Iv
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
PERBANDINGAN PREVALENSI TELUR CACING Ascaris lumbricoides
PADA SAYURAN SELADA DAUN LONGGAR (Lactuca sativa L. var crispa)
DI DATARAN TINGGI (CIWIDEY) DENGAN
DATARAN RENDAH (CIREBON)
Agnes Amelinda Mulyadi, 2011 Pembimbing I : DR. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes
Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked
Latar Belakang Askariasis merupakan penyakit parasit kedua terbesar di dunia
yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Jumlah telur Ascaris lumbricoides
ditemukan paling banyak pada dataran tinggi dengan tanah yang relatif subur. Salah
satu penyebarannya adalah melalui sayuran yang belum dicuci dengan bersih. Di
dalam penelitian ini, penulis menggunakan selada daun longgar (Lactuca sativa L.
var crispa) yang sering dikonsumsi sebagai lalapan dan dapat tumbuh di dataran
tinggi maupun dataran rendah.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh ketinggian terhadap prevalensi
telur cacing pada sayuran selada.
Metode Penelitian Menggunakan observasional analitik yang bersifat potong
silang. Pemeriksaan telur cacing dilakukan di bawah mikroskop dalam satu lapang
pandang. Sampel diambil dari Pasar Ciwidey (35 sampel) dan Cirebon (28 sampel).
Analisis data menggunakan program SPSS v.15 Mann-Whitney dengan nilai
α =
0,05.
Hasil Persentase telur cacing Ascaris lumbricoides pada sayuran selada di dataran
tinggi didapatkan sebesar 62,9% untuk positif 1(+) dan 8,6% untuk positif 2(++),
sedangkan di dataran rendah sebesar 39,3% untuk positif 1(+). Hasil berbeda
signifikan dengan p = 0,006 (p < 0,05).
Simpulan Prevalensi telur cacing Ascaris lumbricoides pada sayuran selada lebih
tinggi pada dataran tinggi dibandingkan dataran rendah.
Universitas Kristen Maranatha
v
ABSTRACT
THE COMPARISON OF PREVALENCE BETWEEN Ascaris lumbricoides
WORM’S EGGS IN LETTUCE (Lactuca sativa L. var crispa) AT HIGH
FLASTLAND (CIWIDEY) WITH LOW FLASTLAND (CIREBON)
Agnes Amelinda Mulyadi, 2011 Tutor I
: DR. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes
Tutor II
: July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked
Background Ascariasis is the world’s second largest parasitic disease caused by
Ascaris lumbricoides. The number of Ascaris lumbricoides eggs could be found much
more on fertile soil at high flastland. One of its spreading ways is by eating
vegetables which is not washed cleanly. This study was conducted by examining
lettuce (Lactuca sativa L. var crispa) that grows at either highflastland or low
flastland, which often consumed as ‘lalapan’.
Objective The purpose of this research was to determine the effect of the height to
the prevalence of the worm’s egg in lettuce.
Method The method of this study was using an observational analitic method with
cross-sectional study. The eggs were examinated under the microscope. The samples
were taken from Ciwidey (35 sample) and Cirebon’s market (28 sample).
Mann-Whitney SPSS programm v.15 test with
α
= 0,05 was used for analyzing the data.
Result The percentage number of Ascaris lumbricoides worm’s eggs in lettuce at
high flastland for 1(+) was 62.9% and for 2(++) was 8.6%, while at low flastland for
1(+) was 39.3%. Its result was significantly different with p = 0.006 (p <0.05).
Conclusion The prevalence of Ascaris lumbricoides worm’s egg in lettuce is
higher at high flastland than low flastland.
Universitas Kristen Maranatha
vi
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL………...………...………...………... i
LEMBAR PERSETUJUAN………...………... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
KATA PENGANTAR...
vi
DAFTAR ISI………...………...………...………... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN………...………...…...………... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………...……….. 1
1.2 Identifikasi Masalah………...……….. 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian…...……….. 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah………... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis……….. 4
1.5.1 Kerangka Pemikiran………. 4
1.5.2 Hipotesis………... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Askariasis... 5
2.1.1 Etiologi Askariasis ... 5
2.1.2 Epidemiologi Askariasis... 6
2.1.2.1 Hospes dan Distribusi...
6
2.1.3 Ascaris lumbricoides... 7
2.1.3.1 Klasifikasi Ascaris lumbricoides...
2.1.3.2 Morfologi Ascaris lumbricoides...
7
7
2.1.3.3 Sikus Hidup... 11
2.1.4 Cara Penularan... 13
2.1.5 Patogenesis... 13
2.1.6 Gejala Klinik... 13
Universitas Kristen Maranatha
vii
2.1.8 Penatalaksanaan... 16
2.1.9 Pencegahan... 17
2.1.9.1 Penyuluhan Kesehatan
17
2.1.10 Komplikasi... 18
2.1.11 Prognosis... 18
2.2 Sayuran Selada (Lactuca sativa L.)... 18
2.2.1 Klasifikasi Sayuran Selada... 19
2.2.2 Asal dan Domestikasi... 19
2.2.3 Struktur Sayuran Selada... 20
2.2.4 Budidaya Selada... 20
2.2.4.1 Capitata (Lactuca sativa L. var. capitata)... 20
2.2.4.1.1 Selada Kepala Renyah (Crisphead, Iceberg)... 21
2.2.4.1.2 Selada Kepala Mentega (Butterhead)... 21
2.2.4.2 Longifolia, Selada Cos (Lactuca sativa L. var. Romana) 22
2.2.4.3 Crispa, Selada Daun Longgar (Lactuca sativa L. var
crispa)...
22
2.2.4.4 Asparagina, Selada Batang (Lactuca sativa L. var
asparagina) ...
23
2.2.5 Nilai Gizi dan Manfaat... 23
2.2.6 Syarat Pertumbuhan Sayuran Selada... 24
2.2.6.1 Iklim... 24
2.2.6.2 Tanah... 24
2.2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Sayuran
Selada...
25
2.2.7.1 Pupuk Organik Cair... 25
2.2.7.2 Kascing... 25
2.2.7.3 Pestisida Organik... 26
2.2.7.4 Ultisol... 26
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan, Alat, dan Tempat Penelitian………... 28
3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian………... 28
3.1.2 Sampel Penelitian………... 28
3.2 Metode Penelitian... 29
3.2.1 Desain Penelitian... 29
3.2.2 Variabel Penelitian... 29
3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel... 29
3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel... 29
3.2.3 Besar Sampel Penelitian... 30
3.2.4 Prosedur Kerja... 30
3.2.5 Cara Pemeriksaan………... 31
Universitas Kristen Maranatha
viii
3.2.6.1 Hipotesis Penelitian... 32
3.2.6.2 Kriteria Uji... 32
3.2.7 Lokasi dan Waktu... 32
BAB IV HASIL, PEMBAHASAN, PENGUJIAN HIPOTESIS, DAN
KETERBATASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian………... 33
4.2 Pembahasan………... 34
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian………...
4.4 Keterbatasan Penelitian...
34
35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan………... 36
3.1 Saran………... 36
DAFTAR PUSTAKA ...
RIWAYAT HIDUP PENELITI...
JADWAL TAHAPAN PENELITIAN...
LAMPIRAN...
Universitas Kristen Maranatha
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Persentase Hasil Pemeriksaan Jumlah Telur Ascaris lumbricoides
pada Sayuran Selada di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah...
33
Tabel LI.1 Hasil Pemeriksaan Telur Ascaris lumbricoides pada Sayuran
Selada di Dataran Tingi (Ciwidey)...
43
Tabel LI.2 Hasil Pemeriksaan Telur Ascaris lumbricoides pada Sayuran
Selada di Dataran Rendah (Cirebon)...
44
Tabel LII.1 Descriptive Statistics Hasil Pemeriksaan Jumlah Telur Ascaris
lumbricoides pada Sayuran Selada di Dataran Tinggi dan Dataran
Rendah...
46
Tabel LII.2 Ranks Hasil Pemeriksaan Jumlah Telur Ascaris lumbricoides
pada Sayuran Selada di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah...
Tabel LII.3 Tes Statistic Hasil Pemeriksaan Telur Ascaris lumbricoides pada
Universitas Kristen Maranatha
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ascaris lumbricoides Jantan (kiri) dan Betina (kanan)...
Gambar 2.2 Tiga Bibir pada Bagian Anterior Ascaris lumbricoides...
Gambar 2.3 Penampang Memanjang Organ Reproduktif Ascaris lumbricoides
Jantan (Kiri) dan Betina (Kanan)...
Gambar 2.4 Fertile Egg Perbesaran 200x...
Gambar 2.5 Unfertile Egg Perbesaran 200x...
Gambar 2.6 Decorticated Egg (Kanan) Perbesaran 100x...
Gambar 2.7 Infective Egg Perbesaran 200x...
Gambar 2.8 Siklus Hidup Ascaris lumbricoides...
Gambar 2.9 Penderita Penyakit Askariasis...
Gambar 2.10 Lactuca sativa L...
Gambar 2.11 Selada Kepala Renyah...
Gambar 2.12 Selada Kepala Mentega...
Gambar 2.13 Selada Cos...
Gambar 2.14 Selada Daun Longgar...
Gambar 2.15 Selada Batang...
7
8
Universitas Kristen Maranatha
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Data Hasil Percobaan...
LAMPIRAN II Hasil Uji Statistik...
41
Universitas Kristen Maranatha
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Agnes Amelinda Mulyadi
Nomor Pokok Mahasiswa : 0810043
Tempat dan Tanggal Lahir : Cirebon, 24 Juni 1990
Alamat : Jln. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 34 Bandung
E-mail : agnes_holic@rocketmail.com
Riwayat Pendidikan :
Tahun 1996 : lulus TK Seruni, Jatiwangi
Tahun 2002 : lulus SD Negeri IV, Sutawangi
Tahun 2005 : lulus SMP Kristen 1 BPK PENABUR, Cirebon
Tahun 2008 : lulus SMA Kristen 1 BPK PENABUR, Cirebon
Tahun 2008 – sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
42
Universitas Kristen Maranatha
JADWAL TAHAPAN PENELITIAN
No. TAHAP/KEGIATAN WAKTU/BULAN KE
1. PERSIAPAN 1 2 3 4 5 6
Pembuatan usulan penelitian v
Uji lapangan v
Pengadaan alat-alat v
Administrasi perizinan v
2. PELAKSANAAN
Pengumpulan data v
Supervisi lapangan v
3. PENGELOLAAN DATA
Analisis data v
Konsultasi pembimbing v
4. PENYUSUNAN LAPORAN
Menulis draft laporan v
43
Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN I
DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel LI.1 Hasil Pemeriksaan Telur Ascaris lumbricoides pada Sayuran
Selada di Dataran Tinggi (Ciwidey)
Hasil Pemeriksaan Selada
+ ++ +++ ++++ -
Selada 1 +
Selada 2 +
Selada 3 -
Selada 4 -
Selada 5 -
Selada 6 +
Selada 7 ++
Selada 8 +
Selada 9 +
Selada 10 +
Selada 11 +
Selada 12 -
Selada 13 +
Selada 14 +
Selada 15 +
Selada 16 +
Selada 17 +
Selada 18 -
Selada 19 -
Selada 20 +
Selada 21 -
44
Universitas Kristen Maranatha
Selada 23 ++
Selada 24 +
Selada 25 -
Selada 26 +
Selada 27 +
Selada 28 +
Selada 29 -
Selada 30 +
Selada 31 ++
Selada 32 +
Selada 33 +
Selada 34 +
Selada 35 -
Tabel LI.2 Hasil Pemeriksaan Telur Ascaris lumbricoides pada Sayuran
Selada di Dataran Rendah (Cirebon)
Hasil Pemeriksaan Selada
+ ++ +++ ++++ -
Selada 1 +
Selada 2 -
Selada 3 -
Selada 4 -
Selada 5 -
Selada 6 +
Selada 7 +
Selada 8 +
Selada 9 -
Selada 10 +
45
Universitas Kristen Maranatha
Selada 12 -
Selada 13 +
Selada 14 -
Selada 15 -
Selada 16 -
Selada 17 -
Selada 18 -
Selada 19 -
Selada 20 +
Selada 21 -
Selada 22 +
Selada 23 -
Selada 24 -
Selada 25 +
Selada 26 -
Selada 27 +
46
Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN II
HASIL UJI STATISTIK
Tabel LII.1 Descriptive Statistics Hasil Pemeriksaan Jumlah Telur Ascaris
lumbricoides pada Sayuran Selada di Dataran Tinggi dan
Dataran Rendah
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
SELADA 63 0,62 0,580 0 2
DATARAN 63 1,44 0,501 1 2
Tabel LII.2 Ranks Hasil Pemeriksaan Jumlah Telur Ascaris lumbricoides
pada Sayuran Selada di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah
DATARAN N Mean Rank Sum of Ranks
SELADA Dataran Tinggi 35 36,97 1294,00
Dataran Rendah 28 25,79 722,00
Total 63
Tabel LII.3 Tes Statistics Hasil Pemeriksaan Jumlah Telur Ascaris
lumbricoides pada Sayuran Selada di Dataran Tinggi dan
Dataran Rendah
SELADA
Mann-Whitney U 316,000
Wilcoxon W 722,000
Z -2,729
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Nemathelminthes,
yaitu Ascaris lumbricoides dan merupakan penyakit kedua terbesar di dunia yang
disebabkan oleh parasit namun kurang mendapat perhatian (neglected diseases)
sehingga dijuluki penyakit tersembunyi atau silent diseases dan kurang terpantau
oleh petugas kesehatan (WHO, 2006). Penyakit yang termasuk dalam kelompok
ini tidak menyebabkan wabah yang muncul dengan tiba-tiba ataupun
menyebabkan banyak korban, tetapi merupakan penyakit yang secara perlahan
menggerogoti kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan tetap, penurunan
intelegensia anak dan pada akhirnya dapat pula menyebabkan kematian.
Askariasis termasuk dalam kelompok Soil Transmitted Helminth (STH), karena
Ascaris lumbricoides adalah kelompok cacing yang siklus hidupnya melalui
tanah. Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi STH merupakan salah satu penyakit
yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia (Sudomo, 2008).
Survey yang dilakukan di Indonesia antara tahun 1970-1980 menunjukkan
pada umumnya prevalensi askariasis merata hingga 70% atau lebih. Di Indonesia,
angka nasional prevalensi infeksi cacing pada tahun 1987 sebesar 78,6% masih
relatif cukup tinggi, namun di Jakarta sudah dilakukan pemberantasan secara
sistematis terhadap cacing yang ditularkan melalui tanah sejak 1987 di
sekolah-sekolah dasar sehingga sejak tahun 2002 hingga 2006 adalah sebesar 33%, 47%,
28%, dan 33% terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu dari sisi
ekonomi (Sudomo, 2008).
Askariasis bersifat kosmopolit, artinya terdapat di seluruh dunia, namun lebih
sering ditemukan di daerah yang beriklim hangat dengan tingkat kebersihan yang
buruk. Prevalensi penyebaran pada dunia luas bergantung pada sifat dari cacing
dan produksi telur per parasit, sosio-ekonomi rendah, terutama di daerah endemis.
2
Universitas Kristen Maranatha ditemukan di daerah pinggiran dibandingkan di kota karena masih kurangnya
pengetahuan mengenai kesehatan (Moersintowarti, 1992).
Genetik (populasi Jirel) dan lingkungan merupakan faktor yang memengaruhi,
namun lingkungan sosial merupakan faktor yang lebih berperan dalam
peningkatan prevalensi dari penyakit tersebut (Elkins et al, 1986). Sekitar 25%
dari populasi dunia terinfeksi oleh Ascaris lumbricoides dan 60.000 meninggal
dunia (Bundy & De Silva, 1998). Prevalensi askariasis di Asia mencapai 73%,
Afrika 12%, dan Amerika Selatan 8%. Di Indonesia, askariasis mempunyai
prevalensi yang tinggi. Karena iklim yang sesuai dengan perkembangan telur dan
larvanya. Pada dataran tinggi, tanah relatif subur, lembab, dan gembur jika
dibandingkan di dataran rendah yang mempunyai tanah yang lebih kering. Suhu
23-30o C pada dataran tinggi juga mendukung perkembangan telur dan larva
Ascaris lumbricoides. Selain itu, bantuan angin juga dapat menyebabkan
meluasnya penyebaran askariasis lewat telur yang pada stadium infektif ikut
berterbangan bersama debu (Moersintowarti, 1992).
Masyarakat Indonesia khususnya di Jawa Barat (Sunda) gemar mengkonsumsi
sayur-sayuran mentah (lalapan) yang mungkin dalam proses pencucian dan
pengairannya tidak higienis dan dapat menimbulkan askariasis. Salah satu daerah
pemasok sayuran untuk lalapan di daerah Bandung adalah Ciwidey, yang dikenal
sebagai penghasil sayur-mayur berupa selada, bawang daun, dan lain-lain. Selain
itu, selada dapat pula ditemukan pada daerah dengan dataran rendah, yaitu
Cirebon. Untuk menyirami selada, para petani menggunakan air sungai. Sungai
oleh penduduk sekitar digunakan untuk mandi, mencuci, membuang kotoran
(feses), maupun membuang feses hewan sehingga dimungkinkan adanya telur
cacing yang dapat ditemukan dan menetap secara tidak kasat mata pada sayuran
selama dua tahun (Soedarto, 1995).
Peneliti akan membandingkan prevalensi telur cacing Ascaris lumbricoides
pada sayuran selada daun longgar (Lactuca sativa L. var crispa) di dataran tinggi,
yaitu Ciwidey dengan dataran rendah, yaitu Cirebon guna mengetahui adakah
3
Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, identifikasi
masalah penelitian ini adalah apakah prevalensi telur cacing Ascaris lumbricoides
pada sayuran selada daun longgar (Lactuca sativa L. var crispa) lebih tinggi di
dataran tinggi (Ciwidey) dibandingkan dataran rendah (Cirebon).
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk menyampaikan pesan kepada
masyarakat sehingga diharapkan dapat memutuskan rantai penyebaran dan
menurunkan angka kejadian askariasis.
Tujuan Penelitian
Memperoleh data prevalensi telur cacing pada sayuran selada di dataran
tinggi maupun di dataran rendah.
Mengetahui pengaruh ketinggian terhadap prevalensi telur cacing pada
sayuran selada di dataran tinggi maupun dataran rendah.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat akademis
Memberikan data baru prevalensi telur cacing Ascaris lumbricoides
pada sayuran selada dan menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi penyebaran askariasis.
Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada seluruh lapisan masyarakat berkenaan
tentang cara-cara mengatasi dan mencegah askariasis yang diharapkan
dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat mengenai
4
Universitas Kristen Maranatha seluruh lapisan masyarakat dan penurunan prevalensi askariasis pada
daerah rawan.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Di Jawa Barat, masyarakat Sunda mempunyai kebiasaan untuk mengonsumsi
sayuran mentah (lalapan) yang dapat berperan dalam penyebaran telur cacing
Ascaris lumbricoides karena proses pencucian, pengairan yang tidak higienis, dan
penggunaan feses manusia sebagai pupuk. Salah satu sayuran yang sering
dikonsumsi sebagai lalapan adalah sayuran selada daun longgar yang banyak
ditanam di Ciwedey yang mewakili dataran tinggi dan Cirebon yang mewakili
dataran rendah. Selain itu, tepi daun yang keriting memungkinkan telur cacing
menempel di sela-selanya. Prevalensi telur cacing Ascaris lumbricoides
diperkirakan lebih tinggi pada dataran tinggi karena keadaan suhu yang sesuai
berkisar antara 23-30oC, ketinggian dataran, cuaca, dan tanah gembur yang
mendukung perkembangannya.
1.5.2 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah prevalensi telur cacing Ascaris lumbricoides
pada sayuran selada daun longgar (Lactuca sativa L. var crispa) lebih tinggi pada
36
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
Prevalensi telur cacing Ascaris lumbricoides pada sayuran selada daun
longgar (Lactuca sativa L. var crispa) lebih tinggi pada dataran tinggi
(Ciwidey) dibandingkan dataran rendah (Cirebon).
5.2Saran
1. Penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai
prevalensi telur Ascaris lumbricoides pada sayuran selada.
2. Disarankan untuk cara pemeriksaan dengan membedakan jenis telur infektif
dan fertil perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
3. Disarankan untuk cara pencucian sayuran selada yang paling baik perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.
4. Disarankan untuk tidak menggunakan feses manusia sebagai pupuk tanaman
secara langsung, tetapi diolah terlebih dahulu menjadi kompos.
5. Berangkat dari keterbatasan penelitian penulis, hal-hal yang masih meragukan,
37
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : UI-Press, h. 25-32.
Brady, N dan Buckman H. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhratara Karya Aksara,
h. 70-73.
Brown, Harold W. 1983. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta : Gramedia.
Brucker, David A. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC,
h. 57-63
Bundy, D.A. and De Silva, N.R. 1998. Can We Deworm This Wormy World.
Med.Bull, h. 421-32.
Cacing Ascaris lumbricoides. 2011.
http://ascarislumbricoides.org/ (akses tanggal 4 Februari 2011).
Elkins, D.B, Haswell-Elkins, M. and Anderson, R.M. 1986. The Epidemoilogy
and Control of Intestinal Helminthes in The Pulicat Lake Region of
Southern India 1. Trans R Soc Trop Med Hyg, h. 774-92.
Faust EC, Beaver PC, Jung RC. 1975. Animal Agents and Vector of Human
Diseases. 4th ed. Philadelphia : Lea & Febiger, h. 133-141.
Foodbourne Pathogenic Microorganisms and Natural Toxins Handbook Ascaris
lumbricoides and Trichuris trichiura. 2009.
http://www.fda.gov/food/foodsafety/foodborneillness/foodborneillnessfoodb
ornepathogensnaturaltoxins/badbugbook/ucm070828.htm (akses tanggal 24
April 2011).
Foth, H. 1984. Fundamentals of Soil Science. Seventh Edition. New York : Jhon
38
Universitas Kristen Maranatha Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, h. 110-115.
Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu. 1996. Sawi dan Selada. Jakarta :
Penebar Swadaya, h. 41-49.
Hoeprich, Paul D. 1977. Infections Diseases. 2nd ed. Maryland : Harper and Row,
h. 345-352.
Lactuca sativa Plants Profile and Distributions. 2011.
http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=LASA3 (akses tanggal 16 Mei
2011).
Lingga, P. dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Jakarta
: Penebar Swadaya, h. 61-69.
Liptan. 2001. Pertanian Organik. Pekan Baru : Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP), h. 98-105.
Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik Berkualitas
dan Ramah Lingkungan. Mataram : Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian (IPPTP), h. 22-34.
Moersintowarti, B. 1992. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Edisi pertama.
Surabaya : Binacipta.
Onggowaluyo, Samidjo Jangkung. 2001. Parasitologi Medik 1 Helmintologi.
Jakarta : EGC, h. 135-146.
Rubatzky, V. dan Yamaguchi, M. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan
Gizi. Bandung : ITB, h. 66-71.
39
Universitas Kristen Maranatha Selada Batang. 2008.
http://www.thefloweringgarden.com/celtuce.htm (akses tanggal 29 Oktober
2011).
Selada Cos. 2011.
http://www.omniseedsearch.com/howtoplant/lettuce.html (akses tanggal 29
Oktober 2011)
Selada Kepala Renyah. 2011.
http://www.ugacfs.org/producesafety/Pages/Steps/LeafyGreenTypes.html
(akses tanggal 29 Oktober 2011).
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides. 2009.
http://dpd.cdc.gov/dpdx/html/Ascariasis.htm (akses tanggal 4 Februari
2011).
Soedarto. 1995. Helmintologi Kedokteran. Edisi kedua. Jakarta : EGC.
Sudomo, M. 2008. Penyakit Parasitik yang Kurang Diperhatikan di Indonesia,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depatemen Kesehatan,
Jakarta.
http://litbang.depkes.go.id/update/orasi/OrasiSudomo (akses tanggal 25
Februari 2010).
Sunarjono. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Jakarta : Penebar Swadaya,
h. 31-33.
Suprayitno. 1996. Menanam dan Mengolah Selada Sejuta Rasa. Solo : CV Aneka,
h. 73-74.
Sutedjo, M. M. dan Kartasapotra . 2006. Pupuk dan Cara Pemupukan. Edisi ke-5.
40
Universitas Kristen Maranatha World Health Organization. 2006. Preventive chemotherapy in human
helminthiasis. Preventive Chemotherapy and Transmission Control,
Department of Control of Neglected Tropical Diseases. Switzerland: World
Health Organization.
Yuwono, D. 2006. Kompos, Seri Agritekno. Jakarta : Penebar Swadaya,