BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Majunya teknologi informasi dan komunikasi sekarang menawarkan berbagai kemudahan di segala aspek kehidupan manusia. Kebutuhan akan komunikasi semakin mudah, di mana jarak, ruang, dan waktu, tidak lagi menjadi suatu masalah. Kini jarak sejauh apapun dapat ditempuh dalam hitungan detik saja serta ruang antar negara tidak ada batasnya lagi. Berbagai macam arus informasi dari mediapun, seperti cetak, elektronik, maupun online turut hadir di tengah masyarakat sekarang ini.
Berkembangnya teknologi komunikasi semakin tidak terhalang lagi.
Yang dimana telah berpengaruh pada percepatan perubahan untuk mengarah ke masyarakat informasi. Teknologi komunikasi menjadi semacam komoditas dalam masyarakat informasi, masyarakat yang ditandai mendominasi di sektor informasi dalam kehidupan manusia. Kemudian terciptanya teknologi informasi seperti komputer, telepon genggam, perangkat pintar seperti tablet, maupun netbook yang dapat terhubung dengan internet. Berbagai kendala komunikasi yang dihadapi mampu dijembatani dengan inovasi yang menggunakan internet.
Hadirnya teknologi komunikasi berupa new media seperti situs media online yang merupakan produk dari pesatnya perkembangan teknologi internet di dunia jurnalisme. Kemunculan dari media baru ini sejalan dengan perkembangan masyarakat yang semakin bergerak maju dalam mencari sebuah informasi.
Populasi dari berita online pun terus tumbuh. Begitu juga dengan persaingan industri dari situs berita online menjadi ketat. Karakter berita online yang unggul dalam kecepatan menyampaian beritanya, berupaya merebut hati pembaca dengan menyajikan informasi yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
Media massa dianggap turut memberi andil dalam memoles kenyataan sosial. Bahkan Marshall McLuhan menyebutkan, media telah ikut mempengaruhi perubahan bentuk masyarakat. Media tidak hanya memenuhi kebutuhan manusia akan informasi atau hiburan, tetapi juga ilusi dan fantasi yang mungkin belum pernah terpenuhi lewat saluran-saluran komunikasi tradisional lainnya (Ibrahim, 2011: 85).
Situs media online tentunya telah memiliki cara tersendiri dalam menyajikan berita. Dari wartawan atau media mempunyai latar belakang dan berbagai faktor lain selama melaporkan dan menulis berita, seperti dari cara berpikir, bertindak, dan memilih informasi yang mempengaruhinya. Berkaitan dengan itu, sikap tidak memihak dan sikap jujur media serta kredibiltas berita ketika melaporkan peristiwa menjadi poin utama. Tentu ada banyak hal yang perlu diperhatikan selama penulisan berita, karena setiap pemberitaan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat sebagai penerima informasi tentunya dapat mengiring opini sesuai dengan konstruksi yang dilakukan oleh media. Yang di mana fakta-fakta yang ada akan dikonstruksi sesuai dengan frame media, tidak bergitu saja diberitakan dan disajikan langsung kepada masyarakat.
Menurut penjelasan dari Tamburaka (2012), mengungkapkan ada peran dalam menyeleksi suatu peristiwa yakni gatekeeper. Peran dari gatekeeper sebagai penyeleksi informasi yang akan disiarkan kepada khalayak atau pembaca. Diantaranya, mereka merupakan wartawan, desk surat kabar, editor, dan sebagainya.
Sebelumnya sepanjang tahun 2018 bencana silih berganti menerpa Indonesia. Salah satu wilayah tedampak bencana tsunami adalah wilayah Selat Sunda Desember 2018 lalu berada di Banten. Indonesia juga tak ketinggalan menjadi berita utama media di dunia internasional, akibat dari fenomena bencana alam tersebut yang menyebabkan kematian ratusan ribu manusia hingga hewan dan menghancurkan sejumlah infrastruktur yang ada. Akan tetapi bukan hanya karna kerusakkan akibat bencana yang menjadi sorotan, melainkan fenomena
yang memperlihatkan sejumlah orang selfie sambil tersenyum dengan latar lokasi yang digenangi air akibat bencana tsunami.
Berawal dari laman media asal Inggris, The Guardian yang berjudul
“Destruction gets more likes’: Indonesia’s tsunami selfie-seekers” yang diberitakan oleh wartawannya pada tanggal 26 Desember 2018. Menemukan fakta adanya perilaku sejumlah orang terkait aktivitas selfie di lokasi bencana demi mendapatkan sebuah „like‟ di akun media sosial. Dari hasil wawancaranya pada beberapa pengunjung yang datang seperti Solihat dan tiga temanya, berikut ini:
Solihat, 40, said she had travelled two hours to the site from the city of Cilegon. “She and her friends from a Cilegon women‟s Islamic group took clothing donations for people displaced by the tsunami. “The photo is on Facebook as proof that we are really here and gave the aid,”
she said (Paragraf 5).
And when asked if it was appropriate to be taking selfies in front of a body of water that could be hiding undiscovered corpses, Solihat said: “It depends on your intention. If you take selfies for showing off, then don‟t do it. But if you do it to share grief with other people, it‟s OK”
(Paragraf 12).
Dari tulisan artikel tersebut jelas menunjukkan sekali tidak banyak dari pengambilan selfie dengan sikap yang menunjukkan bahwa mereka berusaha untuk berbagi kesedihan. Tindakan aktivitas selfie di lokasi bencana tentunya menjadi fenomena miris yang kerap ditemui di Indoensia. Dianggap menjadi penyebab hilangnya kepedulian dan empati terhadap korban bencana, termasuk juga adanya pengaruh media sosial yang mendorong penggunanya menjadi ingin selalu tampil bahkan di lokasi yang tidak biasa atau bencana.
Mengenai pemberitaan tersebut, peneliti memilih pemberitaan aktivitas selfie sebagai tema untuk dijadikan objek penelitian. Artikel tersebut menjadi sorotan karena kasus ini berkaitan dengan pudarnya sikap empati dan sensitivitas sosial di sejumlah masyarakat. Kejadian ini tentu menarik untuk diteliti lantaran merupakan bagian dari budaya modern saat ini.
Penulisan sebuah berita diatas dikonstruksikan dari hal yang dinamakan realitas, namun terkadang hal realitas itu di konstruksikan tidak sesuai dengan realitas yang ada, yang mana sebuah berita yang dikonstruksikan tidak sesuai dengan hasil yang konstruksinya, yang artinya berita yang disampaikan dalam media ternyata menyimpan persepsi penulis.
Selain itu, sebuah berita dibentuk dari hal yang dinamakan realitas, yang mana terkadang realitas yang disampaikan dalam media tersebut tidak sama dengan realitas yang dibingkai. Berita yang diterbitkan di media adalah hasil bentukan dari pengetahuan dan pikiran dari wartawan. Artinya bahwa sebelum memuat sebuah berita, berita tersebut sudah dibentuk sesuai dengan kepentingan dan ideologi media.
Begitu pula dengan Kompas.com dengan Detik.com aktif dalam menyoroti peristiwa isu-isu sosial. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kedua situs berita itu dalam membingkai dan mengemas sebuah atau suatu berita memiliki konsep yang berbeda dalam membingkai sebuah berita/peristiwa. Dan juga memiliki ideologi dan gayanya masing-masing dalam memberitakan sebuah berita untuk di komsumsi oleh khalayak, seperti halnya Kompas.com dalam isi tulisannya disampaikan dengan lebih detail dan memiliki gagasan yang kuat, lantaran data yang disampaikan telah menjadi landasan untuk isi tulisan tesebut.
Sedangkan data yang diberikan Detik.com jika dicermati tidak terlalu terperinci dan kebanyakan dari isi tulisannya lebih menceritakan tentang permukaan masalah saja. Dari situ dapat dipahami bahwa Detik.com yang menjadi hal penting lebih menampilkan nilai kehangatan beritanya.
Sehingga terkait dengan artikel media asing yang memberitakan aktivitas selfie di lokasi bencana. Kompas.com dan Detik.com juga sama-sama membahas mengenai topik yang sama dan bagaimana kedua situs itu mengemas suatu/sebuah realitas yang ada dari tindakan masyarakat yang menjadikan lokasi bencana sebagai ajang selfie. Seperti halnya peristiwa lain, berita tentang selfie
juga ikut melalui rangkaian konstruksi yang disuguhkan oleh media. Berita telah dikonstruksi sesuai dengan ideologi dan kepentingan dan gaya masing-masing media dalam menciptakan opini atau pandangan di masyarakat. Dari situlah peneliti dapat mengukur tingkat kewajaran dari media dalam membingkai berita tersebut.
Untuk membingkai dan mengkonstruksikan suatu realitas dari berita yang ada maka peneliti akan memakai analisis framing milik Robert N Entman.
Menurut peneliti model ini berfungsi menganalisis bagaimana media membingkai suatu peristiwa, kemudian yang dimana melibatkan seleksi isu dan menonjolkan aspek tertentu hingga makna penting yang menunjukkan bahwa berita tersebut menjadi sorotan khalayak aatau pembaca.
Selain itu, framing Robert N. Entman itu sendiri dibagi menjadi empat elemen dalam buku Eryanto (2002:223).yaitu: Define Problems (pendefinisian masalah), yaitu bagaimana suatu peristiwa dilihat sebagai apa, Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah), memperkirakan masalah atau sumber dari masalah, Make Moral Judgement (membuat pilihan moral), nilai moral apa yang ingin disajikan dalam berita, Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian), yaitu penyelesaian apa yang ingin ditawarkan untuk mengatasi konflik tersebut.
Maka dari itu, peneliti ingin mencermati bagaimana situs Kompas.com dan Detik.com membingkai dan mengkonstruksi realitas yang ada dari aktivitas selfie tersebut yang telah dirangkai dalam sebuah berita. Sehingga dari perihal memaparkan fakta dan opini yang telah diuraikan. Peneliti kini tertarik untuk menjalankan sebuah penelitian berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Media Online Mengenai Selfie Di Lokasi Bencana Tsunami Banten (Studi Pada Situs Berita Kompas.com dan Detik.com Periode 27-28 Desember 2018) ini.”
1.2 Rumasan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan oleh peneliti terkait aktivitas selfie di lokasi bencana. Maka dari itu, peneliti telah merumuskan masalah yang terjadi mengenai bagaimana perbandingan framing pemberitaan situs media online terkait aktivitas selfie di lokasi bencana tsunami Banten pada situs media online Kompas.com dan Detik.com?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis framing yang dilakukan media online pada pemberitaan terkait aktivitas selfie di lokasi bencana tsunami Banten melalui situs Kompas.com dan Detik.com.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini bertujuan, sebagai berikut:
1. Akademis
Penelitian ini dilakukan dengan harapan mampu memberikan pandangan mengenai pembingkaian berita dari tindakan masyarakat yang melakukan selfie di lokasi bencana tsunami Banten yang dilakukan situs Kompas.com dan Detik.com.
2. Praktis
Penelitan ini diharapkan tetap mampu menjelaskan secara sederhana bagaimana pembingkaian berita yang dilakukan situs media online selama memberitakan tindakan masyarakat terkait aktivitas selfie di lokasi bencana tsunami Banten tahun 2018 edisi 27-28 Desember yang dilakukan situs Kompas.com dan Detik.com.
3. Sosial
Penelitian ini juga dapat menunjukkan kepada khalayak atau pembaca mengenai proses konstruksi realitas sosial yang ditampilkan oleh media massa, tentunya agar khalayak atau pembaca mempunyai kemampuan untuk
memilih berita dan melakukan penilaian kritis kepada berita yang disajikan oleh media.