• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obligasi

1. Pengertian Obligasi

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan. Dalam pasar modal dikenal dua instrumen keuangan yaitu instrumen keuangan yang bersifat penyertaan atau ekuitas yang dikenal dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau instrument hutang jangka panjang yang disebut obligasi (bond).

Obligasi menurut Fabozzi (2000:1) “is a debt instrument requiring the issuer (also called the debtor or borrower) to repay to the lender/investor the amount borrowed plus interest over a specified period of time”. Sedangkan menurut Block dan Hirt (2005:204) “ bonds are debt instrument that have a fixed life and must be repaid at maturity”. Obligasi (bond) merupakan sekuritas yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman. Pihak peminjam menerbitkan obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang. Jadi, obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak peminjam. Obligasi yang timbul dari suatu kontrak dikenal sebagai indenture obligasi (bond indenture) dan merupakan janji untuk membayar :

(2)

2. Karakteristik Utama Obligasi

a. Nilai pari, adalah nilai nominal yang dinyatakan pada suatu obligasi (Brigham dan Houston, 2006:347). Nilai pari obligasi adalah jumlah yang disetujui oleh penerbit obligasi untuk dibayar kembali kepada investor (bondholders) pada waktu jatuh tempo obligasi.

b. Kupon, menunjukkan besarnya pendapatan bunga yang akan diperoleh pemegang obligasi dari perusahaan penerbit obligasi (emiten) selama umur obligasi (Tandelilin, 2001:136).

c. Tanggal jatuh tempo, adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan menerima pembayaran kembali nilai nominal obligasi dari emiten.

d. Provisi penebusan, adalah hak emiten untuk melunasi obligasi sebelum tanggal jatuh tempo obligasi. Provisi penebusan umumnya menyatakan bahwa perusahaan harus melakukan pembayaran kepada pemegang obligasi jumlah yang lebih besar dari nilai pari jika emiten ingin melakukan penebusan sebelum jatuh tempo (Brigham dan Houston, 2006:349).

e. Dana pelunasan, adalah sejumlah uang yang didepositokan emiten kepada pihak trustee, yang selanjutnya akan menginvestasikan uang tersebut dan kemudian menggunakan jumlah yang terakumulasi untuk membayar obligasi ketika jatuh tempo (Brigham dan Houston, 2006:350).

3. Jenis Obligasi

(3)

a. Dilihat dari sisi penerbit :

1. Corporate bonds merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik itu perusahaan yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau badan usaha swasta. Corporate bond memiliki risiko gagal bayar. Jika perusahaan yang menerbitkannya mengalami masalah, maka mungkin saja perusahaan tersebut tidak dapat membayar bunga dan pokok pinjaman yang dijanjikan (Brigham dan Houston, 2006:346).

2. Government bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat ini tidak memiliki risiko gagal bayar seperti pada corporate bond.

3. Municipal bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility). Menurut Brigham dan Houston (2006:346), obligasi pemerintah daerah (municipal bond) juga memiliki risiko gagal bayar.

b. Dilihat dari sistem pembayaran bunga :

(4)

2. Coupon bond adalah obligasi dengan kupon. Kupon obligasi tersebut dapat diuangkan secara periodik pada waktu pembayaran bunga sesuai dengan ketentuan penerbitnya.

3. Fixed coupon bond merupakan obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.

4. Floating coupon bond adalah obligasi dengan tingkat kupon bunga yang dapat berubah-ubah berdasarkan acuan tertentu.

c. Dilihat dari hak opsi atau penukaran :

1. Convertible bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut menjadi sejumlah saham milik penerbitnya. Convertible bonds memiliki suku bunga kupon yang lebih rendah daripada non-convertible bonds, tetapi menawarkan kesempatan kepada bondholders untuk mendapatkan keuntungan modal sebagai ganti dari suku bunga yang lebih rendah (Brigham dan Houston, 2006:351).

2. Exchangeable bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada bondholders untuk menukar obligasi perusahaan menjadi sejumlah saham perusahaan afilliasi milik penerbitnya.

(5)

4. Putable bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada bondholders yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu meskipun belum jatuh tempo.

d. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya :

1. Secured bonds adalah obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

a. Guaranteed bonds merupakan obligasi yang pembayaran bunga serta pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga b. Mortgage bonds merupakan obligasi yang pelunasan bunga serta

pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau aset tetap.

c. Collateral trust bonds adalah obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.

e. Dilihat dari segi nilai nominalnya :

1. Konvensional bonds adalah obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, misalnya Rp 1 milliar per satu lot.

(6)

f. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasilnya :

1. Obligasi konvensional adalah obligasi yang perhitungannya menggunakan sistem kupon.

2. Obligasi syariah merupakan obligasi yang perhitungan imbal hasilnya dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:

a. Obligasi syariah mudharabah, merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.

b. Obligasi syariah ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap dan bisa diketahui sejak awal obligasi diterbitkan.

Sumber : Bursa Efek Indonesia

4. Risiko Obligasi

a. Interest rate risk, merupakan risiko yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat suku bunga akan berdampak pada turunnya harga obligasi. Sedangkan penurunan tingkat suku bunga akan membuat harga obligasi akan naik.

(7)

c. Call risk, beberapa obligasi menyertakan provisi yang memberi hak kepada emiten untuk menarik seluruh atau sebagian dari obligasi yang beredar sebelum waktu jatuh tempo. Penarikan obligasi sebelum jatuh tempo inilah yang disebut dengan call risk.

d. Default risk, juga dikenal sebagai credit risk adalah risiko yang merujuk pada kemungkinan emiten tidak mampu membayar bunga dan membayar kembali jumlah uang dipinjam.

e. Inflation risk, atau dikenal juga dengan purchasing-power risk, risiko ini merupakan risiko bahwa return yang direalisasikan dari investasinya tidak dapat menutupi kerugian menurunnya daya beli akibat inflasi. Risiko ini meningkat karena variasi nilai arus kas dari sekuritas yang dipengaruhi inflasi. Risiko ini diukur dengan kekuatan pembelian.

f. Exchange-rate risk, yaitu risiko yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang. Risiko ini akan semakin besar bila investor mananamkan dananya dalam mata uang asing.

(8)

h. Volatility risk, salah satu faktor yang mempengaruhi risiko ini adalah ekspektasi terhadap tingkat bunga yang berubah-ubah. Risiko dalam perubahan volatilitas akan mempengaruhi harga obligasi secara berlawanan disebut dengan risiko volatilitas.

i. Risk risk, banyak risiko yang tidak dimengerti atau dipahami manajer keuangan sehingga risk risk diartikan sebagai ketidaktahuan risiko dari sekuritas.

5. Peringkat Obligasi

Kelayakan kredit dari instrumen utang yang diperdagangkan secara publik sering kali dinilai berdasarkan peringkat kredit yang diberikan oleh badan pemeringkat obligasi. PT Pefindo merupakan salah satu lembaga pemeringkat yang memberikan penilaian objektif, independen, terpercaya terhadap surat utang yang ditawarkan kepada masyarakat melalui peringkat risiko surat utang (Setiawan dan Shanti, 2009:77).

(9)

Peringkat obligasi (credit ratings) merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi para investor. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan harga pokok pinjaman secara tepat waktu. Peringkat obligasi perusahaan (corporate bond rating) diharapkan dapat memberikan investor petunjuk tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.

Peringkat (rating) merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan emiten dan kemungkinan apa yang ia bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan utang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa rating mencoba mengukur risiko default, yaitu keadaan dimana emiten atau peminjam dana tidak mampu memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi peringkat obligasi, semakin menunjukkan bahwa obligasi tersebut terhindar dari risiko default.

Menurut Brigham dan Houston (2006:373), peringkat obligasi didasarkan pada faktor-faktor kualitatif maupun kuantitatif, yang beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Berbagai macam rasio, termasuk rasio utang dan rasio kelipatan pembayaran bunga. Semakin baik rasionya, maka semakin tinggi peringkatnya.

b. Provisi-provisi hipotek. Apakah obligasi dijamin oleh hipotek? Jika ya, dan jika properti itu memiliki nilai yang tinggi sehubungan dengan jumlah utang yang diobligasikan, maka peringkat obligasi tersebut akan meningkat.

c. Provisi subordinasi. Apakah obligasi menjadi subordinasi dari utang yang lainnya? Jika ya, obligasi akan diberi peringkat paling sedikit satu tingkat di bawah peringkat yang seharusnya jika tidak disubordinasikan. Sebaliknya, suatu obligasi dengan utang lain yang disubordinasikan di bawahnya akan memiliki peringkat yang sedikit lebih tinggi.

(10)

e. Dana pelunasan. Apakah obligasi memiliki dana pelunasan untuk memastikan adanya pembayaran yang sistematis? Faktor ini adalah faktor plus bagi para agen pemeringkat.

f. Jatuh tempo. Jika hal yang lain tetap, obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat akan dinilai lebih kecil risikonya jika dibandingkan dengan obligasi yang memiliki waku jatuh tempo yang panjang.

g. Stabilitas. Apakah penjualan dan keuntungan emiten stabil?

h. Regulasi. Apakah emiten berada di bawah regulasi, dan dapatkah iklim peraturan yang kurang baik membuat posisi ekonomi perusahaan mengalami penurunan?

i. Antitrust. Apakah ada tuntutan antitrust yang masih menggantung terhadap perusahaan sehingga dapat merusak posisinya.

j. Operasi di luar negeri. Berapa persen penjualan, aktiva, dan laba perusahaan yang berasal dari operasi di luar negeri, dan bagaimana iklim politik di negara tersebut?

k. Faktor lingkungan hidup. Apakah perusahaan kemungkinan akan menghadapi pengeluaran yang besar untuk peralatan pengendalian polusi? l. Tanggung jawab produk. Apakah produk tersebut aman?

m. Tanggung jawab pensiun. Apakah perusahaan memiliki kewajiban pensiun yang belum didanai sehingga dapat menciptakan kemungkinan masalah di masa depan?

n. Masalah tenaga kerja. Apakah terdapat potensi terjadinya masalah tenaga kerja di masa depan yang dapat memperlemah posisi perusahaan?

o. Kebijakan akuntansi.

Berdasarkan pada evaluasi penebitan obligasi tersebut, badan pemeringkat memberi pendapat mereka dalam bentuk peringkat huruf, yang dipublikasikan untuk dapat digunakan para investor.

Tabel 2.1 Peringkat Obligasi

Simbol Arti

idAAA Efek utang jangka panjang dengan peringkat idAAA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan paling kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut

(11)

dan keuangan terhadap kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut adalah minimal

idAA Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idAA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan paling kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut tidak terlalu terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan. idA Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idA didukung oleh

obligor yang memiliki kemampuan yang kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut cukup terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan. idBBB Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idBBB didukung oleh

obligor yang memiliki kemampuan yang memadai dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut lebih terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan dibanding obligor dengan peringkat lebih tinggi.

(12)

Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut sangat terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan. idB Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idB didukung oleh

obligor yang memiliki kemampuan yang lemah dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Pemburukan kondisi perekonomian, bisnis, dan keuangan dapat berakibat pada ketidakmampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut.

idCCC Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idCCC menandakan terdapat risiko besar bahwa obligor tidak mampu memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut serta sangat bergantung pada perbaikan kondisi perekonomian, bisnis serta keuangan.

(13)

Hasil pemeringkatan dari idAA sampai dengan idB dapat dimodifikasi dengan

menambahkan tanda tambah (+) atau tanda kurang (-) untuk menunjukkan kekuatan relative obligor dalam suatu kategori peringkat tertentu.

Sumber : PT PEFINDO.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fabozzi (2000:150)

Bonds issues that are assigned a rating in the top four categories are reffered to as investment-grade bonds. Issues that carry a rating below the top four categories are referred to as non-investment-grade bonds, or more popularly as high yield bonds or junk bonds. Thus, the corporate bond market can be devided into two sectors: the investment-grade and non-investment garde markets.

Menurut Wild et al (2005:239), salah satu badan pemeringkat menggunakan aturan umum seperti :

peringkat AAA untuk obligasi yang memiliki perbandingan aktiva berwujud bersih dengan nilai utang jangka panjang sebesar 5:1 untuk peringkat AAA, 4:1 untuk peringkat AA, 3-3,5:1 untuk peringkat A, dan 2,5:1 untuk peringkat BBB. Aturan umum lainnya menyarankan rasio utang jangka panjang terhadap total modal di bawah 25% untuk peringkat AAA, mendekati 30% untuk peringkat AA, mendekati 35% untuk peringkat A, dan mendekati 40% untuk peringkat BBB.

(14)

6. Keterbatasan Permainan Peringkat

Peringkat utang berguna bagi penerbitan utang dengan proporsi besar. Namun, harus dipahami keterbatasan bawaan dari prosedur standar badan pemeringkat (Wild et al, 2005:240). Penerbitan utang mencerminkan berbagai karakteristik. Karenanya, karakteristik ini memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi perbedaan antara berbagai kelompok peringkat dengan menilai dampak menguntungkan dan merugikan dalam kelompok peringkat tersebut. Selain itu, terdapat bukti bahwa perubahan peringkat tertinggal oleh pasar (Wild et al, 2005:240).

B. Analisis Kinerja Keuangan

Wild et al (2007:12) mengatakan bahwa “financial analysis is the use of financial statement to analyze a company’s financial position and performance, and to assess future financial performance”.

Menurut Djarwanto (2004:143), “yang dimaksud dengan rasio dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana”.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) (Harahap, 2010:297). Selanjutnya Harahap juga menyatakan bahwa :

(15)

kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Current ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menutupi utang lancar atau pun utang jangka panjang yang telah jatuh tempo dengan memanfaatkan seluruh aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Current ratio merupakan indikator tunggal terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva-aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat, rasio ini merupakan ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering digunakan (Brigham dan Houston, 2006:96).

Cash flow ratio is a measure of how well current liabilities are covered by the cash flow generated from a company’s operation. Since liabilities are paid with cash, a comparison of operating cash flow to current liabilities is important (Wild et al, 2007:515).

Times interest earned didesain untuk menghubungkan berbagai berbagai beban keuangan perusahaan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga tersebut. Rasio ini berfungsi sebagai salah satu ukuran kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hingga dapat menghindari kebangkrutan (Van Horne dan Wachowicz, 2007:211).

(16)

Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menutupi sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri (Dendawijaya, 2005:121). Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi kekuatan keuangan perusahaan. Tujuan dari rasio ini adalah mengukur bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam atau utang (Walsh, 2004:118)

C. Teori Signal

Informasi mengenai prospek perusahaan merupakan suatu hal yang penting baik bagi manajer perusahaan dan investor, untuk itu terdapat suatu hubungan pemahaman informasi antara investor dan manajer. Otoritas yang diberikan oleh investor dan kreditor kepada pihak manajemen dalam menjalankan perusahaan membuat pihak manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi perusahaan bila dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh investor maupun kreditor. Keadaan ini menyebabkan terjadinya asymetri information antara manajemen dan investor maupun kreditor.

(17)

dapat menjadi signal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.

D. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Karim Amrullah pada tahun 2007. Pada penelitian yang berjudul Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur, Karim Amrullah menggunakan lima rasio keuangan sebagai variabel independen dan menggunakan peringkat obligasi sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode 2004-2005. Hasil penelitian Karim Amrullah menemukan bahwa empat rasio keuangan mempunyai kemampuan dalam membentuk model prediksi peringkat obligasi, yaitu rasio leverage, solvabilitas, profitabilitas dan produktivitas, sedangkan likuiditas tidak berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Kesimpulan penelitian ini adalah rasio keuangan tersebut berbeda secara signifikan antara perusahaan yang rating obligasinya masuk investment grade dan non-investment grade.

(18)

rasio keuangan yang dipakai, tipe analisis yang dipakai dan periode penelitian. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peringkat obligasi adalah sebagai berikut ini :

Tabel 2.2

Tinjauan Peneliti Terdahulu No Judul Penelitian Peneliti Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian 1 Kemampuan Rasio

Keuangan Sebagai Alat Untuk Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur Karim Amrullah (2007) Leverage (Long Term Liabilities/ Total Assets), Likuiditas (Current Asset/ Current Liabilities), Solvabilitas (Cash Flow from Operating/ Total Liabilities), Profitabilitas (Operating Income/ Sales), Produktivitas (Sales/ Total Asset) Long Term Liabilities/ Total Asset, Cash Flow from Operating/ Total Liabilities, Operating Income/ Sales, dan Sales/ Total Asset mempunyai kemampuan dalam membentuk model prediksi peringkat obligasi 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Luciana Spica Almilia dan Vieka Devi (2007) Faktor akuntansi (growth, size, profitabilitas, likuiditas) dan non akuntansi (jaminan obligasi, umur obligasi, reputasi auditor) Growth, likuiditas berpengaruh signifikan, size, profitabilitas, jaminan obligasi, umur obligasi dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan

3 Pengaruh Faktor Current Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Size dan Maturity Terhadap Prediksi Peringkat Obligasi Rahmat Dirja (2007) Current Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Size, Maturity CR, DER, ROE, size dan maturity berpengaruh secara signifikan.

4 Pengaruh Pertumbuhan terhadap Peringkat dan

Maria Immaculataa

(19)

peringkat obligasi Dan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh utang lancar maupun utang jangka panjang yang akan jatuh tempo

Peringkat Obligasi

(Y) Cash Flow Ratio

(20)

dengan memanfaatkan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan suatu obligasi masuk dalam peringkat investment grade.

Cash flow ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar maupun utang yang akan jatuh tempo dengan memanfaatkan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Semakin kecil nilai rasio ini, maka perusahaan kemungkinan masuk dalam peringkat non investment grade.

Times intereset earned berfungsi sebagai salah satu ukuran kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran bunga atas kewajiban perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar bunga tanpa kesulitan. Apabila nilai rasio ini menunjukkan nilai yang besar, maka obligasi perusahaan tersebut kemungkinan besar akan masuk dalam peringkat investment grade.

Return on equity merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberi ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2008:196). Apabila rasio ini menunjukkan nilai yang tinggi, maka obligasi tersebut kemungkinan akan masuk pada peringkat investment grade.

(21)

Apabila rasio ini menunjukkan nilai yang tinggi maka obligasi dimungkinkan masuk pada peringkat non investment grade.

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengajukan hipotesis bahwa:

H1 : current ratio berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial

H2 : cash flow ratio berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial

H3 : time interest earned berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial

H4 : return on equity berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial

Gambar

Tabel 2.1  Peringkat Obligasi
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

As for the c- kit gene, the current study revealed a high frequency of mutations (10 of 14, 71.4%) in adrenal lym- phoma. Previous reports showed that mutations at codon 816 in

Selain dengan sholat dhuha ada juga kegiatan PHBI (peringatan hari besar islam), dengan adanya kegiatan ini siswa akan lebih tahu apa itu agama islam. Maka, dengan

Bertolak dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian yang akan dilaksanakan berbeda dengan penelitian tersebut, dari persfektif kajian maupun dari

pertama tahap awal pembelajaran menunjukan hasil yang cukup dengan persentase sebesar 68,56% dan proses pembelajaran menunjukan hasil yang baik dengan persentase sebesar

Sejalan dengan fenomena di atas, yang terjadi BPKP dalam melaksanakan tugasnya mengalami tekanan akibat adanya anggaran waktu yang telah ditetapkan untuk

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka perlu dilakukan suatu pendekatan, yang dapat digunakan untuk memperkirakan komposisi ke-3 isotop uranium tersebut pada sembarang

Menurut Kusnadi dan Bintarto bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh pendapatan, sedangkan dalam hasil penelitian yang telah dilakukan

Dengan demikian prediksi tingkat dosis pada korban kecelakaan akibat paparan radiasi pengion dosis tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik PCC karena