• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
596
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN

MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN

DI KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT

Fini Murfiani

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT adalah benar karya tulis saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2006

Fini Murfiani P.015014021

(3)

Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh: AMRI JAHI dan BAYU KRISNAMURTHI.

Kompetensi penyuluh dalam pengembangan usaha kecil di bidang pertania n yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar dapat melaksanakan perannya dengan baik. Kompetensi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penyuluh ya itu: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) macam institusi pendidikan formal, (4) bidang keahlian, (5) pendidikan non formal, (6) pengalaman menyuluh, (7) pengalaman usaha, (8) konsumsi media, (9) kekosmopolitan, (10) pendapatan, (11) motivasi dan (12) dukungan organisasi.Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menentukan distribusi penyuluh pada sejumlah karakteristik yang diamati, (2) mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dan (3) me nentukan derajat hubungan antara karakteristik para penyuluh dengan kompetensi mereka dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang penyuluh ditentukan dengan stratified random sampling. Data dikumpulkan dari akhir bulan Februari sanpai dengan awal bulan April 2006. Data dianalisis untuk menentukan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas menggunakan korelasi rank Kendall tau_b dan konkordansi Kendall W.

(4)

DI KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT

Fini Murfiani

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Magister Sains

Pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Nama mahasiswa : Fini Murfiani

Nomor Pokok. : P. 015014021

Program Studi : Ilmu P enyuluhan Pembangunan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

DR. Ir. Amri Jahi, MSc. DR. Ir. Bayu Krisnamurthi

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

DR. Ir. Amri Jahi, MSc. DR. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(6)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1961 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhad dan Ibu Maria TB. Boerhan.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri Kebon Manggis II, Jakarta dan lulus pada tahun 1973, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri III Jakarta , lulus pada tahun 1976 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Jakarta , lulus pada tahun 1980. Selanjutnya penulis mengikuti pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor dan memilih Fakultas Peternakan, melalui jalur Proyek Perintis II (PP II) yang merupakan jalur penelusuran minat dan bakat pada masa itu dan lulus pada tahun 1984.

Penulis pertama kali bekerja di Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian (DitJenNak-DepTan) pada tahun 1985-1987. Selanjutnya penulis bekerja di Dinas Peternakan Sumatera Selatan sampai dengan tahun 1992. Selama kurun waktu 1992-1994 penulis tidak aktif bekerja karena mengikuti suami yang melanjutkan sekolah ke Colorado, Amerika Serikat. Setelah itu penulis kembali bekerja di DitJen Peternakan, Jakarta mulai tahun 1997 sampai dengan saat ini. Pada tahun 2002 penulis mengikuti Program Pascasarjana di Sekolah Pascasarjana IPB dan memilih Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

(7)

i

Puji syukur dan Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, hanya karena Rakhmat dan HidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Kompetensi Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam mempersiapkan penulisan ini, begitu banyak piha k yang telah membantu penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan utama kepada Bapak DR. Ir. Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak DR. Ir. Bayu Krisnamurthi selaku anggota komisi yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu serta memberikan pengetahuan dalam membimbing penulis yang selanjutnya penulis gunakan sebagai pedoman dalam penulisan tesis ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada semua pihak atas dorongan, doa dan berbagai sumbang saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini, khususnya kepada:

1. Suamiku tercinta Nurcahyo Adi dan anakku tersayang Kukuh Adi Danisworo yang selalu berdoa untuk penulis dan merelakan waktu kebersamaan yang seharusnya kita lewati bersama demi memberikan kesempatan pada penulis untuk mempersiapkan dan menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.

(8)

ii

penulis selama penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. Teman-temanku terbaik , Ir.Triastuti Andajani, Ms., Ir. Mursyid Ma’sum, MAgr., DR.Pitoyo Budiono, Ms. , Ir. Syafrudin, Ms., Ir. Herawati, Ms., DR. Zaim Uchrowi, MSc., Drs. Bagus Ponco, Msi., Ir. Arum yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini, tanpa kalian semua rasanya tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu di Direktorat Perbibitan-Direktorat Jenderal Peternakan, khususnya Bapak Direktur Perbibitan, Bapak Prof. DR. Kusumo Diwyanto dan Bapak Kasubdit Ternak Bibit Ruminansia, Bapak DR. Riwantoro yang telah memberi kesempatan dan berbagai fasilitasi selama penulis mempersiapkan dan menyelesaikan penulisan tesis ini. 6. Ir. Hj. Ijan, MM. , Ir. Wawan Haryono, MM., Ir. Herlina , MM., dan

Bapak-Ibu di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, khususnya di Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan yang telah memberikan berbagai fasilitas kepada penulis mulai dari mempersiapkan rencana penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dilapangan

(9)

iii

informasi yang sangat berharga kepada penulis

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu pada kesempatan ini, atas semua bantuan yang telah diberikan pada penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik kearah perbaikan sangat diharapkan dalam rangka memberikan masukan perbaikan pada tesis ini.

Bogor, Juli 2006

(10)

iv

DAFTAR ISI . ……… iv

DATAR TABEL... xi

PENDAHULUAN ………... 1

Latar Belakang... ………. 1

Rumusan Masalah………... 10

Tujuan Penelitian……… 12

Kegunaan Penelitian……….. 13

Definisi Istilah………. 14

TINJAUAN PUSTAKA ………... 19

Penyuluhan dan Penyuluh ……….. 19

Karakteristik Penyuluh…..……….. 25

Umur ……… 25

Pendidikan Formal ………..………. 26

Macam Institusi Pendidikan Formal ………...……….. 26

Bidang Keahlian ... 27

Pendidikan Non-Formal……… 27

Pengalaman Menyuluh ……… 28

Pengalaman Usaha …….……… 29

Konsumsi Media ……… 30

Kekosmopolitan ……… 31

Pendapatan ……….……… 32

Motivasi ……… 32

Dukungan Organisasi ... ……… 33

Kompetensi ……… 34

PengertianKompetensi ………. 34

Unsur-Unsur Kompetensi ……..……….. 38

(11)

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN

MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN

DI KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT

Fini Murfiani

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT adalah benar karya tulis saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2006

Fini Murfiani P.015014021

(13)

Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh: AMRI JAHI dan BAYU KRISNAMURTHI.

Kompetensi penyuluh dalam pengembangan usaha kecil di bidang pertania n yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar dapat melaksanakan perannya dengan baik. Kompetensi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penyuluh ya itu: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) macam institusi pendidikan formal, (4) bidang keahlian, (5) pendidikan non formal, (6) pengalaman menyuluh, (7) pengalaman usaha, (8) konsumsi media, (9) kekosmopolitan, (10) pendapatan, (11) motivasi dan (12) dukungan organisasi.Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menentukan distribusi penyuluh pada sejumlah karakteristik yang diamati, (2) mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dan (3) me nentukan derajat hubungan antara karakteristik para penyuluh dengan kompetensi mereka dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang penyuluh ditentukan dengan stratified random sampling. Data dikumpulkan dari akhir bulan Februari sanpai dengan awal bulan April 2006. Data dianalisis untuk menentukan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas menggunakan korelasi rank Kendall tau_b dan konkordansi Kendall W.

(14)

DI KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT

Fini Murfiani

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Magister Sains

Pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Nama mahasiswa : Fini Murfiani

Nomor Pokok. : P. 015014021

Program Studi : Ilmu P enyuluhan Pembangunan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

DR. Ir. Amri Jahi, MSc. DR. Ir. Bayu Krisnamurthi

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

DR. Ir. Amri Jahi, MSc. DR. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(16)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1961 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhad dan Ibu Maria TB. Boerhan.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri Kebon Manggis II, Jakarta dan lulus pada tahun 1973, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri III Jakarta , lulus pada tahun 1976 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Jakarta , lulus pada tahun 1980. Selanjutnya penulis mengikuti pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor dan memilih Fakultas Peternakan, melalui jalur Proyek Perintis II (PP II) yang merupakan jalur penelusuran minat dan bakat pada masa itu dan lulus pada tahun 1984.

Penulis pertama kali bekerja di Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian (DitJenNak-DepTan) pada tahun 1985-1987. Selanjutnya penulis bekerja di Dinas Peternakan Sumatera Selatan sampai dengan tahun 1992. Selama kurun waktu 1992-1994 penulis tidak aktif bekerja karena mengikuti suami yang melanjutkan sekolah ke Colorado, Amerika Serikat. Setelah itu penulis kembali bekerja di DitJen Peternakan, Jakarta mulai tahun 1997 sampai dengan saat ini. Pada tahun 2002 penulis mengikuti Program Pascasarjana di Sekolah Pascasarjana IPB dan memilih Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

(17)

i

Puji syukur dan Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, hanya karena Rakhmat dan HidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Kompetensi Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam mempersiapkan penulisan ini, begitu banyak piha k yang telah membantu penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan utama kepada Bapak DR. Ir. Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak DR. Ir. Bayu Krisnamurthi selaku anggota komisi yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu serta memberikan pengetahuan dalam membimbing penulis yang selanjutnya penulis gunakan sebagai pedoman dalam penulisan tesis ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada semua pihak atas dorongan, doa dan berbagai sumbang saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini, khususnya kepada:

1. Suamiku tercinta Nurcahyo Adi dan anakku tersayang Kukuh Adi Danisworo yang selalu berdoa untuk penulis dan merelakan waktu kebersamaan yang seharusnya kita lewati bersama demi memberikan kesempatan pada penulis untuk mempersiapkan dan menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.

(18)

ii

penulis selama penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. Teman-temanku terbaik , Ir.Triastuti Andajani, Ms., Ir. Mursyid Ma’sum, MAgr., DR.Pitoyo Budiono, Ms. , Ir. Syafrudin, Ms., Ir. Herawati, Ms., DR. Zaim Uchrowi, MSc., Drs. Bagus Ponco, Msi., Ir. Arum yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini, tanpa kalian semua rasanya tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu di Direktorat Perbibitan-Direktorat Jenderal Peternakan, khususnya Bapak Direktur Perbibitan, Bapak Prof. DR. Kusumo Diwyanto dan Bapak Kasubdit Ternak Bibit Ruminansia, Bapak DR. Riwantoro yang telah memberi kesempatan dan berbagai fasilitasi selama penulis mempersiapkan dan menyelesaikan penulisan tesis ini. 6. Ir. Hj. Ijan, MM. , Ir. Wawan Haryono, MM., Ir. Herlina , MM., dan

Bapak-Ibu di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, khususnya di Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan yang telah memberikan berbagai fasilitas kepada penulis mulai dari mempersiapkan rencana penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dilapangan

(19)

iii

informasi yang sangat berharga kepada penulis

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu pada kesempatan ini, atas semua bantuan yang telah diberikan pada penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik kearah perbaikan sangat diharapkan dalam rangka memberikan masukan perbaikan pada tesis ini.

Bogor, Juli 2006

(20)

iv

DAFTAR ISI . ……… iv

DATAR TABEL... xi

PENDAHULUAN ………... 1

Latar Belakang... ………. 1

Rumusan Masalah………... 10

Tujuan Penelitian……… 12

Kegunaan Penelitian……….. 13

Definisi Istilah………. 14

TINJAUAN PUSTAKA ………... 19

Penyuluhan dan Penyuluh ……….. 19

Karakteristik Penyuluh…..……….. 25

Umur ……… 25

Pendidikan Formal ………..………. 26

Macam Institusi Pendidikan Formal ………...……….. 26

Bidang Keahlian ... 27

Pendidikan Non-Formal……… 27

Pengalaman Menyuluh ……… 28

Pengalaman Usaha …….……… 29

Konsumsi Media ……… 30

Kekosmopolitan ……… 31

Pendapatan ……….……… 32

Motivasi ……… 32

Dukungan Organisasi ... ……… 33

Kompetensi ……… 34

PengertianKompetensi ………. 34

Unsur-Unsur Kompetensi ……..……….. 38

(21)

v

Kom petensi Umum………... 53

Merencanakan Program Penyuluhan Pertanian ………. 53

Melaksanakan Program Penyuluhan Pertanian ……… 55

Mengembangkan Swadaya dan Swakarsa Petani ………….. 57

Mengevaluasi Program Penyuluhan Pertanian ……… 60

Mengembangkan Profesi Penyuluh Pertanian ……… 61

Kompetensi Khusus ………. 62

Membantu Merencanakan Pengembangan Modal ………… 62

Membantu Mengakses dan Mengembangkan Modal ……... 64

Membantu Memantau Pengembangan Modal ……….. 66

Membantu Memfasilitasi Pembentukan Lembaga Keuangan Tingkat Desa ..……… 68

Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kompetensi Penyuluh … 70 Hubungan Umur dengan Kompetensi ……… 70

Hubungan Pendidikan For mal dengan Kompetensi ………. 70

Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan Kompetensi... 70

Hubungan Bidang Keahlian dengan Kompetensi... 71

Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Kompetensi ………. 71

Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Kompete nsi ……….. 71

Hubungan Pengalaman Usaha dengan Kompetensi... .……… 72

Hubungan Konsumsi Media dengan Kompetensi... 73

Hubungan Kekosmopolitan dengan Kompetensi ……… 73

Hubungan Pendapatan dengan Kompetensi……….. 74

Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ……… 74

Hubungan Dukungan Organisasi dengan Kompetensi... 75

METODOLOGI PENELITIAN ……… 77

Populasi dan Sampel ……… 77

Populasi ……… 77

(22)

vi

Data ……… 79

Instrumentasi ……… 79

Validitas Instrumen ……… 81 Realibilitas Instrumen ……… 82

Pengumpulan data ……… 83

Analisis Data ……… 83

HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 84

Pendahuluan……… 84

Distribusi pada Sejumlah Karakteristik Penyuluh yang diamati... 84 Distribusi Penyuluh berdasarkan Umur... 85 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal... 86 Distribusi Penyuluh berdasarkan Macam Institusi Pendidikan

Formal... 86 Distribusi Penyuluh berdasarkan Bidang Keahlian... 87 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Non-Formal... 88 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pengalaman Menyuluh... 89 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pengalaman Usaha... 90 Distribusi Penyuluh berdasarkan Kosumsi Media... 91 Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan... 92 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendapatan... 93 Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi... 94 Distribusi Penyuluh berdasarkan Dukungan Organisasi... 95 Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di

Bidang Pertanian... 96 Pengetahuan Penyuluh tentang Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 98 Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 100 Sikap Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di

(23)

vii

Hubungan Umur dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 106 Hubungan Pendidikan Formal dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 108 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan

Pengetahuan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 110 Hubungan Bidang Keahlian dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 112 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Pengetahuan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 114 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Pengetahuan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 117 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 119 Hubungan Kosumsi Media dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 122 Hubungan Kekosmopolitan dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 124 Hubungan Pendapatan dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 127 Hubungan Motivasi dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 129 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Pengetahuan Penyuluh

(24)

viii

Hubungan Umur dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 134 Hubungan Pendidikan Formal dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 137 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan

Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 139 Hubungan Bidang Keahlian dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 141 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 143 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 146 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 148 Hubungan Kosumsi Media dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 151 Hubungan Kekosmopolitan dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 153 Hubungan Pendapatan dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 156 Hubungan Motivasi dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 158 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian...

160

Hubungan Karakteristik dengan Sikap Penyuluh dalam

(25)

ix

Hubungan Pendidikan Formal dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 166 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan Sikap

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 168 Hubungan Bidang Keahlian dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 170 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Sikap Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 172 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Sikap Penyuluh

da lam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 174 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 177 Hubungan Kosumsi Media dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Moda l Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 179 Hubungan Kekosmopolitan dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 182 Hubungan Pendapatan dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 184 Hubungan Motivasi dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 187 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Perta nian... 189 Pembahasan... 192 Karakteristik Penyuluh... 192 Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 202 Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh dalam

(26)

x

Saran... 218

DAFTAR PUSTAKA ………... 220

LAMPIRAN 227

Lampiran I. Kuesioner 228

Lampiran II. Peta Lokasi Penelitian 270

(27)

xi

Tabel Teks Hal

1. Rincian Pengambilan Sampel... 78 2. Variabel, Indikator dan Pengukuran Penelitian... 80 3. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Umur... 85 4. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pendidikan Formal... 86 5. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Macam Institusi Pendidikan

Formal... 87 6. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Bidang Keahlian... 88 7. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pendidikan Non-Formal... 89 8. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pengalaman Menyuluh... 90 9. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pengalaman Usaha... 91 10. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Konsumsi Media... 92 11 Distribusi Penyuluh Berdasarkan Kekosmopolitan... 93 12 Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pendapatan... 94 13 Distribusi Penyuluh Berdasarkan Motivasi... 95 14 Distribusi Penyuluh Berdasarkan Dukungan Organisasi... 96 15 Pengetahuan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 99 16 Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 102 17 Sikap Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di

Bidang Pertanian... 104 18 Hubungan Umur dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 106 19 Hubungan Pendidikan Formal dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 109 20 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan

Pengetahuan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

(28)

xii

22 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Pengetahuan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 115 23 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Pengetahuan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 118 24 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian.... 120 25 Hubungan Konsumsi Media dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian.... 123 26 Hubungan Kekosmopolitan dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 125 27 Hubungan Pendapatan dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 128 28 Hubungan Motivasi dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 130 29 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 133 30 Hubungan Umur dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 135 31 Hubungan Pendidikan Formal dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 137 32 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan

Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 139 33 Hubungan Bidang Keahlian dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 141 34 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

(29)

xiii

Pertanian... 146 36 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 149 37 Hubungan Konsumsi Media dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 152 38 Hubungan Kekosmopolitan dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 154 39 Hubungan Pendapatan dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 156 40 Hubungan Motivasi dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 159 41 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 162 42 Hubungan Umur dengan Sikap Penyuluh dalam Pengembangan

Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 163 43 Hubungan Pendidikan Formal dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 167 44 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan S ikap

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 169 45 Hubungan Bidang Keahlian dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 171 46 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Sikap Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 173 47 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Sikap Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 176 48 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Sikap Penyuluh dalam

(30)

xiv

50 Hubungan Kekosmopolitan dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 183 51 Hubungan Pendapatan dengan Sikap P enyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 185 52 Hubungan Motivasi dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 188 53 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 190

(31)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) Indonesia 2005 adalah kesadaran, pemahaman sekaligus kebijakan untuk menempatkan kembali arti penting pertanian, perikanan dan kehutanan secara proporsional dan kontekstual. Proporsional dalam kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat, sedangkan kontekstual adalah sesuai dengan kondisi masyarakat, globalisasi, modernisasi dan antisipasi perkembangan masa depan. RPPK dapat menjadi acuan untuk menjawab kebutuhan dunia usaha dan masyarakat pada umumnya mengenai arah pengembangan pertanian, perikanan dan kehutanan. (Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Kehutanan, 2005).

(32)

penyuluhan tingkat pusat dan daerah. Memperhatikan kebijakan revitalisasi penyuluhan tersebut dan sesuai dengan makna revitalisasi dalam RPPK, revitalisasi penyuluhan adalah kesadaran, pemahaman sekaligus kebijakan untuk menempatkan kembali arti penting penyuluhan pertanian secara proporsional dan kontekstual.

(33)

meliputi kemandirian material, intelektual dan pembinaan. Citra penyuluhan pertanian yang sebelumnya sebagai proses transfer teknologi menjadi proses pemberdayaan dan pembelajaran. Sedangkan prinsip paling menonjol dalam pelaksanaan penyuluhan agribisnis adalah prinsip egaliter.

(34)

daerah tidak menyediakan biaya pelatihan, penyusunan program dan programa penyuluhan pertanian tidak dilakukan sehingga operasional penyelenggaraan penyuluha n pertanian menjadi tidak jelas. Kegiatan masih dilakukan secara sektoral dan dalam nuansa keproyekan, sehingga sulit menjamin keterpaduan dan keberlanjutan. Penyediaan sarana penyuluhan sangat terbatas, bahkan tidak ada sama sekali. Selain masalah tersebut, masalah inovasi yang berasal dari hasil penelitian juga belum mampu memecahkan masalah petani dalam mengembangkan sistem dan usaha agribisnis. Masalah lain adalah belum ada kerjasama yang baik antara peneliti dan penyuluh, peneliti masih menganggap penyuluh adalah inferior mereka. Kondisi tersebut menyebabkan para penyuluh pertanian frustasi dan berpenga ruh terhadap kinerja mereka.

(35)

antara agribisnis hulu, o n-farm, agr ibisnis hilir dan penyedia jasa, (4) kondisi petani yang berbeda dengan kondisi sebelumnya, mereka saat ini sudah menguasai teknologi budidaya yang menguntungkan, sebagian dari mereka sudah menyadari pentingnya menguasai aspek ekonomi untuk pengembangan usahanya, sudah lebih mengetahui hak politik dan ekonomi. Implikasi dari keempat perubahan lingkungan strategis tersebut penyuluh pertanian: (1) harus dapat menyerap teknologi dan informasi yang dibutuhkan sebagai materi penyuluhan yang akan disampaikan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh petani, (2) harus dapat memfasilitasi proses belajar petani untuk dapat memberdayakan petani untuk mampu berbisnis dengan efisien. Penyuluh harus menguasai kompetensi yang menyangkut aspek ekonomi usaha petani, (3) sebagai aparat pemerintah daerah, dituntut untuk memiliki kompetensi dalam melakukan identifikasi masalah, melakukan analisis masalah dan potensi serta menyusun kegiatan pelayanan yang prima dan efisien, (4) dituntut untuk dapat membangun kerjasama antara pelaku agribisnis dengan prinsip keterbukaan, saling ketergantungan dan saling menguntungkan.

(36)

realisasi dari revolusi hijau di Indonesia, sehingga mereka hanya memiliki kompetensi di bidang budidaya pertanian atau usaha tani on farm (Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2001:3-4).

Dengan adanya perubahan contex dan content, termasuk perubahan lingkungan strategis yang terjadi di bidang pertanian, saat ini kegiatan bertani juga mengalami perubahan dari yang semula sebagai cara hidup menjadi suatu kegiatan usaha/bisnis. Usaha atau bisnis yang dilakukan oleh petani merupakan kegiatan ekonomi rakyat. Sesuai dengan pernyataan Krisnamurthi (2002:2) bahwa yang dimaksud dengan ekonomi rakyat adalah adalah kegiatan ekonomi rakyat banyak, yang jika dikaitkan dengan kegiatan pertanian adalah kegiatan ekonomi petani, peternak atau nelayan kecil, petani gurem , petani tanpa tanah dan sejenisnya . Bukan perkebunan atau peternak besar dan sejenisnya. Menurut Suparta (2004:29) sekecil apapun usaha petani, petani adalah adalah pengusaha, untuk itu petani harus memiliki kemampuan bisnis untuk mampu merencanakan dan mengelola usahanya. Berkaitan dengan hal tersebut, penyuluh pertanian saat ini dihadapkan pada petani pengusaha yang sebagian besar sudah menyadari pentingnya menguasai aspek ekonomi untuk pengembangan usahanya, dilain pihak diduga penyuluh pertanian yang ada saat ini belum memiliki kompetensi yang memadai dalam aspek tersebut.

(37)

ciri dari usaha kecil, yang dilakukan oleh masyarakat miskin dipedesaan adalah lemahnya permodalan. Persoalan kebutuhan tambahan modal dan akses terhadap kredit seba gai sumber modal dari luar pada usaha kecil menjadi salah satu kendala saat ini. Kendala ini disebabkan oleh tidak sinkronnya pandangan dari sisi pelaku usaha kecil dengan lembaga keuanga n formal. Bagi pelaku usaha kecil, lembaga keuangan formal memiliki persyaratan dan prosedur yang hampir tidak mungkin dipenuhi. Sementara bagi lembaga keuangan formal, usaha kecil masih dianggap sebagai usaha yang penuh resiko. Hal ini membatasi ruang ge rak usaha kecil. Keterbatasan modal dan belum ekonomisnya skala usaha kecil, menyebabkan banyak usaha kecil sulit untuk mengakumulasi modal, sehingga sulit untuk meningkatkan atau mengembangkan usahanya. Untuk itu harus ada pihak yang mampu menjembatani kesenjangan ini, penyuluh sebagai fasilitator atau pendamping petani diharapkan mampu berperan dalam membantu mencari atau mengidentifikasi sumber-sumber permodalan alternatif selain lembaga keuangan formal atau bank, dan memandu petani untuk dapat mengakses sumber modal tersebut. Lebih jauh lagi penyuluh diharapkan mampu berperan dalam membantu memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan tingkat desa yang paling sederhana, misalnya dalam bentuk usaha simpan pinjam kelompok dan koperasi untuk dapat memenuhi kebutuhan modal para petani.

(38)

dalam kegiatatan belajar, yag tidak saja dalam kegiatan pendidikan dan menjamin adopsi inovasi baru, tetapi juga mengubah pandangan petani dan mendorong inisiatif mereka untuk memperbaiki usaha taninya. Untuk itulah penyuluh sebagai pendamping petani selain perlu menguasai aspek teknis pertanian juga harus memiliki kompetensi yang memadai dalam pengembangan modal usaha tani, karena setiap usaha, apapun skalanya, selalu memerlukan modal.

Menurut Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian (2001:4) kompetensi seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjaan dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Ketiga faktor tersebut melekat dalam diri seseorang dan merupakan peubah yang dapat mempengaruhi kompetensinya dalam melaksanakan pekerjaannya. Pengetahuan yang harus dimiliki seseorang dalam melaksanakan tugasnya adalah pengetahuan yang mutlak harus dikuasai agar dapat melaksanakan pekerjaan dan pengetahuan yang erat hubungannya dengan pekerjaan tetapi tidak langsung digunakan. Penyuluh pertanian sebagai fasilitator/pemandu idealnya harus memiliki kompetensi yang memadai baik pada aspek teknis pertanian maupun aspek ekonomi usaha petani dalam memberikan pelayanan pendampingan kepada petani sebagai klien mereka. Kompetensi seseorang merupakan hasil dari proses belajar yang dialaminya, menurut Padmowihardjo (1999:22dan30) proses belajar dipengaruhi oleh faktor -faktor psikologis individu dan lingkungan. Faktor psikologis tersebut perlu diketahui agar dapat dipergunakan untuk menimbulkan situasi belajar yang efektif.

(39)

yang harus dimiliki oleh penyuluh yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pelaksana teknis fungsional penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas pendampingan kepada petani, (2) kompetensi khusus yaitu kemampuan teknis manajerial yang harus dimiliki penyuluh yang berkaitan dengan perannya sebagai pendamping/pemandu dalam membantu mengelola dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian.

(40)

Rumusan Masalah

Tantangan terhadap RPPK perlu ditindak lanjuti dengan kebijakan strategis di bidang pertanian, termasuk kebijakan revitalisasi penyuluhan yang pada intinya adalah kebutuhan akan kesesuaian penyuluhan dengan perkembangan petani sebagai kliennya. Perubahan kondisi petani yang berbeda dengan kondisi sebelumnya, mereka saat ini sudah menguasai teknologi budidaya yang menguntungkan dan sudah menyadari pentingnya menguasai aspek ekonomi untuk pengembangan usahanya.

(41)

Penyuluh pertanian yang ada saat ini sebagian besar berasal dari dari penyuluh yang dipersiapkan untuk melaksanakan pembangunan pertanian di bidang produksi, khususnya pangan sebagai realisasi dari revolusi hijau di Indonesia. Kompetensi mereka terbatas hanya di bidang budidaya pertanian. Berdasarkan berbagai kemajuan serta perkembangan di bidang pertanian dan membandingkan kondisi penyuluh pertanian yang ada pada saat ini, perlu ada kesesuaian, penyuluh dituntut untuk lebih progresif/berpikiran sangat maju sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan menjawab tuntutan kebutuhan petani sebagai kliennya. Penyuluh dituntut memiliki kompetensi yang memadai di bidang teknis dan non teknis pertanian, termasuk dalam hal pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian.

Kompetensi penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dipengaruhi oleh beberapa karakteristik penyuluh, seperti umur, pendidikan formal, macam institusi pendidikan formal, bidang keahlian, pendidikan non formal, pengalaman menyuluh, pengalaman usaha, konsumsi media, kekosmopolitan, pendapatan, motivasi dan dukungan organisasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dijawab pada penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana distribusi karakteristik penyuluh pada sejumlah karakteristik terpilih yang diamati?

2. Apa persepsi penyuluh tentang kompetensi yang perlu mereka kuasai dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian?

(42)

Tujuan Penelitian

Belum adanya standar atau acuan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dan mengacu pada uraian masalah penelitian, bahwa kompetensi penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian berhubungan dengan karakteristik penyuluh itu sendiri, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan distribusi karakteristik penyuluh pada sejumlah karakteristik terpilih yang diamati

2. Mengidentifikasi persepsi penyuluh tentang kompetensi yang perlu mereka kuasai dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian

(43)

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mempersiapkan penyuluh yang memiliki kompetensi memadai dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian.

Berbagai pihak yang diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini adalah :

1. Pemerintah atau Penentu Kebijakan baik di Pusat maupun Daerah : sebagai masukan bahwa perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi penyuluh baik yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pelaksana teknis fungsional penyuluh pertanian, maupun yang berkaitan dengan perannya sebagai pendamping/fasilitator dalam membantu mengelola dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian. Untuk itu perlu adanya kebijakan tentang arah pengembangan penyuluhan pertanian, termasuk pengembangan kelembagaan penyuluhan yang memadai sebagai wadah organisasi yang dapat mengakomodir kepentingan para penyuluh

(44)

Definisi Istilah

Penelitian ini diarahkan untuk menentukan derajat hubungan antara kompetensi penyuluh pertanian yang diidentifikasi se bagai variabel terikat dengan karakteristik penyuluh pertanian yang diidentifikasikan sebagai variabel bebas. Definisi istilah diperlukan untuk memberikan batasan konsep terhadap lingkup variabel yang diteliti.

I. Karakteristik terpilih penyuluh pertanian adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada pada diri penyuluh dan organisasi tempat penyuluh bekerja, masing-masing karakteristik didefinisikansebagai berikut:

1. Umur yaitu umur penyuluh yang dihitung dalam satuan tahun sejak lahir sampai dengan penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut umur dibagi dalam tiga katagori yaitu kelompok umur muda, sedang dan tua. 2. Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan formal terakhir penyuluh

yang telah diselesaikan dengan memperoleh ijazah pada saat penelitian dilaksanakan. Berdasarkan hal itu pendidikan formal dibagi berdasarkan jenjang sekolah lanjutan tingkat atas sampai dengan diploma dan sarjana sampai dengan pasca sarjana .

3. Macam institusi pendidikan formal adalah macam institusi tempat penyuluh memperoleh kelulusan dari pendidikan formal terakhirnya. Dikatagorikan dalam institusi milik pemerintah/negeri dan swasta .

(45)

5. Pendidik an non-formal adalah lamanya penyuluh mengikuti berbagai pelatihan atau kursus baik yang berkaitan dengan pelatihan penjenjangan, pelatihan teknis pertanian, penyuluhan, manajemen usaha tani dan pelatihan pengembangan modal/keuangan usaha tani. Lamanya mengikuti pelatihan dibagi dalam tiga katagori yaitu jarang, cukup dan sering.

6. Pengalaman menyuluh adalah lamanya penyuluh menjadi penyuluh pertanian dalam tahun, dihitung sejak mulai diangkat sebagai tenaga fungsional penyuluh pertanian sampai dengan penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut pengalaman menyuluh dibagi dalam tiga kata gori yaitu sedikit, cukup dan banyak.

7. Pengalaman usaha adalah keterlibatan penyuluh dalam melakukan kegiatan atau mengelola usaha, baik dibidang pertanian maupun non-pertanian sampai dengan penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut pengalaman berusaha dibagi dalam tiga kata gori yaitu sedikit, cukup dan banyak.

8. Konsumsi Media adalah upaya penyuluh dalam mencari dan mendapatkan informasi dari berbagai berbagai media komunikasi. Berdasarkan hal tersebut konsumsi media dibagi dalam tiga katagori yaitu sedikit, cukup dan banyak.

(46)

dan jejaring yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut kekosmopolitan dibagi dalam tiga katagori yaitu rendah, sedang dan tinggi.

10. Pendapatan adalah jumlah uang (dalam rupiah) yang diperoleh penyuluh dari berbagai sumber seperti gaji bulanan, hasil usaha sampingan atau jumlah uang (dalam rupiah) yang dikeluarkan/dibelanjakan dalam satu bulan. Berdasarkan hal tersebut penda patan dibagi dalam tiga kata gori yaitu rendah, sedang dan tinggi.

11.Motivasi adalah motivasi dari penyuluh yaitu dorongan yang timbul dari dalam diri penyuluh pertanian untuk meningkatkan kompetensinya dalam melakukan penyuluhan dan pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian. Dalam hal ini dibagi atas tiga kata gori yaitu rendah, sedang dan tinggi.

12.Dukungan organisasi adalah penilaian dari penyuluh terhadap dukungan dalam bentuk ketersediaan dan kondisi program dan fasilitas kerja, fasiltas pendukung dan fasilitas informasi yang diberikan oleh organisasi tempat para penyuluh bekerja untuk kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian. Berdasarkan hal tersebut dukungan organisasi dibagi dalam tiga katagori yaitu rendah, cukup dan tinggi.

II. Kompetensi penyuluh dalam pengembangan usaha kecil di bidang pertanian adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar dapat melaksanakan perannya dengan baik, Kompetensi tersebut adalah:

(47)

Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/KEP/MK.WASPAN/5/1999 tentang jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan angka Kreditnya. Kompetansi umum terdiri dari:

a. Kompetensi dalam merencanakan program penyuluhan pertanian b. Kompetensi dalam melaksanakan program penyuluhan pertanian c. Kompetensi da lam mengembangan swadaya dan swakarsa petani d. Kompetensi dalam mengevaluasi program penyuluhan pertanian e. Kompetensi dalam mengembangkan profesi penyuluh pertanian

2. Kompotensi khusus, berkaitan dengan perannya sebagai pendamping/pemandu dalam membantu mengelola dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian. Dirumuskan berdasarkan refleksi dari berbagai literatur dan dikelompokkan sesuai dengan teori manajemen dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Kompetensi khusus terdiri dari :

a. Kompetensi dalam membantu merencanakan pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian

b. Kompetensi dalam memba ntu mengakses dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian

c. Kompetensi dalam memba ntu memantau pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian

(48)

III. Penyuluh Pertanian adalah penyuluh pertanian yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenag dan haksecara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi yang menangani bidang penyuluhan pertanian pada pemerintahan daerah kabupaten Bogor untuk melakukan penyuluhan pertanian.

(49)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan dan Penyuluh

(50)

Bahwa penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan, oleh karenanya yang menjadi dasar dari penyuluhan pertanian adalah teori-teori ilmu pendidikan, khususnya teori dan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa. Selanjutnya karena penyuluhan pertanian sebagai suatu pendidikan bagi para petani dan keluarganya, haruslah menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi dan kemampuan para petani, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kelemahannya dan dapat memenuhi sendiri kebutuhan dan keinginannya, tanpa harus se lalu tergantung pada orang lain. Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar berubah perilakunya, sesuai dengan yang diinginkan oleh penyuluh, yang akan menyebabkan perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Penyuluh pertanian yang efektif adalah yang dapat menimbulkan perubahan informasi atau perolehan informasi baru kepada petani, memperbaiki kemampuan atau memberi kemampuan dan kebiasaan baru petani dalam upaya memeperoleh sesuatu yang mereka kehendaki (Slamet:2003:19-21).

(51)

lebih lanjut adalah pada prinsip tut wuri handayani, salah satu fungsi dari penyuluhan adalah melakukan pendampingan pada masyarakat yang menjadi kliennya, penyuluh diharapkan dapat lebih berperan sebagai fasilitator atau pendamping masyarakat dalam mengelola modal usaha kecil di bidang pertanian. Proses pendampingan ini sangat penting karena masyarakat yang didampinginya adalah orang-orang dewasa yang telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam berusaha di bidangnya.

Menurut Rogers (dalam Deliveri dan Bina Swadaya, 2000:16), konsep pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang tidak diarahkan, dengan menggunakan prinsip-prinsip penentuan diri sendiri dan penentuan arah sendiri. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan therapy yang berpusat pada klien, sebagaimana dilakukan oleh dokter dan psikologi, sehingga mengerahkan kemampuan klien untuk berani menghadapi keadaan hidup secara konstruktif.

(52)

penyuluhan harus mampu meneliti dan menyiapkan materi penyuluhan yang berdasarkan masalah nyata yang sedang dihadapi petani dan mencari pemecahan masalahnya, (3) berorientasi agribisnis, penyuluh harus berorientasi diri kearah agribisnis. Artinya tidak terbatas hanya pada aspek teknologi produksi saja, tetapi jauh lebih luas meliputi aspek ekonomi, teknologi pasca panen, pengolahan, pengemasan, pengawetan, pengangkutan dan pemasaran, (4) pendekatan kelompok, penyuluh harus mampu membina kelompok dan mengembangkan kepemimpinan kelompok agar kelompok tani tumbuh menjadi kelompok yang dinamis, yang merupakan kader dan pimpinan untuk mendukung pembangunan yang bottom up,(5) fokus pada kepentingan petani,penyuluh (baik yang ada di lapangan, maupun di kantoran) harus lebih mendekatkan diri dan menghayati kepentingan petani. Peyuluh pada tingkat lapangan harus diberi otonomi untuk menentukan sendiri bersama kelompok tani program-program yang akan dilaksanakan sesuai dengan kepentingan petani, (6) pendekatan humanistic-egaliter, penyuluh perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang

berkaitan dengan komunikasi, psikologi dan stratafikasi sosial, (7) profesionalisme, perlu dipersiapkan generasi penyuluh yang professional dan

(53)

kegiatan penyuluhan. Walaupun hasil penyuluhan tidak selalu terjadi secara langsung, sebab penyuluhan merupakan investasi berjangka yang hasilnya baru akan terlihat beberapa waktu kemudian, namun tetap perlu adanya indikator keberhasilan dalam jangka pendek yang akan digunakan sebaga i pertanggung jawaban kegiatan, (9) memuaskan petani, penyuluh harus disiapkan untuk dapat memberikan yang terbaik kepada petani dengan bekal pendidikan, pelatihan dan keteladanan dan juga fasilitas pendukung yang memadai.

(54)

misalnya para anggota masyarakat yang telah lebih maju kehidupannya, atau aparat pemerintah yang ada di daerah tersebut.

Ismawan (2000:19-20) menyatakan dalam mengembangkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat, khususnya bidang keuangan, faktor pendampingan sangat penting dalam upaya memandirikan kelompok yang didampingi. Pendampingan diperlukan karena anggota KSM seringkali terdiri dari individu yang memiliki pengetahuan terbatas di bidang manajemen, pemasaran, teknologi. Pendamping yang mampu memandirikan KSM adalah pendamping yang memiliki wawasan luas artinya pendamping harus peka terhadap kebutuhan kelompok sehingga kegiatan pendampingan didasarkan pada pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain itu organisasi pendamping sebaiknya didesain sesederhana mungkin dan seharusnya berjalan mengikuti perkembangan kelompok.

(55)

Penyuluh memfasilitasi petani dalam menganalisis mengenai kebutuhan dan prioritasnya, sedangkan peneliti menyediakan berbagai pilihan hasil penelitian yang dapat dilakukan oleh petani. Jadi penyuluhan dan penelitian didasarkan pada kebutuhan petani.

Karakteristik Penyuluh

Karakteristik penyuluh mendasari perilakunya dalam melakukan kegiatan penyuluhan dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian yang akan membantu para petani dalam mengembangkan usaha tani mereka.

Karakteristik penyuluh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan formal, macam institusi pendidikan formal, bidang keahlian,

pendidikan non formal, pengalaman menyuluh, pengalaman usaha, konsumsi media, kekosmopolitan, pendapatan, motivasi dan dukungan organisasi.

Umur

(56)

yang lain. Jadi walaupun umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.

Pendidikan Formal

Inkeles dan Smith (dalam Asngari, 2001:2) menyatakan bahwa pendidikan mengantarkan orang selalu menjadi modern. Salah satu ciri orang modern adalah menempatkan pendidikan formal yang ditunjang pendidikan non formal sebagai suatu yang sangat tinggi nilainya. Sejalan dengan itu Rachbini dalam Iwantono (2002:xvii) mengatakan bahwa pendidikan dengan dukungan teknologi dapat memperce pat proses modernisasi pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Saat ini pengetahuan, keterampilan, teknologi dan inovasi dapat diserap dan disebarkan dengan cepat dan mudah melalui pendidikan modern.

Macam Institusi Pendidikan Formal

(57)

pegawai dan calon pegawai negeri dari suatu departemen atau lembaga non departemen dalam pelaksanaan tugas kedinasan.

Bidang Keahlian

Menurut Singh dan Vijayaragavan (1997:128) penilaian terhadap pendidikan penyulu h sangat penting karena berpengaruh terhadap kemungkinan timbulnya masalah serius dalam melakukan penyuluhan, hal ini terjadi terutama pada Negara-negara bekembang.

Selanjutnya Zakaria (2004:67) menyatakan bahwa, untuk menyusun kurikulum bagi sekolah yang memiliki program studi penyuluhan, sebaiknya menggunakan acuan yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Inti dari kedua undang-undang tersebut adalah bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan kompetensi (competency based education, competency based training, competency based curriculum) yang memungkinkan para lulusan dapat dengan cepat melakukan pekerjaannya dengan baik dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

Pendidikan Non Formal

(58)

bersifat penerapan segera daripada pengetahuan dan keahlian, sehingga latihan bersifat praktis. Para pegawai akan berkembang lebih cepat dan lebih baik serta bekerja lebih efisien, bila mereka sebelum bekerja menerima latihan terlebih dahulu dibawah pengawasan seorang instruktur ahli. Mardikanto(1993:51) menyatakan bahwa selaras dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan inovasi yang akan disebarluaskan kepada masyarakat sasarannya, penyuluh harus mempersiapkan diri untuk selalu mau belajar secara terus menerus dan berkelanjutan.

Berkaitan dengan penyusunan materi pelatihan, Rose (dalam Departemen Pertanian, 2001:20) menyatakan dalam perencanaan evaluasi suatu pelatihan diperlukan adanya uraian kompetensi kerja yang akan diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan di tempat kerjanya. Uraian pekerjaan tersebut sebaiknya dapat (1) mengidentifikasikan jenis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada saat ini dan pada waktu mendatang, (2) menunjukkan kaitan yang jelas antara pengetahuan yang diperlukan untuk membentuk performansi yang baik. Sehingga materi pelatihan cukup rinci dalam menyediakan bimbingan dan dapat dirancang sedemikian rupa agar mudah menyediakan perubahan yang seharusnya dilaksanakan apabila terjadi perubahan tugas.

Pengalaman Menyuluh

(59)

(teori atau ide baru, bacaan, materi pelajaran), (2) pengalaman aktif ( mencoba secara nyata konseptual abstrak dalam bentuk simulasi atau latihan), (3) pengalaman nyata (umpan balik dan perasaan dari setiap peserta berdasarkan pengalaman mereka), (4) pengamatan dari hasil refleksi (berfikir apa yang telah terjadi saat ini dan dengan menggunakan teori atau ide yang telah dibahas sebelumnya untuk menentukan apa yang harus dilakukan kedepan).

Sesuai dengan hal tersebut diatas, Deliveri dan Bina Swadaya (2000:18-19) menyatakan dalam suatu program pendidikan untuk orang dewasa, model yang dianggap tepat adalah menggunakan pendekatan silklus daur belajar berdasarkan pengalaman dimana setiap orang dewasa berbuat dan bertindak berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki. Pengalaman tersebut dalam proses interaksi belajar mengajar dipertukarkan dengan peserta lain yang juga memiliki pengalaman. Selanjutnya peserta saling menggali pengalaman dari peserta lain melalui diskusi dan mengevaluasi pengalaman tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam proses ini peserta akan mengembangkan prinsip-prinsip yang selanjutkan akan diterapkan sebagai pengalaman baru. Siklus tersebut terdiri dari: (1) mengalami, (2) mengungkap, (3) menganalisis, (4) menemukan prinsip baru dan (5) menerapkan.

Pengalaman Usaha

(60)

Konsumsi Media

Menurut Jahi (1988:131) media siaran yang memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan pedesaan di Dunia ketiga adalah radio dan televisi karena kedua media tersebut dapat dengan mudah massa khalayak yang berada ditempat terpencil. Dalam pendidikan formal, media siaran telah digunakan untuk membantu para guru dan mengajar langs ung murid-murid sekolah. Misalnya Taiwan, menyiarkan program pendidikan melalui radio secara luas untuk mensuplemen pengajaran di sekolah dan juga sejumlah program pendidikan non formal, ”Sekolah di Udara” menawarkan program pendidikan kejuruan yang lengkap dalam perdagangan. Media audiovisual dapat menyampaikan pengajaran dalam frekuensi dan jangkauan sasaran yang lebih baik dari pada yang dapat dicapai oleh guru. Media siaran telah terbukti sangat efektif untuk menarik orang dewasa pada pendidikan, dengan bantuan media cetak, media audiovisual dapat juga melatih orang dewasa yang tidak punya banyak waktu untuk hadir di kelas.

(61)

pada kegunaan yang diharapkan, misalnya keperluan untuk memecahkan masalah, mengetahui yang sedang terjadi di sekeliling, atau untuk sekedar santai dan juga bisa untuk keperluan agar dapat berpartisipasi dalam diskusi atau mengukuhkan pendapat mengenai suatu hal.

Kekosmopolitan

Menurut Rogers (1995:255-256) ciri dari orang yang kosmopolitan antara lain adalah: (1) sering melakukan perjalanan keluar kota, (2) mau mempelajari ide-ide baru dari berbagai media massa, (3) menggunakan sumber informasi dari luar lingkungannya dan (4) memiliki lebih banyak jejaring hubungan (network) komunikasi interpersonal dengan banyak pihak ataupun lembaga lain diluar komunitasnya. Lebih lanjut Rogers (1995:27-28) menggambarkan kekosmopolitan seseorang dengan membandingkan opinion leaders dengan followers dalam hal difusi suatu inovasi. Seorang opinion leaders: (1) lebih

terbuka dalam segala hal, (2) memiliki status sosial yang lebih tinggi, (3) merupakan pembaharu dalam komunitasnya, (4) Biasanya memiliki karakter

yang unik, (4) memiliki pengaruh dalam sistem komunikasi dengan komunitasnya karena mereka memiliki jejaring hubungan komunikasi interpersonal dengan banyak pihak, baik di dalam maupun di luar komunitasnya.

(62)

Pendapatan

Menurut Ibrahim (2001:193) konsep penyuluhan yang berorientasi kebutuhan petani tidak akan berarti bila mutu penyuluh pertanian yang merupakan inti pelaksana semua proses penyuluhan pertanian tidak mendapat perhatian. Mutu penyuluh pertanian antara lain dipengaruhi oleh jenjang karir, penggajian dan peluang pendidikan/pelatihan.

Motivasi

Motivasi menjelaskan mengapa orang berperilaku tertentu untuk mencapai serangkaian tujuan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan seseorang, teori motivasi berupaya menjawab berbagai pertanyaan, diantaranya adalah rencana pengaturan kerja yang bagaimana yang akan menghasilkan tingkat terbaik (Cushway dan Lodge, 1993). Padmowihardjo (1999:135) menyatakan setiap tindakan manusia pasti memiliki motif atau dorongan, motif ada dibelakang setiap tindakan manusia. Motif adanya didalam tubuh manusia, yang terlihat dari luar adalah tindakan. Timbulnya motif bisa dilakukan dari luar diri manusia (ekstrinsik) atau dari dalam diri manusia (intrinsik).

(63)

berubah dan dinamis. Keterlobatan langsung dalam rangka pemahaman proses produksi, menyebabkan termotivasi untuk berbuat lebih baik .

Petri (dalam Mardikanto, 1993:264) menyatakan beberapa faktor penyebab timbulnya motivasi seseorang antara lain adalah: (1) kekuatan (biologis dan psikis) di dalam tubuh yang menimbulkan rangsangan untuk melakukan kegiatan tertentu, (2) fakor keturunan yang menimbulkan keinginan-keinginan naluriah, (3) hasil dari proses belajar yang dilakukan, (4) hasil dari interaksi sosial dengan lingkungannya dan (5) hasil dari proses kognisi.

Dukungan Organisasi

Berkaitan dengan organisasi, Bolman dan Deal (1991:130) menyatakan bahwa bedasarkan teori sumber daya manusia, tugas utama pimpinan adalah membangun organisasi dan sistem manajemen yang dapat menghasilkan kesesuaian antara kebutuhan individu dan kebutuhan organisasi. Menurut Thompson dan Strickland (1993:3 -4) dalam suatu manajemen strategi ada lima komponen tugas organisasi, yaitu: (1) mengembangkan visi dan misi untuk

kebutuhan masa depan, (2) menguba h misi kedalam penetapan tujuan, (3) diperlukan keahlian dalam merumuskan strategi, (4) implementasi strategi

dalam kegiatan-kegiatan dan (5) Melakukan evaluasi kinerja, mereview situasi dan rencana tindakan perbaikan.

(64)

pada umumnya diorganisasikan oleh Departemen Pertanian dan bahkan seringkasi juga dipecah-pecah untuk setiap sub-sektornya.

Kompetensi Pengertian Kompetensi

National Council of State Boards of Nursing Inc. (Shellabear, 2002:1) menyatakan bahwa kompetensi adalah penerapan dari pengetahuan yang bersifat interpersonal, pembuatan keputusan dan ketrampilan (psychomotor skills) yang diharapkan dalam menjalankan suatu peran. Pendapat tersebut sesuai dengan definisi dari Cooper dan Graham (2001:1) yang menyatakan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

(65)

ada padanya, (3) kriteria sebagai acuan perlu ada untuk dipergunakan dalam menilai pekerjaan dilakukan dengan baik atau buruk.

Dari beberapa pendapat diatas, tampaknya pengertian kompetensi selalu mengandung kemampuan yang didalamnya mencakup adanya pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menjalankan suatu peran. Menurut Tovey (dalam Irianto, 2001:32-33) konsep kompetensi setidaknya meliputi tiga persoalan yaitu: (1) sebuah kerangka acuan dasar, dimana kompetensi dikontruksikan, dengan melibatkan pengukuran standar yang diakui oleh kalangan industri yang relevan. Hal ini mengindikasikan terjadinya kesepadanan antara kemampuan individu dengan standar yang ditetapkan oleh pengguna , (2) kompetensi tidak hanya sekedar dapat ditunjukkan namun harus dapat dibuktikan dalam menjalankan fungsi-fungsi kerja yang diberikan, (3) kompetensi merupakan sebuah nilai yang merujuk pada satisfactory performance of individual . Dengan kata lain bukanlah sebuah “lembaga” yang memberikan sertifikat atau ijazah kepada lulusannya, tanpa mengetahui bagaimana kelanjutannya, apakah dapat digunakan atau tidak dalam menunjang pekerjaannya.

(66)

individu yang “kompeten” hanya jika dia memiliki kemampuan untuk menangani suatu tugas dan pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kompetensi diri harus dapat didemonstrasikan secara individual berdasarkan ideal level of performance. Adanya kesesuaian tersebut merupakan acuan dasar untuk mengatakan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi atau sebaliknya.

Hickerson dan Middleton (1975:7) menyatakan, secara umum ada tiga kondisi yang memerlukan adanya perubahan dari kompetensi kerja seseorang, ketiga kondisi tersebut adalah: (1) pekerja tidak mengetahui bagaimana cara melakukan pekerjaannya secara keseluruhan ataupun pada be berapa bagian dari pekerjaannya, (2) pekerja diberikan penugasan baru yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru juga, (3) pekerja diberi tambahan pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan dan sikap yang baru juga. Pada dasarnya apapun kompetensi seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan merupakan hasil dari proses belajar, baik proses tersebut sengaja direncanakan maupun terjadi secara kebetulan. Sehingga ada korelasi antara kompetensi seseorang dengan teori proses belajar (Badan Pengembangan SDM Pertanian, 2001:11).

(67)

kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik dari sejumlah bagian tubuh manusia, terutama tangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

(68)

harus dimiliki oleh oleh orang-orang yang berkerja dalam bidang pelayanan kepada orang (human services).

Unsur-Unsur Kompetensi Pengetahuan

Menurut Spencer dan Spencer (1993:9-10) pengetahuan merupakan prediksi yang baik tentang apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang tetapi bukan bukan apa yang akan dilakukan seseorang. Berdasarkan taksonomi atau klasifikasi Bloom dalam bidang pendidikan, pengetahuan masuk dalam ranah kognitif (cognitive domain). Dengan referensi dari taksonomi Bloom tersebut, Padmowihardjo (1999:169) dan Winkel (1996:244-246) mengatakan bahwa ranah kognitif dapat dibagi dalam 6 kategori, yaitu: (1) pengetahuan(knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam

ingatan, meliputi fakta, kaidah, prinsip dan metode yang diketahui, (2) pemahaman (comprehension), kemampuan untuk menangkap makna dan arti

(69)

gori-katagori tersebut disusun secara hierarkis berurutan, dimana semakin tinggi urutannya, semakin bersifat kompleks. Dalam hierarkis tersebut, pengetahuan merupakan hierarki yang paling rendah.

(70)

Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan yang dapat ditunjukkan secara fisik dan mental dalam melakukan suatu tugas. Kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan, baik secara mental atau pengetahuan, termasuk berfikir secara analisis dan konseptual (Spencer dan Spencer, 1993:11) dan masih berdasarkan model Iceberg, keterampilan seseorang cenderung dapat terlihat dan relative berada dipermukaan, dalam arti dapat segera diamati dan mudah untuk dikembangkan.

Masih dengan referensi dari taksonomi Bloom seperti tersebut diatas, Padmowihardjo (1999:170) dan Winkel (1996:249-250) mengatakan bahwa keterampilan masuk dalam ranah psikomotorik, dimana ranah tersebut dapat dibagi dalam 5 katagori, yaitu: (1) peniruan (imitation), kemampuan meniru gerakan yang telah diamati sebelumya, (2) penggunaan (manipulation), kemampuan untuk menggunakan konsep untuk melakukan gerakan atau rangkaian gerakan, (3) ketepatan (precision), kemampuan untuk melakukan gerakan dengan teliti dan benar, (4) perangkaian (articulation), kemampuan untuk merangkaikan berbagai gerakan secara berkesinambungan, (5) naturalisasi (naturalisation), kemampuan untuk melakukan gerakan secara wajar dan efisien.

(71)

mengajar dan meyakinkan, (3) keterampilan sebagai konsultan untuk menolong orang lain, (4) kemampuan untuk membangun hubungan berdasarkan kepercayaan dan bekerja dengan berbagai jenis orang, peka terhadap perasaan orang lain dan kemampuan untuk berbagi dengan orang lain, (5) kemampuan untuk dapat bekerjasama secara tim dalam merencanakan dan mengimplementasikan perubahan, (6) kemampuan untuk memilih metodologi yang paling tepat dengan ketersediaan waktu, (7) keterampilan mendisain metodologi survey,wawancara dan pengumpulan data, (8) kemampuan untuk mendiagnosa masalah dngan kliennya: mengalokasikan sumber bantuan, mengerti nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh klien dan mendeterminasi kesiapan untuk perubahan, (9) kemampuan

untuk dapat menjadi fleksibel menye suaikan dengan situasi yang ada, (10) keterampilan menggunakan teknik pemecahan masalah dan membantu orang

lain dalam memecahkan masalahnya.

Sikap

(72)

Masih dengan referensi dari taksonomi Bloom tersebut, Padmowihardjo (1999:170) dan Winkel (1996:247-248) mengatakan bahwa sikap masuk dalam ranah afektif, dimana ranah tersebut dapat dibagi dalam lima katagori, yaitu: (1) penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesedian untuk me mperhatikan rangsangan tersebut, (2) pemberian respon (respondin g), mencakup kesediaan untuk memperhatikan secara aktif suatu rangsangan, kesediaan tersebut dinyatakan dalam memberikan suatu respon terhadap rangsangan tersebut, (3) penilaian atau penentuan sikap (valuing), kemampuan untuk memberi penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut; (4) pengorganisasian (organization), kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dalam kehidupan, (5) pembentukan pola hidup atau pengamalan/internalisasi nilai-nilai menjadi pola hidup (characterization), kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (terinternalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

Gambar

Gambar berikut:
Tabel 2.   Variabel, Indikator dan Pengukuran dalam Penelitian
Tabel 9.  Distribusi Penyuluh berdasarkan Pengalaman Usaha
Tabel 15.  Pengetahuan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil  di Bidang Pertanian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa instrumen pasar Modal antara lain menurut Tandelilin (2001 : 18) ; 1) Saham, merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup popular diperjual belikan di pasar

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya diketahui bahwa dari sepuluh kantor pos di kabupaten Sukoharjo yang menjadi obyek penelitian selama tahun 2016 hanya

Saat ini knowledge yang ada pada Biro Umum dan SDM berkembang secara lamban dan statis, hal ini karena: hanya ada satu orang yang memiliki knowledge yang terkait dengan

Hasil analisis kesesuaian wisata pantai untuk kategori rekreasi di wilayah pesisir Pantai Panjang Kota Bengkulu dengan mempertimbangkan semua parameter yang

Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Sederhana (simple regression) yaitu untuk mengetahui hubungan antara Kecerdasan Spiritual

Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh masih memiliki cadangan

Penelitian pada paduan titania Ti-6Al-4V dilakukan oleh Pratap dan Patra (Pratap and Patra, 2018) dengan variasi bottom profile micro-dimple datar (flat), runcing (drill),

Penderineasian kawasan lindung yang dilakukan dalan rangka. penyusunan RsrRP pada dasarnya tidak tmenentukan'