• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

57 BAB V

UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL)

Setiap penelitian selalu berkenaan dengan sekelompok data. Yang dimaksud kelompok disini adalah: Satu orang mempunyai sekelompok data, atau sekelompok orang mempunyai satu macam data lain.

Dalam penelitian, peneliti akan memperoleh sekelompok data variabel tertentu dari sekelompok responden, atau obyek yang diteliti.

Misalnya melakukan penelitian tentang motivasi pegawai di yayasan A, maka peneliti akan mendapatkan data tentang motivasi pegawai di yayasan A tersebut. Prinsip dasar dari penjelasan terhadap kelompok yang diteliti adalah bahwa penjelasan yang diberikan harus betul-betul mewakili seluruh kelompok pegawai di yayasan A tersebut.

Beberapa teknik untuk menjelaskan kelompok yang diobservasi dengan data kuantitatif, selain dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel dan grafik, dapat juga dijelaskan menggunakan teknik statistik yang disebut mean, median, modus, kuartil, desil, maupun persentil. Teknik- teknik tersebut termasuk dalam golongan statistik deskriptif.

A. Mean (Rata-Rata Hitung)

Merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) biasanya disimbolkan dengan X , dan dapat diperoleh dengan cara sesuai dengan bentuk datanya, yaitu:

1. Data mentah yang belum disusun dalam bentuk distribusi frekuensi, dalam mencari rata-ratanya sebagai berikut:

X

=

n

Xn X

X

X1 2 3...

dimana:

X = rata-rata hitung yang dicari

(2)

58 X1, X2, X3, ....Xn = skor individual n = jumlah subyek data

Contoh: Data mentah nilai matematika 45 siswa sebelum disusun dalam tabel 4.1 sebagai berikut.

X = 6,2

45 279 45

6 ...

10 9 10 5 7 6

6        

2. data distribusi tunggal X =

n

fX dimana:

fX = jumlah skor X frekuensi

Sebagai contoh perhatikan tabel berikut ini!

Tabel 5.1: penghitungan mean pada distribusi tunggal

No Nilai (X)

Frekuensi

(f) fX

1 4 7 28

2 5 9 45

3 6 14 84

4 7 6 42

5 8 3 24

6 9 4 36

7 10 2 20

Jumlah 45 279

(3)

59 X =

n

fX = 6,2 45 279 

3. data distribusi kelompok

Terdapat dua cara penghitungan:

 Berdasarkan jumlah frekuensi titik tengah, caranya:

a. menentukan titik tengah (Xt) tiap kelas interval

b. memperlakukan Xt sebagaimana skor (X) pada distribusi tunggal

c. rumus: X = n

fXt , dimana

fXt= jumlah dari titik tengah X frek

d. Contoh: berdasarkan tabel 5 distribusi kelompok

Tabel 5.2: penghitungan mean dari distribusi kelompok

No Interval Frekuensi (f)

TT

(Xt) fXt

1 75-79 2 77 154

2 70-74 3 72 216

3 65-69 5 67 335

4 60-64 4 62 248

5 55-59 6 57 342

6 50-54 8 52 416

7 45-49 7 47 329

8 40-44 5 42 210

9 35-39 5 37 185

(4)

60

10 30-34 3 32 96

11 25-29 2 27 54

Jumlah 50 2585

X = 51,7 50

2585 

 Berdasarkan rata-rata hitung duga X = X d +i





n

fd dimana:

X d = rata-rata hitung duga i = interval

d = deviasi

a. X d adalah titik tengah kelas yang letaknya kurang lebih ditengah dan mempunyai frekuensi tertinggi. Dari tabel diatas, adalah 52 (pada interval 50-54 dengan frekuensi 8).

b. Menentukan besarnya deviasi (d) yang merupakan penyimpangan dari rata-rata hitung duga. Pada tabel diatas kelas yang titik tengahnya merupakan X d = 0, pada kelas diatasnya berturut-turut +1, +2, +3....dst. Pada kelas bawahnya berturut-turut -1, -2, -3...dst

c. Menentukan besarnya interval, yaitu 5

(5)

61

Tabel 5.3: penghitungan mean dari distribusi kelompok

No Interval

Frekuensi

(f) TT d fd fd2

1 75-79 2 77 5 10 50

2 70-74 3 72 4 12 48

3 65-69 5 67 3 15 45

4 60-64 4 62 2 8 16

5 55-59 6 57 1 6 6

6 50-54 8 52 0 0 0

7 45-49 7 47 -1 -7 7

8 40-44 5 42 -2 -10 20

9 35-39 5 37 -3 -15 45

10 30-34 3 32 -4 -12 48

11 25-29 2 27 -5 -10 50

Jumlah 50 0 -3 335

X = X d + i





n

fd = 52 + 5 



50

3 = 52 + 5 (-0,06) = 51,7

 Jika penghitungan menggunakan data kasar (contoh data sebelum dimasukkan tabel 4), maka X = 51,96

 Terdapat perbedaan sebesar 51,96-51,7=0,26

 51,96 merupakan X yang sesungguhnya

(6)

62

 Adanya perbedaan tersebut disebabkan oleh grouping error / kesalahan pengelompokan dari data kasar ke dalam distribusi kelompok

B. Modus (Mode)

Merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang paling sering muncul dalam kelompok tersebut. Apabila dalam kelompok data tersebut skornya mempunyai frekuensi yang sama, maka data tersebut tidak memiliki modus. Sedangkan jika terdapat dua skor yang frekuensinya sama, maka kedua skor dijumlah kemudian dibagi 2.

Pada data distribusi tunggal (contohnya tabel 4), modusnya adalah 6 karena mempunyai frekuensi tertinggi yaitu 14.Sedangkan pada distribusi kelompok, maka

Mo = B +

 

 

1 _ 1

1 f fo f

fo

f

fo X i dimana:

Mo = modus yang dicari

B = Batas bawah dari kelas modus fo = frekuensi kelas modus

f1 = frekuensi diatas kelas modus f-1= frekuensi dibawah kelas modus i = interval

dari tabel 5, maka modusnya adalah

Mo = 49,5 +

 

 

 7 8 6 8

6

8 X 5 = 49,5 + (0,667X5) = 52,83

(7)

63 C. Median (Md)

Merupakan salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai yang terkecil

 Jika n ganjil, maka Md = (n + 1) : 2 Contoh: data 21, 22, 23, 24, 25, 25, 26 Maka Md = (7 + 1) : 2 = 8 : 2 = 4

Jadi mediannya adalah bilangan ke-4 yaitu 24

 Jika n genap, maka Md = n : 2

Contoh: data 21, 22, 23, 24, 25, 25, 26, 27 Maka Md = 8 : 2 = 4

Yang dimaksud adalah bilangan ke-4 dan ke-5 dijumlah dan dibagi 2

Md = (24 + 25) : 2 = 24,5

 Jika data berdistribusi kelompok, maka Md = B +

fmd fkb n/2

X i Md = nilai median yang dicari

B = batas bawah kelas tempat median berada

fkb = jumlah frekuensi di kelas yang terletah di bawahnya.

fmd = jumlah frekuensi kelas tempat median berada i = interval

Contoh dari tabel 7, maka mediannya adalah:

(8)

64

Md = 49,5 + 5

8 22 2 /

50  x

= 49,5 + 1,875 = 51,375

D. Kuartil (K)

Merupakan bilangan yang membagi data menjadi empat sub kelompok data.

Kuartil 1, kuartil 2, kuartil 3

 Untuk data distribusi tunggal, Ki = skor ke i x 4

1 n

Ki = kuartil ke i N = jumlah data

Contoh: data 3, 3, 5, 5, 6, 7, 7, 7, 8, 9, 10, 10, 10, 11, 12, 12

Maka K3 = skor ke 3 x 4

1 16

= skor ke 12 ¾

= skor ke 12 + ¾ (skor ke-13 – skor ke-12) = 10 + ¾ ( 10 - 10 ) = 10 + 0

= 10

 Untuk data distribusi kelompok Ki = B +

fd fkb n i/4 

x i

Ki = kuartil ke i n = jumlah data

B = batas bawah pada interval yang mengandung kuartil

fkb = frekuensi kumulatif di bawah kelas yang mengandung kuartil

(9)

65

fd = frekuensi kelas yang mengandung kuartil i = interval

contoh : untuk menghitung K1

Tabel 5.4: distribusi frekuensi kelompok No Interval Frekuensi TT FK

1 75-79 2 77 50

2 70-74 3 72 48

3 65-69 5 67 45

4 60-64 4 62 40

5 55-59 6 57 36

6 50-54 8 52 30

7 45-49 7 47 22

8 40-44 5 42 15

9 35-39 5 37 10

10 30-34 3 32 5

11 25-29 2 27 2

Jumlah 50

Dari tabel di atas diketahui:

¼ n = ¼ x 50 = 12,5 (terletak pada FK 15, interval 40-44) fd = 5

(10)

66 fkb = 10

B = 39,5

i = 5

Maka harga K1 = 39,5 + 5

10 5 , 12 

x 5 = 42

Dengan perhitungan yang sama, maka K2 = 51,375, K3 = 61.

Sehingga apabila dibuat norma pengukuran berdasarkan nilai kuartil adalah sebagai berikut:

Jenis kuartil Nilai Kategori

Baik

Sekali

K3 61

Baik

K2 51,375

Sedang

K3 42

Tidak

Baik

(11)

67 E. Desil

Merupakan bilangan yang membagi data menjadi sepuluh sub kelompok data.

Sehingga terdapat D1 sampai D9

 Untuk data distribusi tunggal, Di = skor ke i x 10

1 n

Di = desil ke i n = jumlah data

Contoh: data 3, 3, 5, 5, 6, 7, 7, 7, 8, 9, 10, 10, 10, 11, 12, 12

Maka D4 = skor ke 4 x 10

1 16

= skor ke 6,8

= skor ke 6 + 0,8 (skor ke-7 – skor ke-6) = 7 + 0,8 ( 7 - 7 ) = 7 + 0

= 7

 Untuk data distribusi kelompok Di = B +

fd fkb n i/10 

x i

Di = desil ke i n = jumlah data

B = batas bawah pada interval yang mengandung kuartil

fkb = frekuensi kumulatif di bawah kelas yang mengandung kuartil fd = frekuensi kelas yang mengandung kuartil

i = interval

(12)

68

Berdasarkan tabel 11, untuk mencari D6, diketahui:

6/10 n = 6/10 x 50 = 30 (terletak pada FK 30, interval 50-54) fd = 8

fkb = 22 B = 49,5 i = 5

Maka harga D6 = 49,5 + 8

22 30

x 5 = 54,5

F. Persentil

Merupakan bilangan yang membagi data menjadi seratus sub kelompok data.

Sehingga terdapat P1 sampai P99

 Untuk data distribusi tunggal, Pi = skor ke i x 100

1 n

Pi = desil ke i n = jumlah data

Contoh: data 3, 3, 5, 5, 6, 7, 7, 7, 8, 9, 10, 10, 10, 11, 12, 12

Maka P60 = skor ke 60 x 100

1 16

= skor ke 10,2

= skor ke 10 + 0,2 (skor ke-11 – skor ke-10) = 9 + 0,2 ( 10 - 9 ) = 9 + 0,2

= 9,2

(13)

69

 Untuk data distribusi kelompok Pi = B +

fd fkb n i/100 

x i

Pi = persentil ke i n = jumlah data

B = batas bawah pada interval yang mengandung kuartil

fkb = frekuensi kumulatif di bawah kelas yang mengandung kuartil fd = frekuensi kelas yang mengandung kuartil

i = interval

Berdasarkan tabel 11, untuk mencari P75, diketahui:

75/100 n = 75/100 x 50 = 37,5 (terletak pada FK 40, interval 60- 64)

fd = 4 fkb = 36 B = 59,5 i = 5

Maka harga P75 = 59,5 + 4

36 5 , 37 

x 5 = 61,375

G. Variabilitas

Variabilitas adalah ukuran tentang derajat penyebaran nilai-nilai variabel (variasi) dari suatu tendensi sentral dalam sebuah distribusi. Untuk mengetahui tingkat variasi kelompok data dapat dilakukan dengan melihat rentang data (range), varians, standar deviasi atau simpangan baku dari kelompok data yang telah diketahui tersebut.

(14)

70 1. Rentang data (Range)

Digunakan untuk mengetahui tingkat homogenitas suatu data Range = (Nilai tertinggi – Nilai terendah) +1

Contoh:

Tabel 5.5: homogenitas data

Data A Data B

24, 24, 25, 25, 25, 26, 26 16, 19, 22, 25, 28, 30, 35

X = n

X = 25 7

175  X =

n

X = 25 7 175 

Range = (26-24)+1 = 3 Range = (35-16)+1 = 20 Distribusi lebih homogen Distribusi lebih heterogen

2. Varians

Varians merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual terhadap rata-rata kelompok. Contoh menghitung dan tabel penolong untuk varians pada data kelompok diberikan pada tabel 14.

Rumus varians populasi:

 

n X Xi 2

2

Rumus varians sampel: 2

 

2

1

n

X s Xi

3. Standar Deviasi / Simpangan Baku

Merupakan suatu ukuran untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan dalam sebuah distribusi atau disebut juga sebagai akar varians. Contoh menghitung dan tabel penolong untuk standar deviasi data kelompok diberikan pada tabel 14.

(15)

71

Rumus simpangan baku populasi:

 

n X Xi 2

 

Rumus simpangan baku sampel:

 

1

2

n

X s Xi

a Penghitungan standar deviasi dari penyimpangan skor individual Dari tabel 5.5, dapat disusun tabel kerja sebagai berikut:

Tabel 5.6: simpangan baku skor individual

X x = X - X x2 X x = X - X x2

24 -1 1 16 -9 81

24 -1 1 19 -6 36

25 0 0 22 -3 9

25 0 0 25 0 0

25 0 0 28 3 9

26 1 1 30 5 25

26 1 1 35 10 100

jumlah 0 4 jumlah 0 260

s = n

x2 s =

n

x2

s = 7

4 s =

7 260

s = 0,75 s = 6,09

(16)

72

b Penghitungan standar deviasi untuk data distribusi tunggal

Tabel 5.7: simpangan baku skor individual

No Nilai (X)

Frekuensi

(f) fX fX2

1 4 7 28 112

2 5 9 45 225

3 6 14 84 504

4 7 6 42 294

5 8 3 24 192

6 9 4 36 324

7 10 2 20 200

Jumlah 45 279 1851

s =

 

n n fX fX

2

2

= 45

45 1851 279

2

= 45

2 ,

121 = 1,64

c Penghitungan standar deviasi untuk data distribusi kelompok

 dengan cara frekuensi titik tengah

s =

 

1

2

n

X Xt

f dimana:

f = frekuensi Xt = titik tengah

(17)

73 X = rata-rata hitung

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa X = 51,7, maka untuk menghitung simpangan baku disusun tabel kerja sebagai berikut:

Tabel 5.8: menghitung simpangan baku

No Interval

Frekuensi (f)

TT

(Xt) (Xi-X )

(Xi-X

)2 f (Xi-X )2

1 75-79 2 77 25.3 640.09 1280.18

2 70-74 3 72 20.3 412.09 1236.27

3 65-69 5 67 15.3 234.09 1170.45

4 60-64 4 62 10.3 106.09 424.36

5 55-59 6 57 5.3 28.09 168.54

6 50-54 8 52 0.3 0.09 0.72

7 45-49 7 47 -4.7 22.09 154.63

8 40-44 5 42 -9.7 94.09 470.45

9 35-39 5 37 -14.7 216.09 1080.45

10 30-34 3 32 -19.7 388.09 1164.27

11 25-29 2 27 -24.7 610.09 1220.18

Jumlah 50 8370.5

s = 50 1 5 , 8370

= 13,07

(18)

74

 dengan cara rata-rata hitung duga

Tabel 5.9: menghitung rata-rata duga

No Interval

Frekuensi

(f) TT d fd fd2

1 75-79 2 77 5 10 50

2 70-74 3 72 4 12 48

3 65-69 5 67 3 15 45

4 60-64 4 62 2 8 16

5 55-59 6 57 1 6 6

6 50-54 8 52 0 0 0

7 45-49 7 47 -1 -7 7

8 40-44 5 42 -2 -10 20

9 35-39 5 37 -3 -15 45

10 30-34 3 32 -4 -12 48

11 25-29 2 27 -5 -10 50

Jumlah 50 0 -3 335

s = i

 

n n fd fd

2

2

(19)

75 s = 5

 

50 50 335 3

2

= 12,939

Gambar

Tabel 5.1: penghitungan mean pada distribusi tunggal
Tabel 5.2: penghitungan mean dari distribusi kelompok
Tabel 5.3: penghitungan mean dari distribusi kelompok
Tabel 5.4: distribusi frekuensi kelompok  No  Interval  Frekuensi  TT  FK  1  75-79  2  77  50  2  70-74  3  72  48  3  65-69  5  67  45  4  60-64  4  62  40  5  55-59  6  57  36  6  50-54  8  52  30  7  45-49  7  47  22  8  40-44  5  42  15  9  35-39  5
+6

Referensi

Dokumen terkait

pekerjaanmenggarap lahan menjadi tanggungjawab pihak pemilik lahan. Begitu juga, akad akad al-mukha>barah tidak sah jika ada ketentuan bahwa semua hasil panennya adalah

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana cerai gugat akibat suami hiperseks menurut hukum Islam?, bagaimana pertimbangan hukum yang dipergunakan hakim

Rehabilitasi Sosial dilaksanakan dalam bentuk bimbingan sosial, bimbingan fisik, bimbingan mental dan bimbingan ketrampilan (ketrampilan inti : Montir Motor,

[r]

In this novel the writer will discuss two types of class divisions, upper and..

Sumber pendapatan daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi juga berasal dari Dana Perimbangan. Kontribusi tertinggi berasal dari dana alokasi umum (DAU) dengan

26 Muhammad Agung Izzulhaq SMPN 1 Srengat Blitar 16. 27 Fatimatus Sholikah SMP

Pemain angklung seklaigus menjadi penyanyi dalam arak-arakan, pemain juga berjalan sesuai dengan irama dari lagu atau nyanyian yang dimainkan dengan diiringi ”alok” atau