• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukun pada Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

NPM. 0671010040

ARGO KRISINARANTO

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

(2)

v

syukur kehadirat Allah SWT, sang pemberi nafas hidup yang telah melimpah rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul ” IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFIKING DI SURABAYA.”

Skripsi ini disusun guna memenuhi tuntutan sesuai kurikulum yang ada di Fakultas Hukum UPN Veteran Jawa Timur. Penelitian ini juga dimaksudkan sebagai wahana untuk menambah wawasan serta untuk menerapkan dan membandingkan teori yang telah diterima dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Di samping itu juga diharapkan dapat memberikan bekal tentang hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmunya.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Haryo Sulistiyantoro, SH,MM selaku Dekan Fakultas Hukum serta selaku dosen pembimbing utama yang telah menyempatkan waktu dan memberi ilmu dalam setiap bimbingan.

2. Bapak Sutrisno, SH, M.Hum selaku Wadek II Fakultas Hukum.

(3)

vi

Hukum yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Alm. Yuliandari selaku ibunda dari penulis yang telah memberi arti cinta dan kasih sayang bagi penulis sampai akhir hayatnya.

7. Bapak dan keluarga besar Yoyok. Koeshartoyo yang telah memberikan doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk calon pendamping hidupku Herlyna Dwi Yusnita yang telah membantu, memberi semangat dan meluangkan waktu bertukar pikiran dalam penulisan skripsi ini.

9. Sahabat penulis Shafareza E.A, Hary Abrianto, Ricky Herdian, Ari Handoko, Ardi Nugrahanto, Sigit Priambodo, Dhimas ”apotek” serta ibu kantin dan teman-teman yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan saran sebagai masukkan di dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna. Karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Surabaya, Oktober 2010

(4)

vii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERSETUJUAN DAN ... ii

PENGESAHAN REVISI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I Pendahuluan ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 6

1.5 Kajian Pustaka ... 6

1.5.1 Tinjauan Umum Tentang Anak ... 6

1.5.2 Pengertian Umum Tentang Trafiking ... 9

1.6 Metode Penelitian ... 10

1.6.1 Pendekatan Masalah ... 10

(5)

viii

BAB II Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Meningkatnya

Masalah Perdagangan Anak ... 15

2.1 Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Perdagangan Anak ... 15

2.1.1 Pengertian Tindak Pidana ... 16

2.1.2 Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 18

2.1.3 Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak ... 19

2.2.3 Dasar Hukum Tindak Pidana Perdagangan Anak ... 21

2.2.4 Unsur-Unsur Tindak Pidana Perdagangan Anak ... 23

2.2 Perkembangan Kasus Perdagangan Anak ... 24

2.3 Modus Operandi Tindak Pidana Perdagangan Anak ... 27

2.3.1 Skema Tentang Modus Tindak Pidana Perdagangan Anak . 30 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Meningkatnya Masalah Perdagangan Anak ... 32

BAB III Upaya Perlindungan Hukum Dalam Meminimalisasi Masalah Traffiking Anak ... 36

3.1 Tinjauan Umum Perlindungan Hukum Anak ... 36

3.1.1 Pengertian Perlindungan Hukum ... 37

3.1.2 Pengertian Perlindungan Hukum Terhadap Anak ... 38

3.1.3 Dasar Hukum Perlindungan Hukum Tentang Anak ... 40

3.1.4 Sifat-sifat Perlindungan Hukum ... 41

(6)

ix

3.3.1 Pengertian Upaya Represif ... 48

3.3.2 Bentuk-Bentuk Upaya Perlindungan Hukum Represif Dalam Undang-Undang ... 49

3.3.3 Sanksi Hukum terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Anak ... 53

BAB IV Kesimpulan dan Saran ... 55

4.1 Kesimpulan ... 55

4.2 Saran ... 56

Daftar Pustaka Lampiran

(7)
(8)

xi

Tempat Tanggal Lahir: Surabaya, 11 Desember 1987 Program Studi : Strata 1 (S1)

Judul Skripsi :

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN

ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang terhadap aturan-aturan hukum yang menyangkut perdagangan anak serta bagaimana proses perlindungan hukum bagi korban. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yang menelaah lebih lanjut tentang peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk perkara tindak pidana perdagangan anak Sumber data diperoleh dari berbagai literatur, karya tulis ilmiah dan perundang-undangan yang berlaku.Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perdagangan orang (trafiking) merupakan suatu tindak pidana yang meresahkan masyarakat karena banyak mengancam para perempuan dan anak untuk dijadikan korban jika masalah tersebut tidak segera ditanggulangi oleh aparat hukum, pemerintah maupun masyarakat sendiri. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kestabilan negara kita karena anak pada hakekatnya adalah penerus cita-cita bangsa. Oleh sebab itu, upaya perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana perdagangan anak ini sangatlah penting agar untuk kedepannya hal tersebut dapat diminimalisasi dan sebisa mungkin dapat dicegah.

(9)

1

1.1 Latar Belakang

(10)

Namun tidak hanya itu, menurut Wakil Ketua Bidang Eksternal Komnas Hak Asasi Manusia Hesti Armiwulan mengatakan, selain dari aspek ekonomi, kurangnya aspek pendidikan yang diperoleh mayarakat juga menjadi penyebab maraknya perdagangan anak. Dengan kata lain pemahaman masyarakat terhadap permasalahan perdagangan anak masih kurang.1

Banyak ahli mengatakan, perdagangan anak merupakan masalah yang gampang–gampang susah. Salah satunya penanggulangan perdagangan anak itu harus dilakukan dengan cara pendekatan komprehensif, yaitu penegakan hukum dan penguatan kapasitas masyarakat. Cara penanggulangan ini juga diakui oleh Drs. Ulaen yang mengatakan bahwa penanggulangan perdagangan anak harus dihentikan dengan pendekatan yang tepat melalui pemberian informasi akan bahayanya perdagangan anak kepada masyarakat dan aparat-aparat desa, serta penegakan hukumnya yang harus dilakukan tanpa pandang bulu dengan pengertian aparat negara yang terkait dengan tindak pidana ini diberi sanksi yang tegas agar timbul rasa jera.2

1 Hesti Armiwulan, http:/www.surya.co.id/2009/08/03/tuntaskan- Trafficking.html

Senin, Tgl 25 Oktober 2010, pkl 21.30

2 Lapian Gandhi L.M dan Geru Hetty A, Trafficking Perempuan dan Anak, Yayasan

Obor Indonesia, Jakarta, 2010. halaman 169

(11)

Aspek ketidakberdayaan, kemiskinan, ketidakmampuan dan pengangguran menjadi suatu permasalahan yang menghimpit sehingga mereka merasa tidak punya pilihan lain dan ikut arus perdagangan anak serta melalaikan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia. Dimana setiap manusia mempunyai hak untuk tidak diperbudak, tidak disiksa, menentukan kebebasan pribadi, pikiran, dan hati nurani.

Hal-hal yang diuraikan diatas dialami juga oleh Vita yang berumur 17 tahun dan Elen yang masih berumur 15 tahun. Mereka menjadi korban perdagangan anak yang dilakukan oleh terdakwa Afif dan Vey dengan modus Afif menawarkan perempuan yang dapat ”dibooking” melalui foto yang dipasang di facebook, lalu ”tamu” atau ”pemesan” dapat menghubungi HP Afif jika berminat. Setelah ”tamu” atau ”pemesan” berminat, maka Afif memberikan ciri-ciri dan harga perempuan tersebut kepada ”pemesan”. Setelah terjadi kesepakatan harga, Afif akan menentukan tempat pertemuan dengan ”pemesan” di suatu hotel yang telah dibooking untuk mengambil pembayaran. Kemudian Afif menghubungi terdakwa Vey untuk mengantarkan korban kepada lelaki hidung belang tersebut ke hotel yang telah dipesan sebelumnya.

(12)

Salah satu peranan penting pemerintah dalam menghentikan masalah perdagangan anak adalah mengatasi masalah-masalah yang mendasar seperti penanggulangan masalah kemiskinan. Dan satu kata kunci yang penting adalah “pemberdayaan”. Hal ini sangat penting bagi para individu yang menjadi korban perdagangan anak. Banyak para korban perdagangan anak yang mengalami kebingungan akan berbuat apa dan akan berkerja apa setelah dipulangkan. Maka disini peranan pemerintah sangatlah penting dengan menciptakan lapangan perkerjaan bagi para korban perdagangan anak agar mereka tidak terjerat lagi dalam permasalahan yang sama. Perdagangan anak bukanlah suatu fenomena baru lagi di Indonesia, dan meskipun perdagangan orang ini dapat terkait dengan siapa saja, namun korban perdagangan orang lebih identik dengan perdagangan perempuan dan anak, hal ini cukup beralasan karena pada banyak kasus, perdagangan perempuan dan anak lebih menojol ke permukaan. UNICEF (2009)3

Berkaitan dengan uraian diatas, maka Penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dan menuliskannya dalam penulisan skripsi yang diberi judul ” IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA.”

, misalnya, melaporkan bahwa jumlah anak yang dilacurkan berkisar antara 40.000 dan 70.000 yang tersebar di seluruh Indonesia.

3

(13)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan penyusun angkat dalam skripsi ini adalah : 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya masalah

perdagangan anak?

2. Bagaimana upaya perlindungan hukum dalam meminimalisasi masalah korban Trafficking (khususnya pada anak)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi meningkatnya masalah perdagangan anak.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana upaya perlindungan hukum dalam meminimalisasi masalah korban Trafficking (khususnya pada anak) di Surabaya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis :

(14)

1.4.2 Kegunaan Praktis :

Penulis pada dasarnya dapat memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi pemerintah serta instansi-instansi hukum yang terkait, dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak-anak korban perdagangan.

1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Tinjauan Umum Tentang Anak

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Serta jika dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak merupakan masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi, serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi, serta hak sipil dan kebebasan.

Pengertian dalam Kamus Hukum mengatakan bahwa anak adalah setiap anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.4

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan

4Soesilo Prajogo

(15)

perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak.

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Selain itu, pengertian anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.5 Para ahli yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, juga mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, dan anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.6

”Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”.

Sedangkan Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (selanjutnya disingkat dengan UU Kesejahteraan Anak) menyebutkan bahwa :

5 John Locke,

(16)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat dengan KUHPer) memberikan batasan mengenai pengertian anak atau orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun. Seperti yang dinyatakan dalam Pasal 330 yang berbunyi :

”Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu kawin”.

Pengertian tentang anak secara khusus (legal formal) dapat kita temukan dalam pasal 1 angka (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak (selanjutnya disingkat dengan UU Perlindungan Anak), dan Pasal 1 angka (5) UU T.P Perdagangan Orang yaitu:

”Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang ada dalam kandungan”.

(17)

putus karena perceraian, maka si anak dianggap sudah dewasa walaupun umurnya belum genap 18 tahun.

Menurut UU Pengadilan Anak, bagi seorang anak yang belum mencapai usia 8 (delapan) tahun itu belum dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya walaupun perbuatan tersebut merupakan tindak pidana. Akan tetapi bila si anak tersebut melakukan tindak pidana dalam batas umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun maka ia tetap dapat diajukan ke sidang Pengadilan Anak.

1.5.2 Pengertian Umum tentang Trafficking

Trafficking

Pengertian Trafficking yang pada umumnya paling banyak dipakai adalah pengertian yang diambil dari Protokol PBB untuk mencegah, menekan, dan menghukum pelaku Trafficking terhadap manusia, khususnya perempuan dan anak (selanjutnya disebut Protokol

Trafficking). Dalam protokol ini pengertian Trafficking adalah

(18)

perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang, melalui penggunaan ancaman atau tekanan atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi, menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan kendali atas orang lain tersebut, untuk tujuan eksploitasi.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Masalah :

Penyusunan skripsi ini menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif yaitu pendekatan berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang kemudian ditelaah lebih lanjut sesuai dengan perumusan masalah sehingga uraian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yang bersifat logis. Dalam penelitian atau pengkajian ilmu hukum normatif, kegiatan untuk menjelaskan hukum tidak diperlukan dukungan data atau fakta-fakta sosial, sebab ilmu hukum normatif tidak mengenal data atau fakta sosial, yang dikenal hanya bahan hukum. Jadi untuk menjelaskan hukum atau untuk mencari makna dan memberi nilai akan hukum tersebut hanya digunakan konsep hukum dan langkah-langkah yang ditempuh adalah langkah normatif.7

7 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung, Mandar Maju,

2008, hal 87

(19)

1.6.2 Sumber Bahan Hukum

Penulisan proposal skripsi ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari 3 (tiga) sumber bahan hukum yaitu bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Untuk lebih jelasnya penulis akan mengemukakan sebagai berikut :

1. Bahan Hukum Primer

Sumber Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan secara hierarki dan putusan-putusan pengadilan. Data primer diperoleh melalui bahan yang mendasari dan berkaitan dengan penulisan ini, yaitu :

• Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; • Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP);

• Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Perdagangan Orang; • Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; • Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; • Keppres Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional

Penghapusan Perdagangan Anak. 2. Bahan Hukum Sekunder

(20)

internet serta semua bahan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas.

3. Bahan Hukum Tersier

Adalah bahan hukum yang menguatkan penjelasan dari bahan hukum primer dan sekunder yaitu berupa kamus hukum.

1.6.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan melakukan studi kepustakaan yaitu penelitian yang diperoleh dengan membaca literatur yang ada kaitannya dengan tema skripsi ”IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA”.

Penelitian ilmu hukum Normatif dalam mengumpulkan fakta-fakta sosial atau permasalahan hukum secara terstruktur dan materi hukum positif dapat diperoleh dari kegiatan mempelajari bahan-bahan hukum terkait.8

8 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung, Mandar Maju,

(21)

1.7 Sistematika Penulisan

Seperti yang telah dikemukakan, bahwa yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah ” IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA.”

Untuk memberikan gambaran tentang isi penulisan skripsi ini maka sistematika penulisan terdiri dari 4 Bab yaitu :

Pada Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian yang meliputi pendekatan masalah, sumber bahan hukum serta metode pengumpulan data dan selanjutnya sistematika penulisan.

(22)

atas 1 (satu) sub-sub bab yaitu Skema Tentang Modus Tindak Pidana Perdagangan Anak.

Pada Bab III menguraikan tentang upaya hukum preventif dan represif untuk meminimalisasi masalah perdagangan anak di Surabaya. Dalam bab III ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu Tinjauan umum Perlindungan Hukum Anak, Upaya perlindungan Hukum secara preventif, Upaya perlindungan hukum secara represif. Dalam sub bab pertama terdiri atas 4 (empat) sub-sub bab yaitu Pengertian Perlindungan Hukum, Pengertian Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Dasar Hukum Perlindungan Hukum Tentang Anak dan Sifat-sifat Perlindungan Hukum. Sub bab kedua terdiri atas 2 (dua) sub-sub bab yaitu Pengertian Upaya Preventif dan Bentuk-bentuk Upaya Perlindungan Hukum Preventif. Serta sub bab ketiga terdiri atas 3 (tiga) sub-sub bab yaitu Pengertian Upaya Represif, Bentuk-bentuk Upaya Perlindungan Hukum Represif dalam Undang-Undang dan Sanksi Hukum terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Anak.

(23)

15

2.1 Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Perdagangan Anak

Trafficking in persons pertama kali mencuat tahun 2000 ketika

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menggunakan protokol untuk mencegah, menekan, dan menghukum Trafficking manusia pada manusia, khususnya kaum perempuan dan anak-anak, yang menambah konvensi PBB untuk memerangi kejahatan terorganisasi lintas negara.11

Perdagangan orang (Trafficking in persons) merupakan kejahatan yang keji terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), yang mengabaikan hak seseorang untuk hidup bebas, tidak disiksa, kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, beragama, hak untuk tidak diperbudak, dan lainnya. Anak dan perempuan adalah yang paling banyak menjadi korban perdagangan orang

(Trafficking in persons)

11 Penjelasan dari prootokol palermo.

, menempatkan mereka pada posisi yang sangat berisiko khususnya yang berkaitan dengan kesehatannya baik fisik maupun mental spritual, dan sangat rentan terhadap tindak kekerasan, kehamilan yang tak dikehendaki, dan infeksi penyakit seksual termasuk HIV/AIDS. Kondisi anak dan perempuan yang seperti itu akan mengancam kualitas ibu bangsa dan generasi penerus bangsa Indonesia.

(24)

Kelompok rentan perdagangan (Trafficking)

2.1.1 Pengertian Tindak Pidana

untuk menjadi korban adalah orang-orang dewasa dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan yang pada umumnya berada dalam kondisi rentan, seperti laki-laki, perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin yang berasal dari pedesaan atau daerah kumuh perkotaan; mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan terbatas; yang terlibat masalah ekonomi, politik dan sosial yang serius; anggota keluarga yang mengalami krisis ekonomi seperti hilangnya pendapatan suami sebagai kepala keluarga, orang tua sakit keras, atau meninggal dunia; putus sekolah; korban kekerasan fisik, psikis, seksual; para pencari kerja (termasuk buruh migran); perempuan dan anak jalanan; korban penculikan; janda cerai akibat pernikahan dini; mereka yang mendapat tekanan dari orang tua atau lingkungannya untuk bekerja; bahkan pekerja seks yang menganggap bahwa bekerja di luar negeri menjanjikan pendapatan lebih.

Tindak Pidana merupakan suatu perbuatan yang diancam hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran, baik yang disebutkan dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan lainnya.12

Menurut Prof. Moeljatno, S.H pengertian tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang

12

(25)

disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.13

Menurut Prof. Simons tindak pidana adalah perbuatan manusia yang bertentangan dengan hukum. Perbuatan yang mana dilakukan oleh seseorang yang dipertanggungjawabkan, dapat diisyaratkan kepada pelaku.14

1. Objektif, yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang bertentangan dengan hukum dan mengindahkan akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum. Yang dijadikan titik utama dari pengertian objektif disini adalah tindakannya.

R. Abdoel Djamali, SH mengatakan, Peristiwa Pidana atau sering disebut Tindak Pidana (Delict) ialah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau memenuhi unsur-unsur pidananya. Unsur-unsur itu terdiri dari :

2. Subjektif, yaitu perbuatan seseorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh undang-undang. Sifat unsur ini mengutamakan adanya pelaku (seseorang atau beberapa orang).15

Dilihat dari unsur-unsur pidana ini, maka suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang harus memenuhi persyaratan supaya dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana. Menurut R. Abdoel Djamali, SH, syarat- syarat yang harus dipenuhi ialah sebagai berikut:

1. Harus adanya suatu perbuatan.

2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dilukiskan dalam ketentuan hukum.

a. Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Harus berlawanan dengan hukum.

13 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1993,

hal. 54

14

C.S.T. Kansil, Latihan Ujian Hukum Pidana Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, PT Sinar Grafika,1994, hal 106

15 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta,

(26)

c. Harus tersedia ancaman Hukumannya.

Hari Saherodji mengatakan, bahwa Tindak Pidana merupakan suatu kejahatan yang dapat diartikan sebagai berikut :

1. Perbuatan anti sosial yang melanggar hukum atau undang-undang pada suatu waktu tertentu.

2. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja.

3. Perbuatan mana diancam dengan hukuman/perbuatan anti sosial yang sengaja, merugikan, serta mengganggu ketertiban umum, perbuatan mana dapat dihukum oleh negara (Hari Saherodji, 1980: 17).16

2.1.2 Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang

Pengertian tindak pidana perdagangan orang pada dasarnya terdapat pada ketentuan UU T.P Perdagangan Orang pasal 1 ayat 1, yang berati suatu tindakan perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan (penyekapan), penerimaan. Trafficking

Menurut L. M Gandhi Lapian memberi pengertian bahwa

Trafficking adalah sebuah bentuk dari kejahatan dalam perdagangan

manusia.

dilakukan dengan cara: ancaman, kekerasan, paksaan, penculikan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

17

Trafficking dalam kamus Webster’s College Dictionary (1996)

menyebutkan bahwa mengangkut dalam satu lintas dengan kata lain

16 Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban

Kekerasan Seksual, Bandung, Refika Aditama, 2001, h 28.

17 Lapian Gandhi L.M dan Hetty A Geru, Trafficking Perempuan dan Anak,

(27)

memindahkan sesuatu dengan cara ilegal (digunakan pada satu komoditi). Oleh karena itu beberapa ahli ataupun para sarjana hukum menyebut bahwa Trafficking sebagai perdagangan illegal manusia.

Menurut Ida Made Kartana, yang dapat dikatakan sebagai

Trafficking ialah suatu tindakan perdagangan orang yang bertentangan

dengan harkat dan martabat kemanusiaan dan melanggar hak asasi manusia yang harus diberantas yang mana Trafficking tidak dapat disamakan dengan penyelundupan manusia.18

Trafficking merupakan kejahatan yang terorganisir yang

dilakukan dengan berbagai prosedur oleh beberapa orang yang mempunyai tugas masing-masing seperti perekrutan, penyekapan, pengiriman serta penerimaan seperti yang dikatakan oleh Donald Cressey.19

2.1.3 Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak

Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan cara perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang menggunakan ancaman, penipuan, kekerasan, paksaan, kecurangan dengan tujuan mengeksploitasi anak untuk memperoleh keuntungan.

Sabtu, 19 November 2010, pkl 21: 15

(28)
(29)

2.1.3 Dasar Hukum Tindak Pidana Perdagangan Anak

Pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan anak merupakan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah daerah, masyarakat, dan juga keluarga. Tindak pidana perdagangan orang merupakan kejahatan yang tidak saja terjadi dalam satu wilayah negara melainkan juga antar negara. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kerjasama internasional dalam bentuk perjanjian bantuan timbal balik dalam masalah pidana atau kerja sama teknis lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk mengatasi masalah perdagangan anak, beberapa sarjana memberikan batasan-batasan sebagai berikut, menurut Arif Gosita, SH, mengatakan bahwa anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban tidakan siapa saja (individu atau kelompok organisasi swasta maupun pemerintah). Beliau juga mengatakan bahwa hukum perlindungan anak adalah sebagai hukum tertulis maupun tidak tertulis yang menjamin anak benar-benar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.20

”Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa undang undang yang dapat mengantisipasi masalah ini meliputi UU Perlindungan Anak khususnya pada ketentuan yang diatur dalam pasal 4 yang berbunyi :

20 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Jakarta, 1985,

(30)

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”

KUHP juga ada mempunyai ketentuan yang mengatur mengenai pemberian sanksi pidana untuk perbuatan-perbuatan perdagangan perbudakan yaitu yang diatur pada ketentuan pasal 324-337 KUHP, pasal 328 tentang penculikan, pasal 330 KUHP jo tentang melarikan orang belum dewasa (dibawah 12 tahun), pasal 332 tentang melarikan perempuan belum dewasa serta pasal 333 tentang menahan orang.

Pada UU Perdagangan Orang Pasal 2 juga mengatur tentang dasar hukum perdagangan anak yang berbunyi :

(31)

2.1.4 Unsur-Unsur Tindak Pidana Perdagangan Anak

Tindak pidana perdagangan anak sama seperti tindak pidana lainnya yang mempunyai unsur-unsur yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Berdasar ketentuan pasal 2 UU T.P Perdagangan orang maka dapat dikategorikan unsur-unsur yang bisa menjadi indikasi adanya tindak pidana perdagangan anak adalah : 1. Unsur kegiatan /aksi yang meliputi perekrutan, pengangkutan,

pemindahan, penampungan atau penerimaan orang atau anak 2. Unsur sarana menjamin kegiatan/aksi yang meliputi ancaman, atau

paksaan dengan kekerasan atau dengan cara-cara kekerasan lain, penculikan, penipuan, penyiksaan atau penganiayaan, pemberian atau penerimaan pembayaran, atau tindakan penyewaan untuk mendapatkan keuntungan atau pembayaran tertentu untuk persetujuan atau mengendalikan anak

3. Unsur maksud kegiatan/aksi yang meliputi eksploitasi pada anak dengan cara-cara tertentu. 21

Agar dapat disebut Trafficking anak, masing-masing unsur harus ada (minimal satu). Kegiatan harus dicapai dengan sebuah sarana, dan keduanya harus bertujuan untuk mencapai maksud eksploitatif. Jika salah satu dari ketiga unsur ini tidak ada, maka syarat-syarat yang diperlukan untuk sebuah tindak pidana Trafficking manusia belum terpenuhi. Satu-satunya perkecualian untuk hal ini

21

(32)

adalah ketika situasinya melibatkan pribadi yang usianya diatas delapan belas (18) tahun maka unsur itu menjadi unsur-unsur perdagangan orang atau manusia.

2.2 Perkembangan Kasus Perdagangan Anak

Sebagaimana diketahui bahwa kasus perdagangan anak seperti gunung es, banyak yang menjadi korban tetapi karena belum terlindunginya secara hukum, korban dan para saksi tidak berani melapor dan memberikan kesaksian.

Perdagangan anak juga dikategorikan sebagai kejahatan lintas negara, namun berangkat dari realitas tersebut dibutuhkan aturan (undang-undang) yang mempunyai keberpihakan terhadap korban dan saksi. Pada akhirnya bangsa Indonesia mempunyai UU T.P Perdagangan Orang yang disahkan pada tanggal 19 April 2007 dan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720.

Oleh karena itu, untuk saat ini paling tidak ada sedikit gambaran mengenai besarnya jumlah korban yang ada, antara lain seperti data dari :

International Organization On Migrant (IOM), Indonesia melaporkan

bahwa antara Maret 2005 hingga Juli 2006 terdapat 1.231 Warga Negara Indonesia korban perdagangan orang telah berhasil diselamatkan, 89% adalah perempuan dan 11% adalah laki-lai. 77% korban adalah dewasa, 22%

(33)

a. Ada 130 kasus dengan 198 orang pelaku perdagangan orang yang telah diproses aparat hukum khususnya polisi. Dari kasus tersebut paling sedikit 715 orang telah menjadi korban.

b. Penegakan hukum paling banyak terjadi di Kepulauan Seribu (27%), kemudian Sumut (15,5%) dan Jabar (12,5 %).

c. Dari data tersebut, 43 % adalah kasus untuk perdagangan orang pelacuran didalam Negeri, 13% untuk pelacuran luar negeri, 12% untuk perdagangan orang buruh migrant dan 25 % untuk perdagangan bayi. 22

Data Bareskrim Kepolisian RI selama tahun 2003-2007 mencatat 492 kasus perdagangan orang dewasa dan anak-anak. Omset perdagangan orang di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan mencapai Rp. 32 triliun. Menurut data Bareskrim Polri, ini adalah omset terbesar kedua setelah bisnis pelacuran.23

22 Latifah Iskandar, Mantan Ketua PANSUS RUU Perdagangan Orang Artikel

Senin, 24 Maret 2008 00:30:27, Pemetaan Aspek-Aspek Perdagangan Orang Kategori : Umum. Tgl 10 November 2010

Berdasarkan 8.800 kasus perdagangan perempuan yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2004 hingga 2007 ini, 80 persen kasusnya terjadi melibatkan warga Jawa Barat (Jabar). Akibat banyaknya perdagangan perempuan yang terjadi, akhirnya Indonesia terancam dicoret dalam daftar negara yang berhak mendapatkan bantuan kemanusiaan dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Deputi Kesejahteraan Perlindungan Anak, Tb.

23

(34)

Rahmat Sentika, memaparkannya dalam audiensi dengan anggota Komisi E DPRD Provinsi Jabar di Bandung.24

Untuk data pada kota Surabaya, sepanjang tahun 2007 lebih dari 1000 perempuan warga perkampungan nelayan di Surabaya menjadi korban trafiking. Data ini berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Wanita Universitas Airlangga Surabaya yang dikatakan oleh Are Prasetyo, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia. Para korban ini berasal dari sepanjang pesisir utara Jawa Timur mulai Pasuruan hingga Situbondo. Senada di atas, situs resmi Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang disampaikan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Provinsi Jatim H Soenyono SH MSi, Jatim merupakan pengirim, transit, dan penerima yang cukup besar sehingga sangat rentan terhadap permasalahan trafiking perempuan dan anak. Bahkan dari data ILO terdapat 14 kabupaten/ kota yang diidentifikasi sebagai daerah pengirim di antaranya Kabupaten Malang, Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek.25

Tindak pidana perdagangan orang merupakan hal yang sangat kompleks, melibatkan banyak orang, banyak cara, dan dapat terjadi di dalam negeri maupun lintas negara. Untuk membuktikan sebuah kasus kejahatan perdagangan orang dapat difahami dari ciri-cirinya yaitu adanya perekrutan, transfer, penyembunyian, dan penerimaan orang dengan ancaman menggunakan kekerasan atau bentuk pemaksaan lainnya, seperti penculikan,

24 Forum.detik.com/archieve/index.php. budaya adapt seperti itu harus dihapuskan.

UU PTPPO meningkatkan sanksi pidana perdagangan orang 3 hingga 15 tahun penjara. Tgl 10 November 2010.

(35)

pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau penyalahgunaan posisi rentan atau memberikan dan menerima pembayaran atau keuntungan untuk mendapatkan izin dari orang yang memegang kendali atas orang lain untuk tujuan eksploitasi.

Eksploitasi mencakup paling tidak eksploitasi dari orang lain atau bentuk dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa. Perbudakan, atau pengambilan organ tubuh. Sudah banyak kasus terjadi, dan kaum perempuan dan anaklah yang selalu seringkali menjadi korbannya. Selain itu, hal yang paling menyedihkan dari kasus ini adalah proses pemulihan bagi para korban perdagangan orang. Memang bukan hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk pemulihannya. Pemulihan para korban tidak hanya mempertimbangkan aspek secara fisik, tetapi juga perlu psikis korban.

2.3 Modus Operandi Tindak Pidana Perdagangan Anak

Trafficking, suatu tindak pidana yang sangat meresahkan karena

(36)

dilakukan berdasarkan peranannya masing-masing dalam tindakan perdagangan (Trafficking)

1. Pihak yang berperan pada awal perdagangan; :

2. Pihak yang menyediakan atau menjual orang yang diperdagangkan;

3. Pihak yang berperan pada akhir rantai perdagangan sebagai penerima/pembeli orang yang diperdagangkan atau sebagai pihak yang menahan korban untuk dipekerjakan secara paksa dan yang mendapatkan keuntungan dari kerja itu.

Untuk korban juga dapat dibedakan dalam 3 (tiga) unsur, dan pembedaannya dilakukan berdasarkan umur dan gender yaitu :

1. Anak (di bawah umur 18 tahun)

2. Perempuan dewasa (di atas umur 18 tahun) 3. dan laki-laki dewasa (di atas umur 18 tahun)

Dalam kasus perdagangan anak ada beberapa macam modus operandi yang biasa digunakan oleh sindikat perdagangan anak dan perempuan, seperti:

(37)

2. Penculikan; biasanya korban diculik secara paksa atau melalui hipnotis melalui anggota sindikat. Tak jarang juga korban diperkosa terlebih dahulu oleh anggota sindikat sehingga menjadi semakin tidak berdaya. 3. Penipuan, kecurangan atau kebohongan; Modus tersebut merupakan

modus yang paling sering dilakukan oleh sindikat Trafficking

4. Penyalahgunaan Kekuasaan; Dalam perdagangan perempuan banyak aparat yang menyelahgunakan kekuasaannnya untuk membecking sindikat perdagangan perempuan. Pemalsuan identitas kerap kali dilakukan oleh aparat pemerintah yang berhubungan langsung dengan pengurusan data diri. Seperti pemalsuan KTP dan akta kelahiran. Di bagian imigrasi juga sering terjadi kolusi antara pelaku dengan pegawai imigrasi sehingga perdagangan perempuan yang ditujukan ke luar negeri dapat melewati batas negara dengan aman.

. Korban ditipu oleh anggota sindikat yang biasanya mengaku sebagai pencari tenaga kerja dengan menjanjikan gaji dan fasilitas yang menyenangkan sehingga korban tertarik untuk mengikuti tanpa mengetahui kondisi kerja yang akan dijalaninya.

26

Modus operandi rekrutmen terhadap kelompok rentan biasanya dengan rayuan, menjanjikan berbagai kesenangan dan kemewahan, menipu atau janji palsu, menjebak, mengancam, menyalahgunakan wewenang, menjerat dengan hutang, mengawini atau memacari, menculik, menyekap atau memerkosa.

26 Gultom Dr. Maidin, SH., M.Hum, Intelektual hukum's Blog, Perdagangan

(38)

2.3.1 Skema Tentang Modus Tindak Pidana Perdagangan Anak

Gambar 2.1 Skema Modus Tindak Pidana Perdagangan Anak

Dalam skema ini dapat dijelaskan bahwa seorang atau sindikat

Trafficking melakukan perdagangan orang awalnya dengan mencari

korban-korbannya didaerah pedesaan karena penduduk desa lebih rentan dan mudah terjebak dengan janji manis seperti mencari pekerjaan yang lebih layak dan menghasilkan banyak uang dari para pelaku, ada juga para pelaku mencari dari daerah kota namun dikota mungkin lebih sulit tidak seperti didesa, kebanyakan pelaku yang

KOTA DESA

KONSUMEN / PEMESAN

AGEN TENAGA KERJA ILEGAL

LUAR NEGERI DALAM

NEGERI PELAKU / SINDIKAT

(39)

melakukan dikota menggunakan cara meminjamkan uang yang bertujuan agar si korban tidak bisa membayar lalu dipaksa agar korban mau diajak, namun cara-cara ini peluangnya sendiri sangat kecil, lalu para korban dibawa untuk dijadikan bermacam-macam profesi seperti contohnya menjadi pembantu rumah tangga dan pekerja seks.

(40)

dari kedua belah pihak dan korban yang ditawarkan akan ikut dengan pemesan.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Meningkatnya Masalah

Perdagangan Anak

Ada beberapa hal yang menyebabkan Human Trafficking di dunia setiap tahun jumlahnya semakin meningkat. Secara umum ada 2 faktor yang mendorong terjadinya Trafficking anak dan perempuan antara lain seperti :

1. Faktor Internal terdiri atas 2 faktor yaitu :

a. Faktor Kemiskinan

Kemiskinan merupakan faktor pendorong utama yang mempengaruhi terjadinya Trafficking

(41)

bahkan sampai terjadi perceraian, maka aspek moral perkembangan anak pun secara tidak langsung akan terganggu. Akibat timbulnya perceraian dalam keluarga, banyak anak yang hidupnya tidak terkontrol dan perkembangan moralnya menjadi sangat labil sehingga mereka mudah terseret dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang dapat menjerumuskan mereka.

2. Faktor Eksternal terdiri atas 5 faktor yaitu :

a. Faktor Pendidikan.

Pendidikan sangatlah dibutuhkan oleh semua orang terutama para pemuda dan anak-anak untuk menghadapi tantangan ke depan yang semakin kompentatif.27

Apabila faktor pendidikan tersebut masih banyak diabaikan oleh masyarakat, maka tidak heran jika banyak anak-anak maupun perempuan yang mudah diperdayai oleh para sindikat untuk diperdagangkan dengan berbagai motif.

b. Faktor

Faktor ini adalah faktor permintaan dari child traffickers itu sendiri. Banyak traffickers dari luar negeri yang datang menipu orang tua yang pada akhirnya mengajak anak-anaknya untuk ditukar sebagai alat untuk membayar hutang atau menjanjikan pekerjaan yang benar dan layak. Seperti yang terjadi di negara Thailand, pekerja seksual anak sangat terkenal dan dijadikan satu aktivitas untuk turisme dari luar negeri. Karena

Permintaan dari Pedagang (Traffickers)

27 Lapian Gandhi L.M dan Geru Hetty A, Trafficking Perempuan dan Anak,

(42)

besarnya permintaan tersebut, maka banyak anak-anak yang diperdagangkan demi sex tourisme

c. Faktor Pergaulan

ini. Ironisnya, faktor permintaan ini pun pada akhirnya melibatkan aparat-aparat militer atau kepolisian dari negara itu sendiri untuk membantu dalam memperdagangkan anak-anak untuk menjadi pekerja seksual.

Faktor pergaulan sangatlah memegang peranan dalam kasus ini, karena pergaulan adalah salah satu aspek yang yang berperan dalam membentuk suatu individu itu sendiri, serta pola pikir anak juga tergantung bagaimana keadaan sekitar pergaulan anak. Dengan kelabilan emosi pada jiwa anak yang sedang berkembang, rasa ingin tahu dalam diri anak itu sendiri menjadi besar. Ironisnya jika anak itu sendiri mempunyai pergaulan yang buruk maka tidak menutup kemungkinan anak itu ingin mencoba apa yang telah dia lihat dalam pergaulannya dan pada akhirnya terjerumus pada perdagangan anak itu sendiri.

d. Faktor Konsumtif

(43)

berbagai cara, meskipun dengan cara yang beresiko dengan tujuan hanya untuk memperoleh uang banyak dengan cara mudah dan cepat.

e. Faktor Media Massa

Media masih belum memberikan perhatian yang penuh terhadap berita dan informasi yang lengkap tentang Trafficking, dan belum memberikan kontribusi yang optimal dalam upaya pencegahan maupun penghapusannya. Bahkan tidak sedikit justru memberitakan yang kurang mendidik dan bersifat pornografis yang mendorong menguatnya kegiatan

Trafficking dan kejahatan susila lainnya.

(44)

36

3.1 Tinjauan umum Perlindungan Hukum Anak

Anak pada hakekatnya adalah mahluk ciptaan Tuhan YME yang lemah oleh karena itu perlu adanya suatu perlindungan dari berberapa element, baik itu perlindungan dari orang tua, masyarakat dan yang paling penting adalah perlindungan dari negara. Disebabkan anak adalah generasi penerus cita-cita bangsa maka itu anak harus dilindungi sesuai dengan aturan-aturan yang telah ada sampai anak itu dikatakan dewasa menurut hukum.

(45)

akan mengganggu ketertiban, keamanan, dan pembangunan nasional, yang berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan apabila kita ingin mengusahakan pembangunan nasional yang memuaskan.

Perlindungan anak dalam suatu masyarakat dan bangsa merupakan tolak ukur peradaban masyarakat dan bangsa tertentu. Jadi, demi pengembangan manusia seutuhnya dan beradab, maka kita wajib untuk mengusahakan perlindugan anak sesuai dengan kemampuan demi kepentingan nusa dan bangsa. Dalam hal ini yang mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampunya dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu.

3.1.1 Pengertian Perlindugan Hukum

Pengertian perlindungan hukum mempunyai pengertian yang berarti ”segala usaha pemerintah dan masyarakat untuk menjamin setiap manusia dalam menjalankan semua fungsi dan kewajiban, serta memperoleh haknya sesuai dengan norma-norma atau aturan yang ada”.

(46)

suatu gambaran dari fungsi hukum., yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, kedamaian, ketentraman bagi segala kepentingan manusia yang ada di dalam masyarakat.27

3.1.2 Pengertian Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Berarti dengan melihat pengertian diatas maka bisa disimpulkan bahwa perlindungan hukum adalah salah satu langkah untuk mencegah suatu permasalahan dan menaggulanginya dengan suatu norma-norma atau ketentuan yang ada.

Menurut Undang-undang Perlindungan Anak pasal 1 ayat 2 mempunyai pengertian tentang perlindungan hukum anak, yaitu segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Arief Gosita berpendapat bahwa perlindungan hukum terhadap anak adalah suatu usaha melindungi anak dengan aturan yang ada untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.28

Menurut Barda Nawawi Arief, perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai

27

2010, 23;39

28 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, PT Refika

(47)

kebebasan dan hak asasi anak, serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak.29

J.E. Doek dan Mr.H.M.A. Drenes memberi 2 (dua) pengertian, masing-masing pengertian luas dan sempit. Dalam pengertian luas : “segala aturan hidup yang memberi perlindungan kepada mereka yang belum dewasa dan memberi kemungkinan bagi mereka untuk berkembang.” Dalam pengertian sempitnya : “ meliputi perlindungan hukum yang terdapat dalam ketentuan hukum perdata, ketentuan hukum pidana dan ketentuan hukum acara.”30

Menurut Rosdalina perlindungan hukum bagi anak memiliki arti ”upaya memberikan perlindungan secara hukum agar hak-hak maupun kewajiban anak dapat dilaksanakan pemenuhannya. Sehingga, di dalam perlindungan hukum bagi anak yang terutama ialah perlindungan hukum atas hak-hak anak, bukan kewajiban.31

Berarti perlindungan hukum terhadap anak mempunyai pengertian, yaitu segala usaha yang dilakukan pemerintah dan masyarakat guna menjamin dan melindungi setiap seseorang yang belum berusia 18 tahun (anak), untuk memperoleh haknya sesuai dengan norma-norma atau aturan yang berlaku.

30 Ibid hal 43

31

(48)

3.1.3 Dasar Hukum Perlindungan Hukum Tentang Anak

Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai sumber harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas-seluasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani dan sosial. Sehingga perlu adanya suatu kegiatan yang bertujuan untuk perlindungan anak itu sendiri yang harus diusahakan oleh setiap masyarakat yang ada disekitar anak itu, dengan adanya perlindungan terhadap anak maka akan membawa akibata hukum, baik dari hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Hukum sendiri disini berkedudukan sebagai jaminan dari suatu perlindungan anak itu sendiri. Pengaturan-pengaturan dari perlindungan anak itu sendiri berasal dari ketentuan aturan antara lain Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 52 ayat 1 (selanjutnya disingkat UU HAM) yang berbunyi :

”Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara”.

(49)

Ketentuan lain yang mengatur tentang perlindungan hukum bagi anak diatur dalam UU Kesehjahteraan Anak pada Pasal 2 ayat 1 dan UU Perlindungan Anak pada pasal 4, yang berbunyi :

Berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat 1 UU Kesehjahteraan Anak

”Anak berhak atas kesehjahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.”

Berdasarkan ketentuan pasal 4 UU Perlindungan Anak

”Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Sehingga pada akhirnya dengan adanya ketentuan-ketentuan yang telah dijabarkan diatas, maka perlindungan hukum terhadap anak haruslah selalu ditegakkan karena anak juga merupakan suatu aset penting bagi negara dan berhak mendapatkan kehidupan yang baik dan sejahtera, karena hal itu sangat penting dalam perkembangan mental suatu anak untuk mnjadi manusia yang berpola pikir baik dan pemikiran yang sehat pada waktu dewasa nanti.

3.1.4 Sifat-sifat Perlindungan Hukum

(50)

1. Perlindungan Hukum Pasif

berupa tindakan-tindakan luar (selain proses peradilan) yang memberikan pengakuan dan jaminan dalam bentuk pengaturan atau kebijaksanaan berkaitan dengan hak-hak pelaku maupun korban. 2. . Perlindungan Hukum Aktif

Perlindungan hukum yang dapat berupa tindakan yang berkaitan dengan upaya pemenuhan hak-haknya. Perlindungan hukum aktif ini dapat dibagi lagi menjadi aktif prefentif dan aktif represif

a. Aktif preventif

Perlindungan hukum berupa hak-hak yang diberikan oleh pelaku, yang harus diterima oleh korban berkaitan dengan penerapan aturan hukum ataupun kebijaksanaan pemerintah.

b. Aktif represif

Perlindungan hukum berupa tuntutan kepada pemerintah atau aparat penegak hukum terhadap pengaturan maupun kebijaksanaan yang telah diterapkan kepada korban yang dipandang merugikan.32

1. Preventif Pasif, yaitu semua kegiatan atau tindakan usaha dari penegak hukum atau siapa saja yang terkait untuk mencegah

3.2 Upaya Perlindungan Hukum secara Preventif (Pencegahan) 3.2.1 Pengertian Upaya Preventif

Menurut Prof. Drs. C.S.T. Kansil, SH preventif mempunyai dua pengertian, yaitu:

32 Philip M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, Disertasi, Universitas

(51)

terjadinya tindakan pidana dengan cara mengadakan kegiatan penampilan fisik.

2. Preventif Aktif, yaitu kegiatan usaha kerja dari penegak hukum yang dilakukan dengan lebih meningkatkan secara aktif.33 Menurut Drs. Soesilo Prajogo, Sh pengertian preventif adalah suatu tindakan yang berrsifat mencegah atau memberantas sementara yang bertujaun untuk mencegah tedakwah tidak melarikan diri atau mengulangi kejahatan.34

Perdagangan anak dalam dekade terakhir ini meningkat karena beberapa faktor diantaranya adalah adanya kelemahan pada perangkat hukum (peraturan perundang-undangan) di Indonesia misalnya disebabkan oleh banyaknya peraturan yang sulit untuk diterapkan pada kasus-kasus perdagangan anak yang berhasil diungkap oleh aparat dan juga adanya faktor-faktor di luar peraturan perundang undangan misalnya masih kurangnya pengertian tentang perdagangan orang itu sendiri dari pihak korban. Dengan adanya faktor-faktor yang ada diatas Pengertian preventif pada dasarnya mempunyai pengertian sempit yang berarti pencegahan, dan secara luasnya yaitu tindakan yang bersifat mencegah atau meminimalisasi suatu masalah. Maka pengertian dari upaya preventif terhadap tindak pidana perdagangan anak adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah dan meminimalisasi suatu masalah tindakan pidana perdagangan anak .

33 C.S.T. Kansil, Latihan Ujian Hukum Pidana Untuk Perguruan Tinggi,

Jakarta, PT Sinar Grafika,1994, h 94-95

34 Soesilo Prajogo

(52)

dapat menyebabkan peningkatan yang pesat terhadap perdagangan anak itu sendiri.

Berkembangnya tindak pidana perdagangan anak, secara tidak langsung juga berdampak pada kehidupan negara kita, oleh karena itu semua pihak baik pemerintah atau masyarakat harus saling berkerjasama guna meminimalisai berkembangnya tindak pidana perdagangan anak ini. Dengan ini maka salah satu upaya untuk memberantas atau meminimalisasi tindak pidana perdagangan anak adalah dengan melakukan pencegahan (preventif). Adapun alasan untuk melakukan pencegahan perdagangan anak sebagai berikut : a. Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada tindakan represif

dan koreksi. Usaha pencegahan tidak memerlukan suatu organisasi yang rumit dan birokratis serta lebih ekonomis bila dibandingkan dengan represif dan rehabilitasi.

b. Usaha pencegahan dapat pula mempercepat persatuan, kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat.

c. Usaha pencegahan dapat merupakan suatu usaha menciptakan kesejahteraan mental, fisik dan sosial seorang anak.

(53)

3.2.2 Bentuk-bentuk Upaya Perlindungan Hukum Preventif

Dalam usaha pencegahan berarti mengadakan usaha perubahan yang positif untuk meminimalisasi tindak pidana perdagangan anak. Upaya preventif (pencegahan) terhadap tindak pidana perdagangan anak dapat dilakukan dalam beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor dalam Keluarga

a. Perhatian orang tua pada anak walaupun sibuk b. Komunikasi antar anggota keluarga harus lancar c. Hubungan yang harmonis antar anggota keluarga

d. Memberikan pengertian dan pengarahan kepada anak bahwa tidak selamanya ke luar daerah atau ke luar negeri akan selalu sukses e. Mencarikan atau mengusahakan pekerjaan untuk anak

f. Memberikan pendidikan formal dan keterampilan untuk anak 2. Faktor dalam Perangkat Desa

a. Pengawasan ketat terhadap berkas dan adminstrasi b. Selektif dalam pengurusan surat

c. Meneliti Keabsahan agen tenaga kerja

d. Mensosialisasikan masalah bahaya Trafficking kepada masyarakat 3. Faktor dalam Masyarakat

(54)

b. Membuka lapangan kerja dan kelompok-kelompok fungsional seperti pengrajin, ketrampilan, menjual makanan, jasa dan lainnya, yang dapat menunjang perekonomian

c. Membentuk organisasi kepemudaan seperti karang taruna, pemuda masjid, pemuda gereja dan lainnya.

Pihak lain yang bisa membantu dalam pencegahan Trafficking adalah dari pemerintah daerah tersebut. Pemerintah daerah harus mempunyai hukum-hukum yang menyangkut Trafficking. Pemerintah daerah juga harus mempunyai metode khusus dalam menangani pencegahan Trafficking tersebut. Pemerintah daerah bisa membantu pencegahan dengan cara bagi wanita-wanita yang akan bekerja di luar daerah tersebut harus memberi surat rekomendasi dari tempat kerja yang dituju terlebih dahulu.

(55)

Untuk organisasi non-pemerintah atau LSM, mereka harus bekerja sama dengan masyarakat luas untuk membuat program-program yang membantu untuk mengurangi jumlah anak yang putus sekolah atau pekerja anak. Apabila anak tidak mampu membayar uang sekolah, salah satu cara bagi organisasi non-pemerintah untuk membantu anak-anak agar bisa melanjutkan sekolah adalah dengan cara mengikuti sekolah terbuka. Bagi anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah setelah menyelesaikan wajib sembilan tahun sekolah, anak-anak tersebut bisa ikut berpartisipasi dalam sanggar-sanggar yang telah dibuat untuk membantu anak itu siap mencari pekerjaan. Hal-hal yang diajarkan di sanggar tersebut antara lain adalah pelatihan-pelatihan usaha dan ketrampilan. Dengan mengikuti program-program di sanggar, anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah bisa tetap mendapatkan kesempatan untuk mencari pekerjaan yang layak baginya.

Upaya preventif selain yang disebutkan diatas, juga dapat dilakukan dengan cara-cara lain, seperti dengan cara pengangkatan anak, karena dengan cara ini dapat dikatakan sebagai upaya perlindungan terhadap anak-anak dan dapat menekan resiko terjadinya perdagangan anak apabila memenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini: a. Diutamakan pengangkatan anak yang yatim piatu.

(56)

c. Orang tua anak tersebut memang sudah benar-benar tidak mampu mengelola keluarganya

d. Bersedia memupuk dan memelihara ikatan keluarga antara anak dan orang tua kandung sepanjang hayat,

e. Hal-hal lain yang tetap mengembangkan manusia seutuhnya

3.3 Upaya Perlindungan Hukum secara Represif 3.3.1 Pengertian Upaya Represif

Menurut Prof. Drs. C.S.T. Kansil, SH represif adalah suatu upaya penanggulangan suatu tindak pidana atau kejahatan dengan cara mengambil tindakan kepolisian atau tindakan hukum, antara lain disidik, diperiksa dan ditangkap.35

Melihat masalah tindak pidana perdagangan anak sebagai suatu kenyataan sosial yang tidak berdiri sendiri. Tetapi berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya sebagai fenomena yang ada dalam masyarakat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai suatu kenyataan sosial masalah tersebut diatas tidak dapat dihindari dan memang selalu ada, sehingga wajar bila menimbulkan Upaya Represif mempunyai arti yaitu suatu tindakan yang bersifat penahanan, penekanan atau penegakan sehingga suatu masalah yang telah muncul di permukaan tidak menimbulkan dampak lainnya yang lebih luas.

35 C.S.T. Kansil, Latihan Ujian Hukum Pidana Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta,

(57)

keresahan dan keprihatinan, karena perdagangan anak dianggap sebagai suatu pelanggaran hak asasi manusia, dalam hal ini hak asasi seorang anak yang seharusnya mendapat perlindungan dari orang tuanya, tetapi malah sebagai barang dagangan yang dapat dijual belikan dan diperlakukan dengan semena-mena oleh orang tuannya. Untuk itulah upaya represif ini juga perlu diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat dengan mengambil tindakan yang berlandaskan undang-undang maupun pasal yang berlaku.

3.3.2 Bentuk-Bentuk Upaya Perlindungan Hukum Represif Dalam Undang-Undang

Penanggulangan perdagangan anak dengan hukum pidana dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap formulasi, aplikasi, dan tahap eksekusi.36

36 http://eprints.ums.ac.id/337/1/6._SUDARYONO.pdf , Sabtu, 19

November 2010, pkl 04 :08

(58)

adalah pada tahap eksekusi, yaitu oleh badan eksekusi, misalnya pidana penjara oleh Lembaga Pemasyarakat. Dan dengan penjelasan-penjelasan diatas mempunyai suatu tujuan agar pemberian sanksi pidana, baik secara abstrak maupun yang konkret, diharapkan dapat memberikan penekanan dan pencegahan terhadap pelaku maupun pelaku potensial.

Upaya Represif merupakan upaya yang ditujukan tidak hanya bagi pelaku saja karena dalam tindak pidana ini juga memerlukan suatu aturan yang menindak tegas bagaimana upaya represif atau penanggulangan bagi korban perdagangan anak itu sendiri. Adapun bentuk-bentuk upaya represif bagi korban tindak pidana perdagangan anak yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan adalah : 1. Berdasarkan ketentuan pasal 64 ayat 3 UU Perlindungan Anak.

a. Upaya rehabilitasi baik dalam lembaga maupun di luar lembaga. b. Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media

massa dan untuk menghindari labelisasi.

c. Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial.

d. Pemberian aksesbilitasi untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.

2. Berdasarkan ketentuan UU T.P Perdagangan Orang.

(59)

Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, kecuali ditentukan lain dalam Undang –Undang ini.

b. Anak korban Trafficking berhak memperoleh kerahasiaan identitas untuk upaya keselamatannya, ketentuan ini diatur pada pasal 44 c. Setiap kantor polisi wajib membentuk ruang pelayanan khususyang

berfungsi untuk tempat pemeriksaan di tingkat penyidikan, ketentuan ini diatur pada pasal 45

d. Setiap kabupaten da kota-kota di Indonesia wajib perlu membentuk pusat pelayanan terpadu yang berfungsi untuk melindungi korban tindak pidana perdagangan orang, ketentuan ini diatur pada pasal 46

e. POLRI wajib memberikan perlindungan baik sebelum, selama dan sesudah proses pemeriksaan perkara untuk menghindari para saksi atau korban mendapatkan ancaman dari pihak lain, ketentuan ini diatur pada pasal 47

f. Setiap korban Tindak Pidana Perdagangan Orang atau ahli warisnya berhak mendapat restitusi, berupa ganti kerugian atas kehilangan kekayaan/ penghasilan, penderitaan, perawatan medis/ psikologis, kerugian lain yang di derita korban akibat perdagangan orang, ketentuan ini diatur pada pasal 48

(60)

pengumuman pengadilan oleh ketua pengadilan, ketentuan ini diatur pada pasal 49 ayat 1 dan 2

h. Korban atau ahli waris berhak melaporkan pada pengadilan apabila restitusi tidak dipenuhi sampai batas waktu yang ditentukan dan apabila pelaku tidak dapat membayar ganti kerugian maka pelaku dikenai pidana kurungan selama 1 tahun sebagai pengganti, ketentuan ini diatur pada pasal 50

i. Korban yang mengalami penderitaan fisik maupun psikis akibat tindak pidana perdagangan orang berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan dan reintegrasi sosoial dari pemerintah, ketentuan ini diatur pada pasal 51

j. Menteri atau instansi yang menangani masalah-masalah kesehatan dan sosial di daerah wajib memberikan pertolongan pertama paling lambat 7 (tujuh) hari setelah permohonan diajukan dalam hal apabila korban mengalami trauma atau penyakit yang membahayakan dirinya akibat tindak pidana perdagangan orang, ketentuan ini diatur pada pasal 53.

(61)

perangkat-perangkat hukum, pemerintah serta masyarakat sendiri agar aturan-aturan tersebut dapat berjalan secara efektif.

3.3.3 Sanksi Hukum terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Anak

Dalam kasus perdagangan anak ada beberapa macam sanksi hukum yang bisa dipakai untuk menjerat pada para pelaku, antara lain: 1. Pertama, pasal tentang pemalsuan surat (baik untuk pembuatan

maupun penggunaannya) yaitu Pasal 263-276 KUHP. Pasal ini bisa dipakai untuk penyimpangan yang berkaitan dengan akte kelahiran (Kantor Catatan Sipil), surat keterangan kelahiran baik dari rumah sakit, Bidan maupun Pemerintah Daerah sejak Lurah, Camat, Bupati atau Wali Kota.

Selain itu kantor imigrasi yang mengeluarkan paspor/ exit permit

juga pihak-pihak yang berwenang mengulurkan surat keterangan untuk mencari pekerjaan. Semua kantor dan pihak tersebut sebenarnya dapat dikenai sanksi jika pengeluaran surat-suratnya ternyata dipergunakan untuk kepentingan perdagangan orang (perempuan dan anak).

2. Kedua, penipuan (pasal 378 – 389 KUHP)

(62)

perbuatan-perbuatan perdagangan perbudakan (pasal 324), penculikan (pasal 328), melarikan orang belum dewasa (dibawah 12 tahun) sebagaimana diatur dalam pasal 330 KUHP jo Pasal 257 dan Pasal 1284, menyembunyikan orang belum dewasa (Pasal 3310) melarikan perempuan belum dewasa (Pasal 332, menahan orang (Pasal 333), mengancam orang di muka umum (Pasal 336).

4. Keempat, pemerasan dan ancaman (Pasal 368-371).

5. Kelima, Kejahatan Terhadap Kesopanan (Pasal 281-303 KUHP) diantaranya memudahkan perbuatan cabul (Pasal 295) pencaharian atau memudahkan perbuatan cabul (Pasal 296) Perdagangan Perempuan dan Anak (Pasal 297,298) eksploitasi anak di bawah umur 12 tahun atau Penyalahgunaan Kedudukan/ Kekuatan Orang Tua (Pasal 301).

6. Keenam, kejahatan terhadap kedudukan warga (pasal 277-280 KUHP).

7. Ketujuh, Pelanggaran Ketertiban Umum (Pasal 503-520) yang mencakup mengemis (Pasal 504) dan mucikari (Pasal 506).

(63)

55

4.1 Kesimpulan

Setelah memaparkan dan membahas perumusan masalah pada Bab II dan Bab III maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

(64)

2. Dengan berkembangnya tindak perdagangan pada anak ini Pemerintah Indonesia mempunyai upaya dengan cara-cara mengikuti deklarasi-deklarasi tentang anak, membuat aturan-aturan yang mengatur tentang perlindungan terhadap anak yang tercetus dalam UU nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, menetapkan keputusan presiden nomor 88 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN-P3A) dan pada akhirnya tercetusnya UU nomor 23 tahun 2003 yang mengatur tentang semua perihal tentang perdagangan orang. Dengan adanya segala aturan yang telah ada diharapkan dapat mencegah serta menanggulangi masalah-masalah tentang tindak perdagangan orang khususnya anak.selain dengan aturan UU dalam meminimalisasi tindak perdagangan anak juga dapat dilakukan dari berapa sektor, seperti sektor keluarga, perangkat desa serta masyarakat dan kegiatan-kegiatannya seperti penyuluhan serta memberikan pemahaman tentang bahayanya tindak pidana perdagangan pada anak itu sendiri, membuka lapangan kerja serta lainya

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan saran-saran yang bermanfaat sebagai berikut :

(65)

memperhatikan faktor-faktor pendidikannya karena pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, carannya pemerintah harus menggalakkan wajib belajar 9 tahun serta juga harus menggalakkan upaya pembebasan biaya sekoalah disemua wilayah negara kita agar masyarakat yang kurang mampu juga dapat mengenyam pendidikan. Selain itu dalam faktor ekonomi pemerintah harus lebih banyak membuka lapangan-lapangan kerja di wilayah pedesaan agar masyarakat desa tidak gampang tergiur dengan pekerjaan dikota-kota besar, sehingga taraf hidup serta kesehjahteraan masyarakat desa juga terjamin dan dengan tercapainya faktor pendidikan dan kesehjahteraan penduduk desa didaerah maka diharapkan masyarakat tidak gampang dibodohin oleh janji-janji manis dari para sindikat perdagangan anak serta mengurangi keinginan masyarakat desa untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar karena semuanya telah terpenuhi didaerahnya sendiri.

(66)

(67)

Augustinus, Pengertian Anak, Suryabrata, Jakarta, 1987

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008.

Djamali Abdoel R, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,

Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Reflika Aditama, Bandung, 2006. Gunarsa D Singgih, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, BPK Gunung

Mulia, Jakarta, 1985.

Lapian Gandhi L.M dan Geru Hetty A, Trafficking Perempuan dan Anak,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2010.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1993,

Ronny Ichwan, Produk Hukum tentang Hak-Hak Anak, Wahana Visi Indonesia, Surabaya.

Soesilo Prajogo, Kamus Hukum Internasional dan Indonesia, Wacana Intelektual, 2008.

B. Peraturan Perundangan

Undang- Undang Dasar 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(68)

D. Website

http:/www.surya.co.id/2009/08/03/tuntaskan- Trafiking.html

Penjelasan dari prootokol palerm

Latifah Iskandar, Mantan Ketua PANSUS RUU Perdagangan Orang Artikel dipertanyakan. Oleh Stevani Elisabeth Jakarta – Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono.

Forum.detik.com/archieve/index.php. budaya adapt seperti itu harus dihapuskan. UU PTPPO meningkatkan sanksi pidana perdagangan orang 3 hingga 15 tahun penjara

(69)

Referensi

Dokumen terkait

Keterangan lain-lain Jika proses pembimbingan Skripsi selesai mohon dilaporkan kepada Ketua Jurusan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN

Quraish Shihab : Sesungguhnya taubat disisi Allah yakni penerimaan taubat yang diwajibkan Allah atas diri-Nya sebagai salah satu bukti rahmat dan anugerahnya kepada manusia,

Variabel Usia Kawin Pertama (X1) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap fertilitas. (Y) pada wanita pekerja di kota Palangka Raya dalam hal

Histon adalah protein yang mempunyai sifat basa dan dapat larut

JUDUL : JAMUR PENUNJANG HARAPAN HIDUP PASIEN KANKER HATI. MEDIA : HARIAN JOGJA TANGGAL : 29

Menurut British Standard BS EN ISO 7730, kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal.Definisi yang

Berdasarkan hasil pengujian johansen (lampiran 4),ternyata pada level signifikansi lima persen bahwa pendapatan nasional dan konsumsi rumah tangga saling berkointegrasi

terhadap tersangka oleh penyidik.. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat dan. terdiri dari atas norma-norma dasar