• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Pelayanan dan asuhan keperawatan terhadap pasien merupakan bentuk pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu pasien memulihkan dan meningkatkan kemampuan dirinya. Dalam rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit perlu didukung dengan sistem pengelolaan dokumen asuhan keperawatan yang baik, benar dan aman (Handayaningsih, 2009 dalam Putri, 2013).

Menurut Ermawati, dkk (2011), tujuan utama dilakukannya pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu untuk mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan. Selain itu, juga dapat digunakan untuk tujuan lain yaitu untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dokumentasi keperawatan harus objektif dan komprehensif serta harus secara akurat mencerminkan status kesehatan klien dan apa yang telah terjadi padanya. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggunggugat.

Dokumentasi keperawatan dapat dikatakan sebagai “pegangan” bagi perawat dalam mempertanggungjawabkan dan membuktikan pekerjaannya dan menjadi bukti otentik yang dituliskan dalam format yang telah disediakan serta harus disertai dengan tanda tangan dan nama perawat dan harus menyatu dengan status/rekam medik pasien (Ermawati, dkk. 2011). Dokumentasi keperawatan yang bermutu mempromosikan komunikasi yang efektif, terstruktur dan konsisten antara perawat dan memfasilitasi kontinuitas dan individualitas perawatan serta keselamatan pasien (Wang, et.al. 2011).

(2)

Menurut Efferies, et.al. (2010, dalam NZNO, 2010), ada 7 hal yang sangat penting terkait mutu dokumentasi keperawatan. Beliau memberikan kerangka yang berguna untuk pengembangan kebijakan dokumentasi. Dokumentasi keperawatan harus: (a) berpusat pada pasien, (b) berisi pekerjaan perawat yang sebenarnya, termasuk pendidikan dan dukungan psikososial, (c) ditulis untuk mencerminkan penilaian klinis objektif perawat, (d) disajikan secara logis dan berurutan, (e) menulis setiap tindakan yang dilakukan atau peristiwa yang terjadi, (f) variasi catatan dalam perawatan, (g) memenuhi persyaratan hukum. Sedangkan menurut Potter & Perry (2005), dokumentasi dan pelaporan yang berkualitas sangat penting untuk meningkatkan efisiensi perawatan klien secara invidual. Oleh karena itu dokumentasi yang berkualitas harus faktual, akurat, lengkap, terkini, terorganisir dan kerahasiaan informasi tetap terjaga.

Banyak penyedia layanan kesehatan, termasuk perawat sendiri, melihat dokumentasi keperawatan sebagai sesuatu yang tidak penting sehingga dokumentasi keperawatan sering hilang atau dibuang setelah kepulangan pasien (Dianne, et.al. 2005). Menurut Buelow & Cruijssen (2002, dalam Dianne, et.al. 2005), dokumentasi dianggap hanya menyita waktu dari asuhan keperawatan, bukan dianggap sebagai bagian integral dari praktek keperawatan dan perawatan.

Pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap BPRSUD kota Salatiga pada pada tahun 2006 didapatkan hasil bahwa dari 302 status pasien dari rekam medik diperoleh informasi bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan masih ada yang tidak lengkap dalam penulisannya yang meliputi pengkajian 55%, diagnosis keperawatan 55%, perencanaan keperawatan 54%, tindakan keperawatan 55%, evaluasi tindakan keperawatan 57% (Martini, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Fanni (2011) di instalasi rawat inap RSUD kota Semarang menunjukan bahwa pelaksanaan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dalam kategori lengkap 19 dokumen (24%), kurang lengkap 24 dokumen (31%), dan tidak lengkap 35 dokumen (49%).

(3)

Menurut Aditama (2004), pelayanan yang diberikan makin beragam serta makin canggih membuat beban kerja jadi bertambah, sehingga akhirnya mempengaruhi kualitas kerja. Kualitas kerja yang dimaksud dalam hal ini adalah pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.Sejak rilis dari laporan Institute of Medicine, telah ada minat yang tumbuh dalam pemahaman beban kerja penyedia layanan kesehatan (Neill, 2011). Studi keselamatan pasien diidentifikasi bahwa beban kerja keperawatan merupakan kontributor utama sebagai sumber keselamatan dan kualitas pelayanan di unit IGD (Carayon & Gurses, 2005).

Beban kerja keperawatan pasti mempengaruhi perawat untuk membagi waktu dalam berbagai tugas. Di bawah beban kerja yang berat, perawat mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan tugas-tugas yang dapat memiliki efek langsung pada keselamatan pasien. Beban kerja yang berat juga dapat mengurangi waktu perawat untuk berkolaborasi dan berkomunikasi dengan dokter, karena itu mempengaruhi kualitas kolaborasi perawat-dokter, beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan komunikasi yang buruk antara perawat-pasien (Carayon & Gurses, 2005).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (dalam Murni, 2012) menyatakan bahwa 50,9% perawat di 4 provinsi di Indonesia mengalami stres kerja yang antara lain disebabkan oleh beban kerja yang tinggi.

Hasil penelitian Martini (2007) menyatakan bahwa bahwa pengetahuan, sikap, beban kerja serta fasilitas memiliki hubungan yang signifikan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hal ini didukung dengan penelitian Supratman & Yuni (2009) yang menyatakan bahwabeban kerja perawat yang berat masih dijalani sebagian besar perawat di RSDM Surakarta. Jenis beban kerja yang relatif berat bersumber dari pekerjaan keperawatan secara langsung. Beban kerja perawat menjadi faktor resiko rendahnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di RSDM.

(4)

Menurut Paans, et.al. (2011), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keakuratan dokumentasi diagnosa keperawatan adalah lingkungan kerja dan kebijakan rumah sakit terkait beban kerja perawat. Hal ini juga didukung oleh penelitian Duffield, et.al. (2009) menyatakan bahwa peningkatan beban kerja perawat berdampak pada tugas perawat salah satunya dokumentasi asuhan keperawatan yang memadai dihilangkan atau terlalaikan.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 5-6 Februari 2014 di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan dengan mengambil data sampel 50 status kesehatan klien selama 3 bulan terakhir (Oktober-Desember 2013) dari rekam medik menunjukkan bahwa 60 % dokumentasi keperawatan tidak lengkap, 14 % kurang lengkap dan 26 % dokumentasi keperawatan yang lengkap.

Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan dokumentasi masih tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Peneliti juga mendapatkan bahwa BOR ruang rawat inap lantai II A, II B dan III Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan pada bulan Januari 2014 masing-masing 65,16%, 80,48 % dan 80, 43 % dengan kapasitas tempat tidur masing-masing sebanyak 23 TT, 26 TT dan 53 TT. Jumlah tenaga perawat di ruang rawat inap II A sebanyak 12 orang, ruang rawat inap II B sebanyak 14 orang dan lantai III sebanyak 20 orang (Data ketenagaan keperawatan tahun 2014).

Berdasarkan hasil observasi peneliti di buku rawatan ruang rawat inap tersebut menunjukkan bahwa 96 % pasien dengan ketergantungan sedang (partial care), 1-2

% dengan ketergantungan berat (total care) serta yang lainnya adalah self care.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa perawat di masing-masing ruang rawat inap tersebut, mereka mengatakan bahwa terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan bahkan seringkali mereka bekerja melebihi jam kerja. Hal ini menjadi salah satu alasan mereka mengapa seringkali dokumentasi tidak diisi sesuai dengan standar yang ada. Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu kepala

(5)

ruangan rawat inap dan mengatakan bahwa metode penugasan yang digunakan adalah metode tim dengan perbandingan perawat dan pasien yaitu 1 : 8 bahkan juga lebih. Kepala ruangan tersebut juga mengatakan bahwa sering terjadi misscomunication antara sesama perawat akibat pendokumentasian / informasi yang tertera di status kesehatan klien yang tidak jelas. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Beban Kerja dengan Mutu Dokumentasi Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam latar belakang penelitian ini adalah “adakah hubungan beban kerja dengan mutu dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan mutu dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui beban kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014.

b. Untuk mengetahui mutu dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014.

(6)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Manajemen Rumah Sakit

Sebagai masukan kepada pihak manajemen bidang keperawatan Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan agar memperhatikan jumlah kebutuhan tenaga perawat dan deskripsi pekerjaan perawat yang lebih jelas, sehingga hal ini tidak membuat beban kerja perawat semakin berat sehngga para perawat memiliki waktu yang cukup dalam mendokumentasikan pelayanan keperawatan yang telah diberikan sesuai dengan yang diharapkan.

2. Bagi Perawat

Sebagai masukan yang bermakna untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan mutu dokumentasi keperawatan karena merupakan bukti tanggung jawab dan tanggunggugat perawat terhadap hukum atas pelayanan keperawatan yang telah diberikan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan referensi bagi yang memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian serta dapat dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai acuan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitiannya.

Referensi

Dokumen terkait

Didalam pengolahan data hingga menghasilkan output harga pokok penjualan akan diterapkan metode variabel costing, dimana dengan menggunakan metode ini seluruh variabel

Hasil yang sudah kami dapat dari survey yang kami lakukan adalah data yang digunakan dalam proses analisis masih berupa data yang terlalu detail dan masih tersebar, serta

Seiring dengan penambahan konsentrasi ion natrium maka proses adsorpsi litium oleh mangan oksida akan terganggu yang ditunjukkan dengan semakin sedikit ion litium

The notes have been used as the introductory section of a course on Modern Organic Synthesis that com- poses 6 weeks or a little more than one-half of a quarter course at The

Surat yang memberi perintah pada bank untuk membayar sejumlah uang kepada pihak penerima pembayaran

This study aims to determine the content of active compound contained, the potential of ethanol extract of the stem thistle as an antimalarial, and knowing the

(Capacity: 1.2 times the total volume of fuel) Waterproo. f floor and

SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PEMASANGAN JARINGAN INTERNET WIFI.ID PADA PT.TELKOM AKSES.. KABUPATEN KUDUS