• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

3 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik terhadap kondisi lingkungan hidup, kultur teknis ataupun perlakuan yang diberikan. Kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor fisik utama disamping faktor lainnya seperti genetis, biotis, kultur teknis ataupun perlakuan yang diberikan dan lain-lain (Lubis, 2008).

Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berubah di ketinggian hingga 1.000 meter dpl. Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas kelapa sawit akan lebih optimal apabila ditanam di ketinggian maksimum 400 meter dpl (Sunarko, 2014).

2.1.1 Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27

o

C dengan suhu maksimum 33

o

C dan suhu minimum 22

o

C sepanjang tahun.

Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250-3.000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1.750-2.500 mm. Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi (misalnya >3.000 mm) dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, tetapi dalam kriteria klasifikasi kesesuaian lahan nilai tersebut sudah menjadi faktor pembatas ringan. Curah hujan <1.250 mm sudah merupakan faktor pembatas berat bagipertumbuhan kelapa sawit (Sulistyo, 2010).

Salah satu parameter yang sering digunakan mewakili kondisi iklim adalah

water deficit. Water deficit merupakan interaksi kompleks dari elevasi, bulan

(2)

4

kering, curah hujan, dan penyinaran matahari. Diketahui bahwa dampak signifikan dari besarnya water deficit per tahun sangat tidak cocok untuk kelapa sawit karena akan menyebabkan turunnya produktivitas hingga 54 - 65%, oleh sebab itu area seperti ini menjadi tidak ekonomis bagi perkebunan kelapa sawit. Area tanpa water deficit merupakan area yang ideal untuk kelapa sawit, namun water deficit kurang dari 200 mm masih baik untuk kelapa sawit. Water deficit antara 200 – 300 mm menjadi faktor pembatas ringan untuk kelapa sawit, sedangkan area dengan water deficit antara 300 – 500 mm menjadi area marginal land perkebunan kelapa sawit (Malangyoedo, 2014).

2.1.2 Topografi

Selain syarat ketinggian tempat maksimum 400 meter dpl, kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lahan 0-12º.

Sementara itu, lahan yang memiliki kemiringan lereng 13-25º bisa ditanami kelapa sawit, tetapi pertumbuhannya kurang baik. Berbeda halnya dengan lahan yang kemiringannya lebih dari 25º sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman kelapa sawit karena berisiko terhadap bahaya erosi dan menyulitkan dalam pengangkutan buah saat panen (Sunarko, 2014)

2.1.3 Kondisi Tanah

Sifat tanah yang ideal dalam batas tertentu dapat mengurangi pengaruh buruk dari keadaan iklim yang kurang sesuai. Misalnya tanaman kelapa sawit pada lahan yang beriklim agak kering masih dapat tumbuh baik jika kemampuan tanahnya tergolong tinggi dalam menyimpan dan menyediakan air. Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol, Entisols, Inceptisols, Andisols, dan Histosols (Sulistyo, 2010).

Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu,

lempung liat berdebu, lempung berliat, dan lempung liat berpasir. Kedalaman

efektif tanah yang baik adalah jika >100 cm, sebaliknya andaikata kedalaman

(3)

5

efektif <50 cm dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki maka tidak direkomendasikan untuk kelapa sawit. Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada pH 5,0-6,0, tetapi kelapa sawit masih toleran terhadap pH <5,0 misalnya pada pH 3,5-4,0 (pada tanah gambut). Beberapa perkebunan kelapa sawit terdapat pada tanah yang memiliki pH tanah >pH 7,0, tetapi produktivitasnya tidak optimal. Pengelolaan tingkat kemasaman tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan jenis-jenis pupuk yang berkemampuan meningkatkan pH tanah seperti pupuk dolomit, kapur, pertanian (kaptan) dan fosfat alam (rock phospate) (Sulistyo, 2010).

Adapun ciri-ciri tanah yang kurang baik untuk ditanami kelapa sawit adalah sebagai berikut :

 Tanah-tanah dengan drainase buruk yang disebabkan permukaan air tanah yang tinggi, dekat sungai, dan rawa-rawa. Selain itu, bias juga disebabkan struktur tanah yang buruk sehingga menyebabkan drainase yang juga buruk.

 Tanah-tanah laterik yang kandungaan batuan besinya tinggi. Adanya batuan besi mrnyebabkan pembatasan pertumbuhan akar sehingga volume akar kecil. Pada musim kemarau, tanah laterik akan cepat kering sehingga tanaman menderita kekeringan.

 Tanah-tanah berpasir di pantai. Kelapa sawit tidak tumbuh dengan baik di tanah pasir pantai. Jika ditanam di pasir pantai, memang bias hidup, tetapi perkembangan dan pertumbuhannya sangat lambat.

 Gambut yang dalam. Pada tanah gambut sedalam 120 cm, kelapa sawit

masih dapat hidup dengan baik, pada tanah gambut sedalam 250 cm atau

lebih, kelapa sawit tumbuh kurang baik karena akar sulit mencapai tanah

dan tanaman akan mudah roboh (Adi, 2010).

(4)

6 2.1.4 Karakteristik Lahan

Penilaian kesesuaian lahan ditunjukan terhadap setiap satuan peta tanah (SPT) yang ditemukan pada suatu areal. Karakteristik lahan yang diperlukan dalam penilaian lahan untuk kelapa sawit disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit Pada Tanah Mineral N

o

Karakteristik Lahan

Sim bol

Intensitas Faktor Pembatas Tanpa (0) Ringan

(1)

Sedang (2) Berat (3) 1 Curah hujan (mm) H 1.750-3.000 1.750-

1.500

1.500- 1.250

<1.250

2 Bulan kering K <1 1-2 2-3 >3

3 Ketinggian diatas permukaan laut (m)

L 0-200 200-

300

300-400 >400

4 Bentuk wilayah (%) W Datar <8 Berge- lomba ng 8- 15

Berge- lombang, berbukit 15-30

Ber- bukit, bergu- nung

>30 5 Batuan dipermukaan

dan didalam tanah (% volume)

B <3 3-15 15-40 >40

6 Kedalaman efektif (cm)

S >100 100-75 75-50 <50 7 Tekstur tanah T Lempung

berdebu, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat

Liat, liat berpasi r, lempu ng berpasi r, lempu ng

Pasir berlem- pung, debu

Liat berat, pasir

8 Kelas drainase D Baik, sedang Agak terham -bat

Cepat, terham-bat

Sangat cepat, terge- nang 9 Kemasaman tanah

(pH)

A 5,0-6,0 4,0-5,0

6,0-6,5

3,5-4,0 6,5-7,0

<3,5

>7,0

Sumber : Lubis, 2008.

(5)

7

2.2 Potensi Produksi Tanaman Kelapa Sawit

Setiap kelas kesesuaian lahan dapat dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai. Produktivitas tanaman kelapa sawit berdasarkan kelas lahan pada umur 3 sampai 25 tahun disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Potensi produksi kelapa sawit umur 3-25 tahun pada setiap KKL Umur

(thn)

Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

Ton

TBS RBT

RJT/

phn

Ton

TBS RBT

RJT/

phn

Ton

TBS RBT

RJT/

phn

3 9,0 3,2 21,6 7,3 3,1 18,1 6,2 3,0 17,9

4 15,0 6,0 19,2 13,5 5,9 17,6 12,0 5,3 17,4

5 18,0 7,5 18,5 16,0 7,1 17,3 14,5 6,7 16,6

6 21,1 10,0 16,2 18,5 9,4 15,1 17,0 8,5 15,4 7 26,0 12,5 16,0 23,0 11,8 15,0 22,0 10,0 15,7 8 30,0 15,1 15,3 25,5 13,2 14,9 24,5 12,7 14,8 9 31,0 17,0 14,0 28,0 16,5 13,1 26,0 15,5 12,9 10 31,0 18,5 12,9 28,0 17,5 12,3 26,0 16,0 12,5 11 31,0 19,6 12,2 28,0 18,5 11,6 26,0 17,4 11,5 12 31,0 20,5 11,6 28,0 19,5 11,0 26,0 18,5 10,8 13 31,0 21,1 11,3 28,0 20,0 10,8 26,0 19,5 10,3 14 30,0 22,5 10,3 27,0 20,5 10,1 25,0 20,0 9,6 15 27,9 23,0 9,3 26,0 21,8 9,2 24,5 20,6 9,1 16 27,1 24,5 8,5 25,5 23,1 8,5 23,5 21,8 8,3 17 26,0 25,0 8,0 24,5 24,1 7,8 22,0 23,0 7,4 18 24,9 26,0 7,4 23,5 25,2 7,2 21,0 24,2 6,7 19 24,1 27,5 6,7 22,5 26,4 6,6 20,0 25,5 6,0 20 23,1 28,5 6,2 21,5 27,8 5,9 19,0 26,6 5,5 21 21,9 29,0 5,8 21,0 28,6 5,6 18,0 27,4 5,1 22 19,8 30,0 5,1 19,0 29,4 5,0 17,0 28,4 4,6 23 18,9 30,5 4,8 18,0 30,1 4,6 16,0 29,4 4,2 24 18,1 31,9 4,4 17,0 31,0 4,2 15,0 30,4 3,8 25 17,1 32,4 3,9 16,0 32,0 3,8 14,0 31,2 3,6 Jumlah 553,0 481,8 249,4 505,3 462,5 235,3 461,2 442,4 227,7 Rata-rata 24,0 20,9 10,8 22,0 20,1 10,2 20,0 19,2 9,9 Sumber : Lubis, 2008

Keterangan: TBS = Tandan Buah Segar ( ton/ha/thn ).

RBT = Rerata Berat Tandan ( kg/tandan )

RJT = Rerata Juumlah Tandan ( tandan/pohon )

(6)

8 2.3 Prinsip Pemupukan

Biaya pemupukan mencapai 50% dari total biaya pemeliharaan. Karena itu, untuk mengupayakan efisiensi pemupukan perlu diterapkan empat tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat jumlah (dosis) (Sunarko, 2009).

2.3.1 Jenis Pupuk

 Berdasarkan bahan penyusunannya, jenis pupuk dibedakan menjadi pupuk organic dan pupuk anorganik. Pupuk organic digunakan untuk memperbaiki sifat fisik tanah (struktur tanah). Sementara itu, pupuk anorganik berfungsi untuk memperbaiki sifat kimia tanah (kandungan unsur hara).

 Pupuk anorganik meliputi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal berarti hanya mengandung satu unsur, sedangkan pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur.

 Pupuk yang mengandung unsur N, di antaranya pupuk Urea (46%) dan pupuk ZA (21%).

 Pupuk yang mengandung unsur P, di antaranya pupuk SP 36 (36%), pupuk RP (30%), dan pupuk TSP (45%). Unsur P dalam seluruh pupuk tersebut berbentuk senyawa P

2

O

5

 Pupuk yang mengandung unsur K, di antaranya pupuk MOP (60%), pupuk ZK (50%), dan pupuk Abu Janjang (35%). Unsur K dalam seluruh pupuk tersebut berbentuk senyawa K

2

O.

 Pupuk yang mengandung unsur Mg, di antaranya pupuk Kieserite (26%) dan pupuk Dolomit (18%). Unsur Mg dalam seluruh pupuk tersebut berbentuk senyawa MgO.

 Pupuk yang mengandung unsur B, misalnya pupuk HGF Borate (46%) dalam bentuk senyawa B

2

O

5.

 Pupuk majemuk (compound), misalnya Rustika yang mengandung

unsur N,P,K, dan Mg dengan komposisinya 15-15-6-4 atau 12-12-17-2.

(7)

9

 Pemupukan dapat menggunakan pupuk tunggal atau pupuk majemuk.

Kelebihan pupuk tunggal, di antaranya dosis dapat tepat sesuai kebutuhan. Namun, waktu pemupukan menjadi lama dan tenaga kerja yang dibutuhkan menjadi lebih banyak. Karena itu, biaya pemupukan menjadi mahal. Sedangkan, penggunaan pupuk mejemuk lebih sulit untuk mendapatkan dosis yang tepat. Namun, biasanya waktu pemupukan lebih cepat dan biaya pemupukan lebih murah (Sunarko, 2009).

2.3.2 Waktu Pemupukan

 Pemupukan biasanya dilakukan sebanyak dua kali per tahun, yakni pada awal musim hujan (Oktober) dan akhir musim hujan (April).

 Pupuk Rock Phosphate (RP) tidak boleh diberikan bersamaan dengan pupuk lainnya. Waktu pemberian setiap pupuk biasanya tidak bersamaan.

 Pupuk ZA, MOP, dan Kieserite diberikan dalam waktu hampir bersamaan.

 Perbedaan waktu antara pemberian pupuk ZA dan Rock Phosphate (RP) sekitar satu bulan. Pupuk ZA sebaiknya diberikan setelah apllikasi pupuk RP (Sunarko, 2009).

2.3.3 Cara Pemupukan

 Pemberian pertama pupuk ZA (umur satu bulan) dilakukan dengan cara ditabur secara merata, dari pangkal pohon hingga 30 cm dari pangkal pohon.

 Pupuk ZA, Rock Phosphate (RP), MOP, dan Kieserite di aplikasikan dengan cara ditabur secara merata di seluruh bagian, dari pangkal phon hingga sejajar tajuk terluar.

 Pupuk tunggal tidak boleh dicampur, melainkan ditebar secara

berurutan (kecuali RP/TSP). Jarak penempetan pupuk dari pohon untuk

(8)

10

N,P,K dan Mg masing-masing 40, 75, 125, dan 175 cm (Sunarko, 2007).

2.3.4 Dosis Pemupukan

Pemupukan di lapangan dilakukan atas rekomendasi pemupukan untuk areal tersebut. Rekomendasi pemupukan di suatu areal didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil pengamatan lapangan, potensi produksi, pelaksanaan pemupukan sebelumnya, serta hasil percobaan pemupukan pada tanaman kelapa sawit (Sastrosayono, 2003).

Tabel 2.4 Kisaran dosis optimum pemupukan tanaman menghasilkan (TM) Umur

Tanaman Unsur Hara Jenis Pupuk

Kisaran Dosis Pupuk (kg/pohon/tahun) Minimum Maksimum

2-5 tahun

Nitrogen Sulfat amonia (SA) 1,0 2,5

Urea 0,5 1,5

Fosfor Rock phosphate

(RP) 0,5 1,0

Kalium Muriate potash

(MOP) 1,0 2,5

Magnesium Kieserite 0,5 1,0

6-12 tahun

Nitrogen Sulfat amonia (SA) 2,0 4,0

Urea 1,0 3,0

Fosfor Rock phosphate

(RP) 1,0 2,0

Kalium

Muriate potash

(MOP) 1,5 3,0

Abu Janjang 2,0 4,0

Magnesium Kieserite 1,0 2,0

Lebih dari 12 tahun

Nitrogen Sulfat amonia (SA) 1,5 2,5

Urea 1,0 2,0

Fosfor Rock phosphate

(RP) 0,5 1,0

Kalium

Muriate potash

(MOP) 1,5 2,0

Abu Janjang 2,0 3,0

Magnesium Kieserite 0,5 1,5

Sumber : Sastrosayono, 2003

(9)

11 2.4 Manajemen Pemupukan

Mengingat biaya pemupukan yang cukup tinggi maka pemupukan harus dilakukan secara efektif dan efisien. Hal ini menyangkut jenis pupuk, dosis pupuk, waktu pemupukan, dan metode pemupukan. Oleh sebab itu manajemen kebun perlu melakukan persiapan dan pengawasan secara ketat sehingga aplikasi pupuk dapat mencapai sasaran (PPKS, 2003).

2.4.1 Persiapan Administrasi

 Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh Asisten afdeling.

 Rencana Pemupukan dibuat rangkap 4 untuk Administratur, Asisten Kepala, Bagian Gudang, dan Asisten afdeling yang bersangkutan.

 Lembar rencana pemupukan berisi afdeling, TT, blok, luas, jumlah pokok produktif, jenis pupuk, dosis per pohon, jumlah pupuk, dan waktu pemupukan.

 Permintaan kebutuhan pupuk dan persiapan kebutuhan tenaga penebar dan pengecer dan pengangkutan pupuk. Untuk areal rata dibutuhkan 2 orang penabur dan 1 orang tenaga pengecer (2:1) dan untuk areal jurangan 3 orang penabur dan 2 orang tenaga pengecer (3:2). Norma tenaga kerja yang diperlukan untuk pemupukan TM adalah 0,5-1,0 HK/ha/aplikasi.

 Membuat rencana mingguan dan rencana harian pemupukan. Rencana pemupukan harian dibuat oleh Asisten afdeling rangkap 5 (lima) untuk : Asisten Kepala, Asisten afdeling, Mandor 1, Mandor Pupuk, Kepala group pemupukan. Rencana ini merupakan pedoman dalam pelaksanaan di lapangan.

 Membuat peta rencana pemupukan harian

 Menggambarkan arah pelaksanaan pemupukan dan penentuan SPK dan SPB.

 Dibuat rangkap 5 (lima) dengan pendistribusian untuk Asisten afdeling,

Mandor 1, Mandor Pupuk, Kerani.

(10)

12

 Membuat barchart pemupukan yang menggambarkan rencana dan realisasi pemupukan.

 Menentukan letak SPB (5-10/ha/SPB) dan letak SPK (2 ha/SPK).

 Permintaan Kendaraan dilakukan minimal 24 jam sebelum pelaksanaan pemupukan. Dalam permintaan pengangkutan harus dicantumkan jumlah pupuk yang diangkut per hari.

 Pengangkutan pupuk ke lapangan harus dilakukan paling lambat jam 06.00 WIB, sedangkan regu pemupuk harus sudah sampai di lapangan (blok) pada jam 06.30 WIB untuk memulai pemupukan (PPKS, 2003).

2.4.2 Persiapan Lapangan

 Pembenahan tapak kuda, teras kontur, silfit, rorak, penyiangan piringan harus sudah dilakukan sebelum pemupukan.

 Pada piringan pohon yang berbatasan dengan parit, rorak dan teras jalan supaya penebaran pupuk jangan sampai ke pinggir/kedalam parit, rorak, tebing atau teras jalan.

 Pupuk yang menggumpal agar ditumbuk sampai halus, bila perlu diayak kemudian dapat ditabur (PPKS, 2003).

2.4.3 Persiapan Alat dan Bahan

 Takaran pupuk yang digunakan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, mengingat setiap jenis pupuk mempunyai volume yang berbeda walaupun beratnya sama (BV berbeda). Takaran pupuk disesuaikan kepada setiap jenis dan dosis pupuk. Alat lain yang perlu disiapkan : ember atau karung tempat pupuk, cangkul/skop, kain gendong, sarung tangan.

 Luas areal yang dapat di premikan maksimum 30% dari luas areal yang dipupuk pada hari tersebut.

 Penebaran pupuk dilakukan dengan menggunakan sapu lidi dengan

panjang 15-20 cm berbentuk kipas, sehingga pupuk tersebar merata

(PPKS, 2003).

(11)

13

2.4.4 Persiapan Pengangkutan (Transport)

Transport pupuk harus diatur sehari sebelumnya agar pupuk pagi-pagi sudah ada di blok (hubung traksi, gudang). Pengeceran pupuk di blok dari arah- arah transport harus diatur oleh petugas yang terlatih untuk menunjukkan lokasi penaburan dan menetapkan jumlah kantong per tumpuk untuk setiap interval baris tertentu berdasarkan peta detail blok atau angka sensus pohon.

Kantong atau bungkusan pupuk harus ditumpuk dipiringan dan tidak dibenarkan diletakkan dipasar atau parit.

2.5 Organisasi Pemupukan

Agar pelaksanaan pemupukan dapat berjalan lancar dan memperoleh hasil yang optimal, maka pelaksanaanya perlu di organisasikan sebagai berikut :

 Setiap hari hanya di perkenankan memupuk satu jenis pupuk saja di setiap afdeling.

 Tukang ecer pupuk bertugas mengecerkan pupuk dilapangan (tempat- tempat yang telah ditentukan).

 Pengeceran pupuk harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tukang tabur tidak perlu mencari-cari lagi saat akan mengambil pupuk yang akan ditabur.

 Tukang tabor pupuk bertugas memberikan pupuk sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

 Tukang buka dan pengumpul goni bertugas membedah kantong plastik dan menuangkan pupuk kedalam ember serta mengumpulkan goni eks pupuk.

2.6 Pelaksanaan Pemupukan

 Tenaga penabur sudah terlatih dan tersedia sesuai kebutuhan.

 Pupuk diecer ke blok oleh tenaga yang telah tersedia.

 Penaburan pupuk sesuai jalurnya (barisan) masing-masing.

 Pupuk ditabur di sekeliling piringan penuh, tidak dibenarkan penaburan

yang terputus-putus. Tenaga penabur dapat dilaksanakan dengan KHL,

(12)

14

disesuaikan dengan tenaga tersedia. Pada sistem benam, lubang bekas pemupukan ditutup kembali.

 (HK/ha) : Membuat RK,SPK,SPB : 0,04, Mengangkut pupuk : 0,18, Mengumpul goni 0,04, Menabur : 0,30.

 Sistem pemupukan adalah ancak giring, dimana pekerja digiring ke 1 blok hingga selesai, kemudian baru pindah ke blok lain.

 Pupuk ditabur di piringan, 1 orang penabur berjalan sekaligus 2 baris tanaman (gawangan).

 Jarak tabur pupuk tergantung kepada perkembangan pohon, tepatnya jalur penaburan harus di bawah proyeksi ujung tajuk (PPKS, 2003).

2.7 Pengawasan Pemupukan

Mengingat biaya pemupukan cukup mahal, maka diperlukan pengawasan dan pelaksanaan di lapangan dengan intensif dan ketat oleh :

 Mandor Pupuk : Sepanjang hari pemupukan

 Mandor Besar : Sepanjang hari pemupukan

 Asisten Afdeling : Setiap hari pemupukan

 Asisten Kepala : Semua Afdeling, setiap hari pemupukan

 Administratur : Kunjungan mendadak (PPKS, 2003).

2.7.1 Prosedur Pengawasan

 Selama pelaksanaan pemupukan, harus langsung diawasi oleh Asisten Afdeling, dibantu oleh Mandor 1.

 Asisten kepala mengawasi secara periodik dengan volume pada areal yang baru selesai dipupuk.

 Administratur melakukan pengawasan on spot (sidak). Kantor Direksi melakukan pengawasan secara teratur dan berkesinambungan.

 Setelah selesai pemupukan, pada hari itu juga administrasinya

diselesaikan.

(13)

15

 Goni bekas pupuk dikumpulkan dan dihitung. Jumlah goni pupuk harus sesuai dengan yang diserahkan dan diterima oleh Afdeling.

 Mengingat sangat pentingnya fungsi pemupukan bagi tanaman kelapa sawit, disamping biaya pemupukan yang cukup besar, maka kegiatan Asisten Afdeling diarahkan sepenuhnya ke pelaksanaan pemupukan dan tidak diperkenankan meninggalkan areal pada saat ada pelaksanaan pemupukan (PPKS, 2003)

2.7.2 Keamanan

Keamanan pupuk yang telah diecer harus terjamin (aman pencurian,

pembuangan/menyembunyikan pupuk ke gawangan atau parit), untuk itu

agar dilakukan pengawasan oleh Hansip dan petugas di Afdeling.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit Pada Tanah Mineral  N o  Karakteristik Lahan  Sim bol
Tabel 2.3   Potensi produksi kelapa sawit umur 3-25 tahun pada setiap KKL  Umur
Tabel 2.4 Kisaran dosis optimum pemupukan tanaman menghasilkan (TM)  Umur

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Independen Bauran Promosi (X) Periklanan (X1) Promosi Penjualan (X2)

Dalam hal ini Pak Bogi memberikan contoh sebagai berikut: “Misalnya Pak Lutfi dan Bu Arin yang bekerja pada satu divisi dengan jenis pekerjaan yang sama,

menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai dengan metode biaya historis tidak memberikan informasi yang digunakan oleh pasar modal dalam penilaian saham tetapi, pada saat

Dalam rangka introduksi energi nukllir dalam sistem kelistrikan di Indonesia (PLTN) dan rencana pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE), BAPETEN sebagai

Gerakan inti ketiga, satu kaki diayun ke depan, sedikit melompat, kedua tangan ayun lurus ke depan, tangan ditekuk di depan dada, melompat rendah, kemudian satu kaki

Hasil penelitian menunjukan bahwa unsur perbuatan melawan hukum dalam transaksi e-commerce adalah adanya perbuatan yang melanggar undang- undang yang berlaku, atau