77 VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN
STRAWBERRY 7.1. Karakteristik Responden
7.1.1. Tingkat Umur
Tingkat umur responden berkisar antara 40-60 tahun. Berdasarkan sebaran normal umur responden dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) 40-45 tahun, (2) 45-50 tahun, (3) 50-55, dan (4) 55-60 tahun. Berikut merupakan sebaran anggota Gapoktan Desa Banyuroto berdasarkan tingkat umur dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Gambar 6. Sebaran Tingkat Umur Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Berdasarkan Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa sebaran umur reponden paling banyak berada pada selang 45-50 tahun. Hal tersebut menandakan anggota Gapoktan telah mapan dalam usia dan pengalamannya sebagai petani, dan juga dapat menjalankan perannya di masyarakat.
7.1.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan sebuah gambaran secara umum untuk melihat kualitas sumberdaya manusia di suatu tempat. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempunyai pengaruh nyata terhadap pengetahuan, keterampilan, kemampuan, serta cara berpikir dan sudut pandang suatu permasalahan, teknologi,
32%
46%
18%
4%
40-45 45-50 50-55 55-60
78 dan perubahan. Keragaan pendidikan pada anggota Gapoktan Desa Banyuroto dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Gambar 7. Sebaran Tingkat Pendidikan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Anggota Gapoktan Desa Banyuroto sebanyak 61% telah mengenyam pendidikan hingga ke tingkat SMA dan sederajat. Hal ini menandakan bahwa anggota gapoktan sudah sadar akan pendidikan, serta didukung oleh akses pendidikan dan sarana prasarana lain yang menunjang.
7.1.3. Pekerjaan Utama
Pekerjaan utama anggota Gapoktan Desa Banyuroto menggambarkan aktivitas keseharian dan sumber pendapatan utama mereka. Pekerjaan utama anggota Gapoktan Desa Banyuroto 100% adalah sebagai petani pemilik. Hal ini menggambarkan bahwa anggota gapoktan adalah petani yang memang bertani sudah cukup lama dan turun-temurun, sehingga sudah memiliki lahan garapan sendiri.
7.1.4. Penguasaan Lahan
Penguasaan lahan merupakan total luas lahan yang dikelola oleh petani yang tergabung dalam keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto. Luas lahan yang dikelola bervariasi mulai dari luas lahan yang sempit (<0,5 ha), luas lahan yang
14%
61% 25%
0% SD
SMP/Tsanawiyah SMA/Aliyah Perguruan Tinggi Tidak Sekolah
79 sedang (0,5-1 ha). dan luas lahan yang besar (>1 ha). Sebaran mengenai penguasaan lahan dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini.
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Gambar 8. Sebaran Penguasaan Lahan oleh Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Lahan yang dimiliki anggota Gapoktan Desa Banyuroto terbilang cukup bervariasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, 18% anggota memiliki lahan seluas >1 ha, 36% memiliki lahan seluas <0,5 ha, dan 46% memiliki lahan seluas 0,5-1 ha. Lahan yang dikuasai ini adalah kepemilikan pribadi, dan biasanya mereka menanam dengan sistem tumpang sari dan rotasi tanaman diatasnya.
7.1.5. Alasan Memilih Menjadi Petani Strawberry
Terkait dengan program Prima Tani, BPTP Jawa Tengah melakukan percontohan budidaya strawberry. Percontohan tersebut mendapat respon positif dari para petani. Dalam perkembangannya, permintaan produk budidaya strawberry, berupa buah dan bibit tanaman starwberry semakin bertambah.
Kondisi tersebut mendorong petani yang telah membudidayakan strawberry berusaha memperluas skala usahanya dan para petani lain berkeinginan untuk masuk dalam usaha budidaya strawberry. Alasan mereka beralih menjadi petani strawbery pun beragam, yaitu berdasarkan keahlian, tidak ada pilihan lain, atau memang strawbery memiliki peluang yang lebih besar dan menguntungkan.
18%
46%
36% > 1 ha
0,5-1 ha
< 0,5 ha
80 Berikut ini pada Gambar 9 disajikan sebaran alasan anggota Gapoktan Desa Banyuroto menjadi petani strawberry.
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Gambar 9. Sebaran Alasan Memilih Menjadi Petani Strawberry oleh Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Sebanyak 78% anggota Gapoktan Desa Banyuroto beralasan bahwa strawberry memang memiliki peluang lebih besar dan lebih menguntungkan. Hal
ini didukung dengan adanya pengukuhan Desa Banyuroto sebagai kawasan agrowisata penunjang pengembangan kawasan agropolitan Merapi-Merbabu, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut dan mencari produk yang unik, salah satunya adalah strawberry. Oleh karena itu, mereka beralih bertani strawberry. Pangsa pasar ini semakin besar karena produk buah strawberry yang dibudidayakan secara organik terbukti memiliki kelebihan daya
tahan dan rasa dibanding buah strawberry yang dibudidayakan menggunakan bahan-bahan anorganik yang telah berkembang di daerah lain.
7.2. Kemandirian Petani
Kemandirian merupakan totalitas kepribadian individu yang dimiliki setiap individu tak terkecuali petani sebagai sumberdaya manusia pertanian.
Pembentukan Gapoktan Desa Banyuroto tentunya diharapkan dapat berperan terhadap kemandirian petani yang pada penelitian ini parameter kemandirian yang diukur, yaitu: 1) bargaining position petani, 2) kemandirian petani secara teknik
11% 11%
78%
Berdasarkan keahlian Tidak ada pilihan lain adanya pangsa pasar
81 bertanam, dan 3) kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan pertanian.
7.2.1. Peran Gapoktan terhadap Bargaining Position Petani
Komoditi strawberry di Desa Banyuroto merupakan pengembangan dari komoditi yang sebelumnya kurang diperhatikan tetapi ternyata mempunyai prospek yang baik. Budidaya strawberry diarahkan ke pertanian organik dengan tujuan nantinya akan menjadi komoditi unggulan dalam agrowisata.
Pengembangan strawberry juga memanfaatkan potensi agrowisata untuk pemasarannya.
Keputusan pemasaran dan distribusi yang dilakukan oleh para petani ketika musim panen tiba dan permintaan buah strawberry meningkat kebanyakan adalah:
1) menjualnya langsung ke pengumpul yang datang langsung ke kebun-kebun strawberry mereka, 2) membuka kebun wisata edukasi petik strawberry untuk
para wisatawan yang datang, atau 3) memasok langsung kepada para penjaja strawberry yang ada di sekitar tempat wisata. Jalinan kemitraan dalam memasok
komoditi strawberry kepada konsumen belum dilakukan oleh gapoktan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya pengumpul atau tengkulak yang langsung mendatangi petani ketika musim panen tiba, sehingga petani sulit untuk bergerak mencari mitra. Selain itu, masih kurangnya promosi dan dukungan dari pihak terkait masalah pemasaran juga menyebabkan petani masih tergantung kepada tengkulak. Petani juga mencari kepastian pemasaran produk agar produk pertanian yang dihasilkan tidak cepat busuk dan petani cepat memperoleh perputaran uang.
Bargaining position petani setelah bergabung dalam keanggotaan Gapoktan
Desa Banyuroto tentunya sangat diharapkan oleh para petani. Bargaining position
82 berpengaruh terhadap keberlanjutan usahatani. Bargaining position juga merupakan insentif tersendiri bagi petani agar lebih bersemangat menjalankan aktivitas pertaniannya. Tabel 22 menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap bargaining position petani.
Tabel 22. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Bargaining Position Petani
Bargaining Position Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Tinggi 3 10,71%
Sedang 21 75%
Rendah 4 14,28%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Sebanyak 75% anggota Gapoktan Desa Banyuroto berpendapat bahwa bargaining position mereka sedang. Sedangkan sisanya sebanyak 10,71%
berpendapat bargaining position meningkat tinggi, dan sebanyak 14,28%
berpendapat bargaining position tidak meningkat. Hal ini disebabkan introduksi strawberry dari Prima Tani telah membawa banyak manfaat kepada para petani,
karena komoditi ini langsung bisa diterima dan menjadi primadona. Namun, masih terkendala pada pemasaran dalam skala yang lebih besar lagi.
Komoditas strawberry dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan
usaha strawberry dengan orientasi agrowisata. Kegiatan yang dapat dilakukan
berupa penataan tanaman di lahan untuk tujuan petik sendiri dan pengembangan
sistem rotasi agar setiap saat dapat melayani permintaan konsumen. Selain itu,
untuk mengantisipasi over supply buah strawberry karena adanya penanaman
strawberry dalam skala luas, maka diintroduksikan penanganan pasca panen
berupa pengolahan buah strawberry antara lain untuk minuman, sirup, dan selai,
tetapi introduksi ini kurang berjalan dan belum ada realisasinya.
83 7.2.2. Kemandirian Petani Secara Teknik Bertanam
Penyuluhan dan introduksi mengenai strawberry yang diberikan oleh para penyuluh tentunya diharapkan dapat menjadikan petani mandiri secara teknik bertanam. Teknik bertanam strawberry organik yang diperkenalkan, masih dipertahankan dan terus dikembangkan oleh para petani. Tabel 23 berikut ini menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap tingkat kemandirian petani secara teknik bertanam.
Tabel 23. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Kemandirian Petani Secara Teknik Bertanam
Kemandirian petani dalam teknik bertanam
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Tinggi 24 85,71%
Sedang 4 14,28%
Rendah `0 0%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Sebanyak 85,71% petani yang tergabung dalam keanggotaan gapoktan menyatakan bahwa kemandirian mereka secara teknik bertanam tinggi. Sedangkan hanya 14,28% yang menyatakan kemandirian secara teknik bertanam meningkat sedang, hal ini dikarenakan mereka merasa telah banyak mempelajari teknik bertanam secara turun temurun dan berdasarkan pengalaman pribadi.
7.2.3. Kemampuan Petani Memenuhi Kebutuhan Permodalan
Gapoktan mempunyai fungsi sebagai satuan unit usaha keuangan mikro,
yaitu menyediakan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman
kepada para petani yang memerlukan. Gapoktan Desa Banyuroto juga
menjalankan fungsi tersebut selama berdiri hingga sekarang. Gapoktan juga telah
membantu dan memfasilitasi kelompok tani yang membutuhkan permodalan
dengan cara meneruskan proposal yang dibuat dan bernegosiasi dengan pihak
stakeholders yang berwenang. Tabel 24 berikut ini menyajikan jawaban anggota
84 gapoktan terhadap peran gapoktan memfasilitasi pemenuhan permodalan bagi para petani anggotanya.
Tabel 24. Peran Gapoktan Memfasilitasi Kebutuhan Permodalan Anggota
Apakah Gapoktan Memfasilitasi Kebutuhan
Modal Anggotanya
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Ya 28 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto sepakat bahwa Gapoktan telah melaksanakan fungsinya untuk memfasilitasi petani anggotanya mendapatkan bantuan permodalan. Permodalan yang pernah mereka terima berasal dari dana PUAP Kementerian Pertanian RI. Bantuan permodalan ini digunakan untuk membeli ternak sapi guna pemenuhan kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman.
Sehingga diharapkan biaya produksi petani dapat berkurang karena adanya penghematan biaya pupuk kandang. Selain itu, pupuk kandang yang mereka hasilkan juga dapat didistribusikan untuk petani lain yang berada di wilayah Desa Banyuroto.
Pengelolaan terhadap pengembalian dana PUAP tersebut baru dalam tahap perencanaan karena pembayaran oleh petani anggota belum selesai dilakukan.
Rencananya, Gapoktan Desa Banyuroto akan mengusung konsep unit usaha
keuangan mikro yang akan semakin memudahkan kelompok dan rukun tani yang
ada di dusun-dusun mengakses permodalan atau menjalankan usaha bersama yang
dapat menghasilkan keuntungan bagi Gapoktan Desa Banyuroto beserta seluruh
anggotanya. Tabel 25 berikut ini menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan
Desa Banyuroto mengenai peningkatan kemampuan petani dalam memenuhi
kebutuhan permodalan untuk kegiatan pertaniannya.
85 Tabel 25. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai
Kemampuan Petani dalam Memenuhi Kebutuhan Permodalan
Kemampuan Petani dalam Memenuhi Kebutuhan
Permodalan
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Tinggi 11 39,28%
Sedang 17 60,71%
Rendah `0 0%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Sebanyak 60,71% petani anggota gapoktan berpendapat bahwa kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan permodalan hanya meningkat sedang. Hal ini disebabkan mereka kebanyakan menggunakan modal mandiri atau modal keluarga untuk membiayai usahataninya karena sudah dilakukan secara turun-temurun. Selain itu, mereka sudah terbiasa mengurus permodalan sendiri ke Bank BRI cabang Kecamatan Sawangan, Bank BPR, atau meminjam modal kepada kerabat dan keluarga sejak dulu ketika awal bertani. Masalah permodalan selama ini bukan menjadi permasalahan mendasar bagi petani, karena mereka sudah terbiasa bertani sejak dulu dan kondisi pertanian disana tergolong stabil.
7.3. Kesejahteraan Petani
Adanya gapoktan diharapkan dapat berperan terhadap penciptaan kesejahteraan petani anggotanya. Pada penelitian ini, indikator kesejahteraan yang digunakan adalah melalui perhitungan perbandingan pendapatan petani antar produk pertanian dan nilai tukar petani untuk produk strawberry hasil inovasi teknologi yang diperkenalkan oleh para penyuluh.
7.3.1. Peningkatan Pendapatan Petani
Perumusan inovasi teknologi dan kelembagaan yang disesuaikan dengan
potensi sumberdaya dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan
komoditas unggulan/potensial harus memiliki daya ungkit bagi peningkatan
86 pendapatan petani. Dampak langsung yang terlihat dengan berkembangnya usaha strawberry di Desa Banyuroto adalah peningkatan pendapatan rumah tangga
dibandingkan dengan hanya mengusahakan sayuran yang harganya berfluktuasi serta masih erat sekali dengan sistem ijon. Sebelum strawberry diintroduksikan, pola tanam sayuran di petani umumnya adalah kubis, tomat, dan cabe secara bergiliran dalam setahun. Adanya usaha strawberry menggeser sebagian usaha sayuran, namun petani dengan penguasaan lahan agak luas masih tetap mengusahakan sayuran disamping strawberry. Selain itu, usahatani strawberry memberikan pendapatan tunai secara kontinyu setiap hari selama setahun.
Komoditas strawberry dikembangkan lebih lanjut dengan
mengembangkan usaha strawberry dengan orientasi agrowisata. Kegiatan yang
dilakukan berupa penataan tanaman di lahan untuk tujuan petik sendiri dan
pengembangan sistem rotasi agar setiap saat dapat melayani permintaan
konsumen. Keputusan beralih menjadi petani strawberry kebanyakan disebabkan
memang karena adanya peluang dan pangsa pasar. Hal ini didukung dengan
jumlah panenan strawberry sebanyak 20-25 kg setiap dua hari sekali selama
musim kemarau dan hanya 5 kg setiap seminggu sekali selama musim hujan, serta
harga jual strawberry yang tinggi yaitu Rp 15.000/kg ke pengumpul dan Rp
30.000-40.000/kg jika dijual langsung ke konsumen melalui kebun petik yang
mereka dirikan sendiri di atas lahan pertanian mereka. Sebagai gambarannya,
berikut disajikan analisis usahatani strawberry Desa Banyuroto pada Tabel 26.
87 Tabel 26. Analisis Usahatani Strawberry Desa Banyuroto
N o m o r U r a i a n Biaya
1 2 3 4 5
6 7
Skala Usaha (ha) Hasil (kg) Harga jual (Rp) Nilai hasil (Rp) Biaya produksi (Rp):
a. Biaya naungan (mulsa)/musim b. Sarana produksi:
- Bibit/benih - Pupuk - Pestisida
c. Tenaga persiapan dan penanaman/musim d. Tenaga petik/musim
e. Lain-lain
Pendapatan bersih/musim (Rp) Pendapatan bersih/bln (Rp)
0,1 2.480 15.000 37.200.000 425.000 4.500.000 400.000 - 1.750.000 4.000.000 - 26.125.000 1.741.000
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Peluang usaha strawberry Desa Banyuroto juga terlihat dari harga jual yang paling tinggi per kilogramnya dibandingkan dengan produk-produk pertanian lain yang juga diusahakan petani Gapoktan Desa Banyuroto. Gambar 10 berikut ini menyajikan perbandingan harga jual produk pertanian ke pengumpul dari sayur dan buah yang banyak diusahakan oleh petani Desa Banyuroto.
Sumber: Data Primer 2012
Gambar 10. Perbandingan Harga Jual Antar Produk Pertanian
- 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 strawberry
kubis cabe seledri daun bawang
strawberry kubis cabe seledri daun bawang
Rp/kg 15,000 1,200 8,000 3,500 3,000
88 Dari data primer mengenai pendapatan petani tiap bulannya dapat dilihat bahwa pendapatan rumah tangga petani memang mengalami kenaikan ketika mengadopsi tanaman strawberry sebagai tanaman pertanian yang mereka pilih untuk ditanam. Kenaikan pendapatan yang terjadi tergantung dengan pilihan tanaman pendukung yang mereka tanam dalam sistem rotasi yang terjadi serta optimalisasi penggunaan lahan, alokasi sumberdaya pendukung pertanian, dan keputusan pemasaran. Kenaikan terbesar dialami oleh petani yang memutuskan untuk menanam kubis, yaitu sekitar 177% ketika mengganti lahan tanamnya menjadi strawberry. Hal ini dikarenakan harga jual kubis memang rendah dan berfluktuatif. Sedangkan untuk petani yang menanam cabe, seledri, dan daun bawang, kenaikan pendapatan yang mereka alami masing-masing sekitar 148%, 151%, 74%.
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Gambar 12. Perbandingan Pendapatan Per Bulan Usahatani dalam Skala Usaha 0,1 Ha
1.741.000 628.570
703.600 692.850
1.002.100
0 500000 1000000 1500000 2000000
Strawberry Kubis Cabe Seledri Daun Bawang
Perbandingan Pendapatan Per Bulan Dalam Skala Usaha 0,1 Ha
89 7.3.2. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar petani dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan petani. Secara umum nilai tukar petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto tergolong relatif baik. Tabel 27 menyajikan tingkat nilai tukar petani strawberry anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Tabel 27. Nilai Tukar Petani Strawberry Gapoktan Desa Banyuroto
Nomor Nilai Tukar Petani
1. Terendah 0,7227
2. Tertinggi 1,6219
3. Rataan 1,1296
4. Median 1,0704
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Data pada Tabel 27 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tukar petani strawberry Desa Banyuroto relatif baik yaitu 1,1296. Hal ini menandakan bahwa
produktivitas kerja petani cukup baik dan total pendapatan rumah tangga petani di lokasi penelitian sudah dapat mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga selama setahun, baik untuk pengeluaran pangan maupun pengeluaran nonpangan. Hal ini berarti pula bahwa apabila petani menginvestasikan dalam kegiatan usahatani dan non pertanian, maka petani akan memperoleh manfaat sebesar 112,96%. Hasil ini menggambarkan bahwa kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan sekunder lainnya dapat dicukupi dan masih bisa menabung sebesar 12,96% dari total pengeluaran. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto sebagai wadah program-program inovasi teknologi Prima Tani telah berhasil meningkatkan nilai tukar petani.
7.4. Keberlanjutan Pertanian
Keberlanjutan pertanian dinilai dari persepsi petani anggota mengenai
tingkat penggunaan pestisida dan pupuk organik, serta tingkat pencemaran air dan
tanah yang terjadi akibat adanya aktivitas pertanian di Desa Banyuroto.
90 7.4.1. Penggunaan Pestisida Organik
Strawberry yang dikembangkan oleh anggota Gapoktan Desa Banyuroto
sudah organik. Petani sama sekali tidak menggunakan pestisida anorganik dalam proses pengolahan tanah hingga pemanenannya. Seluruh anggota Gapoktan sepakat bahwa strawberry yang ditanam jika ditambahkan pestisida anorganik hasilnya malah tidak terlalu baik rasa dan penampilannya bahkan terkadang strawberry banyak yang mati. Selama ini juga tidak ada kasus hama yang
menyerang tanaman strawberry mereka. Kendala utama strawberry di Desa Banyuroto hanyalah musim penghujan yang terjadi berkepanjangan karena dapat menyebabkan gagal atau busuk buah. Jadi, petani sama sekali tidak mengeluarkan biaya apapun untuk pestisida organik. Berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai penggunaan pestisida anorganik dalam usahatani strawberry.
Tabel 28. Penggunaan Pestisida Anorganik dalam Pertanian Strawberry
Apakah Petani Masih Menggunakan Pestisida
Anorganik
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Ya 0 0%
Tidak 28 100%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Dari Tabel 28 diatas dapat dilihat bahwa seluruh petani anggota Gapoktan
Desa Banyuroto sepakat bahwa mereka tidak menggunakan pestisida anorganik
dalam pertanian strawberry mereka. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang
sama dan materi penyuluhan yang masih diterapkan hingga kini. Namun, berbeda
halnya dengan produk pertanian lain yang biasa ditanam, seperti sayur-sayuran
yang banyak dibudidayakan. Petani masih sulit untuk beralih ke pertanian
organik. Tabel 29 berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa
91 Banyuroto mengenai penggunaan pestisida organik dalam kegiatan usahatani mereka.
Tabel 29. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Tingkat Penggunaan Pestisida Organik
Tingkat Penggunaan Pestisida Organik
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Tinggi 2 7,14%
Sedang 20 71,42%
Rendah `6 21,42%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto memang menggunakan sistem rotasi untuk lahan pertaniannya. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan unsur hara pada tanah. Umur tanaman strawberry biasanya hanya 1-1,5 tahun.
Strawberry biasanya ditumpangsarikan dengan seledri atau daun bawang. Setelah
itu, tanaman strawberry diganti dengan tanaman sayur-sayuran yang lain, seperti cabe, kol, wortel,sawi putih, atau tembakau. Strawberry juga bisa dibilang sebagai penetral tanah kembali, karena petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto belum terbiasa membudidayakan sayur-sayuran organik karena terkendala permintaan pasar yang selalu ada, sehingga dibutuhkan proses produksi yang cepat dan massal, walaupun sudah ada pelatihan mengenai pembuatan pupuk atau pestisida organik.
7.4.2. Penggunaan Pupuk Organik
Pupuk organik yang digunakan untuk strawberry adalah pupuk kandang.
Pupuk kandang diberikan pada saat pengolahan tanah dilakukan. Setelah itu
hingga umur tanaman tidak produktif, strawberry tidak ditambahkan pupuk
apapun baik organik maupun anorganik. Strawberry Desa Banyuroto cepat
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan hidup sangat baik di Desa
Banyuroto. Berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa
92 Banyuroto mengenai penggunaan pupuk anorganik dan tingkat penggunaan pupuk organik pada usahatani strawberry yang mereka jalankan.
Tabel 30. Penggunaan Pupuk Anorganik dalam Pertanian Strawberry
Apakah Petani Masih Menggunakan Pupuk
Anorganik
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Ya 0 0%
Tidak 28 100%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Tabel 31. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Tingkat Penggunaan Pupuk Organik
Tingkat Penggunaan Pupuk Organik
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Tinggi 0 0%
Sedang 23 82,14%
Rendah `5 17,85%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Gapoktan Desa Banyuroto bekerjasama dengan pihak terkait memfasilitasi para petani untuk pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik. Contoh yang nyata yaitu teknologi pengelolaan kotoran ternak sapi menjadi kompos dan pupuk cair dari urine sapi. Tetapi, setelah itu gapoktan tidak membantu mengawasi dalam penerapan petani memakai pupuk dan pestisida organik hingga sekarang.
Hal ini karena gapoktan menyerahkan keputusan usahatani sepenuhnya kepada para petani.
Pengetahuan petani tentang manfaat pupuk organik sebenarnya sangat
banyak. Petani berpendapat bahwa dengan pemakaian pupuk organik sebenarnya
bisa menghemat biaya perawatan, menjaga kesuburan tanah, serta hasil panen
nantinya akan lebih aman untuk dikonsumsi. Tetapi, petani juga berpendapat
bahwa lingkungan sekitar belum mendukung untuk bertani secara organik, karena
produksi pupuk organik membutuhkan waktu dan ketelatenan, sayuran organik
lama pertumbuhannya dan sulit untuk produksi massal, padahal petani harus
93 memenuhi permintaan sayur-sayuran setiap harinya. Hal ini menyebabkan petani masih kembali kepada pupuk anorganik untuk proses produksinya.
7.4.3. Pencemaran Air dan Tanah
Sesuai dengan panduan pelaksanaan Prima Tani, maka inovasi teknologi diusahakan dapat memenuhi kriteria, salah satunya adalah sesuai dengan karakteristik tanah, air, iklim. Hal ini dimaksudkan agar setiap inovasi teknologi yang diperkenalkan ramah terhadap lingkungan dan tidak membawa perubahan besar untuk lingkungan. Berikut ini disajikan sebaran persepsi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai tingkat pencemaran air dan tanah akibat aktivitas pertanian di Desa Banyuroto.
Tabel 32. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Pencemaran Air dan Tanah di Desa Banyuroto
Tingkat Pencemaran Air dan Tanah akibat Pertanian
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Persentase
Tinggi 0 0%
Sedang 2 7,14%
Rendah 26 92,85%
Jumlah 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
Petani Desa Banyuroto yang memiliki lahan di daerah lereng atau daerah yang kemiringannya curam menerapkan terasering. Mereka sudah terbiasa bertani di lahan yang miring atau curam. Sumber air yang mereka gunakan untuk bertani berasal dari air tanah atau air sungai, karena Desa Banyuroto juga dilewati beberapa aliran sungai dan kali.
7.5. Analisis Kualitas Kelembagaan dan Perannya Terhadap Kemandirian, Kesejahteraan Petani, dan Keberlanjutan Pertanian Strawberry
Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto tentunya berperan terhadap
aktivitas pertanian anggotanya, terutama terhadap kemandirian, kesejahteraan
petani, dan keberlanjutan pertanian strawberry. Hasil penelitian menunjukkan
94 bahwa kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto telah berdampak bagi kemandirian petani secara teknik bertanam dan kesejahteraan petani, namun belum memberikan pengaruh terhadap bargaining position petani, pemenuhan kebutuhan permodalan petani, dan pertanian berkelanjutan. Tingkat penerimaan petani terhadap inovasi teknologi dan kelembagaan, adanya kesempatan mengemukakan pendapat dan berdiskusi, serta pemberian motivasi dalam setiap melaksanakan kegiatan berpengaruh bagi outcome kelembagaan gapoktan. Hal ini juga dapat dijadikan evaluasi agar gapoktan bisa meningkatkan dan memaksimalkan kinerjanya untuk memberikan manfaat lebih banyak lagi bagi petani anggotanya maupun petani di luar anggota gapoktan. Tabel 33 berikut ini disajikan hasil analisis kualitas kelembagaan dengan outcome kelembagaan.
Tabel 33. Matriks Analisis Kualitas kelembagaan dengan Outcome
No Kualitas
Kelembagaan Analisis Kualitas Terhadap Outcome Kelembagaan 1 Kelengkapan
kelembagaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan kelembagaan menurut persepsi responden telah lengkap. Tetapi, hal ini tidak berpengaruh banyak terhadap kemandirian, kesejahteraan ekonomi, maupun keberlanjutan pertanian strawberry. Walaupun kelembagaan yang ada lengkap, tetapi aktor yang selalu paling dominan hanyalah ketua, sekretaris, dan bendahara dalam kegiatan apapun. Sehingga, aktor lain belum berperan banyak dalam menjalankan kegiatan kelembagaan maupun dalam memajukan fungsi gapoktan.
2 Uraian kerja pengurus kelembagaan
Uraian kerja pengurus kelembagaan masih kurang jelas. Seksi humas dan seksi pemasaran seharusnya digiatkan kembali untuk membantu mengembangkan Gapoktan Desa Banyuroto menjadi unit pemasaran yang ideal. Seksi permodalan juga seharusnya lebih aktif untuk membuka peluang dan akses permodalan bagi petani-petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto yang membutuhkan permodalan lebih besar untuk mengembangkan usahanya. Uraian kerja pengurus kelembagaan yang masih kurang jelas menyebabkan belum meningkatnya bargaining position petani dan petani masih harus mengakses sumber permodalan sendiri untuk menjalankan aktivitas usahataninya.
3 Periode pergantian pengurus
Periode pergantian pengurus Gapoktan Desa Banyuroto dilakukan tidak teratur. Selain itu pengurus yang diganti biasanya hanya sekedar formalitas untuk bertukar peran saja. Belum ada manajemen yang baik dari kepengurusan. Hal ini menyebabkan belum adanya pembaruan peran pengurus mengikuti perkembangan zaman. Seharusnya pencarian dan penjalinan kemitraan pemasaran atau lobi harga jual produk pertanian bisa dijalankan oleh seksi yang bersangkutan.
95
No Kualitas Kelembagaan
Analisis Kualitas Terhadap Outcome Kelembagaan
4 Pengetahuan anggota terhadap kelembagaan
Seluruh anggota telah paham terhadap kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini tercermin oleh manfaat yang mereka rasakan selama bergabung dalam kelembagaan tersebut. Mereka juga secara sadar ikut menjalankan aturan main yang berlaku dalam gapoktan.
Seringnya pertemuan dengan penyuluh menyebabkan petani dengan cepat memahami dan mempraktikkan ilmu-ilmu pertanian modern yang dibawa oleh penyuluh. Sehingga, petani merasa mereka sudah mandiri secara teknik bertanam dan perbaikan kesejahteraan petani pun juga dirasakan oleh para petani.
5 Kesempatan mengemukakan pendapat dan berdiskusi
Seluruh anggota gapoktan sepakat bahwa ketua selaku pemimpin selalu mengemukakan pendapat dan berdiskusi dalam setiap menyelesaikan masalah. Ketua juga merangkul seluruh anggotanya dengan baik. Hal ini merupakan insentif tersendiri bagi anggota untuk menjalankan kegiatan pertanian maupun kelembagaan dengan baik. Hal ini pula yang berdampak langsung bagi adanya perbaikan kesejahteraan anggota.
6 Motivasi dalam meksanakan kegiatan
Motivasi dalam kelembagaan yang diberikan oleh ketua gapoktan cukup tinggi. Tetapi, ketua belum bisa memotivasi anggotanya untuk mendukung dan menerapkan pertanian organik yang banyak diajarkan oleh para penyuluh. Seharusnya, ada insentif dan motivasi tersendiri mengenai semangat pertanian organik di kalangan petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini bisa menjadi kebaikan dan contoh bagi para petani lain di Desa Banyuroto.
7 Penerimaan inovasi
teknologi dan inovasi
kelembagaan
Penerimaan terhadap inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan oleh anggota gapoktan tinggi. Kinerja inilah yang paling berpengaruh nyata terhadap outcome kelembagaan yang diharapkan. Berkat penerimaan dan kesadaran yang tinggi inilah, banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh petani, walaupun sebenarnya gapoktan harus terus mendapatkan pendampingan intensif agar bisa mengembangkan unit-unit usaha lain yang berguna bagi petani anggotanya.
8 Tingkat kegunaan kegiatan kelembagaan
Sebagian besar petani anggota merasa kegiatan kelembagaan sangatlah berguna bagi kegiatan pertanian mereka. Mereka sudah mandiri secara teknik bertanam, tidak menggunakan pupuk dan pestisida anorganik untuk strawberry, serta adopsi usahatani strawberry yang menguntungkan.