• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA MENGGUNAKAN JOB SAFETY ANALYSIS DI PERUSAHAAN DAERAH INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DESA PARSAORAN NAINGGOLAN TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA MENGGUNAKAN JOB SAFETY ANALYSIS DI PERUSAHAAN DAERAH INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DESA PARSAORAN NAINGGOLAN TAHUN 2018"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

SRI ASTUTI SIANTURI NIM : 131000309

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI ASTUTI SIANTURI NIM : 131000309

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

ANALYSIS DI PERUSAHAAN DAERAH INDUSTRI DAN

PERTAMBANGAN DESA PARSAORAN NAINGGOLAN TAPANULI UTARA TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku di masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim lain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Sri Astuti Sianturi

(4)

Nomor Induk Mahasiswa : 131000309

Departemen : Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua

(Isyatun Mardhiyah Syahri SKM, M.Kes) NIP. 1977013012008122002

Dekan

Tanggal Lulus : 16 Oktober 2018

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Isyatun Mardhiyah Syahri SKM, M.Kes Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

(6)

menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA) merupakan sebuah metode yang menganalisis potensi bahaya yang terdapat pada sistem dan prosedur kerja serta manusia sebagai pekerjanya seacara lebih

terperinci. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu menggambarkan hasil identifikasi bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan metode Job Safety Analysis pada proses kerja penambangan batu (stone getting), pemecah batu (stone crushing) , pengangkutan batu (stone hauling) di Perusahaa Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disetiap proses kerja terdapat potensi bahaya. Pada proses pemuatan batu ke dumptruck oleh excavator dan pada proses pemecahan batu merupakan pekerjaan dengan potensi bahaya terbanyak. Potensi bahaya yang terjadi diantaranya tabrakan antar unit, bucket excavator jatuh kedalam bak dumptruck, tersengat arus listrik tegangan tinggi pada saat menghidupkan mesin crusher, bucket excavator yang masuk ke hoper crusher. Peneliti menyarankan kepada pihak pengelola di Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran Nainggolan untuk terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan upaya pengendalian dari berbagai potensi bahaya pada setiap

pekerjaan.

Kata kunci: Penambangan Batu, Pemecahan Batu, Pengangkutan batu, Job Safety Analisys

(7)

Safety Analysis (JSA) method. Job Safety Analysis (JSA) is a method that analyzes the potential hazards contained in the work system and procedures as well as human beings as workers in more detail. This type of research is qualitative research that describes the identification of hazards in a work process by using the JSA method (Job Safety Analysis) in the process of stone getting, stone crushing, stone hauling in the Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan. The results of this study indicate that in every work process there is a potential danger. In the process of loading the rock into the dumptruck by the excavator and in the process of loading stone is the work with the most potential hazards. Potential hazards that occur include collisions between units, bucket excavators fall into dumptruck tanks, stung by high voltage electric current when starting the crusher machine, bucket excavators that enter the hoper crusher. The researcher suggested to the management in Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan to continue to improve Occupational Safety and Health by controlling the various potential hazards in each job.

Keywords :Stone Getting, Stone Chruser, Stone Hauling, Job safety Analysis

(8)

dengan judul “Identifikasi Potensi Bahaya Menggunakan Job Safety Analysis di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan Tapanuli Utara Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. dr.Halinda Sari Lubis, M.K.K.K. dan Umi Salmah, SKM, M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

7. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu, wawasan dan pembelajaran yang telah diberikan.

8. Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dalam mengurus segala administrasi.

9. Teristimewa keluarga tersayang dalam doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yesus, ayah Jaumur Sianturi, ibu Rohani Panggabean, kakak Ria Yanti Sianturi, abang Darwis Ali Putra Sianturi, adek Rapidah Sianturi, Faijal Sianturi, atas bantuan, motivasi, dukungan dan semangat yang telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.

10. Teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang saling

memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini dan semua pihak yang telah berjasa dan tak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

(10)

pengembangan ilmu dibidang kesehatan masyarakat khususnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Medan, Oktober 2018 Penulis

Sri Astuti Sianturi

(11)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

RIWAYAT HIDUP xiv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 8

Bahaya 8

Jenis bahaya 9

Sumber informasi bahaya 16

Identifikasi Bahaya 17

Tujuan idetifikasi bahaya 20

Teknik idetifikasi bahaya 21

Pemilihan teknik identifikasi bahaya 23

Proses identifikasi bahaya 26

Job Safety Analysis (JSA) 27

Manfaat job safety analysis 28

Langkah melakukan job safety analysis 30

Kerangka Pikir 32

Metode Penelitian 33

Jenis Penelitian 33

Lokasi dan Waktu Penelitian 33

Informan Penelitian 33

Instrumen Penelitian 34

Metode Pengumpulan Data 34

Data primer 34

Data sekunder 34

Defenisi Istilah 35

(12)

Sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi

masyarakat tanggung jawab sosial 39

Karakteristik Informan 39

Uraian Pekerjaan 40

Penambang batu 40

Pemecahan batu (stone crushing) 41

Pengangkutan batu (stone hauling) 43

Mengidentifikasi Bahaya 44

Identifikasi potensi bahaya pada proses penambangan batu 44 Identifikasi potensi bahaya pada proses pemecahan batu 47 Identifikasi potensi bahaya pada proses pengangkutan batu 50

Pembahasan 51

Potensi bahaya pada penambangan batu 51

Potensi bahaya pada penambangan batu 54

Potensi bahaya pada penambangan batu 58

Kesimpulan dan Saran 60

Kesimpulan 60

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN

(13)

1 Identitas Informan 40

(14)

1 Rasio Kecelakaan 20 2 Program Identifikasi Bahaya yang Sesuai Untuk

Menjangkau Potensi Bahaya dalam Kegiatan Perusahaan

25

3 Proses Identifikasi Potensi Bahaya K3 26

4 Form Job safety Analysis 32

5 Kerangka Pikir 32

(15)

1 Surat Izin Penelitian 65 2 Surat Balasan dari Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan Parsaoran Nainggolan

66

3 Pedoman Wawancara 67

4 Transkrip Wawancara 68

5 Dokumentasi 76

6 Form Job Safety Analysis 81

(16)
(17)

Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrial masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beranekaragam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat penggunaan alat-alat produksi semakin komplek. Makin kompleknya peralatan yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin. Setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja menurut ILO, 2013 yang dikutip oleh (Farsiyah, 2017)

Proses industrial masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beranekaragam, salah satunya adalah

pertambangan. Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, batu alam pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih mangan . Usaha pertambangan merupakan kegiatan dengan risiko

(18)

disertai upaya penanganan efek samping penerapan teknologi akan menimbulkan berbagai masalah terutama masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu sangat dibutuhkan upaya pencegahan dan penanganan serta penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja pada semua sektor kegiatan proses produksi khususnya dalam industri pertambangan secara berkesinambungan (Ghaisani, 2014).

Peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Pertambangan umum sudah ada sejak tahun 1930 dengan nama Mijn Politie Reglement (MPR) yang merupakan peraturan yang dibuat pada masa pemerintahan Hindia – Belanda.

Disusul dengan PPRI No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan yang dilakukan oleh Menteri Pertambangan. Setelah mempelajari pertimbangan ilmu teknologi modern mengenai pemakaian peralatan pertambangan dan dalam rangka memperlancar usaha–usaha aktifitas pembangunan, maka pada tahun 1995 telah disempurnakan dengan terbitnya Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

555/K/26/M.PE/1995 tanggal 22 mei 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum (Direktorat Pertambangan dan Energi, 1995).

Dari penelitian yang dilakukan oleh (Ghaisani, 2014), potensi bahaya yang muncul di area pertambangan adalah potensi bahaya keselamatan kerja seperti tertimpa, kebakaran dan ledakan serta potensi bahaya kesehatan kerja seperti paparan debu mineral dari lokasi atau kondisi area pertambangan yang berstruktur tanah kering dan berpasir yang dapat menyebabkan silikosis atau paparan

kebisingan yang bersumber dari pengoperasin alat kerja yang mengakibatkan

(19)

pekerja dapat mengalami penurunan daya dengar, terpeleset, tersandung, dan terjatuh, terhirup debu mineral, tertimpa butiran batuan, tertabrak, terjepit alat berat, munculnya air tambang, terhirup gas beracun serta kekurangan oksigen.

Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran

Nainggolan yang merupakan objek penelitian ini adalah sebuah perusahaan yang sudah berdiri selama 2 tahun di daerah Tapanuli Utara. Bergerak di bidang

perindustrian stone chruser (pemecah batu). Di Perusahaan pertambangan batu ini terdapat 3 tahap pekerjaan yang dilakukan yaitu stone getting (penambangan batu), stone chruser (pemecah batu), stone hauling (pengangkutan batu).

Pengolahan batu di Perusahaan pertambangan batu ini dimulai dari tahap penambangan batu dari dalam sungai dengan menggunakan excavator dan

selanjutnya dimuat ke dumptruck. Setelah itu batu dibawa ke ROM (Run of Mine) untuk dipecah dengan menggunakan mesin chruser menjadi batu kecil yang disesuaikan dengan permintaan pasar. Pada proses pemecahan batu ini disebut chrushing. Batu yang sudah dipecah di ROM diangkut (stone hauling) kedalam dumptruck menggunakan excavator dan siap untuk dipasarkan.

Setiap tahapnya, kegiatan pertambangan batu yang berada di wilayah Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan melibatkan mesin dan alat-alat berat yang dapat menjadikan potensi bahaya bagi pekerja. Di Perusahaan ini terdapat banyak potensi bahaya yang tejadi yang dapat mengganggu kesehatan pekerja dan juga membahayakan keselamatan pekerja yang mengakibatkan kan produktivitas pekerja yang terus menurun.

(20)

Adapun aspek kesehatan pekerja terganggu yaitu banyak pekerja yang mengalami cedera, kehadiran menurun dengan alasan sakit, paparan debu mineral dari lokasi atau kondisi area pertambangan yang berstruktur tanah kering dan berpasir yang dapat menyebabkan silikosis atau paparan kebisingan yang bersumber dari pengoperasin alat kerja yang mengakibatkan pekerja dapat mengalami penurunan daya dengar, terpeleset, tersandung, dan terjatuh, terhirup debu mineral, munculnya air tambang, terhirup gas beracun serta kekurangan oksigen.

Dan aspek keselamatan yang membahayakan pekerja yaitu banyaknya kecelakaan yang terjadi di pertambangan, seperti kebakaran, peledakan, adakalanya batu melompat dari mesin pemecah batu yang mengenai pekerja, tertimpa butiran batuan, tertabrak, terjepit alat berat, tersengat listrik.

Keselamatan kerja erat hubungannya dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Sehingga dengan diperhatikannya masalah keselamatan dan kesehatan kerja, maka perusaahaan dapat menciptakan suasana, kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan sehat, sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga produksi dapat ditingkatkan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan pada 3 -10 Februari 2018 diperoleh data kecelakaan di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan pada tahun 2015 sebanyak 2 orang, tahun 2016 sebanyak 2 orang dan tahun 2017 sebanyak 3 orang. Total kecelakaan pada tahun

(21)

2015-2017 adalah 6 orang. Pekerja yang mengalami kecelakaan mengalami cedera ringan dan diobati ditempat kerja.

Perusahaan ini belum memiliki bagian K3 serta ahli K3 dan juga belum pernah dilakukan identifikasi menggunakan JSA, sehingga pengawasan dilakukan oleh supervisor. Supervisor juga yang menetapkan kebijakan-kebijakan untuk dapat meningkatkan efisiensi kerja. Apabila terjadi kasus kecelakaan akan dilaporkan kepada supervisor untuk dilakukan penanganan kecelakaan serta pencatatan.

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Arif,2014), untuk mengidentifikasi potensi bahaya di pertambangan dilakukan dengan

menggunakan Job Safety Analysis (JSA). Didapat bahwa potensi bahaya yang sering terjadi di pertambangan batu adalah tersengat listrik pada saat operator menyalakan mesin chruser untuk memulai stone chrushing, bucket excavator lepas dan masuk ke dalam dumptruck, tabrakan yang terjadi antar unit dan unit menabrak pekerja pada saat pekerjaan pada saat proses hauling berlangsung.

Bahaya-bahaya kerja dapat diidentifikasi melalui prosedur analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis atau JSA). JSA biasa digunakan bagi perusahaan yang memiliki bahaya-bahaya berkaitan dengan mesin-mesin dan peralatan-peralatan seperti: pusat kegiatan, perangkat penyaluran tenaga, sumber energi bahaya, area bukan tempat kerja di sekeliling mesin-mesin (Zeremia, 2017).

JSA merupakan salah satu teknik analisa bahaya yang sangat populer dan banyak digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini bertujuan untuk

(22)

mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau tindakan tidak aman saat melakukan suatu aktivitas, dengan melakukan identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah pencegahan yang tepat dan efektif (Ramli , 2010).

Alasan penulis menggunakan Job Safety Analysis karena JSA salah satu teknik identifikasi bahaya yang sesuai dengan proses pekerjaan yang ada

Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan. Di perusahaan ini terdapat 3 tahap pekerjaan yaitu penggalian batu, pemecahan batu, dan pengangkutan batu. Setiap tahapnya, kegiatan pertambangan batu yang berada di wilayah Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan melibatkan mesin dan alat-alat berat yang dapat menjadikan potensi bahaya bagi pekerja. Dalam penelitian ini, JSA sangat sesuai digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dari setiap detail (lebih terinci) dari ke tiga tahap pekerjaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana identifikasi potensi bahaya kerja di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan dengan menggunakan JSA.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah potensi bahaya apa saja yang terjadi di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.

(23)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya kerja dari ketiga tahapan kerja yang terdapat di di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan yaitu penggalian batu, pemecah batu dan pengangkutan batu.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pekerja untuk mengenali potensi-potensi bahaya yang terjadi di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.

2. Sebagai bahan masukan pada pihak perusahaan dalam menanggulangi potensi-potensi bahaya yang ditemukan di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.

(24)

Tinjauan Pustaka

Bahaya

Menurut Ridley (2014), bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/ kelukaan. Menurut Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Menurut Suma‟mur (2014), bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor- faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.

Menurut Arif (2014) yang mengutip pendapat Healey dan Walker, bahaya kesehatan adalah sesuatu yang dapat menghasilkan efek negatif terhadap

kesehatan masyarakat,baik langsung atau dari waktu ke waktu. Menurut WHO (1999), telah melakukan identifikasi langkah-langkah utama dalam penilaian bahaya kesehatan: identifikasi bahaya, karakterisasi resiko, penilaian paparan, dan estimasi risiko. Menyelesaikan penilaian bahaya yang sukses membutuhkan bantuan orang terlatih dalam kesehatan masyarakat yang berdedikasi untuk mencegah masalah kesehatan ditempat kerja.

Jenis bahaya. Menurut Kurniawidjaja (2010), bahaya kesehatan ditempat kerja dapat berasal dari semua komponen kerja berupa:

1. Bahaya tubuh pekerja (somatic hazard)

Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berasal dari dalam tubuh

(25)

pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel listrik warna-warni, bahaya somatiknya dapat membahayakan dirinya maupun orang lain sekeliling nya bila ia salah menyambung warna kabel listrik tertentu karena tindakan ini berpotensi menimbulkn kebakaran dan ledakan.

2. Bahaya perilaku kesehatan (behavioral hazard)

Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku kerja. Contohnya adalah mode rambut panjang diruang mesin berputar telah mengakibatkan seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu (crusher).

3. Bahaya lingkungan kerja (environmental hazard)

Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi, berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (efek kesehatannya masuk kedalam penyakit akibat kerja).

Faktor fisik berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK), dari penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam golongan faktor fisik serta pekerja beresiko terpajan antara lain:

a. Bahaya mekanik

Bahaya mekanik dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat kecelakaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik ditempat kerja antara lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar, terkena serpihan ledakan,tersiram, dan tertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik

(26)

tersebut adalah cedera seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh (khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian.

b. Bising

Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan

pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi, dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan alat, hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka yang bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian perawatan mesin, pekerja sektor kendaraan umum, pekerja di bengkel, dan lainnya.

c. Getar dan vibrasi

Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuluskeletal,

keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body vibration) seperti pemotong rumput yang membawa mesin di punggungnya dan pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan lengan, contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar di tangannya adalah mereka yang menggunakan alat tangan getar

(27)

dan/ atau pneumatik perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan memukul pelat baja.

d. Suhu ekstrem panas

Tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja, tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan suhu ekstrem panas yang bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja yang dapat mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator) atau mesin lainnya.

e. Suhu ekstrem dingin

Pajanan suhu ekstrem dingin di lingkungan kerja, dapat menimbulkan frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu di bawah 35ºC dan dapat mengancam jiwa. Pekerja yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam, pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam suhu ekstrem dingin, pekerja konstruksi, dan lainnya.

f. Cahaya

Cahaya yang kurang dan terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau terus menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada

(28)

usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga dapat menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerja berpotensi mengalami insufisiensi cahaya dalam bekerja bila tidak memperhatikan kecukupan cahaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu, terutama dalam melaksanakan pekerjaan yang memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan pekerja berisiko terpajan silaunya cahaya contohnya pekerja yang menggunakan visual display terminal seperti komputer dan televisi.

Faktor kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bersih-bersin, kulit gatal, sampai yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahkan kimia dapat merupakan suatu zat toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia toksik.

Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun bentuknya, yang paling sering digunakan dalam dunia kerja dan dunia usaha adalah Solvent/ pelarut organic. Pelarut organik adalah kelompok senyawa hidrokarbon (HC), seperti hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, atau hidrokarbon bersubtitusi. Pelarut organik yang banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfat, asam fosfat, benzena, toluena, xylena, formaldehid, aseton, tetraklorokarbon, trikloretilen, alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan

(29)

pelarut organik sangat luas hampir di semua bidang kegiatan manusia, sebagai contoh antara lain digunakan untuk:

a) Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia

b) Memproduksi polimer dari monomer, misalnya monomer acrylamide menghasilkan polimer acrylamide yang digunakan untuk penghancur pengendapan di bidang waste dan water treatment

c) Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan, bubur kertas dari asam sulfat

d) Mengencerkan cat, tinta, perekat

e) Menghilangkan oli pada perlengkapan mesin f) Mencuci pakaian cara kering (dry clean)

g) Sebagai bahan pemuti Sebagai bahan pendukung dalam proses produksi di bidang farmasi

Faktor biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja, dari penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologi serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis), jamur (Coccidiomycosis, Aktinomikosis), serta parasite (Hookworm, Malaria).

a) Bahaya ergonomik (ergonomic hazard) berupa faktor postur janggal, beban berlebih, durasi panjang, frekuensi tinggi. Bahaya ergonomik yang

(30)

dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk work station.

b) Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard) dan budaya kerja (work culture hazard). Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai jauh malam dan mengabaikan kehidupan sosial pekerja.

Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bahaya mekanis

Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak.

Misalnya mesin gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain. Bahaya pada mesin yang bergerak mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

2. Bahaya listrik

Bahaya listrik merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat arus pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.

(31)

3. Bahaya kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi oleh bahan- bahan kimia antara lain:

a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).

b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam sulfat, cuka air aki, dan lainnya.

c. Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG, dan lainnya.

d. Polusi dan percemaran lingkungan seperti H2S.

4. Bahaya fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain:

a. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran.

b. Tekanan c. Getaran

d. Suhu panas atau dingin e. Cahaya atau penerangan

f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah 5. Bahaya biologis

Di berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkunga kerja atau berasal dari

(32)

aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian, kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

Sumber informasi bahaya. Menurut Ramli (2010), bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety data sheet).

1. Kejadian kecelakan

Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa.

Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya misalnya:

a. Lokasi kejadian

b. Peralatan atau alat kerja

c. Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan

d. Data-data korban berkaitan dengan usia, pengalaman, pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi lainnya

e. Waktu kejadian

f. Bagian badan yang cedera g. Keparahan kejadian

(33)

2. Kecenderungan kejadian

Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari

kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja (Ramli, 2010)

Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan manajemen risiko untuk menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana terjadinya (Ramli, 2010).

Menurut Ridley (2014) ada beberapa cara untuk mengidentifikasi bahaya antara lain sebagai berikut:

1. Inspeksi keselamatan kerja (melakukan survei keselamatan umum di tempat kerja).

2. Mengadakan patroli keselamatan kerja (mengidentifikasi bahaya di sepanjang rute patroli yang ditetapkan terlebih dahulu).

3. Mengambil sampel keselamatan kerja (melakukan pemeriksaan hanya untuk satu jenis bahaya, kemudian mengulanginya untuk bahaya yang lainnya).

4. Mengaudit keselamatan kerja (membuat hitungan jumlah bahaya berbeda yang ditemukan sebagai pembanding dengan audit yang serupa pada waktu sebelumnya dan yang akan datang).

(34)

5. Melakukan survei kondisi lingkungan.

6. Membuat laporan kecelakaan.

7. Melaporkan kondisi yang hampir menimbulkan kecelakaan atau „nyaris celaka‟.

8. Meminta masukan dari para pekerja.

9. Melapor dari media pers dan asosiasi perdagangan.

Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari bahaya-bahaya. Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap langkahnya:

1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka, dengan suatu objek?

2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?

3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?

4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau memelintir?

5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan?

Contohnya, apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi? Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan teridentifikasi.

(35)

Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu pekerja-pekerja dapat membantu mengidentifikasi risiko-risiko berdasarkan pengalaman mereka.

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko adalah melakukan penilaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:

1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.

2. Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.

3. Laporan pengamatan kerja.

4. Peraturan kerja khusus di lokasi.

5. Kebutuhan alat pelindung diri.

6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.

Tujuan identifikasi bahaya. Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:

1. Mengurangi peluang kecelakaan

Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan.

(36)

Gambar 1. Rasio kecelakaan menurut Dupont

Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah 1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000 yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.

Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyebab kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan dapat diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi seluruh sumber bahaya di tempat kerja.

2. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja, manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.

1 Fatal

30

Kecelakaan berat 300

Kecelakaan serius 3000 Kecelakaan ringan

30.000

Tindakan dan kondisi tidak aman

(37)

3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi

pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.

4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan.

Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang akan dilakukan (Ramli, 2010).

Teknik identifikasi bahaya. Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas:

1. Teknik pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlamat, karena langkah pencegahan diambil setelah kecelakaan terjadi.

2. Teknik semi proaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;

a. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan.

b. Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran.

(38)

c. Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.

Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

3. Teknik proaktif

Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan:

a. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera.

b. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

c. Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal bahaya di tempat kerja.

d. Mencegah pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.

Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain:

1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3 2. Hazops (hazard and operability study)

3. Analisa keselamatan pekerjaan (job safety analysis-JSA) 4. Analisa risiko pekerjaan (task risk analysis-TRA)

(39)

5. Analisa bahaya awal (preliminary hazards analysis-PHA)

6. Analisa moda kegagalan dan efek (failure mode and effect analysis-FMEA) 7. Analisa what if (what if analysis-ETA)

8. Analisa pohon kegagalan (fault tree analysis-FTA)

Pemilihan teknik identifikasi bahaya. Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik

identifikasi bahaya yang tepat antara lain:

1. Sistematis dan terstruktur

2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum pernah dikenal sebelumnya

3. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan 4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan

Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara lain:

1. Manusia

Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat melakukan aktivitasnya masing-masing.

2. Peralatan

Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan lainnya dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang menggunakannya.

(40)

3. Material

Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan

karakteristik masing-masing.

4. Proses

Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.

5. Sistem dan prosedur

Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contohnya seorang pekerja yang bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman, misalnya menurunnya konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya kecelakaan.

Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya yang ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya

dominan, dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.

(41)

Gambar2. Program identifikasi bahaya yang sesuai untuk menjangkau potensi bahaya dalam kegiatan perusahaan

Proses identifikasi bahaya. Secara garis besar tahapan identifikasi bahaya adalah merinci bahaya-bahaya yang ada sampai level detail dan kemudian menetukan signifikansinya (potensi) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada.

Lain-lain What if, Hazard identification, dll

Proses

Hazard and Operability study, Fault Tree Analysis, What If, Preliminary Hazard Analysis

Manusia

Job Safety Analysis, Task Risk Analysis

Sistem dan Prosedur Job Safety Analysis,

What If, dll Peralatan/

Teknis Failure Mode and

Effect Analysis, What If

(42)

Gambar 3. Proses identifikasi bahaya K3

Tahapan identifikasi bahaya diawali dengan menyusun daftar kejadian kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan terjadi kecelakaan maupun gangguan kesehatan.

Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai ditempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang terjadi disuatu lingkungan kerja.

Identifikasi bahaya

Mesin dan peralatan

Sumber tenaga kerja dan

bahan berbahaya

Lokasi kerja Proses

kerja

(43)

Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan menemukan bahaya yang :

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.

3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan analisa keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam mencegah kecelakaan kerja yaitu dengan melakukan pengenalan terhadap bahaya, melakukan evaluasi dan pengendalian risiko (Cipto, 2010).

Manfaat job safety analysis (JSA). Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan melindungi produktivitas pekerja.

manfaatnya adalah :

1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.

2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam metode kerja.

4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan Produktivitas.

5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia.

6. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja

(44)

efisien.

Teknologi keamanan sistem adalah suatu segmen yang dibentuk dengan baik dan dikenal secara formal dari teknisi sistem modern. Sebagian besar dari metodologinya dikembangkan untuk membantu mencegah terjadinya kecelakaan dalam sistem-sistem yang disponsori atau dikontrol pemerintah Amerika Serikat.

Dianjurkan agar langkah pertama dalam identifikasi bahaya sistematis adalah mempersiapkan sebuah daftar dari tipe-tipe kecelakaan yang terjadi untuk produk, peralatan, sistem, atau daerah operasi yang diteliti. Setelah semua bahaya telah diidentifikasikan dari masing-masing tahap pekerjaan, pada tahap berikutnya yaitu mencari solusi pengembangan terhadap desain untuk pemisahan atau sebaliknya pengawasan atau kontrol terhadap desain untuk mengetahui hubungan tiap bahaya dengan tahapan suatu pekerjaan. Solusi yang biasa digunakan untuk mengontrol bahaya adalah berikut :

1. Merubah lingkungan fisik pekerjaan.

2. Mengurangi frekuensi pekerjaan pada pekerjaan yang berbahaya.

3. Menggunakan pakaian pelindung/alat pelindung.

4. Melakukan prosedur kerja yang baik.

Analisa keselamatan kerja (JSA) biasanya dikembangkan dengan mengamati pekerja-pekerja yang berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya dan atau dengan mendiskusikan metode kerja dengan mereka.

Observasi dan diskusi ini digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah dasar dari sebuah pekerjaan yang spesifik dan untuk mempersiapkan suatu daftar bahaya. Kontrol bahaya ini meliputi pelaksanaan prosedur keamanan kerja,

(45)

penghilangan sumber-sumber tenaga kerja dan bahan-bahan yang berbahaya serta penggunaan pakaian dan perlengkapan pengaman dan lain-lain. Penurunan tingkat bahaya dan solusi-solusi yang digunakan seharusnya dibicarakan dengan para pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut. Semakin pekerja dilibatkan dan diizinkan untuk memberi kontribusi maka semakin sukses dan efektiflah JSA tersebut. Metode pelaksanaan yang efisien pada analisa keselamatan kerja adalah melalui observasi langsung pada performa kerja. Dalam banyak hal observasi langsung mungkin tidak praktis, seperti pada pekerjaan baru dan hal lain yang jarang dikerjakan. Pada kondisi seperti ini JSA dapat dibuat melalui diskusi dengan orang yang menggeluti pekerjaan tersebut (Cipto, 2010).

Langkah melakukan job safety analysis (JSA). Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety Analysis (JSA) adalah sebagai berikut :

1. Memilih pekerjaan (Job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi kecelakaan.

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas utama dalam JSA.

b. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

(46)

c. Kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d. Pekerjaan baru

Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh ditunda hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e. Mendekati bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.

Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah menjadi kecelakaan.

2. Menguraikan pekerjaan (job breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan- tahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari tahap awal sampai akhir.

Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi seperti :

a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan langkah yang tidak penting.

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah- langkah dasar tindak dapat dibedakan.

3. Mengidentifikasi bahaya (hazard identification)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi

(47)

dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan indentifikasi bahaya diantaranya :

a. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja?

b. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

c. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas, terjepit,terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.

e. Apakah pekerja berpotensi terperangkap, tertanam, tertimbun dan potensi membahayakan pekerja lainnya.

4. Pengendalian bahaya (hazard control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat

mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien. Dalam mengendalikan bahaya, intervensi yang paling efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki kontrol. Tahapan hirarki control yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Primary control : Mencakup pengendalian pertama dengan fokus intervensi pada alat dan mesin dengan upaya rekayasa.

b. Secondary control : Mencakup pengendalian administrasi dengan cara membatasi paparan terhadap risiko tertentu.

c. Tertiari control : Pengendalian yang dilakukan dengan mengajarkan praktek kerja yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam suatu pekerjaan tertentu dengan sistematis.

(48)

d. APD : Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir dalam upaya penanggulangan yang ditujukan kepada pekerja dengan memberikan alat pelindung diri terhadap potensi bahaya tertentu.

Adapun contoh form Job Safety Analysis (JSA) oleh OHS (2013) :

Gambar 4. Form job safey analysis (JSA)

Kerangka Pikir

Gambar 5. Kerangka pikir

Penambangan batu Pemecahan batu Pengangkutan batu Identifikasi potensi bahaya

Menggunakan JSA

(49)

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu menggambarkan hasil identifikasi bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis) pada proses kerja penambangan batu (stone getting), pemecah batu (stone crushing) , pengangkutan batu (stone hauling) di Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran Nainggolan. Menurut Sugiyono (2013), dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan, pada proses kerja penambangan batu (stone getting), pemecah batu (stone crushing), pengangkutan batu (stone hauling).

Waktu penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2018 sampai dengan selesai.

Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami nya. Fungsi informan dalam penelitian adalah untuk mencari informasi secara mendalam mengenai bahaya-bahaya kerja di Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran

(50)

dalam hal tesebut. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah supervisor, operator di bagian dumptruck, operator di stone chruser.

Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu Sri Astuti sianturi Mahasiswi peminatan Kehatan dan Keselamatan Kerja,

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan. Karena peneliti sebagai pengumpul data yang mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data yang diinginkan, peneliti menggunakan instrumen berupa:

1. Pedoman observasi untuk mengetahui informasi mengenai pekerja dan lingkungan kerja, dan mesin yang digunakan.

2. Pedoman wawancara untuk mengenai pekerja, tahap kerja(proses kerja), dan bahaya kerja yang akan di lamprikan dalam form JSA.

3. Berupa dokumen resmi Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran Nainggolan.

4. Laptop.

5. Form JSA.

6. Alat tulis dan kertas catatan Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari observasi pada proses kerja, hasil dokumentasi dan wawancara mendalam dengan informan. Yang hasilnya akan dilampirkan dalam form JSA(Job Safety Analysis).

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dokumen Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan yaitu data tahap kerja

(51)

penambangan batu (stone getting), pemecah batu (stone crushing) , pengangkutan batu (stone hauling) di Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran

Nainggolan.

Definisi Istilah

1. Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan manajemen risiko untuk menjawab

pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana terjadinya.

2. Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.

3. Stone getting : proses penggalian atau penambangan untuk mendapatkan batu. Pengolahan batu di Perusahaan pertambangan batu ini dimulai dari tahap penambangan batu dari dalam sungai dengan menggunakan excavator dan selanjutnya dimuat ke dumptruck. Setelah itu batu dibawa ke ROM (Run of Mine) untuk dipecah dengan menggunakan mesin chruser.

4. Stone crushing : proses pemecahan batu oleh mesin crusher. Batu yang ada dalam ROM (Run of Mine) dipecah dengan menggunakan mesin chruser menjadi batu kecil yang disesuaikan dengan permintaan pasar. Pada proses pemecahan batu ini disebut chrushing.

(52)

5. Stone hauling : proses dimana batu yang sudah dipecah di ROM diangkut ke dumptruck menggunakan excavator dan siap dipasarkan.

6. Job safety analysis adalah suatu teknik yang digunakan untuk

menganalisa potensi bahaya yang terdapat dalam setiap tahap pekerjaan pada proses stone getting, stone crushing, stone hauling.

Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis data dilaksanakan setelah data di lapangan berhasil dikumpulkan dan diorganisasikan dengan baik. Hal ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan verbatim hasil wawancara. Analisis dilakukan dengan mencatat kronologis peristiwa yang penting dan relevan serta insiden kritis berdasarkan urutan kejadian serta menjelaskan proses yang terjadi selama wawancara berlangsung dan juga isu-isu pada wawancara yang penting dan sejalan serta relevan dalam penelitian.

Pada penelitian ini metode analisi data menggunakan analisi tematik.

Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal di antara atau gabungan dari yang telah disebutkan. Tema-tema tersebut memungkinkan interpretasi fenomena.

Suatu tema dapat diidentifikasi pada tingkat termanifestasi (manifest level), yakni yang secara langsung dapat terlihat. Suatu tema juga dapat ditemukan pada tingkat laten (latent level), tidak secara eksplisit terlihat tetapi mendasari atau membayangi (underlying the phenomena). Tema-tema dapat

(53)

diperoleh secara induktif dari informasi mentah atau diperoleh secara deduktif dari teori atau penelitian-penelitian sebelumnya (Poerwandari, 2005).

(54)

Sejarah singkat perusahaan. Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan, Kabupaten Tapanuli Utara dibentuk pada Tahun 1996 melalui Peraturan Daerah (PERDA) TINGKAT II Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 14 Tahun 1996. Perusahaan ini telah di bangun di bebarapa kecamatan, khususnya kecamatan Pahae Jae.

Pada bulan Mei tahun 2014 Perusahaan ini dibangun . Yang bertempat di Kecamatan Pahae jae yang diberi nama dengan Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.

Visi dan misi perusahaan. Adapun visi dari Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan ini adalah “Menjadi Perusahaan Daerah yang paling dipercaya melalui produktivitas dan kreativitas”. Dan misi dari Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan adalah:

1. Menerapkan praktik manajemen bisnis yang transparan 2. Membuat kegiatan-kegiatan usaha baru yang inovatif 3. Meningkatkan hubungan baik dengan setiap rekanan

4. Ikut serta berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat 5. Membangun kabupaten Tapanuli Utara menjadi kabupaten mandiri

Rencana produksi perusahaan. Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan telah memulai kegiatan-kegiatan dalam

(55)

infrastruktur penunjang, termasuk persiapan pembangunan perencanaan penambangan dan sebagainya.

Sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi masyarakat tanggung jawab sosial. Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan percaya bahwa untuk menjadi sebuah perusahaan yang kuat perusahaan harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada seluruh pemangku kepentingan. Juga menempatkan kepentingan Konsumen, Karyawan, Lingkungan dan Komunitas pada tingkat yang tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar pelaksanaan program Pengembangan Masyarakat di daerah Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.

Karakteristik Informan

Penelitian ini melibatkan lima orang informan yang secara sukarela telah bersedia memberikan keterangan yang diperlukan. Informan tersebut antara lain terdiri dari 1 orang supervisor, 1 orang operator excalator penambang batu, 1 orang operator pemecah batu, 1 orang operator excalator pengangkutan batu, 1 orang operator dumptruck. Identitas informan dapat dilihat dalam tabel 1.

(56)

Tabel 1

Identitas informan

Informan Jenis kelamin Usia Pekerjaan Masa

kerja

1 Laki-laki 39 tahun Supervisor 4 tahun

2 Laki-laki 42 tahun Operator excavator Penambang batu

4 tahun

3 Laki-laki 35 tahun Operator Pemecah Batu

3 tahun 4 Laki-laki 38 tahun Operator excavator

pengangkutan batu

4 tahun

5 Laki-laki 38 tahun Operator dumptruck pengangkutan batu

3 tahun

Uraian Pekerjaan

Dari proses kerja penambangan batu, pemecehan batu, dan pengangkutan batu yang merupakan tahapan beruntun yang dapat digunakan menjadi suatu prosedur kerja. Berdasarkan dari SOP yang berlaku di Perusahaan ini, berikut adalah uraian langkah-langkah dasar dari masing-masing pekerjaan yang sudah ditentukan:

Penambangan batu. Pada proses penambangan batu, langkah- langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja.

Sebelum memulai aktivitas kerja, setiap pekerja diwajibkan untuk memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja yang harus diperiksa sebelum memulai kegiatan penambangan adalah excavator dan dumptruck.

(57)

2. Operator naik ke excavator

Setelah pemeriksaan harian dilakukan, operator naik ke unit excavator dan melakukan persiapan berupa gerakan-gerakan yang disebut sebagai senam

excavator untuk memastikan excavator siap untuk digunakan.

3. Operator mengoperasikan Excavator

Excavator bergerak menuju lahan penambangan. Excavator akan berjalan dari areal parkir menuju lahan untuk memulai aktivitas penambangan. Disini excavator akan mulai menggali kedalam sungai.

4. Pemuatan batu ke dumptruck

Batubara yang dari hasil galian selanjutnya akan dimuat ke dumptruk yang telah mengantri di area pengangkutan.

5. Pengangkutan batu ke tempat penimbunan batu yang siap dipecah atau disebut ROM (Run Of Mine)

Batu yang yang telah dimuat ke dumptruk selanjutnya akan dibawa ke ROM yang jaraknya lebih kurang 1 KM dari penambangan.

Pemecahan batu (stone crushing). Pada proses pemecahan batu, langkah- langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja

Sebelum memulai aktivitas kerja, setiap pekerja diwajibkan untuk memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja yang harus diperiksa sebelum memulai kegiatan pemecahan batu adalah excavator, dan chruser

(58)

2. Menghidupkan generator/genset

Pekerja dibagian mesin akan menghidupkan generator dengan menekan tombol panel switch on.

3. Menghidupkan mesin crusher

Setelah mesin generator hidup dan tegangan arus stabil, selanjutnya pekerja dibagian mesin kembali menekan panel switch on secara bertahap pada panel mesin crusher untuk menggerakkan mesin crusher.

4. Operator naik ke excavator

Setelah pemeriksaan harian dilakukan, operator naik ke unit excavator dan melakukan persiapan berupa gerakan-gerakan yang disebut sebagai senam

excavator untuk memastikan excavator siap untuk digunakan.

5. Excavator bergerak ke ROM

Excavator akan berjalan dari areal parkir menuju ROM untuk memulai aktivitas pemecahan batu. Disini excavator akan mulai mengumpulkan batu agar dekat dengan jangkauan keruknya.

6. Memuat batu ke mangkuk pemecah batu (hoper)

Setelah excavator berada pada posisi yang aman pada proses pemuatan Selanjutnya batu akan dimasukkan ke mangkuk (hoper) mesin crusher.

7. Pemecahan batu (stone crushing)

Setelah batu masuk ke hoper mesin crusher selanjutnya batu akan terpecah secara otomatis oleh mesin crusher sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Batu yang telah dipecah selanjutnya akan bergerak sendiri oleh mesin loader dan kemudian ditimbun membentuk timbunan kerucut-kerucut pada derah terbuka

(59)

tepat di bawah loader. Timbunan membentuk kerucut dimaksudkan untuk memperkecil permukaan dan memadatkan batu.

Pengangkutan batu (stone hauling). Pada proses pengangkutan batu, langkah- langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja

Sebelum memulai aktivitas kerja, setiap pekerja diwajibkan untuk memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja yang harus diperiksa sebelum memulai kegiatan pengangkutan batu adalah excavator dan dumptruck

2. Operator naik ke excavator

Setelah pemeriksaan harian dilakukan, operator naik ke unit excavator dan melakukan persiapan berupa gerakan-gerakan yang disebut sebagai senam

excavator untuk memastikan excavator siap untuk digunakan.

3. Excavator bergerak ke penimbunan batu yang telah dipecah

Excavator akan berjalan dari areal parkir menuju penimbunan batu untuk memulai aktivitas penambangan. Disini excavator akan mulai menggaruk lapisan batu.

4. Memuat batu ke dumptruck

Batu yang telah dipecahkan oleh mesin crusher selanjutnya akan dimuat ke dumptruk yang telah mengantri.

(60)

5. Pengangkutan batu oleh dumptruck

Batu yang yang telah dimuat ke dumptruk selanjutnya akan diangkut dan siap dipasarkan.

Mengidentifikasi Bahaya

Segala potensi bahaya yang terdapat pada proses pemecahan batu akan diidentifikasi mulai dari proses penambangan batu, pemecehan batu dan pengangkutan batu. Data dari hasil penelitian pada penelitian ini didapatkan melalui wawancara mendalam yang dilakukan oleh Peneliti dan para informan yang merupakan pekerja di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.

Identifikasi potensi bahaya pada proses penambangan batu. Dalam proses penambangan batu dari setiap tahap kerja yang dilakukan memiliki potensi bahaya. Hal ini dibuktikan berdasarkan wawancara mendalam yang peneliti lakukan dengan informan. Adapun potensi bahaya yang terjadi pada setiap tahapan yang ada proses penambangan batu adalah

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja.

Pada proses kerja ini , potensi bahaya yang muncul yaitu tertimpa dan terjepit oleh cover mesin, terpapar debu. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan penulis (Lampiran 78).

2. Operator naik ke excavator.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adalah terpeleset dan terjatuh karena pijakan kotor dan licin, dan tergelincir dari tempat duduk. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan penulis (Lampiran 78).

(61)

3. Operator mengoperasikan Excavator.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya adalah terbalik dan terguling akibat geometris tanah tidak stabil, terperosok kedalam sungai, tertabrak unit lain nya, menabrak pekerja, terpapar kebisingan dan getaran yang berasal dari mesin.

Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara penulis dengan informan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan informan yang mengatakan :

“Adek dengar sendirikan disini itu sangat bising, suara mesin excavator,

dumptruck, dan mesin pemecah batu semua sama-sama bising. Juga kadang cepat capek kerja karena getaran dari mesin itu mungkin ya. Pernah juga pas menggali batu, kita kan tidak bisa melihat kedalam sungai karena sungai nya sangat keruh.

eh rupanya pas di tempat galian batuan nya sangat keras yang membuat excavator hampir terperosok kedalam sungai”. (I2; 23/07/2018)

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada saat memasuki dan memperhatikan area kerja memang melihat sungai nya yang sangat keruh berwarna coklat sehingga tidak terlihat kedalam sungai (Lampiran 79).

Pada proses penambangan batu merupakan lingkungan kerja yang bising (Arif, 2012). Sebagaimana nilai ambang batas yang telah ditetapkan untuk lingkungan kerja yaitu 85 dB untuk paparan 8 jam kerja. Kebisingan akan menggangu konsentrasi pekerja dan menimbulkan reaksi psikologis yang tidak menyenangkan terhadap bising dan komunikasi terganggu, merasa gugup, susah tidur, kelelahan, menurunkan gairah kerja dan menyebabkan meningkatnya absensi dan menurunkan produktivitas. Kebisingan dengan pajanan yang terus menerus dapat menyebabkan sensasi suara gemuruh dan berdenging hingga menyebabkan ketulian.

Gambar

Gambar 1. Rasio kecelakaan menurut Dupont
Gambar 3. Proses identifikasi bahaya K3
Gambar 5. Kerangka pikir
Gambar 1. Excavator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tahapan analisa, tahapan implementasi serta tahapan pengujian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa sistem pakar penyakit infeksi saluran kemih

Pelepasan informasi medis dapat dicatatat atau dicopy oleh pasien atau orang tua atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Muara Enim Nomor 6 Tahun 1994 Tentang Penetapan / Pemasangan Rambu – rambu Lalu Lintas

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Undata Palu Tahun 2014. Faktor-Faktor Terjadinya Preeklamsia Berat di Rumah

Dari hasil identifikasi bahaya dengan menggunakan JSA (job safety analysis) didapat dua jenis bahaya pada proses perbaikan mesin di unit packaging yaitu bahaya

Identifikasi Bahaya Kerja Pada Setiap Tahapan Proses Produksi dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA), merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis

Identifikasi Bahaya, Pengendalian Resiko Dan Keselamatan Kerja Pada Bagian Bengkel Repair Galangan Kapal Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (Jsa) Di Pt Janata Marina

a) Berisi atau berpotensi menyimpan udara yang berbahaya, seperti kekurangan.. maupun terlalu tinggi kadar oksigen, adanya udara beracun ataupun yang bersifat iritasi