• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam dharma pengajaran setiap dosen dituntut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dalam dharma pengajaran setiap dosen dituntut"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengantar Pengembangan Bahan Ajar di Perguruan Tinggi

30 April 2009, di Pekanbaru Oleh Said Suhil Achmad

A. Pengantar

D

alam dharma pengajaran setiap dosen dituntut untuk mempersiapkan diri dalam pembelajaran di kelas dengan menyusun (1) GBPP (kurikulum, (2) bahan ajar, dan satuan acara perkuliahan. Materi ini sebenarnya sudah disentuh sewaktu yang bersangkutan mendapat mengetahuan pelatihan dalam pekerti, terutama pada materi butir 1, sedangkan bagian yang butir 2 baru tahap pengenalan, sedangkan butir 3 diberikan bersamaan dengan butir 1. Dengan demikian materi ini hanya bersifat pengulangan dan untuk memantapkan pemahaman apalagi disertai dengan tannya jawab.

Bahan ajar adalah untuk membuat para mahasiswa cepat memahami pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, kalau perlu disiapkan bahan ajar secara multimedia. Penyediaan bahan ajar yang sangat lengkap dan mudah diperoleh serta penggunaan alat peraga yang dilengkapi dengan gambar yang menarik, gerak, bunyi, simulasi dan dipandu oleh instruktur secara maya serta dapat dilakukan berulang-ulang (replay) membuat para mahasiswa akan betah dan mudah mencerna pengetahuandengan baik . Seperti koran-koran sekarang yang senang menyajian berita dengan gambar dan grafik untuk membantu pembaca agar mudah memahami isi berita. Ketiga cara belajar ini sangat sempurna bila ditempelkan dengan kemampuan teknologi informasi, di mana pelaku belajar dapat mendengar, membaca, dan juga memperagakan walaupun di dalam maya, namun bagus untuk membentuk pengetahuan pelaku mahasiswa. Anjuran dari Unesco untuk memanfaatkan internet melalui web yang tersedia atau web pribadi dosen untuk meletakkan bahan ajar adalah suatu kemajuan.

Bahan ajar, baik di sekolahan maupun di perguruan tinggi pada dasarnya dapat dibagi dua, pertama bahan ajar tatap muka dan bahan ajar non tatap muka (bahan ajar mandiri)- yang biasa digunakaan di sekokah dan perguruan tinggi terbuka. Secara umum tidak ada perbedaan, yaitu sama-sama bahan ajar, namun perbedaannya terletak pada kelengkapan bahan ajar.

Kelengkapan bahan ajar yang dimaksud adalah dimana bahan ajar tatap muka selalu ada menganjurkan mahasiswa untuk menelusuri bahan lain selain yang ada di modul, sedangkan bahan ajar non tatap muka (mandiri) harus dirsediakan semuanya dalam modul. Alasannya karena mahasiswa tidak mempunyai perpustakaan terdekat yang bisa dikunjungi dan tidak memiliki waktu untuk berkunjung perpustakaan, maklum mereka pada umumnya adalah dari kalangan orang sudah bekerja dan sibuk.Selain itu bahan ajar mandiri selalu dilengkapi dengan petunjuk tutorial baik bagi mahasiswa maupun dosen.

Bahan ajar tatap muka menggunakan bahasa lebih formal sedangkan bahan mandiri menggunakan bahasa tutur guru atau dosen dikelas. Kedua jenis ini harus selalu

Memanfaatkan internet melalui web yang tersedia atau web pribadi dosen untuk meletakkan bahan ajar.

(2)

menyertakan contoh dan ilustrasi untuk lebih mudah dipahami, khusus untuk bahan ajar mandiri selalu ada anjuran untuk membaca berulang-ulang dengan mengerjakan tugas- tugas, Mahasiswa UT misalnya diharapkan dapat belajar secara mandiri, yauitu selalu belajar atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri ataupun berkelompok, baik dalam kelompok belajar maupun dalam kelompok tutorial. UT menyediakan bahan ajar yang dibuat khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri.

Bahan ajar berbeda dengan buku teks juga dapat dilihat dari gaya bahasa yang digunakan, seperti yang telah disebutkan di atas, bahan ajar dianjurkan menjelaskan sesuatu secara lengkap - yang diserta dengan contoh dan ulustrasi , sehingga berkembang menjadi sesuatu yang menarik dan memotivasi siswa untuk belajar.

Di suatu pihak, system pendidikan yang berlaku juga menuntut seorang dosen selalu berprinsif untuk mampu mengembangkan bahan ajar dengan memanfaatkan beragam sumber yang ada untuk membantu siswa mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pengembangan bahan ajar sejalan dengan tuntutan untuk mengembangkan kurikulum dan silabi.

Seorang penulis buku formal tidak otomatis bisa menulis buku ajar, mungkin sebaliknya, karena seorang penulis buku ajar ibarat seorang pengarang cerita yang selalu memotivasi orang untuk menyelesaikan bacaanya karena ada melobatkan emosinya.

Oleh karena itu, untuk nenulis bahan bahan ajar dirasa perlu pelatihan terbimbimbing dalam lima tahap, (1) tahap teori, (2) penulisan GBPP dan penyelusuran bahan pustaka, (3) penulisan dan pembimbingan dan (4) review oleh tenaga ahli, (5) cetak.

Kelima tahap ini biasanya ditempuh dalam waktu enam bulan, di mana dosen “harus diliburkan” untuk menyelesaikan pelatihan ini, supaya yang bersangkutan dapat menelusuri bahan pustaka dan menulis dan dibimbing dengan tenang.

Pada tahap teori pengembangan bahan ajar biasanya diberikan materi seperti:

(1) Penyusunan garis-garis besar isi bahan ajar; (2) Penulisan isi bahan ajar, (3) Perancangan tata letak dan penggunaan ilustrasi bahan ajar, (4) Penggunaan bahasa bahan ajar; (5) Pengintegrasian Media audio dan video bahan ajar. Sedangkan tahap berikut seperti berlangsungnya proses bimbingan skripsi, yang melibatkan tenaga ahli bidang konten (isi) dan grafis. Semua bagian inil tidaklah mungkin diuraian secara lengkap dalam kertas ini, karena selain waktu yang singkat juga setiap materi harus diberikan oleh ahlinya secara terlatih (tugas-tugas).

B. Tujuan Umum

Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta dapat memahami hakekat penulisan bahan ajar di perguruan tinggi.

C. Tujunan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai setelah peserta mengikuti presentasi ini adalah:

1. Mengetahui maksud, tujuan dan manfaat bahan ajar;

2. Mengetahui perbedaan bahan ajar tata muka dan bahan ajar mandiri;

3. Mengetahui tahapan pengembangan bahan ajar yang terdiri atas:

3.1 Tahap teori;

3.2 Penulisan GBPP dan penyelusuran bahan pustaka;

3.3 Penulisan dan pembimbingan dan;

Bahan ajar berbeda dengan buku teks juga dapat dilihat dari gaya bahasa yang digunakan

(3)

3.4 Review oleh tenaga ahli;

3.5 Cetak.

4. Mengetahui jenis-jenis materi yang harus dikuasai dosen dalam pengembangan bahan ajar, yaitu

4.1 Penyusunan garis-garis besar isi bahan ajar;

4.2 Penulisan isi bahan ajar;

4.3 Perancangan tata letak dan penggunaan ilustrasi bahan ajar, 4.4 Penggunaan bahasa bahan ajar;

4.5 Pengintegrasian Media audio dan video dalam bahan ajar.

D. Uraian dan Contoh

4.1 Penyusunan Garis-Garis Gesar Isi Bahan Ajar

Garis Garis Besar isi bahan ajar atau kita mengenalnya dengan GBPP (Garis- Garis Besar Program Pengajaran) banyak versinya. Terserah pada lembaga atau dosen untuk memakai yang mana. Versi lama dan versi baru seperti pada Tabel 1 dan 2 Tabel 1: Versi Umum

Mata Pelajaran : ...

Deskripsi singkat : ...

Tujuan Umum : ...

No TIK Topik/Pokok

Bahasan

Sub Pokok Bahasan Estimati Waktu

Sumber

Sumber: Atwi Suparman. (1984). Pokok-Pokok Panduan Penulisan Bahan Ajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat antar Universitas.

(4)

Tabel 2: Direktorat Pendidikan Tinggi

Program Studi : ………

Kode Mata Kuliah : ………

Nama Mata Kuliah : ………

Jumlah SKS : ………

Semester : ...

Mata Kuliah Pra Syarat : ...

Standar Kompetensi

Kompetesi Dasar Indikator Pengalaman Pembelajaran

Materi Ajar Waktu Alat

Bantu

Penilaian

Sumber: http://qac.ums.ac.id/files/RMPGuide.doc 4.2 Penulisan Isi Bahan Ajar

Struktur isi bahan ajar teridiri atas:

1. Bagian Pendahuluan (modul 1) a. Menulis deskripsi mata kuliah,

b. Menulis relevansi bab dengan bab berikut; dst c. Menulis tujuan intruksional umum,

d. Menulis tujuan intruksional khusus.

e. Menulis bagian penyajian

1) Uraian dan contoh dan non contoh 2) Latihan

3) Rangkuman 4. Daftar Pustaka

Bab yang lain mengikuti struktur yang sama dengan bab pendahuluan.

2. Bagian Penutup bahan ajar biasanya berisikan (1) tes formatif, (2) umpan balik, dan tindak lanjut (3) Kunci Jawaban.

4.3 Perancangan Tata Tetak dan Penggunaan Ilustrasi Bahan Ajar

Tata letak atau lay out modul dianjurkan menyisihkan kolom kosong dibagian kanan yang memuat kata-kata kunci dalam halaman itu atau untuk pembaca membuat catatan penting. Modul dianjurkan menggunkan huruf ukuran 12 dengan kertas ukuran A4.

IIustrasi di dalam modul sangat dianjurkan karena untuk membantu pembaca agar tidak bosan dan mempermudah memahami konsep-konsep yang sulit.

Fungsi ilustrasi ada empat,

(5)

a. Fungsi deskriptif, yaitu untuk mengganti uraian yang panjang seperti seperti dengan menggunakan foto atau lukisan.

b. Fungsi Ekspresif, yaitu suatu ilustrasi yang memperlihatkan suatu ide, gagasan, maksud, perawaan, situasi atau konsep yang abstrak. Misalnya gambar orang marah.

c. Fungsi analitik struktiral, yaitu ilustrasi yang menggambarkan rincian suatu bagian dari benda atau sistem, seperti sktuktur tubuh manusia.

d. Fungsi kuantitatif, ilusrtrasi yang dapat menunjukan jumlah bilangan dan menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel, seperi grafif.

4.4 Penggunaan Bahasa dalam Bahan Ajar

Bahasa yang digunakan sebaiknya dengan gaya tutur, terutama pada modul mandiri. Tata bahasanya sederhana, dengan paragraf yang hanya mengangung satu makna. Sebainya semua istilah yang dipakai berlaku umum, dan kalau perlu buat perbandingan makna. Sebaiknya dibagian akhir buat daftar kata-kata sulit.

4.5 Pengintegrasian Media audio dan Video dalam Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar dapat diintegrasikan dengan media audio dan video.

Penulis modul bisa minta bantuan pakar media untuk membuat media tersebut, atau membuatnya sendiri dengan bantuan komputer berbasis multimedia. Usaha ini sudah banyak dikerjakan oleh UT.

E. Sumber Bacaan

Atwi Suparman. (1984). Pokok-Pokok Panduan Penulisan Bahan Ajar di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Pusat antar Universitas.

Siahan, Sudirman. 2000. Penyusunan Garis-Garis Besar Isi Modul. Jakarta: Pustekkom, Departemen Pendidikan Nasional.

Sudarsono. 2000. Pengintegrasian Media Audio Visual Dalam Modul.Jakarta:

Pustekkom, Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto. 2000. Perancangan dan Penggunaan Ilustrasi. Jakarta: Pustekkom, Departemen Pendidikan Nasional.

Suharto, Laksono. 2000. Prosesur Pengembangan Bahan Ajar Mandiri. Jakarta:

Pustekkom, Departemen Pendidikan Nasional.

Suharto, Laksono. 2000.. Petunjuk Belajar dalam Modul. Jakarta: Pustekkom, Departemen Pendidikan Nasional.

Wayan, Inten. 2000. Penggunaan Bahasa dalam Modul. Jakarta: Pustekkom, Departemen Pendidikan Nasional.

(6)

http://www.pppptkbahasa.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=62 http://qac.ums.ac.id/files/RMPGuide.doc

http://rmp.ums.ac.id/rmp/C100/3062020/SILABUS_HAN_2_HARUN.doc http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Terbuka

http://pustekkom.depdiknas.go.id/index.php?pilih=hal&id=85

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang

Namun, ketika tidak diobati dengan benar, uretritis dapat menyebabkan komplikasi, seperti infeksi testis (orkitis) dan kelenjar prostat (prostatitis)

Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan yaitu guru mengenalkan media kartu angka dan kartu bergambar pada anak, setiap

Menindak lanjuti hasil evaluasi kualifikasi pengadaan barang / jasa Pekerjaan Pengadaan Alat - Alat Kedokteran, Kebidanan dan Penyakit Kandungan , dengan ini kami

Bagaimana penerapan teknik pernafasan, amba sir, teknik double tounging Tu, Ku, yang baik dan benar dalam bermain instrument trumpet. Bagaimana cara memproduksi nada yang sesuai

6. dan ...., masing - masing Hakim Ad-hoc sebagai Hakim Anggota, yang ditunjuk berdasarkan Surat Penetapan Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada

Pada pengujian 5C4 dapat disimpulkan bahwa rata-rata akurasi tertinggi pengujian 4 parameter atau 5C4 adalah 78,75% pada kombinasi parameter A,B,C,D dengan rata-rata waktu

19 DINDA CITRA SYAHVATIKA ANGGI SARI Y. 20 THIO JASSON SANTA KUMARA