• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PROGRAM KREDIT PEMILIKAN RUMAH BERSUBSIDI SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN KEBUTUHAN RUMAH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PROGRAM KREDIT PEMILIKAN RUMAH BERSUBSIDI SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN KEBUTUHAN RUMAH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PROGRAM KREDIT PEMILIKAN RUMAH BERSUBSIDI SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN KEBUTUHAN

RUMAH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

Nayoda Agung Satria

Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Kec. Jati Agung, Lampung Selatan

E

mail: nayoda.as@gmail.com

ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk secara terus menerus menyebabkan perlu adanya penyediaan perumahan bagi penduduk, terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang sulit memiliki rumah. Maka dari itu pemerintah pusat melaksanakan program KPR bersubsidi untuk memenuhi kebutuhan rumah MBR dan mengurangi angka backlog yang terjadi. Salah satu bentuk pelaksanaan program ini adalah perumahan Assyifa 1 yang merupakan perumahan bersubsidi dengan unit rumah terbanyak di Kecamatan Natar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penyelenggaraan program KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif berdasarkan realisasi dan target penyelenggaraan program KPR bersubsidi yang tertera pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dari hasil analisis diketahui penyelenggaraan program KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 telah sepenuhnya efektif pada variabel keamanan dan kenyamanan rumah bersubsidi, dan kesesuaian penghasilan pemilik rumah bersubsidi. Untuk variabel kemudahan perolehan bantuan KPR bersubsidi dan pemanfaatan rumah bersubsidi sudah efektif namun masih terdapat ketimpangan antara target dan kondisi eksisting. Sedangkan pada variabel kelengkapan sarana dan prasarana pelaksanaan program dikatakan belum efektif dikarenakan terdapat sub variabel yang memiliki tingkat efektivitas sangat tidak efektif.

Kata Kunci : MBR, KPR, Efektivitas

I. Pendahuluan

Menurut Siahaan (2014) laju pertumbuhan penduduk membawa konsekuensi

logis diperlukannya penambahan ketersediaan pelayanan infrastruktur yang lebih

banyak, dimana salah satunya yang sangat penting dan mendesak adalah masalah

penyediaan perumahan (pemukiman) bagi penduduk. Besarnya jumlah penduduk

suatu wilayah akan sebanding dengan jumlah kebutuhan perumahan di wilayah

tersebut. Pertumbuhan penduduk yang terjadi secara terus - menerus nantinya akan

berdampak pada bertambahnya jumlah rumah yang perlu disediakan. Pentingnya

(2)

penyediaan perumahan untuk penduduk dikarenakan tidak semua masyarakat dapat membayar biaya yang dikeluarkan agar dapat memiliki rumah milik mereka sendiri, misalnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang merupakan masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Sesuai amanah dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang memperjelas bahwa negara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi setiap orang terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Keterbatasan kemampuan ekonomi MBR menyebabkan banyak MBR yang tidak dapat memiliki rumah milik mereka sendiri, sehingga yang terjadi adalah jumlah rumah yang tersedia saat ini tidak sesuai dengan jumlah rumah yang dibutuhkan.

Fenomena ini dikenal dengan istilah backlog atau kekurangan kebutuhan rumah terutama bagi MBR (Bramantyo, 2012). Dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan sebagai tempat tinggal untuk penduduknya terutama MBR, pemerintah pusat telah melakukan upaya untuk melakukan pemenuhan kebutuhan perumahan yang ditujukan kepada MBR dalam bentuk bantuan pengadaan dan pembiayaan perumahan adalah program kredit pemilikan rumah bersubsidi (KPR bersubsidi).

Program KPR bersubsidi dilakukan sejak tahun 2010 berupa pengadaan rumah sederhana sehat (RSS), serta subsidi pada pembiayaan perumahan seperti subsidi bantuan uang muka (SBUM) dimana pemerintah mensubsidi seluruh atau sebagian uang muka perolehan rumah, ataupun Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dimana fluktuasi pada bunga kredit disubsidi oleh pemerintah sehingga bunga kredit tetap sama sepanjang jangka waktu kredit (Dirjen Pembiayaan Infrastruktur PUPR, 2020).

Permasalahan dalam kekurangan kepemilikan rumah terjadi di setiap wilayah di Indonesia, misalnya Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan yang merupakan wilayah dengan jumlah backlog kepemilikan rumah terbesar di Provinsi Lampung sehingga banyak pengadaan perumahan bersubsidi dilakukan di kedua wilayah tersebut. Pengadaan perumahan di kedua wilayah tersebut umumnya dilakukan di wilayah peri urban yang memang diperuntukkan sebagai kawasan permukiman pendukung permukiman perkotaan. Dalam hal ini Kecamatan Natar merupakan kecamatan dengan lokasi paling dekat dengan pusat kota Bandar Lampung dibandingkan kawasan permukiman pendukung perkotaan lainnya yang tercantum dalam RTRW Kota Bandar Lampung. Peruntukan Kecamatan Natar sebagai kawasan permukiman perkotaan juga selaras dengan RTRW Kabupaten Lampung Selatan yang menjelaskan bahwa Kecamatan Natar merupakan kawasan peruntukan pendukung pemukiman. Karena peruntukan Kecamatan Natar merupakan kawasan permukiman sehingga terdapat sejumlah perumahan bersubsidi yang berada di Kecamatan Natar sebagai wujud pelaksanaan program KPR bersubsidi oleh Pemerintah.

Menurut data real estate indonesia (REI) salah satu perumahan bersubsidi yang

berada di Kecamatan Natar adalah Perumahan Assyifa 1 yang merupakan perumahan

bersubsidi dengan unit terbanyak dengan jumlah unit sebesar 169 rumah dan luas

(3)

lahan terbesar di Kecamatan Natar. Oleh karena itu lokasi studi terhadap efektivitas pelaksanaan program dilakukan di Perumahan Assyifa 1 yang merupakan perumahan bersubsidi dengan unit terbanyak dan luas lahan terbesar di Kecamatan Natar.

Pemilihan Perumahan Assyifa 1 sebagai lokasi studi didasarkan pada kebijakan penyelenggaraan program KPR bersubsidi terhadap kondisi ataupun pemanfaatan rumah bersubsidi hanya dapat dinilai pada 5 tahun awal sejak awal pembayaran rumah oleh MBR. Hal ini dikarenakan setelah 5 tahun hak pemanfaatan rumah bersubsidi telah sepenuhnya diberikan kepada MBR, sehingga untuk mengetahui bagaimana efektivitas serta permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program KPR bersubsidi perlu dilakukan pada perumahan bersubsidi yang telah dihuni oleh MBR kurang dari 5 tahun sejak akad rumah sehingga Perumahan Assyifa 1 dinilai cocok untuk diketahui bagaimana tingkat efektivitas dan permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan program KPR bersubsidi.

II. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas penyelenggaraan program kredit pemilikan rumah bersubsidi sebagai solusi permasalahan kebutuhan rumah masyrakat berpenghasilan rendah di Perumahan Assyifa 1, oleh karena itu dibuat sasaran penelitian sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi karakteristik fisik dan non fisik di Perumahan Assyifa 1

2. Menganalisis efektivitas dan permasalahan penyelenggaraan program KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1

III. Metode Penelitian

Sasaran pertama penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif.

Menurut Mulyadi (2011) Penelitian deskriptif (descriptive research) atau penelitian taksonomik (taxonomic research), dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena yang terjadi dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti dengan data yang didapat sebelumnya dengan cara kuesioner, wawancara, dan observasi langsung pada perumahan assyifa 1. Selanjutnya pada sasaran ke-dua juga menggunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil persentase realisasi dan target pada variabel penyelenggaraan program KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa. Rumus yang digunakan adalah rumus perhitungan persentase yang kemudian dideskripsikan, adapun rumus perhitungan efektivitas program adalah sebagai berikut:

𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 = 𝑅

𝑇 × 100%

(4)

Dimana: R = Realisasi T = Target

Marchat (2011) dalam melakukan penelitian sebelumnya untuk mengukur efektivitas program KPR bersubsidi menggunakan indikator berdasarkan acuan pada standar ukuran Litbang Depdagri sebagai berikut.

Tabel 1. 1 Standar Ukuran Sesuai Acuan Litbang Depdagri

Rasio Ukuran Tingkat Capaian

Diatas 80 Sangat efektif

60-79,99 Cukup Efektif

40-59,99 Tidak efektif

Dibawah 40 Sangat tidak efektif Sumber: Litbang Depdagri dalam Marchat, 2011

Hasil kuantitatif dari perhitungan dengan rumus di atas selanjutnya diubah atau ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Selanjutnya adalah mengetahui permasalahan dalam penyelenggaraan program KPR bersubsidi dengan cara mendeskripsikan data hasil dari observasi, dan juga perhitungan efektivitas program KPR bersubsidi.

Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling. Pemilihan metode ini dikarenakan populasi yang akan digunakan dianggap memiliki karakteristik dan peluang yang sama untuk diambil sampelnya. Penentuan sampel pada penelitian ini didasarkan pada jumlah penduduk perumahan assyifa 1.

Untuk menghitung besarnya sampel dalam penelitian ini dibutuhkan ketepatan dan dihitung menggunakan rumus (Sarwono,2006) sebagai berikut:

𝑁 1 + 𝑁(𝑑

2

)

Keterangan n = Besar sampel N = Besar populasi

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan biasanya menggunakan derajat 5%.

Teknik sampling ini merupakan pengambilan secara acak sederhana, dimana

setiap sampel memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Dari

data yang didapat dari interpretasi citra terdapat 169 rumah di Perumahan assyifa 1

maka jumlah sampel penduduk mendapatkan KPR Subsidi adalah sebagai berikut:

(5)

𝑛 = 169 1 + 169(0,05

2

)

𝑛 = 169

1 + 0,4225 𝑛 = 118 responden

Dari perhitungan di atas maka diperoleh sampel sebanyak 118 Responden masyarakat yang menghuni rumah di Perumahan Assyifa 1. Teknik sampling ini merupakan pengambilan secara acak sederhana dimana setiap sampel memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel, pengambilan sampel secara acak dikarenakan karakteristik penghuni rumah bersubsidi yang seragam dan memiliki karakteristik yang sama berdasarkan kriteria kelompok sasaran program KPR bersidi.

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Identifikasi karakteristik Fisik dan Non Fisik

1) Identifikasi Karakteristik Fisik Perumahan Assyifa 1 Berdasarkan kebijakan standar minimum pengadaan perumahan bersubsidi

dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 terdapat dua unsur fisik perumahan bersubsidi yang perlu diperhatikan dalam pengadaan perumahan bersubsidi, yang pertama adalah kondisi dari rumah bersubsidi yang terdiri dari atap, lantai, dan dinding rumah bersubsidi, dan yang kedua adalah ketersediaan sarana dan prasarana di dalam kawasan perumahan bersubsidi tersebut seperti jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan jalan, dan saluran drainase.

a) Karakteristik Rumah Bersubsidi di Perumahan Assyifa 1

Berikut adalah hasil analisis yang dilakukan terhadap kondisi rumah bersubsidi yang terdapat di Perumahan Assyifa 1 berdasarkan hasil wawancara terhadap PT.

Adjie Bangun Properti dan observasi langsung terhadap rumah bersubsidi.

1. Atap

Kementerian PUPR dalam Pedoman Dasar - Dasar Rumah Sederhana Sehat

(2017) menjelaskan bahwa atap sebuah sebuah rumah terdiri dari penutup atap,

rangka atap, dan langit-langit/plafon. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

terhadap atap rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 diketahui bahwa penutup

atap rumah menggunakan material baja ringan. Menurut Kuswanto (2020)

Penggunaan bahan baja ringan sebagai penutup atap rumah bersubsidi dikarenakan

(6)

baja ringan dinilai memiliki biaya yang lebih ekonomis, selain itu juga pemasangan baja ringan lebih praktis dan cukup tahan lama jika digunakan sebagai penutup atap rumah karena ketahanannya terhadap perubahan cuaca. Untuk rangka atap rumah bersubsidi juga menggunakan kuda - kuda berbahan baja ringan, pemasangan kuda - kuda menggunakan baja ringan membuat struktur bangunan tidak lagi menopang beban yang berat namun tetap kuat, karena material baja ringan memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan penggunaan material kayu dan dapat mempercepat proses pengerjaan kuda kuda. Sedangkan plafon menggunakan bahan triplek untuk meminimalisir ongkos dan mempercepat pembangunan rumah bersubsidi.

2. Lantai

Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor: 403 /Kpts /M /2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) menjelaskan bahwa struktur lantai yang dilihat untuk memastikan lantai memenuhi standar keselamatan, keamanan, dan kehandalanan bangunan adalah pondasi suatu rumah, karena pondasi merupakan struktur dasar bangunan yang memastikan berdirinya sebuah rumah. Namun selain dari pondasi terdapat juga bagian lain seperti permukaan lantai yang juga akan di observasi.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap struktur lantai hunian rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 diketahui bahwa pondasi yang dibangun menggunakan sistem pondasi telapak (pondasi setempat) sedangkan material yang menggunakan batu kali dengan cara pemasangan dua susun. Pembuatan pondasi menggunakan metode ini dianggap telah cukup untuk menjamin kekokohan pondasi dikarenakan cukup tebal dan ditambah dengan coran semen dengan tulangan besi di setiap sudutnya. Untuk permukaan lantai menggunakan bahan keramik agar lebih mudah dibersihkan.

3. Dinding

Dinding merupakan unsur vital pada sebuah rumah yang berfungsi sebagai penopang untuk menghubungkan antara bagian atap dan lantai rumah sehingga memastikan berdirinya sebuah rumah. Rumah yang memiliki atap dan lantai yang baik akan percuma jika tidak memiliki dinding yang baik, karena tidak dapat memberikan keamanan dan kenyaman bagi penghuni rumah tersebut. Maka dari itu dinding sebuah rumah harus memenuhi standar keamanan, kenyamanan serta kehandalan bangunan agar dapat dikatakan baik.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap struktur dinding rumah

bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 dapat diketahui bahwa dinding rumah dibangun

menggunakan tembok bata dengan coran beton bertulang disetiap sudutnya, namun

tembok bata pada rumah bersubsidi tidak dilakukan pengacian atau penghalusan

permukaan tembok pada plesteran semen sehingga permukaan tembok rumah

bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 cukup kasar.

(7)

b) Karakteristik Sarana dan Prasarana Perumahan Assyifa 1

Salah satu ciri khas perumahan bersubsidi adalah kelengkapan sarana dan prasarana yang masih minim, hal ini dikarenakan pada jenis perumahan bersubsidi pengembang tidak dapat menaikkan harga jual bangunan dan fasilitas pendukung operasional seperti halnya pada perumahan menengah atas dan mewah, dimana harga sarana dan prasarana perumahan ikut dibebankan pada pembeli rumah tersebut (Sastra M & Marlina, 2006). Oleh karena itu penyediaan sarana dan prasarana menjadi hal yang sangat diperhatikan ketersediaannya yang karena merupakan kebutuhan utama masyarakat didalam lingkungan perumahan.

1. Jaringan Air

Berdasarkan hasil penelitian diketahui penyediaan sumber air di Perumahan Assyifa 1 menggunakan sistem non perpipaan berupa sumur bor, penyediaan sumur bor di Perumahan Assyifa 1 dilakukan oleh pihak pengembang dimasa pembangunan rumah bersubsidi dan memiliki kedalaman 12 m. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 14 /Prt/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menjelaskan bahwa kebutuhan pokok air bersih setiap orang/penduduk minimal 60 Liter/hari. Penyediaan sumur bor sedalam 12 m sebagai jaringan air bersih di Perumahan Assyifa 1 dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal air bersih tiap orang.

2. Jaringan Listrik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, seluruh unit rumah yang dibangun sudah dilengkapi jaringan listrik dengan besar tegangan 900 WATT.

Besarnya tegangan listrik tersebut dinilai sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penghuni rumah bersubsidi yang notabenya merupakan golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

3. Jaringan Jalan

Berdasarkan observasi pada jaringan jalan di Perumahan Assyifa 1 diketahui bahwa terdapat dua jalan lingkungan yang berada di kawasan Perumahan Assyifa 1 yaitu jalan lingkungan yang menghubungkan Perumahan Assyifa 1 dengan jalan arteri primer, dan jalan lingkungan penghubung antar blok dalam kawasan perumahan.

Jalan lingkungan pertama merupakan jalan masuk menuju Perumahan Assyifa 1

dengan total lebar 8 m, jalan lingkungan ini menghubungkan Perumahan Assyifa 1

dengan jalan arteri primer dan jenis konstruksi jalan yang digunakan berupa batu

kerikil dan pasir. Jalan lingkungan kedua memiliki lebar 5 m merupakan jalan

penghubung antar blok perumahan Assyifa 1 dan konstruksi jalan menggunakan batu

dan pasir atau hanya tanah saja tergantung dari ketersediaan penduduk membangun

jalan blok rumah milik mereka.

(8)

4. Saluran Drainase

Berdasarkan hasil penelitian di Perumahan Assyifa 1 sudah terdapat saluran drainase buatan di sepanjang sisi jalan lingkungan perumahan. Selain menyalurkan air hujan drainase di Perumahan Assyifa 1 juga menyalurkan limbah rumah tangga penduduk perumahan menuju drainase alami terdekat di sekitar perumahan.

2) Identifikasi Karakteristik non Fisik Perumahan Assyifa 1

Kriteria non fisik yang dimaksud disini merupakan karakteristik dari pemilik rumah bersubsidi itu sendiri, karena pada dasarnya Penyelenggaraan Program KPR bersubsidi adalah pemberian subsidi pada pembayaran rumah kepada masyarakat golongan tertentu (MBR) oleh karena itu karakteristik MBR merupakan aspek non fisik yang sangat diperhatikan. Oleh karena itu terdapat penerapan persyaratan yang diberlakukan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan bantuan KPR bersubsidi berdasarkan kebijakan yang diberlakukan agar pembeli rumah bersubsidi sesuai dengan kriteria kelompok sasaran KPR bersubsidi. kebijakan ini diberlakukan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan penyelenggaraan program KPR bersubsidi dapat berjalan dengan efektif. Kelompok sasaran yang ingin membeli rumah bersubsidi perlu melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 untuk mendapatkan bantuan KPR bersubsidi.

Berikut merupakan persyaratan yang perlu dipersiapkan oleh kelompok sasaran yang diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016:

a) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);

b) Surat Keterangan Domisili dari Desa/Kelurahan setempat dalam hal kelompok sasaran tidak bertempat tinggal sesuai dengan alamat KTP;

c) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

d) fotokopi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi;

e) Surat pernyataan penghasilan yang ditandatangani pemohon di atas meterai dan diketahui oleh:

1. pimpinan instansi tempat bekerja untuk masyarakat berpenghasilan tetap;

atau

2. kepala desa/lurah setempat untuk masyarakat berpenghasilan tidak tetap.

3. surat pernyataan tidak memiliki rumah yang diketahui instansi tempat bekerja atau kepala desa/lurah tempat KTP diterbitkan;

Untuk pelaksanaan program KPR bersubsidi yang diberlakukan di Assyifa 1 pemberian bantuan KPR bersubsidi diawali dengan kelompok sasaran melakukan pemberkasan permohonan bantuan KPR bersubsidi berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan dan instruksi dari PT. Adji Bangun Properti selaku pengembang Perumahan Assyifa 1.

Berikut adalah persyaratan yang dibutuhkan untuk mengajukan pembelian perumahan

bersubsidi di perumahan Assyifa 1

(9)

Tabel 1. 2 Persyaratan Pengajuan bantuan KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1

No Keterangan Pekerjaan

Pegawai Swasta/PNS Wiraswasta

1 KTP ✓ ✓

2 NPWP ✓ ✓

3 NPWP Usaha × ✓

4 Kartu Keluarga ✓ ✓

5 Buku Nikah/ Surat Keterangan Belum Menikah

✓ ✓

6 SPT Tahunan ✓ ✓

7 SK Kerja ✓ ×

8 Surat Keterangan Usaha × ✓

9 Slip Gaji ✓ ×

10 Surat Keterangan Belum Memiliki Rumah

✓ ✓

11 Form FLPP & SBUM ✓ ✓

12 Surat Keterangan Domisili ✓ ✓

Sumber: PT. Adjie Bangun Properti, 2020

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa kebutuhan dokumen yang diperlukan

dalam mengajukan pembelian di perumahan Assyifa 1 menyesuaikan dengan

persyaratan permohonan bantuan KPR bersubsidi oleh kelompok sasaran yang diatur

dalam permen PUPR no 21 tahun 2016. Namun terdapat beberapa dokumen

tambahan yang diperlukan seperti SK kerja atau SK usaha serta from pengajuan

FLPP dan SBUM yang disediakan oleh PT Adjie Bangun Properti, yang diperlukan

sebagai bahan analisa kelayakan yang untuk pertimbangan pemberian bantuan subsidi

kepada pemohon bantuan KPR bersubsidi. Selain itu berdasarkan daftar persyaratan

yang diberikan oleh PT Adjie Bangun Properti calon debitur dikelompokan menjadi

dua jenis pekerjaan yaitu PNS/pegawai swasta dan Wiraswasta. Untuk alur dan

skema pembelian rumah pada saat melakukan permohonan bantuan KPR bersubsidi

oleh kelompok sasaran di Perumahan Assyifa 1 adalah sebagai berikut.

(10)

Sumber: PT. Adji Bangun Properti, 2020

Gambar 4. 1 Proses permohonan KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1

Bagi MBR yang ingin mengajukan permohonan bantuan KPR bersubsidi dan pembelian rumah, proses pertama yang harus mereka lakukan adalah melengkapi dokumen persyaratan pengajuan KPR bersubsidi berdasarkan form yang diberikan oleh PT. Adji Bangun Properti sebelumnya. Setelah calon debitur melengkapi berkas sesuai persyaratan yang ditetapkan maka dokumen selanjutnya diserahkan kepada pengembang. Dokumen yang telah dilengkapi oleh calon debitur dan dinilai telah memenuhi persyaratan oleh pengembang, selanjutnya akan diberikan kepada Bank BTN untuk dinilai lebih lanjut dengan cara analisis kelayakan calon debitur sebagai penerima bantuan subsidi. Calon debitur yang memiliki kecocokan kriteria dan dianggap sesuai sebagai penerima bantuan KPR bersubsidi akan diwawancarai oleh Bank BTN sebelum melakukan akad kredit dan menerima rumah serta bantuan pembiayaan KPR bersubsidi.

Beragam persyaratan dan proses yang telah dilakukan saat membeli rumah

bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 menyebabkan karakteristik penduduk Perumahan

Assyifa 1 cukup seragam, misalnya yang terjadi pada jenis pekerjaan, berikut adalah

jenis pekerjaan pada kondisi eksisting penduduk perumahan assyifa 1 berdasarkan

hasil analisis. Diketahui bahwa dari 118 responden penduduk perumahan assyifa 1

yang memiliki pekerjaan karyawan swasta/ wiraswasta/PNS sebesar 79%, mahasiswa

5% dan 16% sisanya terdiri dari berbagai jenis pekerjaan seperti buruh harian, ojek,

petani, dan pekerjaan lainnya. Penduduk Perumahan Assyifa 1 memiliki pekerjaan

yang cukup seragam yaitu sebagai pegawai dan wiraswasta. Saat ini belum ada

ketentuan khusus tentang pekerjaan yang digolongkan sebagai pekerjaan MBR dan

untuk kebijakan pengelompokkan MBR saat ini ditentukan berdasarkan batasan

(11)

penghasilan perbulan. Untuk penghasilan rumah tangga penduduk perumahan assyifa 1 adalah sebagai berikut. Keseragaman jenis pekerjaan juga berbanding lurus dengan jumlah penghasilan yang mereka dapatkan berdasarkan hasil analisis dari 118 responden penduduk Perumahan Assyifa 1 yang memiliki penghasilan antara Rp3.000.000,00 – Rp4.000.000,00, sebanyak 70 %, penduduk yang memiliki penghasilan antara Rp2.000.000,00 – Rp3.000.000,00 sebanyak 16%, 4% penduduk memiliki penghasilan dibawah Rp1.000.000,00, sedangkan hanya 10% sisanya yang memiliki penghasilan yang melebihi batasan penghasilan MBR yaitu lebih dari Rp4.000.000,00. Hal lain yang cukup seragam pada karakteristik Penduduk Perumahan assyifa 1 adalah usia mereka. Rata-rata usia penduduk Perumahan Assyifa 1 adalah 21-40 tahun dengan jumlah persentase sebesar 80% dari total responden, 14% merupakan penduduk berusia 41-40 tahun, 5% berusia 51-60 tahun, dan 1%

berusia 61-70 tahun. penduduk berusia 21 – 40 tahun di Perumahan Assyifa 1 kebanyakan merupakan pasangan baru menikah, menurut Muslimin pimpinan PT Adji Bangun Properti (2020) Perumahan Assyifa 1 merupakan jenis rumah sejahtera tapak yang dinilai lebih cocok dihuni oleh pasangan baru menikah dengan jumlah anggota keluarga yang masih sedikit agar kebutuhan ruang setiap anggota keluarga terpenuhi. Adapun data status pernikahan penduduk perumahan assyifa 1 diketahui telah menikah dengan persentase sebesar 89% sedangkan 11% sisanya masih belum menikah. Hal ini menunjukkan bahwa status pernikahan sangat mempengaruhi kebutuhan seseorang untuk memiliki rumah.

B. Efektivitas dan Permasalahan Penyelenggaraan Program KPR Bersubsidi di Perumahan Assyifa 1

Sesuai dengan amanah dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang memperjelas bahwa negara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi setiap orang terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Maka dari itu Penyelenggaraan program KPR bersubsidi dilakukan dengan tujuan untuk membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah dengan cara memberikan bantuan kemudahan perolehan rumah berupa dana murah dan subsidi jangka panjang pada kredit pemilikan rumah. Dalam melakukan penelitian untuk menilai tingkat keefektifan penyelenggaraan program KPR bersubsidi dan mengidentifikasi permasalahan penyelenggaraan program yang terjadi di Perumahan Assyifa 1. Maka dirumuskan tujuan KPR bersubsidi berdasarkan pada kebijakan penyelenggaraan program KPR bersubsidi yang diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah sebagai berikut:

1. KPR bersubsidi merupakan Kemudahan atau bantuan perolehan rumah bagi MBR untuk dapat memiliki rumah (Pasal 1)

2. MBR dapat memiliki rumah yang dan nyaman untuk dihuni (pasal 38)

(12)

3. Pemilik KPR bersubsidi harus menempati rumah dalam jangka waktu paling lambat 1 tahun setelah serah terima dan tidak akan menyewakan atau mengalihkan kepemilikan (Pasal 37)

4. Perumahan bersubsidi terlengkapi dengan sarana dan prasarana memadai (Pasal 38)

5. Pemilik KPR bersubsidi memiliki penghasilan sesuai dengan batasan penghasilan yang ditetapkan (Pasal 9)

1) Kemudahan Perolehan Bantuan KPR Bersubsidi

Proses pemberian subsidi kepada MBR diawali dengan kelompok sasaran bantuan KPR bersubsidi melalui persyaratan pengajuan terlebih dahulu sesuai dengan kondisi persyaratan yang telah ditetapkan dalam kebijakan pemberian KPR bersubsidi oleh pemerintah pusat. Pemenuhan persyaratan pengajuan oleh pemohon bantuan dilakukan agar program KPR bersubsidi ini tepat sasaran dan bantuan yang diberikan melalui program KPR bersubsidi tersalurkan kepada kelompok sasaran KPR bersubsidi yaitu MBR, sehingga membantu dan mempermudah mereka untuk dapat memperoleh rumah. Persyaratan yang dibutuhkan dan perlu dilengkapi dalam pengajuan KPR bersubsidi oleh kelompok sasaran menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah sebagai berikut:

1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);

2) Surat Keterangan Domisili dari Desa/Kelurahan setempat dalam hal kelompok sasaran tidak bertempat tinggal sesuai dengan alamat KTP;

3) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

4) Fotokopi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi;

5) Surat keterangan Penghasilan;

6) Surat keterangan tidak memiliki rumah.

a) Efektivitas Kemudahan Perolehan Bantuan KPR bersubsidi

Sebagai lokasi studi penelitian penyelenggaraan program KPR bersubsidi,

Perumahan Assyifa 1 memiliki persyaratan pengajuan bantuan KPR bersubsidi yang

sama dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri PUPR

Nomor 21/PRT/M/2016, berikut adalah hasil analisis terhadap efektivitas kemudahan

perolehan KPR bersubsidi yang dilakukan di perumahan Assyifa 1 berdasarkan enam

persyaratan utama yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri

PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 oleh calon pembeli rumah bersubsidi atau pemohon

KPR bersubsidi.

(13)

Tabel 1. 1 Rekap hasil analisis kemudahan perolehan bantuan KPR bersubsidi

Variabel Penilaian

Sub Variabel Nilai Efektivitas Tingkat Efektivitas Kemudahan

perolehan bantuan KPR bersubsidi

Melampirkan FC KTP 95% Sangat Efektif

Melampirkan SK Domisili 92% Sangat Efektif

Melampirkan NPWP 90% Sangat Efektif

Melampirkan SPT PPH 64% Cukup Efektif

Melampirkan SK Penghasilan 92% Sangat Efektif Melampirkan SK tidak

memiliki rumah

91% Sangat Efektif Sumber: Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa kemudahan perolehan bantuan KPR bersubsidi di Perumahan bersubsidi Assyifa 1 adalah sebagai berikut. Dari 6 persyaratan yang perlu dipenuhi oleh MBR lima diantaranya berjalan dengan sangat efektif dimana tingkat efektifitas pelaksanaannya lebih dari 80%, dan 1 diantaranya berjalan dengan cukup efektif yaitu jumlah penduduk yang menyerahkan SPT PPH yang memiliki persentase pelaksanaannya sebesar 64%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pertama dari penyelenggaraan KPR bersubsidi yaitu KPR bersubsidi merupakan Kemudahan atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi MBR untuk dapat memiliki rumah berjalan dengan efektif di Perumahan Assyifa 1 dan telah tercapai dalam pelaksanaannya.

b) Permasalahan Kemudahan Perolehan Bantuan KPR bersubsidi

Setelah dilakukan penelitian terhadap permasalahan pada kemudahan perolehan KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 diketahui bahwa terdapat sebanyak 90 kasus permasalahan dimana kelompok sasaran tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Melampirkan SPT PPH merupakan persyaratan yang paling sulit untuk dipenuhi oleh kelompok sasaran sehingga pengembangpun tidak mewajibkan melampirkan persyaratan tersebut, sedangkan permasalahan pada pemenuhan persyaratan oleh kelompok sasaran lainnya dikarenakan terdapat responden yang bukan merupakan pemilik rumah bersubsidi. Selain itu proses pemenuhan persyaratan permohonan KPR bersubsidi hanyalah tahap awal dari proses MBR sebagai kelompok sasaran untuk mendapatkan bantuan perolehan rumah, pemenuhan persyaratan dilakukan agar karakteristik dari pemohon bantuan KPR bersubsidi sesuai dengan karakteristik dari kelompok sasaran KPR bersubsidi. Namun permasalahan yang terjadi yaitu terlepas dari persyaratan yang telah dipenuhi oleh kelompok sasaran saat mengajukan permohonan bantuan KPR bersubsidi, masih terdapat beberapa tahapan penyeleksian berupa analisa kelayakan dan wawancara yang dilakukan oleh bank pelaksana pada calon penerima bantuan KPR bersubsidi.

Karena analisa kelayakan dilakukan oleh Bank Pelaksana yang merupakan profit

oriented sehingga penerima bantuan KPR bersubsidi biasanya diprioritaskan kepada

(14)

MBR yang memiliki penghasilan tetap seperti karyawan swasta atau bahkan PNS.

Namun masyarakat berpenghasilan tidak tetap (non-fix income) justru sulit menerima perolehan bantuan rumah.

2) Keamanan dan Kenyamanan Rumah Bersubsidi

Penyelenggaraan program KPR bersubsidi dalam praktiknya pengembang sebagai pelaku pembangunan akan menyesuaikan biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan pembangunan rumah bersubsidi dikarenakan penjualan rumah bersubsidi memiliki batasan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penyesuaian biaya pembangunan rumah yang dilakukan dikarenakan pengembang sebagai pihak swasta yang melakukan pembangunan dan penjualan rumah tentunya ingin mendapatkan keuntungan ekonomis dalam penjualan rumah subsidi. Permasalahan yang mungkin terjadi dalam pengadaan rumah bersubsidi adalah pembatasan modal yang dilakukan oleh pengembang saat melakukan pembangunan rumah bersubsidi yang berpotensi akan mempengaruhi kualitas bangunan rumah bersubsidi. Untuk memastikan kualitas bangunan rumah bersubsidi menurut fatimah et al (2019) pemerintah memiliki kebijakan yang mengatur standarisasi pada struktur bangunan rumah bersubsidi terutama pada bagian atap, lantai, dan dinding sebagai tiga elemen utama pembentuk rumah.

a) Efektivitas Kemanan dan Kenyamanan Rumah Bersubsidi

Standar pembuatan atap, lantai, dan dinding rumah bersubsidi diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 dimana standarisasi pada struktur rumah bersubsidi ini dilakukan agar tidak terjadi permasalahan dimana buruknya kualitas bangunan rumah bersubsidi akibat pembatasan biaya pembangunan yang dilakukan oleh developer yang nantinya akan menyebabkan kerugian pada pihak MBR penghuni rumah. Berikut adalah hasil analisis yang dilakukan pada rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1.

Tabel 1. 2 Rekap Hasil Analisis Keamanan dan Kenyamanan Rumah Bersubsidi di Perumahan Assyifa 1

Variabel Penilaian

Sub Variabel Nilai Efektivitas Tingkat Efektivitas Keamanan dan

Kenyamanan Rumah Bersubsidi

Kondisi Atap Rumah Bersubsidi

87% Sangat Efektif Kondisi Lantai Rumah

Bersubsidi

91% Sangat Efektif Kondisi Dinding Rumah

Bersubsidi

94% Sangat Efektif Sumber: Peneliti, 2020

(15)

Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pembangunan rumah bersubsidi diketahui bahwa material dan teknis pembangunan tiga komponen tersebut sudah sesuai dengan ketentuan teknis penyediaan rumah sederhana sehat sehingga dapat memastikan keamanan kehandalan dan keselamatan bangunan. Selain itu mayoritas responden berpendapat bahwa tidak terdapat masalah dalam penyediaan tiga elemen utama rumah mereka, dan berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat efektivitas pembangunan atap, lantai, maupun dinding pada rumah bersubsidi telah dilakukan dengan sangat efektif.

b) Permasalahan Keamanan dan Kenyamanan Rumah Bersubsidi

Setelah dilakukan penelitian terhadap permasalahan pada keamanan dan kenyaman rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 diketahui bahwa pada praktik pelaksanaan program, rumah bersubsidi akan dikenakan pembatasan harga jual oleh pemerintah sehingga developer akan meminimalisasi biaya pembangunan rumah bersubsidi demi menghindari kerugian karena rendahnya harga jual rumah bersubsidi.

Namun minimalisir biaya pembangunan rumah bersubsidi tentunya akan berdampak pada kualitas dari rumah bersubsidi itu sendiri. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap kondisi hunian rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 pada umumnya struktur hunian rumah bersubsidi yang dibangun di Perumahan Assyifa 1 telah sesuai dengan standar keselamatan, keamanan, dan kehandalan bangunan sehingga tidak terdapat permasalahan yang akan mengancam keamanan penghuni rumah bersubsidi.

Permasalahan yang terjadi adalah berkurangnya kualitas rumah akibat pembatasan biaya ongkos konstruksi yang dilakukan oleh pengembang, seperti meminimalisasi kualitas dan kuantitas bahan material rumah dan pengurangan waktu konstruksi yang berdampak pada kurang optimalnya fungsi sebuah rumah bagi manusia. Bagi pemilik rumah bersubsidi yang menginginkan solusi pada masalah yang terjadi pada rumah bersubsidi developer menyediakan waktu 3 bulan setelah pelaksanaan akad untuk pemilik rumah bersubsidi yang ingin melakukan klaim apabila terdapat masalah pada rumah mereka. Namun kebanyakan masalah yang terjadi pada rumah bersubsidi terjadi setelah lebih dari 3 bulan dari masa waktu yang ditetapkan oleh developer.

3) Pemanfaatan Rumah Bersubsidi

Pemerintah dalam melakukan penyelenggaraan program KPR bersubsidi

menentukan persyaratan dan indikator yang digunakan pada penyediaan rumah

bersubsidi dimaksudkan agar penyelenggaraan program KPR bersubsidi berjalan

dengan efektif. Sehingga bantuan dari pemerintah berupa pemberian subsidi pada

KPR telah benar dimanfaatkan oleh pihak yang memang membutuhkan bantuan

dalam perolehan rumah yang dalam hal ini Merupakan MBR. Bantuan KPR

bersubsidi sangat rentan dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang ingin mendapat

keuntungan secara ekonomis dengan cara membeli rumah bersubsidi tetapi tidak

dihuni dan hanya menjadikan rumah subsidi yang mereka beli sebagai sebuah

(16)

investasi yang mungkin bisa dimanfaatkan di masa yang akan datang. Tentu saja hal ini bertentangan dengan tujuan penyelenggaraan KPR bersubsidi yaitu untuk membantu masyarakat yang memang benar - benar membutuhkan bantuan agar dapat memperoleh rumah.

a) Efektivitas Pemanfaatan Rumah Bersubsidi

Tujuan dari KPR bersubsidi adalah membantu MBR agar memiliki rumah, sehingga efektivitas penyelenggaraan program dapat dilihat dari bagaimana pemanfaatan rumah oleh MBR. Berdasarkan kebijakan program KPR bersubsidi dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 yaitu dimana pemilik rumah bersubsidi akan menghuni rumah sejahtera tapak sebagai tempat tinggal dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun setelah serah terima rumah bersubsidi, selain itu pemilik rumah bersubsidi tidak akan menyewakan atau mengalihkan kepemilikan rumah bersubsidi dengan bentuk perbuatan hukum apapun. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat kita ketahui bahwa dari keseluruhan rumah bersubsidi di perumahan assyifa 1 yang berjumlah 169 rumah, 79,88% diantaranya benar-benar dimanfaatkan dan dihuni oleh pemilik rumah bersubsidi oleh karena itu tingkat efektivitas pemanfaatan rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 berdasarkan standar litbang depdagri adalah cukup efektif.

b) Permasalahan Pemanfaaatan Rumah bersubsidi

Setelah dilakukan penelitian terhadap permasalahan pemanfaatan rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 diketahui bahwa terdapat 34 rumah yang tidak dihuni oleh pemiliknya atau 20% dari total rumah di Perumahan Assyifa 1, adapun alasan tidak dihuni adalah rumah bersubsidi sejak awal tidak pernah dihuni oleh pemiliknya dari serah terima, atau rumah bersubsidi dihuni oleh bukan pemilik rumah bersubsidi tersebut. Permasalahan ini terjadi dikarenakan tidak adanya pengawasan berkala oleh stakeholder penyelenggara program KPR bersubsidi. Pemilik rumah bersubsidi yang tidak menghuni rumah bersubsidi juga tidak akan mendapatkan sanksi selama mereka membayar angsuran kredit rumah mereka secara teratur dengan cara memastikan rekening yang telah disediakan oleh bank pelaksana memiliki saldo yang cukup untuk dipotong oleh bank BTN setiap bulannya. Hal ini memperlihatkan bahwa program KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 terkesan hanya memastikan pelaksanaannya sampai rumah subsidi tersebut terbangun dan terjual kepada MBR tanpa mempedulikan bagaimana pemanfaatan rumah bersubsidi tersebut selama tidak terdapat masalah selama pembayaran dan pelunasan kredit oleh MBR.

4) Kelengkapan Sarana dan Prasarana Perumahan Bersubsidi

Nilai suatu lahan akan selalu mempengaruhi harga jual rumah. Rumah yang

terbangun di lahan yang memiliki ketersediaan, kelengkapan, serta kemudahan akses

terhadap sarana dan prasarana di sekitarnya tentu akan membuat harga jual rumah

menjadi tinggi begitu juga sebaliknya. Pelaksanaan program KPR bersubsidi

(17)

memiliki kebijakan pembatasan harga jual rumah sehingga penyediaan rumah bersubsidi akan dilakukan di lokasi yang memiliki nilai lahan yang rendah, dan tentu saja ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana di sekitar lahan dan kawasan tersebut akan sangat minim. Seperti yang dijelaskan oleh Satra. M & Marlina (2006) Perumahan sederhana biasanya memiliki sarana dan prasarana yang masih sangat minim, antara lain disebabkan karena pada jenis perumahan sederhana pengembang tidak dapat menaikkan harga jual bangunan dan fasilitas pendukung operasional seperti halnya pada perumahan menengah atas dan mewah. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan yang menentukan standar minimal pengadaan sarana dan prasarana yang harus dilakukan ketika melakukan penyediaan perumahan bersubsidi. Menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 sarana dan prasarana perumahan bersubsidi sekurang kurangnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Jaringan distribusi air bersih perpipaan dari PDAM atau sumber air bersih lainnya yang berfungsi;

2. utilitas jaringan listrik yang berfungsi;

3. jalan lingkungan yang telah selesai dan berfungsi;

4. saluran/drainase lingkungan yang telah selesai dan berfungsi.

a) Efektivitas Kelengkapan Sarana dan Prasarana Perumahan Bersubsidi

Perumahan Assyifa 1 sudah memenuhi standar kelengkapan sarana dan prasarana perumahan bersubsidi, namun untuk mengetahui apakah pengadaan sarana dan prasarana di Perumahan Assyifa 1 telah berfungsi dengan baik, maka dilakukan analisis terhadap pengadaan sarana dan prasarana di Perumahan Assyifa 1 berdasarkan perspektif penduduk Perumahan Assyifa 1. Berikut adalah hasil analisis terhadap kelengkapan sarana dan prasarana di Perumahan Assyifa 1.

Tabel 1. 3 Tabel Hasil Rekap Analisis Kelengkapan Sarana dan Prasarana di Perumahan Assyifa 1

Variabel Penilaian Sub Variabel Nilai Efektivitas Tingkat Efektivitas Kelengkapan

Sarana dan Prasarana Rumah Bersubsidi

Jaringan Air Bersih 96% Sangat Efektif

Jaringan Listrik 100% Sangat Efektif

Jaringan Jalan 36% Sangat Tidak

Efektif

Jaringan Drainase 92% Sangat Efektif

Sumber: Peneliti, 2020

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa efektivitas penyediaan sarana dan

prasarana di Perumahan Assyifa 1 sudah berjalan dengan sangat efektif pada

penyediaan air bersih, penyediaan jaringan listrik, dan penyediaan jaringan drainase.

(18)

Namun pada penyediaan jaringan jalan tingkat efektivitas penyediaannya adalah sangat tidak efektif, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyediaan sarana dan prasarana di Perumahan Assyifa 1 telah mengikuti standar minimal penyediaan sarana dan prasarana perumahan bersubsidi, namun secara fungsional berdasarkan perspektif penduduk Perumahan Assyifa 1 yang memanfaatkan penyediaan sarana dan prasarana yang disediakan, diketahui bahwa pengadaan sarana dan prasarana di Perumahan Assyifa 1 belum efektif.

b) Permasalahan Kelengkapan Sarana dan Prasarana Perumahan Bersubsidi

Setelah dilakukan penelitian terhadap permasalahan kelengkapan sarana dan prasarana di Perumahan Assyifa 1 diketahui karena lokasi Perumahan Assyifa 1 berada di lokasi dimana masih minimnya sarana dan prasarana yang terdapat disekitar lingkungan perumahan, sehingga penyediaan perumahan bersubsidi harus serta merta menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kebutuhan masyarakat di Perumahan Assyifa 1. Namun setelah dilakukan pengukuran terhadap tingkat efektivitas terhadap penyediaan sarana dan prasarana berdasarkan persepsi responden penduduk Perumahan Assyifa 1, misalnya penyediaan sumber air bersih yaitu sumur bor dimana 4% responden merasakan kesulitan air bersih di saat musim kemarau, lalu penyediaan jaringan jalan dimana 64% responden berpendapat masih belum baik hal ini dikarenakan jalan lingkungan yang tersedia hanya jalan berbantu tanpa aspal sehingga permukaan jalan tidak rata sehingga cukup mempersulit mobilitas penduduk Perumahan Assyifa 1 terutama pada kondisi cuaca setelah hujan. Untuk penyediaan saluran drainase diketahui 8% responden berpendapat bahwa saluran drainase yang disediakan masih belum berfungsi dengan baik, dikarenakan pernah terjadi banjir dan genangan air saat intensitas hujan yang tinggi di Perumahan Assyifa 1. Untuk penyediaan jaringan listrik telah berjalan dengan efektif tanpa ada masalah.

5) Kesesuaian Penghasilan Pemilik Rumah Bersubsidi

Diselenggarakan program KPR bersubsidi oleh pemerintah dengan tujuan untuk

membantu memenuhi kebutuhan rumah MBR sehingga mereka dapat memiliki

rumah milik mereka sendiri walaupun dengan keterbatasan ekonomi mereka. Karena

kelompok sarana program KPR bersubsidi ini merupakan MBR, oleh karena itu

penghasilan merupakan salah satu indikator penting yang ditetapkan oleh pemerintah

untuk memastikan program KPR bersubsidi tepat sasaran dan telah dimanfaatkan

oleh MBR. Dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 menjelaskan

bahwa penerima KPR bersubsidi merupakan kelompok masyarakat dengan batasan

penghasilan tertentu. Dijelaskan lebih lanjut dalam Keputusan Menteri PUPR Nomor

552/KPTS/M/2016 yang dimaksud dengan masyarakat berpenghasilan tertentu

merupakan masyarakat yang memiliki penghasilan dibawah Rp 4.000,000 untuk

rumah tapak dan Rp 7.000.000 untuk rumah susun.

(19)

a) Efektivitas Kesesuaian Penghasilan Pemilik rumah Bersubsidi

Untuk mengetahui apakah program rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 sudah tepat sasaran dan memang dimanfaatkan oleh masyarakat berpenghasilan rendah, maka perlu untuk mengetahui besar penghasilan penduduk Perumahan Assyifa 1 dan dilakukan analisis terhadap tingkat efektivitas kesesuaian penghasilan pemilik rumah bersubsidi berdasarkan dengan penghasilan yang seharusnya dimiliki oleh MBR. Rumah bersubsidi yang berada di Perumahan Assyifa 1 merupakan jenis rumah tapak sehingga pemilik rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 seharusnya memiliki penghasilan dibawah Rp 4.000.000,00. Berikut adalah hasil analisis yang dilakukan pada besar penghasilan pemilik rumah bersubsidi di perumahan Assyifa 1.

Setelah dilakukan analisis terhadap kesesuaian penghasilan penduduk Perumahan Assyifa 1, diketahui bahwa dari 118 responden yang merupakan pemilik rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1, 90% diantaranya memiliki penghasilan sesuai dengan batasan penghasilan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat efektivitas kesesuaian penghasilan penduduk perumahan assyifa 1 berdasarkan standar litbang depdagri adalah sangat efektif.

b) Permasalahan Kesesuaian Penghasilan Pemilik Rumah Bersubsidi

Setelah dilakukan penelitian terhadap permasalahan kesesuaian penghasilan pemilik rumah bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 diketahui berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa 10% responden Perumahan Assyifa 1 memiliki penghasilan yang melebihi batasan penghasilan kelompok sasaran KPR bersubsidi.

Ketidaksesuaian penghasilan yang terdapat pada penduduk Perumahan Assyifa 1

terjadi karena saat melakukan permohonan pengajuan KPR bersubsidi penghasilan

yang dihitung bukan merupakan penghasilan dari seluruh keluarga tersebut tetapi

penghasilan dari salah satu pihak suami/istri pemilik KPR bersubsidi. Kebijakan

batasan penghasilan MBR dilakukan untuk memastikan bahwa bantuan KPR

memang disalurkan kepada MBR sebagai kelompok sasaran. Namun batasan

penghasilan ini dinilai belum cukup memastikan karakteristik MBR yang memang

membutuhkan bantuan untuk memperoleh rumah karena masih bersifat terlalu

general, pada dasarnya jika kita melihat penghasilan masyarakat mengacu pada UMR

di indonesia, kita ketahui bahwa setiap daerah memiliki UMR yang berada dalam

kisaran penghasilan MBR. Selain itu masyarakat yang tidak melebihi batasan

penghasilan tersebut pun tetap harus memiliki penghasilan yang tetap. MBR yang

memiliki penghasilan tidak tetap seperti pedagang kaki lima, buruh harian ataupun

mata pencaharian yang tidak memiliki penghasilan tetap yang seharusnya

mendapatkan bantuan untuk memperoleh rumah justru sulit untuk memperoleh

bantuan KPR bersubsidi.

(20)

V. Kesimpulan

Berdasarkan pertanyaan penelitian terhadap efektivitas penyelenggaraan program KPR bersubsidi sebagai solusi permasalahan kebutuhan rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Studi kasus di Perumahan Assyifa 1, Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Efektivitas penyelenggaraan program KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 pada variabel keamanan dan kenyamanan rumah bersubsidi, dan kesesuaian penghasilan pemilik rumah bersubsidi telah dilakukan dengan efektif bahkan memiliki tingkat efektivitas sangat efektif di setiap sub variabelnya. Untuk variabel kemudahan perolehan bantuan KPR bersubsidi dan pemanfaatan rumah bersubsidi juga telah dilakukan dengan efektif namun masih terdapat ketidaksesuaian antara tujuan dan implementasi yang telah dilakukan hal ini terlihat pada hasil tingkat efektivitas pada sub variabel penilaian. Sedangkan pada variabel kelengkapan sarana dan prasarana perumahan bersubsidi diketahui 3 dari 4 variabel memiliki tingkat efektivitas sangat efektif namun 1 sisanya memiliki tingkat efektivitas sangat tidak efektif.

Sehingga dapat disimpulkan secara umum berdasarkan seluruh variabel penilaian pada efektivitas program KPR bersubsidi, dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan program KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1 telah efektif dilakukan sebagai solusi permasalahan kebutuhan rumah MBR. Namun masih terdapat permasalahan dalam penyelenggaraan program dimana terdapat ketidaksesuiaian antara tujuan dan implementasi program yang menyebabkan program KPR bersubsidi tidak berjalan sepenuhnya efektif sebagai solusi permasalahan kebutuhan rumah MBR. Sehingga masih diperlukan solusi ataupun penanganan lebih lanjut terhadap permasalahan yang teridentifikasi pada penyelenggaraan program KPR bersubsidi khususnya di Perumahan Assyifa 1.

Daftar Pustaka

Sastra, S. & Marlina, E. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Perumahan.

Yogyakarta: ANDI

Siahaan, A. et al. 2014 “Analisis Pengaruh Pembangunan Perumahan Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar” Jurnal Ekonom, Vol 17, No 3, Juli 2014, Hal 103-110 Direktorat Jendral Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat. 2020 “KPR Bersubsidi (FLPP, SBB, SBUM)” Diakses pada tanggal 15 September 2020. http://pembiayaan.pu.go.id/faq

Bramantyo. 2012. ”Effectivity Of Housing Regulations In Indonesia To Support

Housing Provision For Low Income Community” Widyariset, Vol. 15 No.1,

April 2012. Hal 243-248

(21)

Marchat, D. 2011 ”Keefektivan Kebijakan Pemberian Subsidi KPR/BTN Serta Sarana dan Prasarana Permukiman di Perumnas Pucang Gading Cabang Semarang” Tugas Akhir Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri Semarang Mulyadi, M. 2011. “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar

Menggabungkannya” Jurnal Studi Komunikasi dan Media, Vol.15, No.1. Hal 127-138

Undang-undang dasar 1945, Pasal 28 ayat (H)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan Kawasan Pemukiman Indonesia

Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 tentang kemudahan dan/atau bantuan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002

tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat

Gambar

Tabel 1. 2 Persyaratan Pengajuan bantuan KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1
Gambar 4. 1  Proses permohonan KPR bersubsidi di Perumahan Assyifa 1
Tabel 1. 1 Rekap hasil analisis kemudahan perolehan bantuan KPR bersubsidi

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis secara khusus mengusulkan untuk menambah fitur baru dari aplikasi yang sudah ada pada halaman Tambah Dokumen ini yaitu Data Arsip

Menerima baik dan menyetujui serta mengesahkan Laporan Keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 yang telah diaudit oleh Kantor

masing pelatnya untuk membuat selisih potensial di antara pelat-pelatnya sama dengan 25,0 V?.. Sebuah kapasitor bola dibentuk dari dua kulit konduksi bola konsentris yang

In the second stage, Table 4 also lists the total absorbed dose rates of cancer target and some representative organs for different irradiation geometry.. In addition, the total

Dengan kemampuan untuk dipasangkan dengan truk yang paling umum ditemukan dalam aplikasi konstruksi berat, kuari/agregat, dan tambang berukuran kecil sampai sedang di seluruh

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komposisi bahan pengisi (filler) yang mengalami penuaan dipercepat terhadap kinerja bahan isolasi resin epoksi

Deksripsi adalah pemaparan atau penggambaran deangan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan, seorang deksripsi mengharapkan pemba canya / pendengarnya,

Berdasarkan hasil penelitian tentangefektivitas konsumsi tablet Fe selama menstruasi terhadap peningkatan kadar haemoglobin pada siswi SMAN 3 Palu, maka perlu