• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "a. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Bank Sentral

Setiap negara yang telah merdeka tentunya memiliki bank sentralnya sendiri. Bank sentral disetiap negara merupakan bank milik negara yang dijalankan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang dan merumuskan dan menjalankan kebijakan moneternya yang nantinya harus dipatuhi oleh seluruh bank umum yang ada di negara tersebut. Melalui kebijakan moneternya bank sentral akan berusaha untuk manjaga stabilitas keuangan, stabilitas sector perbankan dan juga stabilitas harga. Di Indonesia peran dan fungsi bank sentral dijalankan oleh Bank Indonesia. Sebagai bank sentral BI diberi amanat oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 untuk memelihara stabilitas harga yang salah satunya terukur dari rendahnya tingkat inflasi. Menurut UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang tersebut. Menurut undang-undang itu juga, tujuan didirikannya Bank Indonesia adalah untuk mencapai kestabilan nilai rupiah. Nilai rupiah yang stabil dapat dilihat dari adanya kestabilan rupiah terhadap harga barang dan jasa yang diukur dengan nilai mata uang asing (dollar). Selain itu, kestabilan nilai rupiah juga dapat dilihat dari tingkat laju inflasi dan kemampuan rupiah dalam menyeimbangkan nilai tukarnya dengan mata uang asing.

Menurut Natsir (2014) Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki tugas-tugas pokok sebagai berikut:

1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

Dalam rangka menjalankan tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank Indonesia berwenang dalam ( Totok: 2006):

a) Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan laju inflasi

b) Melakukan pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan minimum dan pengaturan kredit dan pembiayaan.

c) Memberikan kredit atau pembiayaan dengan prinsip syariah atau minimal 90 hari kepada bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek.

URAIAN MATERI

(2)

2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

Untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia mempunyai wewenang dalam melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. Tugas lainnya yaitu menetapkan penggunaan alat pembayaran, mengatur sistem kliring antarbank, mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian dengan nilai yang sama.

3) Mengatur dan mengawasi bank.

Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank, memiliki wewenang untuk menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan, memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha-usaha tertentu, melakukan pemeriksaan terhadap bank, dan memberikan sanksi kepada bank. Tugas pengawasan bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang.

Ketiga uraian tugas pokok Bank Indonesia di atas memiliki keterkaitan satu sama lain di mana pada setiap tugasnya harus dilaksanakan untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan Bank Indonesia. Tugas mengendalikan jumlah uang yang beredan dan suku bunga dalam perekonomian merupakan aplikasi atas tugas dari Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Lancarnya pelaksanaan tugas ini membutuhkan dukungan dari sistem pembayaran yang efisien, cepat, dan aman yang merupakan realisasi dari pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Kesehatan sistem perbankan akan mendukung Bank Indonesia dalam mengendalikan sistem moneter dan kinerja sistem pembayaran. Hal ini merupakan salah satu tugas yang harus dijalankan Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi kinerja bank.

B. Fungsi Bank Sentral dan Bank Umum 1. Bank Sentral

Menurut Wijaya (1999) yang menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pokoknya bank sentral memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Memegang deposito milik bank lain

Dalam hal ini bank sentral hanya menerima setoran rekening giro dari bank lain ketika mereka memiliki kelebihan kas dan dapat menarik kembali bila mereka membutuhkannya.

(3)

Disamping itu, dalam menjaga kestabilan jumlah uang yang beredar, bank umum juga wajib memelihara cadangan minimum pada bank sentral.

b. Mengedarkan uang kartal yaitu uang kertas dan uang logam

Jika suatu saat perekonomian memerlukan tambahan jumlah uang yang beredar untuk mensupply transaksi maka Bank Indonesia akan menambah jumlahnya, dan sebaliknya.

Dalam hal ini bank sentral berfungsi sebagai sumber pinjaman dalam artian bank sentral mampu mengedarkan uang karta yang jumlahnya menurut persetujuan pemerintah.

c. Mengatur dan mengendalikan jumlah uang yang beredar atau penawaran uang

Ini adalah tugas terpenting dari Bank Sentral dimana bank sentral akan berusaha mengendalikan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan perekonomian. Jumlah uang yang beredar harus dijaga agar konsisten dengan kenaikan output total dan tingkat harga yang relatif, melalui kebijakan pengendalian kredit kualitatif dan kuantitatif dalam usaha untuk memanpulasi jumlah uang beredar untuk menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

d. Bertindak sebagai kliring

Dalam transaksi pembayaran menggunakan giro yang melibatkan bank yang berbeda maka transaksi harus diselesaikan dengan proses kliring lewat bank sentral. Bank umum si penerima pembayarana akan menambah rekening giro milik penerima pembayaran. Lalu bank umum tersebut mengirimkan cek tersebut ke bank sentral untuk dikliringkan.

e. Sebagai lembaga keuangan/fiskal pemerintah

Setiap tahun bank sentral akan membukukan setiap penerimaan pajak dan pungutan- pungutan.

f. Mengawasi dan memandu bank-bank

Sistem perbankan sangat dipengaruhi oleh situasi financial dan operasional bank-bank secara individual. Karena sistem perbankan dan operasional yang tidak sehat akan mengancam struktur financial perekonomian secara keseluruhan. Karena itu, Bank sentral perlu melakukan supervisi dengan pemeriksaan secara periodik dan memandu bank-bank dalam melaksanakan operasionalnya.

2. Bank Umum

(4)

Defenisi bank umum menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan juga menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentuk-bentuk lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersil.

Dalam bank umum terdapat beberapa keistimewaan, yaitu kesanggupan bank umum untuk menciptakan tabungan yang dapat diambil sewaktu-waktu dengan cek, atau kartu ATM, mampu untuk menciptakan atau menghapuskan daya beli yang ada di dalam perekonomian, serta corak kegiatannya dengan memberikan pinjaman jangka pendek. Selain keistimewaan, bank umum memiliki beberapa fungsi pokok berikut ini.

1) Menghimpun dana dari tabungan masyarakat.

2) Memberikan pinjaman (kredit).

3) Menyediakan mekanisme pembayaran.

4) Menciptakan uang giral.

5) Menyediakan fasilitas untuk memperlancar perdagangan luar negeri.

6) Menyediakan jasa trusty, seperti pengelolaan pensiun, dan rencana pembagian laba, sebagai wali amanah serta sebagai perantara pemindahan dan registrasi bagi perusahaan.

7) Menyediakan jasa-jasa keuangan dan lainnya seperti pialang, inkaso, dan sebagainya.

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1992 BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selanjutnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang mempunyai fungsi sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, harus mampu menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan layanan jasa perbankan bagi golongan ekonomi lemah/ pengusaha kecil. Sebagian besar pelayanan BPR diberikan kepada masyarakat yang bermodal kecil, yang sebagian berada pada sektor informal, sehingga perbaikan kinerja, baik keuangan, manajemen, administrasi harus ditingkatkan kualitasnya.

4. Bank Syariah

(5)

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 menyatakan defenisi Bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah dinamakan juga sebagai bank tanpa bunga karena dalam menghimpun dana tidak memberikan imbalan bunga dan dalam pinjaman tidak dipungut bunga.

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Secara garis besar fungsi bank syariah terdiri atas 4 fungsi utama antara lain sebagai berikut:

a.

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

b.

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

c.

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

d.

Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Peran Bank Sentral dan Bank Umum 1. Peran Bank Sentral

Bank sentral adalah bank yang dibuat oleh pemerintah sebuah negara yang bertugas sebagai otoritas moneter dalam menjalankan kebijakan moneter, mengawasi dan mengatur institusi keuangan lain dalam sistem finansial. Bank sentral memegang peran yang penting dalam melaksanakan kebijakan moneter sebuah negara. Dalam website resminya Bank Indonesia menguraikan perannya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, sebagai berikut:

a. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.

(6)

b. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan.

Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan.

c. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik.

d. Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi- informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.

e. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

(7)

2. Peran Bank Umum

Dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Sama halnya dengan bank sentral, bank umum juga memiliki beberapa peran bagi suatu negara. Berikut ini peran bank umum.

1. Menyediakan Berbagai Jasa Perbankan

Bank umum sebagai penyedia jasa, baik di bidang yang ada kaitannya dengan keuangan maupun yang tidak berkaitan dengan keuangan. Jasa yang diberikan bank seperti pengiriman uang dari satu tempat ke tempat lain, pembukaan letter of credit, jual beli dan pelayanan cek perjalanan, kartu kredit, ATM, dan sebagainya.

2. Sebagai Jantungnya Perekonomian

Bank umum diibaratkan sebagai jantungnya perekonomian negara. Uang mengalir ke dalam bank, kemudian oleh bank diedarkan kembali ke dalam sistem perekonomian agar proses perekonomian tetap berjalan. Proses ini berlangsung secara terus menerus. Dengan demikian, sistem perbankan suatu negara penting bagi perekonomian negara.

3. Melaksanakan Kebijakan Moneter

Bank umum berperan pula sebagai wahana untuk mengefektifkan kebijaksanaan pemerintah melalui pengendalian jumlah uang yang beredar. Cara bank umum mengefektifkan kebijakan moneter yaitu dengan menjalankan kebijaksanaan bank sentral.

D. Prinsip-prinsip Bank

Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu prinsip kepercayaan (fiduciary relation principle), prinsip kehati-hatian ( prudential principle), prinsip kerahasiaan (secrecy principle), dan prinsip mengenal nasabah ( know how costumer principle)

1. Prinsip Kepercayaan ( fiduciary relationprinciple )

Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10 Tahun 1998.

2. Prinsip Kehatihatian ( prudential principle )

(8)

Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No 10 tahun 1998.

3. Prinsip Kerahasiaan ( secrecy principle)

Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47 A UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang / Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antar bank.

4. Prinsip Mengenal Nasabah ( know how costumer principle )

Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.3/1 0/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan.

E. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 1. Pengertian OJK

Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk beberapa orang mungkin belum dikenal dengan jelas. Sebelum mengetahui lebih jauh apa itu OJK maka terlebih dahulu kita mengenal apa yang dimaksud dengan jasa keuangan. Jasa keuangan adalah suatu istilah yang digunakan

(9)

untuk merujuk jasa yang disediakan oleh industri keuangan. Jasa keuangan juga digunakan untuk merujuk pada organisasi yang menangani pengelolaan dana. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2012 pasal 1 menyatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.

Pada dasarnya UU mengenai OJK hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Diharapkan dengan dibentuknya OJK ini dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan dan agar adanya pengaturan juga pengawasan yang lebih terintegrasi.

2. Tugas OJK

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2012 Pasal 6 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal,

c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Lembaga Otoritas Jasa Keungan (OJK) telah didirikan dengan Undang-Undang No 21 tahun 2011 akan diberlakukan mulai tahun 1 Januari 2013, dengan tugas untuk mengawasi lembaga keuangan baik bank maupun non bank. Lembaga ini didirikan sesuai dengan amanat pasal 34 UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sesuai dengan bunyi pasal 34 tersebut bahwa yang dialihkan adalah tugas pengawasan bank, namun dalam perkembangannya malah tugas pengaturan perbankan juga diambil alih, berarti tidak sesuai dengan bunyi pasal tersebut.

Tugas pengaturan perbankan yang diambilalih dari Bank Indonesia, dapat mengakibatkan pelaksanaan tugas pengelolaan moneter dapat terganggu karena ketika timbul masalah dengan perbankan, Bank Indonesia sudah tidak berhak mengatur perbankan, padahal pengelolaan

(10)

moneter tidak lepas dari kinerja perbankan nasional karena sebagaimana disebutkan di atas, perbankan adalah lembaga yang menguasai sekitar 80% sistem keuangan nasional. Sekalipun terdapat pasal-pasal yang memungkinkan OJK dapat berkoordinasi dengan Bank Indonesia apabila perekonomian dalam kondisi krisis, namun pekerjaan koordinasi di negeri ini masih relatif “mahal”, padahal dalam kondisi krisis penanganan harus dilakukan secara cepat.

3. Fungsi dan Asas-asas OJK

Pada Pasal 5 UU No. 21 Tahun 2011 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.

Dalam melaksanakan kegiatannya OJK sendiri juga mempunyai asas-asas tertentu yang harus dijadikan pedoman yaitu :

a. Asas Independensi, tentang sifat independensi OJK dalam melaksanakan kegiatannya

b. Asas Kepastian Hukum, bahwa OJK mengutamakan landasan dari UU yang berlaku untuk melakukan kegiatannya

c. Asas Kepentingan Umum, bahwa semua kegiatan OJK didasarkan untuk melindungi dan memajukan kepentingan umum

d. Asas Profesionalitas

e. Asas Integritas, OJK selalu berpegang teguh pada nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambilnya

f. Asas Keterbukaan

g. Asas Akuntabilitas, bahwa semua kegiatan dari OJK sendiri dapat dipertanggungjawabkan kepada public.

4. Wewenang OJK

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Pasal 9 Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:

a. Menetapkan peraturan

b. Menetapkan peraturan perundang-udangan di sektor jasa keuangan c. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK

d. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;

e. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;

(11)

f. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;

g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan;

h. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan

i. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:

a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;

b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala eksekutif;

c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

d. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/atau pihak tertentu;

e. Melakukan penunjukan pengelola statuter;

f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;

g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan

1). Memberikan dan/atau mencabut:

2). Izin usaha;

3). Izin orang perseorangan;

4). Efektifnya pernyataan 5). Pendaftaran;

6). Surat tanda terdaftar;

7). Persetujuan melakukan kegiatan 8). Usaha; pengesahan;

9). Persetujuan atau penetapan 10). Pembubaran,

h. Penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

(12)

1. Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang tersebut. Menurut undang-undang itu juga, tujuan didirikannya Bank Indonesia adalah untuk mencapai kestabilan nilai rupiah.

2. Tugas-tugas Bank Indonesia sebagai berikut:

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

c. Mengatur dan mengawasi bank.

3. Adapun fungsi bank sentral adalah sebagai berikut:

a. Memperlancar lalu lintas pembayaran,

b. Sebagai banker, agen dan penasehat pemerintah, c. Memelihara cadangan/cash reserve bank umum, d. Sebagai bankers bank dan lender of last resort, e. Mengawasi kredit

f. Mengawasi bank (Bank Supervision)

4. Bank umum memiliki beberapa fungsi pokok berikut ini.

a. Menghimpun dana dari tabungan masyarakat.

b. Memberikan pinjaman (kredit).

c. Menyediakan mekanisme pembayaran.

d. Menciptakan uang giral.

e. Menyediakan fasilitas untuk memperlancar perdagangan luar negeri.

f. Menyediakan jasa trusty, seperti pengelolaan pensiun, dan rencana pembagian laba, sebagai wali amanah serta sebagai perantara pemindahan dan registrasi bagi perusahaan.

g. Menyediakan jasa-jasa keuangan dan lainnya seperti pialang, inkaso, dan sebagainya.

5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang mempunyai fungsi sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, harus mampu menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan layanan jasa perbankan bagi golongan ekonomi lemah / pengusaha kecil.

RANGKUMAN

(13)

6. Secara garis besar fungsi bank syariah terdiri atas 4 fungsi utama, yaitu fungsi bank syariah sebagai manajemen investasi, fungsi bank syariah sebagai investasi, fungsi bank syariah sebagai jasa-jasa keuangan, dan fungsi bank syariah sebagai jasa sosial.

1. Peran Bank Indonesia adalah bertindak sebagai pemegang kas negara.

2. Dalam kaitannya dengan dunia internasional, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan tukar rupiah, mengawasi, dan mengoordinasi pembayaran internasional, mengelola cadangan devisa, dan memelihara keseimbangan neraca pembayaran.

7. Berikut ini peran bank umum.

a. Menyediakan Berbagai Jasa Perbankan b. Sebagai Jantungnya Perekonomian c. Melaksanakan Kebijakan Moneter

8. Adapun Produk-produk perbankan antara lain : a. Simpanan Giro (Demand Deposit),

b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit), c. Simpanan Deposito (Time Deposit),

9. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2012 pasal 1 menyatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.

10. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2012 Pasal 6 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal,

c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

11. Pada Pasal 5 UU No. 21 Tahun 2011 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.

12. Dalam melaksanakan kegiatannya OJK sendiri juga mempunyai asas-asas tertentu yang harus dijadikan pedoman yaitu Asas Independensi, Asas Kepastian Hukum, Asas

(14)

Kepentingan Umum, Asas Profesionalitas,Asas Integritas, Asas Keterbukaan, dan Asas Akuntabilitas.

13. Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan.

14. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Pasal 9 Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul, “Partisipasi Masyarakat dan Willingness to Pay dalam Pembangunan Infrastruktur Ekonomi (Studi Kasus : Desa

Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi

chemical and power), all of which were major sources of pollutants and held back the growth of light industry. Furthermore, the service industries, which tend to have the

Adapun alasan kami mengambil atau memilih Database Rumah Sakit ini ialah karena kami ingin mengetahui apa saja yang dibutuhkan pada Rumah Sakit, kami juga berharap ini bisa untuk

Tide data is processed using the method of admiralty and water depth is calculated from the lowest water level (LLWL) using Singlebeam echosounder. Umumnya wilayah

Sampel berpasangan ujian-t digunakan untuk menganalisis min perbezaan antara bilangan kejadian buli dengan buli secara verbal dalam kalangan pelajar sekolah rendah

Dapatan kajian mendapati bahawa konsep kerohanian amat sesuai diamalkan dalam kalangan pesakit kanser wanita dan kepentingan aspek kerohanian seperti mengakui bahawa ujian

bullying di tempat kerja terhadap burnout pada karyawan.