• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KKEBIJAKAN PENGENDALIAN PRODUKSI DAN DOMESTIC MARKET EBIJAKAN PENGENDALIAN PRODUKSI DAN DOMESTIC MARKET OBLIGATION

OBLIGATION

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Bahan Presentasi Pertemuan Bisnis Tahunan Buyer dan Produsen Batubara Tahun 2015 Oleh :

M. Taswin

Kepala Subdirektorat Perencanaan Produksi dan Pemanfaatan Mineral dan Batubara

Bali, 17 November 2015

(2)

DAFTAR ISI

I. DASAR HUKUM II. KONDISI SAAT INI

III. KEBIJAKAN PENGENDALIAN PRODUKSI BATUBARA DAN DOMESTIC MARKET OBLIGATION

IV. PENUTUP

(3)

I. DASAR HUKUM

(4)

DASAR HUKUM (1)

1. Pasal 33 UUD 1945 Ayat (3): “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

2. UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara :

a. Pasal 5 ayat (1) : “Untuk kepentingan nasional, Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dapat menetapkan kebijakan pengutamaan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri”.

b. Pasal 3 huruf c : “Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan, tujuan pengelolaan mineral dan batubara adalah: c. menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri; kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.

c. Pasal 103 ayat (1) : “Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan

pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri”.

(5)

DASAR HUKUM (2)

3 . Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 84 ayat (1):

“Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi harus mengutamakan kebutuhan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.”

4. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019.

6. Peraturan Menteri ESDM No. 34 Tahun 2009 Tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri.

7. Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian

ESDM Tahun 2015 – 2019.

(6)

Crude Oil Natural Gas

Coal NRE

22% 25%

30% 23%

2025

20%

24%

25%

31%

2050

380 mtoe 980 mtoe

Total Primary EC 400 mtoe

1.4 toe/capita 2500 KWh/capita

PP Capacity 115 GW Total Primary EC 1000 mtoe

3.2 toe/capita 7000 KWh/capita

PP Capacity 430 GW

BAURAN ENERGI NASIONAL S.D. TAHUN 2050 (PP 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN

ENERGI NASIONAL)

(7)

(PP 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL)

Kebijakan energi nasional merupakan kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsi keadlian, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional.y

Kebijakan Utama dalam Kebijakan Energi Nasional yaitu:

1. Ketersediaan Energi untuk kebutuhan nasional;

2. Prioritas pengembangan energi;

3. Pemanfaatan sumber daya energi nasional;

4. Cadangan energi nasional.

(8)

II. KONDISI SAAT INI

(9)

Sumber : BP Statistical Review of World Energy, June 2015

Cadangan dunia (%)

Berdasarkan BP Statistical Review of World Energy 2014 : Cadangan

Batubara Indonesia Sebesar 3,1% Dari Total Cadangan Batubara Dunia

SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA INDONESIA SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA INDONESIA

26.6%

17.6%

12.8%

8.6%

6.8%

4.5%

3.8%

3.8%

3.4%

3.1%

US Rusia Federation

China Australia

India Jerman

Ukraina Polandia

Afrika Selatan Indonesia

Catatan :

Kualitas berdasarkan kelas nilai kalori

(Keppres No. 13 Tahun 2000 diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2003) a. Kalori Rendah < 5100 kal/gr

b. Kalori Sedang 5100 - 6100 kal/gr c. Kalori Tinggi > 6100 - 7100 kal/gr d. Kalori sangat Tinggi > 7100 kal/gr

Sumber: Badan Geologi KESDM, Updated per Januari 2015

(10)

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Sumberdaya Tereka Sumberdaya Terunjuk

Sumberdaya Terukur

Total Sumberdaya (Milyar Ton)

Cadangan Tekira Cadangan Terbukti Total Cadangan (Milyar Ton)

2008 35.20 13.66 20.91 69.77 13.25 5.46 18.71

2009 32.15 15.74 22.25 70.14 13.25 5.53 18.78

2010 32.20 15.81 22.29 70.30 15.60 5.53 21.13

2011 35.63 27.06 24.10 86.79 17.76 10.26 28.02

2012 35.41 26.40 24.69 86.50 19.36 9.62 28.98

2013 32.08 29.44 39.45 100.97 22.46 8.90 31.36

2014 36.51 29.31 39.52 105.34 23.34 9.04 32.38

Axis Title

PERKEMBANGAN SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA INDONESIA

 Pertumbuhan sumberdaya batubara sekitar 7% per tahun

 Pertumbuhan cadangan batubara sekitar 10% per tahun

PERKEMBANGAN SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA INDONESIA

Sumber: Badan Geologi KESDM, Updated per Januari 2015

(11)

 Realisasi produksi batubara tahun 2015 per Oktober sebesar 399 juta ton

 Produksi Batubara tumbuh 14% per tahun

 Konsumsi domestik hanya sekitar 16-23% dari kapasitas produksi nasional, tumbuh hanya 4% per tahun

 Kedepan pemanfaatan domestik porsinya akan semakin besar

REALISASI PRODUKSI DAN PEMASARAN BATUBARA NASIONAL TAHUN 1997-2015

(12)

III. KEBIJAKAN PENGENDALIAN PRODUKSI BATUBARA DAN

DOMESTIC MARKET OBLIGATION

(13)

Pengendalian produksi mineral dan batubara bertujuan untuk:

a. Menjamin ketahanan energi nasional b. Memenuhi daya dukung lingkungan

c. Melakukan konservasi sumber daya mineral dan batubara d. Mengendalikan harga mineral dan batubara nasional

Perencanaan jumlah produksi mineral dan batubara dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. Prinsip transparansi, partisipatif dan bertanggung jawab

b. Pengutamaan kepentingan nasional dalam rangka menjamin pasokan kebutuhan batubara sebagai bahan baku dan/atau sumber energi dalam negeri untuk jangka waktu 50 tahun

c. Sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara

d. Data rencana dan realisasi produksi mineral dan batubara dari pemegang IUP Operasi Produksi mineral dan Batubara, IUPK Operasi Produksi mineral dan batubara, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Batubara dan Kontrak Karya

e. Data rencana dan realisasi kebutuhan batubara dalam negeri

TUJUAN PENGENDALIAN PRODUKSI

(14)

2011

2011-2015

2015-2025

1. Melaksanakan prioritas pemenuhan batubara untuk kebutuhan dalam negeri

2. Memberikan kepastian dan transparansi didalam kegiatan pertambangan (regulasi pendukung UU Minerba, sanksi pelanggaran ketentuan, dll)

3. Melaksanakan peningkatan pengawasan dan pembinaan 4. Mendorong peningkatan investasi dan penerimaan negara

5. Mendorong pengembangan nilai tambah produk komoditi hasil tambang (a.l.

pengolahan, pemurnian, local content, local expenditure, tenaga kerja dan CSR) 6. Mempertahankan kelestarian lingkungan melalui pengelolaan lingkungan, reklamasi

dan pascatambang

KEBIJAKAN:

1. Kaitan industri hulu dan hillir mineral nasional yang terjalin dengan kokoh

2. Industri nilai tambah produk pertambangan nasional

berkontribusi pada perekonomian nasional

3. Kemampuan teknologi industri nilai tambah sudah kuat dan kokoh

4. Kemampuan SDM sudah berkembang dan menguasai teknologi (kemandirian teknologi).

1. Tercapainya pelaksanaan good mining practice 2. Tercapainya

peningkatan produksi, penjualan investasi dan penerimaan negara

3. Terlaksananya peningkatan nilai tambah mineral dan batubara

1. Sumber daya dan cadangan tersebar dan jumlahnya terbatas 2. Kebutuhan domestik meningkat 3. Pengolahan dan Pemurnian

terbatas

4. Infrastruktur terbatas 5. Investasi belum memadai 6. Keahlian SDM masih terbatas 7. Kemampuan teknologi terbatas

UU No.4/2009 dan Peraturan Pendukungnya PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Kondisi saat ini

Kondisi yang Diharapkan (Tantangan)

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

FOKUS SAAT INI

(15)

1

2

3

4 5 ARAH

KEBIJAKAN

Memberikan kepastian dan transparansi didalam kegiatan pertambangan (regulasi pendukung UU Minerba, sanksi pelanggaran ketentuan, dll)

Melaksanakan prioritas pemenuhan batubara untuk kebutuhan dalam negeri

Melaksanakan peningkatan pengawasan dan pembinaan

Mendorong peningkatan investasi dan penerimaan negara Mendorong pengembangan nilai tambah produk komoditi hasil tambang (a.l. local content, local expenditure, tenaga kerja dan CSR)

6 Mempertahankan kelestarian lingkungan melalui pengelolaan dan pemantauan lingkungan, termasuk reklamasi dan pascatambang)

ARAH KEBIJAKAN BATUBARA KEDEPAN

(16)

16 16

1. Prioritas batubara sebagai sumber energi

2. Konservasi dan pertambangan sesuai kaidah yang baik dengan memperhatikan lingkungan hidup

3. Peningkatan kegiatan eksplorasi batubara untuk tambang terbuka dan tambang bawah tanah.

4. Peningkatan peran batubara dalam bauran energi nasional 5. Jaminan pasokan batubara untuk kebutuhan dalam negeri

6. Pembuatan cadangan penyangga batubara dalam bentuk pencadangan negara maupun dalam stockpile.

7. Pembangunan infrastruktur batubara mendukung jaminan pasokan dan cadangan penyangga batubara

8. Peningkatan nilai tambah batubara untuk gasifikasi dan likuifaksi.

9. Penetapan Harga Patokan Batubara terutama untuk penggunaan batubara di dalam negeri.

10. Peningkatan kemampuan teknologi penambangan dan pemanfaatan batubara.

11. Alokasi penggunaan batubara yang optimal disesuaikan dengan kualitas dan lokasi sumber daya batubara.

ARAH KEBIJAKAN PEMANFAATAN BATUBARA

(17)

PERMEN ESDM Nomor 17 Tahun 2010:

 Batubara jenis tertentu yang digunakan di dalam negeri dapat dijual dengan harga di bawah HPB, setelah mendapat persetujuan dari Dirjen.

 Batubara untuk keperluan tertentu dapat dijual dengan harga di bawah HPB, setelah mendapat persetujuan dari Dirjen.

Batubara jenis tertentu yaitu: fine coal, reject coal, dan batubara dengan impurities tertentu.

 Batubara untuk keperluan tertentu yaitu: batubara yang dimanfaatkan dalam rangka peningkatan nilai tambah batubara yang dilakukan di mulut

tambang, batubara yang dimanfaatkan (PLTU yang listriknya hanya) untuk proses produksi dan untuk pengembangan daerah tertinggal.

 Harga batubara jenis tertentu dan keperluan tertentu yang disetujui Menteri digunakan dalam perhitungan penerimaan PNBP.

 Ketentuan lebih lanjut diatur dalam peraturan Dirjen No. 480 Tahun 2014.

BATUBARA JENIS TERTENTU DAN KEPERLUAN TERTENTU

(18)

18

Gas

Chemical Feedstock

DIRECT USE

Power Plant

Industry

CONVERSION

LIQUEFACTION

GASIFICATION

Liquid

Clean Coal Technology

UPGRADING

High Rank Coal

LOW RANK COAL

COKES

ACTIVE CARBON COAL SLURRY

COAL

KEGIATAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA

(19)

RENCANA PRODUKSI

RENCANA PRODUKSI BATUBARA BATUBARA NASIONAL BERDASARKAN RPJMN 2015 NASIONAL BERDASARKAN RPJMN 2015--2019 2019 (PERPRES NO. 2 TAHUN 2015)

(PERPRES NO. 2 TAHUN 2015)

2015 2016 2017 2018 2019

Produksi

(Juta Ton) 425 419 413 406 400

Domestik

(Juta Ton) 102 111 121 131 240

Ekspor

(Juta Ton) 323 308 292 275 160

50 0 100 150 200 300 250 350 400 450

Juta T on

Produksi, Domestik, dan Ekspor Batubara Tahun 2015-2019

Rencana Produksi Batubara Nasional Berdasarkan RPJMN Tahun 2015-2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015):

 Rencana Produksi di Tahun 2015 sebesar 425 Juta Ton dan menurun menjadi 400 Juta Ton di Tahun 2019

 Persentase Domestik terhadap Produksi Batubara Nasional Tahun 2015 sebesar 24% dan meningkat

menjadi 60% di Tahun 2019

(20)

Asumsi :

1 Rencana produksi di tahun 2015 sebesar 425 juta ton dan Tahun 2019 sebesar 400 juta ton 2 Rencana domestik tahun 2015 sebesar 102 juta ton dan tahun 2019 sebesar 240 juta ton 3 Setelah Tahun 2019 produksi batubara diasumsikan tetap sebesar 400 juta ton

4 Cadangan berasal dari Badan geologi, update data per-desember 2014 5 Cadangan sebesar 32,38 milyar ton

6 Tidak ada penambahan cadangan baru 7 Cadangan habis di tahun 2096 (81 tahun)

KETERSEDIAAN CADANGAN TERHADAP PRODUKSI BATUBARA NASIONAL KETERSEDIAAN CADANGAN TERHADAP PRODUKSI BATUBARA NASIONAL

(SKEMA 1)

(SKEMA 1)

(21)

2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035 2037 2039 2041 2043 2045 2047 2049 2051 2053 2055 2057 2058 2059 2061 2063 2065 2067 2069 2071 2073 2075 2077 Produksi

(juta ton) 425 413 400 408 416 425 433 442 451 460 469 478 488 498 508 518 529 539 550 561 572 584 590 596 608 620 632 645 658 671 685 698 712 Cadangan

(juta ton) 32384 31552 30746 29934 29106 28261 27399 26519 25622 24707 23774 22822 21850 20859 19849 18818 17766 16693 15598 14482 13343 12181 11591 10996 9787 8554 7295 6012 4703 3367 2005 615 -802

-5000 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

Juta Ton

Produksi vs cadangan

Asumsi :

1 Rencana produksi di tahun 2015 sebesar 425 juta ton dan Tahun 2019 sebesar 400 juta ton 2 Rencana domestik tahun 2015 sebesar 102 juta ton dan tahun 2019 sebesar 240 juta ton 3 Setelah Tahun 2019 produksi batubara diasumsikan naik 1%

4 Cadangan berasal dari Badan geologi, update data per-desember 2014 5 Cadangan sebesar 32,38 milyar ton

6 Tidak ada penambahan cadangan baru 7 Cadangan habis di tahun 2075 (60 tahun)

KETERSEDIAAN CADANGAN TERHADAP PRODUKSI BATUBARA NASIONAL KETERSEDIAAN CADANGAN TERHADAP PRODUKSI BATUBARA NASIONAL

(SKEMA 2)

(SKEMA 2)

(22)

Rencana Kebutuhan Batubara Dalam Negeri Tahun 2016 Berdasarkan Pemakai Batubara

1. PLTU

A. PLTU Eksisting dan 35.000 MW Berdasarkan data RUPTL Tahun 2015 - 2019 (Masih Tahap konfirmasi Ke PLN)

B. PLTU PT. NNT berdasarkan data yang disampaikan C. PLTU PT. Antam (Pomala) berdasarkan data yang

disampaikan 2. METALURGI

A. PT. Meratus Jaya Iron berdasarkan data yang disampaikan

B. PT. Antam berdasarkan data yang disampaikan C. PT. Vale berdasarkan data yang disampaikan 3. PUPUK

Pupuk Indonesia (PT. Pusri, PT. PIM, PT. PKC, PT. PG, PT.

PKT Bontang) berdasarkan data yang disampaikan 4. SEMEN

A. PT. Semen Holcim berdasarkan data yang disampaikan B. PT. Semen Indonesia berdasarkan data yang

disampaikan

C. PT. Baturaja berdasarkan data yang disampaikan 5. TEKSTIL berdasarkan data sebelumnya, dengan asumsi

naik 8% pertahun

6. PULP And PAPER berdasarkan data sebelumnya, dengan asumsi naik 7% pertahun

7. BRIKET berdasarkan data AUBI

No End User Tahun

Kualitas (Kkal/Kg) 2016

1 PLTU 81.886.058

A. PLTU Existing 66.916.217

3500 - 6000

B. Program PLTU 35 GW 13.956.958

C. PT. Newmont Nusa Tenggara 522.883 4800

D. PLTU Pomala (PT. Antam) 400.000 4200 - 5000

E. PT. Kalimantan Prima Coal 90.000

2 METALURGI 1.584.852

A. Meratus Jaya Iron & Steel 240.000

B. PT. Antam 485.000

b.1 Pomala (FeNi)

b.1.1 High Range Coal 225.000 > 6600

b.1.2 Medium Range Coal 110.000 5700 - 5800

b.2 PT. Indonesia Chemical Grade Alumina 150.000 5200 - 5500

C. PT. Vale 859.852 > 5700

3 PUPUK 1.980.200

A. PT Pupuk Sriwijaya 705.000

a.1 Power Plant 705.000 4650 (ar)

a.2 Gasifikasi - 4200 (ar)

B. PT Pupuk Iskandar Muda -

b.1 Power Plant - 4350 (ar)

C. PT Pupuk Kujang Cikampek -

c.1 Power Plant - 4350 (ar)

D. PT Petrokimia Gresik 475.200

d.1 Power Plant 475.200 4910 (ar)

E. PT Pupuk Kalimantan Timur 800.000

e.1 Power Plant 800.000 4200 (ar)

e.2 Gasifikasi - 4200 (ar)

4 SEMEN 12.199.482

A. PT. Semen Holcim 1.850.000

B. PT. Semen Indonesia 6.118.482

b.1 Semen Padang 1.218.000

751.798 4900 - 5599 466.202 5600 - 6499

b.2 Semen Tonasa 2.308.688 5300 - 6500

b.3 Semen Gresik 2.591.794 > 5700

b.4 Lokasi Lain -

c. PT. Semen Baturaja 231.000 6300

5500

d. Semen Lainnya 4.000.000

5 TEKSTIL 2.390.000

6 KERTAS 700.000

7 BRIKET 25.000 > 3500

Total 100.765.591

(23)

Diperlukan penunjang untuk menjalankan tujuan pengendalian produksi dan Domestik Market Obligation:

 Finalisasi Rpermen Tentang tata Cara Pengendalian Produksi dan Penjualan mineral dan batubara.

 Finalisasi Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang

Domestci Market Obligation.

(24)

PROSEDUR PENETAPAN JUMLAH PRODUKSI MINERBA NASIONAL

PENETAPAN PRODUKSI

DIREKTUR JENDERAL

1. Menteri merencanakan & menyiapkan penetapan jumlah produksi batubara dan mineral nasional berupa bijih, konsentrat, produk antara, dan/atau logam. Pelaksanaan dilakukan oleh Direktur Jenderal, Membentuk tim penetapan produksi & penjualan nasional,

2. TIM melakukan evaluasi terhadap jumlah produksi mineral dan batubara nasional.

3. Hasil evaluasi tim disampaikan kepada Direktur Jenderal

4. Direktur Jenderal berkoordinasi dengan Gubernur berkaitan dengan rencana penetapan jumlah produksi mineral dan batubara.

5. Gubernur memberikan tanggapan atas rencana penetapan jumlah produksi mineral dan batubara.

6. Direktur Jenderal mengusulkan kepada Menteri mengenai rencana penetapan jumlah produksi mineral dan batubara nasional untuk masa 1 (satu) tahun ke depan setelah berkoordinasi dengan Gubernur.

7. Menteri berkonsultasi dengan DPR RI terkait usulan Direktur Jenderal mengenai jumlah produksi mineral dan batubara nasional.

8. Menteri menetapkan jumlah produksi mineral dan batubara nasional setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

9. Setelah jumlah produksi mineral dan batubara nasional ditetapkan oleh Menteri, Gubernur harus menetapkan rencana produksi untuk IUP yang menjadi

kewenangannya.

2

MENTERI

TIM

GUBERNUR

BADAN USAHA PERTAMBANGAN 3

4 5 1

7

9 6

Tim yang beranggotakan wakil dari:

a. Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara;

b. Badan Geologi;

c. Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM d. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan; dan e. Dewan Energi Nasional

DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT

8

(25)

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Direktur Jenderal melakukan koordinasi

dengan pemakai mineral dan batubara untuk mendapatkan usulan kebutuhan mineral dan batubara

Dirjen mengusulkan kepada Menteri mengenai rencana penetapan kebutuhan mineral dan batubara untuk kepentingan dalam negeri

Menteri menyampaikan pentapan jumlah produksi mineral dan batubara nasional

perusa haan

PENETAPAN KEBUTUHAN MINERAL DAN BATUBARA

DALAM NEGERI

DIREKTUR JENDERAL

1. Menteri merencanakan & menyiapkan penetapan jumlah kebutuhan mineral dan batubara dalam negeri. Pelaksanaan dilakukan oleh Direktur Jenderal;

2. Direktur Jenderal berkoordinasi dengan pengguna mineral dan batubara untuk mendapatkan usulan jumlah, jenis, mutu mineral dan/atau batubara;

3. Pengguna mineral dan batubara menyampaikan kebutuhan mineral dan batubara kepada Direktur Jenderal;

4. Direktur Jenderal mengusulkan kepada Menteri mengenai rencana kebutuhan mineral dan batubara dalam negeri untuk masa 1 (satu) tahun ke depan;

5. Menteri menetapkan kebutuhan mineral dan batubara dalam negeri.

2

MENTERI

BADAN USAHA (pengguna mineral

dan batubara)

1 4

PENGENDALIAN PENJUALAN MINERAL DAN BATUBARA

TATA WAKTU PERENCANAAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN MINERAL DAN BATUBARA DALAM NEGERI 3

5

(26)

Substansi Rpermen Tentang Tata Cara Pengendalian Produksi dan Penjualan Mineral dan Batubara

a. penetapan jumlah produksi mineral dan batubara nasional pada tingkat provinsi ditetapkan oleh Menteri selambat-lambatnya pada bulan Juni setiap tahun-nya berdasarkan usulan Dirjen Minerba;

b. sebelum mengusulkan penetapan jumlah produksi mineral dan batubara nasional kepada Menteri, Dirjen Minerba membentuk tim perencanaan produksi nasional mineral dan batubara yang anggotanya terdiri wakil Setjen KESDM, DJMB, DEN, Badan Geologi, Balitbang ESDM, Ditjen Ketenagalistrikan;

c. jumlah produksi mineral dan batubara yang ditetapkan oleh Menteri, dijadikan sebagai dasar bagi badan usaha pertambangan mineral dan batubara (IUP OP, IUPK OP, KK, dan PKP2B) dalam menyusun RKAB dan RKTTL.

d. untuk menjamin pasokan kebutuhan mineral dan batubara di dalam negeri, Menteri melakukan pengendalian penjualan mineral dan batubara dengan cara menetapkan jumlah kebutuhan mineral dan batubara di dalam negeri paling lambat bulan Juni setiap tahun-nya;

e. Dalam perencanaan jumlah kebutuhan mineral atau batubara di dalam negeri Dirjen Minerba berkoordinasi dengan pengguna mineral dan batubara untuk mendapatkan usulan jumlah, jenis, dan mutu mineral atau batubara, yang nantinya diusulkan kepada Menteri untuk ditetapkan.

f. Badan usaha pertambangan mineral dan batubara wajib memenuhi jumlah kebutuhan mineral dan batubara di dalam negeri (DMO) berdasarkan penetapan Menteri. Penetapan Menteri terkait pemenuhan kebutuhan mineral dan batubara di dalam negeri dilakukan dalam hal:

1) Pengguna Mineral atau Batubara Dalam Negeri belum mendapatkan kontrak pembelian mineral atau batubara dengan Pemasok Mineral atau Batubara untuk memenuhi kebutuhan mineral atau batubaranya pada masa 1 (satu) tahun ke depan dan/atau

2) Badan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang IUP OP khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUP OP khusus untuk pengangkutan dan penjualan tidak dapat memenuhi kewajiban pemenuhan mineral atau batubara sesuai dengan kontrak pembelian mineral atau batubara dengan Pengguna Mineral atau Batubara Dalam Negeri.

3) penetapan Menteri meliputi jumlah dan mutu mineral atau batubara sesuai dengan kontrak pembelian mineral atau batubara antara Badan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang IUP OP khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUP OP khusus untuk pengangkutan dan penjualan dengan Pengguna Mineral atau Batubara Dalam Negeri.

(27)

g. penetapan Menteri berisi pula penetapan kontrak pembelian dan penjualan antara Badan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang IUP OP khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUP OP khusus untuk pengangkutan dan penjualan dengan Pengguna Mineral atau Batubara Dalam Negeri.

h. Badan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang tidak memenuhi kewajiban DMO akan diberikan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pengurangan jumlah produksi, sampai dengan penghentian sementara kegiatan operasi produksi mineral dan batubara.

i. Pengaturan tentang transfer kuota mineral dan batubara dalam rangka memenuhi kewajiban DMO dalam Permen ESDM No.

34 Tahun 2009 diubah dengan konsep penetapan kontrak pembelian mineral dan batubara serta penunjukkan kepada Badan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara untuk dapat memenuhi kebutuhan pengguna mineral atau batubara dalam negeri.

Substansi Rpermen Tentang Tata Cara Pengendalian Produksi dan Penjualan Mineral dan

Batubara

(28)

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tentang Domestic Market Obligation

(DMO)

(29)
(30)
(31)

IV. KEBIJAKAN DOMESTIC MARKET OBLIGATION

(32)

V. PENUTUP

(33)

Penutup

Kebijakan yang diperlukan untuk ketahanan batubara nasional diantaranya : 1. Menerapkan kebijakan pembatasan ekspor batubara secara bertahap.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan batubara untuk keperluan dalam negeri seperti PLTU.

3. Mengembangkan infrastruktur industri batubara nasional.

4. Mewujudkan pasar batubara melalui pengaturan harga batubara dalam negeri.

5. Menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan pada industri pertambangan batubara.

6. Meningkatkan eksplorasi sumberdaya dan cadangan batubara.

7. Mengatur secara khusus pemanfaatan batubara sesuai kualitas.

8. Pengawasan terhadap kegiatan penambangan batubara (kegiatan operasi

produksi, pengangkutan, pemasaran, eksplorasi dan penggunaan bahan bakar).

(34)

www.minerba.esdm.go.id

Referensi

Dokumen terkait

8. Mitä mieltä olet seuraavista väitteistä? * TäysinsamaamieltäSamaamieltäEn ole samaa mieltä, enkä eri mieltäErimieltäTäysineri mieltäEnosaasanoa Alueen mahdolliset kohteen

Ilmu pengetahuan dalam perspektif islam yang berlandaskan pada Aqidah Islam yaitu mempercayai tentang wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt kepada nabi Muhammad Saw yaitu

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pemenuhan kewajiban tersebut di atas, sampai dengan saat ini Saudara belum menyampaikan Dokumen RKAB Tahun 20222.

Sesuai amanat Pasal 103 dan Pasal 170 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, maka Pemegang IUP Operasi Produksi dan Pemegang Kontrak Karya

Dari hasil perhitungan tingkat kepentingan analisis bahaya terhadap faktor-faktor yang menyebabkan ketidakkonsistenan mutu tersebut di atas dengan melalui metode AHP (metode

Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa, makna asosiasi dapatpula dihubungkan dengan tempat atau lokasi, dan makna asosiasi dapat pula dihubungkan

Pada tahap pertama, Hilmi menyampaikan, pihak Medco menargetkan untuk dapat membangun pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 20 megawatt (MW) dengan alokasi dana

Pada cara palpasi, saat tekanan manset melebihi tekanan sistole, aliran darah berhenti, denyut arteri radialis hilang?. Ketika tekanan manset diturunkan, mulai pada