PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN
Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk mendukung pembangunan nasional. Peningkatan kualitas pendidikan nasional merupakan syarat mutlak untuk menghadapi era globalisasi abad 21.
Peranan pendidikan dalam menentukan kemajuan bangsa telah diakui seluruh umat manusia.
Kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam pendidikan. Negara-negara maju umumnya memiliki sumber daya manusia terampil untuk mengolah sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara maju dengan kualitas pendidikan tinggi sebagai hasil pendidikan telah menghasilkan generasi inovatif dan kreatif yang dibutuhkan untuk mendukung atau meningkatkan hasil pembangunan.
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas interaksi tiga komponen yaitu tujuan pendidikan, pembelajaran, dan penilaian (Muslich, 2011). Tujuan pendidikan dirumuskan dalam kurikulum yang dijabarkan dalam rencana program pembelajaran. Dalam rencana tersebut dijabarkan tujuan pendidikan ke dalam tujuan pembelajaran dengan konten mata pelajaran. Hal yang diprogramkan, itulah yang diajarkan atau dialihkan pendidik kepada peserta didik, yang disebut pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi pendidik dengan peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Untuk mengetahui capaian peserta didik dalam pembelajaran dilakukan penilaian. Hasil penilaian menunjukkan capaian peserta didik pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Bila capaian penilaian memuaskan maka proses pembelajaran dapat dilanjutkan sedaangkan bila belum maka dilakukan proses pembelajaran ulang atau remedial. Hasil penilaian dikomunikasikan kepada peserta didik atau pihak lain yang berkepentingan. Dengan cara tersebut para pihak, mengetahui kemajuan belajar peserta didik dan dapat diambil tindakan untuk perbaikan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketiga komponen pendidikan tersebut saling berkait dan berkontribusi dalam peningkatan hasil pembelajaran di satuan pendidikan. Komponen tersebut dapat saling memberi informasi sehingga pembelajaran berhasil dengan baik.
Untuk mengukur hasil pembelajaran dilakukan penilaian internal dan eksternal (Nitko dan Susan, 2011). Penilaian internal dilakukan oleh pendidik dalam bentuk ujian harian, ujian tengah semester; ujian akhir semester, dan ujian kenaikan kelas. Penilaian eksternal dilakukan oleh pihak luar atau pemerintah dalam bentuk ujian sekolah, ujian nasional, atau survei. Kedua bentuk penilaian saling melengkapi dan menguatkan hasil penilaian internal (Hadiana, 2012). Hasil penilaian yang dilakukan pendidik selama proses pembelajaran
kurang dipercayai oleh berbagai kalangan sehingga perlu penilaian ekternal. Dengan demikian hasil penilaian internal dikuatkan oleh penilaian pemerintah atau eksternal.
Penilaian akhir yang dilakukan pemerintah khusus di sekolah dasar, dewasa ini disebut Ujian sekolah/Madrasah (US/M), sebagai kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran dan muatan lokal sesuai dengan standar kompetensi lulusan. US/M diselenggarakan pada sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, sekolah dasar luar biasa, pusat kegiatan belajar masyarakat, sanggar kegiatan belajar, pondok pesantren salafiyah. Ujian sekolah dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi dan untuk menggambarkan pencapaian tujuan pembelajaran (Purwati, 2009). Tujuan ujian akhir yaitu untuk memeroleh gambaran perkembangan kompetensi peserta didik selama masa pendidikan dan digunakan sebagai dasar untuk penentuan kelulusan atau hasil belajar peserta didik (Putra, 2013).
Ujian akhir khususnya di SD sudah ada sejak Indonesia merdeka sampai sekarang. Pada awalnya disebut Ujian Negara, Ujian Sekolah, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas), Ujian Sekolah, Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN), Ujian Nasional, dan Ujian Sekolah/Madrasah (US/M). Setiap bentuk ujian tersebut memiliki perbedaan utama dalam proses penyusunan bahan ujian, penggandaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil ujian (Pakpahan, 2015). US/M yang dilaksanakan sekarang merupakan kelanjutan UASBN menjadi Ujian Nasional dan US/M. UASBN dan Ujian Nasional mengujikan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA sedang US/M mengujikan seluruh mata pelajaran termasuk Muatan Lokal.
Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah yaitu tentang prosedur penyiapan bahan US/M, dan nilai hasil US/M di sekor di setiap provinsi serta nilai tersebut disetarakan hingga diperoleh nilai nasional. Nilai yang dihasilkan provinsi belum dapat diperbandingkan hingga perlu dilakukan penyetaraan dan hasil tersebut dapat dijadikan sebagai patokan dalam pemetaan mutu sekolah dasar/madrasah melalui hasil US/M.
dilaksanakan oleh dinas pendidikan provinsi atau kabupaten/kota. Kemeterian menetapkan aturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan US/M. Hasil US/M digunakan untuk: 1) penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; 2) pertimbangan seleksi masuk satuan pendidikan berikutnya; 3) pemetaan mutu satuan pendidikan; dan (4) pembinaan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan (Kemdikbud, 2015). Hasil US/M digunakan satuan pendidikan penentuan kelulusan, dinas pendidikan kabupaten/kota sebagai alat seleksi masuk ke jenjang SMP, Kementerian sebagai bahan pemetaan mutu pendidikan khusu untuk SD/MI. Agar hal itu dapat dilakukan maka hasil US/M perlu dilakukan penyetaraan sehingga hasil US/M berada dalam satu skala nasional.
METODOLOGI
Metodologi dalam makalah ini dimaksudkan sebagai cara yang dilakukan untuk mengolah data dan menyetarakan hasil nilai tiga mata pelajaran dari seluruh Indonesia. Pengolahan data digunakan analisis diskriptif, digunakan untuk memeroleh perbandingan hasil nilai tiap provinsi dan analisis inferensial untuk melihat kaitan tingkat kesukaran soal antar wilayah dan penyetaraan antara wilayh. Data atau nilai tiga mata pelajaran yang sudah ditetapkan nilainya oleh dinas pendidikan provinsi diolah kembali dengan memasukkan data measure soal linking (25%). Proses penyetaraan nilai atau skor provinsi digunakan softwere WINSTEP sehingga hasilnya nilai atau skor nasional untuk tiap mata pelajaran. Melalui analisis ini nilai antar provinsi dapat diperbandingkan dan digunakan sebagai bahan pemetaan mutu sekolah dasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyiapan bahan US/M meliputi penyusunan kisi-kisi, penulisan soal, perakitan soal, pencetakan tes, dan pendistribusian tes. Kisi-kisi dan soal 25% sebagai soal linking disiapkan oleh Kemdikbud dan soal 75% disusundinas pendidikan provinsi dengan melibatkan guru mata pelajaran dari setiap kabupaten/kota. Bentuk soal yang disusun yaitu soal pilihan ganda sejumlah tiga paket naskah (ujian utama, ujian susulan, dan ujian cadangan). Bahan ujian digandakan pemda provinsi dan bahan ujian didistribusikan langsung ke titik simpan akhir yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Pola distribusi bahan ujian yaitu percetakan ke dinas pendidikan provinsi, ke kabupaten/kota dan titik simpan akhir (kecamatan). Pelaksanaan ujian dilaksanakan satu mata pelajaran setiap hari dan proses penyelenggaraan Ujian Sekolah mengikuti pelaksanaan ujian standar. Bahan ujian digandakan sejumlah peserta US/M dan menempuh satu paket tes dalam satu ruang ujian. Hal ini memungkinkan peserta ujian saling
kerja sama atau pihak lain mudah menyebarkan jawaban. Perlu dipikirkan agar dalam satu ruang ujian menggunakan dua atau lebih paket tes sehingga menyulitkan peserta untuk saling kerja sama maupun upaya penyebaran jawaban.
Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan tingkat kecamatan atau ada yang diantar langsung ke dinas pendidikan kabupaten/kota untuk dipindai. Proses pengiriman dilakukan sesuai dengan kesepakatan panitia kabupaten/kota dengan sekolah penyelenggara. Hasil pemindaian pekerjaan peserta US/M dikirimkan ke dinas provinsi untuk di skor. Hasil penskoran oleh provinsi dikirimkan ke dinas kabupaten/kota hingga ke satuan pendidikan. Hasil penskoran ini digunakan untuk menentukan nilai capaian peserta US/M dan belum diolah dengan data soal linking. Sesuai dengan fungsi soal linking, seharusnya soal linking harus diolah sehingga diperoleh skala soal US/M dalam skala nasional. Dengan skala tersebut, maka hasil US/M dapat diperbandingkan antar satuan pendidikan secara nasional.
Perbandingan kemampuan peserta US/M dengan tampak pada Gambar 1, menunjukkan kemampuan peserta US/M dengan kemampuan atau tingkat kesukaran dari soal yang disusun oleh guru di setiap provinsi. Gambar tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesukaran soal yang diujikan di bawah kemampuan peserta US/M. Artinya secara keseluruhan materi US/M sudah dipelajari siswa peserta USM. Berikut gambaran kemampuan peserta US/M dibandingkan kemampuan atau tingkat kesukaran soal US/M.
Person - MAP - Item
3 +
.# | . T|
.## | .### |
2 .#### +
.##### S|
.####### | .####### | .####### |
.############ M|T I0020
1 .########## + I0007 I0045 .##### | I0046 I0047
.####### |S I0003 I0006 I0014 I0019 I0048 I0049
Gambar 1. Perbandingan kemampuan US/M dengan Tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia
Person - MAP - Item
4 .# +
.### |
3 .### T+
.#### | .#### |
2 .##### S+
.##### | .# | .###### | .###### | .####### | .####### |
1 .####### M+T I0020 .####### |
.############ | I0013 I0023 I0027 I0031 .####### | I0005 I0015 I0024 I0030 .####### |S
.##### | I0021 I0022 I0025 I0026 I0028 .######### | I0002 I0004 I0008 I0019
0 .#### +M I0009 I0018
.###### S| I0010 I0011 I0014 I0016 I0017 I0032 .## | I0012 I0029 I0036 I0039
.## |S
.## | I0003 I0037 I0038 .### | I0006 I0007
.# | I0035
-1 .# T| I0001 I0034
Gambar 2. Perbandingan kemampuan US/M dengan Tingkat kesukaran soal Matematika Gambar 2 menunjukkan kemampuan peserta US/M secara rata-rata di atas kemampuan atau tingkat kesukaran dari soal yang disusun oleh guru di setiap provinsi. Artinya secara keseluruhan materi US/M sudah dipelajari siswa peserta US/M. Berikut gambaran kemampuan peserta US/M dibandingkan kemampuan atau tingkat kesukaran soal US/M IPA.
Person - MAP - Item
4 . +
.# | .## |
3 . +
.### | .##### | .##### |
2 . S+
.####### | .####### |
.######## | I0017 .######## M|T .######## |
1 .####### + I0027 I0037
.############ | I0003 I0018 I0020 .###### | I0019
.##### |S I0029
.#### S| I0009 I0011 I0021 .##### |
.## | I0006 I0008 I0016 I0033
0 .# +M I0004 I0012 I0014 I0032 I0034 I0038 .# | I0001 I0010 I0030 I0035 I0040 .# | I0022 I0024 I0036
. T| I0002 I0015 I0026 I0028 . |S I0007
. | I0023
. |T I0013 . | I0005
-2 . +
Gambar 3. Perbandingan kemampuan US/M dengan Tingkat kesukaran soal IPA
Gambar 3 menunjukkan kemampuan peserta US/M secara rata-rata di atas kemampuan atau tingkat kesukaran dari soal yang disusun oleh guru di setiap provinsi. Artinya secara keseluruhan materi US/M sudah dipelajari siswa peserta USM.
Hasil analisis soal yang ditemukan beberapa hal bermasalah tentang soal yang terlalu sukar dan mudah, dari indikator yang sama namun tingkat kesukaran tidak sama, indikator sama namun menghasilkan soal yang berbeda, dan tidak ditemukan kunci. Berikut contoh soal yang terlalu sukar dan mudah:
Tingkat kesukaran soal tidak sama
Measure : 3.19
Measure : -2.74
Perbedaan soal dengan indicator yang sama
Measure : 4.88
Measure : -2.27
Perbedaan tingkat kesukaran dengan soal yang sama
Measure: 1.973
Measure : -2.708
Indikator sama denga soal yang berbeda
Measure : 4.018
Measure : -2.014
Soal yang kurang baik
Alasan: tidak ada kunci jawaban
Provinsi 02 Paket 02 No. 10
Alasan : Kunci jawaban ganda Provinsi 25 No. 27
Alasan : Soal tidak lengkap (tidak ada gambar)
Hasil pekerjaan peserta ujian untuk tiga matpel dikumpulkan di dinas pendidikan kabupaten/kota untuk dipindai (scan) sedang hasil pekerjaan peserta ujian matpel lain ada di tingkat satuan pendidikan penyelenggara ujian untuk dikoreksi. Hasil pemindaian tiga matpel yang dilakukan dinas kabupaten/kota dikirimkan ke provinsi untuk di skor. Untuk itu, dinas pendidikan provinsi sebelum melakukan penskoran hasil ujian, lebih dulu mendapatkan kunci jawaban soal linking dari Kemdikbud. Hasil penskoran ujian sekolah yang dilakukan dinas pendidikan provinsi dikirimkan ke dinas pendidikan kabupaten/kota selanjutnya ke satuan pendidikan. Berikut hasil penskoran yang dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi secara berturut-turut diuraikan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA.
Gambar 1. Hasil Penskoran Bahasa Indonesia Oleh Dinas Provinsi Gambar 1 menunjukkan
lima provinsi dengan nilai tertinggi DKI Jakarta, (8) Sumatera Barat, dan provinsi terendah yaitu (13) Kalimantan (33) Papua Barat, dan (34) Kalimantan Utara provinsi dan batas bawah sekitar 40.
Gambar 2. Hasil Penskoran Pada Gambar 2 tampak dengan nilai tertinggi di provinsi ( Jakarta, dan (8) Sumatera Barat (13) Kalimantan Barat, (16 Kepulauan Riau.
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 1. Hasil Penskoran Bahasa Indonesia Oleh Dinas Provinsi
menunjukkan capaian nilai Bahasa Indonesia yang diolah provinsi. Berikut dengan nilai tertinggi yaitu di provinsi (4) DI Yogyakarta, (3)
Sumatera Barat, dan (16) Kalimantan Timur. Sedangkan capaian lima Kalimantan Barat, (18) Sulawesi Tengah, (7
Kalimantan Utara. Nilai olahan provinsi cenderung tinggi antar provinsi dan batas bawah sekitar 40.
. Hasil Penskoran Matematika Oleh Dinas Provinsi
tampak capaian nilai Matematika yang diolah provinsi. Lima provinsi (32) Sulawesi Barat, (22) Bali, (3) Jawa Tengah, Sumatera Barat. Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu
16) Kalimantan Timur, (15) Kalimantan
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
yang diolah provinsi. Berikut (4) DI Yogyakarta, (3) Jawa Tengah, (1) Sedangkan capaian lima 7) Sumatera Utara, Nilai olahan provinsi cenderung tinggi antar
yang diolah provinsi. Lima wilayah (3) Jawa Tengah, (1) DKI Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (25) Papua, ) Kalimantan Selatan, dan (31)
28 29 30 31 32 33 34
28 29 30 31 32 33 34
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hasil olahan nilai provinsi tampak tinggi
pelajaran ini mudah bagi peserta sehingga capaian maksimal 100.
Gambar 3. Hasil Penskoran
Gambar 3 menunjukkan nilai tertinggi IPA (4) DI Yogyakarta, (5) Jawa Timur,
Kepulauan Riau. Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (25) Papua, (2 Utara, (13) Kalimantan Barat, (
Hasil olahan nilai disetarakan dengan data dan berikut measure soal linking
-6-5 -4-3 -2-101234567
1 3 5 7 9 11 13 15
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Hasil olahan nilai provinsi tampak tinggi-tinggi di seluruh provinsi dan tampak mata pelajaran ini mudah bagi peserta sehingga capaian maksimal 100.
. Hasil Penskoran IPA Oleh Dinas Provinsi
Gambar 3 menunjukkan nilai tertinggi IPA secara berturut-turu dicapai oleh provinsi (5) Jawa Timur, (22) Bali, (16) Kalimantan Timur, (26) Bengkulu Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (25) Papua, (2
, (23) Nusa Tenggara Barat, (17) Sulawesi Utara
Hasil olahan nilai disetarakan dengan data measure soal linking yang 25% dari pusat linking antar provinsi.
15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41
28 29 30 31 32 33 34
tinggi di seluruh provinsi dan tampak mata
dicapai oleh provinsi (26) Bengkulu, (31) Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (25) Papua, (27) Maluku
Sulawesi Utara.
yang 25% dari pusat
41 43 45 47 49
Gambar 5. Sebaran measure soal Matematika Gambar 4 menunjukkan sebaran bergerak dari -4,45 (soal nomor 34) hingga tertinggi nomor 2, 20, 30, 27
nomor 34, 1, 35, 36, dan 6. Ada juga soal dengan
22, 23, 25, 26, 28, dan 31. Pada gambar tersebut ada rentang seperti 2.
Gambar 6. Sebaran measure soal IPA Gambar 6 menunjukkan sebaran dari -3,40 (soal nomor 30) hingga nomor 24, 26, 36, 10, dan 9. Sedangkan 8, 35, 32, dan 2. Ada juga soal dengan di bawah measure 0,0 yaitu nomor soal yang terlalu besar seperti
-6-5 -4-3 -2-10123456789 1011 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
soal Matematika
Gambar 4 menunjukkan sebaran measure soal Matematika secara nasional. Measure 4,45 (soal nomor 34) hingga 11,12 (soal nomor 2). Soal dengan
27, dan 40. Sedangkan lima soal dengan measure . Ada juga soal dengan measure di atas 0,0 yaitu nomor
Pada gambar tersebut ada rentang measure soal yang terlalu besar
soal IPA
menunjukkan sebaran measure soal IPA secara nasional. Measure bergerak ) hingga 4,22 (soal nomor 24). Soal dengan measure
. Sedangkan lima soal dengan measure terendah yaitu nomor . Ada juga soal dengan measure di atas 0,0 yaitu nomor 3, 17,
0,0 yaitu nomor 5, 13, dan 31. Pada gambar tersebut ada rentang soal yang terlalu besar seperti 24 dan 35.
12131415161718192021222324252627282930313233
121314151617181920212223242526272829303132
secara nasional. Measure (soal nomor 2). Soal dengan measure lima measure terendah yaitu 0,0 yaitu nomor 13, 17, 20, soal yang terlalu besar
secara nasional. Measure bergerak measure lima tertinggi terendah yaitu nomor 30, , 17, 27, sedangkan Pada gambar tersebut ada rentang measure
3334353637383940
323334353637383940
Berikut ini gambaran perbandingan antara nilai soal linking dengan non linking sebagai berikut:
Gambar 7. Sebaran Nilai Soal Linking dan soal Non Linking Bahasa Indonesia.
Gambar 7 menunjukkan sebaran nilai soal linking dan soal non linking tiap provinsi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Nomor soal linking Bahasa Indonesia yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 41, 42, dan 45 sedangkan nomor lainnya disebut soal non linking.
Capaian nilai linking tertinggi Bahasa Indonesia yaitu provinsi (4) DI Yogyakarta, (5) Jawa Timur, (8) Sumatera Barat, (3) Jawa Tengah, (22) Bali dan terendah di provinsi (25) Papua, (27) Maluku Utara, (23) Nusa Tenggara Barat, (33) Papua Barat, dan (32) Sulawesi Barat.
Capaian nilai non linking tertinggi Bahasa Indonesia yaitu provinsi (4) DI. Yogyakarta, (5) Jawa Timur, (8) Sumatera Barat, (3) Jawa Tengah, dan (22) Bali dan terendah di provinsi (25) Papua, (27) Maluku Utara, (23) Nusa Tenggara Barat, (33) Papua Barat, dan (32) Sulawesi Barat.
45 55 65 75 85 95
4 5 8 3 22 1 9 2 28 31 7 30 19 29 16 10 20 26 21 11 15 12 24 14 18 34 6 17 13 32 33 23 27 25 Rata Anchor Rata non Anchor
35 45 55 65 75 85
- 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sulawesi Selatan, (30) Banten Kalimantan Utara, (25) Papua, ( nilai soal non linking tertinggi Jawa Barat, (19) Sulawesi Selatan, Barat, (34) Kalimantan Utara, (
Gambar 9. Sebaran Measure Soal Gambar 7 menunjukkan mata pelajaran IPA. Nomor soal
38 sedangkan nomor lainnya disebut soal non yaitu provinsi (4) DI Yogyakarta,
Selatan, dan terendah di provinsi (25) Papua, Kalimantan Barat, dan (34) Maluku Utara provinsi (4) DI Yogyakarta, (2
Sumatera Utara, dan terendah di provinsi ( Utara, (13) Kalimantan Barat, dan (
Gambar 10. Hasil Penyetaraan
45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
4 22 3 5 19 2 8 7 28 29
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Banten, dan terendah di provinsi (13) Kalimantan Barat ) Papua, (15) Kalimantan Selatan, dan (27) Maluku Utara tertinggi Matematika yaitu provinsi (22) Bali, (7) Sumatera Utara, (19) Sulawesi Selatan, (30) Banten, dan terendah di provinsi (
, (25) Papua, (15) Kalimantan Selatan, dan (27
Soal Linking Dan Non Linking Untuk IPA.
Gambar 7 menunjukkan sebaran measure soal linking dan non linking mata pelajaran IPA. Nomor soal linking IPA yaitu nomor 3, 5, 7, 13, 17,
sedangkan nomor lainnya disebut soal non linking. Capaian nilai linking (4) DI Yogyakarta, (22) Bali, (3) Jawa Tengah, (5) Jawa Timur,
Selatan, dan terendah di provinsi (25) Papua, (27) Maluku Utara, (33) Papua Barat, ( , dan (34) Maluku Utara. Capaian nilai non linking tertinggi
2) Jawa Barat, (5) Jawa Timur, (16) Kalimantan Timur dan terendah di provinsi (27) Maluku Utara, (25) Papua
, dan (32) Sulawesi Barat.
yetaraan Bahasa Indonesia
29 30 1 26 21 20 9 10 11 12 16 6 32 24 31 15 17 18 14 Rata Anchor Rata Non Anchor
27 28 29 30 31 32 33 34
Kalimantan Barat, (34) Maluku Utara. Capaian (22) Bali, (7) Sumatera Utara, (2) , dan terendah di provinsi (13) Kalimantan
27) Maluku Utara.
linking tiap provinsi , 21, 25, 27, 31, dan linking tertinggi IPA (5) Jawa Timur, (19) Sulawesi (33) Papua Barat, (13) tertinggi IPA yaitu Kalimantan Timur, dan (7) Papua, (17) Sulawesi
14 23 34 13 33 27 25
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Gambar 11 menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi Bahasa Indonesia turut dicapai oleh provinsi (4)
Barat, (16) Kalimantan Timur Tengah, (13) Kalimantan Barat
paket yang dijadikan titik nol adalah DI Yogyakarta, oleh karenanya tampak paling tinggi.
Gambar 11. Hasil Penyetaraan
Gambar 11 menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi Matemika dicapai oleh provinsi (11) Sumatera Selatan, (3) Jawa Timur,
Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu ( (18) Sulawesi Tengah, (25) Papua, (
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi Bahasa Indonesia dicapai oleh provinsi (4) DI Yogyakarta, (1) DKI Jakarta, (3) Jawa Timur
Kalimantan Timur. Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (
Kalimantan Barat, (33) Papua Barat, (27) Maluku Utara. Dalam penyetaraan paket yang dijadikan titik nol adalah DI Yogyakarta, oleh karenanya tampak paling tinggi.
yetaraan Matematika
menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi Matemika dicapai oleh provinsi Jawa Timur, (1) DKI Jakarta, (21) Maluku
Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (4) DI Yogyakarta, (11) ) Papua, (31) Kepulauan Riau.
28 29 30 31 32 33 34
menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi Bahasa Indonesia secara berturut- Jawa Timur, (8) Sumatera ma provinsi terendah yaitu (18) Sulawesi Dalam penyetaraan paket yang dijadikan titik nol adalah DI Yogyakarta, oleh karenanya tampak paling tinggi.
menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi Matemika dicapai oleh provinsi Maluku, (5) Jawa Timur.
DI Yogyakarta, (11) Sumatera Selatan,
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
Gambar 13. Perbandingan Nilai Provinsi dan Penyetaraan Gambar 13 menunjukkan perbandingan nilai provinsi dengan
diskor oleh provinsi menurun dengan nilai setelah disetarakan dengan data soal (4) DI Yogyakarta, 94, setelah disetarakan (equated
menjadi 37,6. Sedangkan nilai tertinggi setelah diseterakan di provinsi (4) DI Yogyakarta 75,17 dan terendah di provinsi (18) Sulawes 34,81. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai tertinggi oleh provinsi dan disetara
setelah disetarakan terjadi perubahan dari Maluku Utara ke Sulawesi Tengh. Konsekuensi dari perubahan ini maka nilai capaian harusnya
Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
rbandingan Nilai Provinsi dan Penyetaraan Bahasa Indonesia
menunjukkan perbandingan nilai provinsi dengan nilai hasil penyetaraan Bahasa Indonesia
diskor oleh provinsi menurun dengan nilai setelah disetarakan dengan data soal linking. Pada awalnya (raw) nilai tertinggi terdapat di provinsi equated) menjadi 75,17, nilai terendah terdapat di provinsi (27) Maluku Utara, 36,
37,6. Sedangkan nilai tertinggi setelah diseterakan di provinsi (4) DI Yogyakarta 75,17 dan terendah di provinsi (18) Sulawes
tertinggi oleh provinsi dan disetarakan tetap terdapat di DI Yogyakarta sementara nilai terendah erjadi perubahan dari Maluku Utara ke Sulawesi Tengh. Konsekuensi dari perubahan ini maka nilai capaian harusnya
Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated
27 28 29 30 31 32 33 34
Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan nilai yang ) nilai tertinggi terdapat di provinsi ilai terendah terdapat di provinsi (27) Maluku Utara, 36, disetarakan 37,6. Sedangkan nilai tertinggi setelah diseterakan di provinsi (4) DI Yogyakarta 75,17 dan terendah di provinsi (18) Sulawes i Tengah an tetap terdapat di DI Yogyakarta sementara nilai terendah erjadi perubahan dari Maluku Utara ke Sulawesi Tengh. Konsekuensi dari perubahan ini maka nilai capaian harusnya
75,0509
53,4696 74,8967
50,7389 77,8062
55,2773 81,1804
61,0605 71,9122
49,4788 68,6276
45,9443 69,3134
45,0430 77,4005
54,2336 78,6929
52,6792 73,0267
48,5612 75,3300
50,5573 69,8952
47,3075 63,1623
44,0703 65,9955
44,3302 68,9824
47,5578 75,1434
52,5978 71,7324
48,7128 60,6570
40,5139 72,4974
48,0479 70,6120
46,6596 67,3970
45,0182 73,3453
49,6042 66,1152
45,9791 70,5731
46,5238 65,0011
44,3644 71,0304
49,6419 63,9428
43,7269 71,3126
49,0751 71,0443
46,2433 77,6737
51,8018 74,9952
52,2524 67,8855
45,8594 64,2660
42,9673 67,3053
46,3586
Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated
berubah setelah nilai provinsi ke nilai nasional. Untuk melihat gambaran perbedaan rata-rata nilai provinsi dengan nilai penyetaraan sebagai berikut.
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
penurunan rendah yaitu provinsi (13) Kalimantan Barat, 19,09 (awal 63,2 dan akhir 44,1), (4) DI Yogyakarta, 20,12, (awal 81, (23) Nusa Tenggara Barat, 20,14 (awal 66,1 dan akhir
Gambar 15. Perbandingan Nilai Provinsi dan Penyetaraan
Gambar 15 menunjukkan perbandingan nilai provinsi dengan nilai hasil penyetaraan Matematika oleh provinsi menurun dengan nilai setelah disetarakan dengan data soal
Bali, 75,78, disetarakan (equated) menjadi 49,31
hasil penyetaraan tertinggi di provinsi (4) DI Yogyakarta
Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
penurunan rendah yaitu provinsi (13) Kalimantan Barat, 19,09 (awal 63,2 dan akhir 44,1), (4) DI Yogyakarta, 20,12, (awal 81, dan akhir 46,5), dan (27) Maluku Utara, 20,22 (awal 63,9 dan akhir
Perbandingan Nilai Provinsi dan Penyetaraan Matematika
menunjukkan perbandingan nilai provinsi dengan nilai hasil penyetaraan Matematika. Secara keseluruhan nilai yang diskor oleh provinsi menurun dengan nilai setelah disetarakan dengan data soal linking. Pada awalnya (raw) nilai tertinggi terdapat di provinsi (
31 dan nilai terendah di provinsi (13) Kalimantan Barat, 52,67
DI Yogyakarta, 96,21 dan nilai terendah di provinsi (20) Sulawesi Tenggara
Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated
27 28 29 30 31 32 33 34
penurunan rendah yaitu provinsi (13) Kalimantan Barat, 19,09 (awal 63,2 dan akhir 44,1), (4) DI Yogyakarta, 20,12, (awal 81, 2, da akhir 61,1), dan akhir 43,7).
. Secara keseluruhan nilai yang diskor ) nilai tertinggi terdapat di provinsi (22) disetarakan menjadi 46,80. Nilai Sulawesi Tenggara, 45,44. Hasil penyetaraan
65,13368
51,02327 72,57980
49,50245 71,06539
53,45732 63,52543
47,22649 70,44337
50,4000 68,03393
49,26503 72,31281
47,64228 67,95905
50,98978 61,96419
47,22681 66,94692
48,11035 61,95733
54,16954 58,35520
46,80802 52,66766
46,80213 64,37708
48,39536 53,28284
45,80444 58,99849
46,82192 63,65024
47,79048 55,40655
44,96174 71,70192
50,31540 69,88206
44,79207 67,70600
52,30359 75,77873
49,30866 62,93880
47,47572 59,88610
46,7493950,41015 44,91901
59,15187
45,85786 57,83036
47,23648 56,86864
47,10201 69,65459
48,74336 70,57798
47,56455 59,34455
48,43377 64,21610
46,92834 56,43347
45,59050 53,60480
46,59370
atau nilai rata-rata setelah disetarakan maka hasil U/SM mengelompok di nilai sekitar 50. Perbandingan nilai secara rata-rata lebih jelas tampak pada gambar 10.
- 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
24,04 (awal 70,44 dan akhir 50,40), dan (3) Jawa Barat rendah yaitu provinsi (25) Papua, 5,49 (awal 50
Utara, 7,01 (awal 53,60 dan akhir 46,59), (15) Kalimantan Selatan 61,96 dan akhir 54,17).
Gambar 17. Perbandingan nilai rata provinsi dan Hasil Penyetaraan
Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Jawa Barat, 23,08 (awal 72,58 dan akhir 49,50). Sedangkan provi
50,41 dan akhir 44,92), (13) Kalimantan Barat, 5,87, (awal 52,67, da akhir Kalimantan Selatan, 7,48 (awal 53,28 dan akhir 45,80), dan (11
Perbandingan nilai rata provinsi dan Hasil Penyetaraan IPA
Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated Raw Equated
27 28 29 30 31 32 33 34
). Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan , da akhir 46,80), (34) Kalimantan 11) Sumatera Selatan, 7,89 (awal
69,43601 054
75,20198
053 75,37606
057 86,47669
07277,37807
050 68,52599
050 75,76797
059 75,69173
056 69,87260
053 68,45975
055 72,42038
047 69,59021
056 64,85479
050 69,43593
050 67,34083
052 74,66548
06063,98413 049
68,48011
045 69,78632
054 72,95880
048 69,57968
058 74,55836
053 66,60056
051 68,99573
05054,87643 042
72,54959
05758,08366 043
69,46994 062
71,58807
048 71,64485
053 72,31480
055 66,70360
051 66,51200
044 66,40699
058
Gambar 17 menunjukkan perbandingan nilai provinsi dengan nilai hasil penyetaraan IPA. Secara keseluruhan nilai yang diskor oleh provinsi menurun dengan nilai setelah disetarakan dengan data soal linking. Pada awalnya (raw) nilai tertinggi terdapat di provinsi (4) DI Yogyakarta, 86,48, dan setelah disetarakan (equated) menjadi 71,62 dan nilai tertinggi setelah disetarakan terdapat di provinsi DI Yogyakarta. Sedangkan nilai terendah terdapat di provinsi (25) Papua, 22,5, menjadi 38,49 terdapat di provinsi DI Yogyakarta. Nilai provinsi terendah Hasil penyetaraan atau nilai setelah disetarakan maka hasil U/SM mengelompok di nilai sekitar 50. Perbandingan nilai secara rata-rata lebih jelas tampak pada gambar 10.
23,54 (awal 68,48 dan akhir 48,99), dan (29) Sulawesi Selatan, 23,66 (awal 71,64 dan akhir 47,93). Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan rendah yaitu provinsi (28) Bangka Belitung, 7,69 (awal 69,47 dan akhir 61,78), (34) Kalimantan Utara, 8,34, (awal 66,41 dan akhir 58,06), (21) Maluku, 11,49 (awal 69,58 dan akhir 58,09), (25) Papua, 12,71 (awal 54,88 dan akhir 42,17), dan (11) Sumatera Selatan, 13,34 (awal 68,46 dan akhir 55,12).
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan
Pelaksanaan US/M dilakukan selama tiga hari dengan jadwal satu mata pelajaran setiap hari ujian. Untuk mendukung pelaksanaan Pemerintah menyiapkan kisi-kisi dan soal linking 25%
dan 75% soal disiapkan oleh provinsi. Penyiapan melibatkan guru dari kabupaten kota, guru senior, dan dosen perguruan tinggi setempat, serta Puspendik. Sebagian besar provinsi menyiapkan satu paket untuk pelaksanan US/M utama, US/M susulan, dan US/M susulan.
Dalam pelaksanaan US/M, jumlah paket yang digunakan dalam satu ruang ujian satu paket sehingga memungkinkan peserta ujian saling mecontek atau perbuatan lain yang mengurangi kepercayaan pada hasil US/M. Soal tersebut belum memiliki karakteristik butir soal.
Hasil US/M menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kesukaran soal di bawah kemampuan peserta US/M. Hasil tersebut belum dapat digunakan sebagai bahan pemetaan kualitas sekolah dasar karena nilai antar provinsi berbeda. Untuk itu dilakukan penyetaraan hasil US/M dengan soal linking dari Pemerintah. Proses penyetaraan menggunakan data hasil US/M dengan Yogyakarta sebagai patokan atau standar dalam penyetaraan. Setelah dilkukan penyetaraan, hasil atau nilai dari setiap provinsi mengalami penurunan dan hasil tersebut sudah menunjukkan hasil nasional sehingga dapat digunakan dalam pemetaan mutu pendidikan berdasarkan hasil US/M.
Rekomendasi
Penyiapan bahan US/M dilakukan sebelum pelaksanaan US/M dan setiap butir soal sudah memiliki karakteristik butir yang dapat dikembangkan sebelum US/M. Jumlah paket soal dalam US/M digunakan ebih dari satu paket untuk mengurangi tingkat kepercayaan terhadap hasil US/M. Untuk pengembangan butir soal atau bahan US/M hendak melalui pengembangan bank soal daerah dan ini sudah dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendididikan dan dapat dilakukan secara online dalam pengembangan butir soalnya.
Pustaka Acuan
Hadiana, D. 2012. Penilaian Hasil Belajar Untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 21(1), hlm 15-25
Kemdikbud. 2015. Permendikbud nomor 5 Tahun 2015 tentang Ujian Sekolah dan Perkabadan Nomor 9 Tahun 2015 tentang POS Ujian Sekolah/Madrasah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Muslich, M. 2011. Autentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi.
Bandung: Refika Atif.
Nitko, A.J., dan Susan M. B, 2011. Educational Assessment of Students (Sixth Edition).
Boston, M.A: Pearson Education Inc., publishing as Allyn & Bacon.
Pakpahan, R. 2015. Ujian SekolahSebagai Upaya Pemetaan Mutu Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 21(2). Hal 167-181.
Purwati. 2009. UASBN Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Fasilitator Edisi 2 Tahun 2009 ISSN 1693-0290
Putra, S. R. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jogjakarta: DIVA Pers