapat menerapkannya bagi kehidupan sehari-hari baik dilingkungan formal maupun lingkungan yang tinggali. Saya berharap antusiasnya bagi kalangan pelajar untuk lebih kreatif dalam mengembangkan ide yang dimiliki, agar dapat dikembangkan.

Saya menyadari bahwa baik dalam penyusunan, teknik, maupun hasil yang di paparkan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kepada seluruh pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua kalangan yang telah membanntu dalam menyelesaikan makalah ini.

Medan, Desember 2017 Hormat Saya,

(Tri Susanto) NIM. 3172131007

(5)

v

Nama : Tri Susanto

Program Studi : Pendidikan Geografi

Judul : Analisis Curah Hujan, Tipe Iklim, dan Evapotranspirasi Potensial di Kota Medan Kab/Kota Medan Provinsi Sumatera Utara

ABSTRAK

Analisis curah hujan, tipe iklim, dan evapotranspirasi potensial yang dilakukan di kota Medan merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan agar seluruh masyarakat mengetahui keadaan iklim di daerah tersebut, selain itu dengan menganalisis curah hujan maka hal tersebut dapat dijadikan suatu pengetahuan untuk di teliti di kemudian hari.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui jenis dan tipe iklim apa yang ada didaerah kota Medan tersebut. Cara yang pertama bisa dengan menggunakan metode aljabar yaitu dengan menggunakan metode Aritmatik, curah hujan rata-rata DAS dapat ditentukan dengan menjumlahkan curah hujan dari semua tempat pengukuran untuk suatu periode tertentu dan membaginya dengan banyaknya stasiun pengukuran. Yang kedua metode poligon thiessen, curah hujan rata-rata didapatkan dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dan yang ketiga adalah metode Isohyet yang dimana metode ini menggunakan pembagian DAS dengan garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama besar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tipe iklim di Kota Medan adalah bertipe iklim A, yang dimana tipe iklim ini sangat basah (hujan sepanjang tahun).

Kata kunci: Curah hujan, iklim, evapotranspirasi

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Mini Riset ... 2

1.4 Manfaat Mini Riset ... 2

1.5 Batasan Mini Riset ... 2

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA ... 3

2.1 Kerangka Teori ... 3

2.2 Telaah Kajian Mini Riset Yang Telah Digunakan Sebelumnya ... 6

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 7

3.1 Lokasi Penelitian ... 7

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 7

3.3 Teknik Analisis Data ... 7

BAB 4. PEMBAHASAN ... 8

4.1 Hasil Mini Riset ... 8

BAB 5. PENUTUP ... 12

5.1 Kesimpulan ... 12

5.2 Saran ... 12

DAFTAR REFERENSI ... 13 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Curah huajan Metode Aljabar Lampiran 2. Perhitungan Dengan Metode Poligon

Lampiran 3. Perhitungan Dengan Metode Poligon Thiessen pada Peta Lampiran 4. Perhitungan Dengan Metode Isohyet

Lampiran 5. Perhitungan Dengan Metode Isohyet Pada Peta

(7)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Metode Aljabar ... 3 Tabel 4.1 Data Rata-rata Curah Hujan ... 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Metode Poligon Thiessen ... 4 Gambar 2.2 Contoh Metode Isohyet ... 6

(8)

1 BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang beragam, mulai dari budaya hingga faunanya.

Begitu beragamnya Indonesia sehingga letak atau luas wilayahnya pun beragam ciri khas. Iklim dan cuaca merupak hal yang membuat suatu daerah memiliki ciri khas tersendiri. Perlunya penganalisisan curah hujan suatu daerah agar kepekaan masyarakat yang ada pada daerah tersebut dapat memaksimalkan keadaan alam yang ada.

Analisis curah hujan yang dilakukan di kota Medan merupakan bagian dari kepedulian pemerintah atau instansi terkait agar perubahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diketahui dan dapat ditanggulangi dalam bidang cuaca. Dalam melaksanakan hal tersebut maka di kumpulkanlah data-data yang ada dari berbagai stasiun yang ada di kota Medan, seperti stasiun Sampali, stasiun Tuntungan, dan stasiun Maritim.

Pengumpulan data-data pertahunnya yang dilakukan merupakan salah satu metode dalam pengkajian masalah analisis curah hujan di kota Medan. Biasanya setiap stasiun melakukan perhitungan terhadap data curah hujan di kota Medan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan agar mempermudah dalam mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada pola curah hujan di kota Medan.

Perhitungan data curah hujan ini juga bermanfaat bagi negara lainnya yang memiliki tipe atau ciri iklim yang sama dengan kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja metode yang digunakan dalam menganalisis curah hujan 2. Bagaimana cara perhitungan data curah hujan

3. Berapa lama pengumpulan untuk menganalisis data curah hujan 4. Apa saja manfaat dari penganalisisan data curah hujan

5. Apa tujuan dari penganalisisan data curah hujan

(9)

2 1.3 Tujuan Mini Riset

Adapun tujuan dari laporan mini riset ini adalah untuk memnuhi setiap tugas mata kuliah yang ada pada kurikulum KKNI di Universitas Negeri Medan.

Adapun tujuan lainnya yaitu dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran mahasiswa dalam menganalisis data dan mengamati setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, salah satunya yaitu dalam melakukan pengamatan dan pengolahan data curah hujan di kota Medan berdasarkan tahun yang telah ditetapkan oleh dosen. Tujuan yang tak kalah pentingnya yaitu untuk mengembangkan semangat dari stiap mahasiswa dalam mengdapi masalah.

1.4 Manfaat Mini Riset

Banyak manfaat yang di dapat peneliti dalam penelitian mini riset ini.

Bertambahnya ilmu merupakan manfaat yang jelas akan di dapatkan peneliti dalam penugasan mini riset ini. Selain ilmu yang di dapatkan, bertambahnya teman bagi peneliti merupakan salah satu manfaat dari mini riset ini yang dikarenakan peneliti akan berjumpa dengan orang banyak yang memang berada pada bidangnya masing-masing. Selain itu, peneliti dapat menyelesaikan tugas yang di berikan dosen dalam kurikulum KKNI yang digunkan di Universitas Negeri Medan.

1.5 Batasan Mini Riset

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengkaji mulaui dari analisis curah hujan, menentukan tipe iklim dan evapotranspirasi. Kajian ini dilakukan di kota Medan yang dimulai perhitungannya dari tahun awalnya yaitu tahun 1992 dan tahun akhirnya 2001. Adapun data yang digunakan dalam penentuan tipe iklim kota Medan ini yaitu dengan menggunakan tiga data dati stasiun Geofisika Tuntungan, Stasiun Meteorologi Maritim Belawan, dan stasiun Klimatologi Sampali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini juga menggunakan tiga metode yaitu metode aljabar, metode poligon, dan metode isohyet yang dimana setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangnya masing-masing.

(10)

3 BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori a. Metode Aljabar

Dengan menggunakan metode Aritmatik, curah hujan rata-rata DAS dapat ditentukan dengan menjumlahkan curah hujan dari semua tempat pengukuran untuk suatu periode tertentu dan membaginya dengan banyaknya stasiun pengukuran. Metode ini dapat dipakai pada daerah datar dengan jumlah stasiun hujan relatif banyak, dengan anggapan bahwa di DAS tersebut sifat hujannya adalah merata (uniform) Secara sitematis dapat ditulis sebagai berikut:

p=\frac{1}{n}\sum_{=}^{1=1}P_{i}

dengan:

p = curah hujan rata-rata,

p1,p2,...,pn = curah hujan pada setiap stasiun, n = banyaknya stasiun curah hujan.

Metode ini sangat sederhana dan mudah diterapkan, akan tetapi kurang memberikan hasil yang teliti memngningat tinggi curah hujan yang sesungguhnya tidak mungkin benar-benar merata pada seluruh DAS. Utamanya di wilayah tropis termasuk Indonesia, sifat distribusi hujan mmenurut ruang sangat bervariasi, sehingga untuk suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang relatif besar, metode Aritmatik tidak cocok untuk digunakan.

Tabel 2.1 Contoh Metode Aljabar

(11)

4 b. Metode Poligon Thiessen

Dalam metode poligon thiessen, curah hujan rata-rata didapatkan dengan membbuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian setiap stasiun penakar hujan akan terletak pada suatu wilayah poligin tertutup luas tertentu. Cara ini dipandang lebih baik dari cara rerata aljabar (Arimatik), Yaitu dengan memmasukan faktor luas areal yang diwakili oleh setiap stasiun hujan.

Jumlah perkalian antara tiap-tiap luas poigon dengan besar curah hujan di stasiun dalam poligon tersebut dibagi dengan luas daerah seluruh DAS akan menghasilkan nnilai curah hujan rata-rata DAS. Prosedur hitungan dari metode ini dilukiskan pada persamaan-persamaan berikut:

p=\frac{A_{1}.p_{1}+A_{2}.p_{2}+...+A_{n}.p_{n}}{A_{total}}

dengan:

p = curah hujan rata-rata,

p1,p2,...,pn = curah hujan pada setiap stasiun,

A1,A2,...,An = luas yang dibatasi tiap poligon atau luas daerah yan mewakili stasiun 1,2,...,n.

Nilai perbandingan antara luas poligon yang mewakili setiap stasiun terhadap luas total Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut disebut sebagai faktor bobot Thiessen untuk stasiun tersebut. Dengan demikian cara ini dipandang lebbi baik dari cara rerata aljabar karena telah memperhitungkan pengaruh letak penyebaran stasiun penakar hujan. Metode ini cocok untuk menentukan hujan rata-rata dimana lokasi hujan tidak banyak dan tidak merata.

Gambar 2.1 Contoh Metode Poligon Thiessen

(12)

5 c. Metode Isohyet

Metode ini menggunakan pembagian DAS dengan garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama besar (isohyet).

Curah hujan rata-rata di daerah aliran sungai didapatkan dengan menjumlahkan perkalian antara curah hujan rata-rata di antara garis-garis isohyet dengan luas daerah yang dibatasi oleh garis batas DAS dan dua garis isohyet, kemudian dibagi dengan luas seluruh DAS.

Cara ini mempunyai kelemahan yaitu apabila dikerjakan secara manual, dimana setiap kali harus menggambarkan garis isohyet yang tentunya hasilnya sangat tergantung pada masing-masin pembuat garis. Unsur subyektivitas ini dapat dihindarkan dengan penggunaan perangkat lunak komputer yang dapat menghasilkan gambar garis isohyet berdasarkan sistem intrpolasi grid, sehingga hasilnya akan sama untuk setiap input data di masing-masing stasiun hujan.

Ilustrasi hitungan hujan rerata DAD dengan menggunakan metode isohyet dapat kita lihat pada Contoh Soal dan Penyelesaian. Persamaan dalam hitungan hujan rata-rata dengan metode isohyet dapat kita rumuskan seperti berikut:

p=\left ( \frac{A_{1}}{A_{total}}\times \frac{\left (p_{1}+p_{2} \right )}{2}

\right )+\left ( \frac{A_{2}}{A_{total}}\times \frac{\left ( p_{2}+p_{3} \right )}{2} \right )+...+\left ( \frac{A_{1}}{A_{total}}\times \frac{\left ( p_{n}+p_{n+1} \right )}{2} \right )

dengan:

p = curah hujan rata-rata,

p1,p2,...,pn = besaran curah hujan yang sama pada setiap garis isohyet, At = luas total DAS (A1+A2+...+An)

Dalam praktek pemakaian hitungan hujan DAS tersebut, banyak digunakan cara kedua atau metodePoligon thiessen karena dipandan lebih praktis dengan hasil yang cukup baik.

Demikian sedikitnya pembahasan dari saya mengenai Cara menghitung hujan Rata-rata Daerah Aliran Sungai. Semoga bermanfaat. Thanks.

(13)

6 Gambar 2.2 Contoh Metode Isohyet

2.2 Telaah Kajian Mini Riset Yang Telah Digunakan Sebelumnya

Dalam penelitian ini, sudah ada beberapa beberapa mini riset yang mengkaji tentang hal yang serupa mengenai analisis curah hujan. Namun yang membedakan dalam hal ini adalah tahun yang menjadi kajian analisis curah hujan ini yang berbeda-beda. Dalam beberapa penelitian, biasanya peneliti akan menggunakan referensi untuk menjadi panutan dalam menyelesaikan tugas penelitiannya. Sama seperti yang lainnya, penulis pun menggunakan beberapa refernsi yang berasal dari laporan mini riset yang telah di selesaikan pada tahun sebelumnya demi memperlancar dalam menyelesaikan laporan mini riset yang akan di buat.

Kajian ini menggunakan laporan mini riset yang berada pada tahun yang berbeda-beda, di mulai dari tahun sebelumnya yang dimana laporan mini riset pada tahun sebelumnya juga masih munggunakan kurikulum KKNI di Universitas Negeri Medan.

(14)

7 BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi yang dipilih dalam penelitian untuk laporan mini riset ini adalah berada pada kota Medan yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Dalam pemilihan tempat atau lokasi harus memperhatikan aspek ketersediaan stasiun yang minimalnya yaitu terdapat 3 stasiun. Adapun titik yang diambil atau titik sebagai penghubung dari tiap stasiun yaitu stasiun Meteorologi Maritim Belawan, stasiun klimatologi Sampali, dan stasiun Geofisika Tuntungan yang merupakan titik-titik penghubung agar berjalannya penelitian ini.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah dengan mengguana studi dokumen. Yang dimana peneliti hanya membutuhkan data-data saja dalam penyusunan laporan mini riset yang kemudian di kembangkan sesaui dengan kebutuhan. Cara pengumpulan data yang dilakukan disini yaitu dengan cara mengolah data secara online dari masing-masing stasiun yang di butuhkan dalam penyususnan laporan mini riset ini.

3.3 Teknik Analisis Data

Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Yang dimana teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang ada secara terus-menerus. Adapun data yang di dapat secara terus-menerus di peroleh dari masing-masing stasiun yang dimana setiap stasiun tersebut sudah memiliki data-data per tahunnya. Dengan demikian, teknik ini akan mempermudah penulis/peneliti dalam menyelesaikan laporan mini riset yang sudah menjadi kewajiban bagi setiap mahasiswa Universitas Negeri Medan.

(15)

8 BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Mini Riset

Analisis Tipe Iklim

Analisis Tipe Iklim Suatu Tempat Dengan Klisifikafi Iklim SCHMID-FERGUSON

A. Pendahuluan

Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka waktu tertentu dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu tertentu.

Dua unsur utama iklim adalah suhu dan curah hujan. Indonesia ebagai daerah tropis ekuatorial mempunyai variasi suhu yang kecil, sementara variasi curah hujannya cukup besar. Oleh karena itu, curah hujan merupakan unsur iklim yang sering diamati dibandingkan suhu. Pada praktikum kali ini data curah hujan dan suhu digunakan untuk menentukan iklim yang diambil dari stasiun meteorologi Karang Ploso ( Batu Malang). Penggolongan iklim ini antara lain menurut Mohr, Schmidt-Fergusson, Oldeman dan Koppen.

Variasi-variasi yang kecil sekalipun dalam sirkulasi umum hampir selalu tercermin dalam perubahan elemen-elemen iklim. Beberapa kawasan mengalami peningkatan curah hujan sedangkan kawasan-kawasan yang lain mengalami musim kering. Tidaklah ada suatu cara yang benar-benar sempurna untuk mengklasifikasikan skala variabilitas iklim yang berbeda. Memang benar bahwa perubahan cuaca dari hari ke hari dengan regim cuaca yang berlangsung lebih pendek adalah merupakan sifat alamiah dari cuaca dan tidak mencerminkan variabilitas iklim. Namun demikian, para pakar klimatologi menganggap beberapa regim cuaca berlangsung lebih lama sebagai suatu bentuk variabilitas iklim (Trewartha, 1995).

(16)

9 B. Dasar Teori

Klasifikasi iklim bermacam-macam dan salah satu model yang banyak digunakan di Indonesia adalah Iklim Schmidt-Ferguson. Mereka menggolongkan iklim dengan indikator utama bulan basah-bulan lembab-bulan kering. Klasifikasi ini dikembangkan pada 1950 oleh kedua ahli meteorologi tersebut. Mereka membuat klasifikasi khusus tentang iklim di Indonesia karena klasifikasi Koppen, Thornwaite dan Oldemen dirasa tidak cocok digunakan di Indonesia.

Indikator yang digunakan untuk menentukan bulan basah, bulan kering dan bulan basah adalah sebagai berikut:

- Bulan Basah (BB) : curah hujan > 100 mm per bulan.

- Bulan Lembab (BL) : curah hujan 60-100 mm per bulan - Bulan Kering (BK) : curah hujan < 60 mm per bulan

Schmidt-Ferguson melakukan penelitian untuk menentukan kategori bulan di atas lalu dihitung rata-ratanya, hasilnya muncul angka di atas tadi. Rumus untuk menghitung iklim ini menggunakan Model Q yaitu:

Q = banyak bulan kering x 100%

banyak bulan basah

C. Alat/Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam mengolah data ini adalah kertas, pulpen, kalkulator, pingsil warna, laptop. Bahan yang diolah adalah data yang sudah di ambil dari masing-masing stasiun.

D. Pembahasan

Dari hasil perhitungan data curah hujan yang telah dilakukan selama 10 tahun yang dimana di mulai dari tahun 1992 hingga tahun 2001 maka di dapatlah rata-rata data curah hujannya.

(17)

10 Tabel 4.1 Data Rata-rata Curah Hujan

 Rata-rata curah hujan pada bulan Januari yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 154,22

 Rata-rata curah hujan pada bulan Februari yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 100,03

 Rata-rata curah hujan pada bulan Maret yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 143,1

 Rata-rata curah hujan pada bulan April yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 143,23

 Rata-rata curah hujan pada bulan Mei yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 183,3

 Rata-rata curah hujan pada bulan Juni yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 179,63

 Rata-rata curah hujan pada bulan Juli yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 142,9

 Rata-rata curah hujan pada bulan Agustus yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 240,26

 Rata-rata curah hujan pada bulan September yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 331,7

 Rata-rata curah hujan pada bulan Oktober yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 323,13

 Rata-rata curah hujan pada bulan November yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 304,76

 Rata-rata curah hujan pada bulan Desember yang diakumulasikan selama 10 tahun maka diperoleh hasil, 275,93

(18)

11 Analisis Tipe Iklim Suatu Tempat Dengan

Klasifikasi Iklim MOHRN dan OLDEMAN

Pada data ini tidak memiliki data curah hujan bulan kering dan hanya terdapat data curah hujan bulan basah dengan tingkat curah hujan diatas 83-100 mm, oleh karena itu tidak dapat diklasifikasikan iklim menurut metode Mohr dan Oldeman

(19)

12 BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penjelasan yang sudah di paparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menganalisis data curah hujan dapat dilakukan tiga metode yaitu metode Aljabar, metode Poligon Thiessen, dan metode Isohyet.

Pengumpulan data yang dilakukan selama 10 tahun di kota Medan yang dimulai dari tahun 1992 hingga 2001 dengan menganalisisnya yang dimana tinggkat curah hujan di kota Medan cukup tinggi dan termasuk golongan iklim A. Dlam menganalisis curah hujan kota Medan meka peneliti mennggunakan atau mengumpulkan data dari tiga stasiun yang berbeda.

5.2 Saran

Penulis berharap untuk kedepannya akan ada atau akan muncul karya-karya yang lebih bagus dari hasil penelitian yang sebelum-sebelumnya. Penulis juga berharap agar hasil laporan mini riset ini dapat digunakan sebagai panduan untuk kalangan lainnya baik pendidikan maupun umum.

(20)

13 DAFTAR REFERENSI

Artikel/istilah dalam buku referensi

Rahmad, Riki. 2017. “ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KAB/KOTA DI SUMATERA UTARA”.

Media elektronik

https://www.google.co.id/search?q=metode+perhitungan+curah+hujan&rlz=1C1F NWS_enID733ID733&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiJ-

cD_zY7YAhXHL48KHeN4DxEQ_AUICygC&biw=1137&bih=735#imgrc=8drv EfHRep2UhM:

https://successfarmer.blogspot.co.id/2015/09/laporan-resmi-klimatologi-acara- iv.html

http://www.gurugeografi.id/2017/02/menghitung-iklim-schmidt-ferguson.html

(21)

Lampiran 1. Data Curah huajan Metode Aljabar

(22)

Lampiran 2. Perhitungan dengan Metode Poligon Thiessen

(23)

Lampiran 3. Perhitungan Dengan Metode Poligon Thiessen Pada Peta

(24)

Lampiran 4. Perhitungan Dengan Metode Isohyet

(25)

Lampiran 5. Perhitungan Dengan Metode Isohyet Pada Peta

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Metode Poligon Thiessen

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Pemberian suplemen kalsium karbonat dosis tinggi 450 mg/ekor/hari pada tikus ovariohisterektomi (P3) akan

Hasil penelitian menjelaskan bahwa variabel- variabel inflasi, tarif suku bunga SBI, dan jumlah uang beredar secara signifikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan return

Pertama, walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi promosi sponsorship dapat meningkatkan penjualan bearing, dengan rata-rata penjualan sesudah melakukan

Berdasarkan data yang didapat dari RSUP Haji Adam Malik, pada tahun 2014 jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit DBD di Instalasi Rawat Jalan adalah 19 orang dan di

karena A dan B sama-sama bilangan bulat negatif dimana angka kedua dari kiri pada bilangan A yaitu 5 lebih besar dari angka kedua dari kiri pada bilangan B yaitu 4. Bacalah

Sedangkan pada Retribusi daerah dilaksanakan penyesuaian terutama pada Retribusi Layanan Kesehatan khususnya yang bersumber pada Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

Penerapan Prinsip Syariah Dalam Proses Underwriting BUMIDA Syariah Prinsip shari&gt;‘ah underwriting perusahaan asuransi syariah khususnya BUMIDA, diterapkan dalam proses

Seluruh santri datang ke rumah-rumah (door to door), ke lembaga-lembaga, ke majlis-majlis untuk mengajak mondok sambil menyebarkan stiker, memberikan jam dinding,