• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha “Lestari” Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha “Lestari” Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI SERBA USAHA

LESTARI

KECAMATAN CIJERUK KABUPATEN

BOGOR JAWA BARAT

SKRIPSI

SAPTA PRATAMA H34104050

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

SAPTA PRATAMA. Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha

“Lestari” Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan HENY K DARYANTO)

Peningkatan kesadaran akan peduli lingkungan dan gaya hidup sehat masyarakat secara tidak langsung memberikan dampak yang besar pada pemilihan kualitas makanan yang di konsumsinya, mereka mulai menghendaki adanya produk sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan mutunya baik. Dengan adanya promosi gaya hidup sehat dengan slogan “Back To Nature”, membuat

semakin bertambahnya konsumen yang bersedia untuk membayar lebih demi produk pangan yang sehat, aman dan ramah lingkungan. Melihat perkembangan produk pangan organik tersebut, Badan Standar Nasional Indonesia mengesahkan ketetapan tentang sistem pangan organik yang tersusun dalam SNI 01- 6729-2002 yang berisi tentang panduan cara-cara budidaya pangan organik. Melihat peluang tersebut, sudah selayaknya petani anorganik merubah sistem pertaniannya menjadi organik. Untuk merubah sistem pertaniannya memang bukan hal yang mudah untuk petani, mereka terlebih dahulu harus mendapatkan informasi pertanian yang relevan untuk mengembangkan sistem pertanian organik dan adanya kemampuan untuk memasarkan produk organik yang mereka dihasilkan dan jika hal tersebut dilakukan secara individu pasti akan terasa sulit untuk mengatasinya, untuk itu petani bisa bergabung dalam suatu organisasi yang tidak hanya bisa untuk saling tukar informasi tetapi organisasi tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai wadah untuk memasarkan produk yang mereka hasilkan, salah satunya adalah dengan mendirikan koperasi.

Koperasi Serba Usaha Lestari merupakan koperasi yang sebagian besar anggotanya adalah petani organik dan memproduksi produk sayuran organik. Peluang pasar yang cukup besar namun diiringi dengan berbagai kendala baik internal maupun eksternal. Hal ini menyebabkan KSU Lestari harus memiliki strategi yang tepat, sehingga dapat berkembang dan mampu bertahan di dunia usaha.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha KSU Lestari, memformulasi alternatif strategi pengembangan usaha sayuran organik untuk KSU Lestari, menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha sayuran organik yang dapat diterapkan oleh KSU Lestari. Responden yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga orang pihak internal usaha dan satu orang pihak eksternal.

(3)

dan menghindari ancaman dengan baik. Berdasarkan nilai skor total IFE dan EFE diperoleh bahwa kekuatan utama KSU Lestari adalah konsumen yang loyal, kelemahan utama adalah fasilitas ruang penyimpanan yang kurang memadai, peluang utama adalah meningkatnya jumlah masyarakat yang beralih kesajian makanan sehat berbasis organik, serta ancaman utama adalah menguatnya fungsi pengawas koperasi. Sedangkan berdasarkan Matriks IE KSU Lestari menempati kuadran IV yang berarti tumbuh dan membangun, dimana strategi yang cocok untuk direkomendasikan adalah strategi intensif yang terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.

Berdasarkan analisis matriks QSP, urutan prioritas strategi pengembangan usaha bagi KSU Lestari adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan kegiatan promosi, (2) Peningkatan volume produksi, (3) Menambahkan inovasi dikemasan produk, (4) Meningkatkan kualitas sarana produksi, (5) Bergabung dengan asosiasi, dan (6) membuka unit usaha baru.

(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI SERBA USAHA

LESTARI

KECAMATAN CIJERUK KABUPATEN

BOGOR JAWA BARAT

SAPTA PRATAMA H34104050

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha “Lestari” Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat

Nama : Sapta Pratama

NIM : H34104050

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec

NIP. 19610916 198601 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manjemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha “Lestari” Kecamatan Cijeruk Kabupaten Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2013

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Morawa pada tanggal 30 September 1989.

Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Abdul

Rahman dan Ibunda Nurhayati.

Tahun 2001, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di

SDN 101898 Lubuk Pakam. Selanjutnya, masih di kota yang sama, penulis

berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP N 1 Lubuk

Pakam pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas

di SMU N 2 Lubuk Pakam. Di sekolah ini penyusun memperoleh pengalaman

organisasi, yaitu sebagai ketua MPK periode jabatan 2005/2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun

2007 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi

Diploma III Teknologi Industri Benih. Setamatnya dari DIII Teknologi Industri

Benih kemudian penulis melanjutkan studi pada Program Pendidikan Alih Jenis

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas Rahman dan Rahim-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha “Lestari” kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan

internal dan ekstenal yang mempengaruhi pengembangan Kelembagaan dari

Koperasi Serba Usaha Lestari, memformulasi alternatif strategi pengembangan

Koperasi Serba Usaha Lestari, menetapkan prioritas strategi pengembangan

kelembagaan yang dapat diterapkan oleh Koperasi Serba Usaha Lestari, dan

menyusun rencana strategi pengembangan bagi Koperasi Serba Usaha Lestari.

Penelitian dilaksanakan selama bulan November 2012 hingga Maret 2013.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan

karena keterbatasan yang dihadapi. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juli 2013

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya serta berbagai kemudahan dalam segala hal. Dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya :

1. Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan, arahan, dan bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian

dan penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji utama yang berkenan

memberikan saran, masukan dan koreksi dalam perbaikan skripsi penulis.

3. Rahmad Yanuar SP, M.Si selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan

yang berkenan memberikan saran, masukan dan koreksi dalam perbaikan

skripsi penulis serta sebagai dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa perkuliahan.

4. Ir.Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah

meluangkan waktunya dan memberikan masukan dalam proposal penelitian..

5. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa

yang diberikan. Semoga ini dapat menjadi persembahan terbaik.

6. Pengurus Koperasi Serba Usaha Lestari dan karyawannya yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta

kesediaan dalam pemberian informasi.

7. Seluruh staf kependidikan Program Alih Jenis Agribisnis atas kerjasamanya

dalam pengurusan administrasi.

8. Riandinesa dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan, dukungan

dan motivasi selama penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT senantiasa membalas dan

memberikan rahmat serta hidayah-Nya.

Bogor, Juli 2013

(10)
(11)

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 39

4.6. Metode Pengolahan Data ... 39

4.6.1 Tahap Masukan (Input Stage) ... 40

4.6.2. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 45

4.6.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) ... 49

V GAMBARAN UMUM USAHA ... 52

5.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha ... 52

5.2. Visi dan Misi Usaha ... 53

5.3. Lokasi Usaha ... 54

5.4. Struktur Organisasi Usaha ... 54

5.5. Keanggotaan KSU Lestari ... 57

5.6. Unit Usaha Produksi dan Pemasaran KSU Lestari ... 58

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

6.1. Analisis Lingkungan Perusahaan ... 61

6.1.1 Analisis Lingkungan Internal ... 61

6.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 66

6.2. Analisis Matriks IFE dan EFE ... 78

6.2.1. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 78

6.2.2. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) ... 79

6.3. Matriks Internal – Eksternal (IE) ... 81

6.4. Matriks SWOT ... 83

6.5. Matriks QSP ... 87

VII KESIMPULAN ... 89

8.1 Kesimpulan ... 89

8.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(12)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2008-2011 ... 3

2 Pertumbuhan Koperasi di Jawa Barat Tahun 2008-2011 ... 4

3 Jumlah Anggota yang Masuk dan Keluar Di KSU Lestari Tahun 2009-2011 (Orang) ... 6

4 Penelitian Terdahulu ... 21

5 Penentuan Peluang/Ancaman Pada Faktor Eksternal ... 41

6 Penentuan Kekuatan/Kelemahan Pada Faktor Internal ... 41

7 Penilaian Bobot Strategis Internal Perusahaan ... 42

8 Penilaian Bobot Strategis Eksternal Perusahaan ... 42

9 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 44

10 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) ... 44

11 Matriks SWOT ... 47

12 Format Matriks QSP (QSPM) ... 50

13 Daftar Harga Sayuran Organik di KSU Lestari ... 60

14 Faktor-Faktor Lingkungan Internal ... 66

15 Konsumsi Protein (gram) Perkapita Menurut Kelompok Makanan Tahun 2008-2012 ... 68

16 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Pemakai Internet Tahun 2006-2010 ... 73

17 Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal ... 77

18 Matrik IFE pada KSU Lestari ... 78

19 Matrik EFE pada KSU Lestari ... 80

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Model Komprehensif Manajemen Strategis... 25

2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 37

3 Format Matriks I-E ... 47

4 Struktur Organisasi KSU Lestari ... 55

5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan ... 67

6 Matriks IE KSU Lestari ... 81

7 Matriks SWOT KSU Lestari ... 83

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Form Kuisioner Faktor-Faktor Internal ... 94

2 Form Kuisioner Faktor-Faktor Eksternal ... 100

3 Form Kuisoner Penentuan Attractiveness Score ... 106

4 Hasil Pembobotan dan Rating Faktor Internal KSU Lestari ... 109

5 Hasil Pembobotan dan Rating Faktor eksternal KSU Lestari ... 110

6 Hasil Perhitungan AS dan TAS Responden I (Ketua Pengurus KSU Lestari) ... 111

7 Hasil perhitungan AS dan TAS responden II (Staf Produksi UPP KSU Lestari) ... 112

8 Hasil perhitungan AS dan TAS responden III (Staf Administrasi KSU Lestari) ... 113

9 Hasil perhitungan AS dan TAS responden IV (Pengurus organisasi ELSPPAT) ... 114

(15)

1. Harga Pupuk Diprediksi Naik 20%-25%

http://old.indonesiafinancetoday.com/read/1904/Harga- Pupuk-Diprediksi-Naik-20-25 [diakses tanggal 12 Januari 2013 pukul 15:56]

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat mulai memberi perhatian lebih besar pada kualitas

makanan termasuk sayuran yang mereka konsumsi, mereka menghendaki adanya

produk sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan mutunya baik. Pola ini

didukung dengan menguatnya kesadaran peduli lingkungan dan gaya hidup sehat

masyarakat, sehingga memunculkan konsumen yang bersedia membayar lebih

mahal untuk produk pangan yang sehat, aman dan ramah lingkungan. Tidak

hanya itu, promosi gaya hidup sehat “back to nature” telah menjadi

kecenderungan baru yang meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan

bahan kimia.

Berkaitan dengan semakin berkembangnya produk pangan organik, Badan

Standarisasi Nasional mengesahkan Standar Nasional Indonesia tentang Sistem

Pangan Organik yang telah tersusun dalam SNI 01-6729-2002 dan berisi panduan

tentang cara-cara budidaya pangan organik. Sistem pertanian organik adalah ”kegiatan usaha tani secara menyeluruh sejak proses produksi sampai proses pengolahan hasil (pascapanen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola

secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.” Jika dilihat manfaatnya, pengembangan pertanian organik sudah selayaknya diupayakan, karena dapat

menjadi solusi bagi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dengan

memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia dan melestarikan praktik-praktik

kearifan lokal.

Melihat peluang tersebut, untuk meningkatkan pendapatannya, Petani

sayuran anorganik bisa merubah sistem pertaniannya yang anorganik menjadi

organik, hal ini dikarenakan harga jual sayuran organik dua kali lipat lebih tinggi

dibandingkan dengan sayuran anorganik. Selain itu, Kenaikan harga pupuk kimia

merupakan kendala lain yang dihadapi petani anorganik, Ketua Asosiasi Niaga

Pupuk Indonesia, Johan Unggul menyampaikan bahwa harga jual pupuk

diprediksikan akan naik rata-rata 20%-25% tahun ini, hal ini dikarenakan adanya

(16)

2 Untuk merubah sistem pertanian sayuran anorganik menjadi sayuran

organik bukan hal yang mudah untuk petani. Mereka terlebih dahulu harus

mendapatkan informasi pertanian yang relevan untuk mengembangkan

usahataninya dan mereka juga harus mampu memasarkan produk yang mereka

hasilkan. Memperoleh informasi pertanian yang tepat dan mengetahui pasar yang

bersedia untuk menerima produk mereka akan sulit jika dilakukan secara

individu. Namun kendala ini dapat diatasi dengan bergabung dalam suatu

organisasi yang bisa mewadahi para petani untuk saling tukar informasi dan

memasarkan produk yang mereka hasilkan, salah satunya adalah koperasi.

Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menjelaskan bahwa perekonomian koperasi

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, sehingga yang

diutamakan adalah kemakmuran bersama bukan kemakmuran perseorangan.

Dengan mengembangkan koperasi, berarti akan terjadi peningkatan kemakmuran

keseluruhan secara merata (Permana, 2011).

Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Pasal 4 menjelaskan bahwa fungsi

dan peran koperasi adalah :

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Melihat fungsi serta peran dari koperasi, kemungkinan tujuan petani

sayuran organik untuk memperoleh informasi tentang teknik usahatani dengan

sistem organik dan pemasaran produk organik mereka akan lebih mudah

dilakukan. Namun, untuk mendirikan suatu koperasi yang kuat tidak bisa hanya

dengan membicarakan fungsi dan peran dari koperasi, tetapi perlu juga adanya

(17)

3 dalam hal ini petani untuk ikut bergabung dengan koperasi. Penilaian akan hal ini

dapat diketahui dengan melihat data perkembangan koperasi di Indonesia. Pada

tahun 2008 sampai tahun 2011, pertumbuhan koperasi terus mengalami

peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah koperasi, jumlah

koperasi yang aktif, jumlah anggota, kebutuhan tenaga kerja, (Rapat Anggota

Tahunan) RAT dan Sisa Hasil Usaha (SHU). Selengkapnya peningkatan

perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2008-2011

No Uraian Satuan Tahun

2 Anggota Orang 29.431.624 29.240.271 30.461.121 30.849.913

3 Karyawan Orang 322.592 326.161 326.718 342.896

4 Manager Orang 32.254 32.169 32.050 34.342

5 SHU RpJuta 5.092.456 5.303.813 5.622.164 6.336.480

6 RAT Unit 47.862 58.534 55.818 58.004

Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2012)

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tahun 2008 hingga 2011 SHU

yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan koperasi mampu mengalami

peningkatan rata-rata sebesar 12.7 persen dan jumlah anggota koperasi juga ikut

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4.8 persen, hal ini membuktikan bahwa

masih adanya minat masyarakat untuk bergabung dengan koperasi. Pemerintah

juga masih memberikan perhatian untuk terus mengembangkan koperasi, dimana

hal ini bisa dilihat dari jumlah koperasi yang terus meningkat setiap tahunnya

dengan rata-rata peningkatan sebesar 8.0 persen. Kemudian peningkatan yang

terjadi pada RAT dan jumlah koperasi yang aktif mengindikasikan bahwasanya

koperasi secara nasional mampu melaksanakan fungsinya manajemennya dengan

baik, sehingga organisasi ini mampu bertahan menghadapi persaingan dengan

(18)

4 Perkembangan koperasi yang positif secara nasional ternyata tidak merata

terjadi pada seluruh daerah di Indonesia, Propinsi Jawa Barat contohnya.

Pertumbuhan koperasi di Propinsi ini justru cenderung memperlihatkan hasil yang

kurang baik, penilaian ini berdasarkan pada jumlah koperasi yang aktif dan RAT

yang dilakukan oleh koperasi. Data pada Tabel 2 akan memperlihatkan

pertumbuhan koperasi yang ada di propinsi Jawa Barat.

Tabel 2. Pertumbuhan Koperasi di Jawa Barat Tahun 2008-2011

No Uraian Satuan Tahun

Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2012)

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tahun 2008 hingga 2011 SHU

yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan koperasi mampu mengalami

peningkatan sebesar 20.02 persen dan jumlah anggota koperasi juga ikut

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4.62 persen, hal ini membuktikan bahwa

masih adanya minat yang besar dari masyarakat Jawa Barat untuk bergabung

dengan koperasi. Pemerintah Daerah Jawa Barat juga masih memberikan

perhatian untuk terus mengembangkan koperasi, dimana hal ini bisa dilihat dari

jumlah koperasi yang terus meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata

peningkatan sebesar 2.66 persen. Namun peningkatan jumlah koperasi dan SHU

yang terjadi ternyata tidak sejalan dengan pertumbuhan jumlah koperasi yang

aktif, data menunjukkan bahwa jumlah koperasi yang aktif di Jawa Barat

cenderung mengalami penurunan rata-rata sebesar 14.0 persen. Semakin

(19)

5 bahwa kurangnya kemampuan manajemen srategis dari koperasi, membuat

koperasi tidak mampu bersaing dengan badan usaha lainnya.

Berdasarkan fungsi dan peran dari koperasi serta prospek

perkembangannya yang masih terus positif, koperasi dapat menjadi suatu

perwujudan organisasi yang benar-benar membantu mengatasi permasalahan

yang dihadapi petani sayuran organik. Untuk mewujudkan hal tersebut,

pemerintah harus terus memberikan perhatiannya untuk terus mengembangkan

koperasi, semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya

berkoperasi dan kemampuan dari koperasi untuk terus berkembang dengan

menerapkan manajemen pelayanan yang baik, SDM yang berkualitas dan

kemampuan merumuskan strategi pengembangan.

Salah satu koperasi yang terdapat di Jawa Barat tepatnya di Kecamatan

Cijeruk Kabupaten Bogor serta memiliki unit usaha pemasaran sayuran organik

adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) Lestari. Sebagian besar anggota koperasi ini

adalah petani sayuran organik, latar belakang terbentuknya koperasi ini

didasarkan pada kebutuhan informasi petani mengenai teknik budidaya sayuran

organik, sehingga dengan bantuan sebuah organisasi yang bernama ELSPPAT,

dibentuklah KSU lestari sebagai basis informasi teknik budidaya sayuran organik

dan sebagai wadah dari pemasaran produk-produk sayuran organik yang

dihasilkan oleh anggotanya.

1.2. Perumusan Masalah

Koperasi Serba Usaha (KSU) Lestari adalah sebuah koperasi yang ada di

Propinsi Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Koperasi

ini berdiri pada tahun 2009 dan memiliki tiga unit usaha yaitu UPP (Unit

Pemasaran dan Produksi), Unit Simpan Pinjam serta Unit Pendidikan dan

Pelatihan. Unit usaha yang merupakan fungsi utama dari terbentuknya koperasi

ini adalah Unit Pemasaran dan Produksi sedangkan dua unit tersisa berguna untuk

membantu kelancaran dari usaha utama. Anggota dari koperasi ini sebagian besar

berprofesi sebagai petani tanaman sayuran organik dan masyarakat yang berada di

sekitar lokasi. KSU Lestari memberikan peran yang sangat penting kepada

anggotanya, hal ini terlihat dari kemudahan anggota untuk menjual produk yang

(20)

6 menghawatirkan produk yang mereka hasilkan tidak akan laku terjual. Kemudian,

koperasi juga membantu anggotanya dalam hal permodalan untuk berproduksi

dan terus membantu meningkatkan pengetahuan anggotanya dengan secara aktif

memberikan penyuluhan tentang informasi pertanian yang terbaru. Koperasi ini

juga aktif mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan

koperasi mereka ke masyarakat. Salah satunya adalah mengikuti Pameran produk

pertanian organik dan makanan olahan yang diadakan di lapangan Kampus

Baranangsiang Institut Pertanian Bogor tanggal 9-10 juni 2012 lalu.

KSU Lestari dalam menjalankan fungsinya bukan tanpa hambatan, ada

beberapa masalah potensial yang dapat mempengaruhi perkembangan koperasi

ini. Peningkatan jumlah anggota merupakan salah satu acuan yang menunjukkan

bahwa sebuah koperasi mengalami perkembangan yang positif. Hal ini tidak

begitu terlihat pada KSU Lestari, anggota yang masuk justru cenderung

mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada Tabel 3 akan diperlihatkan data

jumlah anggota yang masuk dan keluar di KSU Lestari mulai dari tahun

2009-2011.

Tabel 3. Jumlah Anggota yang Masuk dan Keluar Di KSU Lestari Tahun 2009-2011 (Orang)

Tahun Anggota Masuk Anggota Keluar

2009 114 4

2010 140 43

2011 94 47

Sumber : KSU Lestari (2012)

Data pada tahun 2009 hingga 2011 selain menunjukkan kecenderungan

turunnya jumlah anggota yang masuk, indikasi akan terus berkurangnya jumlah

anggota dari KSU Lestari juga terlihat dari kecenderungan meningkatnya jumlah

anggota yang keluar setiap tahunnya. Jika kecenderungan yang sama akan terus

terjadi pada tahun-tahun berikutnya, maka KSU Lestari akan terus kehilangan

anggotanya yang membuat aktifitas dari koperasi semakin berkurang sehingga

menjadi tidak aktif dan risiko terbesar yang harus dihadapi ketika masalah ini

(21)

7 Usaha yang dijalankan oleh KSU Lestari tak luput dari persaingan, hal ini

ditunjukkan dengan pangsa pasar mereka yang relatif kecil (hasil wawancara)

sedangkan untuk pangsa pasar pesaing sudah memasuki pasar internasional.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Pengurus KSU lestari, terdapat

sekitar 12 produsen organik yang berada di Bogor yaitu YBSB (Yayasan Bina

Sarana Bakti), ALDEPOS, Mega Tani, Mega Integrated Farming (MIF), Sumulur

Nugraha Sejati, Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kelompok Tani

Sugih Tani Desa Karehkel, PT Fujimelasari, PT Agro Lestari, Koperasi Taman

Palem Yasmin Sektor V, Vila Botani Cijeruk, Putro Ciapus.

Permasalahan lain yang masih ada di KSU Lestari seperti kredit macet dan

partisipasi anggota yang masih rendah membuat KSU Lestari membutuhkan suatu

perumusan strategi yang tepat dalam menjalankan aktifitasnya, sehingga koperasi

ini dapat terus meningkatkan kesejahteraan dari anggota dan membantu segala

kebutuhan masyarakat disekitarnya.

Prospek usaha yang terus berkembang sejalan dengan berbagai pengaruh

dari faktor eksternal dan internal membuat KSU Lestari membutuhkan suatu

perumusan strategi pengembangan agar usaha yang dijalankan dapat bertahan.

Untuk merumuskan suatu strategi pengembangan diperlukan terlebih dahulu

pengidentifikasian faktor lingkungan eskternal dan internal. Faktor eksternal

merupakan faktor yang berada di luar organisasi yang dapat mempengaruhinya.

Faktor eksternal mencakup peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman

yang harus dihindari. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berada di

dalam organisasi yang mempengaruhi pelaksanaan aktifitasnya (David, 2010)..

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan dianalisis adalah:

1) Apa saja faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang dihadapi oleh KSU Lestari ?

2) Berdasarkan situsasi lingkungan internal dan eksternal koperasi, bagaimana

alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh KSU Lestari ?

(22)

8

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,

maka penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan internal dan

eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman KSU

Lestari.

2) Merumuskan berbagai alternatif strategi yang dapat dijalankan KSU Lestari .

3) Menentukan prioritas strategi pengembangan KSU Lestari

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Sebagai referensi dan masukan untuk Koperasi Serba Usaha (KSU) Lestari

untuk mengambil keputusan dalam rangka menyelesaikan permasalahan

internal dan eksternal organisasinya.

2) Sebagai bahan kajian dan studi pustaka bagi pihak-pihak yang berminat

dalam bidang koperasi dan kelembagaan agribisnis dan sebagai sarana

pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti serta menerapkannya

dalam kehidupan masyarakat.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup dan batasan penelitian hanya sampai tahap perumusan

strategi tidak sampai pada tahap implementasi dan evaluasi strategi . kemudian

karena di dalam KSU Lestari terdapat beberapa unit usaha, untuk lebih

memfokuskan proses perumusan strategi, penulis membatasinya dengan hanya

(23)

9

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditi Sayuran

Sayuran sebagai bahan pangan merupakan pelengkap dari kebutuhan

manusia yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Sayuran adalah salah satu

komoditi hortikultura disamping buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat.

Istilah hortikultura dikenal di Eropa pada abad 17 yaitu di Italia dan Eropa

Tengah.Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun dan

colore yang berarti membudidayakan. Secara harafiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun. Kedatangan dan menetapnya

bangsa Eropa di Indonesia memulai pengembangan sayuran di dataran tinggi

seperti kentang, kubis, tomat, dan wortel. Bibit dan benih yang dibutuhkan untuk

budidaya sayuran didatangkan dari Eropa terutama Belanda. Kondisi ini

merupakan awal perkembangan sayuran di Indonesia terutama sayuran dataran

tinggi.

Sayuran sebagai makanan pelengkap yang memiliki ciri-ciri yaitu (1)

dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan segar atau hidup sehingga bersifat

mudah rusak, (2) komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air bukan

kandungan bahan kering seperti halnya tanaman agronomi (jagung) dan tanaman

perkebunan, (3) produk bersifat meruah (voluminous) sehingga susah dan mahal

diangkut, dan (4) harga sayuran ditentukan oleh mutunya (kualitas), bukan

jumlahnya (Setyati,1989).

Pentingnya sayuran untuk kesehatan manusia sudah lama diketahui. Sayur

dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat yang salah satunya untuk

membantu metabolisme tubuh. Kandungan aneka vitamin, karbohidrat, dan

mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok. Karbohidrat

di dalam sayuran berbentuk selulosa, gula dan zat tepung. Selulosa yang

dikandung sayuran memberi manfaat yang lebih banyak bagi manusia. Secara

alami dikenal dengan serat. Serat pada sayuran berupa bahan relatif keras yang

memberi bentuk dan penampilan suatu jenis tanaman. Manfaat serat ternyata tak

seburuk penampilannnya kerena serat tidak dapat dicerna oleh usus manusia.

Serat berfungsi untuk membantu proses kerja usus manusia sehingga

(24)

10 berserat justru pencernaan semakin rusak. Selain serat, kandungan vitamin dan

mineral dalam sayuran juga diperlukan manusia. Kandungan vitamin dan mineral

dalam sayuran sangat mudah sekali rusak oleh udara panas (rebusan air panas atau

terik matahari). Oleh karena itu, penting bagikita untuk senantiasa mengkonsumsi

sayuran segar dengan cara memasak yang benar. Kalangan ilmuwan kesehatan

percaya mengkonsumsi sayuran secara teratur berpengaruh positif terhadap

kesehatan manusia (Nazarudin, 1999).

Menurut Soedharoedjian (1993) sayuran merupakan sumber seluruh

vitamin seperti vitamin A yang banyak terdapat dari jenis sayuran yang berwarna

merah dan kuning seperti wortel dan waluh. Untuk vitamin B1, B2, B6 terdapat

pada banyak sayuran, terutama sayuran yang daunnya yang berwarna hijau tua

dan kacang-kacangan. Hampir semua sayuran mengandung vitamin C seperti

tomat, lombok, kentang, dan sayuran yang berwarna tua yang merupakan sumber

yang kaya. Sedangkan untuk vitamin E dan K banyak terdapat pada sayuran

dedaunan dan pucuk tunas seperti bayam, kubis, selada, asparagus dan lain-lain.

Sayuran juga merupakan sumber utama mineral dalam diet. Beberapa mineral

pentingyang dipasok oleh sayuran adalah besi, kalium dan fosfor.

2.1.1 Jenis dan Karakteristik Sayuran

Menurut Nazarudin (1999) sayuran dapat digolongkan menjadi dua

kelompok besar sayur-sayuran berdasarkan suhu dan ketinggian tempat dari

permukaan laut. Kedua golongan ini tidak terpisah secara nyata. Kedua jenis

sayuran tersebut adalah sayuran dataran tinggi dan sayuran dataran rendah.

Sayuran dataran tinggi tumbuh baik pada suhu rata-rata bulanan kurang dari 210

C. Pertumbuhan optimal diperoleh pada kisaran suhu 16-18,0 C. Sayuran dataran

tinggi dikonsumsi pada bagian vegetatifnya, seperti daun, kuncup, batang atau

bagian yang berada di permukaan tanah. Daerah perakaran yang dangkal adalah

ciri lain tanaman sayuran dataran tinggi. Penyesuaian dengan ketersediaan air

tanah yang banyak pada lapisan atas memungkinkan perakaran sayuran dataran

tinggi hanya sampai pada kedalaman 60 cm.

Sayuran dataran rendah akan lebih baik tumbuh pada kisaran suhu yang

lebih tinggi dengan rata-rata suhu untuk pertumbuhan optimum ialah 26-28,50 C.

(25)

11 contohnya dapat dilihat pada kacang panjang, tomat, kecipir, mentimun, labu,

cabai, terong dan lain-lain. Sayuran dataran rendah memiliki daerah perakaran

yang relatif lebih dalam yaitu mencapai 120-180 cm. Selain pengklasifikasian di

atas, sayuran dapat juga dibedakan berdasarkan kebiasaan tumbuh yaitu sayuran

semusim dan tahunan. Pengklarifikasian juga dapat dilakukan berdasarkan bentuk

yang dikonsumsi, sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran daun, buah, bunga,

umbi, dan rebung (Rahardi,2001).

Sayuran juga dapat dibedakan berdasarkan letak penanamannya yaitu

sayuran yang biasa ditanam di atas tanah dan tanaman sayuran yang biasa ditanam

di bagian bawah tanah. Tanaman yang dapat ditanam di atas tanah meliputi :

1. Kubis-kubisan (kubis, bunga kubis, sayuran)

2. Kacang-kacangan (buncis, kapri, kacang panjang, kecipir)

3. Tanaman solanaceae berbuah (cabai, tomat, terung)

4. Ketimun (ketimun, melon, semangka)

5. Sayuran hijau (spinasi, bayam, kangkung, dan lain-lain)

6. Jamur (agaricus, vorvariela)

7. Sayuran lain (okra, asparagus, jagung manis, rebung)

Tanaman yang dapat ditanam di bagian bawah tanah meliputi :

1. Tanaman akar iklim sedang (bit, wortel, lobak)

2. Tanaman akar tropik (talas, ubi jalar)

3. Tanaman umbi (kentang)

4. Tanaman umbi lapis (bawang putih, bawang merah, bawang bombay).

(Setyati,1989).

2.2. Pertanian Organik

2.2.1. Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi

pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan

produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan

pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Sedangkan menurut

Pracaya (2004), pertanian organik merupakan sistem pertanian (dalam hal

bercocok tanam) yang tidak mempergunakan bahan kimia (dapat berupa pupuk,

(26)

12 pertanian organik adalah sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan

tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan

penggunaan bahan-bahan kimia dan merupakan praktek bertani alternatif secara

alami yang dapat memberikan hasil yang optimal.

Pada prinsipnya para petani organik berusaha untuk menghindari atau

membatasi penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Oleh karena itu, lahan yang

dijadikan media dalam penanaman tanaman organik harus mampu menyediakan

hara dan gizi bagi tanaman, dan petani harus mampu mengendalikan serangan

hama dengan cara lain di luar cara konvensional yang biasa mereka lakukan.

Sumber daya lahan dan kesuburannya dipertahankan serta ditingkatkan melalui

manajemen aktivitas biologi dari lahan itu sendiri, yaitu dengan memanfaatkan

residu hasil panen, kotoran ternak, dan pupuk hijau.

Pertanian organik juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi

pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa

sintetik baik pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Pertanian organik berbeda

dengan penanaman secara konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat

dan langsung dalam membentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran

dan waktu pemberian yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Afifi, 2007).

Langkah pencegahan dari kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan

oleh bahan-bahan kimia yang bisa dilakukan untuk pengolahan tanah,

pengendalian hama dan penyakit tanaman yaitu dengan dilakukannya sistem

pertanian secara organik. Sistem pertanian organik yang dilakukan tidak

menimbulkan pencemaran berbahaya dan tidak meracuni tubuh serta bahan input

dengan sistem organik mudah untuk diperoleh. Selain itu, pertanian organik

ramah lingkungan sehingga kelestarian yang ada akan tetap terjaga.

2.2.2 Tujuan Pertanian Organik

(27)

13 1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah

cukup.

2. Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang

mendukung semua bentuk kehidupan yang ada.

3. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan

mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta

hewan.

4. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.

5. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaharui yang berasal

dari sistem usahatani itu sendiri.

6. Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik yang di dalam

maupun di luar usahatani.

7. Menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan

perilakunya yang hakiki.

8. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin

dihasilkan oleh kegiatan pertanian.

9. Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat

tanaman dan hewan.

10.Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian

(terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi

manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan

kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang amat sehat.

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanian Organik

Kelebihan dari digunakannya sistem pertanian organik antara lain sebagai

berikut:

1. Tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak

menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun

udara, serta produknya tidak mengandung racun.

2. Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman

(28)

14 Sistem pertanian organik juga mempunyai faktor kekurangan atau kelemahan,

yaitu sebagai berikut :

1. Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan

penyakit. Pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual.

Apabila menggunakan pestisida alami, perlu dibuat sendiri karena pestisida

ini belum terdapat di pasaran.

2. Penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebi

kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman yan

dipelihara secara non organik.

3. Produk tanaman organik lebih mahal (Pracaya, 2007).

2.2.4 Perbedaan Pertanian Organik dan Pertanian Anorganik

Menurut Pangaribuan (1999) perbedaan pertanian organik dan pertanian

anorganik adalah :

1. Biaya Operasional di Lapang

Penggunaan pupuk buatan dan pestisida pada pertanian anorganik

menyebabkan biaya yang tinggi dalam pengusahaan tanaman. Penggunaan pupuk

kandang, pupuk hijau dan kompos pada pertanian organik biayanya lebuh rendah

dari pupuk buatan.

2. Pencemaran Lingkungan

Penggunaan pupuk buatan dan pestisida yang berlebihan dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan (tanah, air dan udara) dan merusak

keseimbangan alam, sehingga penggunaan bahan kimia ini harus disesuaikan.

3. Ketergantungan pada Musim

Pengusahaan sayuran secara organik hasilnya tergantung pada musim,

sehingga untuk menanam sayuran tertentu harus memperhatikan sesuai atau tidak

dengan waktu penanamannya. Misalnya penanaman tomat tidak dapat dilakukan

pada musim hujan karena banyak hama penyakit yang menyerang, sedangkan

pada pertanian anorganik dapat dilakukan karena adanya pengendalian dengan

pestisida dan penggunaan green house. 4. Harga Jual Tinggi

Produksi komoditi yang lebih berkualitas (bersih dan sehat) membuka

(29)

15 komoditi pertanian organik yang bebas pestisida sehingga harga yang dibayar

tidak terlalu dipermasalahkan. Pembelian komoditi organik masih dilakukan oleh

kalangan tertentu yang sudah mengerti pentingnya konsumsi sayuran organik.

5. Prinsip Penanaman

Penanaman pada pertanian organik dilakukan secara tumpang sari,

sehingga jika tanaman utama tidak berhasil masih dapat hasil dari tanaman yang

ditumpangsarikan. Hasil dari pertanian organik tidak dapat sebanyak hasil

pertanian anorganik yang ditanam secara monokultur, tetapi risiko kegagalan

untuk tanaman monokultur lebih tinggi jika terserang hama penyakit.

6. Modal dan Hasil

Pertanian organik memberikan hasil yang baik dalam waktu yang lama

dan modal awal yang cukup besar, karena diperlukan adanya keseimbangan secara

alami (tanah, tanaman, musuh alami, hama) dalam pengusahaan pertanian

organik, sehingga risiko kegagalan akibat serangan hama penyakit pada awalnya

cukup besar. Pertanian anorganik yang menggunakan pupuk buatan dan pestisida

pada awalnya dapat memberikan hasil yang baik dan waktu yang dibutuhkan lebih

cepat, tetapi di masa yang akan datang jika penggunaan pupuk buatan dan

pestisida yang tidak dibatasi dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

2.2. Koperasi

2.2.1. Pengertian Koperasi

Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung

secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan

budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara

demokratis (ICA dalam Hendrojogi, 2004) . Terdapat beberapa definisi koperasi yang selama ini dikenal.

Koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan bersama yang terdiri

dari mereka-mereka yang lemah dan selalu berusaha untuk tidak memikirkan diri

mereka sendiri, sehingga masing-masing dari mereka sanggup menjalankan

kewajibannya dan mendapatkan imbalan yang pantas atas kerja mereka terhadap

organisasi (Dr. Fay dalam Hendrojogi, 2004).

Pengetian koperasi yang dikemukakan Dr. Fay mengandung unsur-unsur

(30)

16 demokratis didalamnya, unsur ini terlihat jelas dari pernyataannya bahwa mereka

yang menjalankan kewajibannya dan mendapatkan imbalan lebih untuk mereka

yang lebih banyak berpartisipasi. Pengertian koperasi yang tidak jauh berbeda

diungkapkan oleh guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, bahwa

koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan

derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik

secara sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kehidupan bersama yang bersifat

kebendaan atas tanggungan mereka (Prof. R. S. Soeriaatmadja dalam Hendrojogi, 2004). Persamaan pengertian koperasi antara Prof. R. S. Soeriaatmadja dengan

Dr. Fay terletak pada unsur demokrasinya. Sedikit perbedaan antar keduanya

terlihat pada pengertian Prof.R. S. Soeriaatmadja beliau menambahkan kalimat “tidak memandang haluan agama dan politik”, maksud dari kalimat ini adalah jangan sampai koperasi dibawa ke salah satu aliran agama atau politik karena

ditakutkan koperasi tersebut akan melanggar prinsip-prinsip koperasi yang telah

menjadi ciri khas organisasi tersebut.

Pengertian koperasi menurut tokoh-tokoh yang lainnya seperti Baswir dan

Hatta mengandung makna yang tidak berbeda jauh dengan pengertian-pengertian

yang dibahas di atas sebelumnya, dimana dalam pengertian tersebut terdapat

unsur-unsur kesukarelaan dalam berkoperasi, bahwa dengan bekerjasama manusia

akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya dan pendirian koperasi

mempunyai pertimbangan-pertimbangan ekonomis.

Pengertian koperasi menurut UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Pengertian ini berbeda dengan pengertian koperasi lainnya. Pada dasarnya koperasi bukanlah suatu badan

usaha tetapi koperasi adalah perkumpulan yang didalamnya terdapat satu atau

lebih unit usaha yang dijalankan oleh anggotanya. Perbedaan pengertian koperasi

tersebut menyebabkan koperasi kehilangan arah dan tujuannya bahkan tidak

sesuai dengan jati diri dan koridor koperasi sehingga koperasi di Indonesia sampai

(31)

17

2.2.2. Prinsip Koperasi

Prinsip-prinsip koperasi adalah suatu pedoman yang harus ada dalam

sebuah koperasi yang menjadi penuntun pelaksanaan nilai-nilai koperasi. Pada

dasarnya, prinsip-prinsip koperasi merupakan jati diri atau ciri khas dari koperasi.

Adanya prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai organisasi yang

berbeda dengan organisasi-organisasi yang lain. Prinsip koperasi yang mendunia

telah dirumuskan dalam Rapat Anggota ICA bulan September 1995 dalam

Hendorojogi tahun 2004 adalah :

1) Keanggotaan Bersifat Sukarela dan Terbuka.

Anggota koperasi tidak dapat dipaksakan oleh siapapun. Keputusan

seseorang untuk menjadi anggota koperasi harus berdasarkan pada kesadaran dan

kesiapan untuk menanggung resiko yang timbul dari keputusannya tersebut.

Keanggotaan koperasi tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam

bentuk apapun.

2) Pengelolaan Dilakukan Secara Demokratis.

Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota

dan terhadap seluruh anggotanya, koperasi wajib melaksanakan manajemen yang

terbuka.

3) Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Ekonomi

Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan

melakukan pengawasan secara demokratis terhadap modal tersebut. Paling tidak

sebagian modal tersebut merupakan modal milik bersama koperasi. Salah satu

modal koperasi bisa berasal dari sisa hasil usaha yang didapatkan anggota

berdasarkan besarnya kontribusi yang dilakukannya untuk koperasi. Modal yang

didapat dari sisa hasil usaha berguna untuk mengembangkan koperasi mereka dan

mendukung kegiatan lainnya yang disahkan dalam rapat anggota.

4) Otonomi dan Kemandirian

Koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, yang

dilandasi oleh kepercayaan pada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha

sendiri. Prinsip kemandirian mengharuskan para anggota untuk berpartisipasi

sebesar-besarnya terhadap koperasi, baik dalam kedudukannya sebagai pemilik

(32)

18 5) Pendidikan Perkoperasian

Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi

anggota yang memahami serta menghayati nilai-nilai dan prinsip-prinsip serta

praktik-praktik koperasi yang benar.

6) Kerjasama Antar Koperasi

Kerjasama antar koperasi dimaksudkan untuk saling memanfaatkan

kelebihan dan menghilangkan kelemahan yang ada, sehingga hasil akhir dapat

dicapai secara optimal. Kerjasama tersebut diharapkan akan saling menunjang

dalam pendayagunaan sumber daya yang terbatas.

7) Kepedulian Terhadap Masyarakat

Koperasi melakukan kegiatannya untuk pengembangan masyarakat

sekitarnya secara berkelanjutan, melalui kebijakan yang dihasilkan dalam rapat

anggota

2.3. Strategi Pengembangan Bagi Kelembagaan Koperasi

Menurut Undang-undang No. 25/1992, koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang-perorangan atau badan hukum Koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Pengertian koperasi menurut

UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 tersebut kurang sesuai dengan dengan

prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi, karena koperasi diartikan sebagai suatu badan

usaha. Pada dasarnya koperasi bukanlah suatu badan usaha, akan tetapi yang

memiliki badan usaha atau dengan kata lain badan usaha yaitu merupakan bagian

dari koperasi. Perbedaan pengertian koperasi tersebut menyebabkan koperasi

kehilangan arah dan tujuannya bahkan tidak sesuai dengan jati diri dan koridor

koperasi sehingga koperasi di Indonesia belum berkembang maksimal (Permana,

2011).

Pada umumnya, strategi pengembangan yang dilakukan bagi perusahaan

dan lembaga koperasi tidak jauh berbeda. Strategi yang dilakukan berorientasi

pada fungsi-fungsi manajemen. Menurut Permana (2011), fungsi manajemen yang

(33)

19 1) Fungsi Perencanaan

Perencanaan yaitu suatu proses perumusan program kerja beserta anggarannya,

yang harus dilakukan koperasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan strategi yang

hendak dilaksanakan dan merupakan tindak lanjut juga dari keputusan rapat

anggota, oleh karena itu pelaksanaan fungsi perencanaan harus konsisten pada

tujuan dan misi koperasi dan perencanaan memiliki fungsi koordinasi antara

bagian dalam koperasi, serta fungsi pengendalian terhadap pelaksanaan berbagai

kegiatan koperasi.

2) Fungsi Pengorganisasian

Yaitu pembagian tugas dan wewenang dalam koperasi kepada para pelaku yang

bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana koperasi, walaupun secara umum

perangkat organisasi koperasi telah terbagi dengan jelas, namun dalam

pelaksanaannya pengurus mempunyai kewajiban untuk menyusun organisasi

kepengurusan secara rinci.

3) Kepemimpinan

Menurut Ralp M. Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi

aktivitas kelompok yang ditujukan pada pencapaian tujuan tertentu. Selanjutnya

berdasarkan hasil penelitiannya telah didefinisikan berbagai cara yang berbeda

oleh berbagai orang yang berbeda pula (Hendrojogi, 2004).

4) Pengendalian

Pengendalian mempunyai fungsi untuk memastikan bahwa hasil kegiatan usaha

koperasi atau kegiatan lainya sesuai dengan apa yang telah direncanakan

sebelumnya, serta menjamin agar usaha dapat berjalan dengan lancar dan apabila

terjadi penyimpangan-penyimpangan maka dapat diketahui sedini mungkin.

Pengembangan usaha memerlukan suatu proses manajerial berupa

perumusan dan penyusunan strategi yang tepat bagi perusahaan. Strategi yang

telah dirumuskan perlu dikelola dalam suatu proses manajerial yang baik dalam

suatu organisasi. Prasyarat pesatnya perkembangan organisasi koperasi menurut

(Sari,2012) adalah :

1) Koperasi harus meluaskan wawasan dalam manajemen dan organisasinya

2) Koperasi harus diorganisasikan dengan baik dan dikelola secara

(34)

20 3) Mempertahankan standar integritas koperasi yang tinggi

4) Penataan orientasi dan kontribusi pelayanan kepada anggota dan

masyarakat secara tepat.

2.4 Konsep Pertanian Organik Koperasi Serba Usaha Lestari

Arah pertanian organik yang sedang dikembangkan oleh Koperasi Serba

Usaha (KSU) Lestari adalah pertanian berkelanjutan berbasiskan ekonomi

keluarga. Pertanian berkelanjutan dengan membudidayakan sayuran organik

dilaksanakan menggunakan input alami dari sekitar sesuai lokalitas tanpa

tergantung dari pihak luar tetapi tetap menjaga keseimbangan lingkungan guna

keberlanjutan usahanya. Ekonomi keluarga mengandung rmakna bahwa usahatani

dikerjakan secara kolektif dengan semangat kekeluargaan mulai dari pengadaan

input, proses produksi, pengolahan dan pemasaran. Petani bekerjasama sebagai

subjek untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kebersamaan tersebut

diwujudkan dalam wadah ekonomi kerakyatan yang disebut koperasi. Persatuan

petani dalam koperasi akan meningkatkan posisi tawar yang kuat dari sektor hulu

sampai hilir.

2.5 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai topik strategi pengembangan usaha telah banyak

dilakukan sebelumnya. Pada umumnya tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji

topik penelitian mengenai strategi pengembangan adalah untuk menganalisis

kondisi internal dan eksternal suatu organisasi/organisasi, menganalisis peluang,

ancaman, kekuatan, dan kelemahan suatu perusahaan/organisasi, merumuskan

strategi terbaik untuk perusahaan/ organisasi yang diteliti. Beberapa judul

penelitian terdahulu yang dijadikan referensi untuk mengarahkan penelitian ini

(35)

21

Tabel 4. Penelitian Terdahulu

No Tahun Nama Judul Alat Analisis

1 2011 Dede Permana Strategi Pengembangan Koperasi Jasa Agribisnis (KOJA) STA 2 2008 Elsiana Brikmar Strategi pengembangan Koperasi

Perikanan Mina Jaya Muara Angke, 5 2007 Mia Anggraeni Analisis Strategi Pengembangan

Usaha Unit Simpan Pinjam 6 2009 Defieta Strategi Pengembangan Usaha

Restoran Lasagna Gulung bogor,

Dari kajian penelitian terdahulu di atas, peneliti menganalisis bahwa

strategi pengembangan koperasi memiliki kecenderungan permasalahan yang

sama, yaitu berkaitan dengan masalah keanggotaan, SHU dan produktivitas

seperti yang terlihat pada penelitian Permana (2011), Brikmar (2008), Mawalat

(2008), Ramadhan (2009), Anggraeni (2007) dan Sari (2012) sedangkan pada

(36)

22 Defieta (2008) permasalahan yang muncul lebih berkaitan dengan persaingan

yang terjadi dengan usaha yang lain.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait langsung

dengan topik strategi pengembangan usaha yakni terletak pada objek kajian,

tempat penelitian, dan hasil penelitian. Adapun persamaannya terletak pada

penelitian Anggraeni (2007) dan Defieta (2008) dalam menganalisis kondisi

internal dan eksternal perusahaan/organisasi, menganalisis peluang, ancaman,

kekuatan, dan kelemahan suatu perusahaan/organisasi dengan menggunakan tiga

tahap formulasi strategi yaitu, tahap masukan (input stage) dengan matriks IFE dan matriks EFE, tahap pencocokan (matching stage) dengan matriks IE dan matriks SWOT dan tahap keputusan (decision stage) sebagai tahap terakhir dengan menggunakan matriks QSPM. Kemudian topik kajian yang akan diteliti

sesuai dengan penelitian Permana (2011), Brikmar (2008), Mawalat (2008) dan

Ramadhan (2009) yaitu kajian pengembangan aspek kelembagaan dari koperasi.

Analisa terhadap penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi untuk

menggambarkan dan menyimpulkan sesuatu yang terkait dengan penelitian

(37)

23

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategi

Pearce dan Robinson (1997), mendefinisikan manajemen strategi sebagai

kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan

pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai

sasaran-sasaran organisasi. Karakteristik keputusan manajemen strategi bervariasi

menurut tingkat aktivitas strategi yang terlibat.

Menurut Hunger dan Wheelen (2003), manajemen strategi adalah

serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja

organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan

lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, evaluasi dan pengendalian.

Manajemen strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan

ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan organisasi.

Manajemen strategi sebagai suatu bidang ilmu menggabungkan kebijakan bisnis

dengan lingkungan dan tekanan strategi.

David (2010), mendefinisikan manajemen strategi sebagai seni dan

pengetahuan merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi

keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai

tujuannya. Manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan

manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan

pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan

organisasional.

Manajeman strategi merupakan arus keputusan dan tindakan yang

mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif

untuk membantu mencapai sasaran organisasi. Manajemen strategi pada akhirnya

akan mendapatkan keputusan strategi. Keputusan strategi adalah sarana untuk

mencapai tujuan akhir. Keputusan ini mencakup definisi tentang bisnis, produk

dan pasar yang harus dilayani, fungsi yang harus dilaksanakan dan kebijakan

utama yang diperlukan untuk mengatur dalam melaksanakan keputusan ini demi

(38)

24

3.1.2. Tahap-Tahap Manajemen Strategi

Menurut David (2010), proses manajemen stategi terdiri dari tiga tahapan,

yaitu :

1) Perumusan Strategi

Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi

peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan

kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi

alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Melihat cakupan

rumusan dari strategi di atas, perumusan strategi sesungguhnya ikut menentukan

pilihan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang tidak dijalankan,

bagaimana mengalokasikan sumber daya, keputusan ekspansi atau diversifikasi

operasi organisasi, keputusan organisasi untuk memenuhi permintaan

internasional dan merger. Organisasi tidak bisa memilh secara keseluruhan dari

strategi yang ada dikarenakan sumber daya yang terbatas.

2) Penerapan Strategi

Penerapan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk

mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Implementasi atau

penerapan strategi menuntut organisasi untuk menetapkan obyektif tahunan,

melengkapi dengan kebijakan, memotifasi karyawan, dan mengalokasikan

sumberdaya, sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Selain itu,

yang termasuk penerapan strategi adalah mengembangkan budaya untuk

mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah

usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan

sistem implementasi, serta menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi

organisasi. Penerapan strategi sering sekali dianggap sebagai tahapan yang paling

sulit dalam manajemen strategis, karena penerapan strategi tidak hanya

dibutuhkan kemampuan yang hebat, tetapi lebih kepada sebuah seni yang dimiliki

atasan untuk dapat memotivasi bawahannya.

3) Penilaian Strategi

Penilaian strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi. Tiga

macam aktifitas dasar untuk mengevaluasi strategi adalah : (1) meninjau

(39)

25 prestasi, dan (3) mengambil tindakan korektif. Penilaian strategi diperlukan

karena keberhasilan hari ini tidak menjamin keberhasilan di masa depan.

Penelitian ini membatasi tahap-tahap manajemen strategis hanya sampai

perumusan dan tidak melaksanakan tahap penerapan serta penilaian strategi.

Tahap-tahap manajemen strategi dapat dengan mudah dipelajari dan

diaplikasikan dengan sebuah model yang disebut model manajemen strategi.

Model manajemen strategi dapat merepresentasikan sebuah pendekatan yang jelas

dan praktis untuk merumuskan menerapkan dan menilai strategi. untuk lebih

jelasnya model dapat dilihat pada Gambar 1berikut.

Formulasi Penerapan Evaluasi Strategi Strategi Strategi

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2010)

3.1.3 Strategi Pengembangan Usaha

Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan

untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam bisnis utamanya. Pentingnya

keputusan strategi berkaitan dengan sumberdaya perusahaan. Sebagaimana kita

ketahui bahwa strategi memberikan stabilitas arah dan orientasi yang konsisten

(40)

26 Strategi yang berhasil pada umumnya dengan mengkombinasikan beberapa hal

berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan yaitu:

1. Sasaran Sederhana Jangka Panjang

Setiap strategi bisnis harus merupakan kejelasan dari sasaran, jika tidak

strategi tidak dapat memberikan stabilitas dan kesatuan arah perusahaan.

Sasaran ini harus jelas dan konsisten serta tetap berorientasi pada tanggung

jawab terhadap pemegang saham, para pegawai, dan konsumen.

2. Analisis Lingkungan Persaingan

Kemampuan dalam mengidentifikasi kebutuhan yang umum dari konsumen

dapat berpengaruh pada penentuan posisi pasar. Kemampuan dalam

memahami lingkungan bisnis ini dapat berupa pemahaman tentang penilaian

pasar saham, pandangan terhadap potensi kemungkinan akuisisi serta

kemampuan dalam mengidentifikasi dan memotivasi sumberdaya manusia

perusahaan.

3. Penilaian Sumberdaya yang Objektif

Kesadaran akan kondisi sumberdaya dan kemampuan perusahaan, termasuk

reputasi yang berhubungan dengan nama perusahaan dan merek produk,

kemampuan untuk memotivasi pegawai, keefektifan dalam menangani

kemitraan dengan para pemasok, serta kemampuan dalam menangani dan

mengendalikan mutu produk.

4. Penerapan yang Efektif

Strategi yang paling tepat bagi perusahaan mungkin tidak akan berguna jika

tidak diterapkan secara efektif. Penerapan strategi yang efektif memerlukan

pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi dan sistem manajemen yang

mampu memegang komitmen dengan baik serta koordinasi seluruh pegawai

dan mobilisasi sumberdaya sebagai pelengkap strategi.

3.1.4. Hirarki Strategi

Manajemen strategi merupakan suatu aktifitas yang dijalankan oleh

seluruh level manajemen dalam perusahaan. Ditinjau dari tugas dan fungsinya,

manajemen strategi membentuk sebuah hirarki. Pearce dan Robinson (1997)

(41)

27 1) Strategi tingkat korporasi yang disusun berdasarkan sasaran dan strategi

jangka panjang yang mencakup bidang fungsional. Manajer pada tingkat

korporasi berusaha memanfaatkan kompetensi organisasi dengan

menerapakan portofolio bisnis dan mengembangkan rencana.

2) Strategi tingkat bisnis yang menerjemahkan rumusan arah dan keinginan di

tingkat korporasi ke dalam sasaran dan strategi yang nyata untuk masing-

masing divisi. Para manajer pada tingkat bisnis menentukan bagaimana

organisasi akan bersaing di arena pasar produk tertentu.

3) Strategi tingkat fungsional yang disusun berdasarkan sasaran tahunan dan

strategi jangka pendek di tingkat fungsional. Strategi fungsional ini lebih

bersifat operasional, karena akan langsung diimplementasikan oleh

fungsi-fungsi manajemen yang berada pada tingkat bawah.

3.1.5. Pernyataan Visi dan Misi

Visi merupakan pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di masa

depan dan misi merupakan pernyataan tentang alasan keberadaan organisasi.

Sebuah pernyataan visi yang jelas menjadi dasar bagi pengembangan pernyataan

visi yang komprehensif. Pernyataan visi haruslah singkat, diharapkan satu

kalimat, dan sebanyak mungkin manajer diminta masukannya dalam proses

pengembangannya. Pernyataan misi menjelaskan ingin menjadi apa suatu

organisasi dan siapa sajakah yang coba dilayaninya. Pernyataan visi dan misi

yang disiapkan secara cermat diakui secara luas baik oleh praktisi maupun

akademisi sebagai langkah pertama dalam manajemen strategis.

Pernyataan visi dan misi organisasi mencerminkan penilaian mengenai

arah dan strategi pertumbuhan masa depan yang didasarkan pada analisis

eksternal dan internal yang berpikiran ke depan. Sebuah pernyataan visi dan misi

bisnis organisasi harus mampu memberikan kriteria yang bermanfaat dalam

memilih beberapa strategi alternatif. Pernyataannya yang jelas menjadi dasar bagi

penciptaan dan pemilihan opsi strategis.

3.1.6. Analisis Lingkungan Bisnis Koperasi

Analisis lingkungan organisasi koperasi merupakan suatu kegiatan

monitoring, evaluasi dan diseminasi informasi dari lingkungan luar dan

(42)

28 lingkungan organisasi bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor sinergis, baik

internal maupun eksternal yang akan menentukan masa depan organisasi (Hunger

& Wheleen, 2003). Secara umum lingkungan bisnis koperasi meliputi dua bagian

besar yang terdiri dari lingkungan eksternal dan internal sebagaimana dijelaskan

sebagai berikut :

3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal terdiri dari komponen-komponen atau variabel

lingkungan yang berasal atau berada di dalam organisasi. Komponen-komponen

dari lingkungan internal cenderung lebih mudah dikendalikan. David (2010)

membagi lingkungan internal menjadi enam bagian, yakni manajemen;

pemasaran; keuangan/ akuntansi; produksi/ operasi; penelitian dan

pengembangan; dan sistem informasi manajemen.

1) Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf dan pengendalian. Perencanaan

terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan

menghadapi masa depan. Tugas spesifik perencanaan termasuk meramalkan,

menetapkan sasaran, menetapkan strategi, dan mengembangkan kebijakan.

Perencanaan berada dalam tahap perumusan strategi. Proses perencanaan harus

melibatkan manajer dan karyawan di seluruh organisasi. Perencanaan dapat

memberikan dampak positif pada prestasi organisasi dan individu. Perencanaan

memungkinkan organisasi mengenali dan memanfaatkan peluang eksternal dan

meminimalkan dampak ancaman eksternal (David, 2010).

2) Pemasaran

Pemasaran dapat didekskripsikan sebagai proses pendefenisian,

pengantisipasian, penciptaan serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan

konsumen akan produk dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis

konsumen, (2) penjualan produk/jasa, (3) perencanaan produk dan jasa, (4)

penetapan harga, (5) distribusi, (6) riset pemasaran, (7) analisis peluang (David,

Gambar

Tabel 4. Penelitian Terdahulu
Gambar 1.  Model Komprehensif Manajemen Strategis
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 7. Penilaian Bobot Strategis Internal Perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempertahankan kontinuitas produk yang dihasilkan, peternakan Trias Farm telah menjalankan strategi dengan mengatur sistem manajemen produksi dengan cara mengatur

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2009), penelitian yang dilakukan oleh Sembara (2011) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usahaternak Sapi Perah

8.1. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE menghasilkan lima kekuatan dan empat kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam

Metode analisis untuk pengukuran atribut pelayanan, sikap petani cabai, dan hubungan antara atribut pelayanan terhadap sikap petani meliputi masing- masing: metode

Staff akan login terlebih dahulu untuk dapat mengakses aplikasi, kemudian membuat surat keluar dan meminta persetujuan kepada kepala seksi serta kepala bidang/sub bagian

Hasil analisis matriks SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat diterapkan KUD Puspa Mekar, yaitu: meningkatkan kegiatan produksi berstandar teknologi

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi

Sehingga untuk mengantisipasi kerugian itu, maka petani tidak pernah menanam singkong secara seluruh pada lahan pertanian mereka, tetapi para petani melakukan sistem cocok tanam