• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Masyarakat Hukum Adat Bali Terhadap Putusan MK no. 46-PUU-VIII-2010 Terkait Kedudukan Anak Luar Kawin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap Masyarakat Hukum Adat Bali Terhadap Putusan MK no. 46-PUU-VIII-2010 Terkait Kedudukan Anak Luar Kawin."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Vol 4, No 3 (2015)

t i k e t k e r e t a t o k o b a g u s b e r i t a b o l a t e r k i n i a n t o n n b A n e k a K r e a s i R e s e p M a s a k a n I n d o n e s i a r e s e p m a s a k a n m e n g h i l a n g k a n j e r a w a t v i l l a d i p u n c a k r e c e p t e n b e r i t a h a r i a n g a m e o n l i n e h p d i j u a l w i n d o w s g a d g e t j u a l c o n s o l e v o u c h e r o n l i n e g o s i p t e r b a r u b e r i t a t e r b a r u w i n d o w s g a d g e t t o k o g a m e c e r i t a h o r o r

Table of Contents

Articles

KATA PENGANTAR PDF

Kata Pengantar

MENGUJI ASAS DROIT DE SUITE DALAM JAMINAN FIDUSIA PDF

I Made Sarjana, Desak Putu Dewi Kasih, I Gusti Ayu Kartika

PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI HUKUM PERUSAHAAN PADA BADAN USAHA BANK DALAM PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PDF

I Gusti Agung Eka Pertiwi

URGENSI PENYELESAIAN SENGKETA PILKADA OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI

PDF

Ida Puspa Jaya Miha

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA MEMPERTAHANKAN JENIS PIDANA MATI (STUDI KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA

DISERTAI MUTILASI KORBAN)

PDF

A.A. Sagung Mas Yudiantari Darmadi

Penjabaran Good Corporate Governance (GCG) dalam Pengadaan Barang dan Jasa pada PLN Bali

PDF

Luh Putu Dwi Suarini

URGENSI KEBIJAKAN PIDANA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

PDF

Ketut Maha Agung

INSTRUMEN REKOMENDASI DPRD DALAM PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PERIJINAN OLEH

PEMERINTAH DAERAH

PDF

Made Jayantara

ANALISIS INDEPENDENSI ODITUR MILITER DALAM MELAKSANAKAN FUNGSINYA DI ODITURAT MILITER III-14

DENPASAR DENGAN BERLAKUNYA KEBIJAKAN RENCANA TUNTUTAN

PDF

Misran Wahyudi

KERJASAMA LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) KUTA DENGAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI

TINDAK PIDANA PENCURIAN

PDF

Ni Komang Ratih Kumala Dewi

PEMBERIAN DANA DESA KEPADA DESA ADAT DI BALI PDF

(3)

PENJABARAN STANDAR INTERNASIONAL TRIMS DAN OECD DALAM KETENTUAN HUKUM PENANAMAN MODAL

INDONESIA

PDF

Ni Ketut Supasti Dharmawan, Putu Tuni Caka Bawa Landra, Putu Aras Samsithawrati

PENGATURAN PERKAWINAN PADA GELAHANG DALAM AWIG-AWIG DESA PAKRAMAN

PDF

I Ketut Sudantra, Ni Nyoman Sukerti, A.A. Istri Ari Atu Dewi

KEWAJIBAN PENGUSAHA MENYEDIAKAN ANGKUTAN ANTAR JEMPUT BAGI PEKERJA/BURUH PEREMPUAN YANG BERANGKAT DAN PULANG PADA MALAM HARI DI BALI

SAFARI AND MARINE PARK

PDF

I Made Udiana, I Ketut Westra, Ni Ketut Sri Utari

PENGENDALIAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA OLEH NARAPIDANA DARI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN

(LAPAS)

PDF

I Gede Artha, I Wayan Wiryawan

SIKAP MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI TERHADAP PUTUSAN MK NO. 46/PUU-VIII/2010 TERKAIT KEDUDUKAN

ANAK LUAR KAWIN

PDF

Ni Nyoman Sukerti, I Gst. Ayu Agung Ariani, I Ketut Sudantra

DASAR KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG DALAM MEMBERIKAN STANDAR PELAYANAN BAGI

PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PDF

(4)

603

Magister Hukum Udayana

• September 2015 ISSN 2302-528X

Jurnal

(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

SIKAP MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI

TERHADAP PUTUSAN MK NO. 46/PUU-VIII/2010 TERKAIT

KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN

1

Oleh :

Ni Nyoman Sukerti (nyomansukerti10@yahoo.com) I Gst. Ayu Agung Ariani (oka.ariani@yahoo.com)

I Ketut Sudantra (sudantra01@yahoo.co.id)2

ABSTRACT

This study aimed to determine the knowledge of indigenous people of Bali against the

Constitutional Court No.46 / PUU-VII / 2010, meaning the Constitutional Court ruling

related to the child outside the mating position, to identify and analyze the attitudes of

indigenous communities Bali on the discharge of the Constitutional Court. This study is an empirical law with non-doctrinal approach (socio legal research).

The results showed that indigenous people in general do not yet know Bali Court Decision

No.46 / PUU-VII / 2010 was. Meaning beyond mating gives children the same rights as children born within marriage. Balinese people’s attitudes related to this decision, can be classiied into two: 1. Most accept the decision of the reason; children outside the mating status to clear, the mother can claim responsibility for the biological father of the child, the child is no longer despised in the family and society. 2. small Sebagain reject reason; children outside mating can cause problems in inheritance in biological father, contrary to the customary law of Bali, girls may prefer not to marry. The attitude of the indigenous peoples of Bali pros and cons of the legal culture of society.

Conclusion: Its meaning is to give children the right to marry outside the same as children

born within marriage. Balinese customary law community in general have not been aware of the Constitutional Court. Balinese people’s attitudes towards the Constitutional Court ruling pro and cons.

Keywords: constitutional court ruling, beyond mating child, ttitude indigenous

people of Bali.

1 Karya lmah n merupakan hasl peneltan d

baya dar dana Dpa BLU Program Stud Magster (S2) Ilmu Hukum PPS UNUD dengan SK drektur No.750/UN.14.4/KU/2015 tanggal 29 Me 2015 telah dpresentaskan dalam semnar/FGD d Program Magster (2) Ilmu Hukum

2 Para penuls dosen d Program Stud (S2) Ilmu Hukum

dan Fakultas Hukum UNUD. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesa sebaga negara yang sedang berkembang sudah berumur 70

tahun. Pada umurnya yang 70 tahun tersebut sudah cukup banyak peraturan perundang-undangan yang berhasl dbuatnya. Namun demkan dalam hukum keluarga dan hukum wars belum berhasl dbuatnya. Jad dalam hukum keluarga dan hukum wars belum ada hukum yang berlaku secara nasonal sehngga mash berlaku pluralsme hukum.

Hukum keluarga dan hukum wars yang berlaku d Indonesa mash bersfat pluralsme hukum. Artnya dalam bdang

(5)

604

Magister Hukum Udayana

• September 2015 ISSN 2302-528X adat, hukum slam dan hukum perdata barat atau Ktab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Mash berlakunya pluralsme

hukum dsebabkan belum mampunya

negara atau pemerintah membuat uniikasi

hukum dalam dua lapangan hukum tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kajan n dfokuskan pada hukum adat yakn hukum adat Bal.

Dalam pewarsan ahl wars

merupakan salah satu unsur esensl untuk dapat terjadnya pewarsan oleh karena tu dalam penentuan ahl wars erat katannya dengan sstem kekeluargaan yang danut oleh masyarakat d Indonesa. Pada umumnya kehadran seorang anak dalam sebuah keluarga sangat d dambakan, apabla dalam sebuah keluarga kecl atau keluarga bath, ketdakhadran seorang anak dapat menggoyahkan pondas rumah tangga suatu keluarga. Kehadran seorang anak mempunya peranan yang sangat pentng dalam suatu perkawnan, karena tujuan perkawnan selan membna rumah tangga yang bahaga dan sejahtera adalah untuk melanjutkan keturunan, agar tdak terjad

kepunahan (camput). Begtu pentngnya

kehadran seorang anak dalam sebuah keluarga, terlebh anak lak-lak yang d Bal dpercaya sebaga penyelamat roh leluhur dar sksaan neraka. Tadanya anak dalam keluarga (perkawnan), dapat dpaka alasan oleh sang suam untuk melakukan polgam dan bahkan ada kalanya juga dpaka alasan untuk mencerakan sang str, walaupun belum tentu sang str yang mandul.

Anak-anak yang lahr dar perkawnan yang sah orang tuanya dsebut anak sah,

sedangkan anak yang lahr tanpa ada perkawnan orang tuanya dsebut anak tdak sah atau anak luar kawn. Antara anak sah dan anak luar kawn sebaga keturunan mempunya kedudukan yang tdak sama dalam keluarga. Seseorang sebaga keturunan mempunya hubungan darah dengan orang menurunkannya. D sampng mempunya hubungan darah dans juga mempunya hubungan hukum dengan orang yang menurunkannya. Sehubungan

dengan tersebut Djojodguno dalam

Surojo Wgnjodpuro, mengatakan bahwa keturunan adalah ketunggalan leluhur, artnya ada perhubungan darah antara orang seorang dan dan orang lan. Dua orang atau lebh yang mempunya hubungan darah, jad yang tunggal leluhur, adalah keturunan yang

seorang dar yang lan.3

Mencermat pendapat dar Djojodguno tersebut, dmana keturunan adalah orang yang mempunya hubungan darah dengan orang yang menurunkannya. In berart orang yang dmaksudkan adalah lak-lak dan perempuan yang menyebabkan keturunan tu ada sudah melangsungkan perkawnan. Lantas bagamana manakala lak-lak dan perempuan yang menyebabkan keturunan tu tdak melangsungkan perkawnan? Kalau dcermat lebh dalam, walaupun tdak ada perkawnan antara lak-lak dan perempuan yang menyebabkan seorang keturunan (anak) tu lahr tetap sang anak mempunya hubungan darah, tetap sang anak tdak mempunya hubungan hukum dengan lak-lak yang menyebabkan a lahr. Dalam katan peneltan n, lantas bagamana hubungan hukum anak yang bersangkutan

3 Surojo Wgnjodpuro, Pengantar Dan Asas-Asas

(6)

605

Magister Hukum Udayana

• September 2015 ISSN 2302-528X

Jurnal

(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

dengan lak-lak yang menyebabkan da lahr. Sebuhungan dengan hal tersebut maka menjad pentng untuk melakukan peneltan berkenaan dengan kedudukan hukum anak luar kawn setelah keluarnyan putusan MK No.46/PUU-VIII/2010.

1.2. Rumusan Masalah.

Berttk tolak dar latar belakang tersebut d atas, drumuskan permasalahan sebaga berkut:

1. Apa makna Putusan MK No. No.46/

PUU-VIII/2010 terhadap kedudukan anak luar kawn d dalam Hukum Adat Bal?

2. Bagamana skap masyarakat hukum

adat Bal terhadap Putusan MK No.

No.46/PUU-VIII/2010 sehubungan

dengan kedudukan anak luar kawn?

II. METODE PENEITIAN 2.1. Jenis dan Sifat Penelitian

Peneltan tentang skap masyarakat hukum adat Bal terhadap Putusan MK No. No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uj Materal Undang-Undang Perkawnan sehubungan

kedudukan anak luar kawn adalah

merupakan peneltan hukum emprs dmana data lapangan sebaga data prmer. Peneltan n tdak akan menguj hpotess, akan tetap menggal nformas sebanyak mungkn sehubungan dengan skap masyarakat hukum adat Bal terhadap keluarnya Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 sehubungan dengan kedudukan anak luar kawn tersebut. Oleh karenanya peneltan n bersfat deskrtf, yatu menggambarkan atau menjelaskan skap masyarakat hukum adat Bal terhadap Putusan MK sehubungan dengan kedudukan anak luar kawn.

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam peneltan n data yang dgal dan dkumpulkan adalah berupa data prmer dan data sekunder. Data prmer dperoleh data yang dgal d lapangan yakn d wlayah Kota Denpasar. Sebaga lokas peneltan dtentukan secara purposf dengan dasar pertmbangan bahwa d Kota Denpasar yang sekalgus sebaga pusat Pemerntahan Propns Bal, dmana konds masyarakatnya relatf lebh maju dengan tngkat penddkan lebh tngg dbandngkan dengan daerah

lanya d Bal. Penentuan nforman

responden dtentukan dengan teknk snow

ball (bola salju) dan yang dplh adalah

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan warga masyarakat.

Data sekunder dperoleh dar

penelusuran bahan-bahan tertuls atau dokumen-dokumen yang memuat nformas sehubungan dengan anak yang lahr d luar perkawnan kedua orang tuanya.

2.3. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan data yang dperlukan, teknk pengumpulan data yang dgunakan dalam peneltan n adalah teknk wawancara yang berpedoman pada pedoman

pertanyaan (interview guide).

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengolahan dan analss data

dlakukan dengan menggunakan metode yang bersfat kualtatf yang dlengkap dengan analss stuasonal. Metode n akan dapat menunjukan tentang skap masyarakat hukum Adat Bal terhadap Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uj Materl

Undang-Undang Perkawnan terkat

kedudukan anak luar kawn.

(7)

606

Magister Hukum Udayana

• September 2015 ISSN 2302-528X

Jurnal

(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

III. HASILDAN PEMBAHASAN 3.1. Tinjauan Umum Tentang

Macam-Macam Anak Dalam Hukum Adat.

Secara umum dalam hukum adat dkenal dua jens anak yatu anak yang lahr dalam perkawnan yang dsebut anak syah dan anak yang lahr d luar perkawnan yang dsebut anak tdak syah. Anak yang lahr dalam perkawnan juga banyak macamnya sepert anak kandung, anak tr, anak angkat dan anak para, sementara anak yang lahr d luar perkawnan ada dsebut anak haram dan anak haram jadah. Kalau dalam masyarakat Bal anak yang lahr d luar perkawnan ada dua macam yatu ada yang

dsebut anak bebinjat, ada yang dsebut anak

astra. Masng-masng anak tersebut d atas mempunya kedudukan dan hak tdak sama dalam keluarganya.

Anak bebinjat adalah anak lahr yang

tanpa ada perkawnan dar orang tuannya dmana s bu tdak dapat menunjukan lak-lak mana yang menyebabkan drnya haml dan melahrkan anak karena lak-lak yang mengaulnnya lebh dar satu orang. Oleh

karena tu dsebut anak bebinjat artnya bunya

jahat. Sementara anak astra adalah anak yang lahr d luar perkawnan orang tuanya, hal tu terjad dkarenakan sesuatu hal sehngga belum bsa melakukan perkawnan namun anaknya keburu lahr. Anak astra adalah

anak dar perempuan kebanyakan (common

people) dengan lak-lak dar golongan tr wangsa. Anak astra dketahu bapaknya dan basanya anak tersebut dberkan baya hdup oleh ayah bologsnya tetap anak tersebut mengkut gars keturunan bunya.

Mengena anak yang lahr d luar perkawnan dapat dlakukan upaya untuk menghndar celaan dar masyarakat dan anak tersebut mempunya status dan

kedudukan yang jelas dalam keluarga dan masyarakat. Terkat dengan hal tersebut Sukert mengemukakan bahwa d Kabupaten Tabanan, anak yang lahr dluar perkawnan basanya dangkat anak oleh saudara bunya atau oleh orang tua bunya (kakek-nenek)

anak yang bersangkutan.4

Anak kandung adalah anak yang mempunya kedudukan yang sangat pentng

dalam setap somah (gezin) masyarakat

adat.5 Anak sebaga penerus generas dan

wadah (tempat tumpuan) dmana semua harapan orang tuannya dkemudan har dtumpahkan, sebaga pelndung orang

tuannya dimana secara isik orang tuannya

tdak mampu bekerja lag. Sementara anak tr adalah anak orang lan yang ada dalam suatu keluarga. Mengena anak tr sebenarnya dapat dlhat dar sudut sapa anak tersebut dlhat dan dar sstem kekeluargaan yang danutnya. Kalau dlhat dar sudut s ayah pada masyarakat patrlneal tdak dkenal anak tr karena dalam masyarakat patrlneal adalah semua masuk dalam gars bapaknya berapapun bunya. Kalau dlhat dar sudut s bu baru dkenal anak tr, akan tetap tdak berpengaruh dalam keluarga dan pewarsan karena semua anak lak-lak mempunya hak wars terhadap harta kekayaan orang tuanya, kecual anak yang bersangkutan hak warsnya telah gugur.

Pada masyarakat matrlneal masalah anak tr adalah merupakan kebalkan dar masyarakat yang patrlneal. Sementara pada masyarakat parental, anak tr dapat dlhat

4 Ni Nyoman Sukerti, ”Kedudukan Hukum Anak Luar

Kawin di Kabupaten Tabanan”, Laporan Penelitian,

Fakultas Hukum, Unverstas Udayana, Denpasar, 1990, hlm.21.

5 Tolb Setady, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam

Kajian Kepustakaan), Alfabeta, Bandung, 2008, hlm.208.

(8)

607

Magister Hukum Udayana

• September 2015 ISSN 2302-528X

Jurnal

(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

dar sudut ayah dan juga bu karena pada masyarakat parental ada kalanya masng-masng membawa anak dalam perkawnan. Dalam mewars anak tr tetap mewars pada orang tua kandungnya. Anak angkat adalah anak orang lan yang dangkat anak oleh suatu keluarga. Mengena anak angkat, n ada perbedaan dalam pewarsan antara masyarakat patrlneal dengan masyarakat parental. Pada masyarakat patrlneal anak angkat mempunya kedudukan yang sama dengan anak kandung dalam keluarga dan pewarsan sepert d Bal n. Anak angkat adalah ahl wars penuh pada keluarga angkatnya sementara pada masyarakat parental sepert d Jawa anak angkat hanya

mempunya hak wars terhadap harta gono

gini orang tua angkatnya sementara terhadap

harta-harta lannya anak angkat sama sekal tdak berhak. Sementara masyarakat matrlneal sepert Mnangkabau tdak mengenal lembaga pengangkatan anak.

Anak para adalah anak orang lan yang dpelhara oleh suatu keluarga karena alasan ekonom, n sfatnya hanya sementara karena setelah anak yang bersangkutan dewasa dan bsa mencar penghdupan sendr anak tersebut akan dkembalkan kepada orang tua kandungnya. Jad terhadap anak para tdak ada hubungan dengan masalah pewarsan pada keluarga yang memelharanya. Perbuatan memelhara anak orang lan tersebut dlakukan sebatas belas kashan saja.

Jad dalam katan bermacam-macam anak tersebut d atas mempunya kedudukan yang tdak sama dalam keluarga dan pewarsan, hal tu tergantung dar sstem kekeluargaan yang berlaku dalam masyarakat anak-anak tersebut.

3.2. Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca Keluarnya Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010.

Masalah anak yang lahr d luar perkawnan yang menurut hukum adat hanya mempunya hubungan dengan bunya saja, akan tetap dalam Undang-Undang Perkawnan Pasal 43 ayat 1 dsebutkan bahwa anak yang lahr d luar perkawnan hanya mempunya hubungan perdata dengan bunya dan keluarga bunya.

Mencermat anak luar kawn

sebagamana telah dsebutkan d atas menurut hukum adat hanya mempunya hubungan perdata dengan bunya sementara Undang-Undang Perkawnan menyebut dmana anak luar kawn d sampng mempunya hubungan perdata dengan bunya juga dengan keluarga bunya, maka lngkup undang-undang lebh luas. Terkat dengan hal tersebut hukum adat harus tunduk pada hukum negara atau hukum nasonal dalam hal n Hukum Perkawnan Nasonal. Hal tersebut sesua dengan Pasal 28 B ayat 2 UUD RI 1945. Adapun ketentuan pasal tersebut sebaga berkut: setap anak berhak atas kelangsungan hdup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlndungan dar kekerasan dan dskrmnas (hasl amandemen kedua). Intnya seorang anak harus hdup aman dan nyaman tanpa memandang anak tersebut lahr dalam perkawnan atau lahr d luar perkawnan orang tuannya. In berart anak yang lahr d luar perkawnan harus dperhtungkan bdang kepedataannya pada keluarga bunya.

Hukum Perkawnan Nasonal sudah cukup lama berlaku namun dalam hal anak luar kawn mempunya hubungan

keperdataan dengan keluarga bunya

terutama pada masyarakat patrlneal sangat sult dtermanya. Jad masalah anak luar

(9)

608

Magister Hukum Udayana

• September 2015 ISSN 2302-528X tergantung dar sstem kekeluargaan yang

berlaku dalam masyarakat anak-anak

tersebut.

Khusus mengena kedudukan anak luar kawn pasca keluarnya Putusan Mahkamah Konsttus (MK) No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uj Materl Undang-Undang Perkawnan telah mengalam perubahan. Hal mana d dalam Putusan MK tersebut dalam pertmbangan hukumnya menyatakan bahwa … tdak tepat dan tdak adl manakala hukum menetapkan bahwa anak yang lahr dar suatu kehamlan karena hubungan seksual d luar perkawnan hanya memlk hubungan dengan perempuan yang sebaga bunya. Adalah tdak tepat dan tdak adl pula jka hukum membebaskan lak-lak yang melakukan hubungan seksual yang menyebabkan kehamlan dan kelahran anak tersebut dar tanggung jawabnya sebaga seorang bapak dan bersamaan dengan tu hukum menadakan hak-hak anak terhadap

lelak tersebut sebaga bapak …6

Makna dar Putusan MK tersebut adalah member hak yang sama terhadap anak luar kawn dengan anak-anak yang lahr dalam perkawnan yang syah. In berart akan menmbulkan masalah karena melegalkan hubungan seksual d luar perkawnan dan bahkan dapat berakbat merebaknya

hubungan sek bebas yang tdak jauh berbeda dengan bnatang.

Terhadap Putusan MK tersebut, hasl peneltan menunjukan bahwa terdapat perbedaan pendapat dar warga masyarakat hukum adat yang mana dapat dgolongan menjad dua kelompok yatu kelompok yang menerma dan kelompok menolak Putusan MK tersebut. Kelompok yang menerma Putusan MK tersebut adalah sebagan besar dar warga masyarakat hukum adat Bal yang dtelt, sementara kelompok yang menolak putusan tersebut adalah sebagan kecl dar warga masyarakat hukum adat Bal yang dtelt. Kelompok yang menerma Putusan MK memberkan beberapa alasan yatu anak luar kawn statusnya menjad jelas, s bu dapat menuntut tanggung jawab terhadap ayah bologs s anak, s anak tdak lag dpandang hna dan rendah dalam keluarga dan masyarakat. Kelomopk yang menolak Putusan MK tersebut yang merupakan sebagan kecl dar warga masyarakat memberkan alasannya: anak luar kawn dapat menmbulkan masalah dalam pewarsan pada bapak bologsnya, bertentangan dengan hukum adat Bal, anak perempuan bsa lebh memlh tdak kawn.

Skap masyarakat hukum adat Bal sehubungan dengan keluarnya Putusan MK adalah ada yang pro dan kontra. Hal tesebut tada lan adalah merupakan budaya hukum masyarakat adat Bal terhadap hukum yang dberlakukan. Budaya hukum (legal culture) menurut L.M. Fredman, melput de-de, skap-skap, kepercayaan, nla-nla, harapan, dan pandangan tentang

hukum7. Sementara Hlman Hadkusuma,

6 D.Y. Wtanto, Hukum Keluarga Hak Dan Kedudukan

Anak Luar Kawin Pasca Keluarnnya Putusan MK Tentang Uji Materiil Undang-Undang Perkawinan,

Prestas Pustaka Publsher, Jakarta, 2012, hlm.242.

Vol. 4, No. 3 : 603 - 609

7 Lawrence M. Fredman, The Legal System : A Social

(10)

609

Magister Hukum Udayana

• September 2015 ISSN 2302-528X

Jurnal

(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

mengurakan budaya hukum adalah

tanggapan yang bersfat penermaan atau penolakan terhadap suatu perstwa hukum. Ia merupakan skap dan prlaku manusa

Dar keseluruhan uraan atau paparan tersebut d atas dapat dsmpulkan sebaga berkut :

4.1.1 Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uj Materl Undang-Undang Perkawnan adalah mempunya makna memberkan hak yang sama kepada anak luar kawn dengan anak yang lahr dalam perkawnan yang syah. 4.1.2 Skap masyarakat hukum adat Bal

terkat Putusan MK tersebut dapat dgolongan menjad dua kelompok yatu kelompok yang menerma dan yang menolak. Kelompok yang menerma member alasan yatu anak luar kawn statusnya menjad jelas, s bu dapat menuntut tanggung jawab terhadap ayah bologs s anak, s anak tdak lag dpandang hna dan rendah dalam keluarga dan masyarakat. Sementara yang menolak member alasan yatu anak luar kawn dapat menmbulkan masalah dalam pewarsan pada bapak

bologsnya, bertentangan dengan

hukum adat Bal, anak perempuan bsa lebh memlh tdak kawn.

4.2. Saran

Melalu peneltan n dsarankan kepada masyarakat adat Bal agar lebh hat-hat menykap makna dar Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uj Materl Undang-Undang Perkawnan tersebut karena hal tu dapat melegalkan persnahan dan bsa merubah pandangan dar warga masyarakat adat Bal bahwa tdak perlu adanya perkawnan. Kalau hal tersebut menjad lumrah dan tdak dpandang hna maka pada akhrnya manusa dapat dkatakan tdak berbeda dengan bnatang.

DAFTAR PUSTAKA

Fredman, Lawrence M, 1975, The Legal

System : A Social Science Perspective,

New York: Russel.

Hlman Hadkusuma, Hlman, 1986,

Antropologi Hukum Indonesia,

Alumn, Bandung.

Setady, Tolb, 2008, Intisari Hukum

Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan), Alfabeta, Bandung.

Sukerti, Ni Nyoman, 1990, ”Kedudukan

Hukum Anak Luar Kawn D

Kabupaten Tabanan”, Laporan

Penelitian, Fakultas Hukum, Unud.

Wgnjodpuro, Surojo, 1967, Pengantar

Dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta.

Wtanto, D.Y. 2012, Hukum Keluarga Hak

Dan Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca Keluarnya Putusan MK Tentang

Uji Materiil U U Perkawinan, Prestas Pustaka Publsher, Jakarta.

……...., 2002, Undang-Undang Negara

Republik Indonesia 1945, Hasl

Amandemen , Sinar Graika, Yakarta.

..., 2004, Himpunan Peraturan

Perundang-Undangan Perkawinan,

Lntang Pustaka, Yogyakarta.

8 Hlman Hadkusuma, Antropologi Hukum Indonesia,

Alumn, Bandung, 1986, hlm.52.

Referensi

Dokumen terkait

Contoh dengan status gizi kurang perlu meningkatkan konsumsi pangan pokok, sayuran, buah-buahan, pangan hewani dan nabati, serta mengonsumsi makanan yang beragam,

Murid akan dapat melakukan kemahiran bola sepak dalam permainan kecil dan sebagai aktiviti riadah.. NILAI Semangat pasukan -Kerjasama ABM Bola sepak Bola jaring

Kinerja guru PAUD merupakan suatu upaya untuk mengetahui kecakapan maksimal yang dimiliki oleh seorang guru PAUD berkenaan dengan proses dan hasil pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

LKP Ev-Bilimi ini merupakan LKP yang difokuskan untuk pendidik PAUD yang sudah menjadi guru PAUD (inservice) dan ini merupakan bakti/sumbangsih dari Yayasan Bangun Tunas

Kriteria unjuk kerja merupakan bentuk pernyataan yang menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan hasil kerja/karya pada setiap elemen

Adanya overfishing di Selat Bali juga dikatakan oleh Djamali (2007) bahwa dari input yang digunakan yakni jumlah trip menunjukkan bahwa effort aktual jauh melampaui effort

[r]

pada silabus, modul, lembar kerja siswa (LKS), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), modul, dan soal evaluasi disisipkan aspek NEP ( New Ecological Paradigm