1
Oleh:
Darmansyah Tjitradi, MT.
Bahan Kuliah
Riset Operasional
LINEAR PROGRAMMING
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNLAM
2
Agar lebih mendekati langkah-langkah operasional, Hall & Dracup (1970) lebih menyukai melakukan rekayasa sistem (systems engineering) yang didefinisikan sbb.:
ANALISA SISTEM
Rekayasa Sistem adalah suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam memilih sejumlah banyak pilihan (alternatif) yang layak, dengan memperhatikan aspek perekayasaan guna melakukan tindakan-tindakan yang memenuhi keseluruhan tujuan, untuk pengambilan keputusan di dalam batasan-batasan kendala peraturan, kelakuan manusia, ekonomi, sumberdaya, politik dan sosial, serta kendala hukum-hukum alam dan kehidupan manusia.
Sebagai suatu teknik pemecahan masalah, rekayasa sistem merupakan ilmu dan seni.
Aspek ilmu terletak pada penggunaan teknik-teknik dan algoritma-algoritma (matematis) dalam memecahkan masalah.
Aspek Seni ditunjukkan pada keberhasilan dari solusi model yang digunakan sangat tergantung pada kretivitas dan kemampuan seseorang sebagai
3
ANALISA SISTEM
ALTERNATIF ALTERNATIF PEREKAYASAAN Kendala-kendala: - Manusia - Ekonomi - Sumberdaya - Sosial/politik - dll. TUJUAN4
Istilah Riset Operasional diberikan karena pada saat
Perang Dunia ke II, angkatan perang Inggris
membentuk tim yang terdiri dari atas para ilmuwan
untuk mempelajari persoalan-persoalan strategi dan
taktik sehubungan dengan serangan musuh yang
dilancarkan terhadap negaranya.
Tujuan mereka adalah untuk menentukan
penggunaan sumber-sumber kemiliteran yang
terbatas, seperti radar dan bom, dengan cara yang
paling efektif.
Karena tim tersebut melakukan penelitian (research)
terhadap operasi militer, maka muncul nama
“Penelitian Operasional”
untuk masalah-masalah
kemiliteran (Military Operations Research).
5
Keberhasilan yang diperoleh angkatan perang
Inggris ini kemudian ditiru angkatan perang Amerika
dengan membentuk tim penelitian operasioanal
dalam memecahkan masalah-masalah pengiriman
barang-barang keperluan perang, penerbangan, dan
pengoperasian peralatan elektronik.
Setelah Perang Dunia II berakhir, cara ini menarik
perhatian para industriawan, yang hingga saat ini
penelitian operasional digunakan dengan baik
diperguruan tinggi, konsultan, rumah sakit,
perencanaan kota, dan kegiatan bisnis lainnya.
6
Langkah-langkah yang dilakukan pada analisa
sistem (Buras, 1972) secara umum meliputi 5 tahap,
yaitu:
PENELITIAN OPERASIONAL
1. Penentuan Tujuan (Statement of Objectives)
Merupakan tahap awal yang harus dipikirkan oleh
pengambil keputusan, termasuk pemunculan
gagasan langkah-langkah yang akan dilkukan
menjadi alternatif-alternatif yang akan dianalisa.
2. Studi Penyidikan (Exploratory)
Guna mencari latar belakang, informasi dan data
yang diperlukan, yang terutama akan menjadi
peubah (variabel) atau kendala/pembatas
7
PENELITIAN OPERASIONAL
3. Studi Kelayakan (Feasibility Studies)
Dengan mengambil keputusan dan memilih dari
alternatif yang telah diciptakan sebelumnya,
menggunakan model-model pengambilan keputusan.
4. Rancang Bangun (Development Planning)
Merupakan perwujudan nyata dari hasil keputusan
yang telah diambil sebelumnya.
5. Perekayasaan Kelanjutan (Current Engineering)
Dimana penampilan dari suatu sistem harus
dipantau secara terus menerus, sehingga akan selalu
memperbaiki sistem pengoperasiannya dan
menghasilkan sistem serupa yang lebih baik di masa
yang akan datang.
8
Programa Linear
adalah suatu cara
untuk menyelesaikan persoalan
pengalokasian sumber-sumber
yang terbatas di antara beberapa
aktivitas yang bersaing, dengan
cara yang terbaik yang mungkin
dilakukan.
9
Programa Linear adalah merencanakan
aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu
hasil yang optimum, yaitu suatu hasil yang
mencapai tujuan terbaik (berdasarkan model
matematisnya) di antara seluruh alternatif
penyelesaian yang fisibel.
Programa linear ini menggunakan model matematis
untuk menjelaskan persoalan yang dihadapinya.
Sifat “linear” disini memberi arti bahwa seluruh fungsi
matematis dalam model ini merupakan fungsi-fungsi
linear, sedangkan kata “
programa
” disini tidaklah
berhubungan dengan programa komputer, tetapi hanya
merupakan sinonim untuk “
perencanaan
”.
10
Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan sebuah contoh persoalan programa linier, sebagai berikut:
Sebuah perusahaan yang memproduksi kaca berkualitas tinggi untuk digunakan sebagai jendela dan pintu kaca. Perusahaan ini memiliki tiga buah pabrik, yaitu pabrik 1 yang membuat bingkai aluminium, pabrik 2 yang membuat bingkai kayu, dan pabrik 3 yang digunakan untuk memproduksi kaca dan merakit keseluruhan produk.
Saat ini perusahaan mendapat pesanan berupa dua macam produk baru yang
potensial, yaitu: pintu kaca setinggi 8 kaki dengan bingkai aluminium (produk 1), dan jendela berukuran 4 x 6 kaki dengan bingkai kayu (produk 2)
Karena perusahaan sedang mengalami penurunan pendapatan sebagai akibat dari krismon, maka pimpinan perusahaan merasa perlu untuk memperbaiki kinerja produksinya, dengan cara menghentikan pembuatan beberapa produk yang tidak menguntungkan sehingga kapasitas produksi dapat digunakan untuk membuat salah satu atau kedua produk pesanan tsb.
Akan tetapi karena kedua produk itu akan bersaing untuk menggunakan kapasitas produksi yang sama di pabrik 3, maka persoalannya ialah:
Berapa banyakkah masing-masing produk harus dibuat sehingga diperoleh keuntungan terbaik?
11
Untuk menyelesaikan persoalan diatas, terlebih dahulu harus mencari data mengenai:
1. Persentase kapasitas produksi masing-masing pabrik yang dapat digunakan untuk kedua macam produk tsb.
2. Persentase kapasitas yang diperlukan oleh masing-masing produk untuk setiap unit yang diproduksi per menit.
3. Keuntungan per unit untuk masing-masing produk.
Informasi mengenai ketiga hal di atas dapat dilihat pada Tabel dibawah:
Kapasitas yg digunakan per unit Ukuran produksi Pabrik Produk 1 Produk 2 1 (bingkai aluminium) 1 0 2 2 $5 4 2 (bingkai kayu) 0 12 3 (All produk) 3 18 Keuntungan per unit $3 Kapasitas yang dapat digunakan
PROGRAMA LINEAR
12
Karena kapasitas yang telah digunakan oleh suatu produk di pabrik 3 menyebabkan produk lain tidak dapat menggunakannya, maka
persoalan diatas dikenal sebagai persoalan programa linear dengan tipe “campuran produk” atau product mix.
Formulasi model matematis:
X1 = jumlah unit produk 1 yang diproduksi per menit X2 = jumlah unit produk 2 yang diproduksi per menit Z = keuntungan yang diperoleh per menit
Dengan demikian maka x1 dan x2 menjadi variabel-variabel
keputusan dari model, dan tujuannya adalah memilih harga-harga x1 dan x2 sehingga diperoleh nilai maksimum dari:
Z = 3.X1 + 5.X2
Berdasarkan pembatas yang ada, yaitu kapasitas pabrik yang dapat digunakan.
13
Model matematisnya:
Maksimum: Z = 3.X1 + 5.X2
Pembatas: X1
≤ 4
2.X2 ≤ 12
3.X1 + 2.X2 ≤ 18
dan X1
≥ 0, X2 ≥ 0
PROGRAMA LINEAR
14 2 4 6 8 10 2 4 6 8 Fungsi Pembatas: X1 ≤ 4 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 ≤ 18 X1 ≥ 0, X2 ≥ 0 2.X2 ≤ 12 X1 ≤ 4 A B C E X2 X1
Daerah fisibel (ABCDE) Untuk x1 dan x2
3.X1 + 2.X2 ≤ 18
D
PENYELESAIAN GRAFIS
15 2 4 6 8 10 2 4 6 8 Fungsi Pembatas: X1 ≤ 4 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 ≤ 18 X1 ≥ 0, X2 ≥ 0 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 ≤ 18 X1 ≤ 4 A C E Z = 3.X1 + 5.X2
5
3
tg
1
X
2
X
tg
=
α
=
α
Z = 3.X1 + 5.X2 X1 X2Daerah fisibel (ABCDE) Untuk x1 dan x2
D
B
PENYELESAIAN GRAFIS
16 2 4 6 8 10 2 4 6 8 Fungsi Pembatas: X1 ≤ 4 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 ≤ 18 X1 ≥ 0, X2 ≥ 0 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 ≤ 18 X1 ≤ 4 A C D E
Daerah fisibel (ABCDE) Untuk x1 dan x2 Z = 3.X1 + 5.X2
5
3
tg
1
X
2
X
tg
=
α
=
α
Z = 3.X1 + 5.X2 X1 X2 Titik optimum (X1 = 2, X2 = 6) BPENYELESAIAN GRAFIS
STEP-3
17
PENYELESAIAN GRAFIS
2.X2 = 12
3.X1 + 2.X2 = 18
- 3.X1 = - 6
Nilai optimum dapat diperoleh dengan cara menentukan titik
potong garis ED (pembatas ke-2) dengan garis CD (pembatas
ke-3) , sebagai berikut:
Sehingga diperoleh nilai X1 = 2 dan X2 = 6
Dengan demikian solusi optimum dari persoalan diatas ialah bahwa
perusahaan harus membuat produk 1 sebanyak 2 unit per menit,
dan produk 2 sebanyak 6 unit per menit dengan keuntungan yang
dapat diperoleh sebesar Z = 3.(2) + 5.(6) = $ 36 per menit.
18
PENYELESAIAN GRAFIS
Kapasitas yg digunakan per unit Ukuran produksi Pabrik Produk 1 Produk 2 1 (bingkai aluminium) 2 0 12 12 $30 4 2 (bingkai kayu) 0 12 3 (All produk) 6 18 Keuntungan per unit $6 Kapasitas yang dapat digunakan $5 x 6 2 x 6 2 x 6 0 Produk 2 $3 x 2 Keuntungan per unit 18 3 x 2 3 (All produk) 12 0 2 (bingkai kayu) 4 1 x 2 1 (bingkai aluminium) Produk 1 Kapasitas yang dapat digunakan Kapasitas yg digunakan per unit
Ukuran produksi Pabrik
19
TEKNIK PEMECAHAN
MODEL PROGRAM LINEAR
Ada 2 cara yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan program linear ini, yaitu:
1. Cara Grafis
2. Metode Simpleks
Cara grafis dapat kita pergunakan apabila persoalan programa
linear yang akan diselesaikan itu hanya mempunyai dua buah
variabel.
Metode Simpleks merupakan teknik yang paling berhasil
dikembangkan untuk memecahkan persoalan programa linear yang
mempunyai jumlah variabel keputusan dan pembatas yang besar.
20
Model programa linear dapat memiliki pembatas-pembatas
yang bertanda
≤, =, maupun ≥.
Model programa linear dalam bentuk standar memiliki
sifat sebagai berikut:
1. Seluruh pembatas harus berbentuk persamaan
(bertanda =) dengan ruas kanan yang nonnegatif.
2. Seluruh variabel harus merupakan variabel nonnegatif.
3. Fungsi tujuannya dapat berupa maksimal atau
minimal.
BENTUK STANDAR MODEL
PROGRAMA LINEAR
21
Cara untuk mengubah suatu bentuk formulasi yang
belum standar ke dalam bentuk standar:
1. Pembatas (constraint)
a. Pembatas yang bertanda ≤ atau ≥ dapat dijadikan suatu persamaan (bertanda =) dengan menambahkan atau mengurangi dengan suatu variabel Slack pada ruas kiri pembatas itu.
Contoh 1: X1 + 2.X2 ≤ 6
Kita tambahkan Slack S1 ≥ 0 pada ruas kiri sehingga diperoleh persamaan:
X1 + 2.X2 + S1 = 6, S1 ≥ 0 Contoh 2:
3.X1 + 2.X2 – 3.X3 ≥ 5
Karena ruas kirinya lebih besar dari ruas kanan, maka harus
dikurangkan variabel Slack S2 ≥ 0 pada ruas kiri sehingga diperoleh
persamaan:
3.X1 + 2.X2 – 3.X3 – S2 = 5, S2 ≥ 0
BENTUK STANDAR MODEL
PROGRAMA LINEAR
22
Cara untuk mengubah suatu bentuk formulasi yang
belum standar ke dalam bentuk standar:
b. Ruas kanan dari suatu persamaan dapat dijadikan bilangan nonnegatif dengan cara mengalikan kedua ruas dengan -1.
Contoh:
2.X1 – 3.X2 – 7.X3 = – 5
Secara matematis adalah sama dengan – 2.X1 + 3.X2 + 7.X3 = 5
c. Arah ketidaksamaan dapat berubah apabila kedua ruas dikalikan dengan -1.
Contoh:
2 < 4 adalah sama dengan – 2 > – 4
2.X1 – X2 ≤ – 5 adalah sama dengan – 2.X1 + X2 ≥ 5
BENTUK STANDAR MODEL
PROGRAMA LINEAR
23
Cara untuk mengubah suatu bentuk formulasi yang
belum standar ke dalam bentuk standar:
d. Pembatas dengan ketidaksamaan yang ruas kirinya berada dalam tanda mutlak dapat diubah menjadi dua ketidaksamaan.
Contoh 1:
untuk b ≥ 0, |a1.X1 + a2.X2| ≤ b adalah sama dengan a1.X1 + a2.X2 ≤ b dan a1.X1 + a2.X2 ≥ – b
Contoh 2:
untuk q ≥ 0, |p1.X1 + p2.X2| ≤ q adalah sama dengan p1.X1 + p2.X2 ≥ q atau p1.X1 + p2.X2 ≤ – q
BENTUK STANDAR MODEL
PROGRAMA LINEAR
24
Cara untuk mengubah suatu bentuk formulasi yang
belum standar ke dalam bentuk standar:
2. Variabel
Suatu variabel yi yang tidak terbatas dalam tanda dapat dinyatakan sebagai dua variabel nonnegatif dengan menggunakan substitusi:
yi = yi’ – yi” dimana yi’ dan yi” ≥ 0
Substitusi seperti ini harus dilakukan pada seluruh pembatas dan fungsi tujuannya.
3. Fungsi Tujuan
Walaupun model standar programa linear ini dapat berupa maksimasi atau minimasi, kadang-kadang diperlukan perubahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam hal ini, maksimasi dari suatu fungsi adalah sama dengan minimasi dari negatif fungsi yang sama.
Contoh:
Maksimasikan Z = 5.X1 + 2.X2 + 3.X3, secara matematis adalah sama dengan: Minimumkan (– Z) = – 5.X1 – 2.X2 – 3.X3
BENTUK STANDAR MODEL
PROGRAMA LINEAR
25
PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS
Pengembangan model matematis dapat dimulai
dengan menjawab ketiga pertanyaan berikut ini:
1. Apa variabel yang tidak diketahui dari masalah
tersebut?
2. Apa batasan yang harus dikenakan atas variabel
untuk memenuhi batasan sistem yang dimodelkan
tersebut?
3. Apa tujuan (sasaran) yang harus dicapai untuk
menentukan pemecahan optimum (terbaik) dari
semua nilai yang layak dari variabel tersebut?
26
METODE SIMPLEKS
George
George
Dantzig
Dantzig
Lahir
Lahir
8/11/1914
8/11/1914
, Portland
, Portland
Ilmuwan Inggris pada PD
Ilmuwan Inggris pada PD
-
-
II
II
Teori
Teori
"
"
Simplex Method of
Simplex Method of
Optimization
27
Metode Simpleks merupakan prosedur aljabar yang bersifat iteratif,
yang bergerak selangkah demi selangkah. Dimulai dari suatu titik
ekstrem pada daerah fisibel (ruang solusi) menuju ke titik ekstrem
yang optimum.
METODE SIMPLEKS
Metode ini selalu dimulai pada suatu titik sudut fisibel, dan selalu
bergerak melalui titik sudut fisibel yang berdekatan, menguji
masing-masing titik mengenai optimalitasnya sebelum bergerak
pada titik lainnya.
Jumlah iterasi maksimum dalam metode Simpleks adalah sama
dengan jumlah maksimum solusi basis dalam bentuk standar, atau
dengan rumus:
(
)
[
n
m
!
m
!
]
!
n
C
nm⋅
−
=
n = banyaknya variabel
28
METODE SIMPLEKS
Terminologi dasar:
1. Solusi fisibel
Solusi yang memenuhi seluruh pembatas yang ada pada persoalan tersebut.
Titik-titik yang ada di dalam atau pada perbatasan bidang ABCDE.
2 4 6 8 10 2 4 6 8 2.X2 ≤ 12 X1 ≤ 4 A B C E X2 X1
Daerah fisibel (ABCDE) Untuk x1 dan x2
3.X1 + 2.X2 ≤ 18
D Solusi fisibel (ABCDE)
29
METODE SIMPLEKS
Terminologi dasar:
2. Solusi Optimum
Solusi fisibel yang memberikan nilai terbaik (nilai terbesar atau terkecil) bagi fungsi tujuannya (maksimum atau minimum).
2 4 6 8 10 2 4 6 8 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 ≤ 18 X1 ≤ 4 A C D E Fungsi Tujuannya: Z = 3.X1 + 5.X2 X1 X2 Titik optimum (X1 = 2, X2 = 6) B
30
METODE SIMPLEKS
Terminologi dasar:
3. Solusi Fisibel Titik Ekstrem/ Titik Sudut
Solusi fisibel yang tidak terletak pada suatu segmen garis yang
menghubungkan dua solusi fisibel lainnya untuk (n > 3) buah variabel (n)
2 4 6 8 10 2 4 6 8 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 ≤ 18 X1 ≤ 4 A C D E
Solusi Fisibel Titik Ekstrem:
Titik:
(0,0), (0,6), (2,6), (4,3) dan (4,0)
X1 X2
31
METODE SIMPLEKS
Terminologi dasar:
Ada 4 sifat pokok Titik Ekstrem:
1. Jika hanya ada satu solusi optimum, maka pasti ada suatu titik ekstrem. 2. Jika solusi optimumnya banyak, maka paling sedikit ada dua titik ekstrem
yang berdekatan. (Dua buah titik ekstrem dikatakan berdekatan jika
segmen garis yang menghubungkan keduanya itu terletak pada sudut dari batas daerah fisibel)
3. Hanya ada sejumlah terbatas titik ekstrem pada setiap persoalan
4. Jika suatu titik ekstrem memberikan harga Z yang lebih baik dari yang lainnya, maka pasti solusi itu merupakan solusi optimum
Sifat keempat ini menjadi dasar dari metode Simpleks yang
prosedurnya meliputi 3 langkah sebagai berikut:
1. Langkah Inisialisasi:
mulai dari suatu titik ekstrem
2. Langkah Iteratif:
bergerak menuju titik ekstrem berdekatan yang
lebih baik. Langkah ini diulangi sebanyak yang diperlukan
3. Aturan penghentian:
menghentikan langkah ke-2 apabila telah
sampai pada titik ekstrem yang terbaik (titik optimum)
32
KONDISI OPTIMALITAS
METODE SIMPLEKS
Kondisi Optimalitas dari Metode Simpleks menyatakan
bahwa:
1. Untuk persoalan dengan fungsi tujuan memaksimumkan, apabila seluruh variabel non basisnya (pada persamaan Z) mempunyai koefisien-koefisien yang berharga non negatif (artinya positif atau nol), maka solusi yang
diperoleh sudah optimum.
Jika masih ada variabel non basis yang mempunyai koefisien berharga negatif, maka variabel non basis dengan koefisien negatif terbesar dipilih sebagai entering variable (variabel masuk)
2. Sebaliknya untuk persoalan dengan fungsi tujuan meminimumkan, solusi optimum tercapai apabila seluruh variabel non basisnya mempunyai
koefisien-koefisien yang berharga negatif atau nol.
Jika masih ada variabel non basis yang mempunyai koefisien berharga positif, maka variabel non basis dengan koefisien positif terbesar dipilih sebagai entering variable (variabel masuk)
33
ENTERING VARIABLE
(VARIABEL MASUK)
Cara pemilihan entering variable (variabel masuk):
1. FUNGSI TUJUAN MEMAKSIMUMKAN
,Pilihlah koefisien-koefisien variabel non basis pada fungsi tujuan yang mempunyai koefisien negatif terbesar (harga mutlak)
2. FUNGSI TUJUAN MEMINIMUMKAN
,Pilihlah koefisien-koefisien variabel non basis pada fungsi tujuan yang mempunyai koefisien positif terbesar (harga mutlak)
34
LEAVING VARIABLE
(VARIABEL KELUAR)
Cara pemilihan leaving variable (variabel keluar) fungsi
tujuan memaksimumkan/meminimumkan:
1. Pilihlah koefisien-koefisien pada kolom entering variable yang berharga positif (> 0)
2. Bagilah ruas kanan pada kolom solusi (kecuali untuk persamaan Z) dengan koefisien-koefisien tersebut untuk baris-baris yang sama.
iable
var
entering
koefisien
solusi
koefisien
Rasio=
3. Tentukan persamaan pembatas mana yang mempunyai hasil bagi (rasio) terkecil, kemudian pilihlah variabel basis pada persamaan tersebut untuk menjadi leaving variable
35
ALGORITMA METODE SIMPLEKS
Prosedur algoritma Metode Simpleks:
Langkah 0 : Gunakan bentuk standar, tentukan solusi fisibel basis awal dengan cara mengenolkan sebanyak (n – m) variabel non basis
Langkah 1 : Pilihlah sebuah entering variable (variabel masuk) di antara variabel-variabel non basis yang ada, yang apablia nilainya
dinaikkan menjadi lebih besar dari nol, dapat memperbaiki nilai fungsi tujuan. Jika tidak ada STOP. Maka solusi basis yang telah dicapai menjadi solusi optimum. Jika ada lanjutkan ke langkah 2.
Langkah 2 : Pilihlah sebuah leaving variable (variabel keluar) di antara
variabel basis yang ada, yang harus menjadi non basis pada saat entering variable menjadi basis.
Langkah 3 : Tentukan solusi basis yang baru dengan cara menjadikan
entering variable sebagai basis, dan menjadikan leaving variable sebagai variabel non basis. Kembali ke langkah 1
Setelah diperoleh entering dan leaving variable maka iterasi
36
ALGORITMA METODE SIMPLEKS
Setelah diperoleh entering dan leaving variable maka iterasi
ditentukan dengan dengan menggunakan Metode Gauss-Jordan.
Metode ini mengubah basis dengan menggunakan 2 tipe perhitungan
sebagai berikut:
1. Tipe 1 (persamaan pivot)
pivot koefisien lama yang pivot Persamaan baru yang pivot Persamaan =
2. Tipe 2 (persamaan-persamaan yang lainnya, termasuk persamaan Z)
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ × ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = baru pivot Persamaan entering kolom koefisien lama Persamaan baru yang Persamaan
37
BENTUK STANDAR METODE SIMPLEKS
BENTUK STANDAR METODE SIMPLEKS
Metode Simpleks menginterasikan sejumlah
Metode Simpleks menginterasikan sejumlah
persamaan yang mewakili fungsi tujuan dan
persamaan yang mewakili fungsi tujuan dan
fungsi
fungsi
-
-
fungsi kendala pada programa linear
fungsi kendala pada programa linear
yang telah disesuaikan menjadi bentuk standar
yang telah disesuaikan menjadi bentuk standar
Perhatikan bentuk standar persamaan simpleks
Perhatikan bentuk standar persamaan simpleks
sebagai berikut:
sebagai berikut:
a
11x
1+ a
12x
2+ •••••• + a
1nx
n+
x
x
nn+1+1= b
1a
21x
1+ a
22x
2+ •••••• + a
2nx
n-
x
x
nn+2+2= b
2a
m1x
1+ a
m2x
2+ •••••• + a
mnx
n+
x
x
nn+k+k= b
mx
1, x
2, •••••• x
n≥ 0
Z = c
1x
1+ c
2x
2+ •••••• + c
nx
nMaks./Min.
Pembatas:
38
FORMAT TABEL
METODE SIMPLEKS
Peubah Non Basis Peubah Basis S1 0 1 0 0 Sm 0 0 0 1 Sm 0 am1 am2 •••••• amn 0 •••••• bm Iterasi Basis Z X1 X2 •••••• Xn S2 •••••• Solusi Z 1 •••••• 0 0 1 •••••• Z’ S1 0 a11 a12 •••••• a1n •••••• b1 S2 0 a21 a22 •••••• a2n •••••• b2 0
39
Model matematis:
Maksimum:
Z = 3.X1 + 5.X2
Pembatas:
X1
≤ 4
2.X2 ≤ 12
3.X1 + 2.X2 ≤ 18
dan X1
≥ 0, X2 ≥ 0
ALGORITMA METODE SIMPLEKS
Model Standar:
Maksimum:
Z - 3.X1 - 5.X2 = 0
Pembatas:
X1 + S1 = 4
2.X2 + S2 = 12
3.X1 + 2.X2 + S3 = 18
dan X1
≥ 0, X2 ≥ 0, S1 ≥ 0, S2 ≥ 0, S3 ≥ 0
40
ALGORITMA METODE SIMPLEKS
Kolom Entering
Basis
Z X1 X2 S1 S2 S3
Solusi
(RHS)
Rasio
0
12/2 = 6
18/2=9
4
12
18
0
0
0
1
Z
1 -3 -5 0
0
S1
0 1
0
1
0
S2
0 0
2
0
1
S3
0 3
2
0
0
Kolom variabel masuk
Persamaan pivot
41
ALGORITMA METODE SIMPLEKS
Kolom Entering
Basis
Z X1 X2 S1 S2 S3
Solusi
(RHS)
6
0
Z
S1
X2
0 0
1
0 1/2
S3
Didapat dari rumus
pivot koefisien lama yang pivot Persamaan baru yang pivot Persamaan =
42
ALGORITMA METODE SIMPLEKS
Kolom Entering Basis Z X1 X2 S1 S2 S3 Solusi (RHS) 0 30 4 6 6 0 0 1 Z 1 -3 0 0 5/2 S1 0 1 0 1 0 X2 0 0 1 0 1/2 S3 0 3 0 0 -1 Kolom Entering 18/2=9 12/2 = 6 Rasio 18 12 4 0 Solusi (RHS) 1 0 0 0 S3 0 0 2 3 0 S3 1 0 2 0 0 S2 0 1 0 1 0 S1 0 0 -5 -3 1 Z S2 S1 X2 X1 Z Basis
Iterasi-1
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ × ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = baru pivot Persamaan entering kolom koefisien lama Persamaan baru yang Persamaan -2 x +5 x43
ALGORITMA METODE SIMPLEKS
Kolom Entering Basis Z X1 X2 S1 S2 S3 Solusi (RHS) Rasio 4/1=4 0 6/3=2 0 30 4 6 0 1 6 Z 1 -3 0 0 5/2 S1 0 1 0 1 0 X2 0 0 1 0 1/2 S3 0 3 0 0 -1 Kolom Entering 2 Solusi (RHS) 1/3 S3 -1/3 0 0 1 0 X1 X2 S1 Z S2 S1 X2 X1 Z Basis
44
ALGORITMA METODE SIMPLEKS
Kolom Entering Basis Z X1 X2 S1 S2 S3 Solusi (RHS) Rasio 4/1=4 0 6/3=2 0 30 4 6 0 1 6 Z 1 -3 0 0 5/2 S1 0 1 0 1 0 X2 0 0 1 0 1/2 S3 0 3 0 0 -1 Kolom Entering
2
6
236
Solusi (RHS) 1/3 0 -1/3 1 S3 -1/3 0 0 1 0 X1 1/2 0 1 0 0 X2 1/3 1 0 0 0 S1 3/2 0 0 0 1 Z S2 S1 X2 X1 Z Basis X1 = 2 X2 = 6 Z optimum = 36Iterasi-2
-1 x +3 x45
TEKNIK VARIABEL ARTIFISIAL
Dalam metode Simpleks menggunakan variabel slack
sebagai solusi basis awal, sedemikian sehingga
masing-masing merupakan ruas kanan yang berharga positif
pada masing-masing persamaan.
Sekarang bagaimana solusi untuk kasus yang
persamaan pembatasnya tidak lagi bertanda ≤, tetapi
bertanda = atau ≥.
Untuk kasus yang persamaan pembatasnya bertanda =,
maka daerah fisibelnya hanya berupa segmen garis saja,
sehingga kita tidak dapat memperoleh solusi fisibel
basis awal karena tidak ada variabel slack yang dapat
digunakan sebagai variabel basis awalnya.
Contoh:
3.X1 + 2.X2 ≤ 18, diubah menjadi 3.X1 + 2.X2 =18, maka
daerah fisibelnya hanya berupa segmen garis yang
46
TEKNIK VARIABEL ARTIFISIAL
Untuk kasus yang persamaan pembatasnya bertanda ≥,
kita tidak akan memiliki solusi fisibel basis awal karena
ruas kanannya berharga negatif.
Contoh:
3.X1 + 2.X2 ≥ 18, adalah sama dengan
-3.X1 - 2.X2 ≤ - 18
Dengan menambahkan variabel slack menjadi
-3.X1 - 2.X2 + S1 = - 18, S1 tidak bisa menjadi variabel
basis awal karena harganya negatif.
Untuk menyelesaikan kedua jenis kasus tersebut, kita
memerlukan adanya variabel dummy (variabel palsu)
yang disebut variable artifisial, sehingga variabel basis
awal bisa tetap ada.
47
TEKNIK VARIABEL ARTIFISIAL
Contoh 1: Maksimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 Pembatas X1 ≤ 4 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 = 18 X1, X2 ≥ 0
Bentuk di atas kita ubah menjadi:
Maksimumkan Z - 3.X1 - 5.X2 = 0
Pembatas X1 + S1 = 4
2.X2 + S2 = 12
3.X1 + 2.X2 + R3 = 18 X1, X2, S1, S2, R3 ≥ 0
Pengaruh variabel artifisial (R) ini adalah untuk memperluas daerah fisibel. Pada kasus di atas, daerah fisibel berkembang dari semula berupa segmen garis yang menghubungkan titik-titik (2,6) dan (4,3) menjadi bidang ABCDE.
48
TEKNIK VARIABEL ARTIFISIAL
Contoh 2: Maksimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 Pembatas X1 ≥ 4 2.X2 ≥ 12 3.X1 + 2.X2 = 18 X1, X2 ≥ 0
Bentuk di atas kita ubah menjadi:
Maksimumkan Z - 3.X1 - 5.X2 = 0 Pembatas X1 - S1 + R1 = 4
2.X2 - S2 + R2 = 12 3.X1 + 2.X2 + R3 = 18
X1, X2, S1, S2, R1, R2, R3 ≥ 0
Pada akhirnya, iterasi-iterasi metode Simples akan secara otomatis menjadikan variabel artifisial ini tidak mucul lagi (berharga nol), yaitu apabila persoalan semula telah
49
TEKNIK VARIABEL ARTIFISIAL
Dengan kata lain, kita gunakan variabel artifisial ini hanya untuk
memulai solusi, dan harus menghilangkannya (menjadikannya
berharga nol) pada akhir solusi. Jika tidak demikian, solusi
yang diperoleh akan tidak fisibel. Untuk itu, maka harus
diberikan penalty M (dimana M adalah bilangan positif yang
sangat besar) pada setiap variabel artifisial dalam fungsi
tujuannya.
Nilai M bertanda negatif (-) untuk fungsi tujuan maksimum, dan
bertanda positif (+) untuk fungsi tujuan minimum
Ada 2 teknik penyelesaian untuk kasus dengan variabel
artifisial, yaitu:
1. Teknik M
2. Teknik dua fase
50
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Contoh 1: Maksimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 Pembatas X1 ≤ 4 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 = 18 X1, X2 ≥ 0
Karena pembatas ketiga bertanda =, maka untuk mendapatkan solusi basis awalnya kita harus menambahkan variabel
artifisial sehingga diperoleh bentuk:
Maksimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 + 0.S1 + 0.S2 – M.R3
Pembatas X1 + S1 = 4
2.X2 + S2 = 12
3.X1 + 2.X2 + R3 = 18 X1, X2, S1, S2, R3 ≥ 0
51
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Untuk memasukkan model di atas ke dalam bentuk tabel, maka
terlebih dahulu substitusikan R3 dengan cara:
R3 = 18 – 3.X1 – 2.X2
Kemudian masukkan ke dalam persamaan Z sebagai berikut:
Z = 3.X1 + 5.X2 + 0.S1 + 0.S2 – M.(18 – 3.X1 – 2.X2)
atau
Z = (3.M + 3).X1 + (2.M – 5).X2 + 0.S1 + 0.S2 – 18.M
Z – (3.M + 3).X1 – (2.M – 5).X2 – 0.S1 – 0.S2 = – 18.M
Hal ini dilakukan dengan maksud agar dalam pembuatan tabel
Simpleks awalnya, R3 sudah secara otomatis “dipaksa” berharga
nol. Selanjutnya selesaikan persoalan di atas dengan cara yang
sama.
52
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Iterasi Basis Z X1 X2 S1 S2 R3 Solusi
Z 1 (-3M-3) (-2M-5) 0 0 0 -18M
S1 0 1 0 1 0 0 4
S2 0 0 2 0 1 0 12
R3 0 3 2 0 0 1 18
53
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Iterasi Basis Z X1 X2 S1 S2 R3 Solusi
Z 1 (-3M-3) (-2M-5) 0 0 0 -18M S1 0 1 0 1 0 0 4 S2 0 0 2 0 1 0 12 R3 0 3 2 0 0 1 18 Z 1 0 (-2M-5) (3M+3) 0 0 (-6M+12) X1 0 1 0 1 0 0 4 S2 0 0 2 0 1 0 12 R3 0 0 2 -3 0 1 6 1 0
54
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Iterasi Basis Z X1 X2 S1 S2 R3 Solusi
Z 1 (-3M-3) (-2M-5) 0 0 0 -18M S1 0 1 0 1 0 0 4 S2 0 0 2 0 1 0 12 R3 0 3 2 0 0 1 18 Z 1 0 (-2M-5) (3M+3) 0 0 (-6M+12) X1 0 1 0 1 0 0 4 S2 0 0 2 0 1 0 12 R3 0 0 2 -3 0 1 6 Z 1 0 0 -9/2 0 (M+5/2) 27 X1 0 1 0 1 0 0 4 S2 0 0 0 3 1 -1 6 X2 0 0 1 -3/2 0 1/2 3 2 1 0
55
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Iterasi Basis Z X1 X2 S1 S2 R3 Solusi
Z 1 0 0 -9/2 0 (M+5/2) 27 X1 0 1 0 1 0 0 4 S2 0 0 0 3 1 -1 6 X2 0 0 1 -3/2 0 1/2 3 2 Z 1 0 0 0 3/2 (M+1) 36 X1 0 1 0 0 -1/3 1/3 2 S1 0 0 0 1 1/3 -1/3 2 X2 0 0 1 0 1/2 0 6 3 X1 = 2 X2 = 6 Z optimum = 36
56
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Contoh 2: Minimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 Pembatas X1 ≤ 4 2.X2 =12 3.X1 + 2.X2 ≥ 18 X1, X2 ≥ 0
Karena pembatas ketiga bertanda =, maka untuk mendapatkan solusi basis awalnya kita harus menambahkan variabel
artifisial sehingga diperoleh bentuk:
Minimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 + 0.S1 + 0.S3 + M.R2 + M.R3 Pembatas X1 + S1 = 4 2.X2 + R2 = 12 3.X1 + 2.X2
–
S3 + R3 = 18 X1, X2, S1, S3, R2, R3 ≥ 0 Perhatikan:57
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Untuk memasukkan model di atas ke dalam bentuk tabel, maka
terlebih dahulu substitusikan R2 dan R3 dengan cara:
R2 = 12 – 2.X2
R3 = 18 – 3.X1 – 2.X2 + S3
Kemudian masukkan ke dalam persamaan Z sebagai berikut:
Z = 3.X1 + 5.X2 + 0.S1 + 0.S3 + M.(12 – 2.X2)
+ M.(18 – 3.X1 – 2.X2 + S3)
atau
Z = (– 3.M + 3).X1 + (– 4.M + 5).X2 + 0.S1 + M.S3 + 30.M
58
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Iterasi Basis Z X1 X2 S1 S3 R2 R3 Solusi
Z 1 (3M-3) (4M-5) 0 -M 0 0 1 0 0 30M S1 0 1 0 1 0 0 4 R2 0 0 2 0 0 0 12 R3 0 3 2 0 -1 1 18 0
59
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Iterasi Basis Z X1 X2 S1 S3 R2 R3 Solusi
Z 1 (3M-3) (4M-5) 0 -M 0 0 30M S1 0 1 0 1 0 0 0 4 R2 0 0 2 0 0 1 0 12 R3 0 3 2 0 -1 0 1 18 0 (-2M +5/2) 0 1/2 -1 Z 1 (3M-3) 0 0 -M 0 6M+30 S1 0 1 0 1 0 0 4 X2 0 0 1 0 0 0 6 R3 0 3 0 0 -1 1 6 1
60
METODE PENALTY (TEKNIK M)
Iterasi Basis Z X1 X2 S1 S3 R2 R3 Solusi Z 1 (3M-3) (4M-5) 0 -M 0 0 30M S1 0 1 0 1 0 0 0 4 R2 0 0 2 0 0 1 0 12 R3 0 3 2 0 -1 0 1 18 Z 1 (3M-3) 0 0 -M (-2M +5/2) 0 6M+30 S1 0 1 0 1 0 0 0 4 X2 0 0 1 0 0 1/2 0 6 R3 0 3 0 0 -1 -1 1 6 1 0 (-M +3/2) 1/3 1/2 -1/3 Z 1 0 0 0 -1 (-M +1) 36 S1 0 0 0 1 1/3 -1/3 2 X2 0 0 1 0 0 0 6 X1 0 1 0 0 -1/3 1/3 2 2 X1 = 2 X2 = 6 Z optimum = 36
61
TEKNIK DUA FASE
Dengan digunakannya konstanta M yang merupakan
bilangan positif yang sangat besar sebagai penalty,
maka bisa terjadi kesalahan perhitungan, terutama
apabila perhitungan itu dilakukan dengan
menggunakan program komputer.
Kesalahan itu bisa terjadi karena koefisien tujuan
relatif sangat kecil dibandingkan dengan harga M,
sehingga komputer akan memperlakukannya sebagai
koefisien yang berharga nol.
Sebagai contoh, apabila pada persoalan teknik M di
atas ditetapkan harga M = 100.000, maka koefisien X1
dan X2 pada fungsi tujuannya menjadi (300.000 – 3)
dan (400.000 – 5).
62
TEKNIK DUA FASE
Kesulitan ini bisa dikurangi dengan menggunakan teknik dua fase.
Disini konstanta M dihilangkan dengan cara menyelesaikan persoalan dalam dua fase (dua tingkatan) sebagai berikut:
Fase 1:
Fase ini digunakan untuk menguji apakah persoalan yang kita hadapi memiliki solusi fisibel atau tidak. Pada fase ini fungsi tujuan semula diganti dengan meminimumkan jumlah variabel artifisialnya. Jika nilai minimum fungsi tujuan baru ini berharga nol (artinya seluruh variabel artifisial berharga nol), berarti persoalan memiliki solusi fisibel,
lanjutkan fase 2. Tetapi, jika nilai minimum fungsi tujuan baru ini berharga positif, maka persoalan tidak memiliki solusi fisibel, STOP.
Fase 2:
Gunakan solusi basis optimum dari fase 1 sebagai solusi awal bagi persoalan semula. Dalam hal ini ubahlah bentuk fungsi tujuan fase 1 dengan mengembalikannya pada fungsi tujuan persoalan semula. Pemecahan persoalan dilakukan dengan cara seperti biasa.
63 Contoh 1: Maksimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 Pembatas X1 ≤ 4 2.X2 ≤ 12 3.X1 + 2.X2 = 18 X1, X2 ≥ 0 Bentuk standar: Maksimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 + 0.S1 + 0.S2 – M.R3 Pembatas X1 + S1 = 4 2.X2 + S2 = 12 3.X1 + 2.X2 + R3 = 18 X1, X2, S1, S2, R3 ≥ 0
Untuk memasukkan model di atas ke dalam bentuk tabel, maka terlebih dahulu substitusikan R3 dengan cara:
R3 = 18 – 3.X1 – 2.X2
64
Fase 1:
Minimumkan r = R3
atau
r =
18 – 3.X1 – 2.X2
Pembatas
X1
+ S1
= 4
2.X2
+ S2
= 12
3.X1
+ 2.X2 + R3 = 18
X1, X2, S1, S2, R3 ≥ 0
TEKNIK DUA FASE
65
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 R3 Solusi
r 3 2 0 0 0 18
S1 1 0 1 0 0 4
S2 0 2 0 1 0 12
R3 3 2 0 0 1 18
0
TEKNIK DUA FASE
66
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 R3 Solusi
r 3 2 0 0 0 18 S1 1 0 1 0 0 4 S2 0 2 0 1 0 12 R3 3 2 0 0 1 18 r 0 2 -3 0 0 6 X1 1 0 1 0 0 4 S2 0 2 0 1 0 12 R3 0 2 -3 0 1 6 1 0
TEKNIK DUA FASE
67
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 R3 Solusi
r 3 2 0 0 0 18 S1 1 0 1 0 0 4 S2 0 2 0 1 0 12 R3 3 2 0 0 1 18 r 0 2 -3 0 0 6 X1 1 0 1 0 0 4 S2 0 2 0 1 0 12 R3 0 2 -3 0 1 6 r 0 0 0 0 -1 0 X1 1 0 1 0 0 4 S2 0 0 3 1 -1 6 X2 0 1 -3/2 0 1/2 3 2 1 0
Persoalan di atas memiliki solusi fisibel. Selanjutnya R tidak
diikutsertakan lagi.
TEKNIK DUA FASE
68
Fase 2:
Dari tabel optimum pada fase 1 di atas dapat dituliskan
persamaan-persamaan berikut:
X1 + S1 = 4 --- X1 = 4 – S1
3.S1 + S2 = 6
X2 – 3/2.S1 = 3 --- X2 = 3 + 3/2.S1
Kembali kepada model persoalan semula, dan dengan
mensubstitusikan persamaan-persamaan di atas, didapatkan:
Maksimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 Z = 3.(4 – S1) + 5.(3 + 3/2.S1) Z = 9/2.S1 + 27 Pembatas X1 + S1 = 4 3.S1 + S2 = 6 X2 – 3/2.S1 = 3 X1, X2, S1, S2 ≥ 0
69
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 Solusi
Z 0 0 -9/2 0 27
X1 1 0 1 0 4
S2 0 0 3 1 6
X2 0 1 -3/2 0 3
0
TEKNIK DUA FASE
70
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 Solusi
Z 0 0 -9/2 0 27 X1 1 0 1 0 4 S2 0 0 3 1 6 X2 0 1 -3/2 0 3 0 Z 0 0 0 3/2 36 X1 1 0 0 -1/3 2 S1 0 0 1 1/3 2 X2 0 1 0 1/2 6 1
TEKNIK DUA FASE
X1 = 2 X2 = 6
Z optimum = 36
71 Contoh 2: Minimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 Pembatas X1 ≤ 4 2.X2 =12 3.X1 + 2.X2 ≥ 18 X1, X2 ≥ 0 Minimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 + 0.S1 + 0.S3 + M.R2 + M.R3 Pembatas X1 + S1 = 4 2.X2 + R2 = 12 3.X1 + 2.X2
–
S3 + R3 = 18 X1, X2, S1, S3, R2, R3 ≥ 0Untuk memasukkan model di atas ke dalam bentuk tabel, maka
terlebih dahulu substitusikan R2 dan R3 dengan cara:
R2 = 12 – 2.X2
R3 = 18 – 3.X1 – 2.X2 + S3
72
Fase 1:
Minimumkan
r = R2 + R3
atau
r = (12 – 2.X2) + (18 – 3.X1 – 2.X2+S3)
r + 3.X1 + 4.X2 – S3 = 30
Pembatas
X1 + S1
= 4
2.X2 + R2
= 12
3.X1 + 2.X2 – S3 + R3 = 18
X1, X2, S1, S3, R2, R3
≥ 0
73
Iterasi Basis X1 X2 S1 S3 R2 R3 Solusi
r 3 4 0 -1 0 0 1 0 0 30 S1 1 0 1 0 0 4 R2 0 2 0 0 0 12 R3 3 2 0 -1 1 18 0
TEKNIK DUA FASE
74
Iterasi Basis X1 X2 S1 S3 R2 R3 Solusi
r 3 4 0 -1 0 0 30 S1 1 0 1 0 0 0 4 R2 0 2 0 0 1 0 12 R3 3 2 0 -1 0 1 18 0 -2 0 1/2 -1 r 3 0 0 -1 0 6 S1 1 0 1 0 0 4 X2 0 1 0 0 0 6 R3 3 0 0 -1 1 6 1
TEKNIK DUA FASE
75
Iterasi Basis X1 X2 S1 S3 R2 R3 Solusi
r 3 4 0 -1 0 0 30 S1 1 0 1 0 0 0 4 R2 0 2 0 0 1 0 12 18 4 6 6 R3 3 2 0 -1 0 1 r 3 0 0 -1 -2 0 6 S1 1 0 1 0 0 0 X2 0 1 0 0 1/2 0 R3 3 0 0 -1 -1 1 1 0 -1 1/3 1/2 -1/3 r 0 0 0 0 -1 0 S1 0 0 1 1/3 -1/3 2 X2 0 1 0 0 0 6 X1 1 0 0 -1/3 1/3 2 2
TEKNIK DUA FASE
76
Fase 2:
Dari tabel optimum pada fase 1 di atas dapat dituliskan
persamaan-persamaan berikut:
S1 + 1/3.S3 = 2
X2
= 6
X1 – 1/3.S3
= 2 --- X1 = 2 + 1/3.S3
Kembali kepada model persoalan semula, dan dengan
mensubstitusikan persamaan-persamaan di atas, didapatkan:
Minimumkan Z = 3.X1 + 5.X2 Z = 3.(2 + 1/3.S3) + 5.(6) Z – S3 = 36 Pembatas S1 + 1/3.S3 = 2 X2 = 6 X1 – 1/3.S3 = 2 X1, X2, S1, S3 ≥ 0
77
Iterasi Basis X1 X2 S1 S3 Solusi
Z 0 0 -1 0 36
S1 0 0 1 1/3 2
X2 0 1 0 0 6
X1 1 0 0 -1/3 2
0
TEKNIK DUA FASE
X1 = 2 X2 = 6
Z optimum = 36