• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pada kasus-kasus pidana masih ditemukan praktek-praktek kekerasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pada kasus-kasus pidana masih ditemukan praktek-praktek kekerasan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Menyikapi kejadian-kejadian yang saat ini masih terjadi dimana pada kasus-kasus pidana masih ditemukan praktek-praktek kekerasan dalam hal menangani tersangka yang dilakukan oleh oknum penyidik untuk dapat mengungkap kasus pidana yang dilakukan oleh tersangka itu sendiri, padahal dengan jelas-jelas tata cara penyidikan yang benar sudah diatur dalam KUHAP.

Namun ironisnya pemetaan pelanggaran (penistaan) Hak Asasi Manusia berupa bentuk-bentuk penyiksaan terhadap tersangka atau mereka yang terlibat dalam proses peradilan pidana, misalnya merupakan pelanggaran etika dalam proses pemeriksaan, seperti penyiksaan, interogasi dengan penyiksaan, manipulasi bukti meningkat1, khususnya penyelesaian kekerasan yang dicemarkan

1 Peningkatan pelanggaran hak asasi manusia yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun ini

(2)

dalam interogasi pada tahap pemeriksaan pendahuluan2 kepada tersangka dan terdakwa.

Menyikapi terjadinya realitas diatas dengan mengacu pada pengalaman selama 25 tahun berlakunya KUHAP, diakui masih banyak masalah-masalah teknis yuridis dan prakteknya yang masih memerlukan pembenahan.

Untuk itu dengan telah pula diratifikasinya Konvensi Anti Penyiksaan, keinginan untuk mengadakan riview dan perubahan terhadap KUHAP merupakan suatu kebutuhan yang mutlak dilakukan, sebagai konsekuensi akan komitmen kita yang mengklaim diri sebagai negara hukum.

Nilai-nilai global dalam Konvensi Internasional dan Pembaharuan KUHAP :

1. Harmonisasi Nilai-nilai Global dalam Konvensi Internasional dan Hukum Nasional.

Derasnya arus globalisasi yang melanda dunia saat ini, perlahan tapi pasti telah menimbulkan perubahan di berbagai aspek dan dimensi kehidupan manusia. Dampak dari adanya kemudahan dalam penyebaran informasi dan kesempatan berkomunikasi serta berkembangnya sarana transportasi, memberi peluang bagi setiap manusia mengemban gkan cakupan relasi

2

(3)

sosialnya, dengan lingkup yang hampir tanpa mengenal batas wilayah negara3.

Berkembangnya peluang untuk berinteraksi secara leluasa tersebut akan mendorong terjadinya perubahan dalam tata kehidupan masyarakat di berbagai negara sebab dampak kesemuanya tadi, pada dasarnya dapat memberikan peluang bagi berlangsungnya proses transformasi kultural yang bersifat lintas negara bahkan lintas benua.

Ciri-ciri yang ada kini, yang membedakan sifat, ideologi ataupun pandangan hidup sebuah bangsa mungkin hanya akan tinggal bentuk luarnya saja Isinya mungkin sama, semua tingga "label", bahkan telah ditinggalkan sebagian besar penganutnya.

Fenomena globalisasi ini telah melanda Indonesia yang menuntut nilai-nilai dan norma-norma baru dalam kehidupan skala nasional maupun internasional4 dan mengimbas pula pada kehidupan atau pembentukan hukum modern Indonesia.

Dalam konteks ini pembangunan hukum Indonesia akan diwarnai oleh energi yang tidak hanya berupa nilai -nilai dasar dan nilai-nilai instrumental yang bersifat domestik, tetapi juga nilai -nilai yang

3 Globalisasi mengandung arti tidak ada satupun negara yang terasing. Semua negara dimanapun

letaknya di belahan dunia ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sehingga masyarakat dunia saat ini meliputi seluruh jagad raya. M. Yahya Harahap dalam " ulasan

hukum" yang dimuat dalam majalah "Varia Peradilan", tahun VIII No 92. Mei 1993 mengutip

pendapat hoshua Meyrowitz yang mengatakan " Many of the thing that define sovereignty are

fadfing", maksunya segala sesuatu pengertian dan pernyataan yang menyangkut paham

kedaulatan telah menjadi layu. Tidak ada lagi pengertian kedaulatan yang absolute. Dan dalam suasana kehidupan masyarakat bangsa-bangsa sekarang arus nilai-nalai globalisasi telah berada dalam kehidupan yang "saling terkait" atau " interlinked" .

4 Muladi, menjamin kepastian, ketertiban, Penegakan dan Perlindungan Hukum dalam Era

(4)

bersumber dari kecenderungan internasional yang diakui bangsa -bangsa beradab (the international trends of civilized nations) yang seringkali mengandung nilai praktis dalam rangka pendekatan pragmatis.5 Kecenderungan tersebut tersirat dan tersurat dalam berbagai instrumen internasional seperti : konvensi, deklarasi, resolusi, "guidelines code of conduct, standard minimum rules".

Adaptasi terhadap kecenderungan global tersebut dilakukan dengan melalui retifikasi konvensi internasional dengan Undang-undang maupun dengan keputusan Presiden. Menurut Muladi, hal ini tidak bertentangan dengan tujuan nasional, karena ikut menciptakan ketertiban dunia, merupakan salah satu pilar tujuan nasional. Disamping itu pula, secara doktriner diajarkan bahwa traktat internasional merupakan salah satu unsur hukum yang diakui, selain Undang-undang, yurisprudensi, doktrin dan hukum kebiasaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa asas -asas hukum internasional merupakan bagian dari hukum nasional (the principles of

international law as a part of the law the land )6.

Namun demikian sudah barang tentu diperlukan langkah -langkah harmonisasi hukum atas dasar relativisme kultural, yang selalu memperhitungkan pengalaman sejarah bangsa, per kembangan realitas-realitas ekonomi, sosial, politik dan budaya serta sistem nilai yang

5 Muladi beberapa pemikiran tentang Pembangunan Nasional Budang hukum Pada Pelita VII

Makalah tanpa tahun.

6 Muladi, Menjamin Kepastian, Ketertiban, Penegakan dan Perlindungan Hukum dalam Era

(5)

belaku. Dalam rangka harmonisasi ini langkah -langkah yang bersifat antisipatif dan proaktif harus dilakukan secara sistemik. Untuk itu diperlukan semacam Tim Pemantau Konvensi Internasional yang bersifat integral, yang mengikutsertakan pula disamping departemen terkait juga lembaga-lembaga non pemerintah yang terkait / relevan.

Hal ini disebabkan karena seringkali kebijakan -kebijakan yang telah diputuskan oleh organisasi-organisasi internasional di bawah PBB dijadikan dasar untuk memantau sampai seberapa jauh negara -negara mentaati instrumen-instrumen internasional tersebut. Sebagai contoh untuk mengevaluasi pelaksanaan instrumen internasional Komisi Hak Asasi manusia (Commission of Human Rights) menugaskan " special rapporter'. Indonesia pernah dievaluasi oleh pelapor khusus ini, sepanjang menyangkut Hukum Acara Pidana dengan tuduhan adanya perlakuan yang tidak manusiawi (torture) dalam penyelenggaraan sistem peradilan pi dana7.

Dengan demikian beradaptasi dengan berbagai kecenderungan internasional (global trends) mau tidak mau harus diikuti, tetapi tanpa harus mengorbankan jati diri sebagai bangsa , singkatnya bagaimana melakukan harmonisasi hukum antara instrumen internas ional dengan hukum nasional, tanpa meninggalkan nilai -nilai dasar dan nilai-nilai instrumental khas bangsa Indonesia

7 Muladi, Sistem Peradilan Pidana Indonesia dan Relevansinya dengan instrumen-instrumen

(6)

2. Rekomendasi Konvensi Anti Penyiksaan dan Urgensi Pembaruan KUHAP di Indonesia.

Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan oleh Pemerin tah Indonseia menjadi UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Penghukuman Yang Kejam merupakan langkah adaptasi terhadap kecenderungan global (global trends) yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab di dunia.

Berdasarkan kaidah kebiasaan internasional yang kemudian dirumuskan dalam "Konvensi Wina 1969", ratifikasi adalah tahapan ke-3 yang harus dilalui oleh suatu persetujuan internasional, seperti halnya "Konvensi Menentang Penyiksaan dan penghukuman Yang Kejam" agar dapat mempunyai kekuatan mengikat. Dua tahapan sebelumnya adalah penandatanganan naskah persetujuan dan persetujuan oleh lembaga sesuai dengan konstitusional masing -masing. Dilampauinya ketiga tahapan tersebut memiliki akibat hukum eksternal maupun internal bagi negara yang melakukannya8

Akibat hukum eksternal dimaksudkan negara yang bersangkutan telah menerima segala kewajiban yang dibebankan oleh persetujuan internasional tersebut. Sedangkan akibat hukum internal adalah kewajiban bagi negara yang bersangkutan untuk merubah hukum nasionalnya sesuai dengan persetujuan internasional dimaksud.9

8 Agus Brotosusilo, Dampak Yuridis Pertimbangan Ekonomis dan Cakrawala Sosiologis,

Ratifikasi " Aggreement Establishing The World Trade Organization" oleh Indonesia, hukum dan Pembangunan Nomor 2 tahun XXVI, April 1996.

9

(7)

Akibat hukum internal ini tidak terbatas pada usaha untuk merubah hukum nasionalnya agar sesuai dengan ketentuan persetujuan internasional dimaksud, namun juga harus disertai jaminan bahwa hukum nasional tersebut akan diterapkan secara konsisten dan atau hukum nasional tersebut harus berlaku efektif.

Dengan demikian peratifikasian Konvensi Anti Penyiksaan oleh Indonesia melalui Undang-undang, maka secara yuridis formal nasional yang mengikat negara dan masyarakat.

Namun demikian ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Anti Penyiksaan tersebut tidak dapat dioperasionalisasikan secara langsung untuk menanggulangi kasus-kasus penyiksaan dan kekerasan yang dilakukan oleh aparatur negara terhadap ma syarakat.

Hal ini bisa terjadi karena Konvensi hanya mengatur prinsip prinsip (aturanaturan) pokok untuk melindungi rakyat dari tindakan -tindakan penyiksaan dan kekerasan yang dilakukan aparatur negara, baik sipil maupun militer.

(8)

Di dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention Against Turture and Other Cruel, inhuman of

Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang

Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang Kejam, tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia) terdapat empat rekomendasi pokok yang perlu diadopsi oleh hukum domestik sebagai berikut10 :

Pertama, penyiksaan menurut ketentuan Kon vensi bukan hanya terbatas pada penyiksaan fisik, tetapi juga meliputi penyiksaan mental, tindakan intimidasi dan pemaksaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dan atau atas dorongan atau ijin pejabat pemerintah.

Kedua, negara wajib mengambil langkah -langkah legislatif, administratif, hukum dan langkah efektif lainnya guna mencegah tindak pidana penyiksaan. Setiap pernyataan yang dibuat di bawah penganiayaan tidak dapat diajukan sebagai alat bukti dalam proses apapun. Perintah dari atasan atau penguasa ( public authority) juga tidak dapat digunakan sebagai pembenaran atas suatu penyiksaan.

Ketiga, reformasi terhadap pengaturan penyiksaan yang menurut rekomendasi Konvensi harus dijadikan tindak pidana. Agar negara perserta meninjau kembali sistem pemeriksaa n pendahuluan meliputi

10 Lihat penjelasan atas UU No. 5 tahun 1998 tentang Pengesahan Convention Against Torture and

Other Cruel, inhuman of Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang

(9)

aturan-aturan interogasi, instruksi, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemenjaraan dan perlakuan terhadap orang-orang yang ditangkap, ditahan dan dipenjarakan. Disamping itu negara pihak yang memasukkan tindak pidana penyiksaan sebagai tindak pidana yang dapat diekstradisikan.

Keempat, agar negara peserta memberikan ganti kerugian terhadap korban tindakan penyiksaan dan mempunyai hak untuk mendapat kompensasi yang adil dan layak termasuk sarana untuk mendapatkan rehabilitasi.

Menyikapi keempat rekomendasi pokok danlam Konvensi Anti Penyiksaan tersebut di atas, dan agar Konvensi Anti Penyiksaan dan dioperasionalisasikan dalam menanggulangi praktek -praktek penyiksaan, kekerasan dan kekejaman lainnya, maka ketentuan -ketentuan yang terdapat dalam Konvensi tersebut harus dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan atau digunakan untuk mereformasi perundang-undangan yang mengatur masalah tersebut.

(10)

Karena itu dengan mengingat hal-hal sebagaimana dikemukakan di atas tadi dapatlah Penulis memilih judul "PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PENYIDIK TERHADAP TERJADINYA KEKERASAN DALAM PENYIDIKAN"

B. Identifikasi Masalah

Dari Latar Belakang Masalah yang telah penulis uraikan di atas, beberapa masalah pokok yang akan di tuangkan oleh Penulis antara lain :

1. Bagaimanakah pengaruh tingkat pendidikan seorang penyidik terhadap terjadinya kekerasan dalam penyidikan ?

2. Bagaimanakah upaya untuk meminimalisir terjadi nya kekerasan dalam penyidikan ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini dilaksanakan adalah dalam upaya untuk memperoleh data dan informasi yang ada kaitannya dengan pokok-pokok permasalahan yang peneliti lakukan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

(11)

bagaimanakah penerapan HAM dalam proses penyidikan kejahatan yang ditangani oleh Polres Cirebon Kota yang nantinya akan dianalisa dan sejauhmana perbuatan tindak kekerasan bagi mereka yang melakukannya. Dari data yang diperoleh diharapkan pula dapat mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi terutama yang berhubungan dengan tindak kekerasan dalam proses penyidikan yang merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan peneliti dalam rangka menyusun proposal sebagai berikut :

1. Secara teoritis

a. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam hukum Kepolisian.

b. Untuk memberikan masukan dan dapat melengkapi serta memperoleh ilmu baru yang didapat selama mengikuti perkuliahan.

c. Untuk memberikan sumbangan pikiran dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bidang Kepolisian, sehingga akan dapat melengkapi perbendaharaan kepustakaan .

2. Secara praktis

(12)

E. Kerangka Pemikiran

Polisi pada hakekatnya dapat dilihat sebagai hukum yang hidup, karena ditangan Polisi hukum mengalami perwujudannya, setidak -tidaknya di bidang hukum pidana. Sebagai salah sate komponen sistem peradilan pidana, Polisi banyak berhubungan langsung dengan masyarakat dalam tugasnya sebagai Law Enforcer maupun sebagai

Crime Fighter. Secara umum orang melihat Polisi merupakan

(13)

khususnya dalam penegakan hukum, sudah dimulai sejak disahkannya

Declaration of Human Right, tahun 1948 yang kemudian dilanjutkan

dalam perjanjian Intemasional tentang Hak Sipil dan Politik, dan

Convention Agains Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment.

F. Metodologi Penelitian

Metode dalam penelitian ini berfungsi untuk menerangkan bagaimana data dikumpulkan, dan bagaimana data tersebut dianalisis serta bagaimana hasil analisis tersebut akan dituliskan.

1. Metode Pendekatan

Metode merupakan suatu cara untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Oleh karena itu diperlukan cara-cara pendekatan yang mampu menghasilkan suatu analisis yang dapat menjawab permasalahan yang ada. Bertolak dari dari obyek penelitian yang mencakup eksistensi hukum substantif, maka metode pendekatan yang ditempuh dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini lebih menekankan pada data sekunder. Sedangkan sumber data primer hanya bersifat menunjang.

(14)

a. Data sekunder bahan hukum primair adalah peraturan perundang-undangan meliputi KUH Pidana, dokumen atau risalah peraturan perundang-undangan, hasil-hasil penelitian dan hasil karya ilmiah lainnya.

b. Data Primer, data yang diperoleh dilapangan yang dalam hal ini ditemui di Polres Kota Cirebon.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Bertolak dari jenis dan sumber data diatas, maka teknik pengumpulan data yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: a. Studi dokumen, yakni penelitian terhadap berbagai data

sekunder yang berkaitan dengan objek penelitian. Jelasn ya studi terhadap sumber data yang berkaitan dengan aspek hukum alat bukti saksi di pemeriksaan.

b. Wawancara, yakni untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung kepada yang diwawancarai, yang dilakukan terhadap para penyidik.

4. Teknik Penyajian dan Analisis Data a. Teknik Penyajian Data

(15)

b. Analisa Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif hal ini bertolak dari maksud penelitian yang tidak hanya untuk menggambarkan atau menjelaskan data, melainkan juga mengungkapkan realitas aspek hukum yang ideal dan diharapkan dalam menentukan alat bukti. Analisis data yang bersifat kualitatif ini normatif dan didukung dengan studi lapangan. Analisis dalam kegiatan penganalisaannya bertitik tolak dari analisis yuridis normatif ditempuh untuk menganalisis peratur an perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan, terutama norma hukum positif yang dapat menjadi landasan legalitas bagi penyidik dalam proses penyidikan.

G. Lokasi Penelitian

Penelitian skripsi ini dilakukan di Kantor Polres Cirebon Kota Jl. Veteran No. 5 Kota Cirebon

H. Sistimatika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan penguraian permasalahannya, penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

(16)

kerangka pemikiran, metodologi penelitian yang dipergunakan serta sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini membahas tinjauan tentang penyelidikan, tinjauan Tentang Kekerasan dalam Penyidikan .

BAB III : Bab ketiga ini berisi tentang Pendidikan Penyidik Serta Proses Penyidikan Di Polres Kota Cirebon.

BAB IV : Bab keempat ini membahas hasil dan pembahasan yang didalamnya membahas Sumber Daya Manusia Polisi Penyidik di Polres Cirebon Kota dan Faktor-faktor Penyebab Tindak Kekerasan dalam Penyidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Namun, penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Irwantoro (2014) mengenai pengaruh P-O Fit terhadap OCB dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi sebagai

Benda transparan yang dimodelkan adalah benda transparan yang menghasilkan efek kaustik, yaitu pembiasan sinar dari sumber cahaya yang mengumpul di suatu daerah sehingga pada

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kesadaran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMK Pesantren Ciwaringin kebijakan dan pembelajaran K3 masih sebatas program, guru belum maksimal menerapkan K3 di bengkel

Peserta yang akan dibina oleh Kader JKN-KIS adalah masyarakat desa yang sudah menjadi peserta dengan kriteria menunggak (lebih dari 2 bulan menunggak) dan calon

Optimisasi yang dilakukan mempertimbangkan frekuensi pergerakan antar fasilitas sesuai dengan jumlah dan jenis produk, luasan area produksi yang dimiliki, allowance

Analisis ini digunakan untuk mengetahui produktivitas alat pancang jack-in pile type hydraulic static pile driver pada proyek Apartemen Universitas Ciputra ditinjau dari panjang

produktivitas adalah bagaimana hasil yang diperoleh alat pancang (jack-in pile) pada saat dilakukan proses pemancangan di lapangan, ditinjau dari durasi aktivitasnya... Mean